BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi penginderaan semakin berkembang terutama dalam hal resolusi spasial. Setelah munculnya citra landsat dan citra-citra lainnya seperti citra ALOS, ASTER, IKONOS, Quicbird yang merupakan citra yang dihasilkan dari satelit, berkembang pula penginderaan jauh dengan menggunakan wahana aktif seperti pesawat, helikopter, parahlayang maupun menggunakan pesawat tanpa awak. Penginderaan jauh sistem aktif dengan teknologi menggunakan tenaga buatan juga berkembang, diantaranya LiDAR (Light Detection and Ranging). Penginderaan jauh dengan LiDAR menggunakan tenaga berupa sinar laser buatan yang dipancarkan ke objek untuk mendapatkan informasi posisi-posisi horizontal dan vertikal secara detail. LiDAR juga memiliki kemampuan multiple return pada sinar laser yang dipancarkan ke objek sehingga dapat dengan mudah membedakan berbagai macam objek. Sistem perekaman LiDAR dapat memancarkan tenaga dengan intensitas puluhan ribu per detik untuk dapat menghasilkan data point elevation (yang dikenal dengan nama point cloud) dengan kerapatan yang tinggi. Dengan kemampuan yang dimiliki LiDAR tersebut, menghasilkan DSM (Digital Surface Model) sekaligus DTM (Digital Terrain Model) sangat detail. Selain itu LiDAR juga dilengkapi dengan foto udara ortho yang merupakan foto udara yang telah melalui pemrosesan dan pengoreksian sehingga efek relief 1 displacement dapat dikurangi. Foto udara yang dihasilkan LiDAR menggunakan proyeksi orthogonal yang menjadikan posisi pada foto udara sesuai dengan posisi plannar sebenarnya dilapangan. Keunggulan LiDAR lainnya dibandingkan dengan alat konvensional adalah LiDAR memiliki kerapatan yang tinggi, akurasi lebih tinggi, efisien dalam segi waktu untuk pengumpulan dan pengolahan data, hampir semua sistem bekerja otomatis, memerlukan titik kontrol tanah yang minimum dan tersedia format digital sejak awal. (Joko,A.H., 2007). Dengan hadirnya teknologi penginderaan jauh yang sudah berkembang saat ini sangat berperan dan membantu dalam sistem informasi data serta pengolahan data, terutama data spasial. Penginderaan jauh merupakan teknologi yang sangat efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga, sehingga menjadi alternatif yang paling memungkinkan untuk mendapatkan data informasi geospasial suatu wilayah. Kajian geologi terutama terkait analisis geomorfologi wilayah secara mikro dapat memanfaatkan data LiDAR dan foto udara ortho, karena berbagai macam informasi geometri baik jarak, luas dan tinggi objek dapat terindetifikasi dengan baik dan ketelitian yang sangat baik. Aspek horizontal dan vertikal pada suatu objek dapat dideteksi dengan mudah dan kemudian dapat dimodelkan secara 3 (tiga) dimensi. 1.2 Rumusan Permasalahan Selama ini anilisis aspek-aspek geomorfologi dilakukan dengan menggunakan peta topografi ataupun foto udara secara manual, yang dalam pelaksanaan dan pengolahan datanya memakan waktu yang lama dan dengan hasil ketelitian yang 2 relatif lebih rendah. Sejalan dengan perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin pesat, citra penginderaan jauh semakin banyak digunakan dalam analisis geomorfologi. Tidak ketinggalan juga teknologi LiDAR, data LiDAR sekarang juga sudah dimanfaatkan dalam bidang geologi khususnya untuk analisis geomoefologi. Dengan memanfaatkan data Laser LiDAR dan orthophoto, analisis kajian geomorfologi dari aspek kemiringan lereng (Slope), hidrologi dan topografi dapat dilakukan. Karena aspek-aspek ini akan memberi pengaruh pada bentuk geomorfologi dari suatu wilayah. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi geomorfologi daerah penelitian di Muara Samu Kabupaten Paser yang merupakan wilayah tambang terbuka batubara. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Melakukan analisis geomorfologi daerah penelitian dari aspek kemiringan lereng, hidrologi dan topografi sehingga diketahui karakteristik dari geomorfologinya. 2. Mengetahui peran dan ketepatan data LiDAR dan Orthophoto dalam melakukan analisis geomorfologi suatu daerah. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan dapat memberikan gambaran secara jelas kondisi geomorfologi daerah penelitian sehingga diharapkan dapat berguna bagi pengembangan perencanaan tambang selanjutnya I.5 Penelitian Terdahulu dan Keaslian Penelitian Ada beberapa kegiatan penelitian yang pernah dilakukan di daerah ini sebelumnya serta penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan data LiDAR untuk studi geomorfologi diantaranya adalah : 3 1. Tahun 2006, Crosby dalam tesisnya A Geoinformatic Approach to Lidar Data Distribution and Processing with Application to Geomorphology, di Arizona State University menulis bahwa munculnya teknologi akuisisi data digital baru dibidang ilmu kebumian memiliki implikasi yang penting bagi berbagai jenis dan kualitas data yang sekarang tersedia untuk penelitian. Namun bersamaan dengan ini, terjadi peningkatan dalam volume dan kompleksitas dari keilmiahan data yang harus diatur secara efisien, diarsipkan dengan baik, didistribusikan, diproses dan diintegrasikan agar berguna bagi komunitas ilmiah. Pertumbuhan yang pesat LiDAR (Light Detection and Ranging) atau ALSM (Airborne Laser Swath Mapping) untuk aplikasi dibidang ilmu kebumian merupakan contoh yang bagus dalam menghadapi tantangan dan peluang yang dihadirkan oleh banyak jenis dataset. LiDAR menawarkan kesempatan mempelajari aspek geomorfologis terbentuknya permukaan bumi yang sebelumnya belum bisa direpresentasikan secara tepat. 2. Tahun 2010, Fornacial dkk dalam peneltian yang berjudul A Lidar Survey of Stromboli Volcano (Italy) : Digital Elevation Models – Based Geomorphology and Intensity Analisis, menimpulkan LiDAR (Light Detection and Ranging) adalah sebuah teknologi yang sangat berguna dalam penginderaan jauh sistem aktif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan secara langsung fitur geomorfologi serta sifat bahan pada permukaan tanah. 3. Tahun 2011, Burton dkk dalam penelitiannya Lidar Intensity A Remote Sensor of Rock Properties, melakukan pengumplan data spasial resolusi tinggi dan menjadikannya sebagai alat yang popular untuk investigasi singkapan. Namun beberapa penelitian tersebut memanfaatkan kemampuan spectral LiDAR. Penyiaman LiDAR umumnya mengumpulkan pengembalian intensitas LiDAR yang dipengaruhi oleh jarak dan daya pantul target dengan pengaruh sinar laser dari sudut insidensi, kekasaran bidang dan kondisi lingkungan. 4 4. Tahun 2012, Darnel dalam , Lidar Support Advanced Geospatial Analysis, meneliti penggunaan data LiDAR dalam membuat intensitas gambar yang mempunyai kemampuan untuk mengklasifikasi tutupan lahan dan point cloud. Informasi ini memungkinkan pengguna LiDAR untuk membuat data elevasi yang akurat dan klasifikasi informasi untuk pembuatan models elevasi. 5. Tahun 2001, Kegiatan inventarisasi mineral yang dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Paser pada tahun 2001. 6. Tahun 2003, Badan Geologi Kementerian ESDM melakukan penelitian berupa Inventarisasi Bahan Galian Non Logam di Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, dimana hasilnya bahan galian non logam yang terdapat di daerah Kabupaten Paser, baik yang teramati di lapangan maupun penyelidikan terdahulu adalah batugamping, basal, lempung, bond clay, pasir kuarsa, serpentinit/harzburgit dan sirtu. 7. Tahun 2003, Direktorat Geologi Tata Lingkungan dan Kawasan Pertambangan, Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral melakukan inventarisasi sumber daya mineral. 8. Tahun 2003, PT. Mitra Pesisir Kaltim bekerjasama dengan Kabupaten Kukar, Kabupaten Paser dan Kota Balikpapan menyusun Renstra Teluk Balikpapan. 9. Tahun 2005, Pusat Sumber Daya Geologi Kementerian ESDM melakukan kegiatan penelitian Inventarisasi Batubara Marginal di Daerah Muser dan Sekitarnya Kabupaten Paser Provinsi Kalimatan Timur, hasilnya total sumber daya batubara tereka di daerah Muser dan sekitarnya adalah 24,50 juta ton dihitung sampai kedalam 100 meter. 10. Tahun 2007, Pusat Sumber Daya Geologi Kementerian ESDM melakukan kegiatan penelitian Eksplorasi Umum Bahan Baku Semen di Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Eksplorasi umum bahan baku semen dilakukan di kecamatan Batusopang dan Tamiang. Berdasarkan sebaran litologi dan besarnya sumber daya tertunjuk bahan baku semen berupa : Bahan galian batugamping, 5 tersebar luas dalam Satuan Batugamping Klastik (Gkla) dan Satuan Batugamping Terumbu (Gter) yang merupakan salah satu anggota dari Formasi Berai (Tomb), dengan luas sebaran teramati sebesar 1.506 Hektar, mempunyai sumber daya tertunjuk 70.453.00 m3.Bahan galian lempung, tersebar luas dalam Satuan Batulempung hitam (Lphi) dan Satuan Napal (Napl) yang merupakan salah satu anggota dari Formasi Tanjung (Tet) serta dalam sebagian Satuan Batulempung Karbonan (Lpkb) salah satu anggota dari Formasi Warukin (Tmw) dengan luas sebaran total teramati sebesar 1.970 Hektar, mempunyai sumber daya tertunjuk 32.347.000 m3. Bahan galian pasir kuarsa tersebar luas dalam Satuan Batupasir Kuarsa (Pskw) yang merupakan salah anggota dari Formasi Warukin (Tmw), serta dalam sebagian Satuan Batupasir Gampingan (Psgp) salah satu anggota dari Formasi Pamaluan (Tomp), dengan luas sebaran total teramati sebesar 410 Hentar, mempunyai sumber data tertunjuk 6.850.000 m3. 11. Tahun 2014, Pusat Sumber Daya Geologi Kementerian ESDM melakukan kegiatan Penelitian Sumur Geologi Untuk tambang Dalam dan CBM di daerah Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan di Cekungan. Paser dan bertujuan untuk mengetahui potensi batubara dan CBM. Dua sumur yang dibor didapatkan potensi gas metana sebesar 295 juta scf untuk BSCMB-01 dan 355 juta scf untuk sumur BSCBM-02. Perlapisan batubara membentuk suatu sinklin dimana ketebalannya 0,3 s.d 2,2 meter dengan kalori rata-rata 5661 kal/gr dan kandungan abu berkisar antara 0,67% sampai 39,2%. Sementara kajian penelitian yang mengkaji aspek geomorfologi dengan menggunakan data lidar di daerah penelitian sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan. I.6 Lokasi Penelitian Daerah penelitian secara administrasi terletak dalam wilayah Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, termasuk dalam Formasi 6 Berai, Secara geografis terletak antara 1° 57' 30" LS - 1° 58' 45" LS dan 115° 51' 15" BT - 115° 52' 30"BT. Lokasi daerah penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Lokasi Daerah Penelitian Kabupaten Paser 1.7. Batasan Masalah Masalah yg diteliti dibatasi pada : 1. Rasterisasi format dari laser LiDAR ke format raster menggunakan interpolasi IDW (Inverse Distance Weighted), Kriging, Spline dan Topo to raster. 7 2. Aspek analisis dalam penelitian ini mencakup kemiringan lereng (slope), hidrologi (watershed), topografi (kontur) dan pemodelan tiga dimensi (3D) 3. Penelitian ini dilakukan tanpa pengujian di lapangan (pengambilan sampel dan pengukuran langsung dilapangan) untuk validasi hasilnya. 1.8. Hipotesis Hipotesis sementara yang disusun berdasarkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Karakter geomorfologi ditinjau dari aspek kemiringan lereng, hidrologi dan topografi sangat dimungkinkan diketahui dengan menggunakan data lidar karena informasi geometrik obyek berupa jarak, luas dan tinggi teridentifikasi dengan baik dan ketelitian yang sangat baik juga. 2. Penggunaan data LiDAR untuk analisis geomorfologi suatu daerah selanjutnya akan lebih banyak sejalan dengan semakin berkembangnya LiDAR dan semakin banyaknya ketersediaan data LiDAR. 8