PBnnToNoMIAN INooNESIA TAHUN 2OO3z PnosPEK DAN I(erryAr(AN 17?2. IJOKUMENTASI & ARSTP BAFPEN,-\5 jrss ,: lT-b/.......kD:. :.....:/.rU/. .,\cc No. ( Clreckecl : /.{.:./.:-...k*.3.. BeneN PEnTNcINAAN PpUnINGUNAN NesloNer (B.rnnnNes) Jexueru 2003 DeEren Isl HeleueN Derrenlsr Derten Tennr rll Dertln Gnerm lv Derten Bors vl Knre PnNceuten. Ben I fuNcxesnN Ersnxunr I-1 A. PnosEs PEMULIHAN EroNouT TnHrn.I B. Pnospx EroNorvtl TIHUN 2003 BBnnnepe Isu PrNtnqc c. 1. 2. 3. 4. 5. Ben vll il A. B. c. D. E. F. 2OO2 INVESTASI KTTBNRcAKERJAAN I-7 KSMTSKINRN T-9 PrunrneNTAsAN Tn roer PnnNe KoRupsr I-10 TRecnorBau Pnosns PnuurmeN I-12 Erouour TIHUN 2002......... MoNETER PTnTToNoMIANDUNIA PrnsaNKAN....... KrpnncayRaN Masy.q,RAKAT..... PrnturasuHANEKoNoMr............ BRu........... Bes ilI Pnosprr Erouour TnnrrN 2003......... A. AsuMsrPoror l. ErsrnnNer Deupar Tnacrpr 2. B. I-1 I-3 I-5 I-5 Doursrn< PRoyrrsl EKoNoMI TAHUN tr-1 tr-l .. .. II.6 II-g [-10 [_13 tr_15 m-1 ..:......... m-1 m-1 ITI-3 2OO3 m-5 1. PrntuN,tsuHeNEroNoMI .......... 2. NrnncnPBunevaneN 3. MONETER c. KEUANGAN NTCNRA KoNSEKUENSI PEnIUUBUHAN EroNotvu D. Rrsxo KrcRcRtaN PruurmaN 4. BET IV A. B. C. D. F. 4o/o m-5 ill-7 .......... EroNotvII BrsrRApR Isu PnNrtNG ....,..... Itr.8 M-8 m-9 .. trI-10 tV-1 INVESTASI .. ry-l INVESTASI ............... PENGHAMBAT 1. FAKTOR TV-2 2. UPRYEMEI'INGKATKANITTUIIWTSTNSI tV-6 KTTSNRcaKERJAAN .... ry-10 1. GRTTIBRRRN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2002 ......................... ry- 10 .............. tv-l1 2. KrnrJarnNKsrrNRcA.KERJAAN Upah Minimum............ .. IV-11 ^. b. Hubungan Industrial ....... tV-13 c. Masalah TKI Ilegal di Malaysia .......... tV-15 KeiursrrNlN ............... . IV-19 t. GeunenaN KEMISKTNAN TaHtn-r 2002 . .. tV-19 2. srnetrcrPrNaNcculANcANKrursrrNaN ............. tv-20 .. T{-22 PrunnnaNTAsANTnroarPnaNRKonupsr l. PrMsrRDayAAN PrrrnRtRN MnsvnnaraT ................................. ry-25 a. Proses Perumusan dan Penyusunan Kebijakan Publik ............ tV-25 ................ fV-29 b. Proses Beracara di Pengadilan ............... LEMBAcA INorprNoEN ANTI Konupsr .............. IV-32 PErrrnpNtuKAN 2. 3. PENINGKATANKUALITASDANKTU,TUPUANSDM. . tV-32 .... fV-33 TnRcroI BnI-r .......... DAFTARPUSTAKA Dnrtnn Tennr H4r.elult11 T.q,srl- II.1. NENACA PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TRI$TULAN Tesrr II.2. PrnnnasuFreN EroNour Seuper DENGAN TruvureN Tenrr III.1. Tenrr III.3. AsuMsrPoror...... GeMsRRANEroNourMexno PrmnenNStnurrunEroNoul TABnr [I.4. PrmrneaN NrRaca Te,sel[I.5. PrnruneaN ANGGARAN prNoaparaN oau BnraNln Nrcnna.... ru-14 Tngnl III.2. Tenrr IV.l. TarrrtV.2. NILAr PERSETUJUAN PMDN DAN pMA ol Derneu 2OO2 ........ U- 11 m/2002.. ll-t4 .. m_6 . m_11 .............. ru_12 prMsayARAN................ Koxrlx Anus M/ ............... ru_13 RerurreN tV_3 PrNRNaM,{NMooerAsrxc ul IV_5 Derten Gnerm HnrnueN RUPnrt HerueN GRAFIKII.l. PERGERAKAN KunS GRAFIKII.2. PTnTUUBUHAN UANG Prur,TER tr4 GRAFIKII.3. PERKEMBANGAN IUTTAST n4 GRATIKII.4. PnnrnunRNcaN Suru GnerxII.5. INDEKS BunSa Snruq,U INTERNASIoNAL II-6 GnanmII.6. PERTTUnaNGAN ESKPoR il-7 Gneru< II.7. PnRxrunaNGAN IMPOR tr-8 GRAFIKII.S. PnnTUrtnuHAN KREDN PpNSA,NKAN tr-9 Gnnrx II.9. Nnar Prnsnru1ueN INvrst^esl Btnca IT-2 tr-5 . ............. tr-10 GRAFIKII.lO. INDEKS HARGA Sn,Hau GABUNGAN a-12 GnarucII.11. INDEKS KEPERCAYAAN KoNSUMEN . .............. n-t2 Gnarx IT-12 tr.12. INDEKS SE}.ITn,IEN BIsMs GnerxII.13. PrNJuer,tN Monu, oeN SrpBpe MotoR tr-13 GRAFIKtr.14. PrN;uareN GRAFIKII.15. ARUs GRAFtr( II.16. KuRs HarueN peN IHSG -BEJ. .......... II-18 GRAFIK M.1. Drpnrsresl Rfi. MATA UANG III4 SnrrmN DAN LrsTRtr( t$(rsetRvlN AsrNc u-13 tr-15 w Gnarx trI.2. GRAFK ry.l. GnerxIV.2. PRoyrrslEroNorrnTAHr.rN2oo3 m7 Iuoxs UpaH Srrron Iwousrnr ................ fV-U PrNouourMrsKrN .................. tV_20 Derren Bors HereueN DA},(P^AKTnecnprBeu BoKstr.1. ANernn BorsIV.l. PnNc.r.nun Knrmersteru-lN Pourm oeN KEAMANAN paoe BoKs tv.2. tr-16 Mn{ATINVEsrAsr. BEBERAPAM TTnTPoKoKRUU PENTNAMANMoo vt lV-2 T Tv.7 Kere PTNcaNTAR Rancangan undang - Undang (RUU) rentang APBN Tahun 2003 termasuk Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) Tahun 2003 telah dibahas dan disetujui oleh DPR. Repeta nleTuat_program pembangunan, rencana tindalc, dan keranjka ekonomi makro. Buku kecil ini merupakan hasil studi yang melandasi penyusunan kgSngka ekonomi makro 19n.t,2003 serta disusun berdaiarkan Lemajrratt hirrgg, akhir tahun 2002 danmasalah pokok yangakandihadapi pada tahun zciol. studi ini adalah kegmpat kalinya, diawari dengan Mmatap ke Depan Perekonomian Nasional (1999), kemudian disusul oleh Ferekono*i, Ind,onesia Tahun 2001: Prospek dan Kebijakan dan Perekonomi.an Indonesia Tabun 2002: dan Kebijahan. studi-studi tersebut mewarnai penyusunan program !"rp:p Pembangunan Nasional (Propenas 2OO0 - 2004) dan APBN Tahun Anggaran 2000 - 2003. rp! BYfu ini terbagi atas tiga bagian pokok. Bagian perrama, memaparkan proses pemulihan ekonomi \ang terjadi hingga akhir iahut 2002. Bagian ked,ra, menguraikan prospek ekonomi tahun 2OO3.Bryranketiga, membahas [eberapa isu penting yang perlu mendapatkan perhatian antara lain lnvestasi, ketenag"kerja"n, kemiskinan, pemberanrasan korupsi, dan dampak tragedi Bali. saya mengucapkan selamat kepada 'Tim Makro, Bappenas atas sumbangannya untuk menyusun way-afn ke depan perekonomian Ind-onesia. Semogr briku irri memberi manfaat bagi kita semua. Menteri Negara Perencanaan Kwik vu bangunan Nasional/ I RwcresAN Ersnrrunr Ben A. Pnosns PnuwlHAN EroNonar T,lHuN 2OO2 Stabilitas moneter seperti tercermin dalam laju inflasi, pergerakan nilai tukar, dan suku bunga mengalami kemajuan yang berarti selama t.h.to 2002. Namun demikian kemajuan selctor riil masih rendah dibanding perkiraan awal. Memasuki tahun 2002, stabilitas moneter meningkat. Nilai tukar rupiah menguat hingga mencapai Rp 8.230,-/Us$ pada akhir bulan Juni 2002. neani masyarakat yang berlebihan menjelang Sidang Tahunan MPR awal bulan Agustus 2002, melemahkan kurs t rpi.h.,Dengan berakhirnya Sidang Tahunan MpR yurg feldan_dengan aman, nilai tukar rupiah kembdi -.ttg.t.t. pada pene"g;h; bulan Oktober 2002 kurs rupiah kembali melemah berkaitan dengan ta"k* bom di Bali; namun kemudian secara benahap menguat hingga *.tt rp"i Rp g.940,- per dolar AS pada akhir tahun 2002. Stabilnya kondisi politih dan kemanan di dalam negeri serta mengurtnya nilai tuhar rupiah membantu pengendalian uang beredar. Laju pertum-buhan uang primer sejah Januari 2002 berhasil dikenddikan di bawah 14Yo bahkan sejah April 2002 di bawah 109o. Pada bulan November 2002, posisi uang primer meningiat 1.5,8a/o dibandingkan bulan- yang sama tahun sebelumnya berkaitan dengan datangnya bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Seiring dengan penguatan .barang'barqg nilai tulcar rupiah, lancarnya kembdi distribusi kgbutuhal dan jasa, serta terkendalinya laju penumbuhan uang primer, laju inflasi pada bulan-bulan berikutnya cenderung menurun. Dalam lreseluruhan tahun 2}O2,laju inflasi mencapai 1O,O% lebih rendah dibandinghan tahun sebelumnye y{rymencapai !2r5o/o. L1 Kecenderungan menurunnya laju inflasi dalam tahun 2002 memberi ruang gerak bagi Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat bunga SBI 1 bulan secara benahap dari t7,6o/o pada akhir tahun 2001 menjadt L2,9o/o pada akhir bulan Desember 2002. Memasuki triwulan n/2002 ketidakpastian global kembali meningkat disebabkan arLtara lain oleh menurunnya kepercayaan investor akibat kasus keuangan yang melanda perusahaan-perusahaan terkemuka (Enron, \TorldCom, dan Xerox) yarLg selanjutnya mengakibatkan gejolak di bursa \[all Street. Ketidakpastian juga meningkat karena kekuatiran terjadinya perang terbuka di kawasan Timur Tengah. Kesemuanya itu mempengaruhi proses pemulihan ekonomi dunia tahun 20A2. Lambatnya pemulihan ekonomi dunia turut mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia. Nilai ekspor Indonesia selama 11 bulan pertama tahun 2002 mencapai US$ 51,9 miliar, turun sekitar 0,4olo dibandingkan dengan periode yangsamatahun sebelumnya. Sejalan dengan itu, totd nilai impor hingga 11 bulan pertama tahun 2002 turun sebesar 1,9olo menjadi US$ 28,3 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir bulan Oktober 2002, posisi kredit meningkat menjadi Rp 347,8 triliun atau naik 9,1o/o dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Rasio kredit macet yang ditunjukkan dengan tingkat NPL terhadap total kredit juga menurun menjadi 9,9olo dibandingkan akhir tahun 2001 yaitu sekitar tl,7o/o. IU0alaupun terjadi peningkatan pemberian kredit, fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya pulih. Ini terlihat dari rendahnya penyerapan kredit baru oleh sektor riil yang sampai alchir tahun 2001 baru mencapai Rp 56,8 triliun atau hanya 44,60/o dari komitmen kredit baru yang disediakan oleh perbankan sebesar Rp L27,3 triliun. Rasio penyaluran kredit dibandingkan dengan penghimpunan dana (LDR) pada akhir bulan Juli 2002 baru mencapai 34,9o/o javh di bawah pencapaian akhir tahun 1997 sebesar 82$o/o. Proses restrukturisasi utang perusahaan juga berjalan lambat. Sampai dengan bulan September 2002, jumlah hredit yang telah terbayar penuh hanya mencapai sekitrr Rp L7,2 triliun atau sekitar 4,7o/o dari total kredit bermasalah. Meskipun stabilitas moneter membaik, tingkat kepercayaan masyarakat belum sepenuhnya pulih. Minat investasi baik dalam maupun luar negeri masih lemah, ditandai dengan menurunnya nilai persetujuan penanaman modal dalam negeri (PMDI.0 dan penanaman modal asing (PMA). Dalam tahun 2ee2 proyek yang disetujui dalam rangka PMDN hanya berjumlah 181 dengan nilai peisetujuan Rf 25,3 triliun, turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan proyek berjumlah 264 dan nilai persetujuan sekitar Rp 58,8 triliun. Adapun proyek y^ng disetujui dalam rangka PMA berjumlah L.135 dengan "it.i persetujuan sekitar US$ 9,7 miliar, turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan proyek berjumlah 1.333 dan nilai persetujuan iekitar US$ 15,1 miliar. Belum pulihnya kepercayaan masyarakat juga terlihat dari arus modal sv/asta ke dalam perekonomian. Sampai dengan tiga triwulan perrama tahun 2002, anrs modal langsung swasta (neto) masih defisit sekitar US$ 2,8 miliar. Kepercayaan masyarakat dicerminkan pula oleh Indeks Kepercayaan Konsu*.tt (trtK) y"ttg pada bulan November 20Q2 hanya mencapai 94,1, lebih rendah dibandingkan dengan akhir tahun 2001 yaitu sekitar 100,5. Demikian pula, Indeks Sentimen Bisnis (ISB) dalam periode Oktober/November 2002, ISB hanya mencapai lll,6, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2ool (112,6). kumulatif, sampai tiga triwulan perrama tahun 2002, pDB meningkat 3,4o/o dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, didorong "l.h pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah yang naik masing-masing sebesar 5,8olo dan 10,8o/o. Sebalihnya investasi fisik, ekspor, dan impor rurun masing-masing sebesar 3,5o/o,3,7o/o dan !6,50/o. Dari sisi produksi, sektoipertanian dan industri pengolahan masing-masing tumbuh sekitar 3,8olo d"r, 3,3o/o; sedangkan sektor-sektor lainnya tumbuh sekitar 3,3o/o. Secara B. PnospEK EKoNoMI TAHI.JN 2OO3 Dalam tahun 2003, pemulihan ekonomi dunia diperkirahan terus berlangsung namun lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Perekonomian dunia diperkiiakan tumbuh sekitar 3,7o/o,lebih rendah dari perkiraan sebelumnyayaitu r.Lit., 4,Oo/o. I-3 Perekonomian AS dan_ Jepant, dua negara tujuan ekspor terbesar Indonesia, diperkirakan tumbuh sekitar 2160/o dan L,Lo/o. Mengingat perekonomian dunll masih .diliputi ketidakpastian, proses pemulihan ekonomi dalam tahun 2003 perlu diduiung oleh peiminir.n dalam Dengan ekspansi yang terbatas baik dari kef,ijak"r, torrrrer maupun legeri kebijakan fiskal, proses pemulihan ekonomi perlu jid,rL,rrrg ol.h L.gi"t* investasi dalam danluar negeri. Investasi dalam dan luar negeri dlperkirakan akan meningkat padt 2003 sejalan delBan meningkat"|. k.p.r riyr^" dunia !*"n usaha,. makin pulihnya fungsi intermediasi perbanian, dan ;.#;;parnya penyelesaian restrukturisasi utang swasta. Pada tahun 2003 koordinasi kebijakan fiskal dan moneter akan rcrap dipelihara. Kebijakan moneter akan dilaksanakan secara konsisten dan berhatihati guna mexyerap kelebihan likuiditas tanpa mengorbankan momenrum pemulihan ekonomi. IJpaya tersebut dilakukan delsan mJngendalikan uanf pr#r-la1"i kombinasi operasi pasar terbuka (oPT), sterilisisi valuta asing] ^d"n intervensi rupiah secara optimal guna mengendalikan inflasi. Kebijakan fiskal tahun 2003 diarahkan pada konsolidasi fiskal yaitu tercip t^rLya APBN yang sehat, terpeliharanye hetahanan.fiskal y"rrg b.rkelarrj,rtarr' W*4 sustainabilit) dengan tetap mengupayakanpemberian rri*il,r, fiskal batas-*.rrg.-.nkan batas kemampuan negara untuk momenrum proses pemulihan ekonomi. Dalam tahun anggaran zoo-l-f!1ir antgaran diperkirak., J"u.r", np -tahun pDB, i"l"* triliun atau sekitar 1,8o/o lebih dibanding ApnN sebelumnya yaitu sekitar 2,4o/o pDB. Dengan menurunnya defisit"aogg"r"o, beban otoritas monerer d{am mengendalikan uang beredar ahan berkur"i'g-;;g p"a" gilirannya memudahkan upaya untuk *.og.id"likan inflasi. tr"a* 34,4 Dgngan stabilitas politik dan keamenan yang rerap re{pelihara baik, kurs rupiah akan ditentukan oleh fundamental ekon"tii. n.ttlrdwrlan kembali'utang melalui Paris Club Itr, peninglcatan efektivitas-pencairan p'injam* t"", dan peningkatan ilclim investasi termasulr ".g.ri, pas1, mojd di dalam" negeri .pedi_ diperkirakan meningkatkan stabilitas rupiah pada nilai tukar r.t ir.rif-r.ooo p., dolar AS. Dengan kurs sekitar Rp 9.000 per iolar AS dalam tahun 2063 tersebut, 14 komoditi ekspor nasional diperkirakan masih mampu bersaing di pasar internasional. Dengan laju pertumbuhan uang primer yang tetap terkendali dan stabilnya kurs rupiah serta dengan memperhitungkan kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, dan telepon; laju inflasi dalam keseluruhan tahun 2003 diperkirakan sekitar 9olo. Kecenderungan menurunnya,leju inflasi, rendahnya suku bunga internasional, dan menurunnya risk premiurn selanjttnya memberi ruang gerak yang lebih longgar bagi BI untuk menurunkan suku bunga. Suku Bunga sBI 3 bulan diperkirakan turun menjadi sekitar 13olo. Dengan perkembangan tersebut, perekonomian nasional tahun 2oo3 diperkirakan tumbuh 4olo, lebih dnggi dibandingkan perkiraan tahun 2002 yaitu 3,5o/o. Pertumbuhan tersebut bersumber pada peningkatan permintaan domestik seperti konsumsi rumah :'an1ga dan pembentukan modal tetap bruto @MTB). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi tahun 2003 terutama didorong pulihnya industri pengolahan non-migas yang diperkirakan tumbuh sekitar 6,40lo. C. BmrnePA Isu Pnlmxc 1. Irwrstnsr Iklim investasi di Indonesia dihadapkan tidak saja pada tanrangan untuk menarik penanaman modal baru, tetapi juga tantangan untuk mempertahankan Penanaman modal yang sudah ada di Indonesia. Rencana kepindahan perusahaan multinasional Sony ke Malaysia menunjukkan bahwa iklim investasi di Indonesia sudah berada pada tahap yang memprihatinkan. Banyak faktor yang menghambat investasi di Indonesia. Beberap a yarLgpokok lain adalah sebagai berikut. Pertama, masih admya gangguan keamanan ^nt^rabeberapa wilayah pada yang meskipun bersifat lokal namutt d"prt memberi pengaruh pada skala nasional yang pada gilirannya dapat mengakibatkan kekuatiran investor untuk menanamkan modalnya artuv menunda realisasi dari rencana investasinya. Kedua adalah lemahnya penegakan hukum yang selanjutnya I-5 mengakibatkan ketidakpastian hak milik (propnty right) dan perjanjian usaha di Indonesia. Ketiga adalah kurang kondusifnya pasar tenaga kerja di Indonesia. Berlarutnya penyelesaian dua RUU Ketenagakerjaan berpotensi meningkatkan birya renaga kerja di Indonesia, menyangkut isu berltaitan dengan kewajiban perusahaan untuk membayar upah selama pekerja melakukan aksi mogok, uang pesangon, uang ganti rugi, dan uang penghargaan pada saat pekerja berhenti. Dengan produktivitas yang rendah dan upah yang sulit diperkirakan secara pasti, daya tarik investasi di Indonesia dari sisi ketenagakerjaan menurun drastis. Keempat adalah rumpang tindihnya kebijakan pusat dan daerah, serta yang dan daerah antara pemerintah pusat kesimpangsiuran pembagian kewenangan berkaitan dengan penyusunan kebijakan di bidang investasi, pemberian insentif, dan perijinan. Kelima adalah prosedur yang panjang dan berbelit sejak dari perijinan hingga kepabeanan yang tidak saja menambah biaya investasi tetapi juga menurunkan kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Keenam adalah lemahnya insentif perpajakan. Sistem perpajakan termasuk administrasi pajak perlu disempurnakan agar tercipta sistem perpaiakan yang efisien, efektif, dan mampu mendorong Pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Ketuiuh adalah faktor eksternal berupa meningkatnya daya tarTk negara-negara Asia lainnya sePerti RRC dan Vietnam. Beragamnya masalah investasi tersebut menuntut kebijakan yang holistik dan lintas sektor. Dalam kaitan itu perlu ditempuh dua kebijakan pokok sebagai berikut. Pertama adalah mempertahankan penanaman modal yang sudah ada di Indonesia. Kebijakan ini dapat ditempuh dengan meningkatktn check and balanced system yang mampu menampung keluhan dari kegiatan investasi yang ada sefta menindaklanjuti secara cepat dan efektif. Dalam kaitan itu pemerintah membentuk gogor tugas pada tingkat yang lebih tinggi lagi dan langsung diketuai oleh Presiden. Dengan gugus tugas baru ini diharapkan masalah investasi yang sifatnya lintas sektor dapat diselesaikan dengan cePat dan tePat. Kedua adalah meningkatkan daya tarik perehonomian yang mampu menarik minat penanam modal. Kebijakan ini mencalcup upaya untuk meningkatkan kepastian hukum bagi penanam modal, menyederhanakan Proses perijinan, meningkatkan produktivitas teraga kerja, dan menyemPurnakan sistem peryajakan termasuk prosedur kepabeanan. Dalam kaitan itu, RUU Penanaman I-6 Modal perlu segera diselesaikan dengan memberikan jaminan persamaan perlakuan antara PMA dan PMDN. Dalam RUU Penanaman Modal, visi dan misi BKpM akan beralih dari Regulatory Body menjadiMarket Diven SenticingAgency. Dengan pelayanan satu atap (one roof sentice), prosedur perijinan aisedeihanakan Jan dipercepat. 2. KTTnNncAKERJAAN Berdasarkan Sakernas (Agustus 2002), dari seldtar 97,7 juta angkatan kerja, jumlah yang bekerja mencapai 89,6 juta orang (9L,7o/o). Sekitar 39o/o pekerjaberada di sektor formal, dan sisanya sekitar 6!0/o bertda di sekror informal. Jumlah pengangguran terbuka, pada bulan Agustus 2OO2 mencapai 8,1 juta orang (g,3yo). Dari jumlah tersebut, sekitar 59,5o/o adalah penduduk usia muda (15-24 tahun). Teldapat dua permasalahan pokok di bidang ketenagakelaan yairu rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia serta besarnya angka penganggurao terbrrta dan setengah pengangguran. Masalah pengangguran ini perlu dipecahkan dengan menciptakan iklim pasar tenaga kerja yang sehat terutama dalam bentuk hubungan industrial yang harmonis serta kebijakan lintas sektor yang mampu mencipt"L.n lapangan kerja baru, sena peningkatan perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri. Dua RUU yaitu tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan (PPK) sefta tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHD sampai saat ini masih dibahas di DPR. Terdapat beberapa isu dalam kedua RUU tersebut yang perlu mendapat perhatian. Pertama adalah penetapan upah minimum dan pesangon. Hingga pertengahan tahun 2002 upah minimum tidak saja meningkat secara nominal, tetapi juga secara riil, lebih tinggi dari sebelum krisis. Mengingat dampak upah minimum yang cukup besar terhadap penciptaan lapangan kerja dan terhadap pendapatan di sektor informal, beberapa kebijakan yang perlu diambil antara lain: mengintegrasikan kebijakan upah minimum dengan kebijakan ekonomi makro sefta memberi dukungan terhadap penciptaan kondisi kerja yang lebih baik sepeni melalui penyediaan rumah tinggal yang dekat dengan pabrik, minghapus berbagai pungutan usaha, serta menjaga kebutuhan pokok dari inflasi yang tinggi. r-7 Selanjutnya dengan masih berlakunya Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. L50/2000 serta akan diundangkanny^ RUU PPK, prinsip keadilan perlu dipenimbangkan agar ddak ada pihak yang merasa dirugikan. Kenaikan jumlah uang pesangon diharapkan tidak justru memberi dampak negatif terhadap keinginan perusahaan untuk menyerap tenaga kerja y^ng pada gilirannya mendorong perekonomian lebih ke arah padat modal. Sistem pesangon yang berlebihan dapat merugikan kepentingan tenaga kerja karena menghambat perusahaan mempekerjakan lebih lama dan memperkecil produktivitas tenaga kerja di perusahaan. Kedua adalah penciptaan hubungan industrid yang harmonis. Salah satu isu y^ng menjadi fokus dari pengusaha adalah penolakan terhadap kewajiban pengusaha untuk membayar upah kepada buruh yang mogok kerja. Permintaan untuk tetap membayar upah kepada buruh yffig mogok kerja cenderung merugikan penyelesaian perselisihan perburuhan. Isu lainnya adalah larangan untuk mengganti buruh yang melakukan mogok kerja. Pemerintah Indonesia mengusulkan sistem hubungan-industrial dengan keterlibatan pemerintah yang sangat tinggi dalam administrasi dan penegakan hukum. Saat ini praktik internasional justru mengarah pada terjadinya kesepakatan sukarela dalam perselisihan dan collectioe barganing pada tingkat perusahaan yan1 mendukung standar pekerja dan produktivitas. Seyogyanya penetapan standar pekerja dan penyelesaian ltonflik lebih didasarkan kesukarelaan. Peraturan yang berlebihan akan mendorong up^y^ penyelesaian meldui jalur peradilan yang dapat kontra produktif serta mendorong terbentuknya kontrak kerja jangka pendek. Isu lain adalah perlindungan bagi TKI di Mdaysia. Beberapa kebijakan'png perlu dilakukan untuk menghindari terulangnya masalah antara ke dua negara adalah sebagai berikut. Pertama, pembentukan institusi independen yang mengatur migrasi tenaga kerja yang tidak di bawah Depnakenrans dan depanemen PJTKI dan instansi terkait. Kedua, lainnya untuk menghindari kolusi ^nrtra peninjauan praktik-prakdh ilegal pada pelaksanaan rekruiting dan penempatan TKI. Sebagai contoh, keharusan TKI untuk menyerahkan paspor kepada pemberi pekerjaan ketika tiba di Malaysia drpat dipandang sebagai tindakan ilegal yang memperlemah kebebasan TKI di luar negeri dan menjadikannya seperti sandera. Ketiga, penyederhttaerL prosedur. Rekruiting dan penempatan tenaga kerja asing ' yang diatur secara ketat dapat menjadi sumber punguran terhadap tenaga kerja. liar dan pemerasan 3. I(EtrrtsrtNAN Pada tahun 2002, penduduk miskin di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 37,5 juta orang arau !7,8o/o. Penduduk miskin di perkotaan berjudah sekitar L3,2 }uta (r4,3D; sedangkan di perdesaan sekitar 24,i jut;- (20,5oA. bilih.t dari penyebarannya, sekitar 78,5o/o dari seluruh penduduk miskin berada di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali dengan rincian sekitar 57,5o/o dari total penduduk mislcin di Jawa dan Bali, 20,5o/o di Sumatera,7,5o/o di Sulawesi, 6,20/o di Nusa Tenggara, 3,9o/o diMaluku dan Papua, serra 3,8olo di Kalimantan. Kemiskinan paska krisis ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat sebagai akibat dari pengurangan jam kerja dan peningkatan jumlah pengangguran. Penurunan pendapatan masyarakat tersebut membawa dampak ganda terhadap Pergeseran pola kehidupan keluarga seperti pergeseran pekerjaan dari sektor formal ke informal, penurunan porsi pengeluaran ,rtrt.rk kebutuhan pangan, kesehatan, dan pendidikan, serta peningkatan keresahan sosial baik di 1i"jt"t keluarga maupun masyarakat. Tantangan utama dalam jangka pendek adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin melalui pendekatan kemanusia tn yang menekankan pemenuhan kebutuhan dasar, pendekatan lcesejahteraan melalui peningkatan dan pengembangan usaha ekonomi produktif, serta penyediaan jaminan sosial dan perlindungan. , Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ditempuh dua strategi utama. Pertama adalah melindungi keluarga dan kelompok masyarakat yang mengalami . kemiskinan setnentara akibat dampak negatif krisis ekonomi, kenaikan BBM, dan kebijakan lainnya. Kebijakan jangka pendek ini anrara lain dituangkan dalam program Jaring Pengaman sosiel/social safety Net 0ps/ssN), penyediaan kebutuhan pokok untuk keluarga miskin, dan infrastruktur perdesaan. Kedua adalah membantu masyarakat yang mengdami kemiskinan struktural dengan memberdayakan mereka agar mempunyai kem"mprran untuk berusaha. Kebijaftan jangka menengah dan panjang ini mencakup antara lain kebijakan p"rr.'iptrrn dan perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat kemampuan dasar masyarakat miskin Qommuni.ry r*por"r*ent), peningkatan bui.lding), dan perlindungan sosial (social protection). Qapacity No. 2012002 dibentuk Tim Sistem Jaminan Sosial Nasional Melalui Keppres -mempersiapkan konsepsi dan penyusunan sistem jaminan sosial yang benugas nasional serta naskah akademis dan sena konsep awal RUU Sistem Jaminan Sosial Nasional. Dengan sisrem jaminan sosial diharaplcan seluruh penduduk Indonesia, khususnya p.ttd.td,rL miskin, di masa mendatang mendapatkan perlindungan Program Sistem Jaminan sosial yang -akanmemenuhi standard minimum kemanusiaan. jaminan sosial yang telah dikembangkan berdasarkan pada sistem Sosial berkembang di masyarakat. 4. PE,IVISNRANTASAN TINIPET PPENE KONUPSI faktor yang selama ini dianggap menjadi sumber terjadinya prakdk korupsi adalah penyalahgunaan kewenangan publik untuk memperoleh keuniungan pribadi (abuse of power). Selain itu, belum adtnya Peraturan perundang-rrttdtttgtt yang mendukung pelibatan masyarakat dalam Proses p.**.15.tr dan pelaksanaan berbagai kebijakan dalam_ rangka pelaksanaan tugas o*.t- pemerintah secara tidak langsung semakin memberikan peluangteriadinya praktik korupsi. Salah satu Memasuki tahun ketiga pelaksanaan UU No. 25/2000 tentang Propenas, Pemerintah terus mengupayakan langkah-langkah strategis dan rencana ke depan yang benar-benar diprioritaskan untuk mempercepat penuntasan _ kasus-kasus ii"a* pidana korupsi y^ng diharapkan &pat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap supremasi huhum. Strategi pemberantasan korupsi meliputi 3 upaya pokok. Pertama, pemberdayaan keterlibatan masyarakat yarrrg merupakan salah satu pilar konsep open governrnent,terutama yang berkaitan dengan ketataneg tean. -Pemberdayaan lain dapat diterapkan dalam hal proses k.t.tlib"trn masyarakat tersebut ^ntera perumusan dan penyusunan kebijakan publik karena peluang terjadinya praktik korupsi sangat besar dan melekat pada proses Penyusunan dan perumusan I-10 Peraturan Perundang-undangan (egislasi) dan dalam proses beracara di pengadilan. Untuk itu, Pemerintah perlu segera menyiapkan peiangkat p.rrgrtrrrrn ny-^, y^ng meliputi lntara lain mekanisme dan tet^ cera pengawasan serta akuntabilitas pefafu Pengawasan dalam bentuk ketentuan yuridis sebagai landasan hukum pelaksanaan pengawasan. lembaga peradilan, dugaan dan persepsi terjadinya prahtik korupsi juga cukup lama dan sebagai akibatnya kepercayaan dan keyakinan _berlangsung pada lembaga peradilan semakin terlcikis. Pada umumtry" dngr"n praktik korupsi di peradilan s{ah satunya berawal dari ketiadaan akie, *.ry.r.irt .lembagaterhadap informasi yang berkaitan dengan proses pengambilan putusan pengadilan. Ketiadaan akses masyarakat terhadap informasi tersebut rttt.r. l.in krt o.-.drrry, ketentuan-ketentuan yang mengarur bahwa hanya pihak yang berperkara yang dapat memperoleh salinan purusan pengadilan ld. telah Mahkamah Agung, sejak pertengahan tahun 20OO telah menerapkan dissmting op.inion khusus pada perkara kepailitan dalam lingkup peradilan Niaga, sebaga-i salah satu bentuk.mekanisme pengawasan masyarakai terhadap berlaigsungnya proses peradilan dan kompetensi seorang hakim termasuk *.rtn prrtrri"r, y"rrg dihasilkannya. Untuk dapat memberlakulcan di semua lingkungan ierseb.rt tetap diperlukan perangkat peraturan lain yang mendukung. oleh Lrrro. itu, perlu s.egela disusun Penyempurnaan peraturan hukum acara peradilan perdatr 1ifn1 dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). itu sesuai dengan amanat Perubahan ietiga UUD 1945 perlu dibentuk suatu Komisi Yudisial yffit mandiri dan berwenang untuk mengusulkan pengangkaran Hakim Ag.rttg sena menjaga, menegakkan kehormatan, kJl,rhrrran Selain martabat dan perilaku Hakim. Kedua, pembentukan Komisi Anti Korupsi yang merupakan pelaksanaan tru No. 3111999 sebagai rylg lembaga independen. Kegagalan lembaiaJembaga yang lalu pada umumnya disebabkan oleh adanya ketidakpastian ,,rf,"r, f.rrrfri, dal kewenangan yang dilerikg sehingga seringkali duplikatif derrglo-k"*Jrr"r,g* penyidikan tindak.pidana korupsi yang merupakan bagian tng.i krpolisian Jan kejaksaan. Disamping itu, tata cara dan prosedur sen-a efektrllritas pelaksanaan kegiatan lembaga dimahsud masih menjadi p.n*y..r, yang patut uor.rl dijawab. I-1 1 YP^y^ terakhir yang dinilai akan sangat mendorong percepaan pemberanrasan tindak pidana korupsi dalam rencana jangka menJngah i"tt p"nj.nj adalah pelatihan bagi aparat hukum dengan menitikberatkan p"J. p.rr1t,"r"o k"Jrrs-kasus korupsi, diantaranya meliputi pelatihan untuk para penyidih dalam rangka meningkatkan kemampuan melakukan penelusuran 'hana kekayaan yang diperoleh dari praktik korupsi (tracing asiet trainin$ dan pelatihan i.rkrit.r, dengan kemampuan untuk memperoleh.dan *.trg.r-fnkan alat-alat b.rkii, yang pada umumnya pada kasus-kasus korupsi sangar account). rJit dit.l,rsuri dan dicari (f";*ri, 5. Tnecrot Bert Tragedi Bali beqpengaruh terhadap perehonomian Bali pada khususnya dan perekonomian nasional pada ,tm.r-ny". Besarnya dr-p"k tragedi B.li'r*g., tergantung pada uPaya pemerintah dan masyarakat untuk meminimalkan pengaruh negatif yang timbul. Secara umum kebijakan yang ditempuh diarahkan untuk memulihkan citra Bali, mencak.p lima upaya pokok yaitu: penanganan korban ledakan bom; peningkatan keamanan termasuk upaya untuk meng.rngkap dan *.n.*.rk* Pelakuknya; pemulihan prasarana fisik di daerah lelaka'n;'pemulihan kondisi 'n.grtifny, --t.rh.d"p ekonomi termasuk uPaya untulc mengurangi dampap perekonomian nasional; serta penciptaan.rTlg p."gaman sosia"l b"gi -rsyar.k"t yang terkena dampak langsung dari tragedi Bali. Dalam h4 penanganan korban meninggal pemerintah berupaya untuk menemukan idendtas para korban secara ilmiah dengan melakukan p.-eriksar' DN4. sedangkan untuk korban cecat dan korban rrauma diupayakan mendapatkan Penanganan secara cepat dalam bentuk perawatan gratis, isuransi, konseling berkala, pendampingan, dan sebagainya peningkatan keamanan diarahkan untuk memperkecil kemungkinan t_erjadinya tragedi serupa baik di Bali maupun daerah-iaerah wisata hlo.ryr. seminggu serelah tragedi Bali, pemerintah mengeluarkan dua p.r.rrrr* .9Pty. (P.rpu),. yairy prtp, No. t/2002 renrang _uy Tindak Pidana Terorisme dan pirpu No. 2/2002 tenrang Pemerintah PenggaT{ Pemberantasan I-12 Pengusutan Kasus Peledakan Bom di Bali, serta dua Instruksi Presiden, yairu Inpres No. 4/2002 yang pada intinya menginstruksikan kepada Menko Polkam untuk merumuskan kebijak an yangkomprehensif dan terpadu bagi pemberantasan tindak pidana terorisme serta Inpres No. 5/2002 yang memerintahkan kepada Kepala Badan Intelijen Negara untuk melakukan koordinasi pelaksanaan operasional kegiatan intelij en seluruh instansi. Untuk meningkatkan keamanan terhadap aksi terorisme internasional dan sekaligus menjamin keselamatan terhadap wisatawan asing perlu dikembangkan sistem keamanan terpadu yang mampu menciptakan rasa aman bagi wisatawan di daerah-daerah wisata penting, termasuk sistem informasi yeng memastikan keberadaan vrisatawan asing di Indonesia. Pemulihan prasarana fisik dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi infrastruktur seperti sebelum terjadinya tragedi Bali yang sekaligus akan mengurangi ingatan bahwa tragedi tersebut pernah terjadi di Bali. Dalam vpay^ mempercepat pemulihan ekonomi Bali, pemerintah berupaya untuk memberikan perlindungan (safeguarQ pasar dalam negeri, khususnya untuk produk-produk kerajinan dari Bali. Upaya lainnya dilakukan Bank Indonesia dengan memberi perlakuan khusus terhadap kredit perbankan di Provinsi Bali melalui penetapan Bali sebagai distressed area yitu daerah yang memerlukan penanganan khusus untuk mendorong pembangunan ekonomi. Serangkaian promosi dan kampanye Bali sebagai salah satu tempat wisata paling aman di Indonesia dengan pemberian fasilitas perjalanan ke Bali, baik di dalam dan luar negeri ditingkatkan serta pendekatan komprehensif kepada negara-negara yang menerapkan traoel banke Indonesia dilakukan. Dalam penciptaan jaring pengaman sosial bagi masyarakat yang terkena dampak langsung dari tragedi Bali. saat ini sedang diidentifikasi kelompok masyarakat yang terkena dampak langsung atas tragedi tersebut antara lain mxyarakat miskin, pekerja kasar, dan UKM. Selanjutnya program bantuan pelayanan dasar dalam bidang kesehatan dan pendidikan kepada p^ra korban di provinsi Bali dan daerah sekitarnya sedangkan disiapkan. Dengan langkahJangkah ini diharapkan dampak negatif tragedi Bali baik terhadap perekonomian Bali maupun perekonomian nasional dapat diminimdisir. I-13 Bng II Pnosns PEMULIHAN ETtoNoMI TnHUN 2OO2 Dalam tahun 200I, perekonomian Indonesia tumbuh 3,3o/o, lebih rendah dari tahun 2000 yang mencapai 4,9o/o. Pertumbuhan ekonomi tahun 2OOt yang relatif rendah tersebut tidak memadai untuk mengurangi pengangguran. Jumlah pengangguran terbuka meningkat dari 5,7 juta (6,Lo/o dari total angkatan kerja) pada tahun 2000 menjadi 8,1 juta (8,0olo dari total angkatan kerja) pada tahun 2ool. Dengan jumlah penduduk sekitar 206,5 jutepada tahun 2OOI, pendapatan nominal per kapita masyarakat meningkat menjadi Rp 7,1 juta. Dengan melemahnya nilai tukar rupiah, pendapatan per kapita turun dari US$ 742 dalam tahun 2000 menjadi US$ 697 dalam tahun 2001. Adapun dalam harga konstan tahun 1993, pendaparan per kapita tahun 2001 mencapai Rp 2,0 jvta, masih lebih rendah dibandingkan tahun tglz sekitar Rp 2,2 juta. A. MoNsTEn Memasuki tahun 2002, stabilitas moneter meningkat. Didukung oleh kondisi politik dan keamanan yang relatif stabil, nilai tukar rupiah menguat dari Rp 10.440,perdolar AS pada akhir tahun 2001 menjadi Rp 8.730,- per dolar AS pada akhir bulan Juni 2002. Disamping itu pergerakan nilai tukar juga lebih stabil t.perti tercermin dari volatilitasnya yalF cenderung menurun. Pergerakan nilai tukar rupiah harian dapat dilihat pada Grafik tr.1. tr-1 Grafik II.1. PERGERAKAN KURS RUPIAH HARIAN S. e - Eo- 4f"l- 'E 5v j-2 t na-8 E -01-J.|.0l ols?al 6Ndl lrrd llklO2 ,+M.y{2 Faktor-faktor yan1 mendorong penguatan kurs rupiah arLtara lain adalah keputusan pemerintah untuk tetap menggunakan pola lama penyelesaian kewajiban pemegang saham (PKPS) bagi debitor eks Bank Beku Operasi, Bank Beku Kegiatan Usaha, dan Bank Take Over: keberhasilan pemerintah di dalam menjadwal ulang cicilan utang pokok dan cicilan bunga utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo pada periode April 2002 sampai Desember 2003 melalui Paris Club Itr; serta kecenderungan mengu atr.ya mata uang regional. Kecenderungan menguatnya kurs rupiah juga terlihat dari membaiknya indikator resiko jangka pendek, seperti turunnya premi swap untuk jangka waktu 6 bulan dari L6o/o pada akhir tahun 2001 menjadi t2/o pada bulan Juni 2002. di dalam menjadwal ulang utang luar negeri melalui reaksi yang beragam bagi lembaga-lembaga III memberikan Paris Club forum pemeringkat internasional. Standard and Poor's (SE P) menurunkan kembali peringkat utang jangka panjang pemerintah dari CCC menjadi Seleaive Defauh (SD). Sementara itu Moody's justru menaikkan prospek (outlook) utang pemerintah dalam mata uang asing dari stabil menjadi positif. Dalam bulan September 2002, S&P Keberhasilan pemerintah kembali menaikkan peringkat utang luar negeri pemerintah dalam bentuk valuta asing jangka panjang menjadi CCC+. Sementara utang luar negeri pemerintah dalam n-2 peltu]< valas jangka pendek dinaikkan dari SD menjadi C lain karena ^nrara keberhasilan pemerintah di dalam menjadwal ulang pinjaman sindikasi tahun 1995, L996, dan 1997 senilai US$ 1,2 miliar dan 6,5 miliar yen melalui forum London Club. Reaksi masyarakat yang berlebihan menjelang Sidang Tahunan MPR awal bulan Agustus 2002, melemahkan kurs rupiah hingga menjadi Rp 9.10g,- per dolar AS. Dengan berakhirnya Sidang Tahunan MPR yang berialan dengan nilai tukar "*irr, rupiah kembali mengual dan mencapai Rp 8.867:- per dolar AJ akhir bulan Agustus 2002. Pada akhir bulan September 2002 kurs rupiah,sedikit melemah hingga mencapai Rp 9.015.- per dolar AS; disebabkan antara lain oleh melemahnya nilait.r'i.-"r beberapa T1t] Yalg regional seperti yen Jepang dan dolar Singapura terhadap dolar AS. pada akhir bulan Oktober- 2002 kurs rupiah kembali melemah berkaitan dengan ledakan bom di Bali; namun kemudian secara benahap menguar hingga *.rr.rp"f Rp g.940,per dolar AS pada akhir tahun 2002. Stabilnya kondisi politik dan lceamanan di dalam negeri sefta menguatnya kurs rupiah membantu Bank Indonesia untuk mengendalikan uang beredar] Posisi uang primer.sepanjang tahun 20Q2 dapar dikendalikan di bawah t.ig.t indikatifnya. Laju pertumbuhan uang primer sejakJanuari2OO2 berhasil dikendalikan di bawah l4o/o dan sejak April 2002 di bawah 10o/o. Peda bulan November 2002, posisi uang primer meningkat t5,8o/o dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya berkaitai i.rrg* datangnya bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Laju pertumbuhan uang primerJanuari 2000 - Desember 2oo2 dapetdilihat pada Grafik tr.2: _ .Rata-rata harga.barang dan jasa cenderung meningkat pada awal tahun 2002. Dalam triwulan I/2002, laju inflasi tahunan L.o..pJi s.Lita, 3,5o/o, lebih tinggi yang sama tahun sebelumnya Q,g"). Fakror urr*, p.rry.bli tingginya laju inflasi tersebut antara lain kebijakan pemerintah di bidang 'harga price) berupa kenaikan harga BBlvl dan TOt yang diberlak,rkin paja ladlninlstered bulan Januari 2002. masin-g-masing sebesar 22o/o dan 60/o serta b.rr""rr" banjir yang melanda sejumlah daerah di Indonesia yang menimbulkan gangguan distriburi U"rrrri khususnya bahan makanan. dibandingkag rriodg tr-3 Grafik tr.2. ( PERTUMBUHAN UANG PRIMER 9zs 3 a2o E15 Hro v j) E^ r. 1 an'00 x J"l Jen'01 Jul l-'02 jj Seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah,lancarnya kembali distribusi barangbarang hebutuhan dan jasa, serta terkendalinya laju penumbuhan uang primer, laj-u inflasi pada bulan-bulan berikutnya cenderung menurun. Pada bulan liorrett b., d"n Desember 2002, laju inflasi mencapai l,9o/o dan !,2o/o berkaitan dengan datangnya bulan Ramadhan serta perayaan Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahui tr.ro. Dalam keseluruhan tahun 20o2,laju inflasi mencapai h},}o/olebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai L2,5o/o. Perkembangan inflasi dapat dilihat plda Crafilc tr.3. . Grafik tr.3. PERIGMBANGAN INFLASI 2,5 25 zoF 2 I 8l 1,5 t- o,t € ra0 15i ro J> sH o€ EI {'5 -5F -t ,10 -Bulanan-Y-O-Y II4 menurunnyalaju inflasi dalam tahun 2OO2 memberi ruang gerak -bagiKecenderungan Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat bunga. Secara benahap suku bunga rata-reta tertimbang SBI 1 bulan menurun dari L7,60/o pada akhir tahunloOl menjadi t2,9o/o pada akhir bulan Desember 2002. Sedangkan rata-rata rerrimbang suku bunga overnite Pasar Uang Antar Bank tunrn dari L5,7o/o menjadi 10,0olo pada akhir bulan November 2002. Sejalan dengan menurunnya maksimum suku bunga penjaminan secara bertahap, suku bunga deposito 1 bulan menurun dari !6,!0/o pada akhir tahun 2001 menjaii l3,lo/o pada bulan Oktober 2002. Penurunan suku bunga ini kemudian diikuti oleh Penurunan suku bunga kredit perbankan. Rata-rata terrimbang suku bunga kredit modal kerja menurun dari 19,2o/o menjadi 18,60/o; sedangkan suku bunfa kredit investasi sedikit meningkat dari 17,9o/o menjedi 78,0o/o dalam periode yang sama. Perkembangan suku bunga SBI dan deposito 1 bulan dapat dilihat pada Grafik tr.4. Grafik tr.4. PERKEMBANGAN SUKU BUNGA 20- 18- s 16 -- l,t - t2 lQ rr r rrittrt rt trtrttrtttt tt t tt tt rr I r, Jul Ja"'@ Jul Jan'01 Jul Jan'02 - SBJ (l bulan) tr-s - Deposito 1 Bulan t B. PnRmoNoMIAN Dulue Memasuki tahun 2002, perekonomian dunia menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Perekonomian AS dan Jepang tumbuh masing-masing sekitar 5,0o/o dan 5,7% (Y'o'v). Demikian pula harga beberapa komoditi ekqpor sep"eni laret, minyak sawit, kopi robusra, dan timah menunjukkan kecendu*ngr1 meningkat. Namun memasuki triwulan II/2002 ketidakpastian global kembali meningka:t disebablan entara lain oleh menurunnya kepgrceyaan investor akibat kasus"k.,r"rg"o yrog melanda perusahaan-perusahaan terhemuka (Enron, rvorldcom, dan xrio*) yani ylanlltnya mengakibatkan gejolak di bursa rIflall Streer serra lekuatiran t ri^j;oyi konflik terbuka di kawasan Timur Tengah. Indeks Dow Jones di bursa saham \Ufall Street terus menuryn {ari 9.946 pada bulan April 2002 hingga menjadi 7.42g prde alchir bulan September 2002. Penurunan kinerja di bursa \flall Street tersebut, memberikan dampak negatif pada bursa-bursa saham terkemuka di dunia.sepefti.di rokyo dan singap.rru pasar saham di dalam negeri. Indeks H1rgr Saham Ga-bungan di i*sa Efek Jatana GffSG) terus menurun dari 534,t pada akhir bulan April 2002 menjadi'419,3 pada akhir bulan 2002. Perkembangan indeks harga saham di beberap. b.rr* saham dunia leptember dapat dilihat pada Grafik tr.5. ,.*, Grafik tr.5. INDEKS BURSA SAHAM INTERNASIONAL t : z 110@ 18500 10000 rosoo {B 9000 r+soo E 8000 rzsm 7W zm :r. ' Jan'00 ..., Jul rNewYork .., .,,.,,,, Jan'01 Jul -Tokyo tr-6 , Jan'02 - - 10500 ---- Jui -* Hongkong $ F 'sflalaupun kinerja perekonomian AS menunjukkan perlambatan, perekonomian di kawasan Asia tumbuh cukup tinggi. Dalam triwulan n/2002 perekonomian Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Thailand, dan RRC masing-masing tumbuh 6,Jo/o,3,9o/o, 3,8o/o,5,1o/o, dan 8,0olo 0-"-y). Demikian pula dengan pergerakan nilai tukar beberapa mata uang regional sePerti yen Jepang dan dolar Singapura terhadap dolar AS yang cenderung menguat selama triwulan n/20A2. Lambatnya pemulihan ekonomi dunia turut mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia. Nilai ekspor Indonesia selama 11 bulan pertama tahun 2002 mencapai US$ 51,9 miliar, turun sekitar 0,4olo dibandinghan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terutama disebabkan oleh ekspor migas yang 7,9o/o lebih rendah; sedangkan ekspor non-migas meningkat sekitar 7,9o/o. Dalam kelompok nonmigas, peningkatan penerimaan ekspor terurama didorong oleh ekspor mesin/peralatan listrik, mesin/peraletan mekanik, lemak dan minyak hewan/nabati, perabot rumah, sena ikan dan udang. AS dan Jepang masih merupakan negara-negara tutuan ekspor terbesar. Sampai dengan 11 bulan pertama tahun 2002, ekspor ke negara-negaratersebut mencapai US$ 6,5 miliar dan US$ 5,8 miliar atau lebih rendah 4,4o/o drn 6,50lo dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perkembangan ekspor dapat dilihat pada Grafik tr.6. Grafik II.6. PERKEMBANGAN EKSPOR 6 !. .:: J 4 trj (r) <t', AZ - q i1,,,,,,r,,a,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,',,,,,t,,,,,u,,,,r,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, lu'97 Ju'98 Ju'99 Ju'00 Ju'0r Ju,02 Nonmigas Elspor -Totd fr-7 Lambatnya pemulihan ekonomi menurunkan kebutuhan impor. Total nilai impor 11_ bulan pertama tahun 2002 turun sebesar L,9o/o meijadi US$ 2g,3 miiiar lileg. dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya rerv1ama disebabkan oleh penurunan imgor non-migas sekitar 5r5o/o, sedangkan impor migas mengalami peningkatan sekitar 14,7o/o. Berdasarkan penggolongan komoiiti, nilJi impor tahan baku,/penolong dan barang modal berturut-turur rurun sekitar O,9o/o ian 14,60/o; sedangkan-impor barang konsumsi naik 13,4olo. Perkembangan impor dapat dilihat pada Grafikn.T. Gralik II.7. PERKEI\{BANGAN IMPOR =r< a.q) t,) 0.5 9;u Ju'98 Jea'99 ;en'oO - Bh BVPenolong ;miOi -1otal -lil]i', Impor C. PTRnaNIGN Melkipyn belum sepenuhnya pulih, fungsi intermediasi perbankan mulai berjalan. Pada akhir bulan Oktober ?}92,posisi kredit meningkat *rttl"di Rp 342,g triliun atau naih 9,1olo dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya; ierdiii dari kredit investasi sebesar Rp 79,6 triliun, kredit modal kerja sebesar Rp 192,2 triliun, dan kredit konsumsi sebesar Rp 76,0 triliun. Sed{gkp dana pihak k.iig. yangterhimpun di perbankan nasional lti"ggt akhir bulan Ohtober 2oo), rrr.r.rpii itp [rt,t triliun atau naik sebesar 7,3o/o dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.^ II.8 tWalaupun terjadi peningkatan penyaluran kredit, fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya pulih. Ini tercermin dari rendahnya penyerapan kredit baru oleh sektor riil yang sampai akhir tahun 2001 baru mencapai Rp 56,8 triliun atau hanya 44,60/o dari komitmen kredit baru yang disediahan oleh perbankan sebesar Rp L27,3 triliun. Secara keseluruhan rasio penyaluran kredit dibandingkan dengan penghimpunan dana (LDR) pada akhir bulan Juli 2002 baru mencapei 34,9o/o jauh di bawah pencapaian akhir tahun 1997 sebesar 82,60/o, t38 dari t45 bank telah memenuhi Persyaratan rasio kecukupan modal (CAR) minimum 8o/o. Hingga akhir bulan Sampai dengan akhir tahun 2001 sebanyak September 2002, CAR perbankan nasional meningkat menjadi 24,Qo/o dari 19,3olo pada akhir tahun 200t. Rasio kredit macet yang ditunjukkan dengan tingkat NPL terhadap total kredit juga menurun menjadi 9,9olo dibandingkan ahhir tahun 2001 yaitu sekitar \L,7o/o. Pertumbuhan kredit perbankan dapat dilihat pada Grafik tr.8. Grafik II.8. PERTUMBUHAN I(REDIT PERBANI(AN €u H-zo * f' - -+o -J-'ee Jul Jan'00 Jul !an'01 Jul Jm'02 Jul Proses restrukturisasi utang perusahaan juga berjalan lambat. Sampai dengan bulan November 2002,jumlah kredit yang telah rerbryar penuh hanya mencapai sekitar Rp 21,4 triliun atau sekitar 5,8o/o dari total kredit bermasalah. tr-9 D. KTpBRcAyAAN Mesyenexet Meskipun stabilitas moneter membaik, tingkat kepercayaan masyarakat belum s-epenuhnya pulih. Minat investasi baik dalarn *.,rp.rr, 1.r", ,r.geri'*rrih lemah, {itandai dengan menurunnya nilai ryrs_egiyo_ pui"o.*.r, ,rrod.l dalam negeri (PMDI\O dan penanaman-m9dal asing (PMA): Dalam keseluruhan tahun 2002 proyek yang disetujui dalam rangha PMDN hnyaberjumlah 181 dengan p.rr.iujuan"Rp "ilri 25,3 triliun, turun dibandinghan periode_yang sama tahun ,"bJl r*rry"i.rrg.r, proyek berjumlah 264 dm.nilai persetujuan sekitai Rp 5g,g triliun. Adap.rn nr*t ,*g disetujui dalam rang\1PMA berjumlah 1.13-5 dengan nilai persetujuan r.kirry Us$ 9,2 miliar, rurun dibandingkan dengan periode yrrr--g ,.*. irh.rr, ,.b.l"r""y" dengan P19rek berjumlah 1.333 dan.nilai persetujuan sekiiar Us$ 15,1 miliar. perkembanian nilai persetujuan investasi baik PMDN maupun PMA dapat ditihat prarCrJik tr.9. Grafik IL9. NrLAr PERSETTTJUAN rlrvEsTAsr 42- 335: roo 9 80 ;: Ees 3zr 60g 40a 1t+ 2, 20E 0 0 Belum pulihnya kepercayaan masyarakat juga terlihat dari arus modal swasta ke .. dalam perekonomian.. Samp-ai dengan tiga triwulan peftama tahun 2002, arus modal langsung swasta (neto) masih defisit sekitar US$ 2,8 miliar. pada lcurun walt" sama surplus neraca transaksi berjalan h^ny:mencapai sekitar US$ 6,4 miliar sehirrggi sampai dengan tiga triwulan penama tahun 2OO) neraca pembayaran meng1iii y;; II-10 surPlus sekitar US$ 3,4 miliar. Ringkasan neraca pembayaran sampai dengan triwulan m/2002 dapat dilihat pada Tabel tr.1. Tabel tr.1 NERACA PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TRIVTILAN ITI/2002 (US$ miliar) 2001 t999 2002 Twln I-Itr Transaksi Berjalan 5,8 8,0 619 6'4 Neraca Modal 416 -6,8 -9,0 -3,0 514 -017 -012 -9,9 3,2 -10,0 -8,3 -2,8 27,1 29,4 Modal Pemerintah Modal Sv/asta Cadangan Devisa Sumber: Bank Indonesia; per Nooembr 30,2 2001- Minat asing pada pasar modal di dalam negeri juga masih lemah. Pada akhir bulan Oktober 20Q2 niLei.saham yang dimiliki oleh orang asing mencapai sekirar Rp 45,6 triliun; menurun dihandingkan akhir rahun 2OeL yang hanya -mencapai ni +e,s triliun. Nilai ini bahkan masih jauh lebih kecil bila dibandinghan dengan posisi akhir !lfy" 1999 yang m.919apai sekitar Rp L22,2 triliun. Kinerja par"t -Jdd pada Bursa Efek Jakan a dap* dilihat pada Grafik tr. 10. Meskipun terjadi peningkatan stabilitas moneter, kepercayaan masyarakat belum sepenuhnya pulih. Hal ini dicerminkan oleh Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), yang dikumpulkan oleh Danareksa Research Institute pada bulan November 2002 yang hanya mencaPaig4,!; lebih rendah dibandinglcan dengan akhir tahun 2001 yaitu sekitar 100,5. Demikian pula, Indeks Sentimen nisnis [sB) dalam p.riod. oktober/November 2002, ISB hanya mencapai rLL,6, sedikit lebih rendah dibandingka-n_ dengan p_eriode yang sama tahun ZOO| (ttZ,O!. Perkembangan IKK dan ISB dapat dilihat pada Grafik tr.11 dan Grafik tr.12. tr-l1 Grafik tr.10. INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN M_ 5,t5 O 190: n Hlls-l 380 - Grafik tr.11. INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN 160 - 140 - 120 - 100 80- Okt-g Mei{0 Des{0 Jul4t Feb-02 -IKK-ISS - S"pO2 IE Grafik tr.12. INDEKS SENTIMEN BISNIS 140 r30 -- r'\ uo: l1o lo0 : : 9A | | | | | | | | | | | | Eq F r: | | | 99 Agu-Scp 00 Jun-Jul 0t Apr-Mei 02 Okt-Nov -rsB_Iss r-,2 _ IE | E. PnnTTntBUHAN EKoNoMI - Melkipun perekonomian dunia kembali dihadapkan pada ketidakpastian serta fungsi intermediasi perbankan dan kepercayaan masyarakat belum pniih, kegiatan sektor riil dalam.negeri- tetap berjalan. Hingga 11 bulan p.."*, tahun -2002, konsumsi masyarakat pada beberapa buang tetap meningkat. Penjualan mobil dan motor masing-masing_ meninglcat sebesar L5,5o/o dan 4O,Oo/o. Demikian pula penjualan semen narik7,6o/o, sedanghan konsumsi listrik meningkat sekitar 3,Oo/o dibandingkan s.epuluh bulan Pertama tahun 2001. Perkembangan beberapa hading indicator a-rp., dilihat pada Grafik tr.13 dan Grafik tr.14. Grafik II.t3. PENJUALAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 50 - -?qn :30 3 20' ItoI Ju'98 Jm -Mobil Ju'00 Jra'0r - Sepeda Ju'02 Motor Grafik II.l4. PENJUAI.AN SEMEN DAN USTRIK 3 -3,5 2,5 ( 3 2,5 (:> q) 1'5 z t: a F M 2 I 0,5, 1,5 - Jm '97 Jrn - '98 Jrl'99 Ju,m J;; Semen - tr-13 oi Ja!;6i Listrik kepada Iudustri d EI J( Dalam triwulan m/2002, PDB Indonesia tumbuh 3,9olo dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang masing-masing tumbuh sekitar 4,9o/o, dan !5,60/o. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto, ekspor barang dan jasa, serta impor barang dan jasa naik berturut-turut 2rlo/o, t,60lo, dan A,2o/o. Sedangkan dari sisi produksi, sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing tumbuh sekitar 6,70/o dan3,Oo/o; sedangkan sektor-sektor lainnya tumbuh sekitar 3,3o/o. Secara kumulatif, sampai tiga triwulan pertama tahun 2002, PDB meningket 3,4olo dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, didorong oleh pengeluaran konsumsi rumah tangta dan pemerintah yang naik masing-masing sebesar 5,8o/o dan 10,8o/o. Sebaliknya investasi fisik, ekspor, dan impor turun masing-masing sebesar 3,5o/o, 3,6o/o dan L6,5o/o. Dari sisi produksi, sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing tumbuh selcitar 3,8o/o dan 3,3o/o; sedangkan sektor-sektor lainnya tumbuh sekitar 3,3o/o. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan Triwulan m/2002 dapat dilihat pada Tabel tr.2. Tabel tr.2. RINGKASAN PERTI.JMBUHAN EKONOMI SAMPAI DENG4N TRIVULAN III/2002 (o/o, v-o-v) 2000 4,9 PDB PDB Nonmigas Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa 5,3 3,6 6,5 2L,9 26,5 21,1 1,7 Impor Barang dan lasa Penanian Industri Industri Nonmigas 6rl 7,2 5,3 Lainnva Sumbq: BPS II-14 2001 2!02 T 3,3 3,4 3,7 4,0 5,4 9,2 1o,g 0,3 -3,5 L,9 -3r6 8,1 -15,5 0,6 5,9 3,9 413 3'3 5,2 3,8 3,6 3,3 F. Druuper TnecEpr Beu Pada tanggal 12 Oktober 2002 terjedi ledakan bom di Bali. Tragedi yang mengakibatkan lebih dari 190 orang meninggal dunia dan lebih dari 300 orang lukaluka dapat mempengaruhi proses pemulihan ekonomi. Dampak langsung dari peristiwa tersebut adalah penurunan arus wisatawan asing yang cukup besar ke Bali dan wilayah Indonesia lainnya dalam bulan Oktober dan November 2002. Jumlah wisatawan mancaneg^re y^ng berkunjung ke Bali dan ke Indonesia (keseluruhan melalui 13 pintu masuk) pada bulan Oktober 2002 masingmasing turun sekitar 44,60/o dan 19,5olo dibandingkan bulan sebelumnya. Dalam bulan November 2002,jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Bali masih turun sekitar 59,60/o dibandingkan bulan sebelumnya. Perlcembangan arus wisatawan mancanegar^ dapat dilihat pada Grafik tr.15. Grafik tr.15. ARUS 180 - 150 - s120 t{r - I VISATAVAN ASING so-r 'E 60- rol 6 ,,,,,,,,,,r,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,*',,,,r,*,r,|,r,*,,r,n,,,'|,,, lu'97 Ju '98 Jan'99 J-'00 Ju'01 Jen'02 - Secara Ratr.lara Sockamo-Hana - Buden Ngunh Rei lebih rinci dampak tragedi Bali terhadap perekonomian dapat dilihat pada Boks tr.1. tr-15 Bors II.t. Axeusn Deuper Tntcsor Bnrr Bali merupakan daerah wisata terpenting di Indonesia. Dalam tahun 2001, arus kunjungan wisatawan asing mencapai sekitar r,4 juta o.rang Q+vo dari torrl wisman ke Indonesia). Rata-rata menginap baik wisatawan mancanegara dan domestik di Bali paling lama (4-5 hari) dibandingkan dengan daerah wisata lain, misal ny^ yogy^k^rc^ (1'5. 3. hari). Diperkirakan hampir sekitar 4Oo/o dari penerimaan devisa dari sektor pariwisata yang pada tahun 2001 berjumlah us 5,3 miliarterasal dari Bali. .*, k;;i;;;r" Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 20oO penduduk Bali berjumlah sekitar 3,15 juta iiwa, 87,4o/o diantaranya beragama Hindu.. Angkatan kerja berjumlah sekit u 2,3+ iur^ jiwa. Sebagian tenaga kerja bekerja di sektor plngan e5,4o/o dari total yang b*.14, iasa Q3,9To), perdagangan (r3,7o/o); dan industri ?,2"6.'p.;g;";;;an terbuka kecil Q,7o/o). Berdasarkan Susenas zboz (sement.ra), jurnlah pe"',dilk miskin di Bali juga relatif kecil (6,9yo) dibandingkan dengan tingkat nasional 1ti,tinj.---' i*"*r' fllrif Sebagai daerah wisata internasional, kegiatan ekonomi yang menonjol di Bali adalah perdagangan, perhotelan, dan resrauran (i3,?T"PDRB Bali padl industri Bali pada tahun 2001) yang sifatnya padat ,.n.g. kerja. ppirrn4i tahun 9:9% l?RB 2001 sekitar 7,60/o dari PDB nasional. rrlurr/oori;. Kegiatan ekonomi nasional. yang _terkait dengan posisi Bali sebagai daerah wisata internasional adalah industri penerbangan. Bali rnerupakan dagrah y*g gukup padat baik penerbangan nasional maupun p.rr.ib*g.n domesiiL. s.lain itu Bali juga.mempunyai kaitan.industri.kerajinan dengan daerah Jawa Timur dan yogyakarta. Bali juga merupakan salah satu pelabuhan transit-untuk ekspor i*.ii.ng* k.l;;.;;;i. Tragedi Bali akan *.Tb:l dampak -' flnglung pada arus wisatawan asing terurama ke Bali. 9gp.n-tragedi Bali sulit untuk diperhirakan secara pasti. penga;nrr;ak dapat diidentikkan dengan krisis ekonomi tahun 1998 yangpad'a tahun rJsebut .*, *ir.rr** asing. he Bali hampir.tidak mengalami p.enu*n.n b.rani (hanya *.rr.r-n sekitar f.ng 3'7o4. Dampaknya juga tidak dapat tisamakan 'd.ttian tragedi i,.r*or, tut.ri, y*g tr-16 menewaskan sekitar 58 orang pada tahun L997 karena masing-masing daerah wisata mempunyai karakteristik yeng berbeda satu sama lain serta pengaruhnya sangat ditentukan oleh langkahJangkah konkrit untuk meminimalisir dampak negatif yang timbul, terutama langkah-langkah di bidang keamanan. Tragedi Bali diperkirakan memberi dampak negatif bagi perekonomian Bali dan nasional yang sifatnya sementara, tidak permanen. Apabila diasumsikan arus wisatawan asing yang pergi ke Bali untuk tahun 2003 turun sekitar 30o/o dan yang lain sekitar 15olo, maka penerimaan devisa dari sektor pariwisata akan berkurang sekitar US$ 1 miliar. Dampak selanjutnya yang segera terasa adalah menurunnya tingkat hunian hotel di Bali. Dengan arus wisatawan yang menurun tersebut occr4pdnc! rate pada hotel-hotel di Bali diperkirakan tunrn. Sejak tragedi Bali hingga tanggal 22 Oktober 2002, occupanq rdte pada hotel-hotel di Bali turun menjadi sekitar 18o/o. Sebagai catatan, tingkat hunian kamar hotel di Bali adalah paling tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain, lebih dari 600lo pada bulan Juni dan Juli 2002. Tanpa adanya pemulihan ekonomi secara cepat, pemutusan hubungan kerja akan terjadi pada awal tahun 2003 nanti. Dengan menggunakan rasio wisatawan asing terhadap penciptaan lapangan kerja (Booth, 1990) sekitar 0,4; tragedi Bali lapangan kerja yang hilang di Bali diperkirakan sekitar 100 - 120 ribu orang. Dampak tragedi Bali terhadap stabilitas ekonomi moneter dalam jangka waktu pendek ini belum memberi pengaruh negatif yang terlalu besar. Nilai tukar rupiah menurun dari Rp 9000an menjadi Rp 9300an pada saat terjadi ledakan Bali; kemudian menguat secara bertahap menjadi Rp 9200an pada akhir Oktober 2002; Rp 9000an pada akhir November 2002; dan Rp 8.940,- per dolar AS pada akhir Desember 2002. IHSG jatuh dari 376,5 menjadi 337,5; kemudian menguat menjadi sekitar 380an pada akhir November 2002; dan sekitar 425an pada akhir Desember 2002. Pergerakan nilai tukar rupiah dan IHSG bulen September sampai dengan Desember 2002 dapat dilihat pada Grafik II.16. Meskipun dalam jangka pendek, stabilitas moneter tidak terlalu terpengaruh serta peranan perekonomian Bali terhadap perekonomian nasional relatif kecil [dilihat dari peranan PDRBnya terhadap PDB nasionall, tetapi dampak tragedi Bali terhadap perekonomian II.17 nasional dapat relatif besar, terutama inibita mempenga ruhi consarner confid.mce yeng semuanya tergantung pada langkah-langkah konkrit yang ditempuh oleh p.*riirrt"h d.n masyarakat dalam rangka meminimalkan pengaruhnya terhadap p.r.t o"Jri." Bali pada khususnya dan perekonomian nasional p.d",t*u-ny.. Grafik tr.16. KURS HARIAN DAN IHSGBEJ 8800 A sen $tw g e2fi 9mo -Kurs - IHSGBEJ Simulasi yang dilakukan dengan Tabel Input-Output 1995 dengan memberi shock pada sernua unsur fi.nal dcmand pada 5 sektor usaha (restauran dan_hJte! .ttgk rr* ,rd*", 1.r. penunjang angkutan; komunikasi; dan lembaga heuangan) sebesar'tori pa;g Ju, ,.kro, usaha perrama serta 5olo pada tiga sektor berikutnya,l.rr.r-brrh"r, ekjnorrri sekitar 1olo. I *rrr.,-, u-18 Ben III Pnospm EroNoMl TnHtrN 2003 Bab ini membahas prospek ekonomi Indonesia tahun 2003 dalam dua skenano yaitu skenario dasar dan skenario dimana pemulihan ekonomi berjalan lebih iambat dari yang diperkirakan. Melambatnya perekonomian dunia tahun 2003 dari yang diperkirakan serra tragedi Bali menurunkan prospek ekonomi Indonesia i"h"" 2003 yangsemula diperkirakan tumbuh sekitar 5o/o menlaidi 4o/o. A. Asuivtsl PoKoK 1, ErsrrnNnr Gambaran perekonomian nasional tidak terlepas dari prospek ekonomi dunia, terutama negara-negan yang menjadi mitra dagang dan mempunyai hubungan ekonomi dengatt Indonesia. Dampak tragedi Vorld Trade Center (ttr[TC)' New September 2QOl, yang berlangsung lebih singkat telah membantu York, memulihkan keperc^ylan masyarakat internasional. Dalam triwulan V2002, perekonomian dunia mulai pulih didorong oleh pertumbuhan ekonomi AS dan negara-neg ara emerging market di Asia. t\ Memasuki triwulan l./2002, perekonomian dunia kembali dihadapkan pada ketidakpastian. Pertama, merebaknya kasus akuntansi dan auditirryyarLg berawal dari bursa saham AS yang selanjutnya mengakibatkan turunnya hargt saham di berbagai bursa terkemuka lainnya di dunia. Kedua, meningkatnya aksi terorisme di beberap a neg r^ serta kemungkinan timbulnya konflik terbuka di Timur Tengah. Kedua faktor ini dapat memperlambat proses pemulihan ekonomi dunia. Meskipun perekonomian dunia kembali dihadapkan pada ketidakpastian, termasuk krisii keuangan di negara-negara di Amerika Latin, perekonomian negara-negara ernergi.ng rnarkel di Asia tumbuh cukup tinggi didorong oleh m-1 membaiknya perdagangan dunia dan pulihnya teknologi informasi. pada beberapa negara sePerti RRC dan Korea Selatan, pertumbuhan ekonominya juga didukung oleh permintaan domestik yang kuat. Dalam keseluruhar, 'rlh,rr, zoo2, perekonomian dunia diperkirakan tumbuh 2,8o/o, sedikit lebih tinggi dari tahun 2Q0l yeng hanya mencapai sekitar Z,Zo/o. Dalam tahun 2003, pemulihan ekonomi dunia diperkirakan rerus berlangsung namun lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Perekonomian dunia diperkiiakan tumbuh sekitar 3,7vo ffodd Economic outlook, MF, september zboz;, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu sekit ar 4,Oo/o fll{lorld Economic Orrtlook, tr,[F, April 2002). Perekonomian AS. dan Jepant, dua negara tujuan ekspoi terbesar Indonesia, diperkirakan rumbuh sekitar 2,60/o dan l,lo/o. Perrumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang lebih tinggi akan mendorong perekonomian negara-negara emerging *oikrt di Lri". Dalilr tahun 2003 perekonomian negara-negara emerging market tumbuh 6,10/o, sedikit lebih tinggi dari tahun 2002 yairu sekitar 5,9o/o. Sgialan dengan pulihnya perekonomian dunia, volume perdagangan dunia diperkirakan meningkat. Menurut Vorld Economic Outlook (Sepietribe 2aO2) impor negara-negara industri tahun 2003 diperkiraltan *rttirgL"i sekitar 6110/o. Seiring dengan itu, ekspor negara-negara berkembang p-"a" tahun zoo]' diperkirakan naik 6,50/o, Meningkatnya permintaan - dunia diperkirakan . memperbaiki harga-harga komoditi di pasar internasional. Harga barLg-b"rang non-migas diperkirakan naik sekitar 5,7o/o pada, tahun 2003. 5edangk.; h.rgl minyak mentah di pasar internasional pada tahun 2003 diperkirakan ikitar US$ 24,2 per barel, relatif sama dengan perkiraan harga minyak tahun 2002. Kemungkinan timbulnya konflik terbuka di Timur Tengah dan iemogokan buruh venezuela diperkirakan mendorong harga minyak pasar _ internasional paling tidak pada triwulan I/2003, . r di *.trt.f, di Arus modal swasta neto ke negara-negara emerging market pada tahun 2OO3 diperkirakan meningkat menjadi us$ 64,9 miliar. unt"[ org rr-irg^ra di kawasan Asia arus modal swasta diperkirakan rurun menjadi US$ 7,9 miliar disebabkan oleh melemahnyeinvestasi portfolio dan investasi iain di luar pMA. m-2 2. DounsrlK Mengingat perekonomian dunia masih diliputi ketidakpastian, proses pemulihan ekonomi dalam tahun 2003 perlu didukung oleh peimintaan a** negeri. Meskipun kegiatan perdagangan internasional pada tahun 2oo3 diperkirakan lebih baik dari tahun 2o}2,namun dorongannya diperkirakan kurang memadai untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi. Pada tahun 2003 koordinasi kebijakan fiskal dan moneter terap ditingkatkan. Kebijakan moneter akan dilaksanakan secara konsisten dan beihati-hati guna menyeraP kelebihan likuiditas tanpa mengorbankan momenrum pemulihan ekonomi. Dalam tahun 2003, penumbuhan uang primer diperkirakan iekitar 13l4o/o. Upaya tersebut dilakukan dengan mengendalikan uang primer melalui kombinasi operasi pasar terbuka (OPl), sterilisasi valura asing, dan intervensi rupiah secara optimal guna mengendalikan inflasi. Kebijakan fiskal tahun 2003 diarahkan pada konsolidasi fiskal yaitu tercipranya APBN yang sehat serta terpeliharanya ketahanan fiskal yang berkelanjutan (fit*t sustainabiliry) dengan tetap mengupayakan pemberian stimulus fiskal dalam b"t.rbatas kemampuan negara untuk mengamankan momentum pemulihan ekonomi. Peningkatan ketahanan fiskal dalam jangka menengah dilakukan dengan menurunkan rasio defisit APBN terhadap PDB. Dengan menurunnya defisit angga;ran, beban otoritas moneter dalam mengendalikan uang beredar akan berkurang yang pada gilirannya memudahk an upeya untuk mengendalikan infl asi. - _ Dengan ekspansi yang terbatas baik dari kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal, Proses pemulihan ekonomi perlu didukung oleh kegiatan investasi dalam dan luar negeri. Investasi dalam dan luar negeri diperkirakan akan meningkat pada tahun 2003 sejalan dengan meningkatnya kepercayaan dunia usahi makin pulihnya fungsi intermediasi perbankan, dan makin cepatnya penyelesaian restrukturisasi utang sw.rsta. Kemajuan penyelesaian restrukturisasi l.rt.og swasta akan mendorong perusahaan yang dihadapkan pada masalah utang ontnl segera dapat menjalankan kegiatan usaha dan memperoleh kepercayaan kembali dari pihak kreditur yangpada gilirannya akan mengurangi terjadinya ctedit cntnch. m-3 NN.EI TI.JKAR RUPIAH DALAM TAHT.JN 2OO3 DIPERKIRAIGN SEKITAR RP 9.OoO PER DOLAR AS. Dengan_ stabilitas politik dan keamanan yang rerap terpelihara, kurs rupiah ditentukan oleh fundamental ekonomi. Kewajiban-p.ntbryrran urang yang berhasil dijadwalkan melalui Paris Club Itr, peningkatan efektivitas pencairan pinjaman luar negeri, dan peningkatan iklim investasi termasuk pada pasar modal di dalam negeri akan meningkatkan stabilitas kurs rupiah. Kurs rupiah beqpengaruh terhadap daya saing ekspor. Data yang diolah menuniukkan bahwa nilai tukar mata uang negara-negara retangga j"ga mengalami depresiasi riil antara 24o/o - 44% (1997:01 = 100). Dengan L.m rikit"t np f.ObO p.t dolar AS dalam tahun 2003 (setara dengan depresiasi riil sekitar 5oy"i komoditi ekspor nasional diperkirakan masih mampu bersaing di pasar internasional. Depresiasi riil beberapa mata uang negare-negar^terangga dapat dilihat pada Grafift m.1. Grafik Itr.l DEPRESIASI RIIL MATA UANG 70 o60 =50 J,o Fro =20 rv-^ ree9Ml rweMt 20mMl 2@0Mz 2oolMl umruz - Ringgit (Maleysiaf Bath (Ihailand) imzlr,ior - Von (Konel) LeJu INFI,A,SI TAHT,N 2OO3 DIPERKIRAKAN sEKITAR 9To. Dengan laju pertumbuhan uang primer yeng tetep terkendali dan stabilnya kurs rupiah sena $9ngan-memp,erhityngkan tenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, dan telepon; laju inflasi dalam keseluruhan tahun 2003 diperkirakan sekitar 9olo. Mekanisme q,enyesuaian harga BBM yang diatur mengikuti perlcembangan harga minyak dunia {iperkirakan mengurangi announcernent efect yait',a antisipasi ntmyrtrkrt y*g berlebihan yang,pada gilirannya akan memberikan dorongan inflasi yang iebi[ tinggi dari yang diperkirakan. Itr4 Suru Brntce SBI 3 BureN laju inflasi yang rnenurun akan memberi ruang gerak yang lebih longgar bagi BI untuk menjaga sEKTTAR 13olo. Kecenderungan suku bunga. Hipotesa Fisher menyatakan bahwa suku bunga nominal sama dengan suku bunga riil ditambah dengan ekspektasi inflasi. Dengan laju inflasi sekitar 9olo dan suku bunga riil sekitar 4olo, suku bunga SBI3 bulan diperkirakan sekitar 13olo. Potensi turunnya suku bunga dalam negeri juga didorong oleh rendahnya suhu bunga internasional sebagai upaya dari negara-negara maju untuk mendorong perekonomirn negrranya. Pada tanggal 6 November 2002 Bank Sentral AS menurunkan suku bunga sebesar 0,5olo sehingga discount rdte dxn federal funds turun masing-masing menj a di 0,7 5o/o dan L,25o/o. Hencn EKSPoR MIT{YAK MENTAH INoOTvTSIA SEKITAR US$ 22 PER BAREL. Dengan kemungkinan terjadiny^ perang AS-Irak dan aksi mogok di Venezuela, harga minyak mentah di pasaran internasional diperkirakan relatif tinggi terutama dalam triwulan UZOOI. Komitmen anggota OPEC untuk mempertahankan harga minyak mentah pada rentang US$ 22-28 per barel diperkirakan cukup kuat. Dalam tahun 2003 harya ekspor minyak mentah Indonesia di pasar internasional diperkirakan dapat mencapai US$ 22 per barel. Ringkasan asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam proyeksi ekonomi tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel Itr.1. B. Pnoynrsl EKONoMI TAHUN 2OO3 1. PnnrumnuHANEroNouI Perekonomian nasional tahun 2003 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun 2QQ2. Ptda, tahun 2003 perekonomian nasional diperkirakan tumbuh 49o, lebih tinggi dibandingkan perkiraan tahun 2002 yaitu 3,5o/o. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003 tersebut bersumber dari peningkatan permintaan domestik seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan pembentukan modal tetap bruto @MTB) yang diperkirakan tumbuh masingmasing 4,4o/o, 8,7o/o drn t,4o/o. Adapun ekspor diperkirakan tumbuh 4,0o/o. Sejalan dengan mulai meningkatnya investasi, impor diperkirakan tumbuh 6,90/o. n-5 Tabel III.1 ASIIMSI POKOK Perubahan Pertumbuhan Ekonomi Dunia 1,4 5,6 4,2 2,1 5,7 3,2 t42s tOZ4t 9300 gOOo 12,6 11,8 15,0 2,3 6,! 1,8 6,6 (6 bulan,To) Asumsi Domestik Nilai Tukar Rupiah Laju Inflasi (o/o) Hlga Ekspor Minyak Mentah (Rp/US$) . luk" 2,2 5,7 -5,4 3,7 617 Volume Perdagangan Dunia Impor Negara Indusrri Maju Ekspor Negara Berkembang Inflasi Negara Industri Maju Negara Berkembang Harga Barang Nonmigas nl"f,l sst q Sumberr 2,9 7,7 6,1 2,1 1,7 3,2 3r8 Asia Libor 2,2 0,8 5,6 -0,1 -1,3 2,6 417 Negara Industri Maju (US$/barel) 3,7 2,5 6,3 6rl 6,2 6,5 1,7 6 9,3 !Z,S lO,O 9,0 27,2 24,6 23,7 zz,o rs,s ij,o lJlf'"/:\= , , rr,e ro,+ 1.r*ri ao-*ig- Vorld Economic Outlook, IMF, Sept, 2002 (uunsi els.urr".1; f"pp.".. -Dari sisi produksi, pertumbuhan elconomi tahun 2003 terutama didorong PYlihnla i1{rstri pengolahan non-migas yang diperkirakan tumbuh sekitar 6,4yo lebih tinggi dari perkiraan tahun 2oo2 yiru 4,2;/o. pulihnya industri p.itolah* didorong oleh meningkatnya kepercayaan dunia us;ha, mrki" cZpamya restrukturisasi utang Perusahaan, dan makin pulihnya fungsi intennediasi perbankan. Akibat herkurangnya musim_ hulan pada tahun 2}A3,"s.kto, penanian diperkirakan tumbuh l,7o/o atau lebih_lambat dari perkiraan tahun ztioz yaitu 312o/o., Adapun sektor-sektgr(di luar penanian dan industri pengolahan) lai_n diperkirakan tumbuh sedikit lebih baik yaitu sekitar 3,8o/o.proyeksi p.rr"LU"n* ekonomi dapat dilihat pada Tabel m.2, Tabel III.3, serta Grafik ltr.2.' Itr.6 Grefil ltr.2 I F l0& 'E8 PRoYEKsrEKoNoMrTAHUN2oo3 -t0 -"8 d -ro 26 a Mr tri Qz Fr g -9 -os 2. NERACA PEMBAYARAN turun menjadi 1,5% PDB, lebih rendah dibandingkan perkiraan tahun sebelumnya yaitu sehitar 2,60fo PDB. Berkurangnya surplus tersebut disebabkan oleh turunnya elcspor migas, meningkatnya impor, sefte meningkatnya defisit neraca jasa-jasa termasuk Pada tahun 2003, surplus transahsi berjdan diperkirakan menurunnya devisa dari sektor pariwisata sebagai dampak dari tragedi Bali. Meskipun masih defisit, neraca arus modd diperkirakan sedikit membaik. Pada tahun 2003 defisit neraca modd diperkirakan turun menjadi US$ 6,2 miliar dari US$ 6,8 miliar pada tahun 2002. Berhurangnya defisit neraca modal didorong oleh perbaikan kinerja arus modd swasta. Dengan berkurangnya pembayaran utang luar negeri swasta, defisit neraca arus modd swasta diperkirakan turun menjadi US$ 4,5 miliar. Sementara itu kewajiban pembayaran utang luar negeri pemerintah yang lebih besar dari pinjaman yang diterima diperkirakan meningkatkan defisit neraca modal pemerintah. Dengan perkembangan tersebut pada tahun 2003 diperkirakan terjadi surplus neraca pembayaran sebesar US$ 319 juta. Cadangan devisa (gross foreign resenxs) diperkirakan meninglcat menjadi US$ 30,5 miliar (setara 6,7 bulan impor). Perkembangan neraca pembayaran tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel m.4 m-7 3. MoNrtrn Kepercayaan masyarakat terhadap nilai t1k1 rupiah diperkirakan meningkat sejalan dengan ekspektasi terkendaliny-alaju inflasi, stabilnya kondisi potiril keamanan, serta kemajuan program reformasi sektor keuangan dan ekonomi. a* Dengan stabilnya nilai tukar rupiah dan terkendalinya uang beredar, sena {:ng11 memperhitungkan kenaikan administered price, trlu inR"rri tahun 2003 diperkirakan sekitar 9olo. Menurunnya inf$i, tetap terjaganya, t<esinamUungan fiskal (fiscal sustainabiliry), kondusifnya stabilitas iolitit "d"r, Lr"*"r*, ,.." meningkatnya kepastian hukum diperkirakan menurunkan premi resiko (ru& prerniam) yang selaniutnya akan mendorong penurunan tingkaisuku bunga dalam negeri. Dalam tahun 2003 suku bunga sBI 3 bulan diperkirakro ,,.r-rr"*enjadi 13olo, lebih rendah dari perkiraan tahun 2oe2 yairusekitai 15,5o/o. - 4. I(rueNceN NEGARA Kebijakan fiskal tahun 2003 diarahkan untuk mewujudkan ketahanan fiskal yang berkelanjutan (f"*l sastainability) dengan t.t"p -rrrgupayakan pemberian stimulus fiskal dalam batas kemampuan negara untul *rt j"*"rrk"n -o*enrurn Proses pemulihan ekonomi dan desentralisasi fiskal. Ketahanan fiskal merupakan tantangan yang sangl berat yang h.arus dihadapi serta perlu dilihat dengan perspektif jangka panjang. Selain itu, ketahanan fiikal juga perlu didukung jeh stabilitas moneter karena sargat rentan terhadap gejolak-penrbahan nilai iukar, tingkat suku bunga, dan tingkat inflasi. Untuk menjaga keseimbangan antara upaya mewujudkan ketahanan fiskal 4:-"g"1 vpeye memberikan dorongan pada perekonomian, penurunan defisit dilakultan secara benahap. Dalam tahun anggaran 2OO3^ defisit anggaran diperkirakan sebesar Rp 34,4 triliun atau sekit"r 1,go/o pDB, lebih rendah . dibandingkan APBN tahun sebelumnya yaitu sekitar 2,4o/opDB. Defisit tersebut akan dibiayai antua lain melalui sumber perbankan dalam ngggri yaitu penggunaan sisa lebih pembiaynn anggaran (SILPA) sebesar Rp g,5 triliun; non perbankan dalam negeri yaiiu privatlasi BuMN'sebesar Rp g,0 triliun, dan penjualan aset program restrukturisasi perbankan sebesar Rp 1g,0 triliun. Sementara itu, sebagai bagian dari pengelolaan pinjaman dalam negeri program buy back sebesar Rp 13,6 triliun guna mempercepat dilaksanakan pengurangan stok utang dalam negeri pemerintah. Setelah memperhitungkan pembayaran pokok surat utang negara sebesar Rp 6,2 triliun dan penerbitan surat urang negara tahun 2003 sebesar Rp 7,7 trilivr., pembiayaan yang bersumber dari surat utang negara (neto) menjadi negatif Rp 12,0 triliun. Dengan sumber pembiayaan dalam negeri sekitar Rp 22,5 triliun, selisih pembiayaan yang belum tertutupi akan dibiayai melalui pembiayaan luar negeri neto sebesar Rp 12,0 triliun. Untuk mengoptimalkan alokasi anggaran yang terbatas, diperlukan penajaman prioritas. Di bidang pengeluaran rutin, subsidi BBM yang tidak tepat sasaran dikurangi. Di sisi pengeluaran pembangunan, penajaman dilakukan dengan memberi prioritas pada kegiatan yanrg bersifat penting dan mendesak termasuk proyelr yrng cepat berfungsi dan bermanf.nt bagi rakyat banyak serta yang memberikan kesempatan kerja yang luas. Sementara itu di sisi pendapatan negara khususnya perpajakan, upaya mewujudkan ketahanan fiskal akan ditempuh melalui intensifikasi pajak, ekstensifikasi pajak dan peningkatan pelayanan pembayaran paiak. Untuk penerimaan negara bukan paiak akan dilakukan pemberantasan penebangan liar, evaluasi tarif, dan peningkatan pengawasan. Penerimaan pajak sebagai rasio dari PDB diperkirakan meningkat dari 12,5o/o pada tahun 2002 meniadi 13,1olo pada tahun 2003. Perkiraan perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 20Q3 dapat dilihat pada Tabel Itr.5. C. KoNsEKUENSI PnnruueuHAN EroNour 4o/o Meskipun penumbuhan ekonomi pada tahun 2003 diperkirakan dapat mencapai 4o/o, beberapa konsekuensi pokok tetap timbul. Pertama adalah lambannya penyelesaian masalah sosial mendasar antara lain pengangguran. Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2003 selcitar 4o/o, jumlah pengangguran terbuka diperkirakan meningkat menjadi 9,7 }utr jiwa atau 9,4o/o dtn totd, angkatan kerja. Ini perlu mendapat perhatian yang serius tenrtama dalam penetapan kebijakan y^rLg berkaitan dengan pedindungan tenag^ kerja. Perlindungan tenaga kerja yang berlebihan seperri peningkatan UMP yang terlalu cepat serta kewajiban pembayaran uang pesangon, uang penghargarrr'rn.r=, kerja, serta uang ganti rugi yang tidak proporsional, dapat menjadi penghalang bagi penciptaan lapangan kerja baru. Kedua, dalam jangka menengah pertumbuhan ekonomi ymg lambat akan melemahkan ketahanan fiskal dan menurunkan kemampuan pemerintah menciptakan stimulus fiskal. Dengan pemulihan ekonomi yaig lamban, kemampuan pemerintah untuk membayar juga menurun. Pada"gilirannya ltTg akan mempersempit ruarg gerak kebijakan fiskal untuk mencapai ,rrrrfrr-rrrrr.r, yang lebih luas. Dalam kaitan itu, upaya untuk mempertahankan defisit anggaran sebagaimana yeng tertuang dalam APBN 2003 perlu dilakukan dengan s"ntguhsungguh. Ketidakmampuan pemerintah untuk menutup defisit r^n menurunkan kepercayaan masyarakat serta mempengaruhi stabilitrr^igg rrr&.t.r. "k"r, D. RnSIro KrcnceLAN PEMULIHAN EroNouT Disamping skenario dasar, terdapat kemungkinan perrumbuhan ekonomi dalam tahun 2oo3 lebih rendah dari 4olo. Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan perlambatan tersebut anrara lain: (i) merebaknya h[i kaius akuntansi dan auditing di berbagai bursa saham terkemuka di dunia ya'ng pada gilirannya akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat internasion"lt,1ii; meningkatnya ketidakstabilan politik dan keamanan di Timur Tengah dan aksi teror di berbagai negara yang mengakibatkan terhambatttya ekspoi dan aliran Penanaman modal dari luar negeri; (iii) meningkatnya ketidakstabilan politik dan gangguan keamanan dalam negeri berkaitan dengan pelaksanaan pemilu tahun 2004; sena (iv) menurunnya kineria kebijakan makro, r€rurama yang berkaitan dengan upayaunruk menutup defisit engterandan penyehatan perbank-an. Dalam keadaan di atas, nilai tukar rupiah diperkirakan berkisar antara Rp 11.000,- - Rp 13.000,- per dolar AS; laju inflasi antara 13 18o/o; suku bunga SBI 3 bulan antara L8 - 23o/oi dan perrumbuhan ekonomi sekitar ! - 2o/o. m-10 Tabel ltr.2 GAMBARAN EKONOMI MAI(RO Perkiraan Indikator Pokok Laju Inflasi, Indeks Harga Konsumen (%) Nilai Tukar (Rp/US$) 9,3 8425 10,0 9375 3,2-3,8 Penumbuhan Ekonomi (%) PDB Per Kapita 7U Nominal (US$) Riil (ribu Rp), harga konstan tahun L2,5 t024r 1993 Transaksi Berjalan/PDB (%) Surplus/Defisit APBN/PDB (%) Stoir Utang Pemerintah/PDB (%) Utang Luar Negeri Utang Ddam Negeri Sumbangan thd Pertumbuhan Konsumsi Masyarakat Pemerintah Investasi Masyarakat (termasuk perubahan stok) Pemerintah Ekspor, Neto Ekspor Impor r870 4rl -2,8 102,5 46,9 55,6 756 t933 5,3 -3,2 103,3 49,2 54,0 313 3rL 3,2 0,0 216 0,5 -5,4 -Q,2 -612 -0'6 0'4 0r8 -11,4 2r0 6,4 14,3 -414 219 697 1968 4,7 .2,7 93,2 49,0 44,2 861 2008 2,6 -2,4 76,6 39,6 37,0 5,2 4,6 0,6 -3,3 -3,5 0,3 t,6 0,1 1,5 Investasi dan Sumbcr (Rasio rcrha&p PNB) 9,0 9000 3,54,5 1003 2059 1,5 -1,8 6,3 34,3 32,0 4,0 3,3 0,7 0,5 0,1 0,4 Q,4 1,1 -116 Investasi Totd (termasuk perubahan stok) Pemerintah Masyarakat 13,1 17,l 514 5'1 512 717 t2,0 t3,2 Tabungan Total Tabungan Nasional Pemerintah Masyarakat Tabungan Luar Negeri 13,1 14,1 18,3 19,8 3,5 16,3 -1,5 17,7 t7,l 19,7 t2,l 22,5 1'8 20,7 -1,0 4,8 -2,6 t19 m-11 212 17,5 18,3 Tabel III.3 PERKIRAAN STRI.JKTUR EKONOMI Sektor Pertumbuhan PDB(Yo) Penanian 3,2 3,7 4,2 3,5 Industri Pengolahan Nonmigas Lainnya 1,7 5,8 6,4 3,8 Distribusi PDB (%) Penanian 16,8 26,0 21,9 57,2 lndustri Pengolahan Nonmigas I.ainoya 16,9 26,1 22,2 57,1 Tenaga Keria Kesempatan Kerja $uta orang) Pengangguran Terbuka (%) m-12 92,0 93,4 8,9 9,4 Tabel Itr.4 PERKIRAAN NERACA PEMBAYARAN (US$ miliar) Ekspor 65,4 Migas 15,1 Nonmigas 50,3 22,8 (Pmambuhan) 55,7 11,5 44,2 -Lr4 -33,9 -5,9 -28,0 -3,4 .t7,1 -4,2 4,7 -6,8 -1,5 3,1 4,7 -5,3 -3,8 -1,5 40,4 Impor -6,0 Migas '34,4 Nonmigas 29,L (Penumbuhan) ]ese-iasa Pembayaran Bunga Pinjaman Pemerintah Transaksi Berialan Neraca Arus Modal Pemerintah Arus Masuk Arus Keluar Swasta -7,4 215 616 4,1 -9r9 PMANeto -2r7 Lainnya -712 59,0 11,6 46,4 5,1 -36,4 -6,6 -29,9 6,7 .19,3 -3,6 3,2 -6,2 -1,7 3,3 4,9 4,5 .3,1 -L,4 Pembelian Aset BPPN Execptional Financing Q,7 3,0 IMF Neto Penjadwalan Hutang (Racheduling) Surplus/Defisit (OwrallBaknce) 29,4 6,1 20,8 141,7 74,9 66,8 Cadangan Devisa (Doh* Buhn lrnpor) Cadangan Devisa Bersih Utang Luar Negeri Pemerintah Swasta m-13 28,0 6,7 20,8 133,0 7L,4 6r,6 0,2 3,0 0,3 0,3 30,2 30,5 7,1 6,7 23,7 23,7 128,0 125,0 72,3 73,8 55,7 5t,2 PERKIRAAN ANGGARAN P'ffi''Tin" DAN BELANJA NEGARA (%PDB) l7,g 20,7 10,5 11,9 5,3 6,1 0,0 l,g 5,3 4,3 2,9 !,4 1,8 2,3 7,t t,t 5,2 6,4 2,6 2,5 18,0 20,3 ll,t 17,5 0,0 3,7 3,9 4,2 4,3 6,4 ,,6 J,3 1,8 2,Q g0 0,0 612 2,t 6,2 2,9 0,0 0,0 -2,t .t2 4,0 3,2 1,8 1,9 {,0 {,1 1,9 2,0 1,5 2,0 o,o $ 0,0 0'0 0,0 0,0 2,1 12 3,9 2,L -l,g 4,9 A. Pencrimran Ncgen &n Hibah 1. Penerimaan Prjek a. PPh Miges Bukan Migas b. PPN c. Lainnyr 2. Penerimaen Bukan Pajak a. Migas b. Bukan Migas B. Pcngelueran Negara 1. Pengelueran Rutin a, Restrukturisasi Perbrnkan b. Belanja Pegrwai (puset daa daenh) c. Subsidi d. Lainnye - Pembayaran Bunga Piaj. Luer Negeri e. Dana Perimbaagan 2, Pengeluaren Pembangunen a. Pusat b. Daerah C. Surplus/Dcfisit D. Pembiayaan 1. Dalam Negeri a. Perbankan b. Non Perbankan (neto) Penjualan Asct Perbrnkro Privatisrsi Amonisasi Q Penerbinn Obligui 2. Luar Negeri (neto) a, Penyerapan Pinjemen b. Amonisasi 12,4 6,3 1,5 4r8 317 2,4 7,7 5,4 2,3 22,9 18,4 3,9 312 5,2 6rl 1,9 3'8 414l | 2,7 1.7 | | 18,0 17,3 72,5 13,1 6,0 6,2 1,0 0,8 5,1 5,5 3,9 1,2 2,6 2,7 5,4 4,2 3,9 2,9 1,5 1,3 20,3 lg,l 15,9 13,9 3,6 2,9 3,3 3,4 2,7 1,3 62 6,3 1,7 1,4 4,4 4,2 4,5 52 2,7 1,4 1,8 l,g -2r4 'l,t 214 lr8 l14 r2 0,0 0,4 l'4 017 1r1 0,9 0,3 -0,2 -1r0 0,2 7r0 l17 0'4 0,4 016 115 4'8 4,9 4,6 4,7 76,6 66,3 Mcmorendum - Pengaruh Kebiiaksaoran Fiskd tcrhedap perekonontan (Fbcal inpalse) - Utang Pemerintah/PDB (%) m-14 IV Brnrnepn Isu PBNIING Ben A. IIwSSTASI Salah satu motor penggerak y{Lg diharapkan mempercepar pemulihan ekonomi adalah investasi. Setelah krisis ekonomi tahun 1998, iklim investasi di Indonesia belum mampu menarik minat penanam modal. Ini tercermin dari jumlah proyek dan nilai persetujuan PMDN dan PMA yang masih rendah dibandingkan dengan sebelum krisis; arus modal yang lebih banyak keluar; impor barang modal yang menurun; serta penyaluran kredit investasi yang masih rendah (ihat Bab II). Indonesia adaah saru-satunyt negar^ di Asia Pasifik yang terus mengalami arus keluar PMA dalam jumlah yang relatif besar sejak tahun 1998 (L]NCTAD,2002). Ilclim investasi di Indonesia selanjutnya dihadapkan tidak saja pada tantangan penanaman modal baru, tetapi jrrgr tantangan untuk mempertahankan penanaman modal yang sudah adr di Indonesia. Rencana kepindahan perusahaan multinasional Sony ke Malaysia menunjukkan bahwa iklim investasi di Indonesia sudah berada pada tahap yang memprihatinkan. untuk menarik Dalam tahun 2003, meskipun perekonomian dunia diperkirakan lebih baih, prospeknya tetap dibayangi oleh ketidakpastian dengan kemungkinan merebaknya kembali kasus akuntansi dan auditing pada beberapa perusahaan terkemuka di dunia, kemungkinan terjadinya perang terbuka di Timur Tengah, serta meluasnya aksi terorisme internasional. Untuk investasi perlu didorong guna mempercepat pemulihan ekonomi dan sekaligus untuk menjaga kesinambungan pembangunan yang diperlukan bagi pemecahan masalah-masalah sosial mendasar seperti pengangguran dan kemiskinan. itu Upaya ini tidak mudah dilakukan. Selain banyaknya hambatan dalam negeri yang harus dibenahi, daya tarik beberapa netara Asia, seperti RRC dan Vietnam, w-1 meningkat secara tajam dalam beberapa tahun ini ditunjukkan oleh kecenderungan relokasi industri ke negara-negara tersebut. 1. FAKToR PENGHAMBAT ITwBsTesI nalfak f{19r yang menghambat investasi di Indonesia. Beberap a yantpokok antara lain adalah sebagai berikut. Peftama, masih ,.dany3 gangguan keamanan pada beberapa wilayah di Indonesia meskipun stabilitas politik relatif meningkat paska Sidang Isiimewa MPR Juli 2001. Gangguan keamanan meskipun bersifar lokal dapai memberi pengaruh pada skala nasional nasional yang ptda gilirannya dapat mengakibatkan kekuatiran investor untuk menanamhan modalnya arau menunda reilisasi dari rencana investasinya. Ketidakstabilan keamanan kembali meningkat setelah ledakan bom di Bali, t2 oktober 2002. Pengaruh keamanan pada ,rrir", investasi dapat dilihat pada Boks IV.1. PnNcenusKsrDersrABrLANu"rHfrX;t***n*pADAMrNArlr.rvesresr Stabilitas politik dan keamanan adalah prasyarat utama, meshipun tidak mencukupi, !"gi berlangsun_gnya investasi. Pengaruh heamanan dan ketertiban pada minat investasi dapa! dilihat dari_perkembangan persetujuan PMDN dan PMi tiga tahun sebelum terjadinya krisis ekonomi (L995 - 1997) dan tiga tahun sesudahnya' (Ig98 2000). Rara-rata nilai persetujuan PMDN tahun lggg - 2ooo adalah' Rp 67,g triliun/tahun atau turun sekitar 30o/o dibandingkan reta-rete nilai persetujuan plrtON pada tahun 7995 - 1997 (sekitar Rp 95,7 triliun/tahun). Adapun raca-retepersetujuan PMA tahun 1998 - 2000 adalah US$ 13,3 miliar/tahun arau rurun sekitar 60olo dibandingkan rata'rata persetujuan PMA pada tahun l9g5 - 1992 (sekirar US$ 34,5 miliar/tahun). Dari perbandingan tersebut terlihat bahwa faktor keamanan lebih berpengaruh terhadap PMA daripada PMDN. lebih rinci pengaruh keamanan terhadap minat investasi dapat dilihat pada beberapa daerah yang rawan konflik seperti Aceh, Maluku dan Irian Jaya seperti Secara diberikan pada Tabel IV.l. rV-2 Tabel IV.1 NILAI PERSETITUAN PMDN DAN PMA DI DAERAH RAVAN KONFLIK PMDN (Rp Miliar) Aceh Maluku dan trja PMA (US$ juta) Aceh Maluku dan Iria tt74,t t297,3 277t,6 t323,2 129,2 8436,0 981,3 42,5 129,9 3137,5 771,9 6,2 51,9 1911,1 6,0 522,1 13,6 24,9 52,6 61U,6 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai persetujuan PMDN dan PMA pada daerah rawan konflik rnenurun tajam. Di Aceh, nilai persetujuan PMDN menurun drastis pada tahun L999 dan 2001; sedangkan PMA menunrn tajam pada tahun t998, !999, dan 2001. Bahkan dalam 10 bulan pertama tahun 2002, belum ada proyek PMA yang disetujui di Aceh. Sementara di Maluku dan Irja, nilai persetujuan PMDN menurun tajam pada tahun 2000; sedangkan untuk PMA menurun tajam setelah tahun 1997. Ddam 10 bulan pertama tahun 2002, belum ada proyek PMDN dan PMA yang disetujui di Mduku; sedangkan untuk Irian Jaya hanya mencapai US$ 15,7 juta. Pada tanggal 9 Desember 2002 ditandatangani Kesepakatan Penghentian Permusuhan (Cessation of Hostilities Agreement) antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Geneva. Kesepakatan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan lima agenda penyelesaian masalah Aceh yaitu: pemeliharaan dan penguatan perdamaian, bantuan kemanusiaan dan rehabilitasi sosial, pelaksanaan proses politik yang demokratis, rekonstruksi ekonomi, serta rekonsiliasi dan society building. Dengan kesepakatan dan langkahlangkah konsisten menindaklanjuti agenda tersebut diharapkan tercipta stabilitas keamanan yang berkesinambungan di Aceh yang pada gilirannya akan berpengaruh positif bagi kegiatan ekonomi Aceh dan iklim investasi di Indonesia. Kedua adalah lemahnya reformasi hukum yang selanjutnya mengakibatkan ketidakpastian hak milik (propmy right) dan perjanjian usaha di Indonesia. Meskipun terjadi peningkatan jumlah produk hukum yang dihasilkan, kualitas dan kinerja sistem peradilan niaga dirasakan masih belum memenuhi harapan. Dugaan praktik korupsi serta kurangnya keahlian dan pengalaman para penegak hukum IV.3 sering kali menghasilkan keputusan pengadilan yang kurang memuaskan. Kasus Manulife membuktikan kegagalan hukum dalam memberikan perlindungan keadilan kepada investor. Masalah kepastian hukum lainnya adalah lambatnya pemerintah memenuhi kontrak perjanjian yang sudah disepakati oleh investor seperti dalam penjualan aset oleh BPPN. Ketiga adalah kurang kondusifnya pasar tenaga kerja di Indonesia. Berlarutnya penyelesaian dua RUU Ketenagaker)aan berpotensi meningkatkan biaya tenaga kerja di Indonesia dan menciptakan ketidakpastian tentang aturan main yang berlaku. Beberapa diantaranya menyangkut isu berkaitan dengan kewajiban perusahaan unruk membayar upah selama peherja melakukan aksi mogok, uang pesangon, uang ganti rugi, dan uang penghargaan ptda saat pekerja berhenti. Dengan produktivitas yang rendah dan upah yang sulit diperkirakan secara pasti, daya tarik investasi di Indonesia dari sisi ketenagakerjaan menurun drastis. Keempat adalah tumpang tindihnya kebijakan pusar dan daerah. Sejalan pelaksanaan desentralisasi, instansi pemerintah pusat yang berada di daerah telah dilimpahkan ke pemerintah daerah. Belum mantapnya pelaksanaan program desentralisasi mengakibatkan kesimpangsiuran pembagian lcewenangan antar^ pemerintah pusat dan daerah yang berkaitan dengan penyusunan kebijakan di bidang investasi, pemberian insentif, dan perijinan. Perbedaan yang besar dalam pusat dan daerah serta antar daerah dapat menimbulhan kebijakan investasi ^ntar^ ketidakjelasan kebijakan investasi di Indonesia yang pada akhirnya ahan menunrnkan minat investasi. Kelima adalah prosedur yang panjang dan berbelit sejak dari perijinan hingga kepabeanan. Faktor ini sangat penting. Prosedur perijinan yang panjang dan berbelit tidak saja menambah biaya investasi tetapi juga menurunkan kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Di banyak rrcg ra, prosedur perijinan sangat singkat dan sederhana. Di negara-negara tersebut penanam modal hanya diwajibkan mendaftarkan sekali ke Departemen Kehakiman serca tidak perlu mendaftarkan ulang untuk kegiatan usaha lainnya. Keenam adalah lemahnya insentif perpajakan. Pemberian insentif perpajakan sangat dilematis saat ini. satu pihak, pemberian fasilitas pajah dapat mempengaruhi ketahanan fiskal (fi.scal sustainability) yarrrg harus diperkuat untuk Di ry4 dapat mengurangi beban utang yang besar. Namun di lain pihak, penanam modal mengeluhkan minimnya insentif perpajakan bagi kegiatan investasi dan beban pajak yang cukup berat di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Sistem perpajakan termasuk administrasi pajak perlu disempurnakan agar tercipta sistem perpajakan yang efisien, efektif, dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Ketujuh adalah faktor eksternal berupa meningkatnya daya tarik negare-negara Asia lainnya seperti RRC dan Vietnam. Selama beberapa tahun terakhir ini, kedua negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi y*g tinggi dengan membuka diri seluas-luasnya terhadap penanaman modal. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tintgi dan potensi pasar dalam negeri yang besar, arus modal asing cenderung beryindah kedua negara tersebut. Disamping itu negara-negara Asia yarLg mengalami krisis sepefti Korea Selatan, Thailand, dan Malaysia mampu menarik kembali PMA. Laporan UNCTAD Q002) menunjukkan bahwa daya tarik RRC terhadap PMA terus meningkat. Apabila dalam tahun L990 - 1996, arus PMA ke RRC baru mencapai US$ 19,4 miliar per tahun, maka pada tahun 2001 meningkat mencapai US$ 46,8 miliar. RRC juga menjadi tempat yang menarik bagi PMA Jepang. Survai yang dilakukan JBIC Q002) terhadap perusahaan Jepang menunjukhan bahwa RRC lebih menarik dari ASEAN. Meskipun Malaysia dan Thailand mempunyai iklim investasi yang lebih baik di banyak aspek, namun RRC unggul dalam pertumbuhan pasar dalam negeri, biaya produksi, dan suplai tenaga kerja. Arus PMA pada beberapa negara Asia dapat dilihat pada Tabel tV.2. Tabel IV.2. ARUS PMA '90-'95 L9,4 40,2 44,2 43,8 40,3 40,9 RRC 2,8 5,4 9,3 9,3 Korea Selatan 1,0 2,3 1 Malaysia Thailand Vietnam Indonesia 4,7 7,3 6,3 2,7 2,0 2,3 3,6 5,1 0,9 1,8 2,6 1,9 2,3 6,2 4,7 rv-s 3,9 3,9 3,6 2,8 1,5 1,3 -0,4 -2,7 -4,6 46,9 3,2 0,5 3,8 1,3 -3,3 Kesemuanya ini mengakibatkan.. tantangan yang makin besar bagi perekonomian Indonesia untuk menarik p.r"rr""*"r'-o-clal. Kebijakan investasi dituntut tidak saja melakukan pembenahan^terhadap h.-b.trrr-h.-'t;;;; y^ng di dalam negeri, tetapi juga diharapkan mempuoy.i"*ti", ^d^ i-"ffiil;;mampu bersaing dengan negara-negara lain. 2. Upaye MBNINcxITKAN Ixrnu I}.IvEsTAsI PentingnYa Petanan investasi semakin disadari dengan rencana kepindahan .beberapa . perusahaan multinasional ke luar negeri. Beragamnya masalah-masalah investasi menuntut yang holistik dan lintas sektor. Dalam kaitan itu perlu ditempuh dua kebijakan pokok sebagai berikut. .k*lfk* Pertama adalah mempertahankan penanaman modal y,,ng sudah ada di Indonesia. Kebijakan ini dapat ditempuh dengan meningkatk1rq check and. balanced, systern yang mamPu menamPung keluhan kegiatan investasi yang ada serra _dari menindaklanjuti secara cepat dan efektif. secara i.l.*b"g" * ioJ ,rrdah ditempuh d91san pembentukan gugus tls3s ";;;: lingkungan BKPM. Meskipun _{i demikian efektivitas gugus 1"gm ini dirasaka'n belum memadai untuk .dari menangani permasalahan investasi yang sangat kompleks. Dalam t ri r' itu pemerintah membentuk glFor tng.r p"d" tiighat yine lebih tirrggi- r"gi a"" langsung diketuai oleh.presiden. Dengan qlg1s *g* br*-ini diharap"kliasalah investasi yang sifatnya lintas sektor dapat Jirlt.r"itL dengan cepat dan r.pri. Kedua adalah meningkatfrg_ daya tarik perekonomian yang mampu menarik minat penenam modal. Kebijakan ini. mencakup upaya -.rrrr".rt meninglatlan kepastian hukum bagi penanam modal, m"rryed"irrrak"r, pror.r--f.'.i1rr"rr, meninglatkan produktivitas tenaga kerja, menyempurnakan sistem _ perpajakan termasuk prosedur kepabeanan. i.r, Kepastian hukum merupakan faktor yang penting dalam mendorong investasi. Dalam kaitan itu, RUU pinanaman uoaaipert., diberlakukrrrl B.brr.p, mlteri pokok dalam RUU Penanaman tvtodat d"p"at "Jg"r.dilihat ;;J; 39,11, rv.2. kepastian hukum.yang berkaitan dmgro p.*bagian ;;."* lelanjulnya u*are Pusat dan Daerah juga perlu lebih diperregas. D.lg." demifian dih"r"fkir-tidak IV-6 ada dualisme kebijakan investasi di Indonesia. Kebijakan Pusat dan Daerah diupayaltan saling menunjang untuk menarik investasi. Botts IV.2. Brnpn tpe MersRI Poror RUU PBNeNeulN MoDAt Penanaman Modal dimaksudkan sebagai Payung bagi kegiatan Penanaman modal di luar usaha hulu minyak dan gas sefta jasa keuangan yang sudah diatur dalam UU tersendiri. Dalam RUU Penanaman Modal tidah lagi dibedakan entare PMA dan PMDN. Perlakuan y^ng sama diberihan kepada semua Penanam modal, tanPa membedakan asal negara. Pengecualian hanya dimungkinkan sepanjang tercentum RUU ddam UU Penanaman Modal atau diatur dalam UU lain atau perjanjian internasion al y ang berlaku. Dalam hal insentif, RUU Penanaman Modal mengenal adanya fasilitas fiskal dan non-fiskal. Penanaman Modal tidak mencentumkan lagi hetentuen mengenai divestasi perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh PMA sebagaimana seperti UU No. t/t967 tentang PMA yang diatur lebih lanjut dalam PP No. 20/1994. RUU Penanaman Modal menjamin tidak akan dilahukan tindakan nasionalisasi atau pencabutan/pengambilalihan hak kepemilikan penanaman modal. Apabila pemeiintah akan melakuhan nasionalisasi harus terlebih dahulu ditetaphan oleh UU datt pemerintah berkewajiban memberi ganti rugi yang jumlah, jenis, dan cara pembayarannya ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. RUU Penanaman Modal memberi jaminan atas keamanan dari eset yang dimiliki oleh PMA serta transfer maupun repatriasi atas modal, pinjaman, sefta keuntungan yang diperoleh dari investasi setelah lcewajiban perpajakan dan hewajiban lainnya dipenuhi. Meskipun RUU Penanaman Modal mengutamakan penggunaan tenaga keria dalam negeri, penanam modal dapat menggunakan tenaga kerja asing untuk jabatan dan keahlian yang belum dapat dipenuhi oleh tenaga kerja dalam negeri. Selanjutnya perusahaan penanam modal diwajibkan untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan tenaga keria dalam negeri. RUU N-7 Salah satu materi pokok dalam RUU Penanaman Modal adalah persamaan perlakuan ant^ra PMA dan PMDN. Dalam tahun'tahun terakhir ini beberapa negara berkembang menerapkan praktik yang memberikan jaminan kesamaan perlakuan antare investor asing dan investor dalam negerinya. Sebagai contoh, Thailand dan Filipina membuat perjanjian dengan Kanada y^ng menjamin perlakuan yang sama unt^r^investor Kanada dan domestiknya. Meskipun perlakuan PMA dan PMDN disamakan, atas dasar pertimbangan egam4 kesehatan, kelestarian lingkungan, keamanan dan kedaulatan negara, serta pemberdayaan UKM, pemerintah masih dapat mengatur bidang usaha yang tertutup dalam bentuk Daftar Negatif Investasi (DND dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu. Pengaturan ini tidak bertentangan dengan prinsip persamaan perlakuan antara PMA dan PMDN sepanjang pertimbangan yang mendasari masih ditutupnya suatu bidang usaha adalah jelas dan dapat dipahami oleh masyarakat internasional. Penguatan kelembagaan diperlukan untuk menghadapi meningkatnya untuk menarik investasi. Beberapa negara telah melakukan restrukturisasi fungsi instansi yang rnenangani investasi dari badan pengatur menjadi badan promosi. Salah satu contoh adalah Badan Investasi Afrika Selatan yang tidak menjalankan fungsi pengaturan tetapi memusatkan perhatian pada kegiatan promosi investasi. Dalam RUU Penanaman Modal, visi dan misi BKPM akan beralih dari Regulatory Body menjadi Market Drivm Senticing Ag*ry. Perubahan ini juga diperlukan sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi. persaingan global Sistem perijinan yang ada sekarang ini sangat rumit dan mengakibatkan biaya tinggi serta perlu disederhanakan. Banyak persyaratan, perizinan, serta lisensi lain yang harus diperoleh sebelum dapat melakukan usaha di Indonesia. Terkadang persyaratan, perijinan, serta lisensi tersebut saling tumpang tindih dan kurang ielasnya kegunaannya. Untuk memulai suatu usaha perdagangan diperlukan tidak kurang dari 46 surat ijin dari berbagai tingkat pemerintahan. Di bidang usaha penekstilan misalnya diperlukan paling sedikit 35 ijin Qihar Mmatap Ke Depan Perekonomian Nasional, Bappenas, L999).Lamanya waktu yang diperlukan untuk proses pendaftaran usaha di Departemen Kehakiman dan HAM juga relatif panjang. Bisa mencapai 3 bulan rv-8 dibandingkan dengan di Singapura dan Ameriha Serikat yang hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 minggu. Demihian juga proses untuk mendapatkan ijin lokasi dari Badan Pertenahan Nasional (BPh$. Dengan pelayanan satu atep (one roof smtice), prosedur perijinan ini disederhanalcan dan dipercepat. Untuk mengefektifkan sistem one roof seruice, pemerintah diharapkan melakukan inventarisasi semua perijinan yang dikeluarhan oleh seluruh departemen atau instansi terkait serta melakukan identifikasi dan menghapus semua perijinan yang berpotensi menghambat kegiatan usaha. Dalam hal insentif perpajakan, perlu dipahami secara mendalam berbagai keluhan pengusaha yang ada. Identifikasi yang mendalam terhadap beban pajak yang dirasakan memberatkan penanam modal akan merupakan masukan yang penting dalam menciptakan insentif pajak yang menarik bagi penanam modal. Dari berbagai keluhan y^ng ada, beban yang dirasakan berat oleh pengusaha umumnya bukan tingkat pajah (tax rate\, tetapi pelayanan pajak termasuk kepabeanan. Pelayanan pajak yang tidak transparan, restitusi pajak yang lambat, dan prosedur kepabeanan yang rumit merupakan tambahan pajak yang harus dibayar oleh pengusaha.l Tax holi.dalts munglcin diperlukan untuk daerah tertentu dan hanya untuk investasi baru, tetapi tingkat kebutuhannya tidak sebesar dibandingkan dengan pelayanan pajak dan prosedur kepabeanan yang sederhana (ulasan mengenai tax holidays dapat dilihat pada Perekonomian Indonesia Tahun 2002: Prospek dan Kebijakan,Bappenas, 2001). 1 Rasio pajak terhadap PDB di Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Apabila pengusaha mengeluhkan sistem perpajakan di Indonesia, penyebabnya kemungkinan bukan tax rdte, tetapi distribusi jenis pajak dan pelayanan pajak yang tidak menunjang proses produksi. Lebih lanjut bagi PMA yang rnengandalhan pasar dalam negeri, penyelundupan menjadi salah satu faktor yang cukup diperhitungkan. Apabila barang modal yang bahan baku/penolong yang digunakan terkena bea masuk atau biaya ekstra lainnya, maka produknya akan kalah bersaing dengan barang-barang selundupan di dalam negeri. rv-9 B. KTTnNAGAKERJAAN l. GeureneN I(ETENAGAKERJAAN ACUSrus 2QO2 Gambaran ketenakerjaan berikut diambil dari Sakernas Agustus 2002. Dari sekitar.97,7 iuta angkatan-\.-rjl jumlah yang bekerja mencapai g9,6 juta orang (lt,zu"1. Persentase penduduk laki-laki yang beherja jiuhlebihtesar dibandingkan dengan penduduk yaitv to.ritg-*"sing sebesar 79,5o/o dnn +s,Zoto. .Pe-re-mPuan, sebagian besar penduduk beke ria dr p.rdesaan, d*s* perbandin gan! [.o.r; , r,s (desa). Dari iumlah y?ns bekerja, sekitar 7\,4vo,"_tr-prt* prrd"ua,rt ,rri. prirrp Qrs! tahun); sedangkan 39,4o/o addah penduduk ,rri, *udr, masih dalam usia sekolah, dan rerpaksa harus bekerja. Dilihat dari starus pekerjaannya, 20,8o/o berusaha 21,.!vo bekerja sebagai buruh/karyawan, sendiri, !9,60/o berusaha dibantu buruh tidaliretap, ti1jil" rrrn t tak dibayar, dan sisanya !r,5o/o sebagai-pekerja bebas dan pengur"t, ar"g; buruh t9taP. Sekitar 39olo pekerja berada di sektor formal, dan sisania sekitar 6io/o berada di sektor informal. Sebagian besar angkatan kerja dan lapangan kerja tersedia di Jawa dan Sumatera. Penyebaran kesempatan kerja tahun 2002 diperkirakan tida6 rirengalami banyak P!rubahan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2OOt, sekitar 60,5,1o dari qqlratan kerja berada di Jawa, zo,oo/o di sumatera,6,60/o dl srrlawesi,'5,3o/o dr Kalimantan, dan7,60/o tersebar di pulau-pulau lainnya. Jumlah pengan$Buran terbuka pada bulan Mei 2002 mencapai g,1 juta orang Dari jumlah tersebut, sekiiar adalah penduduh^rr.i" rrr.rda (L5-24 ??;5v: tahun). Penganggu{p di perkotaan lebih banyakT,io/o dibandingl* a."g"" ai perdesaan 4,4o/o. Baik P-engangguran laki-laki to..rpun perempuan jidominasi oleh tingkat pendidikan SLTA. Sedangkan pada kelo*poL pendidikan SD ke bawah, Persentase pengangguran PeremPuan lebih besar dibandingkan dengan lahi-laki. . (8:370). _. Pasar tenata keri di Indonesia dapat digolongkan sebagai p^s r pre-trdnsitional. ciri tersebut-mirip dengan struktur pekerja padinegrrarerangga yang mempunyai !i1sk', pendapatan.per. kapira hampir- r"-", seierci m"il"a, i'ilipi"l, a* Vietnam yaitu sebagian besar pekerja bekerja di seltor perranian, ,rprh di sektor ry-10 formal yang rendah, dan panisipasi angkatan kerja wanita yang relatif rendah. Sebaliknya Malaysia dan Korea, dengan tingkat pembangunan lebih maju, proporsi pekerja di sektor pertanian dan informal kecil serta biaya tenaga kerja lebih mahal. Dengan karakteristik pasar tenaga kerja seperti tersebut di atas, terdapat dua permasalahan pokok di bidang ketenagakerjaan yajrtn rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia serta besarnya angka pengangguran terbuka dan setengah pengangguran. Masalah ini perlu dipecahkan dengan menciptakan iklim pasar renaga kerja y^rLg sehat terutama dalam bentuk hubungan industrial y^rLg harmonis sena kebijakan lintas sektor yang mampu menciptakan lapangan kerja baru termasuk peningkatan perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri. 2. I(EnTII<IN I(ETENAGAKERJAAN Strategi keberpihakan terhadap tenaga kerja merupakan salah satu kebijakan yang terus dikaji dalam rangka meningkatkan penciptaan lapangan kerja. Dua RUU yaitu tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan @PK) serta tenrang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPH$ sampai saat ini masih dibahas di DPR. Masalah yang perlu mendapat perhatian adalah upah minimum dan pesangon, serta keseimbangan hubungan industrial dan tenaga kerja. Selain itu, terdapat masalah tenaga kerja Indonesia (IKI) ilegal di Mdaysia. N. Upah Minimum Pada pertengahan tahun 1980an, Pemerintah mengeluarkan kebijakan agar penentuan upah minimum di seluruh wilayah menggunakan ukuran kebutuhan fisik minimum (KFM). KFM ini kemudian disesuaikan lagi dengan ukuran kebutuhan hidup minimum (KHM) yang memuat ukuran kebutuhan pangan dan ron-pangan yeng lebih luas. Peningkatan upah minimum mencapai KHM merupakan sasaran bagi para pengambil kebijakan di bidang ketenagakeriaan. Selain dari nilai nominalnya, upah dapat dilihat dari nilai riilnya yaitu dengan mengurangi dengan inflasi. Dari tahun 1991 sampai dengan terjadinya krisis 1997, upah minimum riil meningkat secara rat^-rata lebih dari 10o/o per tahun. Dengan kenaikan tersebut tingkat upah minimum di berbagai provinsi telah mendekati KHM yaitu sekitar 95o/o dari KHM, namun menurun lagi setelah krisis ekonomi. w-l1 Pada tahun 2000 upah minimum nominal meningkat sekitar 30olo, sedangkan secara riil meningkat dengan 160/o. Dengan peningkatan upah minimum sekitur 20o/o ptda tahun 2001, diperkirakan upah *inimuin mendekati 9eo/o dari KHM. Dengan demikian upah minimum tidak saja meningkat secara nominal, tetapi juga secara riil, lebih tinggi dari sebelum krisis. paJa triwulan r/2ooz, up^t ,in minimum. b-u*! yang-bekerja di sektor industri sekitar 26o/o lebih'tinggi a.ri periode sebelum krisis (ihat Grafik fV.|. Gralik tV.1. 380 INDEKS UPAH SEKTOR INDUSTRI _ gl40 140 ----;* 130 €| 300 v-120 6o Srro 110 \o _* I G G 'E 1s0 o K 2140 t00 2(f,l2:i- _ po_;.l_Biil Bagaimana dampah kenaikan upah minimum terhadap penciptaan ,hesempatan_ kerja? srudi tentang dampak upah minimum -.ogh*.ilk"r, ,.*rr* sebagai berikut: e. upah Minimum_Yang_Meningkat Relatif finggi Mengurangi Kesempatan Keria Sektor Formal. Peningkatan upah mittimnm riif sebesa r 31o/o diperkirakan menguralei. kesempatan keija di sektor formal sebesar 3,3o/o. Dilihat dampaknya terhadap kelompok peterja, kenaikan -pa5 ;il;um riil sebesar 30olo menurunkan kesempaian ke4a bagi pekerja wanita J." f.U;" usia muda sekitar b. 60lo. Peningkatan Upah Minimum Menekan Pendapatan Di Sektor Informal. Meningkatnya upah minimum memaksa perusaha-an memberhentikan p"Lrr;" yang kemudian pindah he sektor informJ. Peningkatan upah minimum tidak saja kesefparan- kerja di sektor formal, teiapi j"g, ;*.kr' .mengurangi gendaqltan pekerja sektor informal karena meningkatnya kompJ,iriri tenaga kerja di sektor informal. Peningkatan t0% upah irioi*.r* riif dip.rkirakan menurunkan pendapatan sektor informal r.kit.t 1-4o/o. Lebih l*j.rt tidak rf-12 semua pekerja mendapatkan manfaat dari peningkatan upah minirnum. Pekerja di usaha kecil hanya mendapat sedikit manfaat dan bahkan pekerja di sektor informal mungkin tidak tersentuh oleh kenaikan upah minirnum. Kenaikan upah minimum lebih banyak dinikmati oleh sehelompoh hecil pekerja di selrtor modern yengpada gilirannya akan meningkatkan ketimpangan upah. Dengan dampak upah minimum yang cukup besar rcrhadap penciptaan lapangan kerja dan terhadap pendapatan di sektor informal, beberapa kebijaken sebagai berikut. yang perlu diambil ^nteralain Mengintegrasikan kebiiakan upah minimum dengan kebiiakan ekonomi ^. makro. Mengingat upah minimurn berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja dan daya saing perusahaan, maka kebijakan upah minimum perlu mempertimbangkan aspek lain yang lebih luas seperti inflasi. b. Memberi dukungan terhadap penciptaan kondisi keria yang lebih baik. Peningkatan kesejahteraan pekerja dapat dilakukan melalui penyediaan rumah tinggal yang dekat dengan pabrik, menghapus berbagai pungutan usaha, serta menjaga kebutuhan pokok dari inflasi yang tinggi. Selanjutnya, dengan masih berlakunya Keputusan Menteri Tenaga Keria No. 150/2000 serta akan diundangkannyt RUU PPK, prinsip keadilan perlu dipertimbangkan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kenaikan jumlah uang pesangon diharapkan tidak justru memberi dampak negatif terhadap keinginan perusahaan untuk menyerap tenaga kerja yarLg pada gilirannya mendorong perekonomian lebih ke arah padat modal. Sistem pesangon yang berlebihan dapat merugikan kepentingan tenaga kerja karena menghambat perusahaan mempekerjakan lebih lama dan memperkecil produktivitas teneta kerja di perusahaan. b. Hubungan Industrial Peningkatan produhtivitas tenaga kerja tergantung pada sistem industrial yang adil dan penuh kepastian. Melalui UU No. 2L/2000 tentang Serikat Pekerja, rasa keadilan baik bagi pengusaha maupun bagi para pekerja ditingkatkan. UU No. 2t/2000 merupahan langkah maju di dalam membangun kebebasan berserikat di Indonesia. Hingga awal tahun 2002 ini, tercatat sebanyak 61 serikat pekerja terbentuk di seluruh Indonesia dengan anggota lebih dari 10 juta orang. Indonesia w-13 juga telah memiliki P€_raturan- yang mengatur tenrang Kesepa6atan Kerja Bersama (KKB). Sejak tahun 1997 makin banyak perusah"rritelah^menria""tig*i KKB dengan pekerja dan proses tersebut berjalan dengan baik. Pruocor,tN I-GRJA. _!Ty* pengusaha dan serikat pekerja merasakan manfaat dengan qdanya RUU ppHI deog*- dimungkinkr.rrry,'*ogok L.ri, dengan syarar telah ada pemberitahurn t hari ,.6.1.r*rry.' k.p.d? kantor departemen _tenaga kerja serta maksud dari aksi p.*ogoL* ,.rr.brr, kepada pengusaha-. Dengan_tenggang waktu ini, kantor d.irrt.*.n renaga kerja dapat menempuh langkahJangkah untuk menyelesaikan konflik d; *.r."!"h pemogokan. Perusahaan atau serikat pekerja dapat mengambil inisiatif untuk menyelesaikan permasalahan lewat mediasi. b.mr-rn.-iniiralkan proses hukum, disarankan adanyaperjanjian penyelesaian perselisihan lewat jalur arbitrase sebagai alternatif penyelesaian perselisihan perburuian. Salah satu isu yang meniadi fokus dari pengusaha adalah penolakan terhadap kewajiban pengusaha untuk membayar .tprh f.p.da buruh y^og *ogot kerja. Permintaan untuk tetap membayar buruh i*ri ,"oiot k.i)" "plh-kepada cenderung merugiltan penyelesaian perselisihan perbu-h-.'Ir,r"laioriya ad"luh larangan untuk mengganti buru}r yang melakukarmogolt kerja. p.r.t,r.Jrr'ini juga diterapkan pa'la negara-negara lain sepeni di Ameriki Serikat dan Selandia g"ru. Prinsip no uork no pdy perlu tetap di pegang. AoMrNrIsrRAsI DAN PrurcereN Huruu. Pemerintah Indonesia mengusulkan sjslem hubungan-industrial dengan keterlibatan pemerintah yang ,"rrg":. tinggi dalam administrasi. dan penegakan hukum. Saat lni praptik irrt"rlr"rioial justru mengarah pada terjadinya kesepakatan sukarela dalam perselisihan dan collectioe barganing pada tingkat perusahaan y,'Lt mendukung standar pekerja dan produktivitas. Hubungan industrial yang diusulkan di Inlonesia lebiir -urrdekati sistem-di Argentina daripada negara yang-menganut sistem desengalisasi seperti AS, Selandia Baru, Korea, Taiwan, atau Chile. Pada saat serikat kerja menuntut lebih besar kebebasan dalam proses tawar dan penyelesaian perselisihan, RUU Ketenagakerjaan membatasi p.rro.l.r, yang dapat dinegosiasikan - upah minimum, pesangon, pemecaran, p.l"tiirun dan dan riasalah lain yang diatur dalam UU yang 6aru tirsebut. Dalam h.l irri, Menakenrans tidak IV-14 hanya sebagai posisi sentral tetapi juga sebagai mediator dan penengah (wasit) ranpa adanya perkecuali^n arLtara lain melalui jalur peradilan perselisihan industri (I n du s trial D isput e s C o urt s) . Denda yang sangar besar dan hukuman kriminal (penjara) untuk pelanggaran adalah salah satu aspek dalam RUU Ketenagakerjaan. Denda untuk pelanggaran ringan berkisar ar'rralra Rp 10 1OO iuta sepefti tidak mengangkat pekerja setelah meiewati masa percobaan bekerja 3 bulan, dan mengabaikan Peraturan yang berkaitan dengan tenagl kerja wanita. Denda sebesar Rp 100 400 juta untuk pelanggaran birat seperti Penggunaan tenaga kerja di bawah umur. Meskipun d.ndr i.6rbut dapat mencegah pelanggaran, namun dapat mendorong berlarutnya penyelesaian terhadap pelanggaran yang timbul. Peraturan tersebut ing. dikuatirkan membebani UKM. Untuk itu disarankan prosedur y^rLg lebih umum yaitu dengan denda berringkat. Denda pelanggaran pertama tidak terlalu besar sebagai p.iittgrtrtr terhadap pelanggaran. Pelanggaran selanjutnya dikenakan denda - - lebih tinggi. Seyogyanya penetapan standar pekerja dan penyelesaian ko{fi! lebih didasarkan kesukarelaan agar kedua belah pihak bersama-sama memikul biaya dan memperoleh manfaat dari pengambilan keputusan tersebut. Peraturan yarng berlebihan akan mendorong upaya penyelesaian melalui jalur peradilan yang dapat kontra produktif. Selain itu juga akan mendorong terbentuknya kontrak_ jangka pendek. Ini akan menurunkan produktivitas dan menghapus sistem penghargaan atas lama bekerja yang merup*an ciri sektor modern. c. Masalah Tenaga Keria Indonesia (TKI) Ilegal Di Malaysia Sulit diperoleh data jumlah TKI di Malaysia yang akurat. Pada awal tahun 2002, jumlah TKI diperkirakan sekitar 1,5 juta atau sekitar 70o/o total imigran (2 juta). Jumlah tenaga kerja ilegal diperkirakan sekitar 600,6 total imigran. Sebagian besar TKI di Malaysia Barat bekerja di sektor konstruksi, pertanian, jasa, industri pengolahan dan pembantu rumah tangga; sedangkan di Malaysia Timur bekerja di iektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit. Umumnya TKI adalah renaga kerja kasar; sedangkan tenaga kerja terampil bekerja di sektor konstruksi. TKI legal berpenghasilan antara RM 500 - 1000 (setara dengan Rp 1,1 - 2,3 iut) TV-15 per bulan, dipotong sekitar RM 1OO - 2OO per bulan untuk biaya rekruiting dan PenemPatan. TKI ilegal memperoleh gaji lebih rendah yaitu sekitar RM 400 600. - Pemerintah Malaysia telah lama mendapat masalah dari TKI ilegal. Keberadaan imigran Indonesia yang dituduh sebagai penyebab berbagai masalal sosial. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, pemerintah Malaysia menawarkan sejumlah pilihan seperti amesti dan repatriasi (sebagai contoh tahun lggl, 1996, dan 1993). Namun hal tersebut tidak pernah diikuti dengan kebijakan untuk menurunkan jumlah imigran ilegal. Perekonomian Malaysia dengan sektor urama antara lain pertanian, konstruksi dan industri pengolahan padat karya, dan jasa masih membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan rendah. i. Kebiiakan Baru Pemerintah Malaysia Pemerintah Malaysia mengumumkan larangan merekrut TKI baru dan akan mengurangi jumlah tenaga kerja legal menjadi 5oo/o pada awal tahun 2002. Lnangan tersebut diikuti penanghapm t6 t n gi kerja Indonesia dengan {engan tuduhan penyalahgunaan obat terlarang dan penyebab iejumfrh d.rrronstrasi dan kerusuhan pada bulan Januari-Februari 2002. pada bulan Maret, pemerintah Malaysia mengumumkan perpanjangan amnesti untuk TKI ilegal hiniga 31 Juli 2002. sebagai tindah lanjut, pada 3l Juli 2002 mulai diberlakukrr, -hrrk r** maksimum 6 bulan peniarabtgt p-.L.rla ilegal dan majikan termasuk kemungkinan diterapkannya hukuman cambuk dan denda RM 1o.0oo. Sebagai bagiai dari kebijakan tersebut, pemerintah Malaysia menghancurhan perumaha'n liarii sekitar Kuala Lumpur dan mulai menangkap TKI ilegal. ii. Krisis Juli-September 2OO2 Tidak seperti sebelumnya, pemerintah Malaysia sangat serius menerapkan memulanghan t€nage kerja ilegal. Sekitar bulan Juli, sekitar 40 ribu tenaga kerja ilegd dipulangkan ke Indonesia. ekibrt gelombang p"l;g -ditangfap .dan TKI terjadi krisis di pufay Nunukan yaitu pintu keluar dan masuL imigral d.a1i Malaysia Timur. Gelombang balik arus migrasi meningkat dari 16 ribu pada akhir Juli menjadi 30 ribu pada awal September. Pada akhiiAgustus, lebih dari 3 ribu orang .dilaporkan rnenderita sakit dan 64 o',.ng menlnggal.. pada awal September, dibentuk taskforce di bawah Menteri Koordinasi Kesej-ahteraan Rakyat :enc;an? t. d* TV.16 yang membantu tenaga kerja yang terlantar di Nunukan. Pemerintah menyiapkan dana sebesar Rp 30 miliar untuk membantu proses pemulangan ke wilayah asal tenaga kerja. PrnneNJaNGAN AMNESTI DAN PEMBATASAN REKRUITING. Akibat berkembangnya krisis, pemerintah Malaysia memperpaniang amnesti selama 1 bulan menjadi 31 Agustus dengan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja melaporkan diri kepada pemerintah Malaysia. Pada pertengahan Agustus, pemerintah Malaysia mengumumkan pencabutan larangan rekruiting pekerja baru di sektor konstruksi. Keputusan tersebut didorong oleh kekurangan tenaga kerja di berbagai proyek di sekitar Kuala Lumpur. Hal yang sama terjadi di Sabah, banyak pekerjaan terhenti di perusahaan kelapa sawit, konstruksi, dan transportasi. Anus TKI. Sekitar pertengahan Agustus tercatat 310 ribu TKI ilegal telah pulang ke Indonesia, sementara itu 170 ribu kembali ke Malaysia. Diperkirakan sekitar 2OO - 300 ribu TKI ilegal belum kembali dari Malaysia. Khususnya di Malaysia Timur, banyak imigran ilegal bekerja secara sembunyi-sembunyi: tercatat lebih dari 100 ribu. iii. Dampak Terhadap Ketenagakeriaan Beberapa pihak berpendapat bahwa dampak negatif arus pulang TKI terhadap pasar renaga kerja relatif kecil. Jumlah TKI yang kembali secara absolut tidak terlalu besar yaitu sekitar 400 - 500 ribu (sekitar 5 - 60/o total pengangguran). Dalam jangka pendek dampak terhadap kemiskinan juga kecil karena sebagian besar telah bekerja di Malaysia cukup lama sehingga memiliki tabungan yang cukup. Namun demikian dampak ketenagakerjaan diperkirakan cukup besar di beberapa daerah pengirim utama TKI di Kawasan Timur Indonesia. Berkurangnya arus dana yang diterima dari uang yang dikirimkan dari luar negeri akan memberikan dampak langsung kepada kesejahteraan masyarakat NTB dan NTT. Iv-17 iv. Kebiiakan Masa Depan: Regulasi Migrasi Repatriasi rKI tahun 2002 tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah- Beberapa kebijakan yang perlu dilaklkan men[hindari ,.*i"rrgrry" . masalah antara ke dua negara adalah sebagai berikut. PTTAIBNTUKAN INSTITUSI INDEPENDEN MENGATUR MIGRAsI TENAGA KERJA. Pengamat hak asasi manusia menyarankan dibentuknya saru lembaga yang mengatur seluruh asp* migrasi renaga kerja (rKI) yang independen, iiarr. ai bawah Depnakenrans dan departemenlainnya. Hal ini'perL dilalukan mengingat kemungkinan rcrjadinya kolusi antere PJTKI dai instansi rerkait untuk mendapatkan jalan pintas pemberangkatan TKI tanpa mengikuti prosedur yang berlaku. PuNnvJeuAN PRAKTIK-PRAKTIK ILEGAL. Beberapa aspek kebijakan pelaksanaan rekruiting dan penempatan TKI saat ini perlu ditinjau- hembali. Sebagai conroh, keharusan TKI untuk menyerahk"tt p.rpor kepada pemberi pekerjaaniretika tiba S_Y4fftia dapat dipandang sebagai tindakan iLgal y*g *.-perlemah kebebasan TKI di luar negeri dan menjadikannyaseperti,"rrd"rr. PrxvrornuaNAAN PROSEDUR. Rekruiting dan penemparan tenaga kerja asing diatur secara ketat. Di Indonesia, hal tersebui menjadi ,,r-b., p,rrrfrrr* ii., d* Pemerasan tenaga keria yang mendorong sebagian besar TKI berangkat sendiri dibantu Pererntar'a tanpa melalui PJTKI iesmi. bua puluh tahun lalu", peraturan tersebut mungkin tepat untuk melindungi TKI dari ekploitasi karenr-li.rrrrrgrry. pengetahuan tentang prosedur administrasi perjalanan ke luar negeri -dan penerbitan ijin kerja. S.1a1jni sebagian besar TKltelah memiliki pengetrhi* y*g mengenai kondisi kerja di negera tujuan serra prosed.rr'meirperoleh-visa :kll dan ijin kerja di luar negeri. TV-18 C. Kr,ulsKINAN 1. GAureneN KruIsruNnN TAHUN 2002 Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan kronis (chronic povert) atau kemiskinan struktural yang terjadi terus menerus, dan kemiskinan semenrara (transimt pov)erty). Kemiskinan paska krisis ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat sebagai akibat dari pengurangan jam kerja dan peningkatan jumlah pengangguran. Penurunan pendapatan masyarakat tersebut membawa dampak ganda terhadap pergeseran pola kehidupan keluarga seperti pergeseran pekerjaan dari sektor formal ke informal, penurunan'porsi pengeluaran untuk kebutuhan pangan, kesehatan, dan pendidikan, serta peningkatan keresahan sosial baik di tingkat keluarga maupun masyarakat. Selama periode pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun dari sekitar 54,2 juta, orang (40,t%o terhadap total penduduk) pada tahun t976 menjadi 22,5 juta orang (It,3'/o) pada tahun 1996. Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 meningkatkan jumlah penduduk miskin pada akhir tahun 1998 menjadi 49,5 juta jiwa Q4,3o/o). Sejalan dengan membaiknya stabilitas moneter, pada bulan Februari L999, jumlah penduduk miskin berkurang menjadi 48,4 juta jiwa Q3,5"/). Penurunan ini terus berlanjut sampai bulan Agustus 1999, turun sekitar 5,3olo menjadi 37,5 juta jiwa (18,2'/o). Pada tahun 2002, penduduk miskin berjumlah sekitar 37,5 juta orang atau !7,8o/o. Penduduk miskin di perkotaan berjumlah sekitar t3,2 juta $alo/o); sedangkan di perdesaan sekitar 24,3 juta Q0,5'/'). Distribusi penduduk miskin pada tahun 2002 ridak banyak berubah dengan tahun 1996 dan L999. Pada, tahun 2002 sekitar 78,5o/o dari seluruh penduduk miskin berada di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali dengan rincian sekitar 57,5o/o dari total penduduk miskin di Jawa dan Bali, 20,5o/o di Sumatera,7,5o/o di Sulawesi,6,20/o di Nusa Tenggara, 3,9"/o di Maluku dan Papua, serta 3,8o/o di Kalimantan. Perkembangan penduduk miskin tahun t976 2002 dryrr dilihat pada Grafik IV.2. Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur memiliki persentase penduduk miskin Qlead Count Indac) yang lebih kecil dari Papua, Maluku, TV-19 Gorontalo dan Nusa- Tenggara Timur. Namun secara absolut ketiga provinsi 'd*g* k*;;il,ri^ro, tersebut m.emiliki jumlah penduduk miskin yang lebih besar dibandinfi<anprovinsi di Kawasan Timur Indonesia. _Adapun dari aspek mayoritas k9e{1 rumahtaagga miskin di pirdesaan rergantung pala sektor pertanian. sebaliknya kepala rumah rangga miskin di daer"ah banyak bekerja di sektor jasa. p.r[o;; Grafikly.2. PENDUDUK MISKIN G Eeo -50 E+r -m* -= q36 ! -,0 824 -:20 J a1)'-6 ^a ,! o s t976 1980 1984 -Penduduk Miskin 1990 1996 - 2oo2 % penduduk Miskin Tantangan utama dalam jangka pendek adalah meninghatkan hesejahreraan penduduk miskin melalui pendekatan kemanusiaan yang melnekankrn p.-.n.rh* kebutuhan dasar,, pendekatan kesejahteraan 'me"lalui p"rrirrgf"* dan pengembangan usaha. ekonomi produktif, serra penyediaan d"n perlindungan. Selain itu adalah menanggulangi kemiskinan 1r-i"rir-r*i.l ,...." homprehensif dan. terpadu- dengan melibatkan pr*iriot"h, dunia usaha, p.rg.r** ,irrggi, lembaga swadaya masyarakat, org.nirrsi kemasyarakatan, dro -rryi.tli-irt io. 2. STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN Dalam _ Pertama upaya penanggulangan kemiskinan ditempuh dua strategi utama. adalah melindungi keluarga dan kelompoL *aryarakat yang ,i.rrf**i kemiskinan sementara akibat dampak negatif ktiis ekonomi, kenaikln gnl\d dan -d"trr' kebijakan lainnya._ Kebijakan j*g!,1 p.ttd.L ini antara l.i" dit;;;t* program Jaring Pengaman SosiaI/Social. Sofrry Net fiPS/SSN), !rry.d.i.* r ---r' kebutuhan pokok untuk keluarga miskin, dan infiastrukt,rip.rd.s.rn. _ w-20 Kedua adalah membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural dengan memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan untuk berusaha. lain kebijakan Kebijakan jangka menengah dan panjang ini mencakup ^nrara penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat (communiry empo@erment), peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin (capacity building), dan perlindungan sosial (social protection). Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan multidimensi sehingga memerlukan strategi penanggulangan yang komprehensif. Kedua strategi penanggulangan tersebut di atas, perlu didukung oleh kebijaksanaan makro dan lintas sektoral meliputi: kebijaksanaan menjaga stabilitas politik dan keamanan; kebijaksanaan menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; kebijaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk; kebijaksanaan peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan; kebijaksanaan untuk meningkatkan akses usaha kecil, menengah dan koperasi ([JKMK) terhadap sumber pembiayaan, teknologi dan pasar; dan kebijaksanaan pembangunan perdesaan. Berbagai kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan tersebut dilaksanakan dengan prinsip desentralisasi, yaitu mendelegasikan proses pengambilan keputusan, ranggung jawab dan kewenangan sedekat mungkin dengan kelompok sasaran. Pemerintah daerah berperan untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan dan bertanggungjawab atas keberhasilan pelaksanaan kebijaksanaan di daerahnya. Keterlibatan pemerintah pusat terletak pada pengembangan sistem informasi yang didasarkan pada data dasar yang lengkap, akurat dan mutakhir mengenai kondisi penduduk miskin. dari upaya percepatan pengurangan kemiskinan, melalui Keppres No. 124/200L jo No. 8/2002 dibentuk Komite Penanggulangen Kemiskinan. Tim ini bertugas untuk melakukan koordinasi penyusunan dan pelaksanaan kebijaksanaan dan program penanggulangan kemiskinan dengan melibatkan instansi pemerintah (pusat dan daerah), badan legislatif, organisasi nonSebagai perwujudan pemerintah, kalangan akademik, asosiasi profesi, dunia usaha dan masyarakat. Melalui Keppres No. 2Ol2002 selanjutnya dibentuk Tim Sistem Jaminan Sosial Nasional yang bertugas mempersiapkan konsepsi dan penyusunan sistem jaminan sosial nasional, dan naskah akademis serta konsep awal RUU Sistem Jaminan tv-21 Sosial Nasional' Dengan sistem jaminan sosial diharapkan seluruh penduduk Indonesia, khususnya penduduk miskin, di masa mendat"rrg -.idrp.tk* perlindungan sosial yang memenuhi standard minimum kr-.rrrlrirrrr. progr.Sistem Jaminan Sosial akan dikembangkan berdasarkan pada sistem sosial yang telah berkembanqli masrarakat yang- meliputi protram ;.*ir.r, asuransi sosial, seperti rAsPEN, ASABRI, JAMSOSTEK, lan Rsrrs', dL progr* f"rrr.r.r, sosial (social assistancQ yang meliputi program beras murah, b"nt.r"ribeasiswa bagi keluarga mishin, program perbaikan gtzldan keseharan sena program penciptaan lapangan kerja padat karya. D. PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KoRUPsI Praktik korupsi di Indonesia telah. tumbuh sejak jaman kerajaan-kerajaan . nusantara2 hingga pada tatanan pemerintahan saat ini. \Dflalaupun bentuknya berubah sesuai dengan perkembangan,keadaan, f.r.dig-. keberadaannya dapat dikatakan hampir tidak pern'ah berubah. 1.Tl; Salah frd;; iri dianggap menjadi. sumber t.ij.diny.. praktik korupsi adalah penyalahgtrnaan ,;" /irgr.r*r. kewenangan.publik unruk mempeiolei, k.untung.n ;rib;di'@i;;; irr*y. Selain itu, belum adanya p.trirrr.n perundanglurrdlgrn yang mendukung i' pelibatan masyarakat dalam piot.t p.^*i.,r.rr-dan_"pelaksanaan berbagai hebijakan dalam ra.ngka pelaksanaan tugas umum pemerintah secara tidak langsirij ,.*.r.in memberikan peluang terjadinya praktik torupsi. Kondisi tersebut,.didasarkan pada peneritian yang rnenyatakan bahwa pada beberapa tahun terakhir, praktik ko*pri t.r.h t.l.ai"p.a. ,"t ro,. i.*fir-rr*", dan bidang kehidupan pimerintahan ,.rt.- m.syrr.t .i a.u- ,ii.r-yr"g ..rt,rp tinggi. Perkembangan tersebu, dilihat iari semaki" b.;;;6[riy. tor. i"ql {apat kata yang mencerminlcan pralrtik t o*pri daram rrehidupan ,.hrriiiri'. Titik kulminasi yang muncul dari kondisi tersebur pada ,thirrry. ,rr.*i.rit * 2 Bentuk serta modus praktik korupsi yang terjadi di masa kerajaan-kerajaan nusanrara entara penguasa tanah * dalam'tiigr.. *.ri"g*L* atau bahkan menghapuskan beban pajak yang ltaupurl h"rus dipenuii. ' Abuse of Power a:.eu The Aluse of Pyblic ofice'for Piaate Gain (The \Vorld. Bank) adelah rurnusan yang umum dipergunakan untuh *urrgg"-tarkan pengenian dan p."t;;,.;adinya lain adalah pemberian upeti kepada pimifik prahtik lcorupsi. gambaran yang sangat memprihatinkan terhadap kehidupan bangsa Indonesia yaitu ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum beserta perangkatnya secara keseluruhan. Tindakan main hakim sendiri yang sampai dengan saat ini masih sering terjadi di masyarakat merupakan salah satu indikator tidak dilakukan penegakan hukum (aw enforceftrent) secara konsisten. Demikian itga pernyattan yrtrg-*.ttyebutkan bahwa hukum merupakan alat pembaharuan masyarakat (lau as a tool of social engineering) terlihat semakin jauh dari harapan masyarakat. Kesulitan memberantas praktik korupsi, tidak saja dialami oleh aparat dalam lingkup penyelengg^raanpemerintahan dan pembangunan, tetapi juga oleh sektorsekior non-pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan secara terus menerus sejak rahun tahun t957a dengan menyusun dan memberlakukan sejumlah ketentuan perundangundangan, membentuk berbagai lembaga atau komisi yang bertanggung jawab untuk memberantas korupsi, serta menyusun dan melaksanakan Programprogram kegiatan yang terkait dengan pemberantasan tindak pidana korupsi. Namun, semakin berkembangnya tehnologi dan interaksi antara warga negara satu dan warga negara lainnya maupun antar negara satu sama lain sebagai implikasi globalisasi dunia menyebabkan lingkup dndak pidana korupsi berkembang sedemikian luasnya. Kondisi tersebut menuntut tidak hanya PenyemPurnaan atau perubahan terhadap peraturan perundang-undangan yang terLait dengan tindak pid"tr" korupsi, tetapi juga peningkatan kemampuan, keahlian dan profesionalisme penegak hukum untuk mendapatkan pembuktian yang benar-benar daptt ^p^r^t mendukung penegakan hukum dalam tindak pidana korupsi. Landasan hukum yang saat ini menjadi pedoman sejak teriadinya reformasi hukum pada pertengahan tahun 1997 adalah Ketetapan MPR No. IVIMPR/L999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang mengamanatkan beberapa agenda utama berkaitan dengan penuntasan dan pemberantasan tindak pidana korupsit yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No. 25/2000 tentang a Ketentuan tenrang tindak pidana korupsi secara yuridis formal telah diatur dalam Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM /06/1957 yang merupakan konsep pemikiran awal penyusunan IJU N o. 3 / I97 1 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 5 Arah Kebijahan Bidang Hukum butir 10 dalam TAP MPR Nomor IV/MPR/1999 renrang GBHN mengamanatkan secara tegas dan jelas untuk segera menyelesaikan dan menuntaskan perkara-perkara korupsi. IV-23 Program Pembangunan Nasional (propeil)., selanjutnya, perintah untuk segera menuntaskan kasus korupsi semakin dipertegas fagi'dalam Tep upn No. vm/MPR/2001dan TAp MpR No. vl/Mpnzooz irrrg *.nrrgaskan LembagaLembaga Tinggi Negara untuk bersama-sama mempercepar penuntasan tindak pidana korupsi. Namun keberadaan landasan hukum yang cukup kuat belum berani penunrasan pemberantasan tindak pidana korupsi dapat ,.g.r, dilakukan. Minimnya sarana dan prasarana _yang sangar dibutuhkan oleh"aparai-prrr.g.L hukum tidak mendukung optimalisasi p.n,rttrran kasus tindak pi:.;; [o*pri. Kondisi tersebut ditambah dengan lemahnya koordinasi anrara lembaga penegak hukum dan lembaga atavkomisi yattg t.rkait dengan p.-b.r.ri.;;;ffiidrr* korupsi; pelibatan masyarakat sebagai unsur puirgr*r."r, masyarakar serra ketiadaan sosok kepemimpinan nasiott.l r*q memberik"r, Lrt"t"d anan, -"-pi kesungguhan dan perhatian untuk melaksanal"n pemberantasan korupsi "g.rrd, juga menjadi kendala-kendala yang sangar betpoteisi t.rhadap ii.].r.ri"i*, a* inefisiensi pelaksanaan agenda pemberant.r.r, ti.rd.k pidana i"6i;;"f ,.hh disusun. Memasuki tahun ketiga pelaksanaan uu No. 2s/2ooo renrang propenas, Pemerintah terus *:."glp1yakan langkahJangkah srraregis a.n ,r.r.ri, yant benar-benar diprioritaskan untuk *J*p.r..prr"p.rr.rnr.rr1 kasus_kasus tindak pidana korupsi yang diharapkan dapat mengembalikan t.f.r.ryr* masyarakat terhadap supremasi hukum. ilirp; 6 fr Bab pada UU No..25l2000 tentang Propenqs, berpedoman pada isu yang prioritas, penting dan mendesak untuk dilakukan, telah Progiam p.nrrii"r* perk"ia ro-pri,'roturi -.n.t.pk* dan Nepotisme serta Pelanggaran Hak Asasi Manusia"dengan menguraik"r, blrba"iioau,o, pencapaiannya. Pertemuan antar Pejabat-Tinggi Hukum telah dilakukan pada bulanJanuari 2oo2 (Law summit y^ng merekomendasikan homiimen bersama untuk rn.rryor,rr, 4 7 ,.rr."og tindak yang strategis, d* l.-tp"* sebagai rrpny" unrrrk mengembalik"o kJp.r""y"an masyarakat terhadap supremasi hukum dalam benrut* u-, irn"^ngril;k;;;;;fi yr"gt;ip*i, h) penunrasan kasus-kasus ,..ko-g:ir ft) - pembah.-"n p.r.rir.n perundang-undangan; G) menyeluruh, sistematis, oPerasional pembaharuan_ lembaga peradilan;- (d) pembaharuan.lembai. t rj.kr".rr; dan (ej kepolisian. Rancang tindak straiegis tersebur aitu.ngflin-ailam bent,rk komirmen bersama lemlaga Lembaga Mahkamah Agong - Depanemen K.h"kim"r, dan ftak Rr.ri Ir,t"o.rria - Kejaksaan Agung p.*Lh"-* IV-24 Pada hakek^rnya, strategi dimaksud akan meliputi 3 upaya 1. pokok berikut ini : PNMNNNPAYAAN PTTINETEN MASYARAKAT Memahami makna yang terkandung dalam sebuah adagium yang merupakan cerminan tatan n pemerintahan di Eropa pada akhir tahun 1000 M: "Kekuasaan cenderung h,orup dan kekuasaan mutlak niscaya korup" (Lord Acton), maka pemberdayaan masyarakat dianttrar:ya dalam bentuk baik pelibatan- meuPun pengawasan masyarakat terhadap keberlangsungan kehidupan bernegara *.rip.tnyai peranan yang sangat penting dalam mengurangi bahkan memberantas praktik korupsi yang terjadi pada komunitasnya. Pelibatan masyarakat y^rLg merupakan salah satu pilar konsep Oprn Go,uernmenf, seharusnya sedapat mungkin diberlakukan dan diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, tenrtama yang berkaitan dengan ketataneguaafl. pemblrdayaan pelibatan masyarakat tersebut antara lain dapat diterapkan dalam hal: a, Proses Perumusan dan Penyusunan Kebiiakan Publik Di Indonesia pemberdayaan masyarakat dalam Proses Penyusunan dan penrmusan kebiiaian publik belum menuniukkan Peranan Y^ng berarti'8 b.rrr.rrro perundang-undangan yang terkait dengan Penyusunan_dan Perumusan kebijakan masih belum memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat ikut berperan secara aktif dalam Proses tersebut. - dan Kepolisian dalam perremuan antar Pejabat Tinggi Hukum (Law Summit II) pada' tanggd 16 Oktober 8 2002. Saar ini telah disusun RUU tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang'undangan (Inisiatif DPR) dan RUU tenrang Kelentuan Pokok Peraturan Perundang-undangan (Inisiatif iremerintah) sena RUU tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundangundangan yang parrisipatif, yang kesemuanya rnencoba untuk merumushan upaya meningkatkan - pelibatan merupakan upaya -"ryrr"k"t dalam peny,rsunan dan penrmusan kebijakan publik, RUU tersebutRUU.dan Keppres TataCaraMempersiapkan tentang ig8/tgg8 No. .rrrrrrk -.rrggantikan Ii.ppr.r koordinasi pada penekanan memberikan ini garis besar secara No. aa/ggVy"ng selama Pengaturan horisontal antar lembaga pemerintah. rv-2s Padahal peluang. terjadinya praktik korupsi sangat besar dan melekat pada Proses Penyusunan dan Perumusan Peraturan perundang-undangan (egislasi), taik dalam bentuk primary legislation (konstitusi) ataufun seiondaS legiktion (peratutan pada umumnya tidak didasarkin pada _perundang-undangan)t fang kehendak dan kebutuhan masyarakat melainkan hanya didasarkan pada astrmsiasumsi Pemegang kehuasaan semata yang seringkali tidak *.l1|.ti proses penyusunan yang panisipatif.e Dalam rangka mengatasi hal tersebut, pemerintah berupaya untuk menemukenali peraturan perundang-undangan yang secara substanii dipandang tidak lagi sesuai dan perlu untuk disempurnakan/diubah mengingat baik proses maupun pelalcsanaannya_belum mencerminkan nilai-nilai yang i.tlrrrdung i.lakonsep open gol)ernment.ro Salah saru undang-undang y^ng menjadi prioritas untuk dipercepar pengajuannya ke DPR adalah penyempurnaan UU No. 8/L98t t.ntrog Kiiab undang-undang Hukum Acara Pidana (KuHAp) sebagai suaru up^yi untuk menyelesaikan tumpang tindih kewenangan yang selama ini terjadi ^ni^r^lembaga penegak hukum dan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan Sistem Peradilan Pidana (SlqD atav "Integrated Crirninal lustice System". Sehingga -Terpadu diharapkan akan terjalin suatu kerjasama dan koordinasi yang lebih baik antara ap?r^t.penegak hulym sepeni Polisi, Jaksa, dan Penyidih pegawai Negeri Sipil (PPNS) lchususnya dalam mempercepat penuntasan kasus tindak pidana k6rupsi. s-elain itu, penyempurnaan KUHAP juga dilakukan untuk pembuktian di pengadilan untuk mempermudah kasus tindak pidana korupsi melaiui beban e Pembahasan mengenai perumusan hebijakan publik sebagai bagian dari Bab III Reformasi Ljeislasi Sebagai Salah Satu. Upaya Mer,ingkatkan Kepastian dan Kepercayaan Masyarakat pada Hukum terdapat dalam Perckonomian Indonesia Tahun iOO2: Prospeb dan Kebliohzn, App*or. Konsep ngnrglelesaraan pemerintahan yang terbuk^ (Open Gooernmmt) ]t konsep dasar Good Goaernance. Pada adalah salah satu hakekatnya konsep pemerintahan yang ,.rb,rk. mengandung pengertian bahwa seluruh kegiatan pemerintahan terutama yang berkaitan dingan kepentinian dan hajat hidup masyarakat luas harus transparan, dapat diamati dan diawasi olehkasyaiakat. "Untuk daPat melakukan hal tersebut, mxyarahat harus memiliki hek dalam memperoleh informasi yang dikuasai oleh pemerintah dengan pengecualian pada jenis.jenis informasi tenentu lctasitpla information). IV-26 pembuktian terbalik (Shtfting the Burden of ProoJ),t' sebagaimana diatur dalam UU No.2012001. Mengingat tindak pidana korupsi adalah salah satu bentuk kejahatan dari \Vhite Collar Crime dimana kejahatan yang dilakukan pada umumnya lebih sistematis dan dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan, maka uPaya pengumpulan barang bukti tindak pidana tersebut menjadi sangat sulit. Oleh karena itu, penerapan pembuktian terbalik dipandang sebagai sultu terobosan hukum yang rkrtt r.og.t membantu menuntaskan kasus-kasus tindak pidana korupsi. Selain penyempurnaan KUHAP, Peraturan perundang-undangan lain yang dalam proses pembaharuan adalah ketentuan mengenai pengadaan barang dan jasa yang diperlukan oleh Pemerintah t fang selama ini diatur melalui Keppres No. 1B/2OOO. Penyempurnaan Keppres ini dipandang sangat pedu dan mendesak serta telah menjadi salah satu perhatian Pemerintah dan beberapa lembaga domor seperri Vorld Banh dan Asian Deueloprnent Bank (ADB) mengingat nilai pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah cukup besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) seriap tahunnya.l2 Lebih lanjut berdasarkan beberapa penelitian, proses pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah ternyata sangat rentan terhadap praktik korupsi. Disamping melakukan PenyemPurnaan terhadap berbagai Peraturan perundang-undangan, juga sedang disusun dan dirumuskan sejumlah Peraturan perundang-undangan baru dimana konsep pemikiran y^ng melandasinya diselaraskan dengan semangat pemerintah^t yang terbuka yang merupakan salah satu penjabaran konsep good gooelnanca Beberapa rancangan Peraturan perundang-undangan y^ng materi Pengaturannya mendukung vPaya tt UU No. 20/200L tentang Perubahan Atas UU No. 3tliS99 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kepada terdakwa tindalr pidana korupsi diberikan hak untuk membuktikan bahwa dirinya tidak melakukan tindak pidana korupsi Sebagaimana diatur dalam pasal 37,37A dan 38 sebagaimana pembuktian yang diajukan oleh Jaksa. Dalam hal terdakwa dapat membutikan bahwa dirinya tidak melakukan, maka pembuktian tersebut dipergunakan oleh Pengadilan sebagai dasar untuk menyatakan bahwa dakwaan tidak terbukti. t2 Nilai pengadaan barang dan jasa Pemerintah dalam APBN adalah sekitar Rp 67,2_triliun atau ApnN 2001 dan sekitar Rp 78,2 triliun atet23Yo dari RAPBN 2002. Jumlah tersebut belum termasuk nilai pengadaan y^ng diadakan oleh Pemerintah Daerah yang bersumber dari Pen&patan Asli Daerah (PAD) sefta pengadaany^ngdilakukan oleh BUMN dan BUMD. 20o/o dari tv-27 Pemberantasan tindak pidana korupsi dianraranya RUU Kebebasan Memperoleh Informasi dan RUU Perlindungan saksi dan Korban dalam konteks korupsi.t, Pada prinsipnya pokok-pokok pengaturan dalam RUU Kebebasan Memperoleh Informasi menitikberatkan pengaruran terurama pada kemudahan masyarakat untuk memperoleh informasi dengan pengecualian pada jenis-jenis informasi tertentu (dassified information) serta perrciptaan peluang keterlibatan masyarakat dalam Proses penyusunan dan perum.tsan kebijakan p"Utit melalui pendekatan proses yang rrans paran, panisipatif, dan benanggung-gugar. . pikiran lain yang melandasi RUU Perlindungan l:k.!edanya Korban dan Saksi kehendak untuk memberikan dan menjamin perlindungan hukum {alair bagi korban dan saksi pada perkara tindak pidana korupsi, dimana kegagalan Peflarrgarnan kasus-kasuslorupsi seringkali disebabkan oleh sanger k,rrangnya alatalat bukti termasuk saksi-saksi. Dengan berlakunya ketentuan ini diLaiapkan proses penuntasan dan penanganan kasus-kasus korupsi yang pada umumnya melibatkan aparat negara araupun pejabat negara akan dapat diselesaikarr. _ Sebagai agenda kegiatan jangka menengah dan panjang, upaya penyempurnaan dan penyusunan Peraturan perundang-undangan ini ailakukan oleh'Pemerintah dalam_rangka menerapkan nilai-nilai dan semangat penyelenggaraar:pemerintahan yang bersih, terbuka dan profesional melalui penciptaan prt"""g yang seluasluasnya bagi masyarakat untuk dapat terlibat dan berper"rtt.r-.r,rt dahm hal melakukan pengawasan terhadap tata pemerintahan. yang i*og diharapkan prakte tindak pidana korupsi dapat dikurangi atau bahkan, idealnya, dihilangk"tt. N"mtro.rp"y"-.rp"ya ini tid"k "L"r, efektif pelaksanaannya apabila ddak disenai dengan kehendak dan ^diyi aturan dan komitmen bersama untuk dengan kesungguhan melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama tersebut. m-asa 1r saat ini proses penyusunan dan perumusan kedua RUU tersebut telah pembahasan antara Pemerintah dan Dewan perwakilan Rakyat. berada pa& tahap b. Proses Beracara di Pengadilan Sebagaimana diketahui, praktik korupsi di Indonesia telah berlangsung cukup lama dan dapat dikatakan telah pula mengakar dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu upaya yang dipandang sangat mampu berperan mengurangi praktik korupsi adalah dengan menyelenggarakan pengawasan yang dapat dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri. ini, lembaga Pemerintah yang melakukan fungsi pengawasan sudah cukup banyak dirntaranya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPKP, dan Inspektorat Saat Jenderal pada masing-masing lembaga pemerintah berkaitan dengan pengawasan pengelolaan keuangan negarx. Namun efektivitasnya dirasakan belum sepenuhnya optimal. Upaya pengawasan lain yang saat ini semakin berperan untuk mendorong dan melengkapi fungsi pengawasan yang telah diselenggarakan oleh lembaga Pemerintah adalah pengawasan oleh masyarakat. Kesadaran untuk menciptakan penyelengg^ratn pemerintahan yang baik, telah mendorong masyarakat untuk berperan dan terlibat secara akitf dalam menyelenggarakan pengawasan. Ini dapat diamati dari semakin meningkatnya peran media massa dalam mengungkap kasuskasus yang berindikasi korupsi. Disamping itu, kehadiran lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) sepeni Indonesian Comuption ll/atch [ClUf) dan lembaga independen lain seperti Ombudsman, Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) turut berperan dalam melakukan pengawasan secara langsung terhadap sikap tindak para penyelenggaraan negara. Pelibatan masyarakat dalam rangka melaltukan pengawasan atas keberlangsungan kehidupan bernegara merupakan hal yang sangat positif dan perlu terus dikembangkan. Untuk itu pemerintah perlu segera menyiapkan perangkat pengaturannya, yang meliputi afltara lain mekanisme drn tata cara pengawasan serta akuntabilitas pelaku pengawasan, dalam bentuk ketentuan yuridis sebagai landasan hukum pelaksanaan pengawasan. Pada lembaga peradilan, dugaan dan persepsi terjadinya praktik korupsi juga telah berlangsung cukup lama dan sebagai akibatnya kepercayaan dan keyakinan pada lembaga peradilan semakin terkikis. Pada umumnya dugaan praktik korupsi di lembaga peradilan salah satunya berawal dari ketiadaan ahses informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan proses pengambilan purusan pengadilan. , Sebagai akibatnya, pada perkara-perkara yang menarik perhatian publik seperri kasus raiskganah Goro Batara Sakti, masyarakat seringkali mendu[a telah terjadi praktik korupsi dan konspirasi dalam proses pengadilan. Dengan akan disusunnya R{JU tentang Komisi Yudisial yang independen, yang saat ini sedang disusun dan disiapkan oleh Mahkamah Agurg, diharapkan hakim yang melakukan praktik korupsi dan kolusi di lingkungan peradilan dapat ditindak r...r, hukum. Ketiadaan akses informasi kepada masyarakat antara lain karena adanya ketentuan-ketentuan yang mengatur bahwa hanya pihak yang berperkara yang dapat memperoleh salinan putusan pengadilan. Pengaturan teriebut-membeiikan peluang bagi para Hakim untuk berlindung dibalik independensi peradilan dengan melakukan praktik korupsi. Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi mengenai Putusan pengadilan, meskipun bertujuan untuk melakukan pengkajian dan pengembangan ilmu hukum, wajib memperoleh ijin terrenru Jari-Ketua Pengadilan.la Disamping itu, keterbatasan sarana seperti sistem penatausahaan dokumen lplling) termasuk putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum terap, penerbitan Peraturan dalam berbagai bentuh diantaranya Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung, yang seharusnya disosialisasikan kepada masyarakat luas, merupakan tantangan dalam penyediaan akses informasi kepada publik. Lebih lanjut, kemampuan sumber daya manusianya juga berpe ran- dalam menghambat penyediaan akses dimaksud. Berkaitan dengan hal tersebur, saat ini, Mahkamah Agurg telah menyusun suatu Rencana Tindak Strategis (Strategic Actions Plan) 2AOFZOAI yang disusun sebagai suatu upeya untuk membangun dan memulihkan kepercay^ n ^^ty^rakat Padl lembaga peradilan. Rencana tindak dimahsud lain meliputi ^ntara peningkatan sistem dan prosedur peradilan melalui pengembangan sistem manajemen peradilan yang diantaranya melakukan penyempurnaan sistem " . Pada dasarnya ketentuan ini tidak sejalan dengan prinsip proses peradilan yang menyatakan bahwa semua putusan pengadilan harus diucapkan dalam sidang yang terbuta untuk umum. Dengansedang dibahasnya RUU tentang Kebebasan Memperoleh Informasi, diharapkan hambatan akses informasi akan segera teratasi. TV-30 manaiemen perkara, penyusunan sistem kendali internal yang menitikberatkan pada masalah pengawasan, dan penyusunan sistem manajemen kinerja peradilan. Berdasarkan rencana tindak strategis tersebut, dalam rangka mempercepat pemulihan kepercayaan masyarakat pada lembaga peradilan, pengembangan sistem manaiemen peradilan merupakan prioritas utama yang akan dilaksanakan sebagai program jangka pendek dan menengah. Disamping itu, Mahkamah Agungr sejak pertengahan tahun 2000, juga telah menerapkan Dissenting Opinion khusus pada perkara-perkara kepailitan dalam lingkup peradilan Niaga,tt sebagai salah satu bentuk mekanisme pengawasan masyarakar terhadap berlangsungnya proses peradilan dan kompetensi seorang hakim termasuk mutu putusan yang dihasilkannya. Menyadari sangat pentingnya hal tersebut, PeneraPan dan pemberlakuan dissenting opinion di semua lingkungan peradilan telah diatur dalam penyempurnaan UU No. L4/1985 tentang Mahkamah Agung. Namun demikian, pemberlakuan tersebut tetap memerlukan perangkat peraturan lain yang mendukung. Oleh karena itu, perlu segera disusun penyempurnaan peraturan hukum tca:,: peradilan perdata ftIIR) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Masih berkaitan dengan masalah pengawasan terhadap kelangsungan beracara di Pengadilan, Perubahan Ketiga UUD t945 mengamanatkan dibentuknya suatu Komisi Yudisial yang mandiri dan berwenang untuk mengusulkan pengangkatan Hakim Agot g sefta menjaga, menegakkan kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku Hakim, yang diharapkan dapat mengembalikan citra Hakim sebagai pemberi keadilan bagi masyarakat. Berdasarkan pengalaman negara-negara lain, keberadaan komisi dimaksud, yang juga dipandang sebagai salah satu ciri negara demokrasi, merupakan hal yang biasa dalam rangka melakukan pengawasan. Namun demikian, tugas, fungsi dan kewenangannya tidak selalu sama dan unik karena hal tersebut didasarkan pada tt Penerapan dan pemberlakuktr Dissenting Opinion diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung No.2/2000. w-31 tata pemerintahan dan sistem hukum sena konfigurasi politik yang didasarkan pada kondisi sosial-budaya dan sejarah suaru netara. 2. PEIUSnNTUKAN LEMBAGA INDEPENDEN ANTI Konupsl Dalam rangka melengkapi dan memperkuat agenda pemberantasan tindak korugsi, pembentukan Komisi Anti Korupsi yang merupakan pelaksanaan 49ry UU No. 31/1999 sebagai suatu lembaga independen, telah diretapkan iengan UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindalc Pidana Korupsi d.rgro tugas antar^ lain melakukan penyelidikan, penyidikan dan penunruranierhadap tindak pidana_ korupsi. Diharapkan dapat segera dibuat ,rrrr., mekanisme yang tida! mengakibatkan benturan kewenangan dengan Kejaksaan, lembaga k.p-olisian. Kegagalan lembaga-lembaga yang lalu pada umumnya disebabkan oleh adanya ketidakplstian tugas, fungsi, dan lsewenangan yang diberikan sehingga seringlali duplikatif dengan kewenangan penyidikan tindak pidrnr korupsi yrtif *.-pikro bgian rugas Kepolisian dan Kejaksaan. Disamping itu, r^r^ r idan piosedur serra efektivitas pelaksanaan kegiatan lembaga dimaksud masih ,.1"1., menjadi pertanyaan yang parur untuk dijawab. _ ... Konsekuensi yang sengat penting dengan terbentuknya komisi ini adalah dileburnya KPKPN ke dalam komisi pembetatuasan kbrupsi. Permasalahan yangmasih dihadapi adalah bagaimana menempatkan fungsi KPKPN kedalam komisi pemberantasan korupsi, menempatkan sejumlah personalia KPK?N serta masalah infrastruktur. 3. PrNNcx,q,TAN KuALITAS DAN KnM.q,MpuAN SDM Agenda terakh_ir yang dinilai akan sangar mendorong pemberantasan tindak pidana korupsi dalam panjang adalah pelatihan bagi aparat hukum. r.n.m. perceparan dan jangka ,ienengat, Bgnujuan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia aparat penegak hukum, saat ini sedang disusun dan {i bid_ang hukum, terutama disiapkan berbagai jenis pelatihan yang menitikberatkan pada pen,intasan kasuskasus korupsi, diantaranya meliputi pelatihan untuk p"r" p.rryidik dalam rangka meningkathan kemampuan melakukan penelusuran i^n^ kekayaan yarr.g rl/-32 diperoleh dari praktik korupsi (Tracing Asset Training) dan pelatihan berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh dan mengumpulkan alat-alat bukti, yang pada ,rmum nyl- pada kasus-kasus korupsi sangat sulit ditelusuri dan dicari (Formsic Account). Kemampuan tersebut sangat bernilai untuk dapat mengupayakan pengembalian kekayaan negera melalui penyitaan terhadap harta kekayaan pelaku ina* pidana korupsi yang diperoleh dari praktik korupsi yang dilakukannya. Disamping itu, di lingkungan lembaga peradilan, Mahkamah Agung, * berdasarkan Rencana Tindak Strategis Tahun 200t 2005, sedang mempersiapkan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Upaya dimalcsud int^r^ lain meliputi pengembangan profesionalitas tenaga Pengadilan salah satunya melalui peninjauan kembali pengaturan tentang pengangkatan dan pengembangan karir hakim. Selanjutnya, Mahkamah Agung telah mempersiapkan pula pelatihan khusus untuk para Hakim dalam rangka menangani Penuntasan k.rrrr- korupsi dan mengantisiPasi adanya 'pemikiran pembentukan suatu Pengadilan khusus Korupsi sebagai bagian dari lingkup Peradilan LJmum. E. TnecEDr BALI Ledakan bom di Kuta, Bali, tanggal 12 Oktober 2002 mengakibatkan lebih dari 180 orang meninggal dan lebih dari 300 orang lukalulca. Mengingat Bali adalah daerah *imt" yang paling penting di Indonesia, maka tragedi Bali tidak saja berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi Bali, tetapi iuga terhadap perekonomian trrriott.l. Sebagai daerah wisata internasional yang relatif aman' tragedi Bali menggugah keprihatinan masyarakat internasional. Tragedi Bali semakin meyakinkan pemerintah dan masyarakat bahwa rerorisme dapat terjadi dimana saja termasuk di Indonesia. Terorisme' aPaPun metoda yang digunakan, merupakan suatu bentuk penggunaan kekerasan (oleh suatu kelompok) untuk menekan pemerintah dan/atau masyarakat, agar menerima runrutan perubahan sosial atau politik secara radikal. Spektrum latar belakangnye sangat beragam, dapat timbul karena masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan hanyasekedar gangguan kejiwaan. Terorisme merupakan potensi ancaman bagi setiap negara kaya maupun miskin. Dengan kata lain, suatu negara tidak dapat IV.33 mencegah timbulnya terorisme hanya dengan memperbaiki perekonomian saja. Banyak hal-hal leinyangtidak terduga menjadi penyelab aksi terorisme Dalam sejarahnya, terorisme muncul dalam berbagai bentuk. Sejak tahun 1990 motivasi, strategi, dan persenj^t^ n yang digunaLan i.rus -.rgrlr*i perubahan dengan kemajuan teknologi. Teroriime yang berkemb"ang sekarang ini l.iti"g lebih diilhami oleh inspirasi separatisme etnis atau-prilordial. Aksi-aksi terorisme yang Po|uler digunakan adalah dengan menggun'akan bom. Sasaran peledakan yang dipilih biasanya lokasi-yang dipadati -"ryrmk"t arau alar transpor;si masal, seperti perkantoran, plaza, kereta api, atau pesawat terbang untuk menimbulkan kesan luar biasa. . Berkaitan _dengan tragedi Bali, dunia internasional menyatakan keprihatinan dan-mengutuk aksi terorisme tersebut. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi PBB No. 1438 yangmeminta agar seluruh anggota Dewan Keaminan pBB membantu Indonesia untuk menangkap pelaku drn peitgorganisasi teror Bali serta mengajukannya he pengadilan. Resolusi tersebut j"g" te"gingatkan kepada seluruh anggota PBB untuk bekerjasama memerangi t.ro--tis*. rJb"[.i*ana terrera pada resolusi sebelumnya yang terkait dengan iragedi wTc, frew york, 11 September 2001. Tragedi Bali akan berpgngaruh terhadap perekonomian Bali pada khususnya dan perekonomian nasional pada umumny". B.rrroya dampak tragedi Bali sangar tergantung pada uPaYa pemerintah dan masyarakat ,rntuk Leminimalkan Pengaruh negatif yang timbul. Analisa dampak tragedi Bali dapat dilihat pada Bab tr. Secara umum kebijakan yang ditempuh pemerintah mencakup 5 upaya pokok yang secera keseluruhan diarahkan untuk memulihkan citra Bali yairu p.rr"rrg"rr"r, korban ledakan bom;_peningkatan keamanan termasuk upaya untuk menguigkap dan menemukan pelakuknya; pemulihan prasarana fisit< di daerah i.dri.o; pemulihan kondisi ekonomi termasuk ynayr untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap perekonomian nasionrl; sen. penciptaan jaring" pengaman ( sosial bagi masya rakat yangterkena dampak lat gs,.rng dari tragedi Bali." ' TV-34 Dalam hal penanganan korban meninggal pemerintah berupaya untuk menemukan ideniitas para korban secara ilmiah dengan melakukan pemeriksaan DNA. Sedangkan ,rntuk korban cacat dan korban trauma diupayakan mendapatk"t p.trrrganan secara cePat dalam bentuk Perawatan gratis' asuransi, konseling berkala, pendampingan, dan sebagainya' lJprya peningkatan keamanan diarahkan untuk memperkecil kemungkinan ,.r;"diny" it"g.d"i senrpa baik di Bali maupun daerah-daerah wisata lainnya. Seminggu r.t.lrh tragedi Bali, pemerintah mengeluarkan dua Peraturan Pemerlitah Pengganti UU (Perpu), yaitu Perpu No. t/2002 tentang Pemberantasan T.i"a* Pidana Terorisme dan Perpu No. 2/2002 tentang pengusutan Kasus Peledakan Bom di Bali, serta dua Instruksi Presiden, yaitu i"pir No. 4/2002 yang pada intinya menginstruksikan kepada Menko Polkam ,rrtrrk merumusk"" t.Ul;"t anyangkomprehensif dan terpadu bagi pemberantasan tindak pidana terorism. dan-Inpres No. 5/2002 yang memerintahkan kepada 'B"d"n Intelijen Negara untuk melakukan koordinasi pelaksanaan Kepala . oper"siorral kegiatan inteliien seluruh instansi. Beberapa butir penting yang diatur dalam Perpu No. 1/2002 ini antara lain atau sebagai betik rt. Setiap ot"og yang dengan sengaja .*:."gg"""kan kekerasan rasa atau teror suasana kekerasan menimbulkan ,raa"*an kekerasan .i"r, "rr."*an takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal, orang dengan .rr" -.r.*pas kemerdekaan atau hilangnya nyaw^ dan harta benda lainl atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital y^ng strategis= at"., lingkungan hidup atau fasilitas pub!i\. atau fasilitas irrr.in"rior"[ dlpid"tta d.ig"n pid"n" mati atau penita seumur hidup atau pidana dan paling lama20 (dua puluh) tahun' penjara paling singkat + G-p"r)tahun Selanjutnya setiaP orang yang dengan sengaja memberikan bantuan atau kemudahan terhadap-pelakuiindak pidana terorisme dengan: (i) memberikan atau t h"ttt kekayaan- lainnya kepada pelaku tindak meminjamkan u"ng aia., bararrg "tt pidana terorisme; [i1 ttr.ny.*bunyikan pelafru tindak pidana terorisme; dan (iii) *.ty.*brrnyikan'informasi tentang dndak pidana terorisme akan dipidana d.rrgrl pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (ima belas) tahun. TV.35 Kesungguhan pemerintah untuk menciptakan kepastian hukum dalam tindak terorisme ini diharapkan dapat mengembalikan kepercayt n internasional kepada Indonesia. Masyarakat internasional diharapkan mendukung upaya ini dan bukan malah mengucilkan Indonesia. Pemberantasan terorisme- yang dilakukan pemerintah tidak terkait dengan Islam dan bukan ditujukan untuk lengeLarrgan kebebasan dan gerakan Islam. No. 4/2002, Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan D.r! _ Penanggulangan Terorisme. Langkah-langkah yang Sesuai Inpres membentuk dilaksanakan oleh Desk Penanggulangan Terorisme tersebut Jirtttrr"nya meliputil (1) peningkatan investigasi atas peledakan bom ranggal 12 Oktobe ZOOZ di Bali baik motif, pelaku dan jaringan secara runras, Q) peningkatan pengamanan t masyarakat, aktivitas keamanan swakarsa, maupun upaya pt..tr*ri, (3) peningkatan Pengamanan pada pusat kegiatan masyarakat, obyek dan proyek vita! serta transportasi masal, (4) peningkatan kerjasama internasional dalam rangka pengungkapan jaringan terorisme internasional, (5) peningkatan upaya pembentukan_ opini publik dan public trust, dan (6) peningkatan kerjasama koordinasi dalam bidang intelijen dan penegakan hukum. Melalui serangkaian langkah investigasi, pada akhir bulan November 2002 pihak kepolisian telah_lnengungkap jeringm pelaku peledakan bom di Bali yang juga dicurigai terlibat dalam peristiwa peledakan di beberap a gereja di Jakarta pada malam Natal tahun 2000 serta beberapa tempat lainnya di Indonesia. Dengan terungkapnya kasus peledakan bom di Bali ini diharapkan kepercayaar, *"ryrr"krt baik domestik maupun internasional segera pulih. Untuk meningkatkan keamanan terhadap aksi terorisme internasional dan sekaligus menjamin keselamatan terhadap wisatawan asing perlu dikembangkan sistem keamanan terpadu yang mampu menciptakan rasa aman bagi wisatawan di daerah-daerah wisata penting, termasuk sistem informasi yaig memastikan keberadaan wisarawan asing di Indonesia. Pemulihan presarana fisik dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi infrastruktur sepefti sebelum terjadinya tragedi Bali ying sekaligus akan mengurangi ingatan bahwa tragedi tersebut pernah terjadi di Bali. Pemerintah TV.36 sedang memperbaiki prasarana jalan di lokasi kejadian, sarana dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. publik yang rusak Dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi Bali, pemerintah berupaya untuk memberikan perlindungan (safeguarQ pasar dalam negeri, khususnya untuk produk-produk kerajinan dari Bali, yang terpukul akibat kasus peledakan bom di ba[. Perlindungan ini diarahkan untuk mendorong pulihnya industri ekspor dan perekonomian setempat, meliputi: (i) insentif bea masuk yang akan diterapkan apabila terjadi injury pada produk garmen dari Bali karena peristiwa bom; (ii) pemberlakuan kuota impor tekstil ke Bali; sena (iii) perlakuan khusus (special ireatment) berupa pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bahan baku untuk kebutuhan industri kerajinan di Bali. Upaya lainnya dilakukan Bank Indonesia dengan memberi perlakuan khusus terhaJap kredit perbankan di Provinsi Bali melalui penetapan Bali sebagai distresed d,rea yaitu daerah yang memerlukan Penanganan khusus untuk mendorong pembangunan ekonomi. Perlakuan khusus dimaksud berkaitan dengan penilaian tuafitas kredit dengan plafon maksimum Rp 1 miliar y^ng akan disalurkan kepada nasabah usaha kecil dengan didasarkan pada ketepatan membayar pokok dan bunga, tidak didasarkan pada prospek usaha dan kondisi keuangan. Perlakuan khuius berikutnya adalah dengan menggolongkan kualitas kredit y^ng direstrukturisasi ditetapkan sebagai kredit lancar dalam jangka waktu satu tahun dengan persyaratan: (i) kredit disalurkan kepada nasabah debitur yang memiliki .rr"hr dinafi; (ii) memiliki kualitas Lancar atau Dalam Perhatian Khusus sebelum terjadinya tragedi Bali; dan (iii) telah atau diperkirakan akan mengalami kesulitan pembryaran pokok atau bunga kredit yang disebabkan oleh dampak tragedi Bali. Serangkaian promosi dan kampanye Bali sebagai salah satu temPat wisata paling r*.o di Indonesia dengan pemberian berbagai fasilitas perjalanan ke Bali, 6aik di dalam dan luar negeri ditingkatkan serta pendekatan komprehensif kepada negara-ne g ar a y an1 menerapka n tr attel ban ke Indonesia dilakukan. Dalam penciptaan jaring pengaman sosial bagi masyarakat yang terkena dampak langsung dari tragedi Bali, saat ini sedang diidentifikasi kelompok masyarakat yang terkena dampak langsung atas tragedi tersebut antara lain masyarakat miskin, pekerja kasar, dan UKM. Selanjutnya Program bantuan IIi-37 Pelayanan dasar dalam bidang kesehatan dan pendidikan kepada para korban di provinsi Bali dan daerah sekitarnya sedangkan disiapkan. Dengan langkah-langkah ini diharapkan dampak negatif tragedi Bali baik terhadap p.r.koiromian nali maupun perekonomian nasional dapat diminimalisir. rv-38 Derten Pustere Bank Indon esia. Statistik Ekonomi Keuangan Ind,onesia. Berbagai Edisi. Statistik, Ekonorni Moneter Indonaia. Berbagai Edisi. Bappenas. 2002. Laporan Perkembangan Ekonomi Makro: lanuari -Desember 2002. 1999. Menatap ke Depan Perehonomian Nasional. 200L. Perekonomian Indonesia Tahun 2001: ProEek dan Kebiiakan. .2002. Perekonomian Indonesia Tahun 2002: Prospek dan Kebijakan. 2Q02. Rencana Pembangunan Taltunan (REPETA) Tahun 2003. BKPM. 20Q2. Perkembangan Pusetujwn Penananan Modal. Desember. BPPN. 2002. Laporan Bulanan. November. BPS. 2002. Indikator Ketmagakeriaan Agustus 2002. Berbagai Indikator Ekonomi dan Sosial. Booth, Anne. 1990. The Tourism Boorn i.n Indonesia. BIES. 26:3.}lal. 45-73. Danareksa Research Institute. 2002. Indek KEeruyaan Konsumm dan Indcks Satimett Bi,snis. Berbagai Edisi. Inrernational Monetary Funds (IIV[F). 2Q02. lVorld Economic Outlook. April dan September. Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan. 2002. Suruei Nasional Mmgmai Korupsi di Indonesia'Laporan Akhir Pebruari 2002. 2002. Editor : Hamid Basyaib, Richard Holloway, dan Nono Anwar Makarim., Mmcuri [JangRabyat : Dari Puncah Sampai Dasar. Editor : Hamid Basyaib, Richard Holloway, dan Nono Anwar Makarim. 2QQ2. Mmcuri UangRabyat: Mmcari Paradigma Baru. Mahkamah Agorg R.I. 2001. Rmcana Tindah strategis Tahun 2ool-2ooj. Manning, C. 2003. Structural Cbange, Econornic Crisis and Intemational Labor Migration in EastAsia. Vorld Economy. Z3Q). Tim Persiapan Pembaruan Hukum dan Peradilan. Kantor Menko Polkam, Bappenas, dan Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia. ZOOZ. Rancangan Tindak Pembaruan Hukum. United Nations Conference on Trade and Development (LINCTAD). 2002. \Vorld, Inaestment Report, Ketetapan MPR No. Ketetapan MPR rvlMPR/l999 tentang Gari*garis Besar Halaan Negara. No. VIII/MPR/2001 rentang Rekornmdasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, ckn Nepotisrne. Ketetapan MPR No. VI/MPR/2002 tentang Reh.ommdasi atas Laporan pelakanaan Putusan MPR-RI oleb Presiden, DPA, DpR, BpK, MA pada stdangTabunan MqR-RI Tahun 2002 Undang'Undang No. 14 Tahun l97Q tentang Pokok-Pokok Kekuasaan KebakimanUndang-Undang No. 14 Tahun1985 tentang Mahkamah Agung. Undang'Undang No. 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentan g program pembangunan Nasional. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubaban Atas Undang-ttndang No. 31 Tahun 1999 tentangPemberuntasan Tindale pi.dana Korupsi. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2000.