Universitas Gadjah Mada

advertisement
III. MEKANISME PEMILAHAN DAN DISTRIBUSI
Protein yang disintesis, dipilah dan dikinm ke berbagai lokasi yang tepat di
dalam dan di luar sel dikenal sebsgai jalur pen-target-an protein. Elemen penting
yang terkait dengan proses sistem tersebut adalah rangkaian asam amino pada
ujung amino protein yang dinamakan rangkaian sinyal, kecuali protein yang
digunakan untuk keperluan sitoplasma.
1. PROTEIN SINYAL PENGARAH
Sinyal (signal) adalah segmen polisakarida yang terdiri atas rangkaian
asam amino yang dapat mencapai panjang 70 buah terdapat di satu atau
beberapa bagian molekul. Hampir semua protein yang ditargetkan untuk
dikirim ke RE, mitokondria atau kloroplas termasuk sinyal N-terminal yang
akan masuk dahulu ke dalam membran, kecuali N-terminal yang dilepas
sesudah protein menerobos membran. Segmen sinyal berikutnya dapat
menunjukkan apakah protein akan menyusup ke membran dan menentukan
orientasi di dalam membran. Jika protein menyusup melewati membran, sinyal
tambahan dapat mengarahkan rangkaian asam amino ke membran yang
berdekatan yang mempunyai reseptor khusus untuk menentukan sortasi
(pemilahan) dan pengarahan protein ke tujuan terakhir. Sinyal-sinyal yang
mengarahkan ke berbagai organel dijelaskan sebagai berikut:
a)
Sinyal protein untuk RE, mitokondria dan kioroplas
Sinyal N-terminal yang mengarahkan protein ke RE, mitokondria
atau kloroplas terdiri atas asam amino polar dan nonpolar. Komposisi
tersebut tampaknya lebih penting dalam proses penerobosan membran
dibanding dengan keberadaan yang spesifik dan rangkaian asam amino.
Kombinasi antara lipatan dan lengkungan yang membentuk struktur
sekunder polipeptida, pola muatan dan polaritas rangkaian tersebut akan
bertindak juga sebagai sinyal. Banyak asam amino yang dapat disusupkan
pada posisi tertentu tanpa mengganggu sinyal.
Protein yang dikirim ke membran-dalam dan ruang kompertemen
mitokondria (matriks) dan kloroplas (stroma) mempunyai beberapa buah
sinyal. Sinyal tersebut lebih bervariasi dalam bentuk dibanding dengan
sinyal awal pengarah-membtran.
b)
Sinyal protein inti sel dan benda-benda mikro
Protein yang ditargetkan ke dalarn inti sel mempunyai sinyal yang
terletak pada bagian dalam rantai protein, sedangkan sinyal untuk benda-
Universitas Gadjah Mada
benda mikro (microbodies) berada dekat ujung C-terminal (karboksilat
terminal). Sinyal untuk protein inti sel lebih tergantung pula pada sifat
kimia asam amino dibanding dengan pengaruh rangkaian asam aminonya.
Sinyal untuk benda-benda mikro menggunakan rangkaian tiga
residu asam amino yang merupakan substituen kecil yang selalu
ditemukan dalam protein yang ditargetkan ke organel tersebut.
c)
Sinyal protein untuk lisosom
Penelitian yang intensif tentang keberadaan sinyal pengarah
protein ditemukan pada retikulum endoplasmik. Protein yang diarahkan ke
lisosom mempunyai 2 buah sinyal yang masing-masing untuk menentukan
bagian protein yang tetap menempel pada membran RE dan yang lain
untuk mengarahkan protein enzimatik ke tujuan akhir di dalam lisosom.
Saat ini telah ditemukan lebih dari 100 macam sinyal protein N-terminal
sekreton pada berbagai macam sel eukariot. Rangkaian konsensus yang jelas
seperti TATA box yang memandu proses inisiasi transkripsi, tidak ditemukan
dalam sinyal pengarah protein. Rangkaian sinyal pengarah pada protein
memberikan gambaran sebagai berikut:
a) Panjang sinyal pengarah berkisar antara 13-36 residu asam amino,
b) Bagian amino-terminal dan sinyal berisi paling sedikit satu residu yang
bermuatan positif,
c) Rangkaian residu yang bersifat hidrofobik kuat dengan panjang sekitar 1015 residu membentuk pusat rangkaian sinyal. Asam amino Ala, Leu, Tie
dan Phe selalu ditemukan di daerah tersebut. Substitusi satu residu asam
amino yang bermuatan akan menghancurkan aktivitas pemandu rangkaian
sinyal,
d) Tapak pemotongan pada ujung COOH-terminal lebih polar dan pada pusat
hidrofobik. Residu satu asam amino sebelum tapak pemotongan (-1 dari
sisi amino terminal) dan tiga amino (-3) dari tapak pemotongan mempunyai
rantai samping sedikit netral dan biasanya adalah alanin (Ala). Asam
amino Cys, Thr, Ser dan Gly juga ditemukan pada posisi -1 dan -3.
Rangkaian sinyal amino-terminal dan protein sekretori dan membran
plasma disajikan pada Tabel 8.2 dengan menggunakan simbol asam amino
satu-huruf seperti dipaparkan pada Tabel 8.3.
Universitas Gadjah Mada
Tabel 8.2. Rangkaian asam amino dalam protein pengarah
Catatan : Huruf tebal - asam amino hidrofobik
Huruf italik - asam amino yang selalu didepan daerah hidrofobik
Tabel 8. 3. Singkatan asam amino tiga-huruf dan satu-huruf
Universitas Gadjah Mada
Tidak semua vesikel sektretori dan membran plasma berisi rangkaian
sinyal amino-terminal yang terpotong sesuai proses translokasi lewat membran
RER. Beberapa protein berisi rangkaian sinyal internal dengan peran yang
serupa.
2. HIPOTESIS SINYAL
Pada tahun 1972, C. Milstein dkk. menunjukkan adanya berbagai sinyal
yang terlihat dalam proses pemilahan dan pen-target-an protein pada sel
eukariot. Analisis tersebut berdasar pada penelitian yang menggunakan
antibodi dalam membran RE yang disekresi ke luar sel. Sebagian dari
rangkaian asam amino dalam bentuk antibodi hilang, kemungkinan rangkaian
asam amino yang merupakan bagian sinyal pengarah tertinggal dalam
membran yang lepas sebagai molekul ke sistem sekretori. Beberapa tahun
kemudian, G. Blobel, B. Dobberstein, P. Walter dick. menemukan ribosom
dalam satu sistem yang sudah tidak mengandung RE yang mensintesis protein
dengan rangkaian asam amino yang lebih panjang dari pada sintesis yang
serupa dalam sistem normal. Selisih panjang fragmen protein sekitar 15-30
asam amino dan rangkaian tersebut berada dekat dengan gugus aminoterminal. Polipeptida tersebut lebih banyak mengandung asam amino
hidrofobik dibandingjenis asam amino yang lain.
Penelitian lanjutan yang dilakukan Walter, Blobbel dick. pada tahun
1981
menemukan
berbagai
kompleks
protein
yang
berperan
dalam
penempelan ribosom ke retikulum endoplasmik. Peptida sinyal yang memandu
protein ke RE terdiri atas 2 komponen ialah signal recognation particle (SRP)
dan SRP receptor (docking protein) sebagai berikut:
a) Signal recognation protein (SPY)
Signal recognation particle (SRP) merupakan ribonukleoprotein
dengan berat 325 kd yang terdiri atas RNA (7SL RNA) yang tersusun atas
sekitar 300 nukleotida dan 6 macam molekul polipeptida. Gambaran secara
skematis SRP disajikan pada Gambar 8.7. Partikel tersebut berbentuk
batang dengan dengan panjang 240 °A dan lebar 50 °A. Tulang punggung
dan molekul SRP adalah komponen RNA yang mengikat 6 macam protein
dengan berat molekul masibng-masing 9, 14, 19, 54, 68 dan 72 kd yang
membentuk 2 bagian SRP.
Universitas Gadjah Mada
Domain SRP
Domain yang mengikat
tapak A ribosom
Gambar 8.7. Gambaran skematis signal recognation Particle (SRP).
Molekul RNA (7SL) tergambar dalam garis tebal mengikat
6 molekul protein (warna gelap). Domain SRP berikat
dengan SRP domain yang lain mengikat ribosom.
Gambar 8.7 menunjukkan peran beberapa subunit protein SRP di
antaranya adalah subunit 9, 54 dan 72 kd. Subunit 9 kd akan mencegah
perakitan polipeptida, karena SRP menempel pada sinyal polipeptida yang
muncul dan ribosom. Unit 54 kd mengadakan hubungan dengan rangkaian
sinyal dan molekul protein yang akan disintesis, sedangkan subunit 72 kd
akan mengikat SRP reseptor dan mulai lagi perakitan polipeptida sesudah
SRP terikat pada reseptor.
b) Signal recognition particle receptor
Protein lain yang berperan dalam penempelan ribosom ke membran
RE adalah SRP reseptor yang sering disebut docking protein yang
merupakan bagian dari membran RE. Molekul SRP reseptor terdiri atas
suatu dimer, masing-masing adalah dimer α (69 kd) dan dimer β (30 kd).
Protein tersebut dapat mengikat SRP yang terkait rangkaian sinyal.
Kedua macam partikel (SRP dan SRP resptor) diyakini terlibat dalam
proses pengikatan ribosom pada membran RE dan GTP berperan dalam
proses pelepasan SRP setelah ribosom seolah-olah tertanam di dalam
membran RE. Bagian sitosolik dan subunit α-SRP reseptor berisi
bengkokan-bengkokan
yang
bermuatan
positif
yang
memungkinkan
mengadakan interaksi dengan molekul RNA dan RSP yang bermuatan
negatif. Proses penempelan dan pelepasan SRP dilukiskan pada Gambar
8.8.
Universitas Gadjah Mada
Gambar 8.8. Partikel pengenal signal (SRP) dan beberapa fungsi
Polipeptida
Proses penempelan dan pelepasan SRP dapat dilihat pada Gambar
8.9. Pada saat rangkaian sinyal keluar dari ribosom, SRP menempel pada
sinyal, sedangkan ribosom mengikat GTP. Sintesis protein berhenti pada
saat penempelan SRP berlangsung. Kompleks ribosom-SRP akan dikenali
dan diikat oleh SRP reseptor membran RE, sehingga ribosom benar-benar
terikat kuat pada membran RE. Rangkaian sinyal hidrofobik akan tertanam
dalam membran dengan perantaraan protein integral dalam RE yang
disebut riboforin I dan riboforin II. Setelah ribosom terikat pada kedua
macam protein tersebut, GTP akan terhidrolisis dan energinya digunakan
untuk melepas SRP.
Mekanisme penempelan SRP pada SRP reseptor disajikan pada
Gambar 8.9. Setelah proses tersebut berlangsung, sintesis protein
dilanjutkan dan polipeptida akan masuk ke dalam sisterna RE lewat
membran.
Universitas Gadjah Mada
Gambar 8.9. Kerja SRP dan SRP reseptor dalam mekanisme sinyal
pengarah RE. A). Sintesis Protein berlangsung sampai
sinyal polipeptida menjulur keluar ribosom. b). Setelah
sinyal lengkap berada di luar ribosom, SRP mengenal
sinyal dan menempel bersama GTP. Sintesis
poilisakarida berhenti saat SRP menempel sinyal dan
terjadi perubahan konformasi dari SRP. Konformasi SRP
yang berubah akan dikenal SRP reseptor dan RE. c).
Pada saat ribosom terikat pada RE, GTP terhidrolisis dan
SRP dilepas. Polipeptida yang disintesis akan menerobos
membran RE.
Gambaran sintesis polipeptida dalam lumen RE yang terkait dengan
daur ribosom dan daur SRP disajikan path Gambar 8.10.
Molekul RNA yang mencetak bagian dan partikel pengenal sinyal
dinamakan SRP 78 scRNA. Penelitian Walter dkk. menunjukkan, bahwa
apabila RNA tersebut diambil atau dihidrolisis, maka molekul SRP tidak
akan dirakit. Diperkirakan bahwa scRNA bertindak sehagai kerangka yang
membentuk SRP.
Fungsi SRP tidak hanya tergantung pada peran scRNA sebagai
pemersatu partikel, tetapi ikatan antara SRP dengan ribosom sinyal dan
docking protein tergantung pada komponen protein partikel.
Universitas Gadjah Mada
Gambar 8.10. Partikel pengenal sinyal (SRP) berperan dalam
pengiriman ribosom ke RE. Rangkaian sinyal yang bebas
polipeptida dikenali SRP. Kompleks yang terdiri atas SRP,
peptida sinyal dan ribosom akan menempel pada SRP reseptor
dan membran RE. Ribosom kemudian ditransfer ke riboforin
dan
proses
translokasi
benlangsung,
sehingga
rantai
polipeptida berada di dalam lumen RE. Reseptor akan melepas
SRP dan partikel tersebut akan mengulang fungsinya dengan
menempelkan din pada rangkaian sinyal berikutnya.
3. PENYUSUPAN KOTRANSLASIONAL DAN
PASCA TRANSLASIONAL PROTEIN
Hipotyesis sinyal pada awalnya diperkirakan, bahwa rantai polipeptida
baru yang dibentuk didorong keluar dan ribosom dengan kekuatan yang cukup
untuk menembus membran retikulum endoplasmik. Persyaratan penting yang
diperlukan agar mekanisme tersebut dapat berlangsung adalah sintesis protein
dan penyusunan protein lewat membran terjadi secara simultan.
Dengan kata lain, transfer molekul polipeptida lewat membran hams
berlangsung secara kotranslasional.
Gagasan tersebut berubah setelah ditemukan banyak protein yang
dapat masuk ke membran RE secara post-translational (pasca translasional)
sesudah sebagian besar atau seluruh proses sintesis berakhir. Proses
Universitas Gadjah Mada
penyusupan protein secara pasca translasional banyak berlangsung dalam sd
bakteri
dengan menggunakan sinyal
yang
menempelkan ribosom
ke
permukaan sitoplasmik membran plasma.
Beberapa macam sel eukariot yang biasa menyusup melalui membran
RE secara kotranslasional, mampu melintas secara pasca translasional.
Contohnya adalah protein yang masuk ke dalam mitokondria adalah protein
pasca translasional pada sel normal maupun pada sel dalam kondisi
eksperimental. Protein yang masuk secara pasca translasional umumnya
dalam keadaan sedikit melipat. Gambaran secara skematis proses tersebut
disajikan pada Gambar 8.11.
Energi yang diperlukan untuk mendorong masuknya protein pasca
translasional adalah energi hasil hidrolisis ATP yang bekerja sama dengan dua
atau lebih protein terlarut dalam sitoplasma. Protein-protein tersebut bertindak
sebagai chaperones (pengantar) yang berperan untuk stabilisasi molekul yang
lewat membran dalam keadaan tidak melipat atau bekerja sebagai unfoldases
dengan menggunakan energi hasil hidrolisis ATP atau GTP agar protein
membran membuka. Fungsi SRP kemungkinan untuk memelihara sinyal agar
selalu dalam keadaan tidak melipat, sehingga dapat menerobos membran RE.
Molekul protein yang mengalami “ ehaperonisasi” akan masuk atau lewat
membran dan melipat menjadi bentuk yang lebih kompak (padat). Energi bebas
yang dilepaskan selama proses pemadatan dimanfaatkan untuk mendorong
protein melewati membran.
Menurut R.J. Ellis, istilah chaperons dalam bidang biokimia adalah
mencegah interaksi yang salah antar permukaan yang komplementer dan
Universitas Gadjah Mada
memisah hubungan yang tidak tepat., Proses melipatnya molekul protein
didorong oleh protein yang bekerja sebagai faktor pembatas terhadap
terjadinya beberapa tingkat konformasi. Faktor tersebut dinamakan chaperones
yang kemungkinan bekerja mencegah konformasi yang salah atau memperkuat
konformasi yang sudah tepat. Diperkirakan chaperons berikatan dengan protein
eksentrik yang menonjol akibat terjadinya pembengkokan atau perlipatan yang
membatasi terjadinya pelengkungan yang berlebihan dan konfrmasi yang
sudah tepat.
4. SINYAL PENGARUH RETIKULUM ENDOPLASMIK
Sinyal pengarah-RE sering disebut peptida transit, rangkaian pemandu
atau presekuen yang terdiri atas kombinasi dan asam-asam amino yang
membentuk 3 subdaerah seperti terlihat pada Gambar 8.11. Sinyal ujung Nterminal dan asam amino pertama sampai ke 7 adalah daerah polar yang
biasanya residu ke 1 sampai ke 3 adalah lisin. Segmen yang bermuatan positif
tersebut kemungkinan akan mendorong terjadinya penempelan awal dari sinyal
ke permukaan membran RE yang bermuatan negatif. Banyak molekul fosfolipid
dalam membran RE yang bermuatan negatif pada ujung polarnya.
Di belakang daerah yang bermuatan positif tersebut terdapat teras
hidrofobik yang terdiri atas sekitar 6 sampai 12 asam amino atau Iebih. Molekul
asam amino di daerah tersebut mampu membentuk bangunan α-heliks atau
untai beta yang panjang untuk merentang bagian dalam membran yang bersifat
hidrofobik. Teras berperan dalam mendorong penyusupan sinyal ke bagian
dalam membran. Setelah terjadi penyusupan, porus (lubang) hidrofobik dapat
membuka untuk pelintasan rangkaian asam amino.
Daerah berikutnya (ke tiga) termasuk tempat terpotongnya sinyal
sesudah protein menyusup ke membran. Pada kebanyakan sinyal, daerah
tersebut berisi asam amino yang kecil, rantai samping tidak bermuatan pada
posisi ke 1 dan ke 3 ke arah N-terminal dan titik tempat pemotongan.
Universitas Gadjah Mada
Ditemukan juga asam amino yang besar serta polar atau rantai sampingnya
bermuatan pada posisi ke 2 ke hulu dan titik potong. Pengaturan posisi rantai
asam amino yang akan dipotong dilukiskan pada Gambar 8.13. Gambaran
struktural molekul tersebut diperkirakan mampu dikenal oleh enzim pelepas
sinyal.
5. SINYAL PEPTIDASE
Aktivitas sinyal peptidase dalam melepas sinyal merupakan persyaratan
untuk keberhasilan transfer dan kebanyakan protein terarahkan-RE. Apabila
aktivitas enzim sinyal peptidase dihambat, maka transfer protein biasanya tidak
sempurna. Protein yang secara normal lewat membran RE seperti protein
sekresi akan macet di dalam membran, jika aktivitas enzim sinyal peptidase
terganggu.
Keberadaan sinyal peptidase dapat diketahui dari isolat pemotongan
membran RE, meskipun posisi yang tepat belum ditemukan. Posisi tersebut
kemungkinan terdapat pada bagian membran sisterna RE yang menghadap ke
dalam atau karena molekul enzim tersebut sangat hidrofobik, diperkirakan
terdapat dalam membran interior.
Sinyal peptidase pada sel prokariot ekuivalen dengan sel eukariot,
sinyal peptidase I dengan aktivitas yang sifatnya universal, dapat mengenal dan
memotong sinyal N-terminal dan berbagai sumber baik dan sel prokariot
maupun sel eukariot. Pada bakteri Escherichia coli, protein sinyal dipotong oleh
2 peptidase ialah sinyal peptidase I dan sinyal peptidase II. Sinyal peptidase I
mempunyai berat molekul 37.000 dalton yang terdapat di dalam dan di luar
Universitas Gadjah Mada
membran. Enzim tersebut memotong sinyal N-terminal dan semua protein
terarah-membran, kecuali lipoprotein yang tidak biasa ditemukan pada bagian
luar membran bakteri Gram-negatif. Sinyal peptidase II terdapat dalam
membran plasma dengan peran melepas sinyal N-terminal dan lipoprotein.
6. SINYAL TRANSFER-STOP
Protein yang diarahkan ke RE oleh sinyal N-terminal kemungkinan akan
tetap berada dalam membran atau menerobos membran dan masuk ke
sisterna RE. Gambar 8.14 menunjukkan topologi translokasi protein melintas
membran RE. Penahanan protein dalam membran tergantung pada sinyal
transfer-stop yang akan menghentikan satu segmen atau lebih dari rantai asam
amino baru yang melewati membran. Contohya adalah protein viral yang
tertanam dalam membran plasma yang terdiri dan untai asam amino hidrofobik
atau asam amino netral dengan panjang untai antara 20-24 residu yang
terdapat dalam ujung C-terminal dari suatu protein. Segmen protein yang
tertanam adalah sinyal transfer-stop yang menahan majunya protein lewat
membran RE selama sintesis awal. Protein yang disusupkan ke membran oleh
sinyal N-terminal dilanjutkan lewat membran sampai ditemukannya sinyal
transfer-stop
Pada titik tersebut, rantai hidrofobik akan terkunci dalam membran RE
dan segmen berikutnya dapat melewati membran diikuti dengan rangkaian
transfer-stop tambahan. Rangkaian transfer-stop diperkirakan akan melepas
segmen rantai asam amino dan kanal hidrofobik dan tertanam dalam membran.
Pengaturan tersebut akan menghasilkan segmen-segmen yang melengkung
balik dan seterusnya melewati membran. Secara umum, jumlah sinyal transfer-
Universitas Gadjah Mada
stop menunjukkan jumlah segmen padat-membran dan satu molekul protein
dan berapa kali rantai asam amino silang menyilang.
Apabila dalam molekul polipeptida terdapat satu sinyal peptida dan satu
sinyal transfer-stop, maka transfer polipeptida akan berhenti pada saat sinyal
transfer-stop masuk ke kanal dalam membran RE. Pada saat tersebut sintesis
protein masih berlangsung di dalam ruang sitosolik, meskipun telah terjadi
pemotongan sinyal peptida, sehingga pada akhir sintesis ditemukan satu untai
polipeptida di dalam lumen (ruang sisterna) dan yang lain dalam ruang sitosol.
Pembentukan segmen protein yang berada di dalam lumen RE (ruang sitema)
dan di dalam ruang sitosol dapat dilihat pada Gambar 8.15.
Penyusupan polipeptida lewat mebran RE yang berisi 2 segmen
hidrofobik (satu sinyal peptida dan yang lain sinyal transfer-stop) berlangsung
dengan mekanisme seperti terdapat dalam Gambar 8.16. Sinyal transfer-stop
umumnya lebih berisfat hidrofobik dibanding sinyal peptida, tetapi molekul
tersebut dapat bertindak sebagai sinyal peptida, jika lokasinya & protein
berubah.
Universitas Gadjah Mada
dapat diamati dan amino-terminal ke segmen pertama (antara sinyal
peptida dan sinyal transfer-stop), dilanjutkan dengan sintesis polipeptida
berikutnya.
Proses penyusupan dilanjutkan yang dimulai lagi dengan penggunaaan
sinyal peptida yang berada di belakang sinyal transfer-stop sebelumnya.
Proses tersebut berlangsung terus, sehingga diperoleh gambaran seperti
terlihat pada Gambar 8.16 di atas.
Lumen RE terutama terisi protein transit dalam proses melipat,
sedangkan di dalam sitoplasma terdapat protein yang sudah dalam bentuk
lipatan. Pada saat protein melipat terjadi teras hidrofobik internal, tetapi
sebelum proses tersebut berlangsung, residu hidrofobik dikelilingi oleh air.
Rantai polipeptida yang tidak melipat meskipun dalam konsentrasi sangat
rendah, mempunyai kecenderungan untuk berkumpul dengan molekul lainnya
untuk menyembunyikan gugus hidrofobiknya, sehingga terbentuk presipitat.
Dalam campuran kompleks protein yang tidak melipat seperti dalam lumen RE,
kemungkinan akan terjadi presipitat amorf atau heterogenous. Di dalam lumen
Universitas Gadjah Mada
RE terdapat protein yang disebut binding protein (BIP) dalam konsentrasi yang
sangat tinggi yang mampu mengenal kesalahan lipatan suatu protein. Molekul
BIP tampaknya mampu mengenal permukaan hidrofobik sehingga molekul
tersebut dapat memperbaiki bentuk lipatan. Molekul IP berisi peptida sinyal dan
empat asam amino pada C-terminal yang bertanggung jawab agar. protein
tetap berada dalam lumen RE. Apabila BIP mengikat protein yang tidak
melipat,. molekul tersebut membantu agar protein dalam RE tetap tidak rapi.
Topologi protein membran dengan sinyal yang berselang-seling disajikan pada
Gambar 8. 17.
7. SINYAL PEPTIDA PASCA PENYUSUPAN
Sesudah polipeptida berada dalam membran RE atau di dalam sisterna
RE tanpa sinyal transfer-stop, maka kemungkinan protein baru yang disintesis
akan menjadi komponen permanen tetap di lokasi tersebut atau dikirim lewat
jalur RE — kompleks Golgi –membran plasma.
Universitas Gadjah Mada
Universitas Gadjah Mada
Arahan ke lokasi tersebut tergantung pada ada atau tidaknya postinsertion singnal (sinyal pasca penyusupan) yang memandu protein ke tujuan
akhir di RE, kompleks Golgi, lisosom, vesikel penyimpanan, membran plasma
atau vakuola netral pada sel tanaman.
Pembentukan rangkaian atau struktur sinyal pasca penyusupan untuk
protein terarah-RE sangat sulit dibuktikan. Kebanyakan sinyal tersebut hanya
merupakan sesuatu yang belum diketahui, baik lokasi maupun rangaian asam
amino penyusunnya. Kemungkinan sinyal tersebut terdiri atas 3 macam model
mekanisme operasional:
a. Sinyal retensi retikulum endoplasmik
Rangkaian asam amino yang menahan protein dalam retikulum
endoplasmik.
b. Sinyal pengarah protein enzimatik ke lisosom
Adanya unit karbohidrat yang mengalami modifikasi yang mengarahkan
glikoprotein yang baru yang disintesis ke lisosom.
c. Sinyal terarah-RE ke lokasi bukan lisosom
a.
Sinyal Retensi Retikulum Endoplasmik
Di antara berbagai protein yang berath secara permanen di dalam
kompartemen RE adalah BiP (binding protein) suatu protein terlarut yang
mengembangkan pembentukan lipatan dan perakitan antibodi serta
polipeptida lain menjadi protein multisubunit.
Protein lain yang merupakan komponen tetap dalam RE adalah PDI
(Protein Disuif ide Isomerase), suatu enzim yang mengkatalisis pengaturan
kembali ikatan disulfida yang terdapat di dalam protein yang baru
disintesis. Dua orang peneliti, S. Monro dan H.R.B. Pelham menemukan
rangkaian 4 asam amino yang ujung C-terminalnya sdari kedua protein di
atas dan protein lain yang ditinggal dalam RE ialah Lys-Asp-Glu-Leu
dengan singkatan asam amino satu huruf KDEL. Beberapa substitusi yang
terjadi secara alami untuk sinyal retensi RE dalam beberapa protein adalah
Arg untuk asam amino pertama, sehingga ke-4 asam amino tersebut
menjadi RDEL. Bentuk standar sinyal retensi RE dada yeast menggunakan
histidin sebagai asam amino pertama dan diperoleh rangkaian HDEL.
Munro dan Pelham mengadakan penelitian dengan mengambil rangkaian
ke empat asam amino dan sinyal retensi RE yang menyebabkan protein
Universitas Gadjah Mada
tersebut ikut dalam sekret yang dikeluarkan dari RE. Sebaliknya
penambahan KDEL sinyal ke ujung C-terminal pada protein nonretensi
menyebabkan terjadinya penahanan protein tersebut di dalam RE.
Identifikasi reseptor untuk sinyal KDEL dilakukan oleh D. Vaux dkk.
yang menggunakan antibodi anti-ideotype dan kemungkinan mekanisme
bagaimana
cara
reseptor
bekerja,
antibodi
yang
pertama
kali
dikembangkan untuk melawan sinyal KDEL. Apabila membran reseptor
mengenal dan mengikat sinyal KDEL sebagai bagian dari mekanisme
retensi, diperkirakan kemungkinan satu antibodi anti-KDEL atau lebih,
mempunyai tapak akhir serupa dengan reseptor KDEL. Berikutnya adalah
penggunaan antibodi anti-KDEL sebagai antigen untuk mengebangkan
“second generation antibodies” yang dapat mengenal tapak pengikatKDEL. Antibodi tersebut kemudian digunakan sebagai probe untuk reseptor
KDEL dalam RE atau membran sekitarnya. Antibodi dicoba untuk mengikat
protein membran integral yang terdapat terutama dalam vesikel yang dekat
dengan RE atau dalam sis-sistema Golgi.
Penemuan tersebut memperkuat hipotesis penyelamatan dari retensi
dan protein penghuni RE yang telah diteliti oleh Moro dan Pelham. Menurut
pemikiran para peneliti tersebut, protein yang terdapat dalam RE dapat
lepas dengan jalan masuk ke dalam tonjolan membran RE yang kemudian
menjadi vesikel transisi. Vesikel tersebut akan mengadakan fusi dengan
membran kompleks Golgi sepanjang protein tersebut dialamatkan ke tapak
dan jalur terarah-RE. Protein RE yang masuk ke dalam vesikel transisi
akan diikat oleh reseptor KDEL dan membran vesikel. Vesikel tersebut
akan mengadakan fusi dengan sis-sisterna kompleks Golgi dan reseptor
KDEL dengan protein RE yang terikat, mengalami pemilahan dan
ditempatkan dalam vesikel yang menonjol dari Golgi untuk dikirim kembali
ke RE. Setelah vesikel mengadakan fusi dengan membran RE, kemudian
reseptor KDEL melepas protein RE. Daur pembebasan dan penyelamatan
protein RE akan dimulai lagi dengan cara yang sama. Mekanisme
penyelamatan protein penghuni RE disajikan pada Gambar 8.18
Universitas Gadjah Mada
Enzim yang mempercepat perbaikan ikatan disulfida dalam RE adalah
protein disulfida isoinerase (PDI). Di dalam sitosol terdapat campuran agen
pereduksi berisi thiol yang mencegah terjadinya ikatan -S-S (ikatan
disulfida) dengan mempertahankan bentuk asam amino sistein dalam
keadaan tereduksi (-SH). Lumen RE tidak berisi agen tersebut, sehingga
memungkinkan terbentuknya ikatan disulfida antar sistein dalam satu
molekul protein. Gambar 8.19 menunjukkan perbaikan ikatan disulfida
dalam satu molekul protein. Gugus thiol dan PDI yang menempel pada
bagian dalam RE akan mengikat salah satu gugus thiol dan sistein dan
dapat memperbaiki ikatan-ikatan -S-S yang salah.
Universitas Gadjah Mada
b.
Sinyal Pengarah Protein Enzimatik ke Lisosom
Lisosom adalah kantong terbungkus membran yang berisi campuran
enzim hidrolitik yang mampu memecah kebanyakan substansi biologik.
Banyak enzim yang masuk ke lisosom diberi tanda dengan sinyal pemilah
pasca penyusupan (post-insertion sorting signal) yang terdiri atas manosa
dan gugus fosfat pada atom karbon-6. Sinyal manosa-6-P ditemukan oleh
S. Kornfeld dan kawan-kawan.
Protein yang bertindak sebagai reseptor untuk sinyal lisosom diteliti oleh
W.J. Brown dan Farquhar. Vesikel lisosom dengan membran bagian dalam
yang aktif mengikat sinyal manosa-6-P (pH 7) bergerak mendekati sissisterna komleks Golgi yang berisi reseptor yang terdapat dalam membran
bagian dalam. Mekanisme pemilahan protein lisosomal disajikan pada
Gambar 8.20. Trans-sisterna kompleks Golgi mempunyai pH yang sedikit
asam yang menyebabkan enzim hidrolitik dengan sinyal manosa-6-P
terikat
Universitas Gadjah Mada
sangat kuat dengan bagian dalam membran yang berisi reseptor. Segmensegmen membran tersebut akan lepas menjadi vesikel yang bergerak ke
lisosom. Di bagian dalam vesikel, pH internal menurun karena aktivitas
pompa W-ATP dalam membran vesikel. Akibat penurunan pH tersebut,
reseptor akan kehilangan afinitasnya terhadap enzim lisosomal dan
membebaskannya ke vesikel. Brown dan Farquhar melakukan penelitian
dengan menggunakan amonium sulfat ion yang ditambahkan pada sel,
maka senyawa tersebut akan mengganggu proses pemilahan lisosom.
Masuknya ion amonium ke dalam lisosom akan menaikkan pH dengan
akibat timbulnya ketidakmampuan reseptor manosa-6-P melepas enzim
hidrolitik dan membiarkan tetap terikat pada lisosom. Keterikatan tersebut
mengakibatkan tidak ada daur ulang vesikel ke kompleks Golgi.
Pada pH normal, enzim-enzim lisosomal yang disekresi terikat kuat
pada reseptor manosa-6-P dan dikembalikan ke sel lewat vesikel endositik.
Kebanyakan vesikel mengadakan fusi degan lisosom atau dengan
kompleks Golgi yang secara otomatis akan mengembalikan enzim
lisosomal dan pengembaraannya ke jalur distribusi normal. Sekitar 5-10%
dan enzim di dalam lisosom diperkirakan mengalami proses dengan
Universitas Gadjah Mada
mekanisme seperti di atas. Proses ulang-alik reseptor manosa-6-P
berlangsung akibat berubahnya pH ruang dalam endolisosom.
Enzim lisosomal mengalami disosiasi dan protein reseptor manosa-6-P
di dalam endolisosom dan mencerna material yang berada di dalamnya.
Setelah enzim dilepas, reseptor akan kembali ke membran trans-Golgi
network (TGN) dengan menggunakan vesikel berselubung. Proses daur
ulang dan endolisosom ke kompleks Golgi serupa dengan mekanisme daur
antara endosom dengan membran plasma. Transpor enzim hidrolase
termediasi-reseptor dan kompleks Golgi ke endolisosom analog dengan
endositosi melekul ekstra selular dan membran plasma ke endosom.
Kedua proses tersebut masuk ke dalam kluster dan clathrin-coated yang
dikenal sebagai coated-pit. Daerah tersebut akan menonjol dan akan
menjadi vesikel terlapis pis-klatrin yang mengangkut ligan ke kompartemen
kedua yang bersifat asam, kemuadian reseptor akan kembali ke membran
plasma. Transpor enzim hidrolase lisosom ke lisosom disajikan pada
Gambar 8.21.
Proenzim hidrolase lisosom akan mengikat manosa-6-P dalam sis-Golgi
dan terpisah dan berbagai jenis protein lain dalam TGN. Pemisahan terjadi
karena vesikel terlapis-klatrin membentuk tonjolan (budding) pada TGN
yang banyak mengandung reseptor manosa-6-P yang mengikat hidrolase.
Vesikel terbungkus akan kehilangan lapisannya dan mengadakan fusi
dengan endolisosom. Endolisosom dengan pH rendah akan menyebabkan
hidrolase lepas dari reseptor yang kemudian masuk daur ulang ke
kompleks Golgi untuk menjalankan proses serupa berikutnya. Hilangnya
gugus fosfat dan manosa akan mengurangi kesempatan kembalinya
hidrolase ke kompleks Golgi bersama reseptomya. Meskipun reseptor
Universitas Gadjah Mada
glikoprotein manosa-6-P berbeda ukurannya, tetapi rangkaian asam amino
tertentu tampaknya mempunyai fungsi yang serupa.
Perjalanan reseptor manosa-6-P dalam proses daur ulang diamati
dengan menggunakan antibodi spesifik ke tempat protein dalam sel.
Reseptor
secara
normal
ditemukan
dalam
kompleks
Golgi
dan
endolisosom, tetapi tidak ditemukan dalam lisosom dewasa. Dalam kultur
sel yang ditambah asam lemah seperti amonia atau chloroquine, reseptor
manosa-6-P yang biasanya tertimbun dalam organela yang asam, pH-nya
akan menjadi netral. Reseptor akan hilang dan kompleks Golgi dan
terkumpul dalam endolisosom. Kembalinya reseptor ke Golgi dapat dipicu
dengan cara menghilangkan basa lemah tersebut atau mempertinggi
konsentrasi manosa-6-P di dalam media. Hasil penelitian tersebut
memberikan gambaran bahwa pengembalian reseptor ke kompleks Golgi
dipermudah dengan perubahan konformasi molekul reseptor yang terjadi
pada saat lepas dan enzim hidrolase.
Klatrin pembungkus yang terbentuk pada saat terjadinya vesikel
tampakya bertindak sebagai “saringan molekul” yang memisahkan reseptor
dan ligan ke vesikel, tetapi tidak bertanggungjawab pada spesifitas tujuan
vesikel, karena pembungkus akan segera hilang setelah vesikel terbentuk.
Universitas Gadjah Mada
Gambaran skematis tentang mekanisme pengarahan transpor vesikel
terlapis-klatrin dari dan ke membran spesifik dapat dilihat pada Gambar
8.22.
Apabila sel diberi tunicamycine, suatu antibiotik a yang rnenghambat
pembentukan gugus karbohidrat pada glikoprotein, kecuali untuk enzimenzim lisosom, masih dapat mencapai tujuan di dalam sel. Dapat
dikatakan, bahwa untuk glikoprotein non-lisosomal yang mayoritas
merupakan glikoprotein yang dipilah dan didistribusi di dalam sel, gugus
karbohidrat tidak merupakan bagian yang menentukan dalam proses
pemilahan. Kemungkinan molekul glikoprotein tersebut tidak berisi sinyal
yang esensial untuk mengikuti jalur tertentu.
Pada tanaman dan fungi, vauola sentral mempunyai fungsi yang serupa
dengan lisosom pada hewan. Vakuola juga berisi enzim-enzim yang
mampu menghidrolisis banyak molekul biologik terutama polisakarida.
Enzim dan lain-lain protein termasuk protein yang disimpan dalam vakuola
umbi dan akar, masuk ke dalam vakuola setelah disintesis dalam RE. Dua
orang peneliti B.W. Tague dan M.J. Chrispeel menunjukkan, bahwa
fitohemaglutinin, suatu protein yang masuk ke dalam vakuola tanaman
akan mengikuti jalur ke vakuola pada yeast apabila dimasukkan ke dalam
organisme tersebut. Dalam sel ragi dan sel tanaman terlihat adanya
mekanisme pemilahan dan reseptor yang mengarahkan protein ke vakuola
sentral. Percobaan dengan melepas segmen polisakarida tidak mempunyai
pengaruh terhadap jalur pengiriman ke vakuola sentral, sehingga
diperkirakan molekul tersebut tidak ditandai oleh sinyal manosa-6-P.
Penelitian lain menunjukkan bahwa pengarah-vakuola terdapat di dalam
molekul polipeptida yang biasanya merupakan rangkaian asam amino (50
buah) pertama sesudah sinyal pengarah-RE.
c.
Sinyal Terarah-RE ke Lokasi Bukan Lisosom
Beberapa protein yang masuk ke dalam RE menjadi elemen integral
dan kompleks Golgi, membran plasma atau membran pembungkus
nukleus. Jalur terpanjang dan paling intensif yang diikuti peneliti adalah
arahan protein ke membran plasma. Protein yang ditujukan ke lokasi
tersebut masuk ke RE dan kemudian bergerak melewati membran vesikel
transisi, ke kompleks Golgi dan ke vesikel sekretori sampai pada tujuan
Universitas Gadjah Mada
akhir. Di antara molekul-molekul yang mengambil jalur terseut akan lewat
membran dengan cara transpor pasif dan aktif dan juga menggunakan
reseptor permukaan sel.
Dalam beberapa membran seperti pemukaan epitel yang membungkus
rongga badan, mekanisme pemilahan dan distribusi menempatkan proteinprotein yang berbeda pada tempat-tempat yang tepat dalam membran
plasma. Protein yang membawa gula dan asam amino dapat ditemukan
pada sel epitel intestinum, misalnya molekul yang akan didistribusi ke
daerah membran plasma yang menghadap ke ruang intestinum.
Protein dengan tujuan akhir kompleks Golgi akan mengikuti jalur yang
sama yang dikirim ke membran plasma, tetapi berhenti setelah mencapai
sisterna Golgi. Protein-protein tersebut termasuk berbagai macam enzim
transferase, proteinase, fosforilase dan sulfatase. Kemungkinan proteinprotein tersebut mengadakan interaksi dengan reseptor apabila proses
pembentukan molekul enzim tersebut sudah selesai. Beberapa protein RE
kemungkinan akan mengikuti perjalanan yang sama seperti membran
Golgi, tetapi arahnya akan berbalik setelah mengalami modifikasi di dalam
Golgi dan kembali ke lokasi tetapnya di dalam RE.
Protein yang membentuk bagian membran nukleus, mungkin disintesis
di dalam ribosom yang menempel pada bagian luar membran nukleus.
Apabila protein disintesis di bagian luar membran nukleus, mungkin
molekul protein akan tetap tinggal di dalam membran tersebut atau
bergerak melewati kanal yang terbentuk dalam RE, yang kemungkinan
mengalami modifikasi dalam RE atau komleks Golgi sebelum menjadi
penghuni tetap di dalam membran pembungkus membran nukleus. Jika
protein disintesis dalam RE, mungkin protein tersebut akan masuk ke
dalam bungkus nukleus lewat kanal. Tampaknya sinyal pasca penyusupan
dan reseptor bertanggung jawab untuk retensi atau arahan protein ke
membran pembungkus nukleus.
Protein yang masuk ke dalam sistem distribusi lewat RE mempunyai
berbagai kemungkinan tujuan akhir yang berkisar antara RE sampai
membran pembungkus nukleus, kompleks Golgi, lisosom, membran
plasma dan juga dikirim ke luar sel.
Universitas Gadjah Mada
Download