PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DAN DIABETES

advertisement
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELISTUS PADA
LANSIA 71 TAHUN DI KOTA KARANG
(Manuskript Kasus Keluarga Binaan)
Oleh:
Stevan Wedi Kurniawan, S.Ked (1118011021)
Pembimbing:
dr. Hernowo Anggoro Wasono, M.Kes
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
DIVISI KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
APRIL 2016
LEMBAR PERSETUJUAN
Manuskrip Kasus Keluarga Binaan
Judul Makalah
:
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DAN DIABETES
MELISTUS PADA LANSIA 71 TAHUN DI KOTA
KARANG
Disusun Oleh
:
Stevan Wedi Kurniawan
NPM
:
111801127
Bandar Lampung, April 2016
Mengetahui dan Menyetujui
Dosen Pembimbing,
dr. Hernowo Anggoro Wasono, M.Kes
1
MANAGEMENT OF HYPERTENSION AND DIABETIC IN A MALE 71 OLD IN KARANG
CITY
Stevan Wedi Kurniawan
Faculty of Medicine, University of Lampung
Abstract:
Background : Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that
occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, and both of the two. Hypertension is a
vascular disease marked increase in systolic and diastolic pressures. Approach to family physicians in the
management of the patient's disease.
Objective : Applying a holistic and comprehensive approach to the family doctor in detecting internal
and external risk factors that solve problems by Evident Based Medicine from family-approached and
patient-centered.
Methods: This study is a case report. The primary data obtained through anamnesis, physical
examination and a home visit. Secondary data were obtained from medical records of patients.
Result: Tn . Tn. A, 71, a former fisherman worker came with complaints of headaches since two days
ago, intermittent headaches and heavy on the neck of the back and is not related to time, perceived in a
day can be 1-2x. The patient had a history of hypertension and diabetes. Physical examination of the
patient's blood pressure is 150/90 mmHg. Investigations GDS 98. The patient was diagnosed to have
hypertension grade I and diabetes melistus type II that controlled.
Conclusions: Old age, lack knowledge, poor diet and lack of exercise hypertension and diabetes are risk
factors. The role of the family is very important in the care and treatment of sick family members.
Keywords: hypertension, diabetic, diet low in salt and sugar
2
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DAN DIABETES PADA LANSIA 71 TAHUN
DI KOTA KARANG
Stevan Wedi Kurniawan
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak:
Latar belakang: Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, dan kedua-keduanya. Hipertensi
merupakan penyakit vaskular ditandai peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Pendekatan dokter
keluarga penting dalam manajemen penyakit pasien.
Tujuan: Menerapkan pendekatan dokter keluarga secara holistik dan komprehensif dalam mendeteksi
faktor risiko internal dan eksternal serta menyelesaikan masalah berbasis Evident Based Medicine yang
bersifat family-approached dan patient-centered.
Metode: Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
dan kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat dari rekam medis pasien.
Hasil: Tn. A, 71 tahun seorang mantan pekerja nelayan datang dengan keluhan sakit kepala sejak 2 hari
yang lalu, sakit kepala hilang timbul dan terasa berat pada tengkuk belakang dan tidak berhubungan
dengan waktu, dirasakan dalam sehari bisa 1-2x. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes.
Pemeriksaan fisik tekanan darah pasien 150/90 mmHg. Pemeriksaan penunjang GDS 98. Pasien
didiagnosis memiliki hipertensi grade I dan diabetes melistus tipe II yang terkontrol.
Simpulan: Pria usia lanjut, pengetahuan yang minimal, diet yang kurang baik dan kurang berolahraga
faktor resiko hipertensi dan diabetes. Peran keluarga amat penting dalam perawatan dan pengobatan
anggota keluarga yang sakit.
Kata kunci: hipertensi, diabetes, diet rendah garam dan gula
3
Latar Belakang
Lansia adalah singkatan dari lanjut usia. Lansia
merupakan orang berusia lebih dari 60 tahun,
baik pria ataupun wanita yang masih aktif
bekerja ataupun tidak berdaya untuk mencari
nafkah sendiri. Lansia terkadang dipandang
sebagai kelompok usia dengan stigma tanpa
harapan, miskin, merepotkan, dan tidak berdaya.
Hal ini sangat meresahkan petugas kesehatan
(Khisnul dkk., 2011).
Menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes RI) tahun 2009, batasan
lansia terbagi dalam 4 kelompok yaitu:
1 Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu
masa
persiapan
usia
lanjutyang
menampakkan keperkasaan fisik dan
kematangan jiwa antara usia45-54 tahun
2 Usia lanjut dini/prasemu yaitu kelompok
yang mulai memasuki usia lanjutantara 5564 tahun
3 Usia lanjut/semua usia 65 tahun ke atas
4 Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu
kelompok yang berusia lebih dari 70tahun
(Depkes RI, 2009).
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa
dilihat dari umur harapan hidup (UHH).
PeningkatanUHH suatu bangsa ditandai dengan
meningkatnya jumlah lansia. Angka UHH di
Indonesia pada tahun 1995–2000 sebesar 64,71
tahun meningkat menjadi 67,68 tahun pada
tahun 2000–2005. Proporsi penduduk lansia
meningkat dari 16 juta jiwa (7,6%) pada tahun
2000 menjadi 18,4 juta jiwa (8,4%) pada tahun
2005. Sedangkan dari data USA – Bureau of the
Cencus, Indonesia diperkirakan akan mengalami
pertambahan warga lansia terbesar di seluruh
dunia antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar
414% umur harapan hidup (Darmojo&
Martono, 2006).
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih
dari 90 mmHg. Peningkatan indeks massa tubuh
(IMT) erat kaitannya dengan penyakit hipertensi
baik pada laki-laki maupun pada perempuan.
Kenaikan berat badan (BB) sangat berpengaruh
pada mekanisme timbulnya kejadian hipertensi
pada orang yang obesitas, akan tetapi
mekanisme terjadinya hal tersebut belum
dipahami secara jelas namun diduga pada orang
yang obesitas terjadi peningkatan volume
plasma dan curah jantung yang akan
meningkatkan tekanan darah (Price &Wilson,
2005).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
melaporkan prevalensi hipertensi di Indonesia
cukup tinggi yaitu 31.7%. Apabila tidak
mendapat pengobatan, maka akan berakhir
dengan kematian akibat serangan jantung,
stroke dan gagal ginjal. Kasus hipertensi
diperkirakan meningkat mencapai 80% terutama
di negara berkembang sehingga pada tahun
2025 akan menjadi 1,15 milyar kasus hipertensi.
Prediksi ini berdasarkan angka penderita
hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk
yang terjadi. Hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor 3 yakni mencapai 6,7 % dari
populasi kematian pada semua umur di
indonesia (Depkes RI, 2008).
Penyakit lain yang sering diderita lansia adalah
Dabetes melistus. Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, dan
kedua-keduanya.
Manifestasi
klinis
hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun
mendahului timbulnya kelainan klinis dari
penyakit vaskularnya. Tetapi kadang- kadang
ada beberapa pasien dengan kelainan toleransi
glukosa yang ringan sudah menderita akibatakibat klinis yang berat dari penyakit vascular
(Price, 2012).
Prevalensi DM tipe 2 berdasarkan usiapaling
sering pada orang dewasa berusia 40 tahun atau
lebih tua, dan puncak prevalensi penyakit
tersebut meningkat pada usia lebih dari 60
tahun. WHO memperkirakan Indonesia
menduduki ranking ke-4 di dunia dalam hal
jumlah penderita diabetes setelah China, India
dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000, jumlah
penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan
diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita
diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta
(Romesh et al., 2014).
Pada dasarnya penanganan terhadap keluhan
tersebut diatas adalah mengkonsumsi obatobatan teratur, memperbaiki pola makan dan
managemen stress. Oleh karena itu, dibutuhkan
partisipasi dan dukungan keluarga yang optimal
dalam memotivasi, mengingatkan, serta
memperhatikan pasien dalam penatalaksanaan
penyakitnya serta pencegahan faktor risiko
(Joewono dkk., 2010).
4
Tujuan Penulisan
1.
2.
Mengidentifikasi faktor risiko dan masalah
klinis yang terdapat pada pasien.
Menerapkan pendekatan dokter keluarga
yang holistik dan komprehensif sesuai
masalah yang ditemukan pada pasien, dan
melakukan penatalaksaa berbasis Evident
Based Medicineyang bersifat familyapproachdan patient-centered.
kabar. Pasien dan istri tinggal bersama dengan
keluarga anaknya, Ny. H yang sudah menikah
dan memiliki dua orang anak, dan satu anak dari
Ny. F dan anak bungsu pasien.
Pasien biasanya makan tiga kali sehari.
Makanan yang dimakan cukup bervariasi.
Pasien dulu sering sekali makanan yang asin
ataupun manis. Setelah didiagnosa hipertensi
dan diabetes, pasien sudah mengurangi makanmakanan yang asin dan manis. Pasien
mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol
ataupun merokok.
Metode
Ilustrasi Kasus
Tn. A, 71 tahun, seorang mantan pekerja
nelayan datang dengan keluhan sakit kepala
sejak 2 hari yang lalu, sakit kepala hilang timbul
dan terasa berat pada tengkuk belakang. Pasien
mengatakan rasa sakit tidak berhubungan
dengan waktu, dan nyeri dirasakan dalam
sehari bisa 1-2x yang biasanya akan lebih berat
ketika pasien banyak melakukan aktifitas.
Sebelumnya pasien memang sering mengatakan
mempunya keluhan yang sama sebelumnya dan
sudah cek ke puskesmas bahwa pasien
mengalami hipertensi ± 9 tahun yang lalu.
Pasien juga mengatakan bahwa dirinya
mempunya diabetes ±7 tahun yang lalu dan
sudah minum obat yang dianjurkan oleh dokter.
Pusing berputar (-), pandangan kabur (-), mual
(-), muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-),
BAB normal .
Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer
diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis
dan
alloanamnesis
dari
istri
pasien),
pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah.
Data sekunder didapat dari rekam medis pasien.
Tinjauan pustaka penilaian berdasarkan
diagnosis holistikdari awal, proses, dan akhir
studi secara kualitiatif dan kuantitatif.
Data Klinis
Keluhan sering mengalami sakit pada kepala
dan terasa berat pada tengkuk belakang.
Kekhawatiran keluhan terus berlanjut yang
dapat mengganggu aktifitas pasien dan
kekhawatiran terjadinya komplikasi akibat
penyakit ini. Harapan agar rasa nyeri berkurang
dan sembuh.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah
pasien 150/90 mmHg. Pemeriksaan penunjang
GDS 98. Pasien didiagnosis memiliki hipertensi
grade I dan diabetes melistus tipe II yang
terkontrol. Pasien
diberikan oleh dokter
Glibenclamide 5 mg (1-0-0) paracetamol
(3x500mg/hari), amlodipin (1x5mg).
Penampilan bersih dan terawat, berat badan 55
kg, tinggi badan 163 cm, IMT 20,1
(normoweight), terlihat sakit ringan. Tekanan
darah 150/90mmHg, nadi 84x/menit, frekuensi
napas 18x/menit, suhu tubuh 36,9o C.
Sebelumnya pola pengobatan pasien dan
keluarganya adalah kuratif yaitu berobat apabila
telah sakit, dikarenakan pasien kurang
mengetahui apa penyakitnya tersebut dan
bagaimana cara mengatasinya. Pasien memiliki
1 orang istri Ny.Y (63 tahun) dan 15 orang anak,
6 meninggal dunia. Hubungan pasien dengan
anak-anaknya terjalin baik dan saling bertukar
Mata, telinga, hidung, kesan dalam batas
normal. Paru, gerak dada dan fremitus taktil
simetris, tidak didapatkan rhonki dan wheezing,
kesan dalam batas normal. Batas jantung tidak
terdapat pelebaran, kesan batas jantung normal.
Abdomen, datar tidak didapatkan organomegali
ataupun ascites, kesan dalam batas normal.
Ekstremitas tidak didapatkan edema, kesan
Status Generalis
5
dalam batas normal. Muskuloskeletal dan status
neurologis kesan dalam batas normal.
Data Keluarga
Bentuk keluarga yaitu keluarga ekstended yang
terdiri dari kakek (pasien), nenek, ayah, ibu, dua
orang anak perempuan dan laki-laki, satu anak
dari ayah ibu berbeda dan 1 anak bungsu. Pasien
merupakan mantan nelayan, dan sudah berhenti
sejak 15 tahun yang lalu. Saat ini pasien
beraktivitas di rumah membantu istri berjualan
dan mengikuti beberapa kegiatan desa.
Seluruh keputusan mengenai masalah keluarga
dimusyawarahkan bersama dan diputuskan oleh
pasien sebagai kepala keluarga. Gaji kepala
keluarga (KK) didapatkan dari berdagang tidak
menetap sekitar Rp. 700.000- 1.500.000/bulan.
Data Lingkungan Rumah
Keluarga mendukung untuk segera berobat jika
terdapat anggota keluarga yang sakit. Perilaku
berobat keluarga yaitu memeriksakan diri ke
layanan kesehatan bila terdapat keluhan.
Keluarga pasien berobat ke puskesmas dan jarak
rumah ke puskesmas ± 1kilometer.
Genogram
Rumah pasien luas 12x10m2 dengan dinding
tembok yang di cat, berlantai keramik, dengan
jendela di tiap ruangan maupun kamar. Jendela
berupa kaca tembus pandang yang dapat dibuka
tutup untuk masuknya udara segar dan terdapat
ventilasi di atas masing-masing jendela. Rumah
memiliki plafon disetiap ruangan. Terdapat
empat kamar tidur, satu ruangan bersantai yang
difungsikan sebagai ruang keluarga, satu ruang
tamu, satu dapur dan satu toilet. Keadaan rumah
secara keseluruhan terkesan cukup rapi dan
kering. Sumber air berasal dari PAM, terdapat
septik tank untuk pembuangan limbah dengan
kedalaman 1,5 m. Keluarga pasien membuang
sampah ke pengumpul sampah yang dibayar
oleh lingkungan setempat. Jarak rumah dengan
rumah lainnya 4 m.
Family Map
6
-
-
Kekhawatiran: Sakit kepala yang
semakin bertambah dan terjadi
komplikasi dari penyakit yang telah
diderita
Harapan: Penyakitnya bisa sembuh dan
tidak timbul keluhan serta tidak terjadi
komplikasi.
Persepsi: Nyeri pada tengkuk
2) Aspek Klinik
Hipertensi grade I
Diabetes melistus tipe II
3) Aspek Risiko Internal
− Usia 71 tahun
− Jenis kelamin pria
− Pengetahuan yang kurang
hipertensi dan diabetes
− Kurangnya olahraga
tentang
4) Aspek Psikososial Keluarga
− Kurangnya dukungan dan pemahaman
keluarga mengenai penyakit yang
diderita pasien
Diagnostik Holistik Awal
1) Aspek Personal
- Alasan kedatangan : Nyeri kepala
sampai ke leher
5) Derajat Fungsional :
− 1 (satu) yaitu mampu melakukan
aktivitas seperti sebelum sakit (tidak
ada kesulitan)
INTERVENSI
Intervensi yang diberikan pada pasien ini adalah
edukasi dan konseling mengenai penyakitnya,
pola makan dan pentingnya tindakan preventif
untuk mencegah komplikasi penyakitnya.
Dilakukan intervensi terhadap beberapa faktor
resiko pasien, dengan melakukan 3x kunjungan
rumah.
Non Medikamentosa
a. Konseling mengenai pentingnya tipe
pengobatan preventif dibandingkan kuratif.
b. Konseling mengenai penyakit diabetes dan
hipertensi pada pasien dan keluarganya
c. Konseling mengenai makanan yang boleh
dan yang harus dihindari terkait dengan
penyakit pasien
d. Konseling kepada pasien untuk melakukan
kontrol rutin untuk memeriksakan gula
darah, tekanan darah, dan pengobatan
teratur.
e. Konseling
kepada
pasien
untuk
mengalihkan stress psikososial dan
f.
meningkatkan gaya hidup sehat seperti
olahraga.
Konseling kepada keluarga tentang
pentingnya memberi dukungan pada pasien
dan mengawasi pengobatan seperti diet
pasien, jadwal kontrol kembali, dan
berolahraga.
Farmakologi
a. Amlodipin 1 x 5 mg
b. Glibenklamid 5mg 1-0-0 mg
c. Paracetamol 3 x 500mg
PEMBAHASAN
Masalah kesehatan yang dibahas pada kasus ini
adalah seorang lansia berusia 71 tahun yang
terdiagnosa hipertensi dan diabetes melistus
sejak 1 minggu yang lalu.
Kunjungan pertama kali pada tanggal 09 April
2016 yang dilakukan adalah pendekatan dan
perkenalan terhadap pasien serta menerangkan
maksud dan tujuan kedatangan, diikuti dengan
7
anamnesis tentang keluarga dan perihal penyakit
yang telah diderita. Dari hasil kunjungan
tersebut, sesuai konsep mandala of health,
pasien memiliki pengetahuan yang kurang
tentang penyakit-penyakit yang ia derita.
Lingkungan
psikososial,
pasien
sulit
menjangkau pusat pelayanan kesehatan karena
tidak adanya kendaraan dan jarak tempuh yang
jauh. Dalam lingkungan rumah, pasien rutin
mengikuti pengajian desa yang diadakan satu
minggu sekali. Life style, pola makan belum
sesuai dengan anjuran dokter. Perilaku olahraga
ringan tiap harinya telah dijalani oleh pasien.
Pekerjaan, tidak begitu berat dan pasien terlibat
dalam kegiatan-kegiatan desa dan sehari – hari
membantu istri untuk mebuat dagangan.
Pada pasien ini penegakan diagnosis klinik
hipertensi grade I, berdasarkan pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah pasien 150/90
mmHg dan pada anamnesis ditemukan keluhan
yang mengarah ke hipertensi. Gejala klinis yang
muncul pada penderita hipertensi berupa sakit
kepala sampai ke tengkuk bagian belakang,
sering gelisah, ,tengkuk rasa pegal, mudah
marah, telinga berdengung , yang akan
berkurang bila penderita beristirahat (Sudoyo,
2010) .
Diagnosis hipertensi grade I di tegakkan
berdasarkan
Seven Report Joint National
Committe
on
Prevention,
Detection,
Evaluation , and Treatment of High Blood
Pressure (JNC-7).Faktor risiko timbulnya
hipertensi antara lain usia, stres,aktivitas fisik
dan kebiasaan olah raga (Chobanian dkk., 2003;
Price & Wilson, 2005)
Pada faktor usia semakin tua usia seseorang
semakin besar resiko terserang hipertensi karena
arteri semakin kehilangan elastisitasnya.
Hipertensi paling sering dijumpai pada orang
berusia 35 tahun atau lebih. Tekanan sistolik
meningkat sesuai dengan usia, sedangkan
tekanan diastolik tidak berubah mulai dari
dekade ke-5. Hipertensi sistolik terisolasi
merupakan jenis hipertensi yang paling sering
ditemukan pada orang tua (Tjokronegoro &
Utama, 2010).
Untuk mencegah resiko lebih lanjut yang bisa
dialami oleh pasien , maka dapat kita saran kan
kepada pasien untuk patuh terhadap pengobatan
dan anjuran yang diberikan serta melakukan
beberapa pemeriksaan yang mungkin dapat ia
lakukan untuk mengetahui lebih dini perluasan
penyakitnya,
sebagai prinsip pencegahan
terhadap faktor resiko yang ia miliki.
Pasien juga didiagnosis diabetes melistus tipe II.
Prevalensi diabetes melistus tipe 2 berdasarkan
usia paling sering pada orang dewasa berusia 40
tahun atau lebih tua, dan puncak prevalensi
penyakit tersebut meningkat pada usia lebih dari
60 tahun. Penuaan penduduk merupakan salah
satu penyebab bahwa diabetes mellitus tipe 2
menjadi semakin umum ditemukan. Hampir
semua kasus diabetes mellitus pada orang tua
adalah DM tipe 2 (Romesh et al., 2014).
Dalam kasus ini pasien yang berjenis kelamin
laki-laki dan berusia lanjut lebih beresiko pada
hipertensi, dislipidemia, penyakit jantung
kronik, penyakit arteri perifer, diabetes dan
gagal ginjal. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti EKG,
Gula darah, ureum kreatinin, dan kolesterol.
Ada beberapa langkah
sebelum orang
mengadopsi perilaku baru. Pertama adalah
awareness (kesadaran) yaitu menyadari stimulus
tersebut dan mulai tertarik (interest).
Selanjutnya, orang tersebut akan menimbangnimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut
(evaluation) dan mencoba melakukan apa yang
dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap
akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
(Notoatmodjo, 2003).
Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang
mengalami hipertensi adalah pengendalian
tekanan darah agar dapat mengurangi gejala
kepala pusing dan pegal di tengkukdan
menghambat penyakit supaya tidak menjadi
lebih parah dan timbul kompkasi lebih lanjut
seperti stroke, retinopati, nefropati dan penyakit
jantung hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi
terdiri dari terapi non medikamentosa (edukasi,
menurunkan asupan garam, menurunkan asupan
lemak,terapi fisik dan lain-lain),dan terapi obat.
Jenis terapi obat antihipertensi untuk terapi
farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh
JNC-7 :
1.
2.
3.
4.
Diuretika
Beta Bloker (BB)
Calcium Channel Blocker (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Ihibitor
(ACEI)
8
5.
Angiotensin II Reseptor Blocker (ARB)
(Brookes, 2003; Sudoyo, 2010).
Masing-masing obat antihipertensi memiliki
efektifitas dan keamanan dalam pengobatan
hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi
juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
-Faktor sosio ekonomi
-Profil faktor kardiovaskular
-Ada tidaknya kerusakn organ target
-Ada tidaknya penyakit penyerta
-Variasi individu dari respon terhadap obat
antihipertensi (Brookes L, 2003).
Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman
penanganan hipertensi
menyatakan bahwa
keuntungan pengobatan antihipertensi adalah
penurunan tekanan darah itu sendiri, terlepas
dari jenis atau kelas obat antihipertensi yang
digunakan.untuk
sebagian
besar
pasien
hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah dapat dicapai secara
progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan
masa kerja panjang. Pilihan untuk memulai
terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau
dengan kombinasi tergantung pada tekanan
darah awal dan ada tidaknya komplikasi
(Sudoyo, 2010).
Sehingga disimpulkan sesuai dengan faktor
pemilihan jenis obat hipertensi dan melihat
kondisi klinis pasien dengan hipertensi tanpa di
sertai komplikasi, harga relatif terjangkau,
mudah didapatkan,dengan efek samping yg bisa
diatasi, maka pemilihan obat antihipertensi pada
pasien dengan amlodipin 5mg perhari.
Adapun makanan yang harus dihindari atau
dibatasi oleh pasien yang disampaikan saat
konseling adalah makanan yang berkadar
lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih), makanan yang diolah dengan
menggunakan garam natrium (biscuit, craker,
keripik dan makanan kering yang asin),
makanan dan minuman dalam kaleng (sarden,
sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam
kaleng, soft drink), makanan yang diawetkan
(dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang),
sumber protein hewani yang tinggi kolesterol
seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam), bumbu-bumbu seperti kecap,
maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandung garam natrium, alkohol dan
makanan yang mengandung alkohol seperti
durian, tape dan makan-makanan yang bersifat
manis (Braverman, 1996).
Sangat disarankan untuk membatasi konsumsi
lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam
urat melalui urin. Batasi makanan yang
digoreng, penggunaan margarin, mentega dan
santan. Ambang batas lemak yang boleh
dikonsumsi adalah 15 % dari total kalori/hari
(Mulyatno, 2014).
Konsumsi cairan yang tinggi yaitu 2,5 L/hari
agar rehidrasi tercukupi, sedangkan alkohol,tape
dan brem harus dijauhi. Bahan pangan
mengandung alkohol ini dapat meningkatkan
tekanan darah tinggi (Mulyatno, 2014).
DIAGNOSIS HOLISTIK AKHIR
1) Aspek personal
- Keluhan nyeri kepala membaik
- Kekhawatiran: khawatir berkurang
2) Aspek Klinik
- Hipertensi grade I
- Diabetes melistus tipe II
3) Aspek Risiko Internal :
- Pengetahuan yang lebih baik tentang
pengaruh usia terhadap kesehatan saat
ini yang mungkin terjadi.
− Pengetahuan yang cukup tentang
hipertensi dan diabetes.
− Pengetahuan yang cukup tentang gizi
seimbang dan
mulai membiasakan
makan dengan pola makan yang teratur
− Pengetahuan manfaat dari pentingnya
olahraga
− Pengetahun yang cukup mengenai
tindakan pengobatan preventif dan
keuntungan yang didapatkan
4) Aspek Psikososial Keluarga :
− Keluarga mengetahui dan membatu
dalam pengobatan pasien
− Mengetahui pengabatan preventif akan
lebih baik dibandingkan dengan kuratif
5) Derajat Fungsional :
−
1 (satu) yaitu mampu melakukan
aktivitas seperti sebelum sakit (tidak
ada kesulitan).
Kesimpulan
9
1. Didapatkan faktor internal berupa usia lanjut
(71 tahun); gender: laki-laki; pengetahuan
yang kurang tentang hipertensi dan diabetes.
Faktor eksternal: diet yang kurang baik dan
kurang berolahraga
2. Telah dilakukan penatalaksanaan pada pasien
secara holistik, pasien center , family
appropried dengan pengobatan hipertensi
dan diabetes secara literatur berdasarkan
EBM.
3. Peran keluarga amat penting dalam
perawatan dan pengobatan anggota keluarga
yang sakit.
4. Dalam melakukan intervensi terhadap pasien
tidak hanya memandang dalam hal klinis
tetapi juga terhadap psikososialnya, oleh
karnanya diperlukan pemeriksaan dan
penanganan yang holistik, komperhensif dan
berkesinambungan.
SARAN
Bagi pasien:
Pasien disarankan mengikuti dan mematuhi
manajemen pendekatan dokter keluarga
mengenai pola hidup sehat dan jadwal yang
diberikan saat intervensi.
Bagi keluarga:
Memberikan dukungan penuh, semangat, dan
berperan aktif dalam pengendalian diabetes
maupun hipertensi pasien maupun pengendalian
faktor biopsikososialnya.
Bagi klinik:
1. Tidak hanya fokus terhadap faktor internal
namun juga faktor eksternal dalam
mengatasi masalah pasien .
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang
holistik dan komprehensif, yang berbasis
EBM sesuai dengan panduan terbaru.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Hj. Susi Kania,
M.Kes sebagai pembimbing Puskesmas Rawat
Inap Kota Karang dan dr. Hernowo Anggoro
Wasono, M.Kes selaku pembimbing yang
senantiasa memberikan waktunya
menyempurnakan laporan kasus ini.
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Braverman ER. 1996. Hypertension and
nutrition. Connecticut USA: Keats
Publishing, Inc.
Brookes L. 2003. The seventh report of the joint
national committee on prevention,
detection, evaluation, and the treatment of
high blood pressure—the NHLBI JNC 7
Press Conference.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman
WC, Green LA, Izzo JL, Jones DW, dkk.
2003. The seventh report of the joint
national committee on prevention,
detection, evaluation, and the treatment of
high blood pressure. Hypertension. 1-9.
Darmojo R dan Martono H. 2006. Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai
Penerbit FK – UI.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan hasil
riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia
2007. Jakarta : Departemen kesehatan
republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil
kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen
kesehatan republik Indonesia.
Gudmundsson LS, Johannsson M, Thorgeisson
G, Sigfusson, Witteman JCM. 2004. Risk
profile and prognosis of treated and
untreated hypertensive men and women in
a population-based longitudinal study. J of
Hum Hypr.18: 615-622.
Khardori, Romesh. 2014. Type 2 Diabetes
Mellitus di www.emedicine.medscape.com
Khisnul K, Awaludin DG, Firmansyah MA,
Deslivia MF, Pramono LA, Nufus H,
Mugroho H, Hidayah GN, Marcelena R,
Martina D, Liwang F. 2011.Kegiatan Temu
Ilmiah Geriatri dan Kepedulian terhadap
Lansia
Indonesia.
Jurnal
Medika.
7(XXXVII):1-8.
Notoatmojo S. 2003. Pendidikan Dan Prilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Price S dan Wilson L.2005. Patofisiologi:konsep
klinis proses-proses penyakit edisi ke 6.
Vol.2. Jakarta: EGC.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S. 2010. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Tjokronegoro A dan Utama H. 2010. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. In : E. Susalit,
10
E.J.Kapojos, dan H.R Lubis ed. Hipertensi.
Jakarta: Gaya Baru.
11
Download