Palestina, Tanah Kaum Muslimin

advertisement
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Palestina, Tanah Kaum Muslimin
PALESTINA, TANAH KAUM MUSLIMIN
PALESTINA NEGERI PILIHAN
Inilah tanah pilihan, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan keberkahan tanah Palestina,
tanah yang juga termasuk bagian dari Syam. Keberkahannya ini dapat dirunut, misalnya Syam
menjadi tempat hijrah Nabi Ibrahim Alaihissalam, tempat singgah Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika menjalankan Isra dan Mi’raj, tempat dakwah para Nabi. Dakwah yang
membawa misi agama tauhid. Dan juga lantaran keberadaan Masjidil Aqsha di tanah Palestina
yang penuh berkah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
‫ﺇِﻧﱠﻪُ ﻫُﻮَ ﺍﻟﺴﱠﻤِﻴﻊُ ﺍﻟْﺒَﺼِﻴﺮُۚ ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﺃَﺳْﺮَﻯٰ ﺑِﻌَﺒْﺪِﻩِ ﻟَﻴًْﻼ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍْﻷَﻗْﺼَﻰ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﺑَﺎﺭَﻛْﻨَﺎ ﺣَﻮْﻟَﻪُ ﻟِﻨُﺮِﻳَﻪُ ﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺗِﻨَﺎ‬
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil
Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan
1 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui” [al-Israa/17 : 1]
Selain memuliakan tanah Palestina, Allah juga memilih Mekkah dan Madinah. Begitulah Allah
telah mengistimewakan wilayah Syam, dan Masjidil Aqsha. Dan Allah memilih Nabi kita,
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menjadikannya sebagai khatamul anbiya wal
mursalin.[1]
BILAMANA KEBERADAAN BANI ISRAIL DI BUMI PALESTINA?
Masa Nabi Ya’qub Dan Nabi Yusuf
Sejarah Yahudi bermula sejak Israil, yaitu Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim Al-Khalil, yang tumbuh
di daerah Kan’an (Palestina) dengan dikarunia sejumlah 12 anak. Mereka itulah yang disebut
asbath (suku) Bani Israil, dan hidup secara badawah (pedesaan).[2]
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menempatkan Yusuf sebagai pejabat penting di Mesir,
kemudian meminta kedua orang tua dan saudara-saudaranya untuk berpindah ke Mesir. Di
Mesir, keluarga ini hidup di tengah masyarakat watsaniyyun (paganisme). Mereka hidup dengan
kehidupan yang baik lagi nikmat di masa Yusuf.[3]
Setelah Nabi Yusuf wafat, seiring dengan perjalanan waktu dan pergantian penguasa, kondisi
Bani Israil berubah total. Yang sebelumnya menyandang kehormatan dan kemuliaan, kemudian
menjadi terhina, lantaran Fir’aun melakukan penindasan dan memperbudak mereka dalam
jangka waktu yang amat lama, sampai Allah mengutus Nabi Musa Alaihissalam, Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
ْ‫ﻭَﻓِﻲ ﺫَٰﻟِﻜُﻢْ ﺑََﻼﺀٌ ﻣِﻦْ ﺭَﺑﱢﻜُﻢْ ﻋَﻈِﻴﻢٌۚ ﻭَﺇِﺫْ ﻧَﺠﱠﻴْﻨَﺎﻛُﻢْ ﻣِﻦْ ﺁﻝِ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﻳَﺴُﻮﻣُﻮﻧَﻜُﻢْ ﺳُﻮﺀَ ﺍﻟْﻌَﺬَﺍﺏِ ﻳُﺬَﺑﱢﺤُﻮﻥَ ﺃَﺑْﻨَﺎءَﻛُﻢْ ﻭَﻳَﺴْﺘَﺤْﻴُﻮﻥَ ﻧِﺴَﺎءَﻛُﻢ‬
“Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya, mereka
menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu
yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian
terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabb-mu” [al-Baqarah/2 : 49]
ْ‫ﺇِﻥﱠ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﻋََﻼ ﻓِﻲ ﺍْﻷَﺭْﺽِ ﻭَﺟَﻌَﻞَ ﺃَﻫْﻠَﻬَﺎ ﺷِﻴَﻌًﺎ ﻳَﺴْﺘَﻀْﻌِﻒُ ﻃَﺎﺋِﻔَﺔً ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻳُﺬَﺑﱢﺢُ ﺃَﺑْﻨَﺎءَﻫُﻢْ ﻭَﻳَﺴْﺘَﺤْﻴِﻲ ﻧِﺴَﺎءَﻫُﻢ‬
“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah-belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak
laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka …” [al-Qashash/28 : 4]
Masa Nabi Musa Alaihissalam
Allah mengutus Nabi Musa dan Harun kepada Fir’aun dan kaumnya, dengan dibekali mukjizat,
untuk menyeru mereka agar beriman kepada Allah dan membebaskan Bani Israil dari siksaan.
Namun Fir’aun dan kaumnya mendustakan mereka berdua, kufur kepada Allah. Karenanya,
Allah menimpakan kepada mereka berbagai bencana, kekeringan, rusaknya pertanian,
mengirim angin kencang, belalang dan lain-lain[4]. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan Musa untuk lari bersama Bani Israil pada suatu malam dari negeri Mesir[5].
2 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Fir’aun dan kaumnya pun mengejar. Tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menenggelamkan
Fir’aun beserta kaumnya, dan menyelematkan Musa dan kaumnya ke Negeri Saina, masuk
dalam wilayah Palestina sekarang. Peristiwa itu terjadi pada hari Asyura.[6]
Orang-orang Yahudi menyebutkan, lama Bani Israil tinggal di Mesir 430 tahun. Jumlah mereka
waktu itu sekitar 600 ribu orang lelaki.
Mengenai besaran jumlah ini. Dr Su’ud bin Abdul Aziz Al-Khalaf berkata[7] : “Pengakuan ini
sangat berlebihan. Karena berarti, bila ditambah dengan jumlah anak-anak dan kaum wanita,
maka akan mencapai kisaran 2 juta-an jiwa. Tidak mungkin dapat dipercaya. Itu berarti jumlah
mereka mengalami pertumbuhan 30 ribu kali. Sebab sewaktu Bani Israil masuk ke Mesir,
berjumlah 70 jiwa. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat asy-Syu’ara/26 :
54.
َ‫ﺇِﻥﱠ ﻫَٰؤَُﻻﺀِ ﻟَﺸِﺮْﺫِﻣَﺔٌ ﻗَﻠِﻴﻠُﻮﻥ‬
“(Fir’aun berkata) ; ‘Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan yang kecil”
Jumlah 2 juta tidak bisa dikatakan kecil. Mustahil dalam satu malam terjadi eksodus dua juta
jiwa. Kita tahu di dalamnya terdapat anak-anak dan kaum wanita serta orang-orang tua.
Orang-orang yang bersama Nabi Musa, mereka adalah orang-orang dari Bani Israil yang
mengalami penindasan dan kehinaan serta menuhankan manusia dalam jangka waktu yang
lama. Aqidah mereka telah rusak, jiwanya membusuk, mentalnya melemah, dan muncul pada
mereka tanda-tanda pengingkaran, kemalasan, pesimis, serta bermaksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya[8] .
Meski Allah telah menunjukkan banyak mukjizat dan tanda-tanda kekuasaan-Nya melalui Nabi
Musa, tetapi mereka tetap ingkar, sombong dan tetap kufur. Mereka justru meminta untuk
dibuatkan berhala sebagai tuhan yang disembah. Hingga akhirnya, As-Samiri berhasil
menghasut mereka untuk menyembah anak sapi, menolak memerangi kaum yang bengis
(Jababirah). Maka, Allah menimpakan hukuman kepada mereka berupa tiih (berjalan berputarputar tanpa arah karena kebingungan) dalam jangka waktu yang dikehendaki Allah. Pada
rentang waktu ini, Musa wafat. Sementara Harun sudah meninggal terlebih dahulu.
Setelah usai ketetapan waktu yang Allah kehendaki untuk menghukum mereka dengan
kebingungan tanpa mengetahui arah, Bani Israil berhasil menaklukan bumi yang suci di bawah
pimpinan Nabi Yusya bin Nun Alaihissalam[9].
Para ahli, membagi perjalanan sejarah kota suci Palestina pasca penaklukan tersebut menjadi
tiga periode.
Pertama : Masa Qudhah, Yaitu masa penunjukkan hakim bagi setiap suku yang berjumlah dua
belas, setelah masing-masing mendapatkan wilayah sesuai pembagian Nabi Yusya bin Nun.
Masa ini, kurang lebih berlangsung selama 400 tahun lamanya[10].
3 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Kedua : Dikenal dengan masa raja-raja. Diawali oleh Raja Thalut. Kondisi masyarakat
mengalami masa keemasan saat dipegang oleh Nabi Daud dan Nabi Sulaiman.
Ketiga : Periode yang disebut sebagai masa perpecahan internal, yaitu setelah Nabi Sulaiman
wafat. Mereka terbelah menjadi dua kutub. Bagian selatan dengan ibukota Baitul Maqdis dan
wilayah utara dengan ibukota Nablus.
Dua wilayah ini, akhirnya dikuasai bangsa asing. Wilayah selatan ditaklukan oleh bangsa
Assiria dari Irak. Wilayah utara diserbu Mesir. Disusul kedatangan Nebukadnezar, yang mampu
mengusir bangsa Mesir dari sana. Pergantian kekuasaan ini, akhirnya dipegang bangsa
Romawi yang berhasil mengalahkan bangsa Yunani, penguasa sebelumnya.
Pada masa kekuasaan Romawi inilah, Isa Al-Masih diutus oleh Allah. Pada masa itu pula,
musibah dahsyat dialami kaum Yahudi. Bangsa Romawi melakukan genocide (pemusnahan)
secara keras etnis mereka, lantaran orang-orang Yahudi melakukan pemberontakan. Baitul
Maqdis pun dihancurkan. Bangsa Yahudi tercerai-berai. Sebagian melarikan diri ke seluruh
penjuru wilayah bumi. Demikianlah hukuman Allah dengan mendatangkan bangsa yang
menindas mereka. Siksaan dan kepedihan ditimpakan kepada mereka, atas kerusakan, tindak
aniaya dan akibat akhlak mereka yang buruk[11].
Bangsa Romawi menguasai tanah Baitul Maqdis hingga beberapa lama, hingga kemudian pada
abad pertama hijriyah, pada masa khalifah Umar Ibnu Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, kaum
Muslimin berhasil mengambil alih penguasaan tanah penuh berkah ini dari tangan bangsa
Romawi yang memeluk agama Nashrani, meliputi Palestina, Syam dan daerah yang ada di
dalamnya. Tepatnya pada pemerintahan Khalifah Umar Ibnul Khaththab Radhiyallahu ‘anhu,
pada bulan Rajab tahun 16H, sehingga menjadi Darul Islam. Penyerahan Baitul Maqdis ini
terjadi, setelah pasukan Romawi disana dikepung oleh pasukan kaum Muslimin selama empat
puluh hari di bawah komando Abu Ubaidah Ibnul Jarrah Radhiyallahu ‘anhu. Kemudian
Khalifah Umar Ibnul Khaththab menetapkan orang-orang Yahudi tidak boleh tinggal di Baitul
Maqdis.
KLAIM PALSU YAHUDI ATAS TANAH PALESTINA
Merasa nenek moyangnya pernah berdiam disana, menyebabkan kaum Yahudi membuat klaim
jika mereka memiliki hak atas tanah Palestina. Alasan yang dikemukakan, karena mereka telah
mendiaminya sejak Nabi Ibrahim dan berakhir ketika orang-orang Yahudi generasi akhir diusir
dari Baitul Maqdis pada masa Romawi.
Mereka pun mengklaim hak kepemilikan tersebut juga berdasarkan tinjauan agama. Yaitu
mengacu kepada kitab suci mereka, bahwa Allah telah menjanjikan kepemilikan tanah Kan’an
(Palestina) dan wilayah sekitarnya, dari sungai Nil di Mesir sampai sungai Eufrat di Irak. Janji
tersebut disampaikan Allah kepada Ibrahim. Begitulah bangsa Yahudi yang hidup pada masa
sekarang mengklaim sebagai keturunan Ibrahim, bangsa terpilih. Sehingga merasa paling
berhak dengan Palestina dan sekitarnya, yang disebut-sebut sebagai ardhul mi’ad (tanah yang
dijanjikan).
Karenanya, muncul upaya untuk menghimpun kaum Yahudi yang tersebar di berbagai wilayah,
4 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
bertujuan mendirikan sebuah negara Israil Raya, Napoleon Bonaparte, seorang raja Perancis
telah memfasilitasi tujuan tersebut. Caranya, pada tahun 1799M, dia mengajak Yahudi dari Asia
dan Afrika untuk bergabung dengan pasukannya. Namun akibat kekalahan dideritanya,
menyebabkan rencana tersebut tidak terwujud.
Wacana ini kembali muncul, dengan terbitnya buku Negara Yahudi, yang ditulis pemimpin
mereka, Theodare Heartzel pada tahun 1896M. Orang-orang Yahudi melakukan kajian secara
jeli tentang kondisi negara-negara penjajah. Hingga sampai pada kesimpulan, bahwa Inggris
merupakan negara yang paling tepat untuk membantu merealisasikan rencana tersebut.
Ringkasnya, setelah melalui lobi-lobi, maka pada tahun 1917M, Inggris yang menjajah
kebanyakan negara Arab, memberikan tanah hunian bagi Yahudi di Palestina. Penguasa
Inggris melindungi mereka dari kemarahan kaum Muslimin. Di sisi lain, penjajah Inggris
bersikap sangat keras terhadap kaum Muslimin di sana.
KEPALSUAN PENGAKUAN YAHUDI
Sebelum Bani Israil masuk ke wilayah tersebut, tanah Palestina telah didiami dan dikuasai sukusuku Arab. Kabilah Finiqiyyin, menempati wilayah utara kurang lebih pada tahun 3000SM.
Kabilah Kan’aniyyun, menempati bagian selatan dari tempat yang dihuni orang-orang
Finiqiyyin. Mereka menempati wilayah tengah pada tahun 2500SM. Inilah suku-suku bangsa
Arab yang berhijrah dari Jazirah Arabiyah. Kemudian datang kelompok lain, kurang lebih pada
tahu 1200SM, yang kemudian dikenal dengan Kabilah Falestin. Menempati wilayah antara
Ghaza dan Yafa. Hingga akhirnya nama ini menjadi sebutan bagi seluruh wilayah tersebut. dan
ketiga suku ini terus mendiaminya.
Secara historis, telah jelas Bani Israil bukanlah bangsa yang pertama menempati Palestina.
Daerah itu, sudah dihuni oleh suku-suku Arab sejak beribu-ribu tahun lamanya, sebelum
kedatangan Bani Israil. Bahkan keberadaan suku Arab tersebut terus berlangsung sampai
sekarang.
Adapun Bani Israil, pertama kalia masuk Palestina, yaitu saat bersama Yusya bin Nun, setelah
wafatnya Nabi Musa Alaihissalam. Sebelumnya mereka dalam kebingungan, terusir, tak
memiliki tempat tinggal, karena melakukan pembangkangan terhadap perintah Allah
Dikisahkan dalam Al-Qur’an.
َ‫﴿ﻭَﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻣُﻮﺳَﻰٰ ﻟِﻘَﻮْﻣِﻪِ ﻳَﺎ ﻗَﻮْﻡِ ﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﻧِﻌْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺇِﺫْ ﺟَﻌَﻞَ ﻓِﻴﻜُﻢْ ﺃَﻧْﺒِﻴَﺎﺀَ ﻭَﺟَﻌَﻠَﻜُﻢْ ﻣُﻠُﻮﻛًﺎ ﻭَﺁﺗَﺎﻛُﻢْ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳُؤْﺕِ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦ‬٢٠﴾‫ﻳَﺎ‬
َ‫ﻗَﻮْﻡِ ﺍﺩْﺧُﻠُﻮﺍ ﺍْﻷَﺭْﺽَ ﺍﻟْﻤُﻘَﺪﱠﺳَﺔَ ﺍﻟﱠﺘِﻲ ﻛَﺘَﺐَ ﺍﻟﻠﱠﻪُ ﻟَﻜُﻢْ ﻭََﻻ ﺗَﺮْﺗَﺪﱡﻭﺍ ﻋَﻠَﻰٰ ﺃَﺩْﺑَﺎﺭِﻛُﻢْ ﻓَﺘَﻨْﻘَﻠِﺒُﻮﺍ ﺧَﺎﺳِﺮِﻳﻦ‬
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya :”Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah
atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang
merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada
seorangpun diantara umat-umat yang lain. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci yang telah
ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada
musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi” [al-Maidah/5 : 20-21]
5 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Akan tetapi, mereka adalah bangsa pengecut yang dihinggapi rasa takut sikap pengecut ini
terlihat jelas dari jawaban mereka terhadap ajakan Nabi Musa.
Kelanjutan ayat di atas menyebutkan.
َ‫ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﻣُﻮﺳَﻰٰ ﺇِﻥﱠ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻗَﻮْﻣًﺎ ﺟَﺒﱠﺎﺭِﻳﻦَ ﻭَﺇِﻧﱠﺎ ﻟَﻦْ ﻧَﺪْﺧُﻠَﻬَﺎ ﺣَﺘﱠﻰٰ ﻳَﺨْﺮُﺟُﻮﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻓَﺈِﻥْ ﻳَﺨْﺮُﺟُﻮﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻓَﺈِﻧﱠﺎ ﺩَﺍﺧِﻠُﻮﻥ‬
“Mereka berkata :”Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah
perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar
daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”.
َ‫ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻓَﺘَﻮَﻛﱠﻠُﻮﺍ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻣُؤْﻣِﻨِﻴﻦَۚ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺟَُﻼﻥِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ ﻳَﺨَﺎﻓُﻮﻥَ ﺃَﻧْﻌَﻢَ ﺍﻟﻠﱠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻤَﺎ ﺍﺩْﺧُﻠُﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢُ ﺍﻟْﺒَﺎﺏَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻠْﺘُﻤُﻮﻩُ ﻓَﺈِﻧﱠﻜُﻢْ ﻏَﺎﻟِﺒُﻮﻥ‬
“Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah
memberi nikmat atas keduanya : “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu,
maka bila kamu memasukinya, nisacaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah
hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.
‫ﻓَﺎﺫْﻫَﺐْ ﺃَﻧْﺖَ ﻭَﺭَﺑﱡﻚَ ﻓَﻘَﺎﺗَِﻼ ﺇِﻧﱠﺎ ﻫَﺎﻫُﻨَﺎ ﻗَﺎﻋِﺪُﻭﻥَۖ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﻣُﻮﺳَﻰٰ ﺇِﻧﱠﺎ ﻟَﻦْ ﻧَﺪْﺧُﻠَﻬَﺎ ﺃَﺑَﺪًﺍ ﻣَﺎ ﺩَﺍﻣُﻮﺍ ﻓِﻴﻬَﺎ‬
“Mereka berkata : “Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinyua selama-lamanya,
selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabb-mu, dan berperanglah
kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”.
‫ﻓَﺎﻓْﺮُﻕْ ﺑَﻴْﻨَﻨَﺎ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘِﻴﻦَۖ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺏﱢ ﺇِﻧﱢﻲ َﻻ ﺃَﻣْﻠِﻚُ ﺇِﱠﻻ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﻭَﺃَﺧِﻲ‬
“Berkata Musa : “Ya Rabb-ku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab
itu, pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”.
ْ‫ﻓََﻼ ﺗَﺄْﺱَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘِﻴﻦَۚ ﻳَﺘِﻴﻬُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺍْﻷَﺭْﺽِۛ ﺃَﺭْﺑَﻌِﻴﻦَ ﺳَﻨَﺔًۛ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺈِﻧﱠﻬَﺎ ﻣُﺤَﺮﱠﻣَﺔٌ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢ‬
“Allah berfirman : “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka
selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi.
Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu” [alMaidah/5: 22-26]
Dengan terusirnya dari tanah yang diberkahi ini, bagaimana mungkin mereka mengaku memiliki
hak atas tanah ini? Sementara itu, pengembaraan ke berbagai penjuru bumi, karena terusir di
mana-mana menimbulkan konsekwensi bagi mereka berinteraksi, dan beranak-pinak dengan
bangsa lainnya. Sehingga terputuslah nasab mereka dengan nenek moyangnya.
Jelaslah, generasi Yahudi pada masa sekarang ini bukan keturunan Bani Israil sebagaimana
yang mereka katakan. Meski demikian, mereka berupaya keras menyebarluaskan klaim palsu
ini, bahwa mereka keturunan orang-orang Bani Israil generasi pertama yang menghuni
Palestina dahulu. Tujuan propaganda ini, agar kaum Nashara menilai mereka sebagai
keturunan Nabi Ya’qub. Sehingga muncul opini, bahwa merekalah yang dimaksud oleh janji
6 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
sebagaimana tersebut dalam Pejanjian Lama. Dengan ini mereka berharap Nashara merasa
memiliki ikatan emosional, dan kemudian membela mereka. Sebab Nashara mengagungkan
Taurat (Perjanjian Lama) dan menganggapnya sebagai wahyu dari Allah.
Akan tetapi, fakta menujukkan, jika klaim mereka adalah dusta. Mereka mengaku akar
keturunannya masih murni, bersambung sampai ke Israil (Ya’qub). Padahal, mereka sendiri
telah mengakui, banyak di antara orang-orang Yahudi yang menikahi wanita nonYahudi.
Demikian juga, kaum wanitanya pun menikah dengan lelaki non Yahudi.
Sebagai contoh bukti lainnya, sebuah suku yang besar di Rusia , Khazar telah memeluk Yahudi
pada abad ke-8 Masehi. Kerajaan ini begitu kuatnya. Kemudian mengalami kehancuran total
setelah diserang Rusia. Sejak abad ke -13 Masehi, wilayah ini terhapus dari peta Eropa.
Penduduknya bercerai berai di Eropa Barat dan Timur. Ini merupakan salah satu indikasi yang
jelas, bahwa mereka tidak mempunyai ikatan dengan Ya’qub dan keturunannya.
Kalaupun mereka tetap bersikeras mengaku sebagai keturunan Ya’qub, akan tetapi sebagai
kaum Muslimin, kita tidak merubah sikap, selama mereka memusuhi kaum Muslimin. Sebab,
nasab tidak ada artinya, bila masih berkutat dalam kekufuran[12].
YAHUDI BUKAN KETURUNAN IBRAHIM
Pengakuan mereka sebagai keturunan Ibrahim Alaihissalam, merupakan klaim yang batil,
ditinjau dari beberapa aspek berikut.
1.Batilnya klaim mereka sebagai keturunan Bani Israil, secara jelas Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyebutkan di dalam Al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
ٰ‫ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻇْﻠَﻢُ ﻣِﻤﱠﻦْ ﻛَﺘَﻢَ ﺷَﻬَﺎﺩَﺓًۗ ﻗُﻞْ ﺃَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺃَﻡِ ﺍﻟﻠﱠﻪُۗ ﺃَﻡْ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺇِﻥﱠ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻭَﺇِﺳْﻤَﺎﻋِﻴﻞَ ﻭَﺇِﺳْﺤَﺎﻕَ ﻭَﻳَﻌْﻘُﻮﺏَ ﻭَﺍْﻷَﺳْﺒَﺎﻁَ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻫُﻮﺩًﺍ ﺃَﻭْ ﻧَﺼَﺎﺭَﻯ‬
ِ‫ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟﻠﱠﻪُ ﺑِﻐَﺎﻓِﻞٍ ﻋَﻤﱠﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَۗ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nashrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail,
Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nashrani. Katakanlah :
“Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada
orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya”, Dan Allah sekali-kali
tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan” [al-Baqarah/2:140]
2.Kitab suci mereka tidak lagi orsinil dan sudah terjadi perubahan. Mereka telah melakukan
perbuatan tercela terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi Bani Israil, dengan
melakukan tahrif (mengubah), memalsukan dan memanipulasi. Al-Qur’an telah mengabadikan
perbuatan mereka tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
ً‫ﻳُﺤَﺮﱢﻓُﻮﻥَ ﺍﻟْﻜَﻠِﻢَ ﻋَﻦْ ﻣَﻮَﺍﺿِﻌِﻪِۖ ﻓَﺒِﻤَﺎ ﻧَﻘْﻀِﻬِﻢْ ﻣِﻴﺜَﺎﻗَﻬُﻢْ ﻟَﻌَﻨﱠﺎﻫُﻢْ ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻗُﻠُﻮﺑَﻬُﻢْ ﻗَﺎﺳِﻴَﺔ‬
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya. Kami kutuk mereka, dan kami jadikan hati mereka
keras membantu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya …..”[alMaidah/5 : 13]
7 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
3. Klaim kepemilikan tanah yang penuh berkah ini oleh Yahudi, berkaitan dengan janji Allah
kepada Ibrahim, hakikatnya janji tersebut telah diwujudkan yaitu saat pertama kali Ibrahim
Alaihissalam menginjakkan kaki di wilayah suku Kan’an.
Sekilas, mengacu kepada kitab mereka yang kini disebut Kitab Perjanjian Lama, kita akan
mengetahui, jika janji Allah tersebut menjadi hak Isma’il, nenek moyang bangsa Arab dan kaum
Muslimin. Pada waktu itu Nabi Ibrahim Alaihissalam belum dikaruniai anak (Kejadian : 12/7).
Kemudian janji ini terulang kembali saat beliau kembali ke Mesir (Kejadian : 13/15). Janji ini pun
terulang kembali bagi Ibrahim, tetapi beliau belum dikaruniai anak (15/18). Berikutnya, janji itu
pun terulang lagi, saat Ibrahim dikaruniai anaknya, yaitu Ismail (Kejadian : 17/8). Sedangkan
putra kedua Ibrahim Alaihissalam, yaitu Ishaq, pada saat janji itu ditetapkan ia belum dilahirkan.
4. Kalaupun mereka menyanggah, bahwa janji Allah tentang kepemilikan tanah Palestina
merupakan warisan dan hunian abadi bagi mereka, yang menurut mereka didukung oleh AlQur’an –surat Al-Maidah/5 : 21 : “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci yang telah ditentukan
Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka
kamu menjadi orang-orang yang merugi”. Maka jawabnya adalah : Ungkapan janji yang ada
dalam ayat tersebut tidak berbentuk abadi, tetapi khusus bagi zaman yang mereka dijanjikan
mendapatkannya, sebagai balasan atas sambutan mereka kepada perintah-perintah Allah dan
kesabaran mereka. Sedangkan orang-orang Yahudi pada masa ini, mereka bukan Bani Israil
–sebagaimana sudah dipaparkan-. Dan ayat ini tidak menyangkut yang bukan Bani Israil, meski
kaum Yahudi pada saat ini mayoritas. Sungguh, kebenaran dalam masalah ini yang menjadi
pegangan jumhur ulama tafsir
Balasan keimanan dan keistimewaan yang mereka raih atas umat zaman mereka ini
merupakan ketetapan Allah bagi hamba-hambaNya. Allah berfirman.
َ‫ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﻛَﺘَﺒْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺰﱠﺑُﻮﺭِ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِ ﺍﻟﺬﱢﻛْﺮِ ﺃَﻥﱠ ﺍْﻷَﺭْﺽَ ﻳَﺮِﺛُﻬَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱَ ﺍﻟﺼﱠﺎﻟِﺤُﻮﻥ‬
“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh,
bahwasanya bumi ini dipusakai oleh hamba-hambaKu yang shalih”. [al-Anbiya/21 : 105]
Begitu juga setelah mereka menyimpang dari agama Allah dan melakukan kerusakan di bumi,
maka Bani Israil tidak lagi memiliki hak dengan janji tersebut. Justru balasan bagi mereka,
sebagaimana terkandung dalam ayat, yaitu mereka mendapat laknat, kemurkaan dan hukuman
dari Allah. Mereka tercerai berai di bumi, dikuasai oleh orang-orang yang menimpakan siksaan
kepada mereka sampai hari Kiamat, dirundung kehinaan dimanapun mereka berada. Ini semua
sebagai hukuman atas kekufuran mereka terhadap ayat-ayat Allah.
Sebuah fakta yang ironis. Ketika Allah memerintahkan Bani Israil untuk memasuki tanah yang
dijanjikan, ternyata mereka enggan dan membangkang. Maka Allah menghalangi mereka
darinya. Tatkala mereka menyambut perintah, maka Allah memberikannya kepada mereka.
Oleh karena itu, Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Yang Allah janjikan kepada kalian melalui
lisan ayah kalian, Israil ia mewariskannya kepada orang yang beriman dari kalian[13]”
8 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Berdasarkan ini, tanah tersebut milik mereka ketika mereka beriman. Tetapi, karena mereka
kufur kepada Allah dan para Nabi-Nya, dan Allah telah menetapkan murka dan laknatNya
kepada mereka, maka mereka sama sekali tidak mempunyai hak atas tanah suci itu.
5. Bisa juga dikatakan, janji itu sudah terwujud pada masa Nabi Musa, yaitu tatkala Bani Israil
memasuki tanah suci dengan dipimpin oleh Nabi Yusya bin Nun, kemudian menempatinya pada
masa Nabi Dawud dan Sulaiman. Sebuah masa ketika Allah menganugerahkan kepada mereka
keutamaan atas manusia seluruhnya. Namun, ketika mereka kufur kepada Allah dan melakukan
kerusakan di bumi, maka kemurkaan Allah pun berlaku pada mereka, dan terjadilah bencana
menimpa mereka.
6. Janji Allah memiliki syarat, yaitu iman dan amalan shalih, sebagaimana juga termuat dalam
Taurat. Sedangkan mereka telah berbuat kufur dan murtad, beribadah kepada selain Allah.
Oleh karena itu, musibah, bencana dan kemurkaan dari Allah ditimpakan kepada mereka. Dan
semua ini termuat dalam kitab-kitab suci mereka. Bahkan dalam kitab mereka, terdapat
keterangan yang melarang memasuki Baitul Maqdis, lantaran kekufuran, kesesatan dan
kemaksiatan mereka.
Dengan pengingkaran ini, maka janji tersebut tidak terwujudkan. Sebaiknya, siksa dan
bencanalah yang mereka dapatkan. Bumi ini milik Allah, diwariskan kepada hamba-hambaNya
yang menegakkan agama dan mengikuti ajaran-ajaranNya, bukan diwariskan kepada orangorang yang melakukan kerusakan di bumi. Allah berfirman.
‫ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻗِﺒَﺔُ ﻟِﻠْﻤُﺘﱠﻘِﻴﻦَۖ ﺇِﻥﱠ ﺍْﻷَﺭْﺽَ ﻟِﻠﱠﻪِ ﻳُﻮﺭِﺛُﻬَﺎ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِۖ ﻗَﺎﻝَ ﻣُﻮﺳَﻰٰ ﻟِﻘَﻮْﻣِﻪِ ﺍﺳْﺘَﻌِﻴﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻭَﺍﺻْﺒِﺮُﻭﺍ‬
“Musa berkata kepada kaumnya : “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah.
Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah ; dipusakakanNya kepada siapa saja yang
dikehendakiNya dari hamba-hambaNya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang
yang bertakwa” [al-A’raf /7: 128]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
ْ‫ﻭَﻋَﺪَ ﺍﻟﻠﱠﻪُ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻭَﻋَﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟﺼﱠﺎﻟِﺤَﺎﺕِ ﻟَﻴَﺴْﺘَﺨْﻠِﻔَﻨﱠﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍْﻷَﺭْﺽِ ﻛَﻤَﺎ ﺍﺳْﺘَﺨْﻠَﻒَ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻬِﻢْ ﻭَﻟَﻴُﻤَﻜﱢﻨَﻦﱠ ﻟَﻬُﻢْ ﺩِﻳﻨَﻬُﻢُ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﺍﺭْﺗَﻀَﻰٰ ﻟَﻬُﻢ‬
‫ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﻔَﺮَ ﺑَﻌْﺪَ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻓَﺄُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘُﻮﻥَۚ ﻳَﻌْﺒُﺪُﻭﻧَﻨِﻲ َﻻ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥَ ﺑِﻲ ﺷَﻴْﺌًﺎۚ ﻭَﻟَﻴُﺒَﺪﱢﻟَﻨﱠﻬُﻢْ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِ ﺧَﻮْﻓِﻬِﻢْ ﺃَﻣْﻨًﺎ‬
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benarbenar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi
aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orangorang yang fasik” [an-Nur/24 : 55]
Menjelaskan ayat ini Ibnu Katsir berkata : Ini janji dari Allah bagi RasulNya, akan menjadikan
umatnya sebagai pewaris bumi. Maksudnya, tokoh-tokoh panutan dan penguasa mereka.
9 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Negeri-negeri menjadi baik dengan mereka, dan orang-orang tunduk kepada mereka… Allah
Subhanahu wa Ta’la telah mewujudkannya walillahilhamdu walminnah. Nabi tidaklah wafat,
melainkan Allah telah membuka penaklukkan Mekah, Khaibar, seluruh Jazirah Arab, wilayah
Yaman seluruhnya. Memberlakukan jizyah kepada Majusi dari daerah Hajr, dan sebagian
wilayah Syam
Kemudian, ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Abu Bakar mengirimkan pasukan
Islam ke Persia di bawah komando Khalid bin Al-Walid dan berhasil menaklukkan sebagian
wilayahnya. Juga mengirim pasukan lain pimpinan Abu Ubaidah menuju Syam.
Allah juga memberikan karunia kepada kaum Muslimin. Yaitu mengilhamkan kepada Abu Bakar
untuk memilih Umar Al-Faruq untuk menggantikan kedudukannya. Dan Umar pun
melaksanakan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Pada masa kekuasannya, seluruh wilayah
Syam berhasil dikuasai[14].
Kaum Muslimin, mereka itulah yang dimaksud dengan ayat-ayat tersebut. Bila membenarkan
janji yang mereka ikat dengan Allah, kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya,
berpegang teguh dengan Islam secara sempurna, baik individu, keluarga, masyarakat atau
negara, maka sungguh janji Allah benar adanya. Dan siapakah yang berhak atas tanah yang
penuh berkah itu? Tidak lain adaka kaum Muslimin.
Maraji.
1.Dirasatun Fil Ad-yan Al-Yahudiyah wan Nashraniyah, Dr Su’ud bin Abdil Aziz Al-Khalaf,
Penerbit Adhwa-us Salaf, Cetakan I, Th 1422H/2003M
2.Mujaz Tarikhil Yahudi war-Raddi Ala Ba’dhi Maza’imil Bathilah, Dr Mahmud bin Abdir
Rahman Qadah, Majalah Jami’ah Islamiyah, Edisi 107, Th 29, 1418-1419H
3.Shahih Qashashil Anbiya, karya Ibnu Katsir, Abu Usamah Salim bin Id Al-Hilali, Maktabah AlFurqan, Cetakan I Th, 1422H
4.Tafsir Al-Qur’anil Azhim, Abu Fida Ismail Ibnu Umar Ibnu Katsir, Darul Kutub Al-Ilmiyah,
Cetakan II, Th.1422H
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus 07-08/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647,
081575792961, Redaksi 08122589079]
______
Footnote
[1] Barakatu Ardhisy-Syam, Dr Abu Anas Muhammad bin Musa Alu Nashr, Majalah ManarusySyam, edisi Jumadal Ula 1425H
[2] Lihat Surat Yusuf/12 ayat 100
[3] Kisah tersebut termuat dalam Surat Yusuf
[4] Lihat Surat al-A’raaf/7 ayat 133
10 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
[5] Lihat Surat asy-Syu’ara/26 ayat 52-66
[6] Dari Ibnu Abbas, ia berkata : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, saat
kaum Yahudi berpuasa hari Asyura. Beliau bersabda. Hari apakah ini yang kalian berpuasa
padanya? Mereka menjawab : Ini hari kemenangan Musa atas Fir’aun. Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda kepada para sahabat : Kalian lebih pantas menghormati Musa daripada
mereka, maka berpuasalah” [HR Al-Bukhari dan Muslim. Dinukil dari Shahih Qashashil
Anbiyaa, halaman 310]
[7] Dirasatun Fil Adyan Al-Yahudiyah wa Nashraniyah, halaman 49
[8] Mujaz Tarikhil Yahudi, Majalah Al-Jami’ah Al-Islamiyah, halaman 248
[9] Nabi Yusya bin Nun Alalihissalam dalah salah seorang dari Nabi yang diutus kepada Bani
Israil. Dalil yang menunjukkan kenabiannya, yaitu hadits dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi
bersabda : “Matahari tidak pernah tertunda perjalanannya karena seseorang, kecuali bagi
Yusya bin Nun, (ketika) pada malam hari ia menuju Baitul Maqdis: [HR Ahmad 2/325].
Ibnu Katsir berkata : Sanadnya sesuai dengan syarat Al-Bukhari. Lihat Al-Bidayah, 1/333. Dan
hadits ini dishahihkan oleh Al-Hafizh dalam Al-Fath, 2/221. Di tempat lain, beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda : Ada seorang nabi dari kalangan para nabi yang berperang,
(ia) berkata kepada kaumnya … kemudian ia berkata kepada matahari, ‘Sesungguhnya engkau
diperintah, dan aku pun juga diperintah, Ya Allah, hentikanlah ia, maka matahari itu pun
berhenti, sampai akhirnya Allah membuka kota tersebut lantaran mereka” [HR Al-Bukhari, Lihat
Al-Fath 6/220]
[10] Dirasatun Fil Adyan, halaman 53
[11] ]. Lihat surat al-A’raaf/7 ayat 167
[12] Dirasatun Fil Ad-yan, halaman 66-67
[13] Tafsir Al-Qur’anil Azhim, 3/75
[14] Tafsir Al-Qur’anil Azhim, 3/304 secara ringkas
11 / 12
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
sumber : almanhaj.or.id
Source:
http://blog.tohaboy.web.id/2017/palestina-tanah-kaum-muslimin.view
12 / 12
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download