BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Landasan Teori Bank
II.1.1 Pengertian Bank
Umumnya masyarakat mengenal bank sebagai badan usaha yang bertugas
untuk menghimpun dana, mengelol dan menyalurkannya kepada masyarakat
pengguna jasa bank. Secara terminologi istilah “Bank” berasal dari bahasa italy
“banca” yang berarti “bence” yaitu suatu bangku tempat duduk yang biasa digunakan
oleh para bankir italy di halaman pasar pada saar memberikan pinjaman-pinjaman.
Pengertian bank menutur undang-undang RI NO.7 tahun 1992 tentang
perbankan, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang NO 10 tahun 1998
menyebutlan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Menurut Kasmir (2002:11) menjelaskan pengertian bank dari sudut pandang
yang yang sederhana “lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah sebagai
penghimpun dana dari masyarakat dan meyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.
Menurut Ajuha yang dikutip dalam Hasibuan (2004:2) memberi pendapat
bahwa “Bank menyalurkan modal dari merekan yang tidak dapat menggunakan
secara menguntungkan kepada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk
7
keuntungan masyarakat. Bank juga berarti saluran untuk menginvestasikan tabungan
secara aman dan dengan tingkat suku bunga yang menarik”.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan diatas ada sedikit persamaan yang
dapat disimpulkan bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dan kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat atau juga dapat
dikatakan sebagai lembaga perantara antara pihak yang berlebihan dana dengan
pihak yang membutuhkan dana. Jadi dapat dismpulkaan bahwa usaha perbankan
meliputi tiga kegiatan utama:
1. Menghimpun dana
2. Menyalurkan dana
3. Memberikan jasa bank lainnya.
II.1.2 Asas, Fungsi dan Tujuan Bank
Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanaya berdasarkan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal ini ditegaskan dalam Pasal
2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor
7 tahun 1992 tentang perbankan. Dalam penjelasan pasal 2 dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.
Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dinyatakan bahwa fungsi
utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana
masyarakat.
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
8
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, hal tersebut ditegaskan
dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.
II.1.3 Sumber Dana Perbankan
Menurut Kasmir (2007:46) sumber dana bank diperoleh dari:
a. Dana yang bersumber dari Bank itu sendiri.
Sumber dana ini merupakan dana dari modal sendiri, maksudnya adalah
modal setoran dari para pemegang sahamnya.
b. Dana yang berasal dari masyarakat luas.
Sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk simpanan
giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito.
c. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya.
1) Dana yang bersumber dari lembaga lainnya merupakan sumber dana
Bank jika kesulitan dalam pencairan sumber dana yang diperoleh dari
Bank itu sendiri maupun dari masyarakat luas. Perolehan dana dari
sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:
2) Bantuan likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan
likuiditasnya.
3) Pinjaman antar bank (call money), biasanya pinjaman ini diberikan
kepada Bank-Bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga
kliring.
4) Pinjaman dari Bank-Bank luar negeri.
5) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dalam hal ini pihak perbankan
menerbitkan Surat Berharga Pasar Uang kemudian diperjual belikan
9
kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non
keuangan.
II.1.4 Jenis Bank dan Kegiatan Usaha Bank
Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan
Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, perbankan menurut
jenisnya terdiri dari:
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Jenis Bank dilihat dari segi kepemilikanya menurut Kasmir (2008:36) ,
maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat
dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang
bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya tersebut sebagai berikut:
a. Bank Milik Pemerintah
Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki pemerintah pula.
b. Bank Milik Swasta Nasional
10
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta.
c. Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang
berbadan hukum koperasi.
d. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupkan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik
milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun
dimiliki oleh pihak luar negeri.
e. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
warga negara Indonesia.
Dilihat dari segi status, maksudnya adalah dari segi kemampuannya dalam
melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi ke dalam dua macam.
Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank
tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam
melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
pelayananya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan
penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Status bank yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya
11
transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, pembukuan dan pembayaran
Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank
devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi
seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan
daripada bank devisa, di mana transaksi yang dilakukan masih dalam batasbatas negara.
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik jual
maupun beli terbagi dalam dua kelompok
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang
berorientasi pada prinsip konvensional. Bank konvensional merupakan bank
yang penentuan harga menggunakan bunga sebagai balas jasa. Balas jasa
yang diterima oleh bank atas penyaluran dana kepada masyarakat, maupun
balas jasa yang dibayar oleh bank kepada masyarakat atas penghimpunan
dana. Disamping itu untuk mendapatkan keuntungan dari pelayanan jasanya,
bank konvensional akan membebankan fee kepada nasabahnya.
b. Bank Syariah
Bank syariah merupakan bank yang kegitannya mengacu pada hukum islam,
dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga, maupun tidak membayar
bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah, maupun
yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara
12
nasabah dan bank. Perjanjian tersebut didasarkan pada hukum syariah baik
perjanjian yang dilakukan bank dengan nasabah dalam penghimpunan dana,
maupun penyalurannya. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah
harus tunduk pada syarat dan rukun akad tersebut.
II.1. 5 Kegiatan Usaha Bank
Kegiatan usaha bank umum berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 10
tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit.
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang.
d. Membeli, menjual atau menjamin risiko sendiri maupun untuk kepentingan
dan atas perintah nasabahnya.
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan
nasabah.
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
13
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak.
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
k. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal
debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan
agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.
l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali
amanat.
m. Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
prinsip, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
II.2 KREDIT
II.2.1 Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti
kepercayaan. Oleh karena itu, dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang yang
memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa
mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang dijanjikan. Apa yang
dijanjikan itu dapat berupa uang, barang, atau jasa.
Pengertian kredit menurut Undang-Undang No.10 tentang Perbankan
(Republik Indonesia. 1998), yaitu “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
14
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”
Pengertian kredit menurutu Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia atau
PAPI, yaitu “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam (debitur) untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan”. Termasuk dalam pengertian yang diberikan adalah
kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan
pembelian surat berharga debitur yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement
(NPA).
II.2.2 Jenis-Jenis Kredit
Kredit terdiri dari beberapa jenis, adapun jenis-jenis kredit menurut kasmir
(2008 : 105) adalah:
Dilihat dari segi kegunaan terdiri atas kegunaan kredit investasi dan kredit modal
kerja, yaitu:
a.
Kredit investasi adalah kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan
perluasan usaha baru dimana masa pemakian relatif lebih lama dan biasanya
kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b.
Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dan operasionalnya.
15
Dilihat dari segi tujuan, kredit terdiri atas kredit produktif, kredit konsumtif dan
kredit perdagangan.
a.
Kredit produktif adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan uasaha
atau produksi atau investasi.
b.
Kredit konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau
dipakai secara pribadi.
c.
Kredit perdagangan adalah kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan
yang
pembayrannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
Dilihat dari segi jangka waktu, kredit terdiri atas kredit jangka pendek, jangka
menengah dan kredit jangka panjang.
a.
Kredit jangka pendek adalah kredit yang memiliki jangka wakty kurang
dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja.
b.
Kredit jangka menengah adalah jangka waktunya berkisar antara 1 tahun
sampai dengan 2 tahun, dapat diberikan untuk modal kerja.
c.
Kredit jangka panjang adalah kredit yang masa pengembaliaanya yaitu 3
tahun atau 5 tahun.
Dilihat dari segi jaminan, kredit terdiri atas kredit dengan jamina dan kredit tanpa
jaminan.
Dilihat dari sektor usaha, kredit terdiri atas kredit pertanian, kredit peternakan, kredit
industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan, kredit profesi, kredit perumahan,
dan sektor-sektor usaha lainnya.
16
II.2.3 Prinsip-Prinsip Kredit
Dalam melakukan penilaian kriteria-ktiteria serta aspek penilaianya tetap
sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar
penilaian setiap bank. Standar yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
perkreditan secara sehat dikenal adanya prinsip 5C, kelima prinsip ini yaitu:
1.
Kepribadian (Chracter)
merupakan sifat yang terdapat pada diri peminjam (debitur). Peminjam
adalah yang paling utama, catatan mengenai masa lampau peminjam
merupakan
ukuran
bagi
penampilannya
dikemudian
hari
jika
mempertimbangkan kreditnya. Ada beberapa hal yang dibahas mengenai
kepribadian calon debitur yaitu:
a.
Riwayat calon debitur yang membahas latar belakang uasaha dan
pengalaman usaha yang akan memberikan gambaran kepada bank
mengenai prospek pencapaian usaha di masa yang akan datang.
b.
Hubungan calon debitur dengan bank lain, apakah calon debitur pernah
melakukan tindakan wanprestrasi terhadap bank.
c.
Hubungan calon debitur dengan bank pemberi kredit apakah debitur
sudah pernah meminjam, apakah calon debitur adalaha nasabah lama
atau baru.
d.
Reputasi calon debitur dalam dunia usaha juga merupakan karakter dari
calon debitur apakaha mematuhi aturan-aturan yang ada dalam dunia
usaha.
17
2.
Kemampuan (Capacity)
Kemampuan merupakan penilaian terhadap calon debitur mengenai
kemampuan calon debitur dalam melunasi peminjamannya dari usaha
yang dilakukannya atau kegiatan usahanya yang akan dbiayai dari kredit
bank. Kemampuan merupakan ukuran terhadap kekayaan dan pendapatan
debitur di masa lampau, dan akan datang yang dikaitkan dengan
kemampuan debitur dalam melunasi kewajibannya.
3.
Modal (capital)
Modal merupakan jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki debitur
ketika mengajukan permohonan kredit. Penilaian modal terhadap debitur
tidak hanya dilihat dari besar kecilnya modal, namun bagaimana modal
tersebut digunakan oleh debitur, cukuplah modal yang ada dalam
menjalankan uasahanya. Oleh karena itu debitur harus menggunakan
modal dengan baik dan benar.
4.
Jaminan (collateral)
Merupakan jaminan yang diberikan oleh debitur baik bersifat fisik
maupun nonfisik. Nilai jaminan ini sebaiknya melebihi jumlah kredit ini
diperlukan agar kredit maupun dari barang jaminan yang dicairkan
apabila pemohon kredit tidak mampu mngembalikan pinjaman kreditnya.
Dalam tahap analisa kredit, jaminan kredit memegang peranan penting
oleh karena itu bank harus teliti dalam barang-barang yang dijaminkan
kepada bank. Pihak bank juga harus mengerti nilai jaminan sevara yuridis
serta persyaratan ekonomis suatu jaminan kredit, syarat- syarat ekonomis
jaminan yaitu:
a. Jaminan harus mempunyai nilai ekonomis pasar
18
b. Nilai jaminan kredit harus lebih besar daripada plafond kreditnya
c. Marketability, yaitu jaminan harus mempunyai pasaran yang cukup
luas atau mudah dijual.
d. Ascertainability of value, yaitu jaminan kredit yang diajukan oleh
debitur harus mempunyai standar harga tertentu (harga pasar)
e. Transferable, yaitu jaminan kredit yang diajukan debitur harus mudah
dipindahtangankan baik scera fisik maupun secara hukum.
5.
Kondisi Ekonomi (Condition Of Economy)
Merupakan keadaan perekonomian secara keseluruhan. Dalam hal ini
kondisi ekonomi pada saktor usaga si pemohon kredit perlu untuk diteliti
sehingga bantuan kredit yang akan diberikan benar-benar bermanfaat
bagi perkembangan usahanya.
II.2.4 Aspek-Aspek dalam Penilaian Kredit
Di samping menggunakan prinsip 5C, menurut Kasmir (2008:111) maka
penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan
menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang dikenal dengan
nama studi kelayakan usaha. Penilaian dengan model ini biasanya digunakan untuk
proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang. Aspek-aspek yang
dinilai antara lain sebagai berikut:
1.
Aspek yuridis/Hukum
Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izinizin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai
dengan akte pendirian perusahaan sehingga dapat diketahui siapa-siapa
19
pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik. Kemudian juga diteliti
keabsahannya adalah seperti:
-
Surat Izin Industri
-
Surat Izin Usaha Perdagangan
-
NPWP
-
Serta hal-hal yang dianggap penting lainnya.
2.
Aspek Pemasaran
Yang dinilai dalam aspek ini adalah permintaan terhadap produk yang
dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana.
Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah:
-
Pemasaran produknya minimal tiga bulam yang lalu atau tiga tahun yang
lalu.
-
Rencana penjualan dan produksi minimal tiga bulan atau tiga tahun yang
akan datang.
3.
Prospek produk secara keseluruhan.
Aspek Keuangan
Yang dinilai dalam aspek ini adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk
membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Penilaian
bank dari segi aspek keuangan biasanya dengan suatu kriteria kelayakan
investasi yang mencakup antara lain:
-
Rasio-rasio keuangan
-
Payback period
-
Net Present Value
-
Break Even Point
20
4.
Aspek Teknis/Operasi
Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti
kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, lay out ratio, dan mesinmesin termasuk jenis mesin yang digunakan.
5.
Aspek Manajemen
Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang
dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusianya.
6.
Aspek Sosial Ekonomi
Yang dinilai dalam aspek ini adalah mengenai dampaknya terhadap
perekonomian dan masyarakat umum seperti:
7.
-
Meningkatkan ekspor barang
-
Mengurangi pengangguran
-
Meningkatkan pendapatan masyrakat
Aspel Amdal
Yang dinilai dalam aspek ini adalah menyangkut analisis terhadap lingkungan
baik darat, air, atau udara jika proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis
imi dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan,
maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di
sekitarnya.
21
II.2.5 Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
kredit adalah kreditor, debitur, kepercayaan, kesepaktan, jangka waktu, resiko dan
balas jasa.
a.
Kreditor, yaitu merupakan pihak yang memberikan kredit (pinjaman)
kepada pihak lain yang mendapat pinjaman. Pihak tersebut bisa
perorangan atau badan usaha. Bank yang memberikan kredit kepada
pihak peminjam merupakan kreditor.
b.
Debitur, yaitu merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak
yang mendapat pinjaman dari pihak lain.
c.
Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa debitur akan
memenuhi keajibannya untuk membayar pinjamannya sesuai dengan
jangka waktu tertentu yang disepakati.
d.
Kesepakatan, yaitu dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
e.
Jangka waktu, yaitu setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu pendek,
jangka menengah, atau jangka panjang.
f.
Resiko, yaitu adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan
menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/pemberian kredit macet.
Semakin panjang suati kredit semakin besae resikonya, demikian pula
sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang
disengaja oleh nasabah yang lalai maupun resiko yang tidak disengaja.
22
g. Balas jasa, yaitu merupakan keuntungan pemberian suatu kredit atas jasa
tersebut, yang disebut bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya
administrasi kredit merupakan keuantungan bank.
II.2.6 Tujuan dan Fungsi Kredit
Adapun tujuan utuma pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut:
1.
Mencari keuntungan, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari
pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang
diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang di
bebankan kepada nasabah.
2.
Membantu usaha nasabah, yaitu bertujuan untuk membantu usaha
nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk
modal kerja.
3.
Membantu pemerintah, yaitu bertujuan untuk bagi pemerintah semakin
banyak kredit yang disalurkan oleh bank, maka semakin baik, mengingat
semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai
sektor.
Adapun fungsi dari pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut:
1.
Untuk meningkatkan daya guna uang, yaitu dengan adanya kredit dapat
meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja
tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit
uang tersebut akan menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa
oleh si penerima kredit.
23
2.
Untuk meningkatkan peredaran lalu lintas uang, yaitu dalam hal ini uang
yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah
lainnya.
3.
Untuk meningkatkan daya guna barang, yaitu kredit yang diberikan oleh
bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak
berguna menjadi beguna dan bermanfaat.
4.
Sebagai alat stabilitas ekonomi, yaitu dengan memberikan kredit dapat
dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang
diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.
Kredit dapat juga membantu mengekspor barang dari dalam negeri keluar
negeri sehingga meningkatkan devisa negara.
5.
Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan, yaitu semakin banyak
kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan
pendapatan.
6.
Untuk meningkatkan hubungan internasional, yaitu dalam hal pinjaman
internasioanl akan dapat meningkatkan kebutuhan antara si penerima kredit
dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan
meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.
24
Download