Untitled - Perpustakaan BAPPENAS

advertisement
PBnnToNoMIAN INooNESIA
TAHUN 2OO3z
PnosPEK DAN I(erryAr(AN
17?2.
IJOKUMENTASI
&
ARSTP
BAFPEN,-\5
jrss ,: lT-b/.......kD:.
:.....:/.rU/.
.,\cc No.
(
Clreckecl
:
/.{.:./.:-...k*.3..
BeneN PEnTNcINAAN PpUnINGUNAN NesloNer
(B.rnnnNes)
Jexueru 2003
DeEren Isl
HeleueN
Derrenlsr
Derten Tennr
rll
Dertln Gnerm
lv
Derten Bors
vl
Knre PnNceuten.
Ben I
fuNcxesnN Ersnxunr
I-1
A.
PnosEs PEMULIHAN EroNouT TnHrn.I
B.
Pnospx EroNorvtl TIHUN 2003
BBnnnepe Isu PrNtnqc
c.
1.
2.
3.
4.
5.
Ben
vll
il
A.
B.
c.
D.
E.
F.
2OO2
INVESTASI
KTTBNRcAKERJAAN
I-7
KSMTSKINRN
T-9
PrunrneNTAsAN Tn roer PnnNe KoRupsr
I-10
TRecnorBau
Pnosns PnuurmeN
I-12
Erouour TIHUN
2002.........
MoNETER
PTnTToNoMIANDUNIA
PrnsaNKAN.......
KrpnncayRaN Masy.q,RAKAT.....
PrnturasuHANEKoNoMr............
BRu...........
Bes ilI Pnosprr Erouour TnnrrN 2003.........
A.
AsuMsrPoror
l. ErsrnnNer
Deupar Tnacrpr
2.
B.
I-1
I-3
I-5
I-5
Doursrn<
PRoyrrsl EKoNoMI TAHUN
tr-1
tr-l
..
..
II.6
II-g
[-10
[_13
tr_15
m-1
..:......... m-1
m-1
ITI-3
2OO3
m-5
1. PrntuN,tsuHeNEroNoMI ..........
2. NrnncnPBunevaneN
3. MONETER
c.
KEUANGAN NTCNRA
KoNSEKUENSI PEnIUUBUHAN EroNotvu
D.
Rrsxo KrcRcRtaN PruurmaN
4.
BET
IV
A.
B.
C.
D.
F.
4o/o
m-5
ill-7
..........
EroNotvII
BrsrRApR Isu PnNrtNG ....,.....
Itr.8
M-8
m-9
.. trI-10
tV-1
INVESTASI
.. ry-l
INVESTASI
...............
PENGHAMBAT
1. FAKTOR
TV-2
2. UPRYEMEI'INGKATKANITTUIIWTSTNSI tV-6
KTTSNRcaKERJAAN
.... ry-10
1. GRTTIBRRRN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2002 ......................... ry- 10
.............. tv-l1
2. KrnrJarnNKsrrNRcA.KERJAAN
Upah Minimum............
.. IV-11
^.
b. Hubungan Industrial
....... tV-13
c. Masalah TKI Ilegal di Malaysia
.......... tV-15
KeiursrrNlN ...............
. IV-19
t. GeunenaN KEMISKTNAN TaHtn-r 2002 .
.. tV-19
2. srnetrcrPrNaNcculANcANKrursrrNaN ............. tv-20
.. T{-22
PrunnnaNTAsANTnroarPnaNRKonupsr
l. PrMsrRDayAAN PrrrnRtRN MnsvnnaraT ................................. ry-25
a. Proses Perumusan dan Penyusunan Kebijakan Publik ............ tV-25
................ fV-29
b. Proses Beracara di Pengadilan ...............
LEMBAcA
INorprNoEN
ANTI
Konupsr
.............. IV-32
PErrrnpNtuKAN
2.
3. PENINGKATANKUALITASDANKTU,TUPUANSDM. . tV-32
.... fV-33
TnRcroI BnI-r ..........
DAFTARPUSTAKA
Dnrtnn Tennr
H4r.elult11
T.q,srl- II.1.
NENACA PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TRI$TULAN
Tesrr II.2.
PrnnnasuFreN EroNour Seuper DENGAN TruvureN
Tenrr III.1.
Tenrr III.3.
AsuMsrPoror......
GeMsRRANEroNourMexno
PrmnenNStnurrunEroNoul
TABnr [I.4.
PrmrneaN NrRaca
Te,sel[I.5.
PrnruneaN ANGGARAN prNoaparaN oau BnraNln Nrcnna.... ru-14
Tngnl III.2.
Tenrr IV.l.
TarrrtV.2.
NILAr PERSETUJUAN PMDN DAN pMA ol
Derneu
2OO2
........
U-
11
m/2002.. ll-t4
.. m_6
.
m_11
.............. ru_12
prMsayARAN................
Koxrlx
Anus
M/
............... ru_13
RerurreN
tV_3
PrNRNaM,{NMooerAsrxc
ul
IV_5
Derten Gnerm
HnrnueN
RUPnrt HerueN
GRAFIKII.l.
PERGERAKAN KunS
GRAFIKII.2.
PTnTUUBUHAN UANG Prur,TER
tr4
GRAFIKII.3.
PERKEMBANGAN IUTTAST
n4
GRATIKII.4.
PnnrnunRNcaN Suru
GnerxII.5.
INDEKS BunSa Snruq,U INTERNASIoNAL
II-6
GnanmII.6.
PERTTUnaNGAN ESKPoR
il-7
Gneru< II.7.
PnRxrunaNGAN IMPOR
tr-8
GRAFIKII.S.
PnnTUrtnuHAN KREDN PpNSA,NKAN
tr-9
Gnnrx II.9.
Nnar Prnsnru1ueN INvrst^esl
Btnca
IT-2
tr-5
. .............
tr-10
GRAFIKII.lO. INDEKS HARGA Sn,Hau GABUNGAN
a-12
GnarucII.11. INDEKS KEPERCAYAAN KoNSUMEN . ..............
n-t2
Gnarx
IT-12
tr.12. INDEKS SE}.ITn,IEN BIsMs
GnerxII.13. PrNJuer,tN Monu, oeN SrpBpe MotoR
tr-13
GRAFIKtr.14.
PrN;uareN
GRAFIKII.15.
ARUs
GRAFtr( II.16.
KuRs HarueN peN IHSG -BEJ. ..........
II-18
GRAFIK M.1.
Drpnrsresl Rfi. MATA UANG
III4
SnrrmN DAN LrsTRtr(
t$(rsetRvlN AsrNc
u-13
tr-15
w
Gnarx trI.2.
GRAFK
ry.l.
GnerxIV.2.
PRoyrrslEroNorrnTAHr.rN2oo3
m7
Iuoxs UpaH Srrron Iwousrnr
................ fV-U
PrNouourMrsKrN
.................. tV_20
Derren Bors
HereueN
DA},(P^AKTnecnprBeu
BoKstr.1.
ANernn
BorsIV.l.
PnNc.r.nun Knrmersteru-lN Pourm oeN KEAMANAN paoe
BoKs tv.2.
tr-16
Mn{ATINVEsrAsr.
BEBERAPAM TTnTPoKoKRUU PENTNAMANMoo
vt
lV-2
T
Tv.7
Kere PTNcaNTAR
Rancangan undang - Undang (RUU) rentang APBN Tahun 2003 termasuk
Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) Tahun 2003 telah dibahas dan disetujui
oleh DPR. Repeta nleTuat_program pembangunan, rencana tindalc, dan keranjka
ekonomi makro. Buku kecil ini merupakan hasil studi yang melandasi penyusunan
kgSngka ekonomi makro
19n.t,2003 serta disusun berdaiarkan Lemajrratt hirrgg,
akhir tahun 2002 danmasalah pokok yangakandihadapi pada tahun zciol.
studi ini adalah
kegmpat kalinya, diawari dengan Mmatap ke Depan
Perekonomian Nasional (1999), kemudian disusul oleh Ferekono*i, Ind,onesia
Tahun 2001: Prospek dan Kebijakan dan Perekonomi.an Indonesia Tabun 2002:
dan Kebijahan. studi-studi tersebut mewarnai penyusunan program
!"rp:p
Pembangunan Nasional (Propenas 2OO0 - 2004) dan APBN Tahun Anggaran 2000
- 2003.
rp!
BYfu ini terbagi atas tiga bagian pokok. Bagian perrama, memaparkan proses
pemulihan ekonomi
\ang terjadi hingga akhir iahut 2002. Bagian ked,ra,
menguraikan prospek ekonomi tahun 2OO3.Bryranketiga, membahas [eberapa isu
penting yang perlu mendapatkan perhatian antara lain lnvestasi, ketenag"kerja"n,
kemiskinan, pemberanrasan korupsi, dan dampak tragedi Bali.
saya mengucapkan selamat kepada 'Tim Makro, Bappenas atas sumbangannya
untuk menyusun way-afn ke depan perekonomian Ind-onesia. Semogr briku irri
memberi manfaat bagi kita semua.
Menteri Negara
Perencanaan
Kwik
vu
bangunan Nasional/
I
RwcresAN Ersnrrunr
Ben
A. Pnosns PnuwlHAN EroNonar T,lHuN
2OO2
Stabilitas moneter seperti tercermin dalam laju inflasi, pergerakan nilai tukar,
dan suku bunga mengalami kemajuan yang berarti selama t.h.to 2002. Namun
demikian kemajuan selctor riil masih rendah dibanding perkiraan awal.
Memasuki tahun 2002, stabilitas moneter meningkat. Nilai tukar rupiah
menguat hingga mencapai Rp 8.230,-/Us$ pada akhir bulan
Juni 2002. neani
masyarakat yang berlebihan menjelang Sidang Tahunan MPR awal bulan Agustus
2002, melemahkan kurs t rpi.h.,Dengan berakhirnya Sidang Tahunan MpR yurg
feldan_dengan aman, nilai tukar rupiah kembdi -.ttg.t.t. pada pene"g;h;
bulan Oktober 2002 kurs rupiah kembali melemah berkaitan dengan ta"k* bom
di Bali; namun kemudian secara benahap menguat hingga *.tt rp"i Rp g.940,- per
dolar AS pada akhir tahun 2002.
Stabilnya kondisi politih dan kemanan di dalam negeri serta mengurtnya nilai
tuhar rupiah membantu pengendalian uang beredar. Laju pertum-buhan uang
primer sejah Januari 2002 berhasil dikenddikan di bawah 14Yo bahkan sejah April
2002 di bawah 109o. Pada bulan November 2002, posisi uang primer meningiat
1.5,8a/o dibandingkan bulan- yang sama tahun sebelumnya berkaitan dengan
datangnya bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Seiring dengan penguatan
.barang'barqg
nilai tulcar rupiah, lancarnya kembdi distribusi
kgbutuhal dan jasa, serta terkendalinya laju penumbuhan uang
primer, laju inflasi pada bulan-bulan berikutnya cenderung menurun. Dalam
lreseluruhan tahun 2}O2,laju inflasi mencapai 1O,O% lebih rendah dibandinghan
tahun sebelumnye y{rymencapai !2r5o/o.
L1
Kecenderungan menurunnya laju inflasi dalam tahun 2002 memberi ruang
gerak bagi Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat bunga SBI 1 bulan secara
benahap dari t7,6o/o pada akhir tahun 2001 menjadt L2,9o/o pada akhir bulan
Desember 2002.
Memasuki triwulan n/2002 ketidakpastian global kembali meningkat
disebabkan arLtara lain oleh menurunnya kepercayaan investor akibat kasus
keuangan yang melanda perusahaan-perusahaan terkemuka (Enron, \TorldCom,
dan Xerox) yarLg selanjutnya mengakibatkan gejolak di bursa \[all Street.
Ketidakpastian juga meningkat karena kekuatiran terjadinya perang terbuka di
kawasan Timur Tengah. Kesemuanya itu mempengaruhi proses pemulihan
ekonomi dunia tahun 20A2.
Lambatnya pemulihan ekonomi dunia turut mempengaruhi kinerja
perekonomian Indonesia. Nilai ekspor Indonesia selama 11 bulan pertama tahun
2002 mencapai US$ 51,9 miliar, turun sekitar 0,4olo dibandingkan dengan periode
yangsamatahun sebelumnya. Sejalan dengan itu, totd nilai impor hingga 11 bulan
pertama tahun 2002 turun sebesar 1,9olo menjadi US$ 28,3 miliar dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada akhir bulan Oktober 2002, posisi kredit meningkat menjadi Rp 347,8
triliun atau naik 9,1o/o dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Rasio
kredit macet yang ditunjukkan dengan tingkat NPL terhadap total kredit juga
menurun menjadi 9,9olo dibandingkan akhir tahun 2001 yaitu sekitar tl,7o/o.
IU0alaupun
terjadi peningkatan pemberian kredit, fungsi intermediasi
perbankan belum sepenuhnya pulih. Ini terlihat dari rendahnya penyerapan kredit
baru oleh sektor riil yang sampai alchir tahun 2001 baru mencapai Rp 56,8 triliun
atau hanya 44,60/o dari komitmen kredit baru yang disediakan oleh perbankan
sebesar Rp L27,3 triliun. Rasio penyaluran kredit dibandingkan dengan
penghimpunan dana (LDR) pada akhir bulan Juli 2002 baru mencapai 34,9o/o javh
di bawah pencapaian akhir tahun 1997 sebesar 82$o/o.
Proses restrukturisasi utang perusahaan juga berjalan lambat. Sampai dengan
bulan September 2002, jumlah hredit yang telah terbayar penuh hanya mencapai
sekitrr Rp L7,2 triliun atau sekitar 4,7o/o dari total kredit bermasalah.
Meskipun stabilitas moneter membaik, tingkat kepercayaan masyarakat belum
sepenuhnya pulih. Minat investasi baik dalam maupun luar negeri masih lemah,
ditandai dengan menurunnya nilai persetujuan penanaman modal dalam negeri
(PMDI.0 dan penanaman modal asing (PMA). Dalam tahun 2ee2 proyek yang
disetujui dalam rangka PMDN hanya berjumlah 181 dengan nilai peisetujuan Rf
25,3 triliun, turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan
proyek berjumlah 264 dan nilai persetujuan sekitar Rp 58,8 triliun. Adapun
proyek y^ng disetujui dalam rangka PMA berjumlah L.135 dengan
"it.i
persetujuan sekitar US$ 9,7 miliar, turun dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya dengan proyek berjumlah 1.333 dan nilai persetujuan iekitar
US$ 15,1 miliar.
Belum pulihnya kepercayaan masyarakat juga terlihat dari arus modal sv/asta
ke dalam perekonomian. Sampai dengan tiga triwulan perrama tahun 2002, anrs
modal langsung swasta (neto) masih defisit sekitar US$ 2,8 miliar. Kepercayaan
masyarakat dicerminkan pula oleh Indeks Kepercayaan Konsu*.tt (trtK) y"ttg
pada bulan November 20Q2 hanya mencapai 94,1, lebih rendah dibandingkan
dengan akhir tahun 2001 yaitu sekitar 100,5. Demikian pula, Indeks Sentimen
Bisnis (ISB) dalam periode Oktober/November 2002, ISB hanya mencapai lll,6,
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2ool (112,6).
kumulatif, sampai tiga triwulan perrama tahun 2002, pDB meningkat
3,4o/o dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, didorong
"l.h
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah yang naik masing-masing
sebesar 5,8olo dan 10,8o/o. Sebalihnya investasi fisik, ekspor, dan impor rurun
masing-masing sebesar 3,5o/o,3,7o/o dan !6,50/o. Dari sisi produksi, sektoipertanian
dan industri pengolahan masing-masing tumbuh sekitar 3,8olo d"r, 3,3o/o; sedangkan
sektor-sektor lainnya tumbuh sekitar 3,3o/o.
Secara
B. PnospEK EKoNoMI
TAHI.JN 2OO3
Dalam tahun 2003, pemulihan ekonomi dunia diperkirahan terus berlangsung
namun lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Perekonomian dunia diperkiiakan
tumbuh sekitar 3,7o/o,lebih rendah dari perkiraan sebelumnyayaitu r.Lit., 4,Oo/o.
I-3
Perekonomian AS dan_ Jepant, dua negara tujuan ekspor terbesar
Indonesia,
diperkirakan tumbuh sekitar 2160/o dan L,Lo/o.
Mengingat perekonomian dunll masih
.diliputi ketidakpastian, proses
pemulihan ekonomi dalam tahun 2003 perlu diduiung
oleh peiminir.n dalam
Dengan
ekspansi
yang
terbatas
baik
dari
kef,ijak"r,
torrrrer maupun
legeri
kebijakan fiskal, proses pemulihan ekonomi perlu jid,rL,rrrg ol.h L.gi"t*
investasi dalam danluar negeri. Investasi dalam dan luar negeri dlperkirakan
akan
meningkat padt
2003 sejalan delBan meningkat"|. k.p.r riyr^" dunia
!*"n
usaha,. makin pulihnya fungsi intermediasi perbanian, dan
;.#;;parnya
penyelesaian restrukturisasi utang swasta.
Pada tahun 2003 koordinasi kebijakan fiskal dan moneter akan
rcrap
dipelihara. Kebijakan moneter akan dilaksanakan secara konsisten
dan berhatihati
guna mexyerap kelebihan likuiditas tanpa mengorbankan momenrum
pemulihan
ekonomi. IJpaya tersebut dilakukan delsan mJngendalikan uanf pr#r-la1"i
kombinasi operasi pasar terbuka (oPT), sterilisisi valuta asing] ^d"n intervensi
rupiah secara optimal guna mengendalikan inflasi.
Kebijakan fiskal tahun 2003 diarahkan pada konsolidasi fiskal yaitu
tercip t^rLya
APBN yang sehat, terpeliharanye hetahanan.fiskal y"rrg b.rkelarrj,rtarr'
W*4
sustainabilit) dengan tetap mengupayakanpemberian rri*il,r, fiskal
batas-*.rrg.-.nkan
batas kemampuan negara untuk
momenrum proses pemulihan
ekonomi. Dalam tahun anggaran zoo-l-f!1ir antgaran diperkirak.,
J"u.r",
np
-tahun
pDB,
i"l"*
triliun atau sekitar 1,8o/o
lebih
dibanding ApnN
sebelumnya yaitu sekitar 2,4o/o pDB. Dengan menurunnya defisit"aogg"r"o,
beban
otoritas monerer d{am mengendalikan uang beredar ahan berkur"i'g-;;g
p"a"
gilirannya memudahkan upaya untuk *.og.id"likan inflasi.
tr"a*
34,4
Dgngan stabilitas politik dan keamenan yang rerap re{pelihara
baik, kurs
rupiah akan ditentukan oleh fundamental ekon"tii. n.ttlrdwrlan kembali'utang
melalui Paris Club Itr, peninglcatan efektivitas-pencairan p'injam*
t"",
dan
peningkatan ilclim investasi termasulr
".g.ri,
pas1,
mojd
di
dalam"
negeri
.pedi_
diperkirakan meningkatkan stabilitas rupiah
pada nilai tukar r.t ir.rif-r.ooo p.,
dolar AS. Dengan kurs sekitar Rp 9.000 per iolar AS dalam tahun
2063 tersebut,
14
komoditi ekspor nasional diperkirakan masih mampu bersaing
di
pasar
internasional.
Dengan laju pertumbuhan uang primer yang tetap terkendali dan stabilnya
kurs rupiah serta dengan memperhitungkan kenaikan harga BBM, tarif dasar
listrik, dan telepon; laju inflasi dalam keseluruhan tahun 2003 diperkirakan sekitar
9olo.
Kecenderungan menurunnya,leju inflasi, rendahnya suku bunga internasional,
dan menurunnya risk premiurn selanjttnya memberi ruang gerak yang lebih
longgar bagi BI untuk menurunkan suku bunga. Suku Bunga sBI 3 bulan
diperkirakan turun menjadi sekitar 13olo.
Dengan perkembangan tersebut, perekonomian nasional tahun 2oo3
diperkirakan tumbuh 4olo, lebih dnggi dibandingkan perkiraan tahun 2002 yaitu
3,5o/o. Pertumbuhan tersebut bersumber pada peningkatan permintaan domestik
seperti konsumsi rumah :'an1ga dan pembentukan modal tetap bruto @MTB).
Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi tahun 2003 terutama didorong pulihnya
industri pengolahan non-migas yang diperkirakan tumbuh sekitar 6,40lo.
C. BmrnePA Isu
Pnlmxc
1. Irwrstnsr
Iklim
investasi di Indonesia dihadapkan tidak saja pada tanrangan untuk
menarik penanaman modal baru, tetapi juga tantangan untuk mempertahankan
Penanaman modal yang sudah ada di Indonesia. Rencana kepindahan perusahaan
multinasional Sony ke Malaysia menunjukkan bahwa iklim investasi di Indonesia
sudah berada pada tahap yang memprihatinkan.
Banyak faktor yang menghambat investasi di Indonesia. Beberap a yarLgpokok
lain adalah sebagai berikut. Pertama, masih admya gangguan keamanan
^nt^rabeberapa wilayah
pada
yang meskipun bersifat lokal namutt d"prt memberi
pengaruh pada skala nasional yang pada gilirannya dapat mengakibatkan
kekuatiran investor untuk menanamkan modalnya artuv menunda realisasi dari
rencana investasinya. Kedua adalah lemahnya penegakan hukum yang selanjutnya
I-5
mengakibatkan ketidakpastian hak milik (propnty right) dan perjanjian usaha di
Indonesia. Ketiga adalah kurang kondusifnya pasar tenaga kerja di Indonesia.
Berlarutnya penyelesaian dua RUU Ketenagakerjaan berpotensi meningkatkan
birya renaga kerja di Indonesia, menyangkut isu berltaitan dengan kewajiban
perusahaan untuk membayar upah selama pekerja melakukan aksi mogok, uang
pesangon, uang ganti rugi, dan uang penghargaan pada saat pekerja berhenti.
Dengan produktivitas yang rendah dan upah yang sulit diperkirakan secara pasti,
daya tarik investasi di Indonesia dari sisi ketenagakerjaan menurun drastis.
Keempat adalah rumpang tindihnya kebijakan pusat dan daerah,
serta
yang
dan
daerah
antara
pemerintah
pusat
kesimpangsiuran pembagian kewenangan
berkaitan dengan penyusunan kebijakan di bidang investasi, pemberian insentif,
dan perijinan. Kelima adalah prosedur yang panjang dan berbelit sejak dari
perijinan hingga kepabeanan yang tidak saja menambah biaya investasi tetapi juga
menurunkan kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang
ada. Keenam adalah lemahnya insentif perpajakan. Sistem perpajakan termasuk
administrasi pajak perlu disempurnakan agar tercipta sistem perpaiakan yang
efisien, efektif, dan mampu mendorong Pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan. Ketuiuh adalah faktor eksternal berupa meningkatnya daya tarTk
negara-negara Asia lainnya sePerti RRC dan Vietnam.
Beragamnya masalah investasi tersebut menuntut kebijakan yang holistik dan
lintas sektor. Dalam kaitan itu perlu ditempuh dua kebijakan pokok sebagai
berikut. Pertama adalah mempertahankan penanaman modal yang sudah ada di
Indonesia. Kebijakan ini dapat ditempuh dengan meningkatktn check and balanced
system yang mampu menampung keluhan dari kegiatan investasi yang ada sefta
menindaklanjuti secara cepat dan efektif. Dalam kaitan itu pemerintah
membentuk gogor tugas pada tingkat yang lebih tinggi lagi dan langsung diketuai
oleh Presiden. Dengan gugus tugas baru ini diharapkan masalah investasi yang
sifatnya lintas sektor dapat diselesaikan dengan cePat dan tePat.
Kedua adalah meningkatkan daya tarik perehonomian yang mampu menarik
minat penanam modal. Kebijakan ini mencalcup upaya untuk meningkatkan
kepastian hukum bagi penanam modal, menyederhanakan Proses perijinan,
meningkatkan produktivitas teraga kerja, dan menyemPurnakan sistem
peryajakan termasuk prosedur kepabeanan. Dalam kaitan itu, RUU Penanaman
I-6
Modal perlu segera diselesaikan dengan memberikan jaminan persamaan perlakuan
antara PMA dan PMDN. Dalam RUU Penanaman Modal, visi dan misi BKpM
akan beralih dari Regulatory Body menjadiMarket Diven SenticingAgency. Dengan
pelayanan satu atap (one roof sentice), prosedur perijinan aisedeihanakan Jan
dipercepat.
2.
KTTnNncAKERJAAN
Berdasarkan Sakernas (Agustus 2002), dari seldtar 97,7 juta angkatan kerja,
jumlah yang bekerja mencapai 89,6 juta orang (9L,7o/o). Sekitar 39o/o pekerjaberada
di sektor formal, dan sisanya sekitar 6!0/o bertda di sekror informal. Jumlah
pengangguran terbuka, pada bulan Agustus 2OO2 mencapai 8,1 juta orang (g,3yo).
Dari jumlah tersebut, sekitar 59,5o/o adalah penduduk usia muda (15-24 tahun).
Teldapat dua permasalahan pokok di bidang ketenagakelaan yairu rendahnya
produktivitas tenaga kerja Indonesia serta besarnya angka penganggurao terbrrta
dan setengah pengangguran. Masalah pengangguran ini perlu dipecahkan dengan
menciptakan iklim pasar tenaga kerja yang sehat terutama dalam bentuk hubungan
industrial yang harmonis serta kebijakan lintas sektor yang mampu mencipt"L.n
lapangan kerja baru, sena peningkatan perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar
negeri.
Dua RUU yaitu tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan (PPK)
sefta tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHD sampai saat
ini masih dibahas di DPR.
Terdapat beberapa isu dalam kedua RUU tersebut yang perlu mendapat
perhatian. Pertama adalah penetapan upah minimum dan pesangon. Hingga
pertengahan tahun 2002 upah minimum tidak saja meningkat secara nominal,
tetapi juga secara riil, lebih tinggi dari sebelum krisis. Mengingat dampak upah
minimum yang cukup besar terhadap penciptaan lapangan kerja dan terhadap
pendapatan di sektor informal, beberapa kebijakan yang perlu diambil antara lain:
mengintegrasikan kebijakan upah minimum dengan kebijakan ekonomi makro
sefta memberi dukungan terhadap penciptaan kondisi kerja yang lebih baik sepeni
melalui penyediaan rumah tinggal yang dekat dengan pabrik, minghapus berbagai
pungutan usaha, serta menjaga kebutuhan pokok dari inflasi yang tinggi.
r-7
Selanjutnya dengan masih berlakunya Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
L50/2000 serta akan diundangkanny^ RUU PPK, prinsip keadilan perlu
dipenimbangkan agar ddak ada pihak yang merasa dirugikan. Kenaikan jumlah
uang pesangon diharapkan tidak justru memberi dampak negatif terhadap
keinginan perusahaan untuk menyerap tenaga kerja y^ng pada gilirannya
mendorong perekonomian lebih ke arah padat modal. Sistem pesangon yang
berlebihan dapat merugikan kepentingan tenaga kerja karena menghambat
perusahaan mempekerjakan lebih lama dan memperkecil produktivitas tenaga
kerja di perusahaan.
Kedua adalah penciptaan hubungan industrid yang harmonis. Salah satu isu
y^ng menjadi fokus dari pengusaha adalah penolakan terhadap kewajiban
pengusaha untuk membayar upah kepada buruh yang mogok kerja. Permintaan
untuk tetap membayar upah kepada buruh yffig mogok kerja cenderung
merugikan penyelesaian perselisihan perburuhan. Isu lainnya adalah larangan
untuk mengganti buruh yang melakukan mogok kerja.
Pemerintah Indonesia mengusulkan sistem hubungan-industrial dengan
keterlibatan pemerintah yang sangat tinggi dalam administrasi dan penegakan
hukum. Saat ini praktik internasional justru mengarah pada terjadinya kesepakatan
sukarela dalam perselisihan dan collectioe barganing pada tingkat perusahaan yan1
mendukung standar pekerja dan produktivitas. Seyogyanya penetapan standar
pekerja dan penyelesaian ltonflik lebih didasarkan kesukarelaan. Peraturan yang
berlebihan akan mendorong up^y^ penyelesaian meldui jalur peradilan yang dapat
kontra produktif serta mendorong terbentuknya kontrak kerja jangka pendek.
Isu lain adalah perlindungan bagi TKI di Mdaysia. Beberapa kebijakan'png
perlu dilakukan untuk menghindari terulangnya masalah antara ke dua negara
adalah sebagai berikut. Pertama, pembentukan institusi independen yang
mengatur migrasi tenaga kerja yang tidak di bawah Depnakenrans dan depanemen
PJTKI dan instansi terkait. Kedua,
lainnya untuk menghindari kolusi
^nrtra
peninjauan praktik-prakdh ilegal pada pelaksanaan rekruiting dan penempatan
TKI. Sebagai contoh, keharusan TKI untuk menyerahkan paspor kepada pemberi
pekerjaan ketika tiba di Malaysia drpat dipandang sebagai tindakan ilegal yang
memperlemah kebebasan TKI di luar negeri dan menjadikannya seperti sandera.
Ketiga, penyederhttaerL prosedur. Rekruiting dan penempatan tenaga kerja asing
'
yang diatur secara ketat dapat menjadi sumber punguran
terhadap tenaga kerja.
liar dan
pemerasan
3. I(EtrrtsrtNAN
Pada tahun 2002, penduduk miskin di Indonesia diperkirakan berjumlah
sekitar 37,5 juta orang arau !7,8o/o. Penduduk miskin di perkotaan berjudah
sekitar L3,2 }uta (r4,3D; sedangkan di perdesaan sekitar 24,i jut;- (20,5oA. bilih.t
dari penyebarannya, sekitar 78,5o/o dari seluruh penduduk miskin berada di pulau
Jawa, Sumatera, dan Bali dengan rincian sekitar 57,5o/o dari total penduduk mislcin
di Jawa dan Bali, 20,5o/o di Sumatera,7,5o/o di Sulawesi, 6,20/o di Nusa Tenggara,
3,9o/o diMaluku dan Papua, serra 3,8olo di Kalimantan.
Kemiskinan paska krisis ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat
sebagai akibat dari pengurangan jam kerja dan peningkatan jumlah pengangguran.
Penurunan pendapatan masyarakat tersebut membawa dampak ganda terhadap
Pergeseran pola kehidupan keluarga seperti pergeseran pekerjaan dari sektor
formal ke informal, penurunan porsi pengeluaran ,rtrt.rk kebutuhan pangan,
kesehatan, dan pendidikan, serta peningkatan keresahan sosial baik di 1i"jt"t
keluarga maupun masyarakat.
Tantangan utama dalam jangka pendek adalah meningkatkan kesejahteraan
penduduk miskin melalui pendekatan kemanusia tn yang menekankan pemenuhan
kebutuhan dasar, pendekatan lcesejahteraan melalui peningkatan dan
pengembangan usaha ekonomi produktif, serta penyediaan jaminan sosial dan
perlindungan.
,
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ditempuh dua strategi utama.
Pertama adalah melindungi keluarga dan kelompok masyarakat yang mengalami
.
kemiskinan setnentara akibat dampak negatif krisis ekonomi, kenaikan BBM, dan
kebijakan lainnya. Kebijakan jangka pendek ini anrara lain dituangkan dalam
program Jaring Pengaman sosiel/social safety Net 0ps/ssN), penyediaan
kebutuhan pokok untuk keluarga miskin, dan infrastruktur perdesaan.
Kedua adalah membantu masyarakat yang mengdami kemiskinan struktural
dengan memberdayakan mereka agar mempunyai kem"mprran untuk berusaha.
Kebijaftan jangka menengah dan panjang ini mencakup antara lain kebijakan
p"rr.'iptrrn dan perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat
kemampuan dasar masyarakat miskin
Qommuni.ry r*por"r*ent), peningkatan
bui.lding), dan perlindungan sosial (social protection).
Qapacity
No. 2012002 dibentuk Tim Sistem Jaminan Sosial Nasional
Melalui Keppres
-mempersiapkan
konsepsi dan penyusunan sistem jaminan sosial
yang benugas
nasional serta naskah akademis dan sena konsep awal RUU Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Dengan sisrem jaminan sosial diharaplcan seluruh penduduk Indonesia,
khususnya p.ttd.td,rL miskin, di masa mendatang mendapatkan perlindungan
Program Sistem Jaminan
sosial yang
-akanmemenuhi standard minimum kemanusiaan.
jaminan
sosial yang telah
dikembangkan berdasarkan pada sistem
Sosial
berkembang di masyarakat.
4.
PE,IVISNRANTASAN TINIPET
PPENE KONUPSI
faktor yang selama ini dianggap menjadi sumber terjadinya prakdk
korupsi adalah penyalahgunaan kewenangan publik untuk memperoleh
keuniungan pribadi (abuse of power). Selain itu, belum adtnya Peraturan
perundang-rrttdtttgtt yang mendukung pelibatan masyarakat dalam Proses
p.**.15.tr dan pelaksanaan berbagai kebijakan dalam_ rangka pelaksanaan tugas
o*.t- pemerintah secara tidak langsung semakin memberikan peluangteriadinya
praktik korupsi.
Salah satu
Memasuki tahun ketiga pelaksanaan UU No. 25/2000 tentang Propenas,
Pemerintah terus mengupayakan langkah-langkah strategis dan rencana ke depan
yang benar-benar diprioritaskan untuk mempercepat penuntasan _ kasus-kasus
ii"a* pidana korupsi y^ng diharapkan &pat mengembalikan kepercayaan
masyarakat terhadap supremasi huhum.
Strategi pemberantasan korupsi meliputi
3
upaya pokok. Pertama,
pemberdayaan keterlibatan masyarakat yarrrg merupakan salah satu pilar konsep
open governrnent,terutama yang berkaitan dengan ketataneg tean. -Pemberdayaan
lain dapat diterapkan dalam hal proses
k.t.tlib"trn masyarakat tersebut
^ntera
perumusan dan penyusunan kebijakan publik karena peluang terjadinya praktik
korupsi sangat besar dan melekat pada proses Penyusunan dan perumusan
I-10
Peraturan Perundang-undangan (egislasi) dan dalam proses beracara di pengadilan.
Untuk itu, Pemerintah perlu segera menyiapkan peiangkat p.rrgrtrrrrn ny-^, y^ng
meliputi lntara lain mekanisme dan tet^ cera pengawasan serta akuntabilitas
pefafu Pengawasan dalam bentuk ketentuan yuridis sebagai landasan hukum
pelaksanaan pengawasan.
lembaga peradilan, dugaan dan persepsi terjadinya prahtik korupsi juga
cukup lama dan sebagai akibatnya kepercayaan dan keyakinan
_berlangsung
pada lembaga peradilan semakin terlcikis. Pada umumtry" dngr"n praktik korupsi
di
peradilan s{ah satunya berawal dari ketiadaan akie, *.ry.r.irt
.lembagaterhadap informasi yang berkaitan dengan proses pengambilan putusan pengadilan.
Ketiadaan akses masyarakat terhadap informasi tersebut rttt.r. l.in krt o.-.drrry,
ketentuan-ketentuan yang mengarur bahwa hanya pihak yang berperkara yang
dapat memperoleh salinan purusan pengadilan
ld.
telah
Mahkamah Agung, sejak pertengahan tahun 20OO telah menerapkan dissmting
op.inion khusus pada perkara kepailitan dalam lingkup peradilan Niaga, sebaga-i
salah satu bentuk.mekanisme pengawasan masyarakai terhadap berlaigsungnya
proses peradilan dan kompetensi seorang hakim termasuk *.rtn prrtrri"r, y"rrg
dihasilkannya. Untuk dapat memberlakulcan di semua lingkungan ierseb.rt tetap
diperlukan perangkat peraturan lain yang mendukung. oleh Lrrro. itu, perlu
s.egela disusun Penyempurnaan peraturan hukum acara peradilan perdatr
1ifn1
dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
itu sesuai dengan amanat Perubahan ietiga UUD 1945 perlu dibentuk
suatu Komisi Yudisial yffit mandiri dan berwenang untuk mengusulkan
pengangkaran Hakim Ag.rttg sena menjaga, menegakkan kehormatan, kJl,rhrrran
Selain
martabat dan perilaku Hakim.
Kedua, pembentukan Komisi Anti Korupsi yang merupakan pelaksanaan tru
No. 3111999 sebagai rylg lembaga independen. Kegagalan lembaiaJembaga yang
lalu pada umumnya disebabkan oleh adanya ketidakpastian ,,rf,"r, f.rrrfri, dal
kewenangan yang dilerikg sehingga seringkali duplikatif derrglo-k"*Jrr"r,g*
penyidikan tindak.pidana korupsi yang merupakan bagian tng.i krpolisian Jan
kejaksaan. Disamping itu, tata cara dan prosedur sen-a efektrllritas pelaksanaan
kegiatan lembaga dimahsud masih menjadi p.n*y..r, yang patut uor.rl dijawab.
I-1
1
YP^y^ terakhir yang dinilai akan sangat mendorong percepaan pemberanrasan
tindak pidana korupsi dalam rencana jangka menJngah i"tt p"nj.nj adalah
pelatihan bagi aparat hukum dengan menitikberatkan p"J. p.rr1t,"r"o k"Jrrs-kasus
korupsi, diantaranya meliputi pelatihan untuk para penyidih dalam rangka
meningkatkan kemampuan melakukan penelusuran 'hana kekayaan yang
diperoleh dari praktik korupsi (tracing asiet trainin$ dan pelatihan i.rkrit.r,
dengan kemampuan untuk memperoleh.dan *.trg.r-fnkan alat-alat
b.rkii, yang
pada umumnya pada kasus-kasus korupsi sangar
account).
rJit
dit.l,rsuri dan dicari
(f";*ri,
5. Tnecrot Bert
Tragedi Bali beqpengaruh terhadap perehonomian Bali pada khususnya
dan
perekonomian nasional pada ,tm.r-ny". Besarnya dr-p"k tragedi B.li'r*g.,
tergantung pada uPaya pemerintah dan masyarakat untuk meminimalkan
pengaruh negatif yang timbul.
Secara umum kebijakan yang ditempuh diarahkan untuk memulihkan
citra
Bali, mencak.p lima upaya pokok yaitu: penanganan korban ledakan bom;
peningkatan keamanan termasuk upaya untuk meng.rngkap dan *.n.*.rk*
Pelakuknya; pemulihan prasarana fisik di daerah lelaka'n;'pemulihan
kondisi
'n.grtifny, --t.rh.d"p
ekonomi termasuk uPaya untulc mengurangi dampap
perekonomian nasional; serta penciptaan.rTlg p."gaman sosia"l b"gi
-rsyar.k"t
yang terkena dampak langsung dari tragedi Bali.
Dalam
h4
penanganan korban meninggal pemerintah berupaya untuk
menemukan idendtas para korban secara ilmiah dengan melakukan p.-eriksar'
DN4. sedangkan untuk korban cecat dan korban rrauma diupayakan
mendapatkan Penanganan secara cepat dalam bentuk perawatan gratis,
isuransi,
konseling berkala, pendampingan, dan sebagainya
peningkatan keamanan diarahkan untuk memperkecil kemungkinan
t_erjadinya tragedi serupa baik di Bali maupun daerah-iaerah wisata
hlo.ryr.
seminggu serelah tragedi Bali, pemerintah mengeluarkan dua p.r.rrrr*
.9Pty.
(P.rpu),. yairy prtp, No. t/2002 renrang
_uy
Tindak Pidana Terorisme dan pirpu No. 2/2002 tenrang
Pemerintah PenggaT{
Pemberantasan
I-12
Pengusutan Kasus Peledakan Bom di Bali, serta dua Instruksi Presiden, yairu
Inpres No. 4/2002 yang pada intinya menginstruksikan kepada Menko Polkam
untuk merumuskan kebijak an yangkomprehensif dan terpadu bagi pemberantasan
tindak pidana terorisme serta Inpres No. 5/2002 yang memerintahkan kepada
Kepala Badan Intelijen Negara untuk melakukan koordinasi
pelaksanaan
operasional kegiatan intelij en seluruh instansi.
Untuk meningkatkan keamanan terhadap aksi terorisme internasional
dan
sekaligus menjamin keselamatan terhadap wisatawan asing perlu dikembangkan
sistem keamanan terpadu yang mampu menciptakan rasa aman bagi wisatawan di
daerah-daerah wisata penting, termasuk sistem informasi yeng memastikan
keberadaan vrisatawan asing di Indonesia.
Pemulihan prasarana fisik dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi
infrastruktur seperti sebelum terjadinya tragedi Bali yang sekaligus akan
mengurangi ingatan bahwa tragedi tersebut pernah terjadi di Bali.
Dalam vpay^ mempercepat pemulihan ekonomi Bali, pemerintah berupaya
untuk memberikan perlindungan (safeguarQ pasar dalam negeri, khususnya untuk
produk-produk kerajinan dari Bali. Upaya lainnya dilakukan Bank Indonesia
dengan memberi perlakuan khusus terhadap kredit perbankan di Provinsi Bali
melalui penetapan Bali sebagai distressed area yitu daerah yang memerlukan
penanganan khusus untuk mendorong pembangunan ekonomi. Serangkaian
promosi dan kampanye Bali sebagai salah satu tempat wisata paling aman di
Indonesia dengan pemberian fasilitas perjalanan ke Bali, baik di dalam dan luar
negeri ditingkatkan serta pendekatan komprehensif kepada negara-negara yang
menerapkan traoel banke Indonesia dilakukan.
Dalam penciptaan jaring pengaman sosial bagi masyarakat yang terkena
dampak langsung dari tragedi Bali. saat ini sedang diidentifikasi kelompok
masyarakat yang terkena dampak langsung atas tragedi tersebut antara lain
mxyarakat miskin, pekerja kasar, dan UKM. Selanjutnya program bantuan
pelayanan dasar dalam bidang kesehatan dan pendidikan kepada p^ra korban di
provinsi Bali dan daerah sekitarnya sedangkan disiapkan. Dengan langkahJangkah
ini diharapkan dampak negatif tragedi Bali baik terhadap perekonomian Bali
maupun perekonomian nasional dapat diminimdisir.
I-13
Bng II
Pnosns PEMULIHAN ETtoNoMI TnHUN 2OO2
Dalam tahun 200I, perekonomian Indonesia tumbuh 3,3o/o, lebih rendah dari
tahun 2000 yang mencapai 4,9o/o. Pertumbuhan ekonomi tahun 2OOt yang relatif
rendah tersebut tidak memadai untuk mengurangi pengangguran. Jumlah
pengangguran terbuka meningkat dari 5,7 juta (6,Lo/o dari total angkatan kerja) pada
tahun 2000 menjadi 8,1 juta (8,0olo dari total angkatan kerja) pada tahun 2ool.
Dengan jumlah penduduk sekitar 206,5 jutepada tahun 2OOI, pendapatan nominal
per kapita masyarakat meningkat menjadi Rp 7,1 juta. Dengan melemahnya nilai
tukar rupiah, pendapatan per kapita turun dari US$ 742 dalam tahun 2000 menjadi
US$ 697 dalam tahun 2001. Adapun dalam harga konstan tahun 1993, pendaparan per
kapita tahun 2001 mencapai Rp 2,0 jvta, masih lebih rendah dibandingkan tahun tglz
sekitar Rp 2,2 juta.
A. MoNsTEn
Memasuki tahun 2002, stabilitas moneter meningkat. Didukung oleh kondisi
politik dan keamanan yang relatif stabil, nilai tukar rupiah menguat dari Rp 10.440,perdolar AS pada akhir tahun 2001 menjadi Rp 8.730,- per dolar AS pada akhir bulan
Juni 2002. Disamping itu pergerakan nilai tukar juga lebih stabil t.perti tercermin dari
volatilitasnya yalF cenderung menurun. Pergerakan nilai tukar rupiah harian dapat
dilihat pada Grafik tr.1.
tr-1
Grafik II.1.
PERGERAKAN KURS RUPIAH HARIAN
S. e -
Eo- 4f"l-
'E
5v
j-2
t na-8
E -01-J.|.0l ols?al
6Ndl
lrrd
llklO2
,+M.y{2
Faktor-faktor yan1 mendorong penguatan kurs rupiah arLtara lain adalah
keputusan pemerintah untuk tetap menggunakan pola lama penyelesaian kewajiban
pemegang saham (PKPS) bagi debitor eks Bank Beku Operasi, Bank Beku Kegiatan
Usaha, dan Bank Take Over: keberhasilan pemerintah di dalam menjadwal ulang
cicilan utang pokok dan cicilan bunga utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo
pada periode April 2002 sampai Desember 2003 melalui Paris Club Itr; serta
kecenderungan mengu atr.ya mata uang regional.
Kecenderungan menguatnya kurs rupiah juga terlihat dari membaiknya indikator
resiko jangka pendek, seperti turunnya premi swap untuk jangka waktu 6 bulan dari
L6o/o pada akhir tahun 2001 menjadi t2/o pada bulan Juni 2002.
di dalam menjadwal ulang utang luar negeri melalui
reaksi yang beragam bagi lembaga-lembaga
III
memberikan
Paris
Club
forum
pemeringkat internasional. Standard and Poor's (SE P) menurunkan kembali
peringkat utang jangka panjang pemerintah dari CCC menjadi Seleaive Defauh (SD).
Sementara itu Moody's justru menaikkan prospek (outlook) utang pemerintah dalam
mata uang asing dari stabil menjadi positif. Dalam bulan September 2002, S&P
Keberhasilan pemerintah
kembali menaikkan peringkat utang luar negeri pemerintah dalam bentuk valuta asing
jangka panjang menjadi CCC+. Sementara utang luar negeri pemerintah dalam
n-2
peltu]< valas jangka pendek dinaikkan dari SD menjadi
C
lain karena
^nrara
keberhasilan pemerintah di dalam menjadwal ulang pinjaman sindikasi
tahun 1995,
L996, dan 1997 senilai US$ 1,2 miliar dan 6,5 miliar yen melalui forum London
Club.
Reaksi masyarakat yang berlebihan menjelang Sidang Tahunan MPR awal bulan
Agustus 2002, melemahkan kurs rupiah hingga menjadi Rp 9.10g,- per dolar AS.
Dengan berakhirnya Sidang Tahunan MPR yang berialan dengan
nilai tukar
"*irr,
rupiah kembali mengual dan mencapai Rp 8.867:- per dolar AJ akhir
bulan Agustus
2002. Pada akhir bulan September 2002 kurs rupiah,sedikit melemah hingga mencapai
Rp 9.015.- per dolar AS; disebabkan antara lain oleh melemahnya nilait.r'i.-"r beberapa
T1t] Yalg regional seperti yen Jepang dan dolar Singapura terhadap dolar AS. pada
akhir bulan Oktober- 2002 kurs rupiah kembali melemah berkaitan dengan ledakan
bom di Bali; namun kemudian secara benahap menguar hingga *.rr.rp"f Rp g.940,per dolar AS pada akhir tahun 2002.
Stabilnya kondisi politik dan lceamanan di dalam negeri sefta menguatnya kurs
rupiah membantu Bank Indonesia untuk mengendalikan uang beredar] Posisi uang
primer.sepanjang tahun 20Q2 dapar dikendalikan di bawah t.ig.t indikatifnya. Laju
pertumbuhan uang primer sejakJanuari2OO2 berhasil dikendalikan di bawah l4o/o dan
sejak April 2002 di bawah 10o/o. Peda bulan November 2002, posisi uang primer
meningkat t5,8o/o dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya berkaitai i.rrg*
datangnya bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Laju pertumbuhan
uang primerJanuari 2000 - Desember 2oo2 dapetdilihat pada Grafik tr.2:
_
.Rata-rata harga.barang dan jasa cenderung meningkat pada awal tahun 2002.
Dalam
triwulan I/2002, laju inflasi tahunan
L.o..pJi s.Lita, 3,5o/o, lebih tinggi
yang sama tahun sebelumnya Q,g"). Fakror urr*, p.rry.bli
tingginya laju inflasi tersebut antara lain kebijakan pemerintah di bidang 'harga
price) berupa kenaikan harga BBlvl dan TOt yang diberlak,rkin paja
ladlninlstered
bulan Januari 2002. masin-g-masing sebesar 22o/o dan 60/o serta b.rr""rr" banjir yang
melanda sejumlah daerah di Indonesia yang menimbulkan gangguan distriburi
U"rrrri
khususnya bahan makanan.
dibandingkag
rriodg
tr-3
Grafik tr.2.
(
PERTUMBUHAN UANG PRIMER
9zs
3
a2o
E15
Hro
v
j)
E^
r. 1 an'00
x
J"l Jen'01 Jul l-'02 jj
Seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah,lancarnya kembali distribusi barangbarang hebutuhan dan jasa, serta terkendalinya laju penumbuhan uang primer, laj-u
inflasi pada bulan-bulan berikutnya cenderung menurun. Pada bulan liorrett b., d"n
Desember 2002, laju inflasi mencapai l,9o/o dan !,2o/o berkaitan dengan datangnya
bulan Ramadhan serta perayaan Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahui tr.ro. Dalam
keseluruhan tahun 20o2,laju inflasi mencapai h},}o/olebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai L2,5o/o. Perkembangan inflasi dapat dilihat plda Crafilc
tr.3.
.
Grafik tr.3.
PERIGMBANGAN INFLASI
2,5
25
zoF
2
I
8l
1,5
t-
o,t
€
ra0
15i
ro J>
sH
o€
EI
{'5
-5F
-t
,10
-Bulanan-Y-O-Y
II4
menurunnyalaju inflasi dalam tahun 2OO2 memberi ruang gerak
-bagiKecenderungan
Bank Indonesia untuk menurunkan
tingkat bunga. Secara benahap suku bunga
rata-reta tertimbang SBI 1 bulan menurun dari L7,60/o pada akhir tahunloOl menjadi
t2,9o/o pada akhir bulan Desember 2002. Sedangkan rata-rata rerrimbang suku bunga
overnite Pasar Uang Antar Bank tunrn dari L5,7o/o menjadi 10,0olo pada akhir bulan
November 2002.
Sejalan dengan menurunnya maksimum suku bunga penjaminan secara bertahap,
suku bunga deposito 1 bulan menurun dari !6,!0/o pada akhir tahun 2001 menjaii
l3,lo/o pada bulan Oktober 2002. Penurunan suku bunga ini kemudian diikuti oleh
Penurunan suku bunga kredit perbankan. Rata-rata terrimbang suku bunga kredit
modal kerja menurun dari 19,2o/o menjadi 18,60/o; sedangkan suku bunfa kredit
investasi sedikit meningkat dari 17,9o/o menjedi 78,0o/o dalam periode yang sama.
Perkembangan suku bunga SBI dan deposito 1 bulan dapat dilihat pada Grafik tr.4.
Grafik tr.4.
PERKEMBANGAN SUKU BUNGA
20-
18-
s
16
--
l,t
-
t2
lQ rr r rrittrt
rt trtrttrtttt
tt t tt tt rr I r,
Jul
Ja"'@ Jul Jan'01 Jul Jan'02
-
SBJ
(l bulan)
tr-s
-
Deposito 1 Bulan
t
B. PnRmoNoMIAN Dulue
Memasuki tahun 2002, perekonomian dunia menunjukkan tanda-tanda
pemulihan. Perekonomian AS dan Jepang tumbuh masing-masing sekitar 5,0o/o
dan
5,7% (Y'o'v). Demikian pula harga beberapa komoditi ekqpor sep"eni laret, minyak
sawit, kopi robusra, dan timah menunjukkan kecendu*ngr1 meningkat. Namun
memasuki triwulan II/2002 ketidakpastian global kembali meningka:t disebablan
entara lain oleh menurunnya kepgrceyaan investor akibat kasus"k.,r"rg"o yrog
melanda perusahaan-perusahaan terhemuka (Enron, rvorldcom, dan xrio*)
yani
ylanlltnya mengakibatkan gejolak di bursa rIflall Streer serra lekuatiran t ri^j;oyi
konflik terbuka di kawasan Timur Tengah. Indeks Dow Jones di bursa saham \Ufall
Street terus menuryn
{ari 9.946 pada bulan April 2002 hingga menjadi 7.42g prde
alchir bulan September 2002.
Penurunan kinerja di bursa \flall Street tersebut, memberikan dampak negatif
pada
bursa-bursa saham terkemuka di dunia.sepefti.di rokyo dan singap.rru
pasar
saham di dalam negeri. Indeks H1rgr Saham Ga-bungan
di
i*sa Efek Jatana
GffSG)
terus menurun dari 534,t pada akhir bulan April 2002 menjadi'419,3 pada akhir
bulan
2002.
Perkembangan
indeks
harga
saham
di beberap. b.rr* saham dunia
leptember
dapat dilihat pada Grafik tr.5.
,.*,
Grafik tr.5.
INDEKS BURSA SAHAM INTERNASIONAL
t
:
z
110@
18500
10000
rosoo
{B
9000
r+soo E
8000
rzsm
7W
zm
:r.
'
Jan'00
...,
Jul
rNewYork
..,
.,,.,,,,
Jan'01
Jul
-Tokyo
tr-6
,
Jan'02
-
-
10500
----
Jui -*
Hongkong
$
F
'sflalaupun
kinerja perekonomian AS menunjukkan perlambatan, perekonomian
di kawasan Asia tumbuh cukup tinggi. Dalam triwulan n/2002 perekonomian Korea
Selatan, Singapura, Malaysia, Thailand, dan RRC masing-masing tumbuh 6,Jo/o,3,9o/o,
3,8o/o,5,1o/o, dan 8,0olo 0-"-y). Demikian pula dengan pergerakan nilai tukar beberapa
mata uang regional sePerti yen Jepang dan dolar Singapura terhadap dolar AS yang
cenderung menguat selama triwulan n/20A2.
Lambatnya pemulihan ekonomi dunia turut mempengaruhi kinerja perekonomian
Indonesia. Nilai ekspor Indonesia selama 11 bulan pertama tahun 2002 mencapai US$
51,9 miliar, turun sekitar 0,4olo dibandinghan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Penurunan terutama disebabkan oleh ekspor migas yang 7,9o/o lebih
rendah; sedangkan ekspor non-migas meningkat sekitar 7,9o/o. Dalam kelompok nonmigas, peningkatan penerimaan ekspor terurama didorong oleh ekspor
mesin/peralatan listrik, mesin/peraletan mekanik, lemak dan minyak hewan/nabati,
perabot rumah, sena ikan dan udang.
AS dan Jepang masih merupakan negara-negara tutuan ekspor terbesar.
Sampai
dengan 11 bulan pertama tahun 2002, ekspor ke negara-negaratersebut mencapai US$
6,5 miliar dan US$ 5,8 miliar atau lebih rendah 4,4o/o drn 6,50lo dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Perkembangan ekspor dapat dilihat pada Grafik tr.6.
Grafik II.6.
PERKEMBANGAN EKSPOR
6
!.
.::
J
4
trj
(r)
<t',
AZ
-
q i1,,,,,,r,,a,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,',,,,,t,,,,,u,,,,r,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
lu'97 Ju'98 Ju'99 Ju'00 Ju'0r Ju,02
Nonmigas
Elspor
-Totd
fr-7
Lambatnya pemulihan ekonomi menurunkan kebutuhan impor. Total nilai
impor
11_ bulan pertama tahun 2002 turun sebesar L,9o/o meijadi
US$
2g,3
miiiar
lileg.
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya rerv1ama disebabkan
oleh
penurunan imgor non-migas sekitar 5r5o/o, sedangkan impor migas mengalami
peningkatan sekitar 14,7o/o. Berdasarkan penggolongan komoiiti, nilJi impor
tahan
baku,/penolong dan barang modal berturut-turur rurun sekitar O,9o/o ian
14,60/o;
sedangkan-impor barang konsumsi naik 13,4olo. Perkembangan impor dapat
dilihat
pada
Grafikn.T.
Gralik II.7.
PERKEI\{BANGAN IMPOR
=r<
a.q) t,)
0.5
9;u
Ju'98 Jea'99 ;en'oO
-
Bh BVPenolong
;miOi
-1otal
-lil]i',
Impor
C. PTRnaNIGN
Melkipyn belum sepenuhnya pulih, fungsi intermediasi perbankan mulai berjalan.
Pada akhir bulan Oktober
?}92,posisi kredit meningkat *rttl"di Rp 342,g triliun atau
naih 9,1olo dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya; ierdiii dari kredit
investasi sebesar Rp 79,6 triliun, kredit modal kerja sebesar Rp 192,2 triliun,
dan
kredit konsumsi sebesar Rp 76,0 triliun. Sed{gkp dana pihak k.iig. yangterhimpun
di perbankan nasional
lti"ggt akhir bulan Ohtober 2oo), rrr.r.rpii itp [rt,t triliun
atau naik sebesar 7,3o/o dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.^
II.8
tWalaupun terjadi peningkatan penyaluran kredit, fungsi
intermediasi perbankan
belum sepenuhnya pulih. Ini tercermin dari rendahnya penyerapan kredit baru oleh
sektor riil yang sampai akhir tahun 2001 baru mencapai Rp 56,8 triliun atau hanya
44,60/o dari komitmen kredit baru yang disediahan oleh perbankan sebesar Rp L27,3
triliun.
Secara keseluruhan rasio penyaluran kredit dibandingkan dengan
penghimpunan dana (LDR) pada akhir bulan Juli 2002 baru mencapei 34,9o/o jauh di
bawah pencapaian akhir tahun 1997 sebesar 82,60/o,
t38 dari t45 bank telah memenuhi
Persyaratan rasio kecukupan modal (CAR) minimum 8o/o. Hingga akhir bulan
Sampai dengan akhir tahun 2001 sebanyak
September 2002, CAR perbankan nasional meningkat menjadi 24,Qo/o dari 19,3olo pada
akhir tahun 200t. Rasio kredit macet yang ditunjukkan dengan tingkat NPL terhadap
total kredit juga menurun menjadi 9,9olo dibandingkan ahhir tahun 2001 yaitu sekitar
\L,7o/o. Pertumbuhan kredit perbankan dapat dilihat pada Grafik tr.8.
Grafik II.8.
PERTUMBUHAN I(REDIT PERBANI(AN
€u
H-zo
*
f'
-
-+o
-J-'ee
Jul Jan'00 Jul !an'01 Jul Jm'02
Jul
Proses restrukturisasi utang perusahaan juga berjalan lambat. Sampai dengan bulan
November 2002,jumlah kredit yang telah rerbryar penuh hanya mencapai sekitar Rp
21,4 triliun atau sekitar 5,8o/o dari total kredit bermasalah.
tr-9
D. KTpBRcAyAAN Mesyenexet
Meskipun stabilitas moneter membaik, tingkat kepercayaan masyarakat
belum
s-epenuhnya pulih. Minat investasi baik dalarn *.,rp.rr, 1.r", ,r.geri'*rrih
lemah,
{itandai dengan menurunnya nilai ryrs_egiyo_ pui"o.*.r, ,rrod.l dalam negeri
(PMDI\O dan penanaman-m9dal asing (PMA): Dalam keseluruhan
tahun 2002 proyek
yang disetujui dalam rangha PMDN hnyaberjumlah 181 dengan
p.rr.iujuan"Rp
"ilri
25,3 triliun, turun dibandinghan periode_yang sama tahun ,"bJl r*rry"i.rrg.r,
proyek
berjumlah 264 dm.nilai persetujuan sekitai Rp 5g,g triliun. Adap.rn
nr*t ,*g
disetujui dalam rang\1PMA berjumlah 1.13-5 dengan nilai persetujuan
r.kirry Us$ 9,2
miliar, rurun dibandingkan dengan periode yrrr--g ,.*. irh.rr, ,.b.l"r""y"
dengan
P19rek berjumlah 1.333 dan.nilai persetujuan sekiiar Us$ 15,1 miliar. perkembanian
nilai persetujuan investasi baik PMDN maupun PMA dapat ditihat prarCrJik
tr.9.
Grafik IL9.
NrLAr PERSETTTJUAN rlrvEsTAsr
42-
335:
roo
9
80 ;:
Ees
3zr
60g
40a
1t+
2,
20E
0
0
Belum pulihnya kepercayaan masyarakat juga terlihat dari arus modal
swasta ke
..
dalam perekonomian.. Samp-ai dengan tiga triwulan peftama tahun 2002,
arus modal
langsung swasta (neto) masih defisit sekitar US$ 2,8 miliar. pada
lcurun walt"
sama surplus neraca transaksi berjalan h^ny:mencapai sekitar US$
6,4 miliar sehirrggi
sampai dengan tiga triwulan penama tahun 2OO) neraca pembayaran
meng1iii
y;;
II-10
surPlus sekitar US$ 3,4 miliar. Ringkasan neraca pembayaran sampai dengan triwulan
m/2002 dapat dilihat pada Tabel tr.1.
Tabel tr.1
NERACA PEMBAYARAN
SAMPAI DENGAN TRIVTILAN ITI/2002
(US$ miliar)
2001
t999
2002
Twln I-Itr
Transaksi Berjalan
5,8
8,0
619
6'4
Neraca Modal
416
-6,8
-9,0
-3,0
514
-017
-012
-9,9
3,2
-10,0
-8,3
-2,8
27,1
29,4
Modal Pemerintah
Modal Sv/asta
Cadangan Devisa
Sumber: Bank Indonesia; per
Nooembr
30,2
2001-
Minat asing pada pasar modal di dalam negeri juga masih lemah. Pada akhir bulan
Oktober 20Q2 niLei.saham yang dimiliki oleh orang asing mencapai sekirar Rp 45,6
triliun; menurun dihandingkan akhir rahun 2OeL yang hanya -mencapai ni +e,s
triliun. Nilai ini bahkan masih jauh lebih kecil bila dibandinghan dengan posisi akhir
!lfy" 1999 yang m.919apai sekitar Rp L22,2 triliun. Kinerja par"t -Jdd pada Bursa
Efek Jakan a dap* dilihat pada Grafik tr. 10.
Meskipun terjadi peningkatan stabilitas moneter, kepercayaan masyarakat belum
sepenuhnya pulih. Hal ini dicerminkan oleh Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK),
yang dikumpulkan oleh Danareksa Research Institute pada bulan November 2002
yang hanya mencaPaig4,!; lebih rendah dibandinglcan dengan akhir tahun 2001 yaitu
sekitar 100,5. Demikian pula, Indeks Sentimen nisnis [sB) dalam p.riod.
oktober/November 2002, ISB hanya mencapai rLL,6, sedikit lebih rendah
dibandingka-n_ dengan p_eriode yang sama tahun ZOO| (ttZ,O!. Perkembangan IKK dan
ISB dapat dilihat pada Grafik tr.11 dan Grafik tr.12.
tr-l1
Grafik tr.10.
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
M_
5,t5
O 190:
n
Hlls-l
380
-
Grafik tr.11.
INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN
160
-
140
-
120
-
100
80-
Okt-g Mei{0 Des{0 Jul4t Feb-02
-IKK-ISS
-
S"pO2
IE
Grafik tr.12.
INDEKS SENTIMEN BISNIS
140
r30
--
r'\
uo:
l1o
lo0
:
:
9A
| | | | | | | | | | | |
Eq F r: | | |
99 Agu-Scp 00 Jun-Jul 0t Apr-Mei 02
Okt-Nov
-rsB_Iss
r-,2
_
IE
|
E. PnnTTntBUHAN EKoNoMI
- Melkipun perekonomian dunia kembali dihadapkan pada ketidakpastian serta
fungsi intermediasi perbankan dan kepercayaan masyarakat belum pniih, kegiatan
sektor riil dalam.negeri- tetap berjalan. Hingga 11 bulan p.."*, tahun -2002,
konsumsi masyarakat pada beberapa buang tetap meningkat. Penjualan mobil dan
motor masing-masing_ meninglcat sebesar L5,5o/o dan 4O,Oo/o. Demikian pula penjualan
semen narik7,6o/o, sedanghan konsumsi listrik meningkat sekitar 3,Oo/o dibandingkan
s.epuluh bulan Pertama tahun 2001. Perkembangan beberapa hading indicator a-rp.,
dilihat pada Grafik tr.13 dan Grafik tr.14.
Grafik II.t3.
PENJUALAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR
50
-
-?qn
:30
3 20'
ItoI
Ju'98
Jm
-Mobil
Ju'00 Jra'0r
-
Sepeda
Ju'02
Motor
Grafik II.l4.
PENJUAI.AN SEMEN DAN USTRIK
3
-3,5
2,5
(
3
2,5
(:>
q)
1'5
z
t:
a
F
M
2
I
0,5,
1,5
-
Jm '97 Jrn
-
'98 Jrl'99 Ju,m J;;
Semen
-
tr-13
oi
Ja!;6i
Listrik kepada Iudustri
d
EI
J(
Dalam triwulan m/2002, PDB Indonesia tumbuh 3,9olo dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya, terutama didorong oleh konsumsi rumah
tangga dan konsumsi pemerintah yang masing-masing tumbuh sekitar 4,9o/o, dan
!5,60/o. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto, ekspor barang dan jasa, serta
impor barang dan jasa naik berturut-turut 2rlo/o, t,60lo, dan A,2o/o. Sedangkan dari sisi
produksi, sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing tumbuh sekitar
6,70/o dan3,Oo/o; sedangkan sektor-sektor lainnya tumbuh sekitar 3,3o/o.
Secara kumulatif, sampai tiga triwulan pertama tahun 2002, PDB meningket 3,4olo
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, didorong oleh
pengeluaran konsumsi rumah tangta dan pemerintah yang naik masing-masing sebesar
5,8o/o dan 10,8o/o. Sebaliknya investasi fisik, ekspor, dan impor turun masing-masing
sebesar 3,5o/o, 3,6o/o dan L6,5o/o. Dari sisi produksi, sektor pertanian dan industri
pengolahan masing-masing tumbuh selcitar 3,8o/o dan 3,3o/o; sedangkan sektor-sektor
lainnya tumbuh sekitar 3,3o/o. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan
Triwulan m/2002 dapat dilihat pada Tabel tr.2.
Tabel tr.2.
RINGKASAN PERTI.JMBUHAN EKONOMI
SAMPAI DENG4N TRIVULAN III/2002 (o/o, v-o-v)
2000
4,9
PDB
PDB Nonmigas
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Ekspor Barang dan Jasa
5,3
3,6
6,5
2L,9
26,5
21,1
1,7
Impor Barang dan lasa
Penanian
Industri
Industri Nonmigas
6rl
7,2
5,3
Lainnva
Sumbq:
BPS
II-14
2001
2!02
T
3,3
3,4
3,7
4,0
5,4
9,2
1o,g
0,3
-3,5
L,9
-3r6
8,1
-15,5
0,6
5,9
3,9
413
3'3
5,2
3,8
3,6
3,3
F. Druuper TnecEpr Beu
Pada tanggal 12 Oktober 2002 terjedi ledakan bom di Bali. Tragedi yang
mengakibatkan lebih dari 190 orang meninggal dunia dan lebih dari 300 orang lukaluka dapat mempengaruhi proses pemulihan ekonomi.
Dampak langsung dari peristiwa tersebut adalah penurunan arus wisatawan asing
yang cukup besar ke Bali dan wilayah Indonesia lainnya dalam bulan Oktober dan
November 2002. Jumlah wisatawan mancaneg^re y^ng berkunjung ke Bali dan ke
Indonesia (keseluruhan melalui 13 pintu masuk) pada bulan Oktober 2002 masingmasing turun sekitar 44,60/o dan 19,5olo dibandingkan bulan sebelumnya. Dalam bulan
November 2002,jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Bali masih turun sekitar
59,60/o dibandingkan bulan sebelumnya. Perlcembangan arus wisatawan mancanegar^
dapat dilihat pada Grafik tr.15.
Grafik tr.15.
ARUS
180
-
150
-
s120
t{r
-
I
VISATAVAN ASING
so-r
'E 60-
rol
6 ,,,,,,,,,,r,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,*',,,,r,*,r,|,r,*,,r,n,,,'|,,,
lu'97 Ju '98 Jan'99 J-'00 Ju'01 Jen'02
-
Secara
Ratr.lara Sockamo-Hana
-
Buden Ngunh Rei
lebih rinci dampak tragedi Bali terhadap perekonomian dapat dilihat pada
Boks tr.1.
tr-15
Bors
II.t.
Axeusn Deuper Tntcsor Bnrr
Bali merupakan daerah wisata terpenting di Indonesia. Dalam tahun
2001, arus kunjungan
wisatawan asing mencapai sekitar r,4 juta o.rang
Q+vo dari torrl
wisman
ke Indonesia). Rata-rata menginap baik wisatawan mancanegara dan
domestik di Bali
paling lama (4-5 hari) dibandingkan dengan daerah wisata lain,
misal ny^ yogy^k^rc^
(1'5. 3. hari). Diperkirakan hampir sekitar 4Oo/o dari penerimaan
devisa dari sektor
pariwisata yang pada tahun 2001 berjumlah us 5,3 miliarterasal
dari Bali.
.*, k;;i;;;r"
Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 20oO penduduk Bali berjumlah
sekitar 3,15 juta
iiwa, 87,4o/o diantaranya beragama Hindu.. Angkatan kerja berjumlah sekit u 2,3+
iur^
jiwa. Sebagian tenaga kerja bekerja di sektor
plngan e5,4o/o dari total yang
b*.14, iasa Q3,9To), perdagangan (r3,7o/o); dan industri ?,2"6.'p.;g;";;;an terbuka
kecil Q,7o/o). Berdasarkan Susenas zboz (sement.ra), jurnlah pe"',dilk
miskin di
Bali juga relatif kecil (6,9yo) dibandingkan dengan tingkat nasional
1ti,tinj.---'
i*"*r'
fllrif
Sebagai daerah wisata internasional, kegiatan ekonomi yang menonjol
di Bali adalah
perdagangan, perhotelan, dan resrauran (i3,?T"PDRB Bali
padl
industri
Bali pada tahun 2001) yang sifatnya padat ,.n.g. kerja. ppirrn4i tahun
9:9% l?RB
2001 sekitar 7,60/o dari PDB nasional.
rrlurr/oori;.
Kegiatan ekonomi nasional. yang
_terkait dengan posisi Bali sebagai daerah wisata
internasional adalah industri penerbangan. Bali rnerupakan dagrah
y*g
gukup padat baik penerbangan nasional maupun p.rr.ib*g.n domesiiL. s.lain itu Bali
juga.mempunyai kaitan.industri.kerajinan dengan
daerah Jawa Timur dan yogyakarta.
Bali juga merupakan salah satu pelabuhan transit-untuk ekspor
i*.ii.ng*
k.l;;.;;;i.
Tragedi Bali akan
*.Tb:l
dampak
-'
flnglung pada arus wisatawan asing terurama ke Bali.
9gp.n-tragedi Bali sulit untuk diperhirakan secara pasti. penga;nrr;ak dapat
diidentikkan dengan krisis ekonomi tahun 1998 yangpad'a tahun rJsebut
.*, *ir.rr**
asing. he Bali hampir.tidak mengalami p.enu*n.n
b.rani
(hanya
*.rr.r-n sekitar
f.ng
3'7o4. Dampaknya juga tidak dapat tisamakan 'd.ttian tragedi i,.r*or,
tut.ri, y*g
tr-16
menewaskan sekitar 58 orang pada tahun L997 karena masing-masing daerah wisata
mempunyai karakteristik yeng berbeda satu sama lain serta pengaruhnya sangat
ditentukan oleh langkahJangkah konkrit untuk meminimalisir dampak negatif yang
timbul, terutama langkah-langkah di bidang keamanan.
Tragedi Bali diperkirakan memberi dampak negatif bagi perekonomian Bali dan nasional
yang sifatnya sementara, tidak permanen. Apabila diasumsikan arus wisatawan asing yang
pergi ke Bali untuk tahun 2003 turun sekitar 30o/o dan yang lain sekitar 15olo, maka
penerimaan devisa dari sektor pariwisata akan berkurang sekitar US$ 1 miliar.
Dampak selanjutnya yang segera terasa adalah menurunnya tingkat hunian hotel di Bali.
Dengan arus wisatawan yang menurun tersebut occr4pdnc! rate pada hotel-hotel di Bali
diperkirakan tunrn. Sejak tragedi Bali hingga tanggal 22 Oktober 2002, occupanq rdte
pada hotel-hotel di Bali turun menjadi sekitar 18o/o. Sebagai catatan, tingkat hunian kamar
hotel di Bali adalah paling tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain, lebih dari 600lo
pada bulan Juni dan Juli 2002.
Tanpa adanya pemulihan ekonomi secara cepat, pemutusan hubungan kerja akan terjadi
pada awal tahun 2003 nanti. Dengan menggunakan rasio wisatawan asing terhadap
penciptaan lapangan kerja (Booth, 1990) sekitar 0,4; tragedi Bali lapangan kerja yang
hilang di Bali diperkirakan sekitar 100 - 120 ribu orang.
Dampak tragedi Bali terhadap stabilitas ekonomi moneter dalam jangka waktu pendek ini
belum memberi pengaruh negatif yang terlalu besar. Nilai tukar rupiah menurun dari Rp
9000an menjadi Rp 9300an pada saat terjadi ledakan Bali; kemudian menguat secara
bertahap menjadi Rp 9200an pada akhir Oktober 2002; Rp 9000an pada akhir November
2002; dan Rp 8.940,- per dolar AS pada akhir Desember 2002. IHSG jatuh dari 376,5
menjadi 337,5; kemudian menguat menjadi sekitar 380an pada akhir November 2002; dan
sekitar 425an pada akhir Desember 2002. Pergerakan nilai tukar rupiah dan IHSG bulen
September sampai dengan Desember 2002 dapat dilihat pada Grafik II.16.
Meskipun dalam jangka pendek, stabilitas moneter tidak terlalu terpengaruh serta peranan
perekonomian Bali terhadap perekonomian nasional relatif kecil [dilihat dari peranan
PDRBnya terhadap PDB nasionall, tetapi dampak tragedi Bali terhadap perekonomian
II.17
nasional dapat relatif besar, terutama
inibita mempenga ruhi consarner confid.mce yeng
semuanya tergantung pada langkah-langkah konkrit yang ditempuh oleh
p.*riirrt"h d.n
masyarakat dalam rangka meminimalkan pengaruhnya terhadap p.r.t
o"Jri." Bali pada
khususnya dan perekonomian nasional p.d",t*u-ny..
Grafik tr.16.
KURS HARIAN DAN IHSGBEJ
8800
A
sen
$tw
g
e2fi
9mo
-Kurs
-
IHSGBEJ
Simulasi yang dilakukan dengan Tabel Input-Output 1995 dengan memberi
shock pada
sernua unsur fi.nal dcmand pada 5 sektor usaha (restauran dan_hJte!
.ttgk rr* ,rd*", 1.r.
penunjang angkutan; komunikasi; dan lembaga heuangan) sebesar'tori
pa;g Ju, ,.kro,
usaha perrama serta 5olo pada tiga sektor berikutnya,l.rr.r-brrh"r,
ekjnorrri
sekitar 1olo. I
*rrr.,-,
u-18
Ben
III
Pnospm EroNoMl TnHtrN 2003
Bab ini membahas prospek ekonomi Indonesia tahun 2003 dalam dua skenano
yaitu skenario dasar dan skenario dimana pemulihan ekonomi berjalan lebih
iambat dari yang diperkirakan. Melambatnya perekonomian dunia tahun 2003 dari
yang diperkirakan serra tragedi Bali menurunkan prospek ekonomi Indonesia
i"h"" 2003 yangsemula diperkirakan tumbuh sekitar 5o/o menlaidi 4o/o.
A. Asuivtsl PoKoK
1, ErsrrnNnr
Gambaran perekonomian nasional tidak terlepas dari prospek ekonomi dunia,
terutama negara-negan yang menjadi mitra dagang dan mempunyai hubungan
ekonomi dengatt Indonesia. Dampak tragedi Vorld Trade Center (ttr[TC)' New
September 2QOl, yang berlangsung lebih singkat telah membantu
York,
memulihkan keperc^ylan masyarakat internasional. Dalam triwulan V2002,
perekonomian dunia mulai pulih didorong oleh pertumbuhan ekonomi AS dan
negara-neg ara emerging market di Asia.
t\
Memasuki triwulan l./2002, perekonomian dunia kembali dihadapkan pada
ketidakpastian. Pertama, merebaknya kasus akuntansi dan auditirryyarLg berawal
dari bursa saham AS yang selanjutnya mengakibatkan turunnya hargt saham di
berbagai bursa terkemuka lainnya di dunia. Kedua, meningkatnya aksi terorisme
di beberap a neg r^ serta kemungkinan timbulnya konflik terbuka di Timur
Tengah. Kedua faktor ini dapat memperlambat proses pemulihan ekonomi dunia.
Meskipun perekonomian dunia kembali dihadapkan pada ketidakpastian,
termasuk krisii keuangan di negara-negara di Amerika Latin, perekonomian
negara-negara ernergi.ng rnarkel di Asia tumbuh cukup tinggi didorong oleh
m-1
membaiknya perdagangan dunia dan pulihnya teknologi informasi. pada beberapa
negara sePerti RRC dan Korea Selatan, pertumbuhan ekonominya juga didukung
oleh permintaan domestik yang kuat. Dalam keseluruhar, 'rlh,rr, zoo2,
perekonomian dunia diperkirakan tumbuh 2,8o/o, sedikit lebih tinggi dari tahun
2Q0l yeng hanya mencapai sekitar Z,Zo/o.
Dalam tahun 2003, pemulihan ekonomi dunia diperkirakan rerus berlangsung
namun lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Perekonomian dunia diperkiiakan
tumbuh sekitar 3,7vo ffodd Economic outlook, MF, september zboz;, lebih
rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu sekit ar 4,Oo/o
fll{lorld Economic Orrtlook,
tr,[F, April 2002). Perekonomian AS. dan Jepant, dua negara tujuan ekspoi
terbesar Indonesia, diperkirakan rumbuh sekitar 2,60/o dan l,lo/o.
Perrumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang lebih tinggi akan
mendorong perekonomian negara-negara emerging *oikrt di Lri". Dalilr tahun
2003 perekonomian negara-negara emerging market tumbuh 6,10/o, sedikit lebih
tinggi dari tahun 2002 yairu sekitar 5,9o/o.
Sgialan dengan pulihnya perekonomian dunia, volume perdagangan dunia
diperkirakan meningkat. Menurut Vorld Economic Outlook (Sepietribe 2aO2)
impor negara-negara industri tahun 2003 diperkiraltan *rttirgL"i sekitar 6110/o.
Seiring dengan itu, ekspor negara-negara berkembang p-"a" tahun zoo]'
diperkirakan naik 6,50/o, Meningkatnya permintaan - dunia diperkirakan
.
memperbaiki harga-harga komoditi di pasar internasional. Harga barLg-b"rang
non-migas diperkirakan naik sekitar 5,7o/o pada, tahun 2003. 5edangk.; h.rgl
minyak mentah di pasar internasional pada tahun 2003 diperkirakan ikitar US$
24,2 per barel, relatif sama dengan perkiraan harga minyak tahun 2002.
Kemungkinan timbulnya konflik terbuka di Timur Tengah dan
iemogokan buruh
venezuela diperkirakan mendorong harga minyak
pasar
_
internasional paling tidak pada triwulan I/2003,
.
r
di
*.trt.f, di
Arus modal swasta neto ke negara-negara emerging market pada tahun 2OO3
diperkirakan meningkat menjadi us$ 64,9 miliar. unt"[ org rr-irg^ra di kawasan
Asia arus modal swasta diperkirakan rurun menjadi US$ 7,9 miliar disebabkan
oleh melemahnyeinvestasi portfolio dan investasi iain di luar pMA.
m-2
2. DounsrlK
Mengingat perekonomian dunia masih diliputi ketidakpastian, proses
pemulihan ekonomi dalam tahun 2003 perlu didukung oleh peimintaan a**
negeri. Meskipun kegiatan perdagangan internasional pada tahun 2oo3
diperkirakan lebih baik dari tahun 2o}2,namun dorongannya diperkirakan kurang
memadai untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi.
Pada tahun 2003 koordinasi kebijakan fiskal dan moneter terap ditingkatkan.
Kebijakan moneter akan dilaksanakan secara konsisten dan beihati-hati guna
menyeraP kelebihan likuiditas tanpa mengorbankan momenrum pemulihan
ekonomi. Dalam tahun 2003, penumbuhan uang primer diperkirakan iekitar 13l4o/o. Upaya tersebut dilakukan dengan mengendalikan uang primer melalui
kombinasi operasi pasar terbuka (OPl), sterilisasi valura asing, dan intervensi
rupiah secara optimal guna mengendalikan inflasi.
Kebijakan fiskal tahun 2003 diarahkan pada konsolidasi fiskal yaitu tercipranya
APBN yang sehat serta terpeliharanya ketahanan fiskal yang berkelanjutan (fit*t
sustainabiliry) dengan tetap mengupayakan pemberian stimulus fiskal dalam b"t.rbatas kemampuan negara untuk mengamankan momentum pemulihan ekonomi.
Peningkatan ketahanan fiskal dalam jangka menengah dilakukan dengan
menurunkan rasio defisit APBN terhadap PDB. Dengan menurunnya defisit
angga;ran, beban otoritas moneter dalam mengendalikan uang beredar akan
berkurang yang pada gilirannya memudahk an upeya untuk mengendalikan infl asi.
- _ Dengan ekspansi yang terbatas baik dari kebijakan moneter maupun kebijakan
fiskal, Proses pemulihan ekonomi perlu didukung oleh kegiatan investasi dalam
dan luar negeri. Investasi dalam dan luar negeri diperkirakan akan meningkat pada
tahun 2003 sejalan dengan meningkatnya kepercayaan dunia usahi makin
pulihnya fungsi intermediasi perbankan, dan makin cepatnya penyelesaian
restrukturisasi utang sw.rsta. Kemajuan penyelesaian restrukturisasi l.rt.og swasta
akan mendorong perusahaan yang dihadapkan pada masalah utang ontnl segera
dapat menjalankan kegiatan usaha dan memperoleh kepercayaan kembali dari
pihak kreditur yangpada gilirannya akan mengurangi terjadinya ctedit cntnch.
m-3
NN.EI TI.JKAR RUPIAH DALAM TAHT.JN 2OO3 DIPERKIRAIGN SEKITAR RP 9.OoO
PER DOLAR AS. Dengan_ stabilitas politik dan keamanan yang rerap terpelihara,
kurs rupiah ditentukan oleh fundamental ekonomi. Kewajiban-p.ntbryrran urang
yang berhasil dijadwalkan melalui Paris Club Itr, peningkatan efektivitas pencairan
pinjaman luar negeri, dan peningkatan iklim investasi termasuk pada pasar modal
di dalam negeri akan meningkatkan stabilitas kurs rupiah.
Kurs rupiah beqpengaruh terhadap daya saing ekspor. Data yang diolah
menuniukkan bahwa nilai tukar mata uang negara-negara retangga j"ga mengalami
depresiasi riil antara 24o/o - 44% (1997:01 = 100). Dengan L.m rikit"t np f.ObO p.t
dolar AS dalam tahun 2003 (setara dengan depresiasi riil sekitar 5oy"i komoditi
ekspor nasional diperkirakan masih mampu bersaing di pasar internasional.
Depresiasi riil beberapa mata uang negare-negar^terangga dapat dilihat pada Grafift
m.1.
Grafik
Itr.l
DEPRESIASI RIIL MATA UANG
70
o60
=50
J,o
Fro
=20
rv-^
ree9Ml rweMt 20mMl 2@0Mz 2oolMl umruz
-
Ringgit
(Maleysiaf
Bath
(Ihailand)
imzlr,ior
- Von (Konel)
LeJu INFI,A,SI TAHT,N 2OO3 DIPERKIRAKAN sEKITAR 9To. Dengan laju
pertumbuhan uang primer yeng tetep terkendali dan stabilnya kurs rupiah sena
$9ngan-memp,erhityngkan tenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, dan telepon;
laju inflasi dalam keseluruhan tahun 2003 diperkirakan sekitar 9olo. Mekanisme
q,enyesuaian harga BBM yang diatur mengikuti perlcembangan harga minyak dunia
{iperkirakan mengurangi announcernent efect yait',a antisipasi ntmyrtrkrt y*g
berlebihan yang,pada gilirannya akan memberikan dorongan inflasi yang iebi[
tinggi dari yang diperkirakan.
Itr4
Suru Brntce SBI 3 BureN
laju inflasi yang
rnenurun akan memberi ruang gerak yang lebih longgar bagi BI untuk menjaga
sEKTTAR 13olo. Kecenderungan
suku bunga. Hipotesa Fisher menyatakan bahwa suku bunga nominal sama dengan
suku bunga riil ditambah dengan ekspektasi inflasi. Dengan laju inflasi sekitar 9olo
dan suku bunga riil sekitar 4olo, suku bunga SBI3 bulan diperkirakan sekitar 13olo.
Potensi turunnya suku bunga dalam negeri juga didorong oleh rendahnya suhu
bunga internasional sebagai upaya dari negara-negara maju untuk mendorong
perekonomirn negrranya. Pada tanggal 6 November 2002 Bank Sentral AS
menurunkan suku bunga sebesar 0,5olo sehingga discount rdte dxn federal funds
turun masing-masing menj a di 0,7 5o/o dan L,25o/o.
Hencn EKSPoR MIT{YAK MENTAH INoOTvTSIA SEKITAR US$ 22 PER BAREL.
Dengan kemungkinan terjadiny^ perang AS-Irak dan aksi mogok di Venezuela,
harga minyak mentah di pasaran internasional diperkirakan relatif tinggi terutama
dalam triwulan UZOOI. Komitmen anggota OPEC untuk mempertahankan harga
minyak mentah pada rentang US$ 22-28 per barel diperkirakan cukup kuat.
Dalam tahun 2003 harya ekspor minyak mentah Indonesia di pasar internasional
diperkirakan dapat mencapai US$ 22 per barel.
Ringkasan asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam proyeksi ekonomi tahun
2003 dapat dilihat pada Tabel Itr.1.
B. Pnoynrsl EKONoMI TAHUN 2OO3
1. PnnrumnuHANEroNouI
Perekonomian nasional tahun 2003 diperkirakan lebih baik dibandingkan
tahun 2QQ2. Ptda, tahun 2003 perekonomian nasional diperkirakan tumbuh 49o,
lebih tinggi dibandingkan perkiraan tahun 2002 yaitu 3,5o/o. Pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2003 tersebut bersumber dari peningkatan permintaan
domestik seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan
pembentukan modal tetap bruto @MTB) yang diperkirakan tumbuh masingmasing 4,4o/o, 8,7o/o drn t,4o/o. Adapun ekspor diperkirakan tumbuh 4,0o/o. Sejalan
dengan mulai meningkatnya investasi, impor diperkirakan tumbuh 6,90/o.
n-5
Tabel III.1
ASIIMSI POKOK
Perubahan
Pertumbuhan Ekonomi
Dunia
1,4
5,6
4,2
2,1
5,7
3,2
t42s tOZ4t 9300
gOOo
12,6
11,8
15,0
2,3
6,!
1,8
6,6
(6 bulan,To)
Asumsi Domestik
Nilai Tukar Rupiah
Laju Inflasi (o/o)
Hlga Ekspor Minyak Mentah
(Rp/US$)
.
luk"
2,2
5,7
-5,4
3,7
617
Volume Perdagangan Dunia
Impor Negara Indusrri Maju
Ekspor Negara Berkembang
Inflasi
Negara Industri Maju
Negara Berkembang
Harga Barang Nonmigas
nl"f,l sst q
Sumberr
2,9
7,7
6,1
2,1
1,7
3,2
3r8
Asia
Libor
2,2
0,8
5,6
-0,1
-1,3
2,6
417
Negara Industri Maju
(US$/barel)
3,7
2,5
6,3
6rl
6,2
6,5
1,7
6
9,3 !Z,S lO,O 9,0
27,2 24,6 23,7 zz,o
rs,s ij,o
lJlf'"/:\= , , rr,e ro,+
1.r*ri ao-*ig-
Vorld Economic Outlook, IMF,
Sept, 2002
(uunsi els.urr".1; f"pp."..
-Dari sisi produksi, pertumbuhan elconomi tahun 2003 terutama didorong
PYlihnla i1{rstri pengolahan non-migas yang diperkirakan tumbuh sekitar 6,4yo
lebih tinggi dari perkiraan tahun 2oo2 yiru 4,2;/o. pulihnya industri p.itolah*
didorong oleh meningkatnya kepercayaan dunia us;ha, mrki" cZpamya
restrukturisasi utang Perusahaan, dan makin pulihnya fungsi intennediasi
perbankan. Akibat herkurangnya musim_ hulan pada tahun 2}A3,"s.kto, penanian
diperkirakan tumbuh l,7o/o atau lebih_lambat dari perkiraan tahun ztioz yaitu
312o/o., Adapun sektor-sektgr(di luar penanian dan industri pengolahan)
lai_n
diperkirakan tumbuh sedikit lebih baik yaitu sekitar 3,8o/o.proyeksi p.rr"LU"n*
ekonomi dapat dilihat pada Tabel m.2, Tabel III.3, serta Grafik ltr.2.'
Itr.6
Grefil ltr.2
I
F l0&
'E8
PRoYEKsrEKoNoMrTAHUN2oo3
-t0
-"8
d
-ro
26
a
Mr
tri
Qz
Fr
g
-9
-os
2. NERACA PEMBAYARAN
turun menjadi 1,5%
PDB, lebih rendah dibandingkan perkiraan tahun sebelumnya yaitu sehitar 2,60fo
PDB. Berkurangnya surplus tersebut disebabkan oleh turunnya elcspor migas,
meningkatnya impor, sefte meningkatnya defisit neraca jasa-jasa termasuk
Pada tahun 2003, surplus transahsi berjdan diperkirakan
menurunnya devisa dari sektor pariwisata sebagai dampak dari tragedi Bali.
Meskipun masih defisit, neraca arus modd diperkirakan sedikit membaik. Pada
tahun 2003 defisit neraca modd diperkirakan turun menjadi US$ 6,2 miliar dari
US$ 6,8 miliar pada tahun 2002. Berhurangnya defisit neraca modal didorong oleh
perbaikan kinerja arus modd swasta. Dengan berkurangnya pembayaran utang
luar negeri swasta, defisit neraca arus modd swasta diperkirakan turun menjadi
US$ 4,5 miliar. Sementara itu kewajiban pembayaran utang luar negeri pemerintah
yang lebih besar dari pinjaman yang diterima diperkirakan meningkatkan defisit
neraca modal pemerintah.
Dengan perkembangan tersebut pada tahun 2003 diperkirakan terjadi surplus
neraca pembayaran sebesar US$ 319 juta. Cadangan devisa (gross foreign resenxs)
diperkirakan meninglcat menjadi US$ 30,5 miliar (setara 6,7 bulan impor).
Perkembangan neraca pembayaran tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel m.4
m-7
3. MoNrtrn
Kepercayaan masyarakat terhadap nilai t1k1 rupiah diperkirakan meningkat
sejalan dengan ekspektasi terkendaliny-alaju inflasi, stabilnya kondisi potiril
keamanan, serta kemajuan program reformasi sektor keuangan dan ekonomi.
a*
Dengan stabilnya nilai tukar rupiah dan terkendalinya uang beredar, sena
{:ng11 memperhitungkan kenaikan administered price, trlu inR"rri tahun 2003
diperkirakan sekitar 9olo. Menurunnya inf$i, tetap terjaganya, t<esinamUungan
fiskal (fiscal sustainabiliry), kondusifnya stabilitas iolitit "d"r, Lr"*"r*, ,.."
meningkatnya kepastian hukum diperkirakan menurunkan premi resiko (ru&
prerniam) yang selaniutnya akan mendorong penurunan tingkaisuku bunga
dalam
negeri. Dalam tahun 2003 suku bunga sBI 3 bulan diperkirakro ,,.r-rr"*enjadi
13olo, lebih rendah dari perkiraan tahun 2oe2 yairusekitai 15,5o/o.
-
4. I(rueNceN
NEGARA
Kebijakan fiskal tahun 2003 diarahkan untuk mewujudkan ketahanan fiskal
yang berkelanjutan (f"*l sastainability) dengan t.t"p
-rrrgupayakan pemberian
stimulus fiskal dalam batas kemampuan negara untul *rt j"*"rrk"n
-o*enrurn
Proses pemulihan ekonomi dan desentralisasi fiskal. Ketahanan fiskal merupakan
tantangan yang sangl berat yang h.arus dihadapi serta perlu dilihat dengan
perspektif jangka panjang. Selain itu, ketahanan fiikal juga perlu didukung jeh
stabilitas moneter karena sargat rentan terhadap gejolak-penrbahan nilai iukar,
tingkat suku bunga, dan tingkat inflasi.
Untuk menjaga keseimbangan antara upaya mewujudkan ketahanan fiskal
4:-"g"1 vpeye memberikan dorongan pada perekonomian, penurunan defisit
dilakultan secara benahap. Dalam tahun anggaran 2OO3^ defisit anggaran
diperkirakan sebesar Rp 34,4 triliun atau sekit"r 1,go/o pDB, lebih rendah
.
dibandingkan APBN tahun sebelumnya yaitu sekitar 2,4o/opDB.
Defisit tersebut akan dibiayai antua lain melalui sumber perbankan dalam
ngggri yaitu penggunaan sisa lebih pembiaynn anggaran (SILPA) sebesar Rp g,5
triliun; non perbankan dalam negeri yaiiu privatlasi BuMN'sebesar Rp g,0
triliun, dan penjualan aset program restrukturisasi perbankan sebesar Rp 1g,0
triliun. Sementara itu,
sebagai bagian dari pengelolaan pinjaman dalam negeri
program
buy back sebesar Rp 13,6 triliun guna mempercepat
dilaksanakan
pengurangan stok utang dalam negeri pemerintah. Setelah memperhitungkan
pembayaran pokok surat utang negara sebesar Rp 6,2 triliun dan penerbitan surat
urang negara tahun 2003 sebesar Rp 7,7 trilivr., pembiayaan yang bersumber dari
surat utang negara (neto) menjadi negatif Rp 12,0 triliun. Dengan sumber
pembiayaan dalam negeri sekitar Rp 22,5 triliun, selisih pembiayaan yang belum
tertutupi akan dibiayai melalui pembiayaan luar negeri neto sebesar Rp 12,0
triliun.
Untuk mengoptimalkan alokasi anggaran yang terbatas, diperlukan penajaman
prioritas. Di bidang pengeluaran rutin, subsidi BBM yang tidak tepat sasaran
dikurangi. Di sisi pengeluaran pembangunan, penajaman dilakukan dengan
memberi prioritas pada kegiatan yanrg bersifat penting dan mendesak termasuk
proyelr yrng cepat berfungsi dan bermanf.nt bagi rakyat banyak serta yang
memberikan kesempatan kerja yang luas.
Sementara
itu di sisi pendapatan
negara khususnya perpajakan, upaya
mewujudkan ketahanan fiskal akan ditempuh melalui intensifikasi pajak,
ekstensifikasi pajak dan peningkatan pelayanan pembayaran paiak. Untuk
penerimaan negara bukan paiak akan dilakukan pemberantasan penebangan liar,
evaluasi tarif, dan peningkatan pengawasan. Penerimaan pajak sebagai rasio dari
PDB diperkirakan meningkat dari 12,5o/o pada tahun 2002 meniadi 13,1olo pada
tahun 2003. Perkiraan perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tahun 20Q3 dapat dilihat pada Tabel Itr.5.
C. KoNsEKUENSI PnnruueuHAN EroNour
4o/o
Meskipun penumbuhan ekonomi pada tahun 2003 diperkirakan dapat
mencapai 4o/o, beberapa konsekuensi pokok tetap timbul. Pertama adalah
lambannya penyelesaian masalah sosial mendasar antara lain pengangguran.
Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2003 selcitar 4o/o, jumlah pengangguran
terbuka diperkirakan meningkat menjadi 9,7 }utr jiwa atau 9,4o/o dtn totd,
angkatan kerja. Ini perlu mendapat perhatian yang serius tenrtama dalam
penetapan kebijakan y^rLg berkaitan dengan pedindungan tenag^ kerja.
Perlindungan tenaga kerja yang berlebihan seperri peningkatan UMP yang terlalu
cepat serta kewajiban pembayaran uang pesangon, uang penghargarrr'rn.r=, kerja,
serta uang ganti rugi yang tidak proporsional, dapat menjadi penghalang bagi
penciptaan lapangan kerja baru.
Kedua, dalam jangka menengah pertumbuhan ekonomi ymg lambat akan
melemahkan ketahanan fiskal dan menurunkan kemampuan pemerintah
menciptakan stimulus fiskal. Dengan pemulihan ekonomi yaig lamban,
kemampuan pemerintah untuk membayar
juga menurun. Pada"gilirannya
ltTg
akan mempersempit ruarg gerak kebijakan fiskal untuk mencapai ,rrrrfrr-rrrrr.r,
yang lebih luas. Dalam kaitan itu, upaya untuk mempertahankan defisit anggaran
sebagaimana yeng tertuang dalam APBN 2003 perlu dilakukan dengan s"ntguhsungguh. Ketidakmampuan pemerintah untuk menutup defisit
r^n
menurunkan kepercayaan masyarakat serta mempengaruhi stabilitrr^igg
rrr&.t.r. "k"r,
D. RnSIro KrcnceLAN PEMULIHAN EroNouT
Disamping skenario dasar, terdapat kemungkinan perrumbuhan ekonomi
dalam tahun 2oo3 lebih rendah dari 4olo. Beberapa faktor yang dapat
mengakibatkan perlambatan tersebut anrara lain: (i) merebaknya h[i kaius
akuntansi dan auditing di berbagai bursa saham terkemuka di dunia ya'ng pada
gilirannya akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat internasion"lt,1ii;
meningkatnya ketidakstabilan politik dan keamanan di Timur Tengah dan aksi
teror di berbagai negara yang mengakibatkan terhambatttya ekspoi dan aliran
Penanaman modal dari luar negeri; (iii) meningkatnya ketidakstabilan politik dan
gangguan keamanan dalam negeri berkaitan dengan pelaksanaan pemilu tahun
2004; sena (iv) menurunnya kineria kebijakan makro, r€rurama yang berkaitan
dengan upayaunruk menutup defisit engterandan penyehatan perbank-an.
Dalam keadaan di atas, nilai tukar rupiah diperkirakan berkisar antara Rp
11.000,- - Rp 13.000,- per dolar AS; laju inflasi antara 13 18o/o; suku bunga SBI 3
bulan antara L8 - 23o/oi dan perrumbuhan ekonomi sekitar ! - 2o/o.
m-10
Tabel ltr.2
GAMBARAN EKONOMI MAI(RO
Perkiraan Indikator Pokok
Laju Inflasi, Indeks Harga Konsumen (%)
Nilai Tukar (Rp/US$)
9,3
8425
10,0
9375
3,2-3,8
Penumbuhan Ekonomi (%)
PDB Per Kapita
7U
Nominal (US$)
Riil (ribu Rp), harga konstan tahun
L2,5
t024r
1993
Transaksi Berjalan/PDB (%)
Surplus/Defisit APBN/PDB (%)
Stoir Utang Pemerintah/PDB (%)
Utang Luar Negeri
Utang Ddam Negeri
Sumbangan thd Pertumbuhan
Konsumsi
Masyarakat
Pemerintah
Investasi
Masyarakat (termasuk perubahan stok)
Pemerintah
Ekspor, Neto
Ekspor
Impor
r870
4rl
-2,8
102,5
46,9
55,6
756
t933
5,3
-3,2
103,3
49,2
54,0
313
3rL
3,2
0,0
216
0,5
-5,4
-Q,2
-612
-0'6
0'4
0r8
-11,4
2r0
6,4
14,3
-414
219
697
1968
4,7
.2,7
93,2
49,0
44,2
861
2008
2,6
-2,4
76,6
39,6
37,0
5,2
4,6
0,6
-3,3
-3,5
0,3
t,6
0,1
1,5
Investasi dan Sumbcr
(Rasio rcrha&p PNB)
9,0
9000
3,54,5
1003
2059
1,5
-1,8
6,3
34,3
32,0
4,0
3,3
0,7
0,5
0,1
0,4
Q,4
1,1
-116
Investasi Totd (termasuk perubahan stok)
Pemerintah
Masyarakat
13,1
17,l
514
5'1
512
717
t2,0
t3,2
Tabungan Total
Tabungan Nasional
Pemerintah
Masyarakat
Tabungan Luar Negeri
13,1
14,1
18,3
19,8
3,5
16,3
-1,5
17,7
t7,l
19,7
t2,l
22,5
1'8
20,7
-1,0
4,8
-2,6
t19
m-11
212
17,5
18,3
Tabel III.3
PERKIRAAN STRI.JKTUR EKONOMI
Sektor
Pertumbuhan PDB(Yo)
Penanian
3,2
3,7
4,2
3,5
Industri Pengolahan
Nonmigas
Lainnya
1,7
5,8
6,4
3,8
Distribusi PDB (%)
Penanian
16,8
26,0
21,9
57,2
lndustri Pengolahan
Nonmigas
I.ainoya
16,9
26,1
22,2
57,1
Tenaga Keria
Kesempatan Kerja $uta orang)
Pengangguran Terbuka (%)
m-12
92,0
93,4
8,9
9,4
Tabel Itr.4
PERKIRAAN NERACA PEMBAYARAN
(US$ miliar)
Ekspor
65,4
Migas
15,1
Nonmigas
50,3
22,8
(Pmambuhan)
55,7
11,5
44,2
-Lr4
-33,9
-5,9
-28,0
-3,4
.t7,1
-4,2
4,7
-6,8
-1,5
3,1
4,7
-5,3
-3,8
-1,5
40,4
Impor
-6,0
Migas
'34,4
Nonmigas
29,L
(Penumbuhan)
]ese-iasa
Pembayaran Bunga Pinjaman Pemerintah
Transaksi Berialan
Neraca Arus Modal
Pemerintah
Arus Masuk
Arus Keluar
Swasta
-7,4
215
616
4,1
-9r9
PMANeto
-2r7
Lainnya
-712
59,0
11,6
46,4
5,1
-36,4
-6,6
-29,9
6,7
.19,3
-3,6
3,2
-6,2
-1,7
3,3
4,9
4,5
.3,1
-L,4
Pembelian Aset BPPN
Execptional Financing
Q,7
3,0
IMF Neto
Penjadwalan Hutang
(Racheduling)
Surplus/Defisit
(OwrallBaknce)
29,4
6,1
20,8
141,7
74,9
66,8
Cadangan Devisa
(Doh* Buhn lrnpor)
Cadangan Devisa Bersih
Utang Luar Negeri
Pemerintah
Swasta
m-13
28,0
6,7
20,8
133,0
7L,4
6r,6
0,2
3,0
0,3 0,3
30,2 30,5
7,1 6,7
23,7 23,7
128,0 125,0
72,3 73,8
55,7 5t,2
PERKIRAAN ANGGARAN
P'ffi''Tin"
DAN BELANJA NEGARA
(%PDB)
l7,g 20,7
10,5 11,9
5,3 6,1
0,0 l,g
5,3 4,3
2,9 !,4
1,8 2,3
7,t
t,t
5,2 6,4
2,6 2,5
18,0 20,3
ll,t
17,5
0,0 3,7
3,9 4,2
4,3 6,4
,,6
J,3
1,8 2,Q
g0
0,0
612 2,t
6,2 2,9
0,0 0,0
-2,t .t2
4,0 3,2
1,8 1,9
{,0
{,1
1,9 2,0
1,5 2,0
o,o
$
0,0 0'0
0,0 0,0
2,1 12
3,9 2,L
-l,g 4,9
A. Pencrimran Ncgen &n Hibah
1. Penerimaan
Prjek
a. PPh
Miges
Bukan Migas
b. PPN
c. Lainnyr
2. Penerimaen Bukan Pajak
a. Migas
b. Bukan Migas
B. Pcngelueran Negara
1. Pengelueran
Rutin
a, Restrukturisasi Perbrnkan
b. Belanja Pegrwai (puset daa daenh)
c. Subsidi
d. Lainnye
- Pembayaran Bunga Piaj. Luer Negeri
e. Dana Perimbaagan
2, Pengeluaren Pembangunen
a. Pusat
b. Daerah
C. Surplus/Dcfisit
D. Pembiayaan
1.
Dalam Negeri
a. Perbankan
b. Non Perbankan (neto)
Penjualan Asct Perbrnkro
Privatisrsi
Amonisasi Q
Penerbinn Obligui
2. Luar Negeri (neto)
a, Penyerapan Pinjemen
b. Amonisasi
12,4
6,3
1,5
4r8
317
2,4
7,7
5,4
2,3
22,9
18,4
3,9
312
5,2
6rl
1,9
3'8
414l
|
2,7
1.7
|
|
18,0 17,3
72,5 13,1
6,0 6,2
1,0 0,8
5,1 5,5
3,9 1,2
2,6 2,7
5,4 4,2
3,9 2,9
1,5 1,3
20,3 lg,l
15,9 13,9
3,6 2,9
3,3 3,4
2,7 1,3
62
6,3
1,7 1,4
4,4 4,2
4,5 52
2,7 1,4
1,8 l,g
-2r4 'l,t
214
lr8
l14
r2
0,0
0,4
l'4
017
1r1
0,9
0,3
-0,2
-1r0
0,2
7r0
l17
0'4
0,4
016
115
4'8
4,9
4,6
4,7
76,6
66,3
Mcmorendum
- Pengaruh Kebiiaksaoran Fiskd tcrhedap
perekonontan (Fbcal inpalse)
- Utang Pemerintah/PDB (%)
m-14
IV
Brnrnepn Isu PBNIING
Ben
A. IIwSSTASI
Salah satu motor penggerak y{Lg diharapkan mempercepar pemulihan
ekonomi adalah investasi. Setelah krisis ekonomi tahun 1998, iklim investasi di
Indonesia belum mampu menarik minat penanam modal. Ini tercermin dari
jumlah proyek dan nilai persetujuan PMDN dan PMA yang masih rendah
dibandingkan dengan sebelum krisis; arus modal yang lebih banyak keluar; impor
barang modal yang menurun; serta penyaluran kredit investasi yang masih rendah
(ihat Bab II). Indonesia adaah saru-satunyt negar^ di Asia Pasifik yang terus
mengalami arus keluar PMA dalam jumlah yang relatif besar sejak tahun 1998
(L]NCTAD,2002).
Ilclim investasi di Indonesia selanjutnya dihadapkan tidak saja pada tantangan
penanaman modal baru, tetapi jrrgr tantangan untuk
mempertahankan penanaman modal yang sudah adr di Indonesia. Rencana
kepindahan perusahaan multinasional Sony ke Malaysia menunjukkan bahwa
iklim investasi di Indonesia sudah berada pada tahap yang memprihatinkan.
untuk menarik
Dalam tahun 2003, meskipun perekonomian dunia diperkirakan lebih baih,
prospeknya tetap dibayangi oleh ketidakpastian dengan kemungkinan merebaknya
kembali kasus akuntansi dan auditing pada beberapa perusahaan terkemuka di
dunia, kemungkinan terjadinya perang terbuka di Timur Tengah, serta meluasnya
aksi terorisme internasional. Untuk
investasi perlu didorong guna
mempercepat pemulihan ekonomi dan sekaligus untuk menjaga kesinambungan
pembangunan yang diperlukan bagi pemecahan masalah-masalah sosial mendasar
seperti pengangguran dan kemiskinan.
itu
Upaya ini tidak mudah dilakukan. Selain banyaknya hambatan dalam negeri
yang harus dibenahi, daya tarik beberapa netara Asia, seperti RRC dan Vietnam,
w-1
meningkat secara tajam dalam beberapa tahun ini ditunjukkan oleh kecenderungan
relokasi industri ke negara-negara tersebut.
1. FAKToR PENGHAMBAT ITwBsTesI
nalfak f{19r yang menghambat investasi di Indonesia. Beberap a yantpokok
antara lain adalah sebagai berikut.
Peftama, masih ,.dany3 gangguan keamanan pada beberapa wilayah di
Indonesia meskipun stabilitas politik relatif meningkat paska Sidang Isiimewa
MPR Juli 2001. Gangguan keamanan meskipun bersifar lokal dapai memberi
pengaruh pada skala nasional nasional yang ptda gilirannya dapat mengakibatkan
kekuatiran investor untuk menanamhan modalnya arau menunda reilisasi dari
rencana investasinya. Ketidakstabilan keamanan kembali meningkat setelah
ledakan bom di Bali, t2 oktober 2002. Pengaruh keamanan pada ,rrir", investasi
dapat dilihat pada Boks IV.1.
PnNcenusKsrDersrABrLANu"rHfrX;t***n*pADAMrNArlr.rvesresr
Stabilitas politik dan keamanan adalah prasyarat utama, meshipun tidak mencukupi,
!"gi berlangsun_gnya investasi. Pengaruh heamanan dan ketertiban pada minat
investasi dapa! dilihat dari_perkembangan persetujuan PMDN dan PMi tiga tahun
sebelum terjadinya krisis ekonomi (L995 - 1997) dan tiga tahun sesudahnya' (Ig98 2000). Rara-rata nilai persetujuan PMDN tahun lggg - 2ooo adalah' Rp 67,g
triliun/tahun atau turun sekitar 30o/o dibandingkan reta-rete nilai persetujuan plrtON
pada tahun 7995 - 1997 (sekitar Rp 95,7 triliun/tahun). Adapun raca-retepersetujuan
PMA tahun 1998 - 2000 adalah US$ 13,3 miliar/tahun arau rurun sekitar 60olo
dibandingkan rata'rata persetujuan PMA pada tahun l9g5 - 1992 (sekirar US$ 34,5
miliar/tahun). Dari perbandingan tersebut terlihat bahwa faktor keamanan lebih
berpengaruh terhadap PMA daripada PMDN.
lebih rinci pengaruh keamanan terhadap minat investasi dapat dilihat pada
beberapa daerah yang rawan konflik seperti Aceh, Maluku dan Irian
Jaya seperti
Secara
diberikan pada Tabel IV.l.
rV-2
Tabel IV.1
NILAI PERSETITUAN PMDN DAN PMA DI DAERAH RAVAN KONFLIK
PMDN (Rp Miliar)
Aceh
Maluku dan trja
PMA (US$ juta)
Aceh
Maluku dan Iria
tt74,t t297,3
277t,6 t323,2
129,2
8436,0
981,3
42,5
129,9
3137,5
771,9 6,2 51,9 1911,1 6,0
522,1 13,6 24,9 52,6 61U,6
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai persetujuan PMDN dan PMA pada daerah
rawan konflik rnenurun tajam. Di Aceh, nilai persetujuan PMDN menurun drastis
pada tahun L999 dan 2001; sedangkan PMA menunrn tajam pada tahun t998, !999,
dan 2001. Bahkan dalam 10 bulan pertama tahun 2002, belum ada proyek PMA yang
disetujui di Aceh. Sementara di Maluku dan Irja, nilai persetujuan PMDN menurun
tajam pada tahun 2000; sedangkan untuk PMA menurun tajam setelah tahun 1997.
Ddam 10 bulan pertama tahun 2002, belum ada proyek PMDN dan PMA yang
disetujui di Mduku; sedangkan untuk Irian Jaya hanya mencapai US$ 15,7 juta.
Pada tanggal 9 Desember 2002 ditandatangani Kesepakatan Penghentian
Permusuhan (Cessation of Hostilities Agreement) antara Pemerintah Indonesia
dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Geneva. Kesepakatan tersebut
kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan lima agenda penyelesaian masalah
Aceh yaitu: pemeliharaan dan penguatan perdamaian, bantuan kemanusiaan dan
rehabilitasi sosial, pelaksanaan proses politik yang demokratis, rekonstruksi
ekonomi, serta rekonsiliasi dan society building. Dengan kesepakatan dan langkahlangkah konsisten menindaklanjuti agenda tersebut diharapkan tercipta stabilitas
keamanan yang berkesinambungan di Aceh yang pada gilirannya akan
berpengaruh positif bagi kegiatan ekonomi Aceh dan iklim investasi di Indonesia.
Kedua adalah lemahnya reformasi hukum yang selanjutnya mengakibatkan
ketidakpastian hak milik (propmy right) dan perjanjian usaha di Indonesia.
Meskipun terjadi peningkatan jumlah produk hukum yang dihasilkan, kualitas dan
kinerja sistem peradilan niaga dirasakan masih belum memenuhi harapan. Dugaan
praktik korupsi serta kurangnya keahlian dan pengalaman para penegak hukum
IV.3
sering kali menghasilkan keputusan pengadilan yang kurang memuaskan. Kasus
Manulife membuktikan kegagalan hukum dalam memberikan perlindungan
keadilan kepada investor. Masalah kepastian hukum lainnya adalah lambatnya
pemerintah memenuhi kontrak perjanjian yang sudah disepakati oleh investor
seperti dalam penjualan aset oleh BPPN.
Ketiga adalah kurang kondusifnya pasar tenaga kerja di Indonesia. Berlarutnya
penyelesaian dua RUU Ketenagaker)aan berpotensi meningkatkan biaya tenaga
kerja di Indonesia dan menciptakan ketidakpastian tentang aturan main yang
berlaku. Beberapa diantaranya menyangkut isu berkaitan dengan kewajiban
perusahaan unruk membayar upah selama peherja melakukan aksi mogok, uang
pesangon, uang ganti rugi, dan uang penghargaan ptda saat pekerja berhenti.
Dengan produktivitas yang rendah dan upah yang sulit diperkirakan secara pasti,
daya tarik investasi di Indonesia dari sisi ketenagakerjaan menurun drastis.
Keempat adalah tumpang tindihnya kebijakan pusar dan daerah. Sejalan
pelaksanaan desentralisasi, instansi pemerintah pusat yang berada di daerah telah
dilimpahkan ke pemerintah daerah. Belum mantapnya pelaksanaan program
desentralisasi mengakibatkan kesimpangsiuran pembagian lcewenangan antar^
pemerintah pusat dan daerah yang berkaitan dengan penyusunan kebijakan di
bidang investasi, pemberian insentif, dan perijinan. Perbedaan yang besar dalam
pusat dan daerah serta antar daerah dapat menimbulhan
kebijakan investasi
^ntar^
ketidakjelasan kebijakan investasi di Indonesia yang pada akhirnya ahan
menunrnkan minat investasi.
Kelima adalah prosedur yang panjang dan berbelit sejak dari perijinan hingga
kepabeanan. Faktor ini sangat penting. Prosedur perijinan yang panjang dan
berbelit tidak saja menambah biaya investasi tetapi juga menurunkan kemampuan
perusahaan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Di banyak rrcg ra,
prosedur perijinan sangat singkat dan sederhana. Di negara-negara tersebut
penanam modal hanya diwajibkan mendaftarkan sekali ke Departemen
Kehakiman serca tidak perlu mendaftarkan ulang untuk kegiatan usaha lainnya.
Keenam adalah lemahnya insentif perpajakan. Pemberian insentif perpajakan
sangat dilematis saat ini.
satu pihak, pemberian fasilitas pajah dapat
mempengaruhi ketahanan fiskal (fi.scal sustainability) yarrrg harus diperkuat untuk
Di
ry4
dapat mengurangi beban utang yang besar. Namun di lain pihak, penanam modal
mengeluhkan minimnya insentif perpajakan bagi kegiatan investasi dan beban
pajak yang cukup berat di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain.
Sistem perpajakan termasuk administrasi pajak perlu disempurnakan agar tercipta
sistem perpajakan yang efisien, efektif, dan mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi secara berkelanjutan.
Ketujuh adalah faktor eksternal berupa meningkatnya daya tarik negare-negara
Asia lainnya seperti RRC dan Vietnam. Selama beberapa tahun terakhir ini, kedua
negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi y*g tinggi dengan membuka
diri seluas-luasnya terhadap penanaman modal. Dengan pertumbuhan ekonomi
yang tintgi dan potensi pasar dalam negeri yang besar, arus modal asing cenderung
beryindah kedua negara tersebut. Disamping itu negara-negara Asia yarLg
mengalami krisis sepefti Korea Selatan, Thailand, dan Malaysia mampu menarik
kembali PMA.
Laporan UNCTAD Q002) menunjukkan bahwa daya tarik RRC terhadap
PMA terus meningkat. Apabila dalam tahun L990 - 1996, arus PMA ke RRC baru
mencapai US$ 19,4 miliar per tahun, maka pada tahun 2001 meningkat mencapai
US$ 46,8 miliar. RRC juga menjadi tempat yang menarik bagi PMA Jepang. Survai
yang dilakukan JBIC Q002) terhadap perusahaan Jepang menunjukhan bahwa
RRC lebih menarik dari ASEAN. Meskipun Malaysia dan Thailand mempunyai
iklim investasi yang lebih baik di banyak aspek, namun RRC unggul dalam
pertumbuhan pasar dalam negeri, biaya produksi, dan suplai tenaga kerja. Arus
PMA pada beberapa negara Asia dapat dilihat pada Tabel tV.2.
Tabel IV.2.
ARUS PMA
'90-'95
L9,4 40,2 44,2 43,8 40,3 40,9
RRC
2,8 5,4 9,3 9,3
Korea Selatan 1,0
2,3
1
Malaysia
Thailand
Vietnam
Indonesia
4,7 7,3 6,3 2,7
2,0 2,3 3,6 5,1
0,9 1,8 2,6 1,9
2,3
6,2
4,7
rv-s
3,9 3,9
3,6 2,8
1,5 1,3
-0,4 -2,7 -4,6
46,9
3,2
0,5
3,8
1,3
-3,3
Kesemuanya ini mengakibatkan.. tantangan yang
makin besar bagi
perekonomian Indonesia untuk menarik p.r"rr""*"r'-o-clal.
Kebijakan investasi
dituntut tidak saja melakukan pembenahan^terhadap h.-b.trrr-h.-'t;;;;
y^ng
di dalam negeri, tetapi juga diharapkan mempuoy.i"*ti",
^d^
i-"ffiil;;mampu
bersaing dengan negara-negara lain.
2. Upaye MBNINcxITKAN Ixrnu
I}.IvEsTAsI
PentingnYa Petanan investasi semakin disadari dengan
rencana kepindahan
.beberapa
.
perusahaan multinasional ke luar negeri. Beragamnya
masalah-masalah
investasi menuntut
yang holistik dan lintas sektor. Dalam kaitan itu
perlu ditempuh dua kebijakan pokok sebagai berikut.
.k*lfk*
Pertama adalah mempertahankan penanaman modal y,,ng
sudah ada di
Indonesia. Kebijakan ini dapat ditempuh dengan meningkatk1rq
check and. balanced,
systern yang mamPu menamPung keluhan
kegiatan investasi yang ada serra
_dari
menindaklanjuti secara cepat dan efektif. secara
i.l.*b"g" *
ioJ ,rrdah
ditempuh d91san pembentukan gugus tls3s
";;;:
lingkungan
BKPM. Meskipun
_{i
demikian efektivitas
gugus 1"gm ini dirasaka'n belum memadai
untuk
.dari
menangani permasalahan investasi yang sangat kompleks.
Dalam t ri r' itu
pemerintah membentuk glFor tng.r p"d" tiighat yine lebih
tirrggi- r"gi a""
langsung diketuai oleh.presiden. Dengan
qlg1s *g* br*-ini diharap"kliasalah
investasi yang sifatnya lintas sektor dapat
Jirlt.r"itL
dengan cepat dan
r.pri.
Kedua adalah meningkatfrg_ daya tarik perekonomian
yang mampu menarik
minat penenam modal. Kebijakan ini. mencakup upaya -.rrrr".rt meninglatlan
kepastian hukum bagi penanam modal, m"rryed"irrrak"r,
pror.r--f.'.i1rr"rr,
meninglatkan produktivitas tenaga kerja,
menyempurnakan
sistem
_
perpajakan termasuk prosedur kepabeanan.
i.r,
Kepastian hukum merupakan faktor yang penting dalam
mendorong investasi.
Dalam kaitan itu, RUU pinanaman uoaaipert.,
diberlakukrrrl B.brr.p,
mlteri pokok dalam RUU Penanaman tvtodat d"p"at
"Jg"r.dilihat
;;J; 39,11, rv.2.
kepastian hukum.yang berkaitan dmgro p.*bagian
;;."*
lelanjulnya
u*are
Pusat dan Daerah juga perlu lebih diperregas. D.lg."
demifian dih"r"fkir-tidak
IV-6
ada dualisme kebijakan investasi di Indonesia. Kebijakan Pusat dan Daerah
diupayaltan saling menunjang untuk menarik investasi.
Botts IV.2.
Brnpn tpe MersRI
Poror RUU PBNeNeulN MoDAt
Penanaman Modal dimaksudkan sebagai Payung bagi kegiatan Penanaman
modal di luar usaha hulu minyak dan gas sefta jasa keuangan yang sudah diatur
dalam UU tersendiri.
Dalam RUU Penanaman Modal tidah lagi dibedakan entare PMA dan PMDN.
Perlakuan y^ng sama diberihan kepada semua Penanam modal, tanPa
membedakan asal negara. Pengecualian hanya dimungkinkan sepanjang tercentum
RUU
ddam UU Penanaman Modal atau diatur dalam UU lain atau perjanjian
internasion al y ang berlaku.
Dalam hal insentif, RUU Penanaman Modal mengenal adanya fasilitas fiskal dan
non-fiskal.
Penanaman Modal tidak mencentumkan lagi hetentuen mengenai divestasi
perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh PMA sebagaimana seperti UU
No. t/t967 tentang PMA yang diatur lebih lanjut dalam PP No. 20/1994.
RUU Penanaman Modal menjamin tidak akan dilahukan tindakan nasionalisasi
atau pencabutan/pengambilalihan hak kepemilikan penanaman modal. Apabila
pemeiintah akan melakuhan nasionalisasi harus terlebih dahulu ditetaphan oleh
UU datt pemerintah berkewajiban memberi ganti rugi yang jumlah, jenis, dan cara
pembayarannya ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
RUU Penanaman Modal memberi jaminan atas keamanan dari eset yang dimiliki
oleh PMA serta transfer maupun repatriasi atas modal, pinjaman, sefta
keuntungan yang diperoleh dari investasi setelah lcewajiban perpajakan dan
hewajiban lainnya dipenuhi.
Meskipun RUU Penanaman Modal mengutamakan penggunaan tenaga keria
dalam negeri, penanam modal dapat menggunakan tenaga kerja asing untuk
jabatan dan keahlian yang belum dapat dipenuhi oleh tenaga kerja dalam negeri.
Selanjutnya perusahaan penanam modal diwajibkan untuk menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan tenaga keria dalam
negeri.
RUU
N-7
Salah satu materi pokok dalam RUU Penanaman Modal adalah persamaan
perlakuan ant^ra PMA dan PMDN. Dalam tahun'tahun terakhir ini beberapa
negara berkembang menerapkan praktik yang memberikan jaminan kesamaan
perlakuan antare investor asing dan investor dalam negerinya. Sebagai contoh,
Thailand dan Filipina membuat perjanjian dengan Kanada y^ng menjamin
perlakuan yang sama unt^r^investor Kanada dan domestiknya.
Meskipun perlakuan PMA dan PMDN disamakan, atas dasar pertimbangan
egam4 kesehatan, kelestarian lingkungan, keamanan dan kedaulatan negara, serta
pemberdayaan UKM, pemerintah masih dapat mengatur bidang usaha yang
tertutup dalam bentuk Daftar Negatif Investasi (DND dan bidang usaha yang
terbuka dengan persyaratan tertentu. Pengaturan ini tidak bertentangan dengan
prinsip persamaan perlakuan antara PMA dan PMDN sepanjang pertimbangan
yang mendasari masih ditutupnya suatu bidang usaha adalah jelas dan dapat
dipahami oleh masyarakat internasional.
Penguatan kelembagaan diperlukan untuk menghadapi meningkatnya
untuk menarik investasi. Beberapa negara telah melakukan
restrukturisasi fungsi instansi yang rnenangani investasi dari badan pengatur
menjadi badan promosi. Salah satu contoh adalah Badan Investasi Afrika Selatan
yang tidak menjalankan fungsi pengaturan tetapi memusatkan perhatian pada
kegiatan promosi investasi. Dalam RUU Penanaman Modal, visi dan misi BKPM
akan beralih dari Regulatory Body menjadi Market Drivm Senticing Ag*ry.
Perubahan ini juga diperlukan sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi.
persaingan global
Sistem perijinan yang ada sekarang ini sangat rumit dan mengakibatkan biaya
tinggi serta perlu disederhanakan. Banyak persyaratan, perizinan, serta lisensi lain
yang harus diperoleh sebelum dapat melakukan usaha di Indonesia. Terkadang
persyaratan, perijinan, serta lisensi tersebut saling tumpang tindih dan kurang
ielasnya kegunaannya.
Untuk memulai suatu usaha perdagangan diperlukan tidak kurang dari 46 surat
ijin dari berbagai tingkat pemerintahan. Di bidang usaha penekstilan misalnya
diperlukan paling sedikit 35 ijin Qihar Mmatap Ke Depan Perekonomian Nasional,
Bappenas, L999).Lamanya waktu yang diperlukan untuk proses pendaftaran usaha
di Departemen Kehakiman dan HAM juga relatif panjang. Bisa mencapai 3 bulan
rv-8
dibandingkan dengan di Singapura dan Ameriha Serikat yang hanya
membutuhkan waktu kurang dari 1 minggu. Demihian juga proses untuk
mendapatkan ijin lokasi dari Badan Pertenahan Nasional (BPh$.
Dengan pelayanan satu atep (one roof smtice), prosedur perijinan ini
disederhanalcan dan dipercepat. Untuk mengefektifkan sistem one roof seruice,
pemerintah diharapkan melakukan inventarisasi semua perijinan yang dikeluarhan
oleh seluruh departemen atau instansi terkait serta melakukan identifikasi dan
menghapus semua perijinan yang berpotensi menghambat kegiatan usaha.
Dalam hal insentif perpajakan, perlu dipahami secara mendalam berbagai
keluhan pengusaha yang ada. Identifikasi yang mendalam terhadap beban pajak
yang dirasakan memberatkan penanam modal akan merupakan masukan yang
penting dalam menciptakan insentif pajak yang menarik bagi penanam modal.
Dari berbagai keluhan y^ng ada, beban yang dirasakan berat oleh pengusaha
umumnya bukan tingkat pajah (tax rate\, tetapi pelayanan pajak termasuk
kepabeanan. Pelayanan pajak yang tidak transparan, restitusi pajak yang lambat,
dan prosedur kepabeanan yang rumit merupakan tambahan pajak yang harus
dibayar oleh pengusaha.l Tax holi.dalts munglcin diperlukan untuk daerah tertentu
dan hanya untuk investasi baru, tetapi tingkat kebutuhannya tidak sebesar
dibandingkan dengan pelayanan pajak dan prosedur kepabeanan yang sederhana
(ulasan mengenai tax holidays dapat dilihat pada Perekonomian Indonesia Tahun
2002: Prospek dan Kebijakan,Bappenas, 2001).
1
Rasio pajak terhadap PDB di Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.
Apabila pengusaha mengeluhkan sistem perpajakan di Indonesia, penyebabnya kemungkinan
bukan tax rdte, tetapi distribusi jenis pajak dan pelayanan pajak yang tidak menunjang proses
produksi. Lebih lanjut bagi PMA yang rnengandalhan pasar dalam negeri, penyelundupan menjadi
salah satu faktor yang cukup diperhitungkan. Apabila barang modal yang bahan baku/penolong
yang digunakan terkena bea masuk atau biaya ekstra lainnya, maka produknya akan kalah bersaing
dengan barang-barang selundupan di dalam negeri.
rv-9
B. KTTnNAGAKERJAAN
l.
GeureneN
I(ETENAGAKERJAAN ACUSrus 2QO2
Gambaran ketenakerjaan berikut diambil dari Sakernas Agustus 2002.
Dari
sekitar.97,7 iuta angkatan-\.-rjl jumlah yang bekerja mencapai g9,6 juta
orang
(lt,zu"1. Persentase penduduk laki-laki yang beherja jiuhlebihtesar
dibandingkan
dengan penduduk
yaitv
to.ritg-*"sing
sebesar
79,5o/o
dnn +s,Zoto.
.Pe-re-mPuan,
sebagian besar penduduk beke ria dr p.rdesaan, d*s* perbandin gan!
[.o.r; , r,s
(desa). Dari iumlah y?ns bekerja, sekitar 7\,4vo,"_tr-prt*
prrd"ua,rt ,rri. prirrp
Qrs! tahun); sedangkan 39,4o/o addah penduduk ,rri, *udr, masih dalam usia
sekolah, dan rerpaksa harus bekerja.
Dilihat dari starus pekerjaannya,
20,8o/o berusaha
21,.!vo bekerja sebagai buruh/karyawan,
sendiri, !9,60/o berusaha dibantu buruh tidaliretap, ti1jil"
rrrn t
tak dibayar, dan sisanya !r,5o/o sebagai-pekerja bebas dan pengur"t, ar"g;
buruh
t9taP. Sekitar 39olo pekerja berada di sektor formal, dan sisania sekitar
6io/o berada
di sektor informal.
Sebagian besar angkatan kerja dan lapangan kerja tersedia
di Jawa dan
Sumatera. Penyebaran kesempatan kerja tahun 2002 diperkirakan tida6
rirengalami
banyak P!rubahan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2OOt, sekitar
60,5,1o dari
qqlratan kerja berada di Jawa, zo,oo/o di sumatera,6,60/o dl srrlawesi,'5,3o/o dr
Kalimantan, dan7,60/o tersebar di pulau-pulau lainnya.
Jumlah pengan$Buran terbuka pada bulan Mei 2002 mencapai g,1 juta orang
Dari jumlah tersebut, sekiiar
adalah penduduh^rr.i" rrr.rda (L5-24
??;5v:
tahun). Penganggu{p di perkotaan lebih
banyakT,io/o dibandingl* a."g"" ai
perdesaan 4,4o/o. Baik P-engangguran laki-laki to..rpun perempuan jidominasi
oleh
tingkat pendidikan SLTA. Sedangkan pada kelo*poL pendidikan SD ke
bawah,
Persentase pengangguran PeremPuan lebih besar dibandingkan dengan lahi-laki.
.
(8:370).
_.
Pasar tenata
keri di Indonesia
dapat digolongkan sebagai p^s r pre-trdnsitional.
ciri tersebut-mirip dengan struktur pekerja padinegrrarerangga yang mempunyai
!i1sk', pendapatan.per. kapira hampir- r"-", seierci m"il"a, i'ilipi"l, a*
Vietnam yaitu sebagian besar pekerja bekerja di seltor perranian, ,rprh
di sektor
ry-10
formal yang rendah, dan panisipasi angkatan kerja wanita yang relatif rendah.
Sebaliknya Malaysia dan Korea, dengan tingkat pembangunan lebih maju, proporsi
pekerja di sektor pertanian dan informal kecil serta biaya tenaga kerja lebih mahal.
Dengan karakteristik pasar tenaga kerja seperti tersebut di atas, terdapat dua
permasalahan pokok di bidang ketenagakerjaan yajrtn rendahnya produktivitas
tenaga kerja Indonesia serta besarnya angka pengangguran terbuka dan setengah
pengangguran. Masalah ini perlu dipecahkan dengan menciptakan iklim pasar
renaga kerja y^rLg sehat terutama dalam bentuk hubungan industrial y^rLg
harmonis sena kebijakan lintas sektor yang mampu menciptakan lapangan kerja
baru termasuk peningkatan perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri.
2. I(EnTII<IN
I(ETENAGAKERJAAN
Strategi keberpihakan terhadap tenaga kerja merupakan salah satu kebijakan
yang terus dikaji dalam rangka meningkatkan penciptaan lapangan kerja. Dua
RUU yaitu tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan @PK) serta
tenrang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPH$ sampai saat ini
masih dibahas di DPR. Masalah yang perlu mendapat perhatian adalah upah
minimum dan pesangon, serta keseimbangan hubungan industrial dan tenaga kerja.
Selain itu, terdapat masalah tenaga kerja Indonesia (IKI) ilegal di Mdaysia.
N. Upah Minimum
Pada pertengahan tahun 1980an, Pemerintah mengeluarkan kebijakan agar
penentuan upah minimum di seluruh wilayah menggunakan ukuran kebutuhan
fisik minimum (KFM). KFM ini kemudian disesuaikan lagi dengan ukuran
kebutuhan hidup minimum (KHM) yang memuat ukuran kebutuhan pangan dan
ron-pangan yeng lebih luas. Peningkatan upah minimum mencapai KHM
merupakan sasaran bagi para pengambil kebijakan di bidang ketenagakeriaan.
Selain dari nilai nominalnya, upah dapat dilihat dari nilai riilnya yaitu dengan
mengurangi dengan inflasi. Dari tahun 1991 sampai dengan terjadinya krisis 1997,
upah minimum riil meningkat secara rat^-rata lebih dari 10o/o per tahun. Dengan
kenaikan tersebut tingkat upah minimum di berbagai provinsi telah mendekati
KHM yaitu sekitar 95o/o dari KHM, namun menurun lagi setelah krisis ekonomi.
w-l1
Pada tahun 2000 upah minimum nominal meningkat sekitar 30olo,
sedangkan
secara riil meningkat dengan 160/o. Dengan peningkatan upah minimum
sekitur
20o/o ptda tahun 2001, diperkirakan upah *inimuin mendekati
9eo/o dari KHM.
Dengan demikian upah minimum tidak saja meningkat secara nominal,
tetapi juga
secara riil, lebih tinggi dari sebelum krisis. paJa triwulan r/2ooz,
up^t ,in
minimum. b-u*! yang-bekerja di sektor industri sekitar 26o/o lebih'tinggi
a.ri
periode sebelum krisis (ihat Grafik fV.|.
Gralik tV.1.
380
INDEKS UPAH SEKTOR INDUSTRI
_
gl40
140
----;*
130
€| 300
v-120 6o
Srro
110 \o
_*
I
G
G
'E 1s0
o
K
2140
t00
2(f,l2:i-
_ po_;.l_Biil
Bagaimana dampah kenaikan upah minimum terhadap penciptaan
,hesempatan_
kerja? srudi tentang dampak upah minimum
-.ogh*.ilk"r, ,.*rr*
sebagai berikut:
e. upah
Minimum_Yang_Meningkat Relatif finggi Mengurangi Kesempatan
Keria Sektor Formal. Peningkatan upah mittimnm riif sebesa r 31o/o
diperkirakan menguralei. kesempatan keija di sektor formal sebesar 3,3o/o.
Dilihat dampaknya terhadap kelompok peterja, kenaikan
-pa5 ;il;um riil
sebesar 30olo menurunkan kesempaian ke4a bagi pekerja wanita
J." f.U;"
usia muda sekitar
b.
60lo.
Peningkatan Upah Minimum Menekan Pendapatan Di Sektor Informal.
Meningkatnya upah minimum memaksa perusaha-an memberhentikan p"Lrr;"
yang kemudian pindah he sektor informJ. Peningkatan upah minimum
tidak
saja
kesefparan- kerja di sektor formal, teiapi j"g, ;*.kr'
.mengurangi
gendaqltan pekerja sektor informal karena meningkatnya kompJ,iriri tenaga
kerja di sektor informal. Peningkatan t0% upah irioi*.r* riif dip.rkirakan
menurunkan pendapatan sektor informal r.kit.t 1-4o/o. Lebih l*j.rt tidak
rf-12
semua pekerja mendapatkan manfaat dari peningkatan upah minirnum. Pekerja
di usaha kecil hanya mendapat sedikit manfaat dan bahkan pekerja di sektor
informal mungkin tidak tersentuh oleh kenaikan upah minirnum. Kenaikan
upah minimum lebih banyak dinikmati oleh sehelompoh hecil pekerja di
selrtor modern yengpada gilirannya akan meningkatkan ketimpangan upah.
Dengan dampak upah minimum yang cukup besar rcrhadap penciptaan
lapangan kerja dan terhadap pendapatan di sektor informal, beberapa kebijaken
sebagai berikut.
yang perlu diambil
^nteralain
Mengintegrasikan kebiiakan upah minimum dengan kebiiakan ekonomi
^. makro. Mengingat upah minimurn berdampak terhadap penciptaan lapangan
kerja dan daya saing perusahaan, maka kebijakan upah minimum perlu
mempertimbangkan aspek lain yang lebih luas seperti inflasi.
b. Memberi dukungan terhadap penciptaan kondisi keria yang lebih baik.
Peningkatan kesejahteraan pekerja dapat dilakukan melalui penyediaan
rumah tinggal yang dekat dengan pabrik, menghapus berbagai pungutan
usaha, serta menjaga kebutuhan pokok dari inflasi yang tinggi.
Selanjutnya, dengan masih berlakunya Keputusan Menteri Tenaga Keria No.
150/2000 serta akan diundangkannyt RUU PPK, prinsip keadilan perlu
dipertimbangkan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kenaikan jumlah
uang pesangon diharapkan tidak justru memberi dampak negatif terhadap
keinginan perusahaan untuk menyerap tenaga kerja yarLg pada gilirannya
mendorong perekonomian lebih ke arah padat modal. Sistem pesangon yang
berlebihan dapat merugikan kepentingan tenaga kerja karena menghambat
perusahaan mempekerjakan lebih lama dan memperkecil produktivitas teneta
kerja di perusahaan.
b.
Hubungan Industrial
Peningkatan produhtivitas tenaga kerja tergantung pada sistem industrial yang
adil dan penuh kepastian. Melalui UU No. 2L/2000 tentang Serikat Pekerja, rasa
keadilan baik bagi pengusaha maupun bagi para pekerja ditingkatkan. UU No.
2t/2000 merupahan langkah maju di dalam membangun kebebasan berserikat di
Indonesia. Hingga awal tahun 2002 ini, tercatat sebanyak 61 serikat pekerja
terbentuk di seluruh Indonesia dengan anggota lebih dari 10 juta orang. Indonesia
w-13
juga telah memiliki
P€_raturan- yang mengatur tenrang Kesepa6atan Kerja Bersama
(KKB). Sejak tahun 1997 makin banyak perusah"rritelah^menria""tig*i
KKB
dengan pekerja dan proses tersebut berjalan dengan baik.
Pruocor,tN
I-GRJA.
_!Ty* pengusaha dan serikat pekerja merasakan
manfaat dengan qdanya RUU ppHI deog*- dimungkinkr.rrry,'*ogok
L.ri,
dengan syarar telah ada pemberitahurn t hari ,.6.1.r*rry.' k.p.d?
kantor
departemen
_tenaga kerja serta maksud dari aksi p.*ogoL* ,.rr.brr, kepada
pengusaha-. Dengan_tenggang waktu ini, kantor d.irrt.*.n
renaga kerja dapat
menempuh langkahJangkah untuk menyelesaikan konflik d; *.r."!"h
pemogokan. Perusahaan atau serikat pekerja dapat mengambil inisiatif
untuk
menyelesaikan permasalahan lewat mediasi. b.mr-rn.-iniiralkan proses
hukum,
disarankan adanyaperjanjian penyelesaian perselisihan lewat jalur
arbitrase sebagai
alternatif penyelesaian perselisihan perburuian.
Salah satu isu yang meniadi fokus dari pengusaha adalah penolakan
terhadap
kewajiban pengusaha untuk membayar .tprh f.p.da buruh y^og
*ogot kerja.
Permintaan untuk tetap membayar
buruh i*ri ,"oiot k.i)"
"plh-kepada
cenderung merugiltan penyelesaian perselisihan
perbu-h-.'Ir,r"laioriya ad"luh
larangan untuk mengganti buru}r yang melakukarmogolt kerja. p.r.t,r.Jrr'ini
juga
diterapkan pa'la negara-negara lain sepeni di Ameriki Serikat dan Selandia g"ru.
Prinsip no uork no pdy perlu tetap di pegang.
AoMrNrIsrRAsI DAN PrurcereN Huruu. Pemerintah Indonesia mengusulkan
sjslem hubungan-industrial dengan keterlibatan pemerintah yang ,"rrg":.
tinggi
dalam administrasi. dan penegakan hukum. Saat lni praptik irrt"rlr"rioial justru
mengarah pada terjadinya kesepakatan sukarela dalam perselisihan
dan collectioe
barganing pada tingkat perusahaan y,'Lt mendukung standar pekerja dan
produktivitas. Hubungan industrial yang diusulkan di Inlonesia lebiir
-urrdekati
sistem-di Argentina daripada negara yang-menganut sistem desengalisasi
seperti
AS, Selandia Baru, Korea, Taiwan, atau Chile.
Pada saat serikat kerja menuntut lebih besar kebebasan dalam
proses tawar dan
penyelesaian perselisihan, RUU Ketenagakerjaan membatasi p.rro.l.r,
yang dapat
dinegosiasikan - upah minimum, pesangon, pemecaran, p.l"tiirun
dan dan riasalah
lain yang diatur dalam UU yang 6aru tirsebut. Dalam h.l irri, Menakenrans
tidak
IV-14
hanya sebagai posisi sentral tetapi juga sebagai mediator dan penengah (wasit)
ranpa adanya perkecuali^n arLtara lain melalui jalur peradilan perselisihan industri
(I n du s trial D isput e s C o urt s) .
Denda yang sangar besar dan hukuman kriminal (penjara) untuk pelanggaran
adalah salah satu aspek dalam RUU Ketenagakerjaan. Denda untuk pelanggaran
ringan berkisar ar'rralra Rp 10 1OO iuta sepefti tidak mengangkat pekerja setelah
meiewati masa percobaan bekerja 3 bulan, dan mengabaikan Peraturan yang
berkaitan dengan tenagl kerja wanita. Denda sebesar Rp 100 400 juta untuk
pelanggaran birat seperti Penggunaan tenaga kerja di bawah umur. Meskipun
d.ndr i.6rbut dapat mencegah pelanggaran, namun dapat mendorong berlarutnya
penyelesaian terhadap pelanggaran yang timbul. Peraturan tersebut ing.
dikuatirkan membebani UKM. Untuk itu disarankan prosedur y^rLg lebih umum
yaitu dengan denda berringkat. Denda pelanggaran pertama tidak terlalu besar
sebagai p.iittgrtrtr terhadap pelanggaran. Pelanggaran selanjutnya dikenakan denda
-
-
lebih tinggi.
Seyogyanya penetapan standar pekerja dan penyelesaian ko{fi! lebih
didasarkan kesukarelaan agar kedua belah pihak bersama-sama memikul biaya dan
memperoleh manfaat dari pengambilan keputusan tersebut. Peraturan yarng
berlebihan akan mendorong upaya penyelesaian melalui jalur peradilan yang dapat
kontra produktif. Selain itu juga akan mendorong terbentuknya kontrak_ jangka
pendek. Ini akan menurunkan produktivitas dan menghapus sistem penghargaan
atas lama bekerja yang merup*an ciri sektor modern.
c. Masalah Tenaga Keria Indonesia (TKI) Ilegal Di Malaysia
Sulit diperoleh data jumlah TKI di Malaysia yang akurat. Pada awal tahun
2002, jumlah TKI diperkirakan sekitar 1,5 juta atau sekitar 70o/o total imigran (2
juta). Jumlah tenaga kerja ilegal diperkirakan sekitar 600,6 total imigran. Sebagian
besar TKI di Malaysia Barat bekerja di sektor konstruksi, pertanian, jasa, industri
pengolahan dan pembantu rumah tangga; sedangkan di Malaysia Timur bekerja di
iektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit. Umumnya TKI adalah
renaga kerja kasar; sedangkan tenaga kerja terampil bekerja di sektor konstruksi.
TKI legal berpenghasilan antara RM 500 - 1000 (setara dengan Rp 1,1 - 2,3 iut)
TV-15
per bulan, dipotong sekitar RM 1OO - 2OO per bulan untuk biaya rekruiting dan
PenemPatan. TKI ilegal memperoleh gaji lebih rendah yaitu sekitar RM 400 600.
-
Pemerintah Malaysia telah lama mendapat masalah dari TKI ilegal. Keberadaan
imigran Indonesia yang dituduh sebagai penyebab berbagai masalal sosial. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut, pemerintah Malaysia menawarkan sejumlah
pilihan seperti amesti dan repatriasi (sebagai contoh tahun lggl, 1996, dan 1993).
Namun hal tersebut tidak pernah diikuti dengan kebijakan untuk menurunkan
jumlah imigran ilegal. Perekonomian Malaysia dengan sektor urama antara lain
pertanian, konstruksi dan industri pengolahan padat karya, dan jasa masih
membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan rendah.
i.
Kebiiakan Baru Pemerintah Malaysia
Pemerintah Malaysia mengumumkan larangan merekrut TKI baru dan akan
mengurangi jumlah tenaga kerja legal menjadi 5oo/o pada awal tahun 2002.
Lnangan tersebut diikuti
penanghapm t6 t n gi kerja Indonesia dengan
{engan
tuduhan penyalahgunaan obat terlarang dan penyebab iejumfrh d.rrronstrasi dan
kerusuhan pada bulan Januari-Februari 2002. pada bulan Maret, pemerintah
Malaysia mengumumkan perpanjangan amnesti untuk TKI ilegal hiniga 31
Juli
2002. sebagai tindah lanjut, pada 3l Juli 2002 mulai diberlakukrr, -hrrk r**
maksimum 6 bulan peniarabtgt p-.L.rla ilegal dan majikan termasuk kemungkinan
diterapkannya hukuman cambuk dan denda RM 1o.0oo. Sebagai bagiai dari
kebijakan tersebut, pemerintah Malaysia menghancurhan perumaha'n liarii sekitar
Kuala Lumpur dan mulai menangkap TKI ilegal.
ii.
Krisis Juli-September
2OO2
Tidak seperti sebelumnya, pemerintah Malaysia sangat serius menerapkan
memulanghan t€nage kerja ilegal. Sekitar bulan Juli, sekitar 40 ribu tenaga
kerja ilegd
dipulangkan ke Indonesia. ekibrt gelombang p"l;g
-ditangfap .dan
TKI terjadi krisis di pufay Nunukan yaitu pintu keluar dan masuL imigral
d.a1i Malaysia Timur. Gelombang balik arus migrasi meningkat dari 16 ribu pada
akhir Juli menjadi 30 ribu pada awal September. Pada akhiiAgustus, lebih dari 3
ribu orang .dilaporkan rnenderita sakit dan 64 o',.ng menlnggal.. pada awal
September, dibentuk taskforce di bawah Menteri Koordinasi Kesej-ahteraan Rakyat
:enc;an?
t. d*
TV.16
yang membantu tenaga kerja yang terlantar di Nunukan. Pemerintah menyiapkan
dana sebesar Rp 30 miliar untuk membantu proses pemulangan ke wilayah asal
tenaga kerja.
PrnneNJaNGAN AMNESTI DAN PEMBATASAN REKRUITING. Akibat
berkembangnya krisis, pemerintah Malaysia memperpaniang amnesti selama 1
bulan menjadi 31 Agustus dengan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja
melaporkan diri kepada pemerintah Malaysia. Pada pertengahan Agustus,
pemerintah Malaysia mengumumkan pencabutan larangan rekruiting pekerja baru
di sektor konstruksi. Keputusan tersebut didorong oleh kekurangan tenaga kerja di
berbagai proyek di sekitar Kuala Lumpur. Hal yang sama terjadi di Sabah, banyak
pekerjaan terhenti di perusahaan kelapa sawit, konstruksi, dan transportasi.
Anus TKI. Sekitar pertengahan Agustus tercatat 310 ribu TKI ilegal telah
pulang ke Indonesia, sementara itu 170 ribu kembali ke Malaysia. Diperkirakan
sekitar 2OO - 300 ribu TKI ilegal belum kembali dari Malaysia. Khususnya di
Malaysia Timur, banyak imigran ilegal bekerja secara sembunyi-sembunyi: tercatat
lebih dari 100 ribu.
iii. Dampak Terhadap Ketenagakeriaan
Beberapa pihak berpendapat bahwa dampak negatif arus pulang TKI terhadap
pasar renaga kerja relatif kecil. Jumlah TKI yang kembali secara absolut tidak
terlalu besar yaitu sekitar 400 - 500 ribu (sekitar 5 - 60/o total pengangguran). Dalam
jangka pendek dampak terhadap kemiskinan juga kecil karena sebagian besar telah
bekerja di Malaysia cukup lama sehingga memiliki tabungan yang cukup.
Namun demikian dampak ketenagakerjaan diperkirakan cukup besar di
beberapa daerah pengirim utama TKI di Kawasan Timur Indonesia. Berkurangnya
arus dana yang diterima dari uang yang dikirimkan dari luar negeri akan
memberikan dampak langsung kepada kesejahteraan masyarakat NTB dan NTT.
Iv-17
iv. Kebiiakan Masa Depan: Regulasi Migrasi
Repatriasi rKI tahun 2002 tersebut merupakan yang terbesar sepanjang
sejarah- Beberapa kebijakan yang perlu dilaklkan men[hindari ,.*i"rrgrry"
.
masalah antara ke dua negara adalah sebagai berikut.
PTTAIBNTUKAN INSTITUSI INDEPENDEN MENGATUR MIGRAsI TENAGA KERJA.
Pengamat hak asasi manusia menyarankan dibentuknya saru lembaga yang
mengatur seluruh asp* migrasi renaga kerja (rKI) yang independen, iiarr. ai
bawah Depnakenrans dan departemenlainnya. Hal ini'perL dilalukan mengingat
kemungkinan rcrjadinya kolusi antere PJTKI dai instansi rerkait untuk
mendapatkan jalan pintas pemberangkatan TKI tanpa mengikuti prosedur yang
berlaku.
PuNnvJeuAN PRAKTIK-PRAKTIK ILEGAL. Beberapa aspek kebijakan pelaksanaan
rekruiting dan penempatan TKI saat ini perlu ditinjau- hembali. Sebagai conroh,
keharusan TKI untuk menyerahk"tt p.rpor kepada pemberi pekerjaaniretika tiba
S_Y4fftia dapat dipandang sebagai tindakan iLgal y*g *.-perlemah kebebasan
TKI di luar negeri dan menjadikannyaseperti,"rrd"rr.
PrxvrornuaNAAN PROSEDUR. Rekruiting dan penemparan tenaga kerja asing
diatur secara ketat. Di Indonesia, hal tersebui menjadi ,,r-b., p,rrrfrrr* ii., d*
Pemerasan tenaga keria yang mendorong sebagian besar TKI berangkat sendiri
dibantu Pererntar'a tanpa melalui PJTKI iesmi. bua puluh tahun lalu", peraturan
tersebut mungkin tepat untuk melindungi TKI dari ekploitasi karenr-li.rrrrrgrry.
pengetahuan tentang prosedur administrasi perjalanan ke luar negeri -dan
penerbitan ijin kerja. S.1a1jni sebagian besar TKltelah memiliki pengetrhi* y*g
mengenai kondisi kerja di negera tujuan serra prosed.rr'meirperoleh-visa
:kll
dan ijin kerja di luar negeri.
TV-18
C. Kr,ulsKINAN
1. GAureneN KruIsruNnN
TAHUN 2002
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan kronis (chronic
povert) atau kemiskinan struktural yang terjadi terus menerus, dan kemiskinan
semenrara (transimt pov)erty). Kemiskinan paska krisis ditandai dengan
menurunnya pendapatan masyarakat sebagai akibat dari pengurangan jam kerja
dan peningkatan jumlah pengangguran. Penurunan pendapatan masyarakat
tersebut membawa dampak ganda terhadap pergeseran pola kehidupan keluarga
seperti pergeseran pekerjaan dari sektor formal ke informal, penurunan'porsi
pengeluaran untuk kebutuhan pangan, kesehatan, dan pendidikan, serta
peningkatan keresahan sosial baik di tingkat keluarga maupun masyarakat.
Selama periode pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, jumlah penduduk
miskin di Indonesia menurun dari sekitar 54,2 juta, orang (40,t%o terhadap total
penduduk) pada tahun t976 menjadi 22,5 juta orang (It,3'/o) pada tahun 1996.
Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 meningkatkan jumlah
penduduk miskin pada akhir tahun 1998 menjadi 49,5 juta jiwa Q4,3o/o). Sejalan
dengan membaiknya stabilitas moneter, pada bulan Februari L999, jumlah
penduduk miskin berkurang menjadi 48,4 juta jiwa Q3,5"/). Penurunan ini terus
berlanjut sampai bulan Agustus 1999, turun sekitar
5,3olo
menjadi 37,5 juta jiwa
(18,2'/o).
Pada tahun 2002, penduduk miskin berjumlah sekitar 37,5 juta orang atau
!7,8o/o. Penduduk miskin di perkotaan berjumlah sekitar t3,2 juta $alo/o);
sedangkan di perdesaan sekitar 24,3 juta Q0,5'/'). Distribusi penduduk miskin pada
tahun 2002 ridak banyak berubah dengan tahun 1996 dan L999. Pada, tahun 2002
sekitar 78,5o/o dari seluruh penduduk miskin berada di pulau Jawa, Sumatera, dan
Bali dengan rincian sekitar 57,5o/o dari total penduduk miskin di Jawa dan Bali,
20,5o/o di Sumatera,7,5o/o di Sulawesi,6,20/o di Nusa Tenggara, 3,9"/o di Maluku dan
Papua, serta 3,8o/o di Kalimantan. Perkembangan penduduk miskin tahun t976 2002 dryrr dilihat pada Grafik IV.2.
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur memiliki persentase
penduduk miskin Qlead Count Indac) yang lebih kecil dari Papua, Maluku,
TV-19
Gorontalo dan Nusa- Tenggara Timur. Namun secara absolut ketiga
provinsi
'd*g*
k*;;il,ri^ro,
tersebut m.emiliki jumlah penduduk miskin yang lebih besar dibandinfi<anprovinsi di Kawasan Timur Indonesia.
_Adapun dari aspek
mayoritas k9e{1 rumahtaagga miskin di
pirdesaan rergantung pala sektor
pertanian. sebaliknya kepala rumah rangga miskin di daer"ah
banyak
bekerja di sektor jasa.
p.r[o;;
Grafikly.2.
PENDUDUK MISKIN
G
Eeo
-50
E+r
-m*
-=
q36
!
-,0
824
-:20
J
a1)'-6
^a
,!
o
s
t976 1980 1984
-Penduduk
Miskin
1990 1996
-
2oo2
% penduduk Miskin
Tantangan utama dalam jangka pendek adalah meninghatkan
hesejahreraan
penduduk miskin melalui pendekatan kemanusiaan yang melnekankrn
p.-.n.rh*
kebutuhan dasar,, pendekatan kesejahteraan 'me"lalui p"rrirrgf"* dan
pengembangan usaha. ekonomi produktif, serra penyediaan
d"n
perlindungan. Selain itu adalah menanggulangi kemiskinan 1r-i"rir-r*i.l
,...." homprehensif
dan. terpadu- dengan melibatkan pr*iriot"h, dunia usaha, p.rg.r**
,irrggi,
lembaga swadaya masyarakat, org.nirrsi kemasyarakatan, dro
-rryi.tli-irt io.
2.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Dalam
_
Pertama
upaya penanggulangan kemiskinan ditempuh dua strategi utama.
adalah melindungi keluarga dan kelompoL *aryarakat yang ,i.rrf**i
kemiskinan sementara akibat dampak negatif ktiis ekonomi, kenaikln gnl\d
dan
-d"trr'
kebijakan lainnya._ Kebijakan j*g!,1 p.ttd.L ini antara l.i" dit;;;t*
program Jaring Pengaman SosiaI/Social. Sofrry Net
fiPS/SSN), !rry.d.i.*
r ---r'
kebutuhan pokok untuk keluarga miskin, dan infiastrukt,rip.rd.s.rn.
_
w-20
Kedua adalah membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural
dengan memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan untuk berusaha.
lain kebijakan
Kebijakan jangka menengah dan panjang ini mencakup
^nrara
penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat
(communiry empo@erment), peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin
(capacity building), dan perlindungan sosial (social protection).
Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan multidimensi sehingga
memerlukan strategi penanggulangan yang komprehensif. Kedua strategi
penanggulangan tersebut di atas, perlu didukung oleh kebijaksanaan makro dan
lintas sektoral meliputi: kebijaksanaan menjaga stabilitas politik dan keamanan;
kebijaksanaan menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; kebijaksanaan
pengendalian pertumbuhan penduduk; kebijaksanaan peningkatan pelayanan
kesehatan dan pendidikan; kebijaksanaan untuk meningkatkan akses usaha kecil,
menengah dan koperasi ([JKMK) terhadap sumber pembiayaan, teknologi dan
pasar; dan kebijaksanaan pembangunan perdesaan.
Berbagai kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan tersebut dilaksanakan
dengan prinsip desentralisasi, yaitu mendelegasikan proses pengambilan keputusan,
ranggung jawab dan kewenangan sedekat mungkin dengan kelompok sasaran.
Pemerintah daerah berperan untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi semua
kegiatan penanggulangan kemiskinan dan bertanggungjawab atas keberhasilan
pelaksanaan kebijaksanaan di daerahnya. Keterlibatan pemerintah pusat terletak
pada pengembangan sistem informasi yang didasarkan pada data dasar yang
lengkap, akurat dan mutakhir mengenai kondisi penduduk miskin.
dari upaya percepatan pengurangan kemiskinan, melalui
Keppres No. 124/200L jo No. 8/2002 dibentuk Komite Penanggulangen
Kemiskinan. Tim ini bertugas untuk melakukan koordinasi penyusunan dan
pelaksanaan kebijaksanaan dan program penanggulangan kemiskinan dengan
melibatkan instansi pemerintah (pusat dan daerah), badan legislatif, organisasi nonSebagai perwujudan
pemerintah, kalangan akademik, asosiasi profesi, dunia usaha dan masyarakat.
Melalui Keppres No. 2Ol2002 selanjutnya dibentuk Tim Sistem Jaminan Sosial
Nasional yang bertugas mempersiapkan konsepsi dan penyusunan sistem jaminan
sosial nasional, dan naskah akademis serta konsep awal RUU Sistem Jaminan
tv-21
Sosial Nasional' Dengan sistem jaminan sosial diharapkan
seluruh penduduk
Indonesia, khususnya penduduk miskin, di masa mendat"rrg
-.idrp.tk*
perlindungan sosial yang memenuhi standard minimum
kr-.rrrlrirrrr. progr.Sistem Jaminan Sosial akan dikembangkan berdasarkan
pada sistem
sosial
yang telah berkembanqli masrarakat yang- meliputi protram ;.*ir.r,
asuransi sosial,
seperti rAsPEN, ASABRI, JAMSOSTEK, lan Rsrrs',
dL
progr* f"rrr.r.r,
sosial (social assistancQ yang meliputi program beras
murah, b"nt.r"ribeasiswa bagi
keluarga mishin, program perbaikan gtzldan keseharan
sena program penciptaan
lapangan kerja padat karya.
D. PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KoRUPsI
Praktik korupsi di Indonesia telah. tumbuh sejak jaman
kerajaan-kerajaan
.
nusantara2 hingga pada tatanan pemerintahan saat
ini. \Dflalaupun bentuknya
berubah sesuai dengan perkembangan,keadaan,
f.r.dig-. keberadaannya
dapat dikatakan hampir tidak pern'ah berubah. 1.Tl;
Salah
frd;;
iri
dianggap menjadi. sumber t.ij.diny.. praktik korupsi adalah
penyalahgtrnaan
,;"
/irgr.r*r.
kewenangan.publik unruk mempeiolei, k.untung.n
;rib;di'@i;;; irr*y.
Selain itu, belum adanya p.trirrr.n perundanglurrdlgrn yang
mendukung
i'
pelibatan masyarakat dalam piot.t p.^*i.,r.rr-dan_"pelaksanaan
berbagai hebijakan
dalam ra.ngka pelaksanaan tugas umum pemerintah secara
tidak langsirij ,.*.r.in
memberikan peluang terjadinya praktik torupsi.
Kondisi tersebut,.didasarkan pada peneritian yang rnenyatakan
bahwa pada
beberapa tahun terakhir, praktik ko*pri t.r.h t.l.ai"p.a.
,"t ro,.
i.*fir-rr*",
dan bidang kehidupan pimerintahan ,.rt.- m.syrr.t .i a.u- ,ii.r-yr"g
..rt,rp
tinggi. Perkembangan tersebu,
dilihat
iari
semaki"
b.;;;6[riy.
tor.
i"ql {apat
kata yang mencerminlcan pralrtik
t o*pri daram rrehidupan ,.hrriiiri'. Titik
kulminasi yang muncul dari kondisi tersebur pada ,thirrry.
,rr.*i.rit
*
2
Bentuk serta modus praktik korupsi yang terjadi di masa
kerajaan-kerajaan nusanrara entara
penguasa tanah
* dalam'tiigr.. *.ri"g*L*
atau bahkan menghapuskan beban pajak yang ltaupurl
h"rus dipenuii. ' Abuse of Power a:.eu The Aluse of Pyblic ofice'for Piaate Gain (The \Vorld. Bank) adelah
rurnusan yang umum dipergunakan untuh *urrgg"-tarkan pengenian
dan p."t;;,.;adinya
lain adalah pemberian upeti kepada pimifik
prahtik lcorupsi.
gambaran yang sangat memprihatinkan terhadap kehidupan bangsa Indonesia
yaitu ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum beserta perangkatnya secara
keseluruhan. Tindakan main hakim sendiri yang sampai dengan saat ini masih
sering terjadi di masyarakat merupakan salah satu indikator tidak dilakukan
penegakan hukum (aw enforceftrent) secara konsisten. Demikian itga pernyattan
yrtrg-*.ttyebutkan bahwa hukum merupakan alat pembaharuan masyarakat (lau
as a tool of social engineering) terlihat semakin jauh dari harapan masyarakat.
Kesulitan memberantas praktik korupsi, tidak saja dialami oleh aparat dalam
lingkup penyelengg^raanpemerintahan dan pembangunan, tetapi juga oleh sektorsekior non-pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan secara terus menerus sejak
rahun tahun t957a dengan menyusun dan memberlakukan sejumlah ketentuan
perundangundangan, membentuk berbagai lembaga atau komisi yang bertanggung
jawab untuk memberantas korupsi, serta menyusun dan melaksanakan Programprogram kegiatan yang terkait dengan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Namun, semakin berkembangnya tehnologi dan interaksi antara warga negara satu
dan warga negara lainnya maupun antar negara satu sama lain sebagai implikasi
globalisasi dunia menyebabkan lingkup dndak pidana korupsi berkembang
sedemikian luasnya. Kondisi tersebut menuntut tidak hanya PenyemPurnaan atau
perubahan terhadap peraturan perundang-undangan yang terLait dengan tindak
pid"tr" korupsi, tetapi juga peningkatan kemampuan, keahlian dan profesionalisme
penegak hukum untuk mendapatkan pembuktian yang benar-benar daptt
^p^r^t
mendukung penegakan hukum dalam tindak pidana korupsi.
Landasan hukum yang saat ini menjadi pedoman sejak teriadinya reformasi
hukum pada pertengahan tahun 1997 adalah Ketetapan MPR No. IVIMPR/L999
tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang mengamanatkan beberapa
agenda utama berkaitan dengan penuntasan dan pemberantasan tindak pidana
korupsit yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No. 25/2000 tentang
a
Ketentuan tenrang tindak pidana korupsi secara yuridis formal telah diatur dalam Peraturan
Penguasa Militer No. PRT/PM /06/1957 yang merupakan konsep pemikiran awal penyusunan IJU
N o. 3 / I97 1 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5
Arah Kebijahan Bidang Hukum butir 10 dalam TAP MPR Nomor IV/MPR/1999 renrang
GBHN mengamanatkan secara tegas dan jelas untuk segera menyelesaikan dan menuntaskan
perkara-perkara korupsi.
IV-23
Program Pembangunan Nasional (propeil)., selanjutnya,
perintah untuk segera
menuntaskan kasus korupsi semakin dipertegas fagi'dalam
Tep upn
No.
vm/MPR/2001dan TAp MpR No. vl/Mpnzooz
irrrg *.nrrgaskan LembagaLembaga Tinggi Negara untuk bersama-sama mempercepar
penuntasan
tindak
pidana korupsi.
Namun keberadaan landasan hukum yang cukup kuat belum
berani
penunrasan pemberantasan tindak pidana korupsi dapat
,.g.r, dilakukan.
Minimnya sarana dan prasarana
_yang sangar dibutuhkan oleh"aparai-prrr.g.L
hukum tidak mendukung optimalisasi p.n,rttrran kasus tindak pi:.;;
[o*pri.
Kondisi tersebut ditambah dengan lemahnya koordinasi anrara lembaga
penegak
hukum dan lembaga atavkomisi yattg t.rkait dengan p.-b.r.ri.;;;ffiidrr*
korupsi; pelibatan masyarakat sebagai unsur puirgr*r."r, masyarakar
serra
ketiadaan sosok kepemimpinan nasiott.l r*q
memberik"r,
Lrt"t"d anan,
-"-pi
kesungguhan dan perhatian untuk melaksanal"n
pemberantasan korupsi
"g.rrd,
juga menjadi kendala-kendala yang sangar betpoteisi
t.rhadap ii.].r.ri"i*, a*
inefisiensi pelaksanaan agenda pemberant.r.r, ti.rd.k pidana i"6i;;"f
,.hh
disusun.
Memasuki tahun ketiga pelaksanaan uu No. 2s/2ooo renrang propenas,
Pemerintah terus *:."glp1yakan langkahJangkah srraregis
a.n ,r.r.ri,
yant benar-benar diprioritaskan untuk *J*p.r..prr"p.rr.rnr.rr1 kasus_kasus
tindak pidana korupsi yang diharapkan dapat mengembalikan t.f.r.ryr*
masyarakat terhadap supremasi hukum.
ilirp;
6
fr
Bab
pada UU No..25l2000 tentang Propenqs, berpedoman
pada isu yang prioritas, penting
dan mendesak untuk dilakukan, telah
Progiam p.nrrii"r* perk"ia ro-pri,'roturi
-.n.t.pk*
dan Nepotisme serta Pelanggaran Hak Asasi Manusia"dengan menguraik"r,
blrba"iioau,o,
pencapaiannya.
Pertemuan antar Pejabat-Tinggi Hukum telah dilakukan pada
bulanJanuari 2oo2 (Law summit
y^ng
merekomendasikan homiimen bersama untuk rn.rryor,rr,
4
7
,.rr."og tindak yang
strategis,
d* l.-tp"* sebagai rrpny" unrrrk mengembalik"o kJp.r""y"an
masyarakat terhadap supremasi hukum dalam benrut* u-, irn"^ngril;k;;;;;fi
yr"gt;ip*i,
h) penunrasan kasus-kasus ,..ko-g:ir ft) - pembah.-"n p.r.rir.n perundang-undangan; G)
menyeluruh, sistematis, oPerasional
pembaharuan_ lembaga peradilan;- (d) pembaharuan.lembai.
t rj.kr".rr; dan (ej
kepolisian. Rancang tindak straiegis tersebur aitu.ngflin-ailam
bent,rk komirmen bersama
lemlaga
Lembaga Mahkamah Agong - Depanemen K.h"kim"r, dan ftak
Rr.ri Ir,t"o.rria - Kejaksaan Agung
p.*Lh"-*
IV-24
Pada hakek^rnya, strategi dimaksud akan meliputi 3 upaya
1.
pokok berikut ini
:
PNMNNNPAYAAN PTTINETEN MASYARAKAT
Memahami makna yang terkandung dalam sebuah adagium yang merupakan
cerminan tatan n pemerintahan di Eropa pada akhir tahun 1000 M: "Kekuasaan
cenderung h,orup dan kekuasaan mutlak niscaya korup" (Lord Acton), maka
pemberdayaan masyarakat dianttrar:ya dalam bentuk baik pelibatan- meuPun
pengawasan masyarakat terhadap keberlangsungan kehidupan bernegara
*.rip.tnyai peranan yang sangat penting dalam mengurangi bahkan memberantas
praktik korupsi yang terjadi pada komunitasnya.
Pelibatan masyarakat y^rLg merupakan salah satu pilar konsep Oprn
Go,uernmenf, seharusnya sedapat mungkin diberlakukan dan diterapkan dalam
berbagai bidang kehidupan, tenrtama yang berkaitan dengan ketataneguaafl.
pemblrdayaan pelibatan masyarakat tersebut antara lain dapat diterapkan dalam
hal:
a,
Proses Perumusan dan Penyusunan Kebiiakan Publik
Di Indonesia pemberdayaan masyarakat
dalam Proses Penyusunan dan
penrmusan kebiiaian publik belum menuniukkan Peranan Y^ng berarti'8
b.rrr.rrro perundang-undangan yang terkait dengan Penyusunan_dan Perumusan
kebijakan masih belum memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat
ikut berperan secara aktif dalam Proses tersebut.
-
dan Kepolisian dalam perremuan antar Pejabat Tinggi Hukum (Law Summit II) pada' tanggd 16
Oktober
8
2002.
Saar ini telah disusun RUU tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang'undangan
(Inisiatif DPR) dan RUU tenrang Kelentuan Pokok Peraturan Perundang-undangan (Inisiatif
iremerintah) sena RUU tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundangundangan yang
parrisipatif, yang kesemuanya rnencoba untuk merumushan upaya meningkatkan - pelibatan
merupakan upaya
-"ryrr"k"t dalam peny,rsunan dan penrmusan kebijakan publik, RUU tersebutRUU.dan
Keppres
TataCaraMempersiapkan
tentang
ig8/tgg8
No.
.rrrrrrk -.rrggantikan Ii.ppr.r
koordinasi
pada
penekanan
memberikan
ini
garis
besar
secara
No. aa/ggVy"ng selama
Pengaturan
horisontal antar lembaga pemerintah.
rv-2s
Padahal peluang. terjadinya praktik korupsi sangat besar dan melekat pada
Proses Penyusunan dan Perumusan Peraturan perundang-undangan (egislasi), taik
dalam bentuk primary legislation (konstitusi) ataufun seiondaS legiktion
(peratutan
pada umumnya tidak didasarkin pada
_perundang-undangan)t fang
kehendak dan kebutuhan masyarakat melainkan hanya didasarkan pada astrmsiasumsi Pemegang kehuasaan semata yang seringkali tidak *.l1|.ti proses
penyusunan yang panisipatif.e
Dalam rangka mengatasi hal tersebut, pemerintah berupaya untuk
menemukenali peraturan perundang-undangan yang secara substanii dipandang
tidak lagi sesuai dan perlu untuk disempurnakan/diubah mengingat baik proses
maupun pelalcsanaannya_belum mencerminkan nilai-nilai yang i.tlrrrdung i.lakonsep open gol)ernment.ro
Salah saru undang-undang y^ng menjadi prioritas untuk dipercepar
pengajuannya ke DPR adalah penyempurnaan UU No. 8/L98t t.ntrog Kiiab
undang-undang Hukum Acara Pidana (KuHAp) sebagai suaru up^yi untuk
menyelesaikan tumpang tindih kewenangan yang selama ini terjadi
^ni^r^lembaga
penegak hukum dan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan Sistem
Peradilan
Pidana
(SlqD
atav "Integrated Crirninal lustice System". Sehingga
-Terpadu
diharapkan akan terjalin suatu kerjasama dan koordinasi yang lebih baik antara
ap?r^t.penegak hulym sepeni Polisi, Jaksa, dan Penyidih pegawai Negeri Sipil
(PPNS) lchususnya dalam mempercepat penuntasan kasus tindak pidana k6rupsi.
s-elain
itu, penyempurnaan KUHAP juga dilakukan untuk
pembuktian
di pengadilan untuk
mempermudah
kasus tindak pidana korupsi melaiui beban
e
Pembahasan mengenai perumusan hebijakan publik sebagai bagian dari Bab III Reformasi
Ljeislasi Sebagai Salah Satu. Upaya Mer,ingkatkan Kepastian dan Kepercayaan Masyarakat pada
Hukum terdapat dalam Perckonomian Indonesia Tahun iOO2: Prospeb dan Kebliohzn, App*or.
Konsep ngnrglelesaraan pemerintahan yang terbuk^ (Open Gooernmmt)
]t
konsep dasar Good Goaernance. Pada
adalah salah satu
hakekatnya konsep pemerintahan yang ,.rb,rk. mengandung
pengertian bahwa seluruh kegiatan pemerintahan terutama yang berkaitan dingan kepentinian dan
hajat hidup masyarakat luas harus transparan, dapat diamati dan diawasi olehkasyaiakat. "Untuk
daPat melakukan hal tersebut, mxyarahat harus memiliki hek dalam memperoleh informasi yang
dikuasai oleh pemerintah dengan pengecualian pada jenis.jenis informasi tenentu
lctasitpla
information).
IV-26
pembuktian terbalik (Shtfting the Burden of ProoJ),t' sebagaimana diatur dalam UU
No.2012001.
Mengingat tindak pidana korupsi adalah salah satu bentuk kejahatan dari \Vhite
Collar Crime dimana kejahatan yang dilakukan pada umumnya lebih sistematis
dan dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan, maka uPaya pengumpulan
barang bukti tindak pidana tersebut menjadi sangat sulit. Oleh karena itu,
penerapan pembuktian terbalik dipandang sebagai sultu terobosan hukum yang
rkrtt r.og.t membantu menuntaskan kasus-kasus tindak pidana korupsi.
Selain penyempurnaan KUHAP, Peraturan perundang-undangan lain yang
dalam proses pembaharuan adalah ketentuan mengenai pengadaan barang dan jasa
yang diperlukan oleh Pemerintah t fang selama ini diatur melalui Keppres No.
1B/2OOO. Penyempurnaan Keppres ini dipandang sangat pedu dan mendesak serta
telah menjadi salah satu perhatian Pemerintah dan beberapa lembaga domor
seperri Vorld Banh dan Asian Deueloprnent Bank (ADB) mengingat nilai pengadaan
barang dan jasa oleh Pemerintah cukup besar dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) seriap tahunnya.l2 Lebih lanjut berdasarkan beberapa
penelitian, proses pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah ternyata sangat
rentan terhadap praktik korupsi.
Disamping melakukan PenyemPurnaan terhadap berbagai
Peraturan
perundang-undangan, juga sedang disusun dan dirumuskan sejumlah Peraturan
perundang-undangan baru dimana konsep pemikiran y^ng melandasinya
diselaraskan dengan semangat pemerintah^t yang terbuka yang merupakan salah
satu penjabaran konsep good gooelnanca Beberapa rancangan Peraturan
perundang-undangan y^ng materi Pengaturannya mendukung vPaya
tt
UU No. 20/200L tentang Perubahan Atas UU
No. 3tliS99 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kepada terdakwa tindalr pidana
korupsi diberikan hak untuk membuktikan bahwa dirinya tidak melakukan tindak pidana korupsi
Sebagaimana diatur dalam pasal 37,37A dan 38
sebagaimana pembuktian yang diajukan oleh Jaksa. Dalam hal terdakwa dapat membutikan bahwa
dirinya tidak melakukan, maka pembuktian tersebut dipergunakan oleh Pengadilan sebagai dasar
untuk menyatakan bahwa dakwaan tidak terbukti.
t2
Nilai
pengadaan barang dan jasa Pemerintah dalam APBN adalah sekitar Rp 67,2_triliun atau
ApnN 2001 dan sekitar Rp 78,2 triliun atet23Yo dari RAPBN 2002. Jumlah tersebut
belum termasuk nilai pengadaan y^ng diadakan oleh Pemerintah Daerah yang bersumber dari
Pen&patan Asli Daerah (PAD) sefta pengadaany^ngdilakukan oleh BUMN dan BUMD.
20o/o
dari
tv-27
Pemberantasan tindak pidana korupsi dianraranya RUU Kebebasan Memperoleh
Informasi dan RUU Perlindungan saksi dan Korban dalam konteks korupsi.t,
Pada prinsipnya pokok-pokok pengaturan dalam
RUU
Kebebasan
Memperoleh Informasi menitikberatkan pengaruran terurama pada kemudahan
masyarakat untuk memperoleh informasi dengan pengecualian pada jenis-jenis
informasi tertentu (dassified information) serta perrciptaan peluang keterlibatan
masyarakat dalam Proses penyusunan dan perum.tsan kebijakan p"Utit melalui
pendekatan proses yang rrans paran, panisipatif, dan benanggung-gugar.
.
pikiran lain yang melandasi RUU Perlindungan
l:k.!edanya
Korban dan
Saksi
kehendak untuk memberikan dan menjamin perlindungan hukum
{alair
bagi korban dan saksi pada perkara tindak pidana korupsi, dimana kegagalan
Peflarrgarnan kasus-kasuslorupsi seringkali disebabkan oleh sanger k,rrangnya alatalat bukti termasuk saksi-saksi. Dengan berlakunya ketentuan ini diLaiapkan
proses penuntasan dan penanganan kasus-kasus korupsi yang pada umumnya
melibatkan aparat negara araupun pejabat negara akan dapat diselesaikarr.
_ Sebagai agenda kegiatan jangka menengah dan panjang, upaya penyempurnaan
dan penyusunan Peraturan perundang-undangan ini ailakukan oleh'Pemerintah
dalam_rangka menerapkan nilai-nilai dan semangat penyelenggaraar:pemerintahan
yang bersih, terbuka dan profesional melalui penciptaan prt"""g yang seluasluasnya bagi masyarakat untuk dapat terlibat dan berper"rtt.r-.r,rt dahm hal
melakukan pengawasan terhadap tata pemerintahan.
yang
i*og diharapkan prakte tindak pidana korupsi dapat
dikurangi atau bahkan, idealnya, dihilangk"tt. N"mtro.rp"y"-.rp"ya ini tid"k
"L"r,
efektif pelaksanaannya apabila ddak disenai dengan
kehendak dan
^diyi aturan dan
komitmen bersama untuk dengan kesungguhan melaksanakan
ketentuan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama tersebut.
m-asa
1r saat ini proses penyusunan dan perumusan kedua RUU tersebut telah
pembahasan antara Pemerintah dan Dewan perwakilan Rakyat.
berada
pa&
tahap
b.
Proses Beracara di Pengadilan
Sebagaimana diketahui, praktik korupsi di Indonesia telah berlangsung cukup
lama dan dapat dikatakan telah pula mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.
Salah satu upaya yang dipandang sangat mampu berperan mengurangi praktik
korupsi adalah dengan menyelenggarakan pengawasan yang dapat dilakukan oleh
lembaga pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri.
ini, lembaga Pemerintah yang melakukan fungsi pengawasan sudah cukup
banyak dirntaranya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPKP, dan Inspektorat
Saat
Jenderal pada masing-masing lembaga pemerintah berkaitan dengan pengawasan
pengelolaan keuangan negarx. Namun efektivitasnya dirasakan belum sepenuhnya
optimal.
Upaya pengawasan lain yang saat ini semakin berperan untuk mendorong dan
melengkapi fungsi pengawasan yang telah diselenggarakan oleh lembaga
Pemerintah adalah pengawasan oleh masyarakat. Kesadaran untuk menciptakan
penyelengg^ratn pemerintahan yang baik, telah mendorong masyarakat untuk
berperan dan terlibat secara akitf dalam menyelenggarakan pengawasan. Ini dapat
diamati dari semakin meningkatnya peran media massa dalam mengungkap kasuskasus yang berindikasi korupsi. Disamping itu, kehadiran lembaga-lembaga
swadaya masyarakat (LSM) sepeni Indonesian Comuption ll/atch [ClUf) dan
lembaga independen lain seperti Ombudsman, Komisi Pemeriksa Kekayaan
Penyelenggara Negara (KPKPN) turut berperan dalam melakukan pengawasan
secara langsung terhadap sikap tindak para penyelenggaraan negara.
Pelibatan masyarakat dalam rangka melaltukan pengawasan atas
keberlangsungan kehidupan bernegara merupakan hal yang sangat positif dan
perlu terus dikembangkan. Untuk itu pemerintah perlu segera menyiapkan
perangkat pengaturannya, yang meliputi afltara lain mekanisme drn tata cara
pengawasan serta akuntabilitas pelaku pengawasan, dalam bentuk ketentuan
yuridis sebagai landasan hukum pelaksanaan pengawasan.
Pada lembaga peradilan, dugaan dan persepsi terjadinya praktik korupsi juga
telah berlangsung cukup lama dan sebagai akibatnya kepercayaan dan keyakinan
pada lembaga peradilan semakin terkikis. Pada umumnya dugaan praktik korupsi
di lembaga peradilan salah satunya berawal dari ketiadaan ahses informasi kepada
masyarakat yang berkaitan dengan proses pengambilan purusan pengadilan.
,
Sebagai akibatnya, pada perkara-perkara yang menarik perhatian publik seperri
kasus raiskganah Goro Batara Sakti, masyarakat seringkali mendu[a telah terjadi
praktik korupsi dan konspirasi dalam proses pengadilan. Dengan akan disusunnya
R{JU tentang Komisi Yudisial yang independen, yang saat ini sedang disusun dan
disiapkan oleh Mahkamah Agurg, diharapkan hakim yang melakukan praktik
korupsi dan kolusi di lingkungan peradilan dapat ditindak
r...r,
hukum.
Ketiadaan akses informasi kepada masyarakat antara lain karena adanya
ketentuan-ketentuan yang mengatur bahwa hanya pihak yang berperkara yang
dapat memperoleh salinan putusan pengadilan. Pengaturan teriebut-membeiikan
peluang bagi para Hakim untuk berlindung dibalik independensi peradilan dengan
melakukan praktik korupsi. Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi
mengenai Putusan pengadilan, meskipun bertujuan untuk melakukan pengkajian
dan pengembangan ilmu hukum, wajib memperoleh ijin terrenru Jari-Ketua
Pengadilan.la
Disamping itu, keterbatasan sarana seperti sistem penatausahaan dokumen
lplling) termasuk putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum terap,
penerbitan Peraturan dalam berbagai bentuh diantaranya Surat Edaran Ketua
Mahkamah Agung, yang seharusnya disosialisasikan kepada masyarakat luas,
merupakan tantangan dalam penyediaan akses informasi kepada publik. Lebih
lanjut, kemampuan sumber daya manusianya juga berpe ran- dalam menghambat
penyediaan akses dimaksud.
Berkaitan dengan hal tersebur, saat ini, Mahkamah Agurg telah menyusun
suatu Rencana Tindak Strategis (Strategic Actions Plan) 2AOFZOAI yang disusun
sebagai suatu upeya untuk membangun dan memulihkan kepercay^ n
^^ty^rakat
Padl lembaga peradilan. Rencana tindak dimahsud
lain
meliputi
^ntara
peningkatan sistem dan prosedur peradilan melalui pengembangan sistem
manajemen peradilan yang diantaranya melakukan penyempurnaan sistem
" . Pada dasarnya ketentuan ini tidak sejalan dengan prinsip proses peradilan yang menyatakan
bahwa semua putusan
pengadilan harus diucapkan dalam sidang yang terbuta untuk umum.
Dengansedang dibahasnya RUU tentang Kebebasan Memperoleh Informasi, diharapkan hambatan
akses informasi akan segera teratasi.
TV-30
manaiemen perkara, penyusunan sistem kendali internal yang menitikberatkan
pada masalah pengawasan, dan penyusunan sistem manajemen kinerja peradilan.
Berdasarkan rencana tindak strategis tersebut, dalam rangka mempercepat
pemulihan kepercayaan masyarakat pada lembaga peradilan, pengembangan sistem
manaiemen peradilan merupakan prioritas utama yang akan dilaksanakan sebagai
program jangka pendek dan menengah.
Disamping itu, Mahkamah Agungr sejak pertengahan tahun 2000, juga telah
menerapkan Dissenting Opinion khusus pada perkara-perkara kepailitan dalam
lingkup peradilan Niaga,tt sebagai salah satu bentuk mekanisme pengawasan
masyarakar terhadap berlangsungnya proses peradilan dan kompetensi seorang
hakim termasuk mutu putusan yang dihasilkannya.
Menyadari sangat pentingnya hal tersebut, PeneraPan dan pemberlakuan
dissenting opinion di semua lingkungan peradilan telah diatur dalam
penyempurnaan UU No. L4/1985 tentang Mahkamah Agung. Namun demikian,
pemberlakuan tersebut tetap memerlukan perangkat peraturan lain yang
mendukung. Oleh karena itu, perlu segera disusun penyempurnaan peraturan
hukum tca:,: peradilan perdata ftIIR) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP).
Masih berkaitan dengan masalah pengawasan terhadap kelangsungan beracara
di Pengadilan, Perubahan Ketiga UUD t945 mengamanatkan dibentuknya suatu
Komisi Yudisial yang mandiri dan berwenang untuk mengusulkan pengangkatan
Hakim Agot g sefta menjaga, menegakkan kehormatan, keluhuran martabat dan
perilaku Hakim, yang diharapkan dapat mengembalikan citra Hakim sebagai
pemberi keadilan bagi masyarakat.
Berdasarkan pengalaman negara-negara lain, keberadaan komisi dimaksud,
yang juga dipandang sebagai salah satu ciri negara demokrasi, merupakan hal yang
biasa dalam rangka melakukan pengawasan. Namun demikian, tugas, fungsi dan
kewenangannya tidak selalu sama dan unik karena hal tersebut didasarkan pada
tt
Penerapan dan pemberlakuktr Dissenting Opinion diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung
No.2/2000.
w-31
tata pemerintahan dan sistem hukum sena konfigurasi politik yang didasarkan
pada kondisi sosial-budaya dan sejarah suaru netara.
2.
PEIUSnNTUKAN LEMBAGA INDEPENDEN ANTI
Konupsl
Dalam rangka melengkapi dan memperkuat agenda pemberantasan tindak
korugsi, pembentukan Komisi Anti Korupsi yang merupakan pelaksanaan
49ry
UU No. 31/1999 sebagai suatu lembaga independen, telah diretapkan iengan UU
No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindalc Pidana Korupsi d.rgro tugas
antar^ lain melakukan penyelidikan, penyidikan dan penunruranierhadap tindak
pidana_ korupsi. Diharapkan dapat segera dibuat ,rrrr., mekanisme yang tida!
mengakibatkan benturan kewenangan dengan Kejaksaan, lembaga k.p-olisian.
Kegagalan lembaga-lembaga yang lalu pada umumnya disebabkan oleh adanya
ketidakplstian tugas, fungsi, dan lsewenangan yang diberikan sehingga seringlali
duplikatif dengan kewenangan penyidikan tindak pidrnr korupsi yrtif *.-pikro
bgian rugas Kepolisian dan Kejaksaan. Disamping itu, r^r^ r idan piosedur serra
efektivitas pelaksanaan kegiatan lembaga dimaksud masih ,.1"1., menjadi
pertanyaan yang parur untuk dijawab.
_
... Konsekuensi yang sengat penting dengan terbentuknya komisi ini adalah
dileburnya KPKPN ke dalam komisi pembetatuasan kbrupsi. Permasalahan
yangmasih dihadapi adalah bagaimana menempatkan fungsi KPKPN kedalam
komisi pemberantasan korupsi, menempatkan sejumlah personalia KPK?N serta
masalah infrastruktur.
3. PrNNcx,q,TAN
KuALITAS DAN KnM.q,MpuAN SDM
Agenda terakh_ir yang dinilai akan sangar mendorong
pemberantasan tindak pidana korupsi dalam
panjang adalah pelatihan bagi aparat hukum.
r.n.m.
perceparan
dan
jangka ,ienengat,
Bgnujuan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia
aparat penegak hukum, saat ini sedang disusun dan
{i bid_ang hukum, terutama
disiapkan berbagai jenis pelatihan yang menitikberatkan pada pen,intasan kasuskasus korupsi, diantaranya meliputi pelatihan untuk p"r" p.rryidik dalam rangka
meningkathan kemampuan melakukan penelusuran i^n^ kekayaan yarr.g
rl/-32
diperoleh dari praktik korupsi (Tracing Asset Training) dan pelatihan berkaitan
dengan kemampuan untuk memperoleh dan mengumpulkan alat-alat bukti, yang
pada ,rmum nyl- pada kasus-kasus korupsi sangat sulit ditelusuri dan dicari (Formsic
Account). Kemampuan tersebut sangat bernilai untuk dapat mengupayakan
pengembalian kekayaan negera melalui penyitaan terhadap harta kekayaan pelaku
ina* pidana korupsi yang diperoleh dari praktik korupsi yang dilakukannya.
Disamping itu,
di
lingkungan lembaga peradilan, Mahkamah Agung,
*
berdasarkan Rencana Tindak Strategis Tahun 200t 2005, sedang mempersiapkan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Upaya
dimalcsud int^r^ lain meliputi pengembangan profesionalitas tenaga Pengadilan
salah satunya melalui peninjauan kembali pengaturan tentang pengangkatan dan
pengembangan karir hakim. Selanjutnya, Mahkamah Agung telah mempersiapkan
pula pelatihan khusus untuk para Hakim dalam rangka menangani Penuntasan
k.rrrr- korupsi dan mengantisiPasi adanya 'pemikiran pembentukan suatu
Pengadilan khusus Korupsi sebagai bagian dari lingkup Peradilan LJmum.
E. TnecEDr BALI
Ledakan bom di Kuta, Bali, tanggal 12 Oktober 2002 mengakibatkan lebih dari
180 orang meninggal dan lebih dari 300 orang lukalulca. Mengingat Bali adalah
daerah *imt" yang paling penting di Indonesia, maka tragedi Bali tidak saja
berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi Bali, tetapi iuga terhadap perekonomian
trrriott.l. Sebagai daerah wisata internasional yang relatif aman' tragedi Bali
menggugah keprihatinan masyarakat internasional.
Tragedi Bali semakin meyakinkan pemerintah dan masyarakat bahwa
rerorisme dapat terjadi dimana saja termasuk di Indonesia. Terorisme' aPaPun
metoda yang digunakan, merupakan suatu bentuk penggunaan kekerasan (oleh
suatu kelompok) untuk menekan pemerintah dan/atau masyarakat, agar menerima
runrutan perubahan sosial atau politik secara radikal. Spektrum latar belakangnye
sangat beragam, dapat timbul karena masalah politik, ekonomi, sosial, budaya,
bahkan hanyasekedar gangguan kejiwaan. Terorisme merupakan potensi ancaman
bagi setiap negara kaya maupun miskin. Dengan kata lain, suatu negara tidak dapat
IV.33
mencegah timbulnya terorisme hanya dengan memperbaiki perekonomian
saja.
Banyak hal-hal leinyangtidak terduga menjadi penyelab aksi terorisme
Dalam sejarahnya, terorisme muncul dalam berbagai bentuk. Sejak tahun 1990
motivasi, strategi, dan persenj^t^ n yang digunaLan i.rus
-.rgrlr*i perubahan
dengan
kemajuan
teknologi.
Teroriime
yang berkemb"ang sekarang ini
l.iti"g
lebih diilhami oleh inspirasi separatisme etnis atau-prilordial. Aksi-aksi terorisme
yang
Po|uler digunakan adalah dengan menggun'akan bom. Sasaran peledakan
yang dipilih biasanya lokasi-yang dipadati
-"ryrmk"t arau alar transpor;si masal,
seperti perkantoran, plaza, kereta api, atau pesawat terbang untuk menimbulkan
kesan luar biasa.
. Berkaitan _dengan tragedi Bali, dunia internasional menyatakan keprihatinan
dan-mengutuk aksi terorisme tersebut. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan
resolusi PBB No. 1438 yangmeminta agar seluruh anggota Dewan Keaminan pBB
membantu Indonesia untuk menangkap pelaku drn peitgorganisasi teror Bali
serta
mengajukannya he pengadilan. Resolusi tersebut j"g" te"gingatkan kepada
seluruh anggota PBB untuk bekerjasama memerangi t.ro--tis*. rJb"[.i*ana
terrera
pada resolusi sebelumnya yang terkait dengan iragedi wTc, frew york, 11
September 2001.
Tragedi Bali akan berpgngaruh terhadap perekonomian Bali pada khususnya
dan perekonomian nasional pada umumny". B.rrroya dampak tragedi Bali
sangar
tergantung pada uPaYa pemerintah dan masyarakat ,rntuk Leminimalkan
Pengaruh negatif yang timbul. Analisa dampak tragedi Bali dapat dilihat pada Bab
tr.
Secara umum kebijakan yang ditempuh pemerintah mencakup 5 upaya
pokok
yang secera keseluruhan diarahkan untuk memulihkan citra Bali yairu p.rr"rrg"rr"r,
korban ledakan bom;_peningkatan keamanan termasuk upaya untuk menguigkap
dan menemukan pelakuknya; pemulihan prasarana fisit< di daerah i.dri.o;
pemulihan kondisi ekonomi termasuk ynayr untuk mengurangi dampak
negatifnya terhadap perekonomian nasionrl; sen. penciptaan jaring" pengaman
(
sosial bagi masya rakat yangterkena dampak lat gs,.rng dari tragedi Bali." '
TV-34
Dalam hal penanganan korban meninggal pemerintah berupaya untuk
menemukan ideniitas para korban secara ilmiah dengan melakukan pemeriksaan
DNA. Sedangkan ,rntuk korban cacat dan korban trauma diupayakan
mendapatk"t p.trrrganan secara cePat dalam bentuk Perawatan gratis' asuransi,
konseling berkala, pendampingan, dan sebagainya'
lJprya peningkatan keamanan diarahkan untuk memperkecil kemungkinan
,.r;"diny" it"g.d"i senrpa baik di Bali maupun daerah-daerah wisata lainnya.
Seminggu r.t.lrh tragedi Bali, pemerintah mengeluarkan dua Peraturan
Pemerlitah Pengganti UU (Perpu), yaitu Perpu No. t/2002 tentang
Pemberantasan T.i"a* Pidana Terorisme dan Perpu No. 2/2002 tentang
pengusutan Kasus Peledakan Bom di Bali, serta dua Instruksi Presiden, yaitu
i"pir No. 4/2002 yang pada intinya menginstruksikan kepada Menko Polkam
,rrtrrk merumusk"" t.Ul;"t anyangkomprehensif dan terpadu bagi pemberantasan
tindak pidana terorism. dan-Inpres No. 5/2002 yang memerintahkan kepada
'B"d"n Intelijen Negara untuk melakukan koordinasi pelaksanaan
Kepala
.
oper"siorral kegiatan inteliien seluruh instansi.
Beberapa butir penting yang diatur dalam Perpu No. 1/2002 ini antara lain
atau
sebagai betik rt. Setiap ot"og yang dengan sengaja .*:."gg"""kan kekerasan
rasa
atau
teror
suasana
kekerasan menimbulkan
,raa"*an kekerasan .i"r,
"rr."*an
takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal,
orang
dengan .rr" -.r.*pas kemerdekaan atau hilangnya nyaw^ dan harta benda
lainl atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital
y^ng strategis= at"., lingkungan hidup atau fasilitas pub!i\. atau fasilitas
irrr.in"rior"[ dlpid"tta d.ig"n pid"n" mati atau penita seumur hidup atau pidana
dan paling lama20 (dua puluh) tahun'
penjara paling singkat +
G-p"r)tahun
Selanjutnya setiaP orang yang dengan sengaja memberikan bantuan atau
kemudahan terhadap-pelakuiindak pidana terorisme dengan: (i) memberikan atau
t h"ttt kekayaan- lainnya kepada pelaku tindak
meminjamkan u"ng aia., bararrg
"tt
pidana terorisme; [i1 ttr.ny.*bunyikan pelafru tindak pidana terorisme; dan (iii)
*.ty.*brrnyikan'informasi tentang dndak pidana terorisme akan dipidana
d.rrgrl pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (ima belas)
tahun.
TV.35
Kesungguhan pemerintah untuk menciptakan kepastian hukum dalam tindak
terorisme ini diharapkan dapat mengembalikan kepercayt n internasional kepada
Indonesia. Masyarakat internasional diharapkan mendukung upaya ini dan bukan
malah mengucilkan Indonesia. Pemberantasan terorisme- yang dilakukan
pemerintah tidak terkait dengan Islam dan bukan ditujukan untuk
lengeLarrgan
kebebasan dan gerakan Islam.
No. 4/2002, Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan
D.r! _ Penanggulangan Terorisme. Langkah-langkah yang
Sesuai Inpres
membentuk
dilaksanakan oleh Desk Penanggulangan Terorisme tersebut Jirtttrr"nya meliputil
(1) peningkatan investigasi atas peledakan bom ranggal 12 Oktobe ZOOZ di Bali
baik motif, pelaku dan jaringan secara runras, Q) peningkatan pengamanan
t
masyarakat, aktivitas keamanan swakarsa, maupun upaya pt..tr*ri, (3)
peningkatan Pengamanan pada pusat kegiatan masyarakat, obyek dan proyek vita!
serta transportasi masal, (4) peningkatan kerjasama internasional dalam rangka
pengungkapan jaringan terorisme internasional, (5) peningkatan upaya
pembentukan_ opini publik dan public trust, dan (6) peningkatan kerjasama
koordinasi dalam bidang intelijen dan penegakan hukum.
Melalui serangkaian langkah investigasi, pada akhir bulan November 2002
pihak kepolisian telah_lnengungkap jeringm pelaku peledakan bom di Bali yang
juga dicurigai terlibat dalam peristiwa peledakan di beberap a gereja di
Jakarta pada
malam Natal tahun 2000 serta beberapa tempat lainnya di Indonesia. Dengan
terungkapnya kasus peledakan bom di Bali ini diharapkan kepercayaar, *"ryrr"krt
baik domestik maupun internasional segera pulih.
Untuk meningkatkan keamanan terhadap aksi terorisme internasional dan
sekaligus menjamin keselamatan terhadap wisatawan asing perlu dikembangkan
sistem keamanan terpadu yang mampu menciptakan rasa aman bagi wisatawan di
daerah-daerah wisata penting, termasuk sistem informasi yaig memastikan
keberadaan wisarawan asing di Indonesia.
Pemulihan presarana fisik dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi
infrastruktur sepefti sebelum terjadinya tragedi Bali ying sekaligus akan
mengurangi ingatan bahwa tragedi tersebut pernah terjadi di Bali. Pemerintah
TV.36
sedang memperbaiki prasarana jalan di lokasi kejadian, sarana
dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan.
publik yang rusak
Dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi Bali, pemerintah berupaya
untuk memberikan perlindungan (safeguarQ pasar dalam negeri, khususnya untuk
produk-produk kerajinan dari Bali, yang terpukul akibat kasus peledakan bom di
ba[. Perlindungan ini diarahkan untuk mendorong pulihnya industri ekspor dan
perekonomian setempat, meliputi: (i) insentif bea masuk yang akan diterapkan
apabila terjadi injury pada produk garmen dari Bali karena peristiwa bom; (ii)
pemberlakuan kuota impor tekstil ke Bali; sena (iii) perlakuan khusus (special
ireatment) berupa pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bahan baku untuk
kebutuhan industri kerajinan di Bali.
Upaya lainnya dilakukan Bank Indonesia dengan memberi perlakuan khusus
terhaJap kredit perbankan di Provinsi Bali melalui penetapan Bali sebagai distresed
d,rea yaitu daerah yang memerlukan Penanganan khusus untuk mendorong
pembangunan ekonomi. Perlakuan khusus dimaksud berkaitan dengan penilaian
tuafitas kredit dengan plafon maksimum Rp 1 miliar y^ng akan disalurkan kepada
nasabah usaha kecil dengan didasarkan pada ketepatan membayar pokok dan
bunga, tidak didasarkan pada prospek usaha dan kondisi keuangan. Perlakuan
khuius berikutnya adalah dengan menggolongkan kualitas kredit y^ng
direstrukturisasi ditetapkan sebagai kredit lancar dalam jangka waktu satu tahun
dengan persyaratan: (i) kredit disalurkan kepada nasabah debitur yang memiliki
.rr"hr dinafi; (ii) memiliki kualitas Lancar atau Dalam Perhatian Khusus sebelum
terjadinya tragedi Bali; dan (iii) telah atau diperkirakan akan mengalami kesulitan
pembryaran pokok atau bunga kredit yang disebabkan oleh dampak tragedi Bali.
Serangkaian promosi dan kampanye Bali sebagai salah satu temPat wisata
paling r*.o di Indonesia dengan pemberian berbagai fasilitas perjalanan ke Bali,
6aik di dalam dan luar negeri ditingkatkan serta pendekatan komprehensif kepada
negara-ne g ar a y an1 menerapka n tr attel ban ke Indonesia dilakukan.
Dalam penciptaan jaring pengaman sosial bagi masyarakat yang terkena
dampak langsung dari tragedi Bali, saat ini sedang diidentifikasi kelompok
masyarakat yang terkena dampak langsung atas tragedi tersebut antara lain
masyarakat miskin, pekerja kasar, dan UKM. Selanjutnya Program bantuan
IIi-37
Pelayanan dasar dalam bidang kesehatan dan pendidikan kepada para korban di
provinsi Bali dan daerah sekitarnya sedangkan disiapkan. Dengan langkah-langkah
ini diharapkan dampak negatif tragedi Bali baik terhadap p.r.koiromian nali
maupun perekonomian nasional dapat diminimalisir.
rv-38
Derten Pustere
Bank Indon esia. Statistik Ekonomi Keuangan Ind,onesia. Berbagai Edisi.
Statistik, Ekonorni Moneter
Indonaia. Berbagai Edisi.
Bappenas. 2002. Laporan Perkembangan Ekonomi Makro:
lanuari -Desember 2002.
1999. Menatap ke Depan Perehonomian Nasional.
200L. Perekonomian Indonesia Tahun 2001: ProEek dan Kebiiakan.
.2002. Perekonomian Indonesia Tahun 2002: Prospek dan Kebijakan.
2Q02. Rencana Pembangunan Taltunan (REPETA) Tahun 2003.
BKPM.
20Q2. Perkembangan
Pusetujwn Penananan Modal. Desember.
BPPN. 2002. Laporan Bulanan. November.
BPS. 2002. Indikator Ketmagakeriaan Agustus 2002.
Berbagai Indikator Ekonomi dan Sosial.
Booth, Anne. 1990. The Tourism Boorn i.n Indonesia. BIES. 26:3.}lal. 45-73.
Danareksa Research Institute. 2002. Indek KEeruyaan Konsumm dan Indcks Satimett
Bi,snis. Berbagai Edisi.
Inrernational Monetary Funds (IIV[F). 2Q02. lVorld Economic Outlook.
April dan
September.
Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan. 2002. Suruei Nasional Mmgmai
Korupsi di Indonesia'Laporan Akhir Pebruari 2002.
2002.
Editor : Hamid Basyaib, Richard Holloway, dan Nono Anwar Makarim.,
Mmcuri [JangRabyat : Dari Puncah Sampai Dasar.
Editor : Hamid Basyaib, Richard Holloway, dan Nono Anwar Makarim.
2QQ2. Mmcuri UangRabyat: Mmcari Paradigma Baru.
Mahkamah Agorg R.I. 2001. Rmcana Tindah strategis Tahun 2ool-2ooj.
Manning,
C.
2003. Structural Cbange, Econornic Crisis and Intemational Labor
Migration in EastAsia. Vorld Economy. Z3Q).
Tim Persiapan Pembaruan Hukum dan Peradilan. Kantor Menko Polkam, Bappenas,
dan Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia. ZOOZ.
Rancangan Tindak Pembaruan Hukum.
United Nations Conference on Trade and Development (LINCTAD). 2002. \Vorld,
Inaestment Report,
Ketetapan MPR No.
Ketetapan MPR
rvlMPR/l999
tentang Gari*garis Besar Halaan Negara.
No. VIII/MPR/2001
rentang Rekornmdasi Arah Kebijakan
Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, ckn Nepotisrne.
Ketetapan MPR No. VI/MPR/2002 tentang Reh.ommdasi atas Laporan pelakanaan
Putusan MPR-RI oleb Presiden, DPA, DpR, BpK, MA pada stdangTabunan MqR-RI
Tahun 2002
Undang'Undang No. 14 Tahun l97Q tentang Pokok-Pokok Kekuasaan KebakimanUndang-Undang No. 14 Tahun1985 tentang Mahkamah Agung.
Undang'Undang No. 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentan g program pembangunan Nasional.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubaban Atas Undang-ttndang No.
31
Tahun 1999 tentangPemberuntasan Tindale pi.dana Korupsi.
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2000.
Download