PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELISTUS PADA LANSIA 71 TAHUN DI KOTA KARANG (Manuskript Kasus Keluarga Binaan) Oleh: Stevan Wedi Kurniawan, S.Ked (1118011021) Pembimbing: dr. Hernowo Anggoro Wasono, M.Kes DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DIVISI KEDOKTERAN KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG APRIL 2016 LEMBAR PERSETUJUAN Manuskrip Kasus Keluarga Binaan Judul Makalah : PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELISTUS PADA LANSIA 71 TAHUN DI KOTA KARANG Disusun Oleh : Stevan Wedi Kurniawan NPM : 111801127 Bandar Lampung, April 2016 Mengetahui dan Menyetujui Dosen Pembimbing, dr. Hernowo Anggoro Wasono, M.Kes 1 MANAGEMENT OF HYPERTENSION AND DIABETIC IN A MALE 71 OLD IN KARANG CITY Stevan Wedi Kurniawan Faculty of Medicine, University of Lampung Abstract: Background : Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, and both of the two. Hypertension is a vascular disease marked increase in systolic and diastolic pressures. Approach to family physicians in the management of the patient's disease. Objective : Applying a holistic and comprehensive approach to the family doctor in detecting internal and external risk factors that solve problems by Evident Based Medicine from family-approached and patient-centered. Methods: This study is a case report. The primary data obtained through anamnesis, physical examination and a home visit. Secondary data were obtained from medical records of patients. Result: Tn . Tn. A, 71, a former fisherman worker came with complaints of headaches since two days ago, intermittent headaches and heavy on the neck of the back and is not related to time, perceived in a day can be 1-2x. The patient had a history of hypertension and diabetes. Physical examination of the patient's blood pressure is 150/90 mmHg. Investigations GDS 98. The patient was diagnosed to have hypertension grade I and diabetes melistus type II that controlled. Conclusions: Old age, lack knowledge, poor diet and lack of exercise hypertension and diabetes are risk factors. The role of the family is very important in the care and treatment of sick family members. Keywords: hypertension, diabetic, diet low in salt and sugar 2 PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DAN DIABETES PADA LANSIA 71 TAHUN DI KOTA KARANG Stevan Wedi Kurniawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak: Latar belakang: Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, dan kedua-keduanya. Hipertensi merupakan penyakit vaskular ditandai peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Pendekatan dokter keluarga penting dalam manajemen penyakit pasien. Tujuan: Menerapkan pendekatan dokter keluarga secara holistik dan komprehensif dalam mendeteksi faktor risiko internal dan eksternal serta menyelesaikan masalah berbasis Evident Based Medicine yang bersifat family-approached dan patient-centered. Metode: Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat dari rekam medis pasien. Hasil: Tn. A, 71 tahun seorang mantan pekerja nelayan datang dengan keluhan sakit kepala sejak 2 hari yang lalu, sakit kepala hilang timbul dan terasa berat pada tengkuk belakang dan tidak berhubungan dengan waktu, dirasakan dalam sehari bisa 1-2x. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes. Pemeriksaan fisik tekanan darah pasien 150/90 mmHg. Pemeriksaan penunjang GDS 98. Pasien didiagnosis memiliki hipertensi grade I dan diabetes melistus tipe II yang terkontrol. Simpulan: Pria usia lanjut, pengetahuan yang minimal, diet yang kurang baik dan kurang berolahraga faktor resiko hipertensi dan diabetes. Peran keluarga amat penting dalam perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang sakit. Kata kunci: hipertensi, diabetes, diet rendah garam dan gula 3 Latar Belakang Lansia adalah singkatan dari lanjut usia. Lansia merupakan orang berusia lebih dari 60 tahun, baik pria ataupun wanita yang masih aktif bekerja ataupun tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri. Lansia terkadang dipandang sebagai kelompok usia dengan stigma tanpa harapan, miskin, merepotkan, dan tidak berdaya. Hal ini sangat meresahkan petugas kesehatan (Khisnul dkk., 2011). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2009, batasan lansia terbagi dalam 4 kelompok yaitu: 1 Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjutyang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara usia45-54 tahun 2 Usia lanjut dini/prasemu yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjutantara 5564 tahun 3 Usia lanjut/semua usia 65 tahun ke atas 4 Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70tahun (Depkes RI, 2009). Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa dilihat dari umur harapan hidup (UHH). PeningkatanUHH suatu bangsa ditandai dengan meningkatnya jumlah lansia. Angka UHH di Indonesia pada tahun 1995–2000 sebesar 64,71 tahun meningkat menjadi 67,68 tahun pada tahun 2000–2005. Proporsi penduduk lansia meningkat dari 16 juta jiwa (7,6%) pada tahun 2000 menjadi 18,4 juta jiwa (8,4%) pada tahun 2005. Sedangkan dari data USA – Bureau of the Cencus, Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% umur harapan hidup (Darmojo& Martono, 2006). Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Peningkatan indeks massa tubuh (IMT) erat kaitannya dengan penyakit hipertensi baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Kenaikan berat badan (BB) sangat berpengaruh pada mekanisme timbulnya kejadian hipertensi pada orang yang obesitas, akan tetapi mekanisme terjadinya hal tersebut belum dipahami secara jelas namun diduga pada orang yang obesitas terjadi peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah (Price &Wilson, 2005). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 melaporkan prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu 31.7%. Apabila tidak mendapat pengobatan, maka akan berakhir dengan kematian akibat serangan jantung, stroke dan gagal ginjal. Kasus hipertensi diperkirakan meningkat mencapai 80% terutama di negara berkembang sehingga pada tahun 2025 akan menjadi 1,15 milyar kasus hipertensi. Prediksi ini berdasarkan angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk yang terjadi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 yakni mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di indonesia (Depkes RI, 2008). Penyakit lain yang sering diderita lansia adalah Dabetes melistus. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, dan kedua-keduanya. Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Tetapi kadang- kadang ada beberapa pasien dengan kelainan toleransi glukosa yang ringan sudah menderita akibatakibat klinis yang berat dari penyakit vascular (Price, 2012). Prevalensi DM tipe 2 berdasarkan usiapaling sering pada orang dewasa berusia 40 tahun atau lebih tua, dan puncak prevalensi penyakit tersebut meningkat pada usia lebih dari 60 tahun. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta (Romesh et al., 2014). Pada dasarnya penanganan terhadap keluhan tersebut diatas adalah mengkonsumsi obatobatan teratur, memperbaiki pola makan dan managemen stress. Oleh karena itu, dibutuhkan partisipasi dan dukungan keluarga yang optimal dalam memotivasi, mengingatkan, serta memperhatikan pasien dalam penatalaksanaan penyakitnya serta pencegahan faktor risiko (Joewono dkk., 2010). 4 Tujuan Penulisan 1. 2. Mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis yang terdapat pada pasien. Menerapkan pendekatan dokter keluarga yang holistik dan komprehensif sesuai masalah yang ditemukan pada pasien, dan melakukan penatalaksaa berbasis Evident Based Medicineyang bersifat familyapproachdan patient-centered. kabar. Pasien dan istri tinggal bersama dengan keluarga anaknya, Ny. H yang sudah menikah dan memiliki dua orang anak, dan satu anak dari Ny. F dan anak bungsu pasien. Pasien biasanya makan tiga kali sehari. Makanan yang dimakan cukup bervariasi. Pasien dulu sering sekali makanan yang asin ataupun manis. Setelah didiagnosa hipertensi dan diabetes, pasien sudah mengurangi makanmakanan yang asin dan manis. Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol ataupun merokok. Metode Ilustrasi Kasus Tn. A, 71 tahun, seorang mantan pekerja nelayan datang dengan keluhan sakit kepala sejak 2 hari yang lalu, sakit kepala hilang timbul dan terasa berat pada tengkuk belakang. Pasien mengatakan rasa sakit tidak berhubungan dengan waktu, dan nyeri dirasakan dalam sehari bisa 1-2x yang biasanya akan lebih berat ketika pasien banyak melakukan aktifitas. Sebelumnya pasien memang sering mengatakan mempunya keluhan yang sama sebelumnya dan sudah cek ke puskesmas bahwa pasien mengalami hipertensi ± 9 tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya mempunya diabetes ±7 tahun yang lalu dan sudah minum obat yang dianjurkan oleh dokter. Pusing berputar (-), pandangan kabur (-), mual (-), muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-), BAB normal . Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis dari istri pasien), pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat dari rekam medis pasien. Tinjauan pustaka penilaian berdasarkan diagnosis holistikdari awal, proses, dan akhir studi secara kualitiatif dan kuantitatif. Data Klinis Keluhan sering mengalami sakit pada kepala dan terasa berat pada tengkuk belakang. Kekhawatiran keluhan terus berlanjut yang dapat mengganggu aktifitas pasien dan kekhawatiran terjadinya komplikasi akibat penyakit ini. Harapan agar rasa nyeri berkurang dan sembuh. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah pasien 150/90 mmHg. Pemeriksaan penunjang GDS 98. Pasien didiagnosis memiliki hipertensi grade I dan diabetes melistus tipe II yang terkontrol. Pasien diberikan oleh dokter Glibenclamide 5 mg (1-0-0) paracetamol (3x500mg/hari), amlodipin (1x5mg). Penampilan bersih dan terawat, berat badan 55 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 20,1 (normoweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 150/90mmHg, nadi 84x/menit, frekuensi napas 18x/menit, suhu tubuh 36,9o C. Sebelumnya pola pengobatan pasien dan keluarganya adalah kuratif yaitu berobat apabila telah sakit, dikarenakan pasien kurang mengetahui apa penyakitnya tersebut dan bagaimana cara mengatasinya. Pasien memiliki 1 orang istri Ny.Y (63 tahun) dan 15 orang anak, 6 meninggal dunia. Hubungan pasien dengan anak-anaknya terjalin baik dan saling bertukar Mata, telinga, hidung, kesan dalam batas normal. Paru, gerak dada dan fremitus taktil simetris, tidak didapatkan rhonki dan wheezing, kesan dalam batas normal. Batas jantung tidak terdapat pelebaran, kesan batas jantung normal. Abdomen, datar tidak didapatkan organomegali ataupun ascites, kesan dalam batas normal. Ekstremitas tidak didapatkan edema, kesan Status Generalis 5 dalam batas normal. Muskuloskeletal dan status neurologis kesan dalam batas normal. Data Keluarga Bentuk keluarga yaitu keluarga ekstended yang terdiri dari kakek (pasien), nenek, ayah, ibu, dua orang anak perempuan dan laki-laki, satu anak dari ayah ibu berbeda dan 1 anak bungsu. Pasien merupakan mantan nelayan, dan sudah berhenti sejak 15 tahun yang lalu. Saat ini pasien beraktivitas di rumah membantu istri berjualan dan mengikuti beberapa kegiatan desa. Seluruh keputusan mengenai masalah keluarga dimusyawarahkan bersama dan diputuskan oleh pasien sebagai kepala keluarga. Gaji kepala keluarga (KK) didapatkan dari berdagang tidak menetap sekitar Rp. 700.000- 1.500.000/bulan. Data Lingkungan Rumah Keluarga mendukung untuk segera berobat jika terdapat anggota keluarga yang sakit. Perilaku berobat keluarga yaitu memeriksakan diri ke layanan kesehatan bila terdapat keluhan. Keluarga pasien berobat ke puskesmas dan jarak rumah ke puskesmas ± 1kilometer. Genogram Rumah pasien luas 12x10m2 dengan dinding tembok yang di cat, berlantai keramik, dengan jendela di tiap ruangan maupun kamar. Jendela berupa kaca tembus pandang yang dapat dibuka tutup untuk masuknya udara segar dan terdapat ventilasi di atas masing-masing jendela. Rumah memiliki plafon disetiap ruangan. Terdapat empat kamar tidur, satu ruangan bersantai yang difungsikan sebagai ruang keluarga, satu ruang tamu, satu dapur dan satu toilet. Keadaan rumah secara keseluruhan terkesan cukup rapi dan kering. Sumber air berasal dari PAM, terdapat septik tank untuk pembuangan limbah dengan kedalaman 1,5 m. Keluarga pasien membuang sampah ke pengumpul sampah yang dibayar oleh lingkungan setempat. Jarak rumah dengan rumah lainnya 4 m. Family Map 6 - - Kekhawatiran: Sakit kepala yang semakin bertambah dan terjadi komplikasi dari penyakit yang telah diderita Harapan: Penyakitnya bisa sembuh dan tidak timbul keluhan serta tidak terjadi komplikasi. Persepsi: Nyeri pada tengkuk 2) Aspek Klinik Hipertensi grade I Diabetes melistus tipe II 3) Aspek Risiko Internal − Usia 71 tahun − Jenis kelamin pria − Pengetahuan yang kurang hipertensi dan diabetes − Kurangnya olahraga tentang 4) Aspek Psikososial Keluarga − Kurangnya dukungan dan pemahaman keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien Diagnostik Holistik Awal 1) Aspek Personal - Alasan kedatangan : Nyeri kepala sampai ke leher 5) Derajat Fungsional : − 1 (satu) yaitu mampu melakukan aktivitas seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan) INTERVENSI Intervensi yang diberikan pada pasien ini adalah edukasi dan konseling mengenai penyakitnya, pola makan dan pentingnya tindakan preventif untuk mencegah komplikasi penyakitnya. Dilakukan intervensi terhadap beberapa faktor resiko pasien, dengan melakukan 3x kunjungan rumah. Non Medikamentosa a. Konseling mengenai pentingnya tipe pengobatan preventif dibandingkan kuratif. b. Konseling mengenai penyakit diabetes dan hipertensi pada pasien dan keluarganya c. Konseling mengenai makanan yang boleh dan yang harus dihindari terkait dengan penyakit pasien d. Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin untuk memeriksakan gula darah, tekanan darah, dan pengobatan teratur. e. Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial dan f. meningkatkan gaya hidup sehat seperti olahraga. Konseling kepada keluarga tentang pentingnya memberi dukungan pada pasien dan mengawasi pengobatan seperti diet pasien, jadwal kontrol kembali, dan berolahraga. Farmakologi a. Amlodipin 1 x 5 mg b. Glibenklamid 5mg 1-0-0 mg c. Paracetamol 3 x 500mg PEMBAHASAN Masalah kesehatan yang dibahas pada kasus ini adalah seorang lansia berusia 71 tahun yang terdiagnosa hipertensi dan diabetes melistus sejak 1 minggu yang lalu. Kunjungan pertama kali pada tanggal 09 April 2016 yang dilakukan adalah pendekatan dan perkenalan terhadap pasien serta menerangkan maksud dan tujuan kedatangan, diikuti dengan 7 anamnesis tentang keluarga dan perihal penyakit yang telah diderita. Dari hasil kunjungan tersebut, sesuai konsep mandala of health, pasien memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit-penyakit yang ia derita. Lingkungan psikososial, pasien sulit menjangkau pusat pelayanan kesehatan karena tidak adanya kendaraan dan jarak tempuh yang jauh. Dalam lingkungan rumah, pasien rutin mengikuti pengajian desa yang diadakan satu minggu sekali. Life style, pola makan belum sesuai dengan anjuran dokter. Perilaku olahraga ringan tiap harinya telah dijalani oleh pasien. Pekerjaan, tidak begitu berat dan pasien terlibat dalam kegiatan-kegiatan desa dan sehari – hari membantu istri untuk mebuat dagangan. Pada pasien ini penegakan diagnosis klinik hipertensi grade I, berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 150/90 mmHg dan pada anamnesis ditemukan keluhan yang mengarah ke hipertensi. Gejala klinis yang muncul pada penderita hipertensi berupa sakit kepala sampai ke tengkuk bagian belakang, sering gelisah, ,tengkuk rasa pegal, mudah marah, telinga berdengung , yang akan berkurang bila penderita beristirahat (Sudoyo, 2010) . Diagnosis hipertensi grade I di tegakkan berdasarkan Seven Report Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation , and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7).Faktor risiko timbulnya hipertensi antara lain usia, stres,aktivitas fisik dan kebiasaan olah raga (Chobanian dkk., 2003; Price & Wilson, 2005) Pada faktor usia semakin tua usia seseorang semakin besar resiko terserang hipertensi karena arteri semakin kehilangan elastisitasnya. Hipertensi paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Tekanan sistolik meningkat sesuai dengan usia, sedangkan tekanan diastolik tidak berubah mulai dari dekade ke-5. Hipertensi sistolik terisolasi merupakan jenis hipertensi yang paling sering ditemukan pada orang tua (Tjokronegoro & Utama, 2010). Untuk mencegah resiko lebih lanjut yang bisa dialami oleh pasien , maka dapat kita saran kan kepada pasien untuk patuh terhadap pengobatan dan anjuran yang diberikan serta melakukan beberapa pemeriksaan yang mungkin dapat ia lakukan untuk mengetahui lebih dini perluasan penyakitnya, sebagai prinsip pencegahan terhadap faktor resiko yang ia miliki. Pasien juga didiagnosis diabetes melistus tipe II. Prevalensi diabetes melistus tipe 2 berdasarkan usia paling sering pada orang dewasa berusia 40 tahun atau lebih tua, dan puncak prevalensi penyakit tersebut meningkat pada usia lebih dari 60 tahun. Penuaan penduduk merupakan salah satu penyebab bahwa diabetes mellitus tipe 2 menjadi semakin umum ditemukan. Hampir semua kasus diabetes mellitus pada orang tua adalah DM tipe 2 (Romesh et al., 2014). Dalam kasus ini pasien yang berjenis kelamin laki-laki dan berusia lanjut lebih beresiko pada hipertensi, dislipidemia, penyakit jantung kronik, penyakit arteri perifer, diabetes dan gagal ginjal. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti EKG, Gula darah, ureum kreatinin, dan kolesterol. Ada beberapa langkah sebelum orang mengadopsi perilaku baru. Pertama adalah awareness (kesadaran) yaitu menyadari stimulus tersebut dan mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan menimbangnimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation) dan mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya (Notoatmodjo, 2003). Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang mengalami hipertensi adalah pengendalian tekanan darah agar dapat mengurangi gejala kepala pusing dan pegal di tengkukdan menghambat penyakit supaya tidak menjadi lebih parah dan timbul kompkasi lebih lanjut seperti stroke, retinopati, nefropati dan penyakit jantung hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari terapi non medikamentosa (edukasi, menurunkan asupan garam, menurunkan asupan lemak,terapi fisik dan lain-lain),dan terapi obat. Jenis terapi obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC-7 : 1. 2. 3. 4. Diuretika Beta Bloker (BB) Calcium Channel Blocker (CCB) Angiotensin Converting Enzyme Ihibitor (ACEI) 8 5. Angiotensin II Reseptor Blocker (ARB) (Brookes, 2003; Sudoyo, 2010). Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektifitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu : -Faktor sosio ekonomi -Profil faktor kardiovaskular -Ada tidaknya kerusakn organ target -Ada tidaknya penyakit penyerta -Variasi individu dari respon terhadap obat antihipertensi (Brookes L, 2003). Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan hipertensi menyatakan bahwa keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan tekanan darah itu sendiri, terlepas dari jenis atau kelas obat antihipertensi yang digunakan.untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan darah dapat dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang. Pilihan untuk memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi (Sudoyo, 2010). Sehingga disimpulkan sesuai dengan faktor pemilihan jenis obat hipertensi dan melihat kondisi klinis pasien dengan hipertensi tanpa di sertai komplikasi, harga relatif terjangkau, mudah didapatkan,dengan efek samping yg bisa diatasi, maka pemilihan obat antihipertensi pada pasien dengan amlodipin 5mg perhari. Adapun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pasien yang disampaikan saat konseling adalah makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih), makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin), makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang), sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam), bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium, alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape dan makan-makanan yang bersifat manis (Braverman, 1996). Sangat disarankan untuk membatasi konsumsi lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Batasi makanan yang digoreng, penggunaan margarin, mentega dan santan. Ambang batas lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15 % dari total kalori/hari (Mulyatno, 2014). Konsumsi cairan yang tinggi yaitu 2,5 L/hari agar rehidrasi tercukupi, sedangkan alkohol,tape dan brem harus dijauhi. Bahan pangan mengandung alkohol ini dapat meningkatkan tekanan darah tinggi (Mulyatno, 2014). DIAGNOSIS HOLISTIK AKHIR 1) Aspek personal - Keluhan nyeri kepala membaik - Kekhawatiran: khawatir berkurang 2) Aspek Klinik - Hipertensi grade I - Diabetes melistus tipe II 3) Aspek Risiko Internal : - Pengetahuan yang lebih baik tentang pengaruh usia terhadap kesehatan saat ini yang mungkin terjadi. − Pengetahuan yang cukup tentang hipertensi dan diabetes. − Pengetahuan yang cukup tentang gizi seimbang dan mulai membiasakan makan dengan pola makan yang teratur − Pengetahuan manfaat dari pentingnya olahraga − Pengetahun yang cukup mengenai tindakan pengobatan preventif dan keuntungan yang didapatkan 4) Aspek Psikososial Keluarga : − Keluarga mengetahui dan membatu dalam pengobatan pasien − Mengetahui pengabatan preventif akan lebih baik dibandingkan dengan kuratif 5) Derajat Fungsional : − 1 (satu) yaitu mampu melakukan aktivitas seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan). Kesimpulan 9 1. Didapatkan faktor internal berupa usia lanjut (71 tahun); gender: laki-laki; pengetahuan yang kurang tentang hipertensi dan diabetes. Faktor eksternal: diet yang kurang baik dan kurang berolahraga 2. Telah dilakukan penatalaksanaan pada pasien secara holistik, pasien center , family appropried dengan pengobatan hipertensi dan diabetes secara literatur berdasarkan EBM. 3. Peran keluarga amat penting dalam perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang sakit. 4. Dalam melakukan intervensi terhadap pasien tidak hanya memandang dalam hal klinis tetapi juga terhadap psikososialnya, oleh karnanya diperlukan pemeriksaan dan penanganan yang holistik, komperhensif dan berkesinambungan. SARAN Bagi pasien: Pasien disarankan mengikuti dan mematuhi manajemen pendekatan dokter keluarga mengenai pola hidup sehat dan jadwal yang diberikan saat intervensi. Bagi keluarga: Memberikan dukungan penuh, semangat, dan berperan aktif dalam pengendalian diabetes maupun hipertensi pasien maupun pengendalian faktor biopsikososialnya. Bagi klinik: 1. Tidak hanya fokus terhadap faktor internal namun juga faktor eksternal dalam mengatasi masalah pasien . 2. Memberikan pelayanan kesehatan yang holistik dan komprehensif, yang berbasis EBM sesuai dengan panduan terbaru. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Hj. Susi Kania, M.Kes sebagai pembimbing Puskesmas Rawat Inap Kota Karang dan dr. Hernowo Anggoro Wasono, M.Kes selaku pembimbing yang senantiasa memberikan waktunya menyempurnakan laporan kasus ini. dalam DAFTAR PUSTAKA Braverman ER. 1996. Hypertension and nutrition. Connecticut USA: Keats Publishing, Inc. Brookes L. 2003. The seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and the treatment of high blood pressure—the NHLBI JNC 7 Press Conference. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, Jones DW, dkk. 2003. The seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and the treatment of high blood pressure. Hypertension. 1-9. Darmojo R dan Martono H. 2006. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FK – UI. Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia 2007. Jakarta : Departemen kesehatan republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen kesehatan republik Indonesia. Gudmundsson LS, Johannsson M, Thorgeisson G, Sigfusson, Witteman JCM. 2004. Risk profile and prognosis of treated and untreated hypertensive men and women in a population-based longitudinal study. J of Hum Hypr.18: 615-622. Khardori, Romesh. 2014. Type 2 Diabetes Mellitus di www.emedicine.medscape.com Khisnul K, Awaludin DG, Firmansyah MA, Deslivia MF, Pramono LA, Nufus H, Mugroho H, Hidayah GN, Marcelena R, Martina D, Liwang F. 2011.Kegiatan Temu Ilmiah Geriatri dan Kepedulian terhadap Lansia Indonesia. Jurnal Medika. 7(XXXVII):1-8. Notoatmojo S. 2003. Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Price S dan Wilson L.2005. Patofisiologi:konsep klinis proses-proses penyakit edisi ke 6. Vol.2. Jakarta: EGC. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi V. Jakarta: Interna Publishing. Tjokronegoro A dan Utama H. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. In : E. Susalit, 10 E.J.Kapojos, dan H.R Lubis ed. Hipertensi. Jakarta: Gaya Baru. 11