Edisi 038, Desember 2011 Kolom Pro je ct D ig ital POLIGAMI DAN KEADILAN kaa n Novriantoni Kahar 1 Kolom | Edisi 038, Desember 2011 Edisi 038, Desember 2011 Kolom P Dem o Poligami dan Keadilan c cy a r Pe oligami adalah salah satu isu yang disorot tajam kalangan feminis, tak terkecuali feminis Islam. Tradisi menikah lebih r dari satu ini (perseliran), selalup us saja kontroversial, sehingga ta menuai subur pro dan kontra. Ada permasalahan penafsiran atas teks disana. Dalam alQur’an, ada ayat yang secara eksplisit membolehkan poligami: dua, tiga atau empat orang 2 Edisi 038, Desember 2011 Kolom Pro je D ig ital ct isteri. Ayat inilah yang selalu menjadi senjata pendukung poligami untuk membenarkannya menurut optik Islam. Tapi jangan lupa, lanjutan teks Qur’an di atas juga memuat aturan yang ketat: masalah keadilan. “… kalau kamu kuatir tidak dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang perempuan saja…,” demikian Tuhan menegaskan. Di sini umat Islam perlu bertanya: mana watak perkawinan asli Islam? ka an Potongan pertama “ayat poligami” di Qur’an, seakan menyusun tangga jumlah keutamaan pernikahan. Di mulai dari dua, tiga, lantas empat. Yang paling reflek ditangkap logika biasa: cobalah dua dulu; kalau masih berminat, bisa tiga; jika masih 3 Edisi 038, Desember 2011 Kolom Dem o ada kemauan dan kemampuan, boleh nambah menjadi genap empat. Bahkan, sementara umat Islam, ada yang sampai hati menjumlahkan bilanganbilangan yang disebut Tuhan di y al-Quran tersebut. Dua plus tiga,r a c c plus empat, sehingga menghasilkan jumlah yang fantastis dan menguntungkan kecenderungan pernikahan seseorang. Perbedanaan pemahaman ini tidak lepas dari permasalah hermeneutika (cara tafsir) atas ayat al-Qur’an. Masalahnya adalah, apakah perp nyebutan dua, tiga, empat, lan- u sta tas kemudian satu, menunjukkan yang disebut pertama lebih utama (afdlal) dari yang kemudian? Kalau itu dilihat sebagai urutan keutamaan, ya poligami menjadi pilihan. Pe 4 Edisi 038, Desember 2011 Kolom Pro je D ig ital ct Yang sering terlupakan adalah kelanjutan “ayat poligami” ini. Justru, yang terlupakan inilah sebetulnya ruh ayat itu. Yaitu: masalah keadilan. Keadilan atas siapa? Tentu yang dimadu (perempuan). Dari sudut pandang siapa keadilan itu? Ya, jelas sudut pandang perempuan. Sebab, yang menjadi objek poligami adalah perempuan; yang makan hati dan tahu takaran keadilan poligomos adalah perempuan itu sendiri, utamanya yang dimadu. kaa n Dan perlu diingat, bahwa Tuhan juga menegaskan, bahwa Engkau tidak akan dapat berlaku adil, walau berusaha keras untuk itu. Ayat ini terbukti. Nabi sendiri mengakui bahwa hatinya lebih cenderung ke Aisyah 5 Edisi 038, Desember 2011 Kolom Dem o ketimbang isterinya yang lain. Maklumlah, si muka merah (alhumairah), satu-satunya isteri nabi yang perawan, cerdas, manja disertai rasa cemburu sedikit tinggi. Kalau nabi saja mengaku y c a tidak dapat berlaku adil (khu- r susnya dalam perihal hati) apa-c lagi umatnya yang jelas-jelas berkualitas keadilan tidak sebanding dengan Nabi yang dijamin tidak tercela (ma’shum). Pe Jika semacam itu, logika kontekstual “ayat poligami”, kita perlu r bertanya lagi: manakah watak p u sta asli pernikahan Islam? Kalau hal ini dipertanyakan kepada pembaru Islam abad ini seperti Muhammad Abduh, dia akan menjawab: monogami. Tidak percaya? Silahkan baca kumpulan karya lengkap Abduh: al6 Edisi 038, Desember 2011 Kolom Pro je ital ct A’mal al-Kamilah. Dengan berlindung di balik pendapat Abduh yang nota bene pernah menjadi Mufti Mesir inilah, “feminis yang berpenis” bernama Qasim Amin, menyuarakan monogami juga, bahkan lebih luas dari itu, melalui magnum opus-nya: Tahrir al-Mar’ah (Pembebasan Perempuan). [] ig © 2011 D Kolom ini diterbitkan oleh nDemocracy Project, a k a Yayasan Abad Demokrasi. Untuk berlangganan, kunjungi www.abad-demokrasi.com Kode kolom: 038K-NOV002 Sumber gambar: www. islamwatch2010. wordpress.com 7