BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,
DAN HIPOTESIS
3.1.
Kajian Pustaka
3.1.1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah merupakan faktor penting dalam suatu siklus yang
bermula dan berakhir dengan kebutuhan. Pemasaran harus dapat menafsirkan
kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga
produk, mendistribusikan produk, mempromosikan produk secara efektif, serta
mengkombinasikannya dengan data pasar seperti lokasi konsumen, jumlah dan
keseluruhan konsumen.
Pemasaran menurut Kotler (2003:7) adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Pengertian manajemen pemasaran menurut Shultz (dalam buku Alma,
cetakan-7,
2005:130),
manajemen
pemasaran
adalah
merencanakan,
mengarahkan, dan mengawasi seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun
bagian dari perusahaan. Pengertian manajemen pemasaran menurut Kotler dan
Armstrong (2002:14), terjemahan Bakowatun menyebutkan bahwa : “Manajemen
pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas
program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan
21
22
pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud untuk
mencapai sasaran organisasi”.
Dari definisi diatas, menurut penulis pemasaran adalah suatu proses untuk
memperoleh apa yang diinginkan konsumen dan menciptakan hubungan yang
baik dengan pelanggan dan dampaknya menguntungkan organisasi.
3.1.2. Bauran Pemasaran
Menurut Kotler (2009:76) bauran pemasaran atau marketing mix adalah
seperangkat alat pemasaran yang dapat dikendalikan (product, place, promotion,
price) yang diterapkan ke produk dari perusahaan itu sendiri untuk menghasilkan
respon yang diinginkan pasar. Bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat
dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya.
Alat-alat dalam bauran pemasaran dirumuskan oleh Jerome McCarthy
2008, kedalam empat aspek pokok yaitu : Produk (product),
Harga (price),
Tempat/Lokasi (place) atau distribusi, dan Promosi (promotion), hingga dikenal
dengan istilah 4P. Pendekatan bauran pemasaran 4P berguna dalam penyusunan
rencana pemasaran.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), berbagai kemungkinan ini dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok variabel yang disebut “Empat P”, yaitu:
1
Product (Produk), meliputi keragaman produk, kualitas, desain, fitur, nama
merek, kemasan, ukuran, jasa/layanan, jaminan, dan pengembalian.
2
Price (Harga), meliputi daftar harga, diskon, pinjaman, periode pembayaran,
dan syarat pembayaran.
23
3
Place (Lokasi), meliputi saluran, pemenuhan, pembagian (assortments),
lokasi, inventori, transportasi, dan logistik.
4
Promotion (Promosi), meliputi periklanan, penjualan personal, promosi
penjualan, dan hubungan masyarakat / public relation.
Menurut Manoj Kumar Jain dalam Asian Journal of Multidisciplinary
Studies, 2013 menjelaskan ada dua keuntungan menerapkan konsep marketing
mix: First, it is an important tool used enable one to see that the marketing
manager’s job is, in a large part, a matter of trading off the benefits of one’s
competitive strengths in the marketing mix against the benefits of others. The
second benefit it helps to reveal another dimension of marketing manager’s job.
All managers have to allocate available resources among various demands, and
marketing manager will in turn allocate these available recources among the
various competitive devices of the marketing mix.
3.1.2.1. Product (produk)
Menurut Zimmer dan Scarborough (2004:166) “Produk adalah barang atau
jasa yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen”.
Menurut Purashraf Yasanaalh, Bidram Vahid (American Journal of Indutrial and
Business Management, 2012) Product is all necessary components and elements
to do a service wich generate value for customer. Product is an element of
marketing mix which respecting it in cooperatives leads into the satisfaction of
members and customers.
Seperti yang dikemukakan Kotler dan Armstrong (2008), suatu produk
dapat dibedakan berdasarkan tiga tingkatan produk dimana setiap tingkatan
24
memberi nilai lebih bagi pelanggan. Klasifikasi produk menurut Kotler
(2003:410) dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1.
Barang, yang dibagi menjadi dua yaitu barang tahan lama (durable goods)
dan barang yang tidak tahan lama (non-durable goods).
2.
Jasa, yang merupakan barang tidak berwujud, tidak dapat disimpan, tidak
dapat dipisahkan, beraneka ragam dan tidak tahan lama.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:272), berbagai kemungkinan dapat
dikelompokkan menjadi dimensi variabel produk yaitu:
1.
Keragaman produk (variety), cenderung digunakan pada barang-barang yang
mempunyai model dan disukai saat tertentu seperti pakaian.
2.
Kualitas (quality), hal ini menyangkut kemampuan produk untuk memenuhi
harapan dan kepuasan konsumen dimana dalam pelaksanaannya kualitas
harus seimbang dengan harga suatu barang.
3.
Desain (design), adalah tambahan pada suatu barang yang akan membuat
barang tersebut lebih menarik.
4.
Ciri khas (features), merupakan keadaan, kondisi, karakter dari suatu barang,
dimana terdapat perubahan tertentu yang dapat dibedakan ciri khasnya dari
suatu barang yang lain, yang merupakan standar suatu barang.
5.
Merek dagang (brand name), merupakan suatu unsur yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu produk karena produk dikenal dari merek dagang.
6.
Kemasan (packaging), kemasan harus dirancang dengan baik dan praktis
yang meliputi bentuk, warna, efisiensi dan menarik untuk dilihat.
7.
Ukuran (size), ukuran dari suatu barang berguna untuk melakukan pembagian
25
pasar berdasarkan harga maupun sasaran konsumennya. Di dalam produk
terlihat perbedaan ukuran barang konsumen dan barang industri.
8.
Pelayanan
(service),
pelayanan
diberikan
kepada
konsumen
untuk
meningkatkan kepuasan konsumen dalam membeli barang dan jasa.
9.
Jaminan (guaranties), jaminan atas resiko kerusakan barang yang dipakai.
10. Pengembalian (return), pengembalian barang disebabkan adanya kerusakan
diluar standar perusahaan akibat kelalaian pengiriman dari perusahaan dan
sebagainya.
Hasil dari beberapa penelitian mengemukakan bahwa produk yang dicari
oleh konsumen adalah produk yang berkualitas dengan adanya jaminan dan
banyaknya pilihan ukuran (Leong dan Tan, 2010). Menurut Kotler dan
Armstrong (2008) suatu produk harus mempunyai nilai lebih untuk dapat
menimbulkan minat beli terhadap konsumen.
Dalam memutuskan suatu
keputusan pembelian, pelanggan memandang penting atribut-atribut yang terdapat
dalam suatu produk yang meliputi kualitas produk, fitur produk, gaya dan desain
produk. Atribut produk dinilai memiliki peranan penting dalam proses
pengambilan keputusan karena konsumen menilai dan membandingkan produk
kompetitif berdasarkan atribut.
3.1.2.2. Price (harga)
Menurut Ferdinand (2000:30), harga merupakan salah satu variabel
penting dalam pemasaran, dimana harga dapat mempengaruhi customer dalam
mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, karena berbagai alasan.
Menurut Alma (2005:35) “Harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dalam
26
uang”. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:345) “Harga adalah jumlah yang
ditagihkan atas suatu produk atau jasa”. Lebih luas lagi, harga adalah sejumlah
nilai yang diberikan pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa. Salah satu yang dapat menjadi dimensi
harga adalah daftar harga, diskon, jangka waktu pembayaran dan syarat
pembayaran.
Harga
merupakan
salah
satu
elemen
bauran
pemasaran
yang
membutuhkan pertimbangan cermat, dikarenakan adanya sejumlah dimensi
strategik harga dalam hal sebagai berikut:
1.
Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk.
2.
Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli.
3.
Harga adalah determinan utama permintaan.
4.
Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba.
5.
Harga bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan cepat.
6.
Harga mempengaruhi citra dan strategi positioning.
7.
Harga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi para manajer.
Ditunjukkan oleh adanya empat level konflik potensial menyangkut aspek
harga, yaitu konflik internal perusahaan, konflik dalam saluran distribusi,
konflik dengan pesaing, serta konflik dengan instansi pemerintah dan
kebijakan publik.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), mengenai strategi penyesuaian
harga (Price- Adjustment Strategies), menjelaskan bahwa perusahaan melakukan
penyesuaian harga dasar mereka untuk menghadapi berbagai perbedaan pelanggan
27
dan perubahan situasi. Kotler dan Armstong menguji enam strategi penyesuaian
harga yaitu: harga diskon dan pinjaman, harga segmentasi, harga psikologis, harga
promosi, harga berdasar geografi, dan harga internasional. Beberapa modifikasi
harga menurut Saladin (2003) diantaranya adalah:
1.
Penetapan harga per wilayah geografis, yaitu penetapan harga yang
melibatkan perusahaan dalam pengambilan keputusan mengenai harga
produk bagi konsumen yang berada di berbagai tempat yang berbeda.
2.
Potongan harga dan imbalan khusus, yaitu penghargaan terhadap tindakan
pelanggan yang membeli suatu produk pada waktu tertentu dengan
mengurangi dari daftar harga yang sebenarnya.
3.
Penetapan harga promosi, yaitu penetapan harga di bawah harga pokok, yang
dilakukan pada saat tertentu dalam rangka promosi.
4.
Penetapan harga diskriminatif, yaitu terjadi bila perusahaan menjual barang
atau jasa yang berbeda-beda, meskipun perbedaan biaya produk tersebut tidak
proporsional dengan perkembangan harga.
5.
Penetapan harga produk baru, yaitu penetapan harga yang berbeda-beda
antara produksi asli yang dilindungi oleh hak paten dengan produk yang
meniru produk yang sudah ada.
Lebih lanjut, Tjiptono (2005) mengatakan bahwa, harga memiliki dua
peranan utama dalam mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu:
1.
Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli
untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang
diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat
28
membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya
belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga
dari beberapa alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana
yang dikehendaki.
2.
Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik customer
mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat
dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor
produk atau manfaatnya secara obyektif.
Harga (price) dari sudut pandang pemasaran merupakan satuan moneter
atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa. Dari sudut
pandang customer, harga seringkali digunakan sebagai indikator value bilamana
harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang dan
jasa. Value dapat didefinisikan antara manfaat yang dirasakan terhadap harga
(Wahyudi, 2004).
Menurut Stanton (2004) ada tiga ukuran yang menentukan harga, yaitu
sebagai berikut:
1.
Harga yang sesuai dengan kualitas suatu produk.
2.
Harga yang sesuai dengan manfaat suatu produk.
3.
Perbandingan harga dengan produk lain.
Menurut Kotler dan Keller (2009:63) suatu harga mempunyai dimensi
meliputi daftar harga, diskon, pinjaman, potongan harga khusus, periode
pembayaran,
dan
syarat
pembayaran.
Hasil
dari
beberapa
penelitian
29
mengemukakan harga adalah penentu permintaan suatu produk di pasar
(Hermawan Kertajaya, 2009). Pada penelitiannya, Yuswohadi (2010) menyatakan
bahwa harga berkorelasi positif terhadap kecenderungan konsumen untuk
mempertimbangkan membeli yang akhirnya memutuskan untuk melakukan
pembelian. Berdasarkan hal-hal tersebut maka harga mempunyai pengaruh
terhadap keputusan pembelian. Sedangkan Chapman dan Wahlers (2009)
menyatakan bahwa semakin adanya kejelasan dan kemudahan jangka waktu
pembayaran maka akan menimbulkan minat beli. Oleh karena itu, kejelasan harga
dan kemudahan pembayaran berperan sebagai sinyal terhadap minat konsumen
yang memungkinkan seseorang untuk melakukan suatu pembelian.
Berry (2008) mengemukakan bahwa terdapat hubungan secara langsung
antara harga dengan keputusan pembelian. Persepsi harga yang dirasakan oleh
konsumen akan berpengaruh terhadap kesediaan konsumen tersebut untuk
membeli sebuah produk. Ini berarti bahwa semakin menarik penawaran harga
yang dirasakan oleh konsumen, maka akan semakin menimbulkan minat
konsumen tersebut untuk akhirnya membeli.
3.1.2.3. Place (letak)
Produk yang telah dihasilkan oleh suatu perusahaan akan lebih berguna
bagi konsumen/pembeli apabila produk tersebut tersedia pada tempat dan saat
dimana saja dibutuhkan. Tempat atau lokasi yang strategis akan menjadi salah
satu keuntungan bagi perusahaan karena mudah terjangkau oleh konsumen,
namun sekaligus juga menjadikan biaya rental atau investasi tempat menjadi
semakin mahal.
30
Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut
menentukan tercapainya tujuan badan usaha. Lokasi lebih tegas berarti tempat
secara fisik (Sriyadi, 2001:60). Lokasi adalah letak atau toko pengecer pada
daerah yang strategis sehingga dapat memaksimalkan laba (Swasta dan Irawan,
2003:339). Sedangkan menurut Lupiyoadi (2001:61-62) mendefinisikan lokasi
adalah tempat dimana perusahaan harus bermarkas melakukan operasi. Dalam hal
ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu:
1.
Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan). Apabila keadaannya
seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya
memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau dengan
kata lain harus strategis.
2.
Pemberi jasa mendatangi konsumen. Dalam hal ini lokasi tidak terlalu
penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap
berkualitas.
3.
Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung, berarti service provider
dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer,
dan surat.
Menurut Palmer (2004:9), place dalam jasa merupakan gabungan antara
lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan
bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang
strategis. Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (Manajemen Pemasaran, 2006:78)
tempat dalam bisnis yang dimaksud adalah lokasi adanya produk yang strategis
dan mudah dijangkau oleh konsumen. Menentukan lokasi tempat untuk setiap
31
bisnis merupakan suatu tugas penting bagi pemasar, karena keputusan yang salah
dapat mengakibatkan kegagalan sebelum bisnis dimulai. Memilih lokasi
berdagang merupakan keputusan penting untuk bisnis yang harus membujuk
pelanggan untuk datang ke tempat bisnis dalam pemenuhan kebutuhannya.
Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut menentukan
tercapainya tujuan badan usaha.
Hasil penelitan yang dilakukan oleh Yuliani (2005), variabel dari yang
diteliti dari penelitian tersebut antara lain: produk, lokasi dan harga yang
ditawarkan kepada konsumen. Dari hasil analisis diketahui bahwa secara
keseluruhan variabel mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan pembelian
ABC swalayan Purbalingga. Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan
bahwa tempat/lokasi mempunyai pengaruh terhadap keinginan konsumen untuk
mengunjungi produk yang akhirnya akan menimbulkan keinginan untuk memiliki
produk dan memutuskan untuk melakukan pembelian.
3.1.2.4. Promotion (promosi)
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), promosi adalah salah satu dari
empat instrumen dasar pemasaran yang memiliki tujuan untuk menginformasikan
mengenai instrumen lain dari bauran pemasaran dan memberikan kontribusi untuk
meningkatkan penjualan jangka panjang. Telah disampaikan sebelumnya bahwa
menurut Kotler dan Armstrong (2008:116), variabel/dimensi promosi antara lain
adalah periklanan, penjualan personal, promosi penjualan, pemasaran langsung
dan hubungan masyarakat (public relation). Promosi merupakan kegiatan
terpenting yang berperan aktif dalam memperkenalkan, memberitahukan, dan
32
mengingatkan kembali manfaat suatu produk agar mendorong konsumen untuk
membeli produk yang dipromosikan tersebut. Untuk mengadakan promosi, setiap
perusahaan harus dapat menentukan dengan tepat alat promosi manakah yang
dipergunakan agar dapat mencapai keberhasilan dalam penjualan (Iskandar,
2009).
Menurut
Tjiptono
(2008),
tujuan
utama
promosi
adalah
menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan
sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasaran. Secara rinci tujuan promosi
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Menginformasikan (informing), dapat berupa:
a. Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru.
b. Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk.
c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar.
d. Menjelaskan cara kerja suatu produk.
e. Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan perusahaan.
f. Meluruskan pesan yang keliru.
g. Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli.
h. Membangun citra perusahaan.
2.
Membujuk pelanggan sasaran (persuading), dapat berupa:
a. Pelanggan menetapkan pilihan merek.
b. Mengalihkan pilihan ke merek tertentu.
c. Mengubah persepsi pelanggan kepada atribut produk.
d. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga (salesman).
33
3.
Mengingatkan (remainding), dapat berupa:
a. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan di
waktu dekat.
b. Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk
perusahaan.
c. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan.
d. Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan.
Dengan tujuan promosi yang telah direncanakan maka selanjutnya
promosi memiliki tugas khusus. Menurut Tjiptono (2000:222) bentuk-bentuk
promosi memiliki fungsi yang sama tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat
dibedakan berdasarkan tugas khususnya. Beberapa tugas khusus itu sering disebut
bauran promosi (promotion mix) yang mencakup:
1.
Personal Selling (penjualan pribadi), komunikasi langsung atau tatap muka
antara penjual dengan calon pelanggan untuk membentuk pemahaman
pelanggan terhadap produk sehingga pelanggan kemudian akan mencoba dan
membelinya. Sifat-sifat personal selling yaitu:
a. Personal confrontation, hubungan langsung dan interaktif antara dua
orang atau lebih.
b. Cultivation, terjadi hubungan jual beli sampai dengan hubungan yang
lebih akrab.
c. Response, situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk
mendengar, memperhatikan dan menanggapi.
34
2.
Mass Selling (penjualan lewat media),
merupakan pendekatan yang
menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak ramai dalam satu waktu. Dibagi menjadi dua yaitu:
a. Advertising (periklanan). Merupakan salah satu bentuk
promosi yang
paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya.
Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasarkan pada
informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk yang disusun
sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan
mengubah pikiran
seseorang untuk
melakukan pembelian.
Iklan
mempunyai empat fungsi utama yaitu informasi tentang produk
(information),
mempengaruhi
(persuading),
mengingatkan
kembali
(reminding) dan menciptakan suasana menyenangkan (entertaining).
b. Publiciy (publisitas), pemanfaatan nilai berita yang terkandung dalam
suatu produk untuk membentuk citra produk yang bersangkutan.
3.
Sales Promotion (promosi penjualan), yaitu bentuk persuasi langsung melalui
penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian
produk dengan segera dan atau meningkatkan pembelian tanpa rencana
sebelumnya (impulse buying) yang akhirnya meningkatkan jumlah barang
yang dibeli pelanggan.
4.
Public Relation (hubungan masyarakat), merupakan upaya komunikasi
menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini,
keyakinan dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut. Dalam
hal ini yang dimaksud kelompok adalah mereka yang terlibat mempunyai
35
kepentingan dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
mencapai tujuannya.
5.
Direct Marketing (pemasaran langsung), adalah sistem pemasaran yang
bersifat interaktif yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk
menimbulkan respon terukur dan atau transaksi di sembarang tempat. Dalam
pemasaran langsung ini, komunikasi promosi ditujukan langsung kepada
konsumen individual dengan tujuan agar pesan-pesan tersebut ditanggapi
konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos atau dengan datang
langsung ke tempat pasar sasaran.
6.
Word of Mouth (komunikasi dari mulut ke mulut), komunikasi ini merupakan
salah satu ciri khusus dari promosi dalam bisnis jasa. Pelanggan seringkali
memperhatikan dengan teliti penyerahan jasa dan kemudian menceritakan
pengalamannya pada pelanggan potensial lainnya. Rekomendasi seseorang
melalui word of mouth menjadi salah satu sumber yang penting, dimana
orang yang menyampaikan rekomendasi secara perorangan seringkali lebih
disukai sebagai sumber informasi.
Hasil dari beberapa penelitian mengemukakan promosi adalah salah satu
usaha mencapai tujuan dan sasaran perusahaan di bidang pemasaran dalam
memperkenalkan produk (Asdar SJ, 2009). Berdasarkan hal-hal tersebut maka
promosi mempunyai pengaruh terhadap keinginan konsumen untuk mencari
informasi lebih lanjut yang nantinya akan menimbulkan keputusan pembelian.
36
3.1.2.5. People (orang)
Menurut Ratih (2005:62), “People adalah semua pelaku yang memainkan
peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi pembeli”. Elemenelemen dari people adalah pegawai perusahaan, konsumen dan konsumen lain
dalam lingkungan jasa.
Menurut Ratih (2005:63) elemen people ini memiliki 2 aspek, yaitu:
1. Service People.
Untuk organisasi jasa, service people biasanya memegang jabatan ganda, yaitu
mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui pelayanan yang baik,
cepat, ramah, teliti dan akurat dapat menciptakan kepuasan dan kesetiaan
pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan nama baik
perusahaan.
2. Customer.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada di antara para
pelanggan.
People merupakan aset utama dalam industri jasa, terlebih lagi people
yang merupakan karyawan dengan performance tinggi. Kebutuhan konsumen
terhadap karyawan berkinerja tinggi akan menyebabkan konsumen puas dan loyal.
Kemampuan knowledge (pengetahuan) yang baik, akan menjadi kompetensi dasar
dalam internal perusahaan dan pencitraan yang baik di luar. Faktor penting
lainnnya dalam people adalah attitude dan motivation dari karyawan dalam
industri jasa. Moment of truth akan terjadi pada saat terjadi kontak antara
karyawan dan konsumen. Attitude sangat penting, dapat diaplikasikan dalam
37
berbagai bentuk, seperti penampilan karyawan, suara dalam bicara, body
language, ekspresi wajah, dan tutur kata. Sedangkan motivasi karyawan
diperlukan untuk mewujudkan penyampaian pesan dan jasa yang ditawarkan pada
level yang diekspetasikan.
3.1.2.6. Physical Evidence (bukti fisik)
Menurut Nirwana (2004:47) “fasilitas pendukung merupakan bagian dari
pemasaran jasa yang memiliki peranan cukup penting. Karena jasa yang
disampaikan kepada pelanggan tidak jarang memerlukan fasilitas pendukung di
dalam penyampaian”. Hal ini akan semakin memperkuat keberadaan dari jasa
tersebut. Karena dengan adanya fasilitas pendukung secara fisik, maka jasa
tersebut akan dipahami oleh pelanggan. Menurut Zeithaml dalam Yamit
(2001:231) bukti fisik yaitu tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas
fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. Menurut Tandjung
(2004:109) para pemasar dalam menciptakan layanan berkualitas perlu
memperhatikan elemen layanan fisik sebagai berikut: “Prasarana yang berkaitan
dengan layanan pelanggan juga harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan.
Gedung yang megah dengan fasilitas pendingin, alat telekomunikasi yang canggih
atau perabot kantor yang berkualitas dan lain-lain menjadi pertimbangan
pelanggan dalam memilih suatu produk/jasa. Lovelock dalam Hurriyati (2005
:248)
mengemukakan
bahwa
perusahaan
melalui
tenaga
pemasarannya
menggunakan tiga cara dalam mengelola bukti fisik yang strategis yaitu:
38
1. An attention-creating medium.
Perusahaan jasa melakukan diferensiasi dengan pesaing dan membuat sarana
fisik semenarik mungkin untuk menjaring pelanggan dari target pasarnya.
2. As a massage-creating medium.
Menggunakan simbol atau isyarat untuk mengkomunikasikan secara instensif
kepada audiens mengenai kekhususan kualitas dan produk jasa.
3. An effect-creating medium.
Baju seragam yang berwarna, bercorak, suara dan desain untuk menciptakan
sesuatu yang lain dari produk jasa yang ditawarkan.
Bangunan merupakan bagian dari bukti fisik, karakteristik yang menjadi
persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen dalam perusahaan jasa yang
memiliki karakter. Perhatian terhadap interior, perlengkapan bangunan, termasuk
lightning system, dan tata ruang yang lapang menjadi perhatian penting dan dapat
mempengaruhi minat pengunjung. Bangunan harus dapat menciptakan suasana
dengan memperhatikan ambience sehingga memberikan pengalaman kepada
pengunjung dan dapat memberikan nilai tambah bagi pengunjung, khususnya
menjadi syarat utama perusahaan jasa dengan kelas pasar khusus.
3.1.2.7. Process (proses)
Proses menurut Zeitmal dalam Hurriyati (2005:64) “adalah semua
prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk
menyampaikan jasa”. Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran
pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan sering merasakan sistem penyerahan
jasa sebagai bagian dari jasa itu sendiri. Selain itu keputusan dalam manajemen
39
operasi adalah sangat penting untuk suksesnya pemasaran jasa. Menurut Hurriyati
(2005:65) seluruh aktivitas kerja adalah proses, proses melibatkan prosedurprosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme-mekanisme, aktivitas-aktivitas
dan rutinitas-rutinitas dengan apa produk atau jasa disalurkan ke pelanggan.
Identifikasi manajemen proses sebagai aktifitas terpisah adalah prasyarat bagi
perbaikan jasa. Pentingnya elemen proses ini khususnya dalam bisnis jasa
disebabkan oleh persediaan jasa yang tidak dapat disimpan.
Mutu layanan jasa sangat bergantung pada proses penyampaian jasa
kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan jasa adalah karyawan
itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (quality assurance), seluruh
operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan sistem dan prosedur yang
terstandarisasi oleh karyawan yang berkompetensi, berkomitmen, dan loyal
terhadap perusahaan tempatnya bekerja.
3.1.3. Keputusan Pembelian
3.1.3.1. Struktur Keputusan Pembelian
Penjualan perlu menyusun struktur keputusan membeli secara keseluruhan
untuk membantu konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembeliannya.
Kotler (2005) menyatakan bahwa setiap keputusan membeli mempunyai suatu
struktur sebanyak tujuh. Komponen-komponen tersebut adalah:
1. Keputusan tentang jenis produk.
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk. Dalam
hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang
40
berminat membeli suatu produk serta alternatif lain yang mereka
pertimbangkan.
2. Keputusan tentang bentuk produk.
Keputusan ini menyangkut ukuran, mutu, corak dan sebagainya. Dalam hal ini
perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan
konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat memaksimumkan daya
tarik mereknya.
3. Keputusan tentang merek.
Konsumen harus mengambil keputusan merek mana yang akan dibeli. Setiap
merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan
harus mengetahui bagaimana konsumen memilih merek.
4. Keputusan tentang penjualnya.
Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli.
5. Keputusan tentang jumlah produk.
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang
akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini perusahaan harus
mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbedabeda dari para pembeli.
6. Keputusan tentang waktu pembelian.
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan
pembelian. Masalah ini menyangkut adanya uang oleh karena itu perusahaan
harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
dalam penentuan waktu pembelian.
41
7. Keputusan tentang cara pembayaran.
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran
produk yang akan dibeli. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan
tentang penjualan dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus
mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayaran.
3.1.3.2. Tahap-tahap Dalam Proses Pembelian
Suatu produk dapat dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila
produk tersebut telah diputuskan untuk dibeli. Keputusan untuk membeli
dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan lebih
besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya maka dorongan untuk
membelinya semakin tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil dibandingkan
pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan pada
umumnya beralih mengevaluasi produk lain yang sejenis. Pada kebanyakan orang,
perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya
rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun
rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam
diri sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan
pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses
rangsangan tersebut sangat komplek dan salah satunya adalah motivasi untuk
membeli.
Dalam keputusan pembelian, Kotler (2005:88) menyebut bahwa keputusan
pembelian adalah sebuah proses yang dilakukan konsumen dalam melakukan
pembelian sebuah produk barang ataupun jasa. Pengertian keputusan pembelian
42
adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan dimana konsumen benar-benar
membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang
ditawarkan. Proses keputusan pembelian merupakan suatu perilaku konsumen
untuk menentukan suatu proses pengembangan keputusan dalam membeli suatu
produk. Proses tersebut merupakan sebuah penyelesaian masalah harga yang
terdiri dari lima tahap (Kotler dan Keller, 2005). Lima tahap proses keputusan
pembelian dapat dilihat dalam Gambar 3.1.
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
Sumber: Kotler dan Keller (2005)
Gambar 3.1. Tahapan Proses Keputusan pembelian
Penjelasan dari bagan di atas adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan kebutuhan.
Merupakan tahap pertama pada proses keputusan pembelian dimana
konsumen mengenali masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian informasi.
Pada tahap ini konsumen digerakkan untuk mencari lebih banyak informasi,
konsumen bisa lebih mudah melakukan pencarian informasi aktif, ketika lebih
banyak informasi diperoleh maka kesadaran dan pengetahuan konsumen
tentang barang atau jasa akan semakin meningkat.
43
3. Penilaian alternatif.
Konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek
alternatif dalam himpunan pikiran.
4. Keputusan pembelian.
Pada tahap ini konsumen secara aktual membeli suatu produk.
5. Perilaku setelah pembelian.
Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan
atau ketidakpuasan tertentu. Jika produk sesuai harapan maka konsumen puas.
Jika melebihi harapan maka konsumen sangat puas. Jika kurang memenuhi
harapan maka konsumen tidak puas. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen
dengan suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Bila
konsumen puas, dia akan menunjukkan probabilitas yang lebih tinggi untuk
membeli produk itu.
Keputusan pembelian mencakup beberapa arti penting antara lain
kesediaan konsumen untuk mempertimbangkan pembelian suatu barang atau jasa,
adanya niat pembelian di masa depan dan keputusan pembelian kembali produk
atau jasa.
Menurut Kotler (2005), dalam keputusan pembelian, umumnya ada empat
peranan yang dilakukan seseorang. Keempat peran tersebut meliputi: Pemrakarsa
(Initiator), Pemberi pengaruh (Influencer), Pengambil keputusan (Decider), dan
Pemakai (User) yang dijelaskan sebagai berikut:
44
1. Pemrakarsa (Initiator)
Pemrakarsa adalah orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau
kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk membeli suatu
barang atau jasa tertentu.
2. Pemberi pengaruh (Influencer)
Pemberi pengaruh adalah orang yang memberi pandangan, nasihat, atau
pendapat sehingga dapat membantu keputusan pembelian.
3. Pengambil keputusan (Decider)
Pengambil keputusan adalah orang yang menentukan keputusan pembelian,
apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli, atau dimana
membelinya. Pembeli adalah orang yang melakukan pembelian secara nyata.
4. Pemakai (User)
Pemakai adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau
jasa yang telah dibeli.
3.1.4. Structural Equation Modeling (SEM)
Teknik-teknik analisis data telah digunakan secara meluas oleh para
peneliti untuk menguji hubungan kausalitas/pengaruh antar variabel. Beberapa
teknik analisis tersebut diantaranya adalah analisis regresi (regression analysis),
analisis jalur (path analysis), dan analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor
analysis). Dalam perkembangan selanjutnya, structural equation modeling (SEM)
mulai digunakan oleh para peneliti untuk mengatasi keterbatasan yang dimiliki
oleh teknik-teknik analisis tersebut di atas.
45
a. Definisi Structural Equation Modeling (SEM)
Definisi SEM adalah “the Structural Equation Modeling (SEM) is a family
of statistical models that seek to explain the relationships among multiple
variables” (Arbuckle, 1997). Dengan menggunakan SEM, peneliti dapat
mempelajari hubungan struktural yang diekspresikan oleh seperangkat persamaan,
yang serupa dengan seperangkat persamaan regresi berganda. Persamaan ini akan
menggambarkan hubungan di antara konstruk (terdiri dari variabel dependen dan
independen) yang terlibat dalam sebuah analisis. Hingga saat ini, teknik
multivariabel diklasifikasikan sebagai teknik interdependensi atau dependensi.
SEM dapat dikategorikan sebagai kombinasi yang unik dari kedua hal tersebut
karena dasar dari SEM berada pada dua teknik multivariabel yang utama, yaitu
analisis faktor dan analisis regresi berganda.
b. Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya
Beberapa hal yang membedakan SEM dengan regresi biasa dan teknik
multivariat lainnya, adalah sebagai berikut (Efferin, 2008) :
1. SEM membutuhkan lebih dari sekedar perangkat statistik yang didasarkan atas
regresi biasa dan analisis varian. Regresi biasa, umumnya, menspesifikan
hubungan kausal antara variable variabel teramati, sedangkan pada model
variabel laten SEM, hubungan kausal terjadi di antara variabel-variabel tidak
teramati atau variabel-varibel laten.
2. SEM selain memberikan informasi tentang hubungan kausal simultan di
antara variabel-variabelnya, juga memberikan informasi tentang muatan faktor
dan kesalahan-kesalahan pengukuran.
46
3. Estimasi terhadap multiple interrelated dependence relationships. Pada SEM
sebuah variabel bebas pada satu persamaan bisa menjadi variabel terikat pada
persamaan lain.
c. Kelebihan SEM
Widodo (2006) mengemukakan sepuluh keistimewaan Structural Equation
Modeling (SEM) sebagai berikut :
1. Mampu memperlakukan variabel endogenous dan variabel eksogenous
sebagai variabel acak dengan kesalahan pengukuran.
2. Mampu memodelkan variabel laten dengan sejumlah indikatornya.
3. Mampu membedakan kesalahan pengukuran dan kesalahan model.
4. Mampu menguji model secara kesuluruhan, bukan hanya menguji koefisien
model secara individu.
5. Mampu memodelkan variabel mediator.
6. Mampu memodelkan hubungan antar error.
7. Mampu menguji silang koefisien model dari berbagai kelompok sampel.
8. Mampu memodelkan dinamika suatu fenomena.
9. Mampu mengatasi data yang hilang.
10. Mampu menangani data tidak normal.
d. Keterbatasan SEM
Beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh SEM adalah sebagai berikut
(Widodo, 2006):
1. SEM
tidak
digunakan
untuk
mengkonfirmasi suatu bentuk model.
menghasilkan
model
namun
untuk
47
2. Hubungan kausalitas di antara variabel tidak ditentukan oleh SEM, namun
dibangun oleh teori yang mendukungnya.
3. SEM tidak digunakan untuk menyatakan suatu hubungan kausalitas, namun
untuk menerima atau menolak hubungan sebab akibat secara teoritis melalui
uji data empiris.
4. Studi yang mendalam mengenai teori yang berkaitan menjadi model dasar
untuk pengujian aplikasi SEM.
e. Tahapan dalam SEM
SEM terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut (Widodo, 2006) :
1. Pengembangan model berdasarkan teori.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan sebuah model yang mempunyai
justifikasi (pembenaran) secara teoritis yang kuat guna mendukung upaya
analisis terhadap suatu masalah yang sedang dikaji/diteliti.
2. Pengembangan diagram lintasan (path diagram)
Tujuannya adalah menggambarkan model teoritis yang telah dibangun pada
langkah pertama ke dalam sebuah diagram jalur agar peneliti dengan mudah
dapat mencermati hubungan kausalitas yang ingin diujinya.
3. Mengkonversi diagram jalur kedalam persamaan struktural
Langkah ini membentuk persamaan-persamaan pada model struktural dan
model pengukuran.
4. Pemilihan data input dan teknik estimasi.
Tujuannya adalah menetapkan data input yang digunakan dalam pemodelan
dan teknik estimasi model.
48
5. Evaluasi masalah identifikasi model.
Tujuannya adalah untuk mendeteksi ada tidaknya masalah identifikasi
berdasarkan evaluasi terhadap hasil estimasi yang dilakukan program
komputer.
6. Evaluasi asumsi dan kesesuaian model.
Tujuannya adalah untuk mengevaluasi pemenuhan asumsi yang disyaratkan
SEM, dan kesesuaian model berdasarkan kriteria goodness-of-fit tertentu.
7. Interpretasi dan modifikasi model.
Tujuannya adalah untuk memutuskan bentuk perlakuan lanjutan setelah
dilakukan evaluasi asumsi dan uji kesesuaian model.
3.2.
Penelitian Terdahulu
Sebagai dasar pijakan dalam rangka penyusunan penelitian ini, sangat
penting untuk mengetahui hasil yang dilakukan oleh penelitian terdahulu yang
ada kaitannya dengan variabel-variabel yang mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pembelian melalui minat beli dalam melakukan sebuah penelitian.
Beberapa
berikut :
hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai
49
Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu
No
Nama
Pengarang
dan Tahun
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Teknik
Analisis
Hasil
Penelitian
Product, Price,
Place,
Promotion,
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
Keputusan
Mahasiswa
Memilih
Fakultas
Ekonomi
Universitas Al
Azhar Medan
baik secara
parsial dan
simultan
Product, Price,
Place,
Promotion, tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
Keputusan
Pengguna Jasa
Laboratorium
Balai Riset dan
Standardisasi
Indistri Medan
secara parsial
namun secara
simultan
Product, Price,
Place, People
Promotion,
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
Keputusan
Pengguna Jasa
Laboratorium
Balai Riset dan
Standardisasi
Industri Medan
1
Eka Umi
Kalsum
(2008)
Analisis Pengaruh
Bauran Pemasaran
Terhadap Keputusan
Mahasiswa Memilih
Fakultas Ekonomi
Universitas Al
Azhar Medan
Product,
Price,
Place,
Promotion,
dan
Keputusan
Mahasiswa
Uji
Validitas,
Uji
Reliabilitas,
Uji Asumsi
Klasik, Uji t
, Uji F dan
Analisis
Regressi
Linear
2
Endang Sri
Ulina
(2008)
Analisis Bauran
Pemasaran
Terhadap Keputusan
Pengguna Jasa
Laboratorium Balai
Riset dan
Standardisasi
Industri Medan
Product,
Price,
Place,
Promotion,
dan
Keputusan
Pengguna
Jasa
Uji
Validitas,
Uji
Reliabilitas,
Uji Asumsi
Klasik, Uji t
, Uji F dan
Analisis
Regressi
Linear
50
No
Nama
Pengarang
dan Tahun
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Teknik
Analisis
3
Muhamad
Wimman Zulfikar
(2011)
Analisis pengaruh
Bauran pemasaran
terhadap keputusan
pembelian (Studi
pada rumah Oase
Batik Pekalongan)
Product, Price,
Place,
Promotion, dan
Keputusan
Pembelian
Uji Validitas,
Uji Reliabilitas,
Uji Asumsi
Klasik, Uji t ,
dan Analisis
Regressi Linear
4
Seanewati
Oetama
(2011)
Analisis Pengaruh
Bauran Pemasaran
Terhadap Keputusan
Konsumen Dalam
Pembelian Motor
Honda Di Sampit
Product, Price,
Place,
Promotion, dan
Keputusan
konsumen
Uji Validitas,
Uji Reliabilitas,
Uji Asumsi
Klasik, Uji t ,
Uji F dan
Analisis
Regressi Linear
5
Fitri Komalasari
(2011)
Pengaruh Bauran
Pemasaran Terhadap
keputusan Pembelian
Produk Handphone
Nokia Eseries
Product, Price,
Place,
Promotion, dan
Keputusan
konsumen
Uji Validitas,
Uji Reliabilitas,
Uji Asumsi
Klasik, Uji t ,
Uji F dan
Analisis
Regressi Linear
Hasil
Penelitian
Product, Price,
Place, Promotion,
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
Keputusan
Pembelian baik
secara parsial
maupun simultan
dan variabel
Harga merupakan
variabel yang
paling dominan
pengaruhnya
dibandingkan
dengan variabel
lainnya.
baik secara
parsial maupun
simultan
Product, Price,
Place, Promotion,
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
Keputusan
konsumen
Product, Price,
Place, Promotion,
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
Keputusan
Pembelian Produk
Handphone Nokia
E Series secara
simultan dan
variabel Price
dan Place
merupakan
variabel yang
berpengaruh
secara parsial
serta variabel
Price merupakan
variabel yang
paling dominan
pengaruhnya
dibandingkan
dengan variabel
lainnya.
51
3.3.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran teoritis yang akan dikembangkan pada penelitian ini
mengacu pada tinjauan pustaka pada sub-bab yang telah dibahas sebelumnya
seperti tersaji pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Kerangka Pemikiran
3.4.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian dan
belum mempunyai jawaban yang empirik. Hipotesis dalam penelitin ini adalah
sebagai berikut:
H1
: Product berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Paket Layanan Data
Telkomsel.
52
H2
: Price berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Paket Layanan Data
Telkomsel.
H3 : Place berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Paket Layanan Data
Telkomsel.
H4
: Promotion berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Paket Layanan
Data Telkomsel.
H5
: People berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Paket Layanan Data
Telkomsel.
H6
: Process berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Paket Layanan Data
Telkomsel.
H7
: Physical Evidence berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Paket
Layanan Data Telkomsel.
H8
: Keputusan Pembelian berpengaruh terhadap Re-charge Paket Layanan
Data Telkomsel.
Download