Depkeu Tawarkan Obligasi Khusus ke Lembaga Asing Kamis, 16 Oktober 2008 | 00:44 WIB Jakarta, Kompas - Departemen Keuangan mempersiapkan obligasi negara yang ditawarkan khusus kepada lembaga-lembaga keuangan asing secara bilateral. Lembaga keuangan itu, antara lain, adalah Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan Bank Pembangunan Islam atau IDB. Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Anggito Abimanyu, langkah itu untuk mengantisipasi jika pemerintah sulit mendapatkan dana murah dari pasar modal melalui penerbitan surat utang negara dengan lelang umum. ”Langkah itu kami lakukan jika pasar modal tidak kondusif. Pada kondisi itu, pemerintah bisa menerbitkan obligasi yang ditawarkan kepada investor tertentu saja. Misalnya kepada IDB, kami tawarkan sukuk dengan menyediakan aset sebagai jaminan,” ujarnya seusai Rapat Panitia Kerja Asumsi Dasar, Penerimaan, Defisit, dan Pembiayaan Rancangan APBN 2009, Rabu (15/10) di Jakarta. Menurut Anggito, pemerintah akan memasukkan klausul dalam Rancangan Undang-Undang APBN 2009, bahwa Depkeu bisa menerbitkan surat utang negara (SUN) dengan berbagai cara. Salah satu yang akan ditawarkan adalah menerbitkan SUN secara private placement (penawaran obligasi secara sangat terbatas kepada pihak-pihak yang diundang) atau penawaran langsung ditujukan kepada institusi. Langkah yang sama bisa dilakukan pada obligasi negara berbasis prinsip syariah atau Sukuk. Penawaran obligasi negara secara terbatas menjadi andalan pemerintah dalam mencari dana murah untuk menutup defisit APBN 2009, yang ditargetkan 1 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau setara dengan Rp 53 triliun. Total target penerbitan obligasi negara Rp 99,8 triliun, yaitu penerbitan obligasi di pasar domestik Rp 81 triliun dan obligasi valuta asing 2 miliar dollar AS. Anggito menjelaskan, akibat krisis keuangan di pasar modal dunia, para pemilik dana menahan ekspansi mereka karena harus menutup kerugian di AS. Tak ada investor yang mau membeli obligasi pemerintah. Kalaupun bersedia, mereka akan menuntut imbal hasil sangat tinggi. Imbal hasil SUN bertenor 10 tahun, misalnya, saat ini mencapai 15 persen. Anggota Komisi XI DPR, Dradjad H Wibowo, berpendapat, penawaran terbatas SUN atau Sukuk ke Bank Pembangunan Asia, Bank Dunia, atau IDB tidak efektif untuk mencari dana murah. Ketiga lembaga keuangan itu akan menetapkan imbal hasil yang sama dengan imbal hasil di pasar modal. Apalagi, kata Drajad, Indonesia sudah dicoret dari negara-negara yang layak mendapatkan pinjaman lunak dari ketiga lembaga keuangan itu, yaitu pinjaman yang bertenor hingga 30 tahun. ”Namun, pemerintah masih bisa menekan biaya penerbitannya jika Depkeu menghilangkan road show (penjajakan pasar) sebelum menerbitkan SUN atau Sukuk,” kata Dradjad. (OIN)