tinjauan pustaka

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Anggrek Phalaenopsis
Anggrek merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Orchidaceae.
Anggrek memiliki ciri-ciri umum yaitu termasuk tanaman monokotil, selain itu
memiliki karakteristik tersendiri terutama dalam struktur bunga. Hal ini
di antaranya dapat dilihat dari stamen yang terdapat di satu sisi bunga. Stamen
umumnya bersatu dengan pistil dan membentuk satu struktur yang disebut tugu
(column) (Jodi dan Destri, 2006).
Anggrek merupakan tanaman yang bersifat hermaprodit, yaitu serbuk sari
dan putik terdapat di dalam satu bunga, sedangkan sifat kelaminnya adalah
monoandrae, yaitu kelamin jantan dan betina terletak pada satu tempat atau satu
bunga, sehingga anggrek mudah mengalami penyerbukan dengan bantuan
serangga dan manusia untuk perbanyakan tanaman (Rosmiati, 2007). Proses
penyerbukan anggrek mengalami penyerbukan ganda tidak sempurna karena biji
anggrek tidak memiliki embrio dan tidak memiliki cadangan makanan
(endosperm) (Arditii, 1992).
Iswanto (2001) menyatakan bahwa anggrek Phalaenopsis memiliki tipe
pertumbuhan monopodial, yaitu pola pertumbuhan ujung batang yang terus
vertikal ke atas. Tanaman anggrek terdiri dari bagian bunga, buah, daun, batang,
dan akar.
Bunga
Bagian-bagian bunga anggrek Phalaenopsis sama dengan jenis anggrek
lainnya. Bunga tersusun menurut pola baku, yaitu terdiri dari tiga buah sepal atau
kelopak bunga dan tiga buah mahkota bunga atau petal. Satu buah sepal yang
terletak di punggung dinamakan daun kelopak punggung atau sepalum dorsale,
sedangkan dua lainnya dinamakan daun kelopak samping atau sepalum lateralia.
Ukuran kelopak dan mahkota hampir sama atau sedikit lebih besar. Ukuran bunga
bervariasi dari 2-3 cm hingga 9-10 cm. Phalaenopsis dapat berbunga serempak
atau bergantian. Jumlah bunga Phalaenopsis bervariasi, 1-30 kuntum. Warna-
4 warni bunga bervariasi, yaitu putih, merah muda, ungu, dan kuning dengan bercak
merah kecoklatan (Iswanto, 2001).
Buah
Ukuran buah Phalaenopsis cukup besar dapat mencapai 5-20 cm.
bentuknya bulat dan panjang. Diameter 1-2 cm dan panjang 10-20 cm. Buah muda
berwarna hijau muda. Semakin tua kian semakin cerah dan kekuningan. Garis di
kulit buah kian merekah sehingga bisa dipetik. Saat dibelah, tampak “kapaskapas” halus yang seolah menjadi bantalan biji. Biji sangat kecil, berukuran
1-2 mm dan berjumlah puluhan hingga ribuan (Iswanto, 2001).
Daun
Iswanto (2001) menyatakan bahwa daun anggrek muncul pada ruas-ruas
batang dengan posisi berhadapan atau berpasangan. Posisi daun Phalaenopsis
pada umumnya bertunggangan dan berderet dalam dua baris yang rapat
berhadapan. Rata-rata bentuk helaian daunnya melebar ke arah ujung dan bagian
pangkalnya menghimpit batang atau pangkal daun di atasnya. Warna daun hijau
dengan tekstur tebal dan berdaging karena memiliki zat hijau daun (klorofil) serta
berfungsi untuk menyimpan air dan cadangan makanan. Lebar daun rata-rata
5-10 cm.
Batang
Gunawan (2006) menyatakan bahwa batang anggrek Phalaenopsis
berbentuk tunggal dengan bagian ujung batang tumbuh lurus tidak terbatas. Daundaun yang tua pada batang sebelah bawah akan gugur. Setelah daun gugur, batang
tampak seperti mati. Pola pertumbuhan yang demikian disebut pertumbuhan
monopodial.
Akar
Gunawan (2006) menuliskan bahwa akar anggrek epifit umumnya lunak
dan mudah patah. Ujungnya meruncing, licin, dan sedikit lengket. Akar anggrek
5 mempunyai lapisan velamen yang bersifat spongy (berongga) dan di bawahnya
terdapat lapisan yang mengandung klorofil. Lapisan velamen ini berfungsi
menyerap air dan melindungi bagian akar. Pada anggrek monopodial, akar keluar
dari ruas-ruas batang. Akar ini disebut akar aerial. Akar aerial yang masih aktif
ujungnya berwarna hijau, hijau keputihan, atau kuning kecoklatan, licin dan
mengkilat. Akar ini besar dan dapat bercabang-cabang. Pada tempat yang kering,
percabangan akar semakin banyak terbentuk untuk mencari tempat yang lembab.
Klasifikasi Anggrek
Phalaenopsis berasal dari bahasa Yunani, yaitu phalaenos dan opsis.
Phalaenos itu berarti ngengat atau kupu-kupu, sedang opsis artinya bentuk atau
penampakan. Klasifikasi botani Phalaenopsis dapat didasarkan pada bentuk
bunga, khususnya lidah dan alat reproduksi, adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Orchidales
Famili
: Orchidaceae
Genus
: Phalaenopsis
Iswanto (2001) menyatakan bahwa beberapa spesies dalam genus
Phalaenopsis sebagai berikut :
Phalaenopsis amabilis
Pertumbuhan batang anggrek ini tidak tampak, jumlah daunnya sekitar
2-7 helai, berbentuk elips memanjang dengan bagian ujung agak melebar. Panjang
daun sekitar 15-35 cm dan lebar antara 7-12 cm. Tekstur daun halus dan tebal
dengan warna hijau tua di permukaan atasnya. Bunga tersusun satu sisi dua baris,
berselang-seling dalam sebuah tangkai yang panjangnya bisa mencapai 100 cm.
Tangkai terkadang bercabang. Bentuknya silindris dengan diameter 2-3 mm. Jika
mekar, kuntum bunganya berdiameter 5-10 cm. Warna kelopak (sepal) dan
6 mahkota bunganya (petal) putih bersih. Bibir bunga berwarna kuning, kadangkadang berbintik merah.
Phalaenopsis violaceae sumatrana
Batang dari anggrek asal Sumatera ini sangat pendek, ukuran bunga tidak
terlalu besar, dengan diameter 3-5 cm. Daunnya cukup tebal dan sukulen. Bentuk
daun bulat telur dan memanjang dengan jumlah helaian sebanyak 4-6 helai.
Panjang daun sekitar 15-25 cm, dan lebar daun antara 5-9 cm. Jumlah kuntum
bunga dalam satu tangkai sekitar 3-9 kuntum. Warna sepal dan petalnya krem
muda sampai putih dengan garis-garis melintang berwarna cokelat kemerahan.
Bunga tersebut berbentuk oval memanjang dan ujungnya sedikit meruncing.
Lidah bunga berwarna ungu, ujungnya berbulu putih atau ungu. Panjang tangkai
bunga sekitar 15-20 cm, namun ada juga yang mencapai 30 cm.
Phalaenopsis viridis
Ukuran bunganya kecil, dengan diameter 2-3 cm. Dasar bunga berwarna
hijau kekuningan dengan bercak-bercak coklat. Bentuk kelopak bunga lonjong
atau elips dengan bibir bunga berwarna keputihan. Tangkainya cukup panjang,
bisa mencapai 40 cm bahkan lebih. Tekstur daun berdaging dan tebal, dengan
permukaan mengkilap. Bentuknya lonjong memanjang dengan panjang sekitar
30 cm dan lebar sekitar 8 cm.
Phalaenopsis pulcherima
Anggrek ini memiliki warna bunga cukup mencolok, yaitu merah jambu
keunguan. Batangnya agak pendek tertutup pelepah daun namun dari batang itu
mudah keluar tunas. Jumlah bunga tiap tangkai terdiri sekitar 7-15 buah. Tangkai
tersebut keluar dari pangkal batang, dengan panjang 50 cm. Panjangnya sekitar
6-17 cm dan lebar 2.5-5 cm. Anggrek asli Sumatera memiliki nama lain
Phalaenopsis esmeralda dan Doritis pulcherima.
7 Phalaenopsis laycockii
Anggrek asal Kalimantan ini mempunyai bentuk daun silindris sempit,
dengan tipe pertumbuhannya menggantung. Ujung daun berwarna hijau tua agak
meruncing. Jika diukur dari ujung hingga pangkal, panjangnya sekitar 40-70 cm
dan lebarnya antara 0.5-1 cm. Tangkai bunga menancap pada sisi samping batang,
panjangnya sekitar 6-9 cm. Warna kelopak maupun mahkota merupakan
kombinasi putih dengan warna merah jambu lembut. Jumlah kuntum bunga setiap
tangkai sekitar 7-15 buah, dengan rata-rata diameter 6 cm.
Phalaenopsis denewei
Spesies anggrek ini berasal dari Kalimantan Barat. Bentuk daun bulat
panjang mirip pensil, dengan panjang sekitar 22-45 cm. Jumlah kuntum dalam
satu tangkai sekitar 3-12 buah. Warna bunga kuning sampai cokelat kemerahan
dengan bagian tepi berwarna kehijauan. Petal agak sempit dan bergelombang,
panjangnya sekitar 24 cm. Panjang kelopak bunga hampir sama dengan
mahkotanya.
Phalenopsis gigantea
Anggrek ini dijuluki sebagai anggrek bulan raksasa. Ukuran bunganya
cukup besar, garis tengahnya sekitar 5 cm, dan memiliki aroma cukup harum.
Kelopak dan mahkota bunga berwarna kuning kehijauan sampai putih, dihiasi
bintik-bintik warna merah tua atau cokelat. Jika diamati, mahkota bunganya
berukuran lebih kecil dibandingkan kelopaknya. Ukuran batang sangat pendek
dan tertutup oleh daun. Sosok daun menjuntai, berbentuk bulat telur memanjang
sampai elips. Panjang daun dapat mencapai 75 cm dan lebar 40 cm. Jumlah
kuntum dalam satu tandan ada sekitar 20-30 buah.
8 Ratnasari (2007) mendeskripsikan spesies anggrek Phalaenopsis yang
lainnya sebagai berikut:
Phalaenopsis bellina
Anggrek ini memiliki bentuk bunga yang menyerupai bintang, warnanya
merupakan perpaduan antara kuning, putih dan ungu. Phalaenopsis bellina sering
digunakan sebagai tanaman hias pot dan bunga potong. Perbanyakan dengan biji
atau anakan.
Phalaenopsis modesta
Anggrek ini memiliki sepal dan petal bunga berwarna putih, bibir kuning
dengan putih. Selain itu, ada juga yang memiliki sepal dan petal berwarna putih
dengan ungu.
Syarat Tumbuh Anggrek
Tanaman anggrek pada umumnya tumbuh subur di daerah dataran sedang
yang memiliki suhu siang hari rata-rata 25ºC dan suhu malam hari rata-rata 15ºC.
Tanaman anggrek menyukai kelembaban udara sekitar 65-70%. Untuk
pertumbuhan tanaman anggrek, keasaman media (pH) yang baik berkisar 5-6
(Redaksi Agromedia, 2006).
Untuk anggrek Phalaenopsis dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian
lebih dari 700 m dpl. Namun, Phalaenopsis lebih cocok tumbuh di daerah dengan
ketinggian 500-800 m dpl. Suhu memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
dan pembungaan Phalaenopsis. Kebutuhan suhu sekitar 18-26ºC. Anggrek
Phalaenopsis epifit membutuhkan cahaya 1 000-1 500 fc atau penyinaran sinar
matahari sekitar 10-30%. Sementara kelembapan yang dibutuhkan cukup tinggi,
sekitar 60-75% (Dewi, 2006). Menurut hasil penelitian Widiastoety dan Bahar
(1995), menyatakan bahwa tanaman anggrek yang mendapat intensitas cahaya
55% menghasilkan daun terlebar, dan pembentukkan tunas terbaik dibandingkan
tanaman yang mendapat perlakuan intensitas cahaya 65 dan 75%.
9 Anggrek epifit umumnya ditanam di dalam pot, blok pakis, atau pada
cabang-cabang kayu yang masih hidup maupun yang sudah mati. Media tumbuh
yang biasa digunakan untuk anggrek Phalaenopsis berupa pecahan batu bata,
arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis (Gunawan, 2006).
Pembibitan
Masa pembibitan merupakan masa yang memiliki peranan penting dalam
membentuk tanaman muda menjadi tanaman dewasa yang tumbuh secara optimal.
Pada tanaman anggrek Phalaenopsis pembibitan awal dilakukan dengan menanam
bibit dari botol ke dalam kompot (komunitas pot) yang disebut aklimatisasi
(Aditya, 2009). Bibit kompot adalah dalam satu pot ditanam beberapa bibit secara
bersama. Keuntungan menggunakan bibit kompot ini adalah mengurangi risiko
kematian dan bibit mudah diamati perkembangannya semenjak awal (Iswanto,
2001).
Pupuk Organik Guano
Pemupukan pada anggrek adalah salah satu cara untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan produktivitas tanaman.
Aplikasi pemupukan yang tepat pada anggrek menurut fase pertumbuhannya
sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anggrek.
Pemupukan biasanya diaplikasikan melalui daun karena lebih efisien dalam hal
penyerapan unsur haranya (Rosmanita, 2008).
Pemupukan
sangat
menentukan
tingkat
pertumbuhan
tanaman.
Pemupukan merupakan pemberian unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik. Pupuk dibagi menjadi dua, yaitu pupuk
organik dan non organik. Pupuk organik diperoleh langsung dari alam, misalnya
pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, dan pupuk guano sedangkan pupuk
non organik adalah pupuk buatan pabrik dengan berbagai macam merk dagang.
Pupuk organik mempunyai banyak manfaat apabila diaplikasikan dalam
pemupukan. Salah satu keuntungan penggunaan pupuk organik yaitu membantu
menjaga kelembaban tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah
pada akar-akar tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas
10 tanah yang merupakan lapisan mengandung banyak hara, dan mampu berperan
dalam memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah sehingga
mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman
(Pertani, 2010).
Pupuk organik guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran kelelawar
dan sudah mengendap lama di dalam gua dan telah bercampur dengan tanah dan
bakteri pengurai. Pupuk guano mengandung nitrogen, fosfor dan potassium yang
sangat bagus untuk mendukung pertumbuhan, merangsang akar serta kekuatan
batang tanaman. Pupuk guano mengandung semua unsur mineral mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman, serta mengandung fosfat terbanyak. Pupuk guano
tinggal lebih lama dalam jaringan tanah, meningkatkan produktivitas tanah dan
menyediakan unsur hara bagi tanaman lebih lama dari pada pupuk kimia buatan
(Sugianto, 2010).
Manfaat dari pupuk guano yaitu memperbaiki dan memperkaya struktur
tanah karena 40% pupuk ini mengandung material organik, bakteria dan
mikrobiotik flora yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dan sebagai
fungisida alami, mengontrol nematoda yang merugikan yang ada di dalam tanah,
menguatkan batang dan mengoptimalkan pertumbuhan daun baru dan proses
fotosintesis pada tanaman (Seta, 2009). Kandungan bahan organik dan nutrisi
yang terdapat dalam guano sangat tinggi yaitu sekitar 30-65% sehingga dapat
digunakan dengan dosis yang rendah dibandingkan dengan pupuk organik
lainnya.
Tabel 1. Komposisi Guano (Malagon, 2004)
Kandungan
Total nitrogen (N)
Fosfor Oksidasi (P2O5)
Potassium Oksida (K2O)
Kalsium Oksida (CaO)
Magnesium Oksida (MgO)
Besi (Fe)
tembaga (Cu)
Mangan Oksida (MnO)
Seng (Zn)
Natrium
Konsentrasi (%)
1.00-6.00
1.50-9.00
0.70-1.20
3.60-12.0
0.70-2.00
0.70-1.50
0.20-0.50
0.40-0.70
0.40-0.65
0.45-0.50
11 Tingginya kandungan nitrogen sangat mendukung pertumbuhan tanaman
yang cepat, fosfor merangsang pertumbuhan akar dan pembungaan, dan kalium
mendukung
kekuatan
batang
tanaman.
Kandungan
guano
umumnya
15% N, (4.4-5.2%) P (10-12% P2O5) sebagai bentuk yang mudah larut dan
1.7% K (2% K2O). Menurut hasil penelitian Mulyono (2008), menyatakan bahwa
penyemprotan ekstrak guano 2 cc/l pada tanaman berpengaruh nyata dan lebih
mampu menekan tingkat kerusakan oleh hama kutu daun dibandingkan dengan
penyemprotan ekstrak guano 1 cc/l dan dan insektisida deltametrin.
Tanaman anggrek termasuk dalam kategori tanaman tingkat tinggi dan
mempunyai kemampuan untuk mensintesis seluruh substansi yang diperlukan
seperti asam amino, hormon, dan vitamin. Dalam media tanam anggrek, unsurunsur ini diberikan bersama dengan unsur-unsur hara esensial lainnya. Unsur
makro maupun mikro diserap tanaman melalui bulu-bulu akar berupa garamgaram terlarut di dalam tanah, maupun dari pupuk anorganik yang diberikan,
sedangkan CO2 diambil melalui stomata dari udara (Pioh dan Rondonuwu, 2009).
Tanaman anggrek sebaiknya diberi pupuk majemuk yang mengandung
unsur N, P, dan K lengkap. Dalam Tabel 2 disajikan macam-macam perbandingan
pupuk majemuk yang mengandung dua atau tiga unsur hara makro. Perbandingan
pupuk-pupuk padat yang tertulis di dalam tabel tersebut adalah pupuk biasa yang
diberikan dengan cara disebarkan di sekitar akar-akar tanaman anggrek atau dapat
juga dengan dilarutkan terlebih dahulu dalam air siraman (Pioh dan Rondonuwu,
2009).
Tabel 2. Perbandingan Komposisi Pupuk untuk Anggrek
Tanaman Anggrek
Untuk seedlings (bibit)
Untuk mid-size (ukuran sedang/tanaman
muda)
Untuk Flowering size (tanaman berbunga)
N
P
K
…………..(%)………..…..
60
30
10
30
10
30
60
30
10
Sumber : Pioh dan Rondonuwu, 2009
Akhir-akhir ini juga dikembangkan pupuk slow release, yaitu pupuk yang
tidak mudah larut. Pupuk ini terbungkus suatu pelindung dan bahan-bahan
12 di dalamnya melarut sedikit demi sedikit setiap kali penyiraman. Beberapa merek
dagang pupuk slow release adalah Hyponex, Dekastar, dan Dekaform. Selain
melalui akar, tanaman juga menyerap hara melalui daun. Dengan demikian,
pemupukan dapat diberikan melalui daun. Cara ini sangat efisien untuk anggrek
(Gunawan, 2006) .
Chitosan
Chitosan adalah poli-(2-amino-2-deoksi-β-(1-4)-D-glukopiranosa) dengan
rumus molekul (C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Chitosan
dapat dijumpai secara alamiah di beberapa organisme seperti pada karapas udang,
cangkang rajungan, jamur, dan serangga (Wahyono et al., 2009). Chitosan
memiliki sifat selektif permeabel terhadap CO2 dan O2. Polikation alam dari
chitosan dapat menghambat pertumbuhan kapang dan jamur patogen, seperti
Fusarium oxysporum, Rhizoctonium solani, Pythium paroccandrum. Kitin dan
chitosan saat ini banyak dijual sebagai food supplement. Beberapa penelitian
menunjukkan chitosan efektif menurunkan kadar kolesterol darah (Tala, 2009).
Chitosan larut dalam pelarut organik, HCl encer, HNO3 encer, H3PO4
0.5%, dan CH3COOH 1%, tetapi tidak larut dalam basa kuat dan H2SO4. Dalam
kondisi asam berair, gugus amino (-NH2) chitosan akan menangkap H+ dari
lingkungannya, sehingga gugus aminonya terprotonasi menjadi –NH3+ inilah yang
menyebabkan chitosan bertindak sebagai garam, sehingga dapat larut dalam air,
analog dengan pelarutan garam dapur dalam air (Wahyono et al., 2009).
Chitosan dapat berinteraksi dengan bahan-bahan yang bermuatan seperti
protein, polisakarida anionik, asam lemak, asam empedu dan fosfolipid. Chitosan
mempunyai karakteristik fisik biologi dan kimiawi yang baik diantaranya dapat
didegradasi, dapat diperbaharui dan tidak toksik (Suptijah, 2006).
Perbedaan di antara kitin dan chitosan terdapat dalam derajat
deasetilasinya. Chitosan mempunyai derajat deasetilasinya 80-90%, akan tetapi
kebanyakan publikasi menggunakan istilah chitosan apabila derajat deasetilasi
lebih besar 70%. Chitosan tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut asam
dengan pH dibawah 6.0. Pelarut yang umum digunakan untuk melarutkan
chitosan adalah asam asetat 1%, dengan pH sekitar 4.0. Pada pH di atas 7.0
13 stabilitas kelarutan chitosan sangat terbatas. Pada pH tinggi, cenderung terjadi
pengendapan dan larutan chitosan membentuk kompleks polielektrolit dengan
hidrokoloid anionik menghasilkan gel (Kaban, 2009).
Chitosan mempunyai cakupan bidang aplikasi yang luas, dengan afinitas
yang tinggi dan bersifat nontoksik sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
Chitosan mengatur sistem kekebalan tanaman dan menyebabkan ekskresi enzim
pelawan, serta tidak hanya mengaktifkan sel, tetapi juga meningkatkan
kemampuan pertahanan melawan penyakit dan serangga. Kegunaan chitosan
untuk tanaman bunga hias, antara lain untuk mempercepat pertumbuhan,
menyehatkan tanaman, mencerahkan warna bunga, dan antibakteri.
Chitosan berperan bagi tanaman sebagai sumber karbon bagi mikroba di
dalam tanah, mempercepat proses transformasi senyawa organik menjadi
anorganik dan membantu sistem perakaran pada tanaman untuk menyerap lebih
banyak nutrien dari tanah. Chitosan diserap oleh akar setelah diuraikan oleh
bakteri di dalam tanah. Penggunaan chitosan dalam bidang pertanian walaupun
tanpa penggunaan pupuk kimia mampu meningkatkan populasi mikroba dalam
jumlah yang besar serta mempercepat proses transformasi nutrien dari senyawa
organik menjadi senyawa anorganik sehingga lebih mudah diserap oleh akar
tanaman (Boonlertnirun et al., 2008). Chitosan dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman anggrek Dendrobium muda dengan konsentrasi chitosan sebesar 10 mg/l,
(Chandrkrachang, 2002).
Download