BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Kotler (2008 : 6) menyatakan bahwa pemasaran adalah proses sosial dan manajerian di mana pribadi atau organiasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup menciptakan hubungan pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang menguntungkan. Karena itu, kita mendefinisikan pemasaran sebagai proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Proses pemasaran ditunjukan dalam lima langkah. Dalam empat langkah pertama, perusahaan berusaha untuk memahami pelanggan, menciptakan nilai bagi pelanggan, dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan. Dalam langkah terakhir, perusahaan menuai hasil dari menciptakan nilai unggul bagi pelanggan dengan menciptakan nilai bagi pelanggan, sebagai imbalannya mereka menangkap nilai dari pelanggannya dalam bentuk penjualan, laba, dan ekuitas pelanggan dalam jangka panjang. Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Pemasaran 3.0 Kotler dan Kartajaya (2010 : 3) menyatakan bahwa Pemasaran telah berevolusi melalui tiga tahap yang disebut dengan pemasaran 1.0, 2.0, dan 3.0. banyak pemasar saat ini yang masih menerapkan baik pemasaran 1.0 maupun pemasaran 2.0, dan beebrapa perusahaan telah menerapkan pemasaran 3.0. Pemasaran 1.0 di lakukan ketika era industri dimana inti dari teknologi adalah mesin – mesin industri. Pemasaran adalah tentang menjual output produk perusahaan kepada siapa pun yang ingin membelinya. Produk yang dihasilkan adalah produk standar yang didesain untuk memenuhi permintaan missal. Tujuannya adalah untuk menstandarisasi dan memenuhi skala produksi hingga biaya produksinya terendah, sehingga produk – produk ini dapat dijual murah dan terjangkau oleh banyak pembeli. Pemasaran 2.0 hadir di masa teknologi dimana intinya adalah teknologi informasi. Pekerjaan pemasaran tidak lagi sesederhana dulu. Konsumen saat ini sangat mudah mendapat informasi dan membandingkan beberapa tawaran dari produk yang serupa. Nilai dari suatu produk ditentukan oleh konsumen. Konsumen sangat berbeda dalam hal preferensi. Pemasar harus membuat segmen pasar dan mengembangkan sebuah produk unggulan untuk target pasar tertentu. Consumer dapat memilih berbagai macam alternative dan karakteristik fungsional. Pemasar berusaha meraih pikiran dan hati konsumen. Pendekatan consumer centric secara implisit menganggap konsumen adalah target pasif dari kampanye pemasaran. Universitas Sumatera Utara Pemasaran 3.0 adalah era yang dipicu oleh nilai – nilai (values driven). Pemasar tidak memberlakukan konsumen semata – mata sebagai konsumen, namun melakukan pendekatan dengan memandang mereka sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan pikiran, hati, dan spirit. Semakin banyak konsumen yang berusaha mencari solusi terhadap kegelisahannya untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Konsumen mencari perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan terdalam mereka dalam bidang sosial, ekonomi, dan keadilan lingkungan pada misi, visi dan nilai – nilainya. Dalam produk dan jasa yang dipilih, kondumen tidak hanya mencari pemenuhan fungsional dan emosional namu juga pemenuhan spirit. 2.1.3 Green Marketing Green marketing dikenal pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, ternyata hal ini telah didiskusikan lebih awal oleh The American Marketing Associate (AMA) pada tahun 1975 mengadakan seminar pertama tentang ecological marketing, seminar ini menghasilkan buku pertama tentang green marketing berjudul Ecological Marketing. Ada Beberapa alasan mengapa perusahaan meningkatkan pemakaian green marketing salah satu alasan tersebut adalah, organisasi menerima environmental marketing menjadi suatu kesempatan yang dapat digunakan untuk meraih tujuan-tujuannya. Mintu & Lozada (1993) dalam Lozada (2000) mendefinisikan green marketing sebagai “aplikasi dari alat pemasaran untuk memfasilitasi perubahan yang memberikan kepuasan organisasi dan tujuan individual dalam melakukan pemeliharaan, perlindungan, dan konservasi pada lingkungan fisik”. Aktivitas Universitas Sumatera Utara green marketing membutuhkan lebih dari sekedar pengembangan citra . Sedangkan Pride dan Farrel (1993) dalam Haryadi (2009) mendefinisikan green marketing sebagai sebuah upaya perusahaan mendisain, mempromosikan, dan mendistribusikan produk yang tidak merusak lingkungan. Kepedulian pada lingkungan diintegrasikan pada strategi, kebijakan dan proses pada organisasi. Hal ini menuntun pengaruh aktivitas pemasaran pada lingkungan alami, juga mendorong praktek yang menghilangkan dan meminimalisasi efek lingkungan yang merugikan. Filosofi dari pembangunan yang berkelanjutan menyediakan dorongan tambahan pada green marketing dengan menekankan bahwa perlindungan lingkungan bukan berarti menghilangkan kesejahteraan ekonomi, tetapi sebaliknya mendorong pemikiran kembali tentang bagaimana mengaitkan pemasaran dengan perlindungan lingkungan. Perusahaan menggunakan green marketing sebagai kesempatan potensial untuk pengembangan produk atau pelayanan. Misalnya dengan menggunakannya pada merek produknya. Dapat diasumsikan bahwa perusahaan yang memasarkan produk-produknya dengan karakteristik lingkungan akan mempunyai suatu competitive advantage dibandingkan dengan perusahaan yang memasarkan tanpa tanggung jawab terhadap lingkungan, hal ini merupakan usaha untuk memuaskan kebutuhan konsumen mereka. Melaksanakan pemasaran hijau berarti dalam suatu lingkungan berarti memasukkan pertimbangan lingkungan dalam semua dimensi aktivitas yang dilakukan perusahaan. Tabel berikut menggambarkan beberapa perbedaan penting antara pemasaran tradisional dan pemasaran hijau (Lapian, 2013 :3). Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Perbedaan Pemasaran Tradisional dan Pemasaran Hijau FAKTOR PEMASARAN TRADISIONAL 1. Perusahaan 2. konsumen Pertukaran 1. 2. 3. 1. Kepuasan konsumen 1. 2. Kepuasan dari tujuan 2. perusahaan 3. Tujuan Tanggung Perusahaan Pencapaian pemasaran PEMASARAN HIJAU Jawab dari keputusan Tekanan dari kelompok hijau Tanggung jawab ekonomis Manufaktur untuk penggunaan produk kebutuhan legal Konfrontasi atau pasif Perusahaan Konsumen Lingkungan Kepuasan konsumen Kepuasan dari tujuan perusahaan Minimalisasi pengaruh/ dampak bagi lingkungan Tanggung jawab sosial Nilai produk dari kejelasan bahan mentah untuk konsumsi akhir, kemunculan hokum : desain untuk lingkungan Hubungan terbuka dan kolaborasi Sumber : Chamorro, Antonio & Banegil Thomas M (2006) 2.1.4 Green Marketing Mix Green Marketing Mix mendeskripsikan suatu kumpulan alat – alat yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi penjualan. Formula tradisional dari marketing mix ini disebut dengan 4P- Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan promotion (Promosi) (Kotler, 2008 :62). 2.1.4.1 Green Product Menurut Kotler (2008 : 266), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Sehubungan dengan green marketing, maka produk yang menggunakan green marketing disebut green product. Produk dapat dikatakan ramah lingkungan sudah menjadi perdebatan serius antar enviromentalis, pejabat pemerintah perusahaan manufaktur, dan konsumen. Menurut John Elkington, Julia Hailes, dan John Makower dalam buku Universitas Sumatera Utara “the green consumer” terdapat kriteria yang dapat digunakan untuk menetukan apakah suatu produk ramah atau tidak terhadap lingkungan yaitu: 1. Tingkat bahaya produk bagi kesehatan manusia atau binatang. 2. Seberapa jauh produk dapat menyebabkan kerusakan lingkungan selama di pabrik, digunakan, atau dibuang. 3. Tingkat penggunaan energi dan sumber daya yang tidak proporsional selama di pabrik, digunakan, atau dibuang. 4. Seberapa banyak produk menyebabkan limbah yang tidak berguna ketika kemasannya berlebihan atau untuk suatu penggunaan yang singkat. 5. Seberapa jauh produk melibatkan penggunaan yang tidak ada gunanya atau kejam terhadap binatang. 6. Penggunaan material yang berasal dari spesies atau lingkungan yang terancam. Kasali (2005) mendefinisikan, produk hijau (Green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang. Suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek -efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsianya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang dapat didaur ulang. Ottman (2006) mendefinisikan green product are typically durable, nontoxic, made from recycled materials or minimally packaged. Semakin banyak konsumen akan memilih produk – produk hijau atau produk ekologis ketika mereka berbelanja, tidak hanya karena pilihan yang lebih Universitas Sumatera Utara sehat tetapi juga karena membantu kerberlanjutan lingkungan bagi generasi mendatang (Atmoko dan Setywan, 2013 :162). Fraz dan Martinez (2006) dalam Dharmmesta (2012:34), menyatakan bahwa “konsumen siap bralih ke produk – produk hijau dan berhenti membeli produk – produk dari perusahaan lain yang menimbulkan polusi”. 2.1.4.2 Green Price Menurut Kotler (2008 :345), Harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau mendapatkan suatu produk . Berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Di dalam perusahaan, harga suatu barang atau jasa merupakan penentuan bagi permintaan pasar. Harga dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan. Keputusan tentang harga tidak pernah boleh dilakukan secara kebetulan. Pada produk yang umum, penurunan harga dapat menaikkan penjualan, sedangkan pada produk yang membawa citra bergengsi, kenaikan harga akan menaikkan penjualan karena produk dengan harga tinggi akan menunjukkan prestasi seseorang. Lebih lanjut disampaikan bahwa harga merupakan elemen penting dalam bauran pemasaran. Kebanyakan para pelanggan bersedia membayar dengan harga premium jika ada persepsi tambahan terhadap nilai produk. Peningkatan nilai ini dapat disebabkan oleh kinerja, fungsi, desain, bentuk yang menarik, atau kecocokan selera. Harga sebuah produk hijau lebih mahal dibandingkan produk konvensional. Hal ini dikarenakan adanya biaya tambahan dalam memodifikasi Universitas Sumatera Utara proses produksi, pengemasan yang menggunakan teknologi yang tinggi dan juga proses pembuangan limbah. 2.1.4.3 Green Promotion Mempromosikan suatu produk dan jasa untuk memperoleh pasar dapat dilakukan dengan iklan, public relations, direct marketing. Penjual produk hijau yang cerdas akan dapat menekankan kredibilitas produk yang ramah lingkungan dengan menggunakan sustainable marketing juga alat dan praktek komunikasi (Queensland Goverment, 2002). Para pengecer banyak juga yang mulai menyadari perlunya komitmen pada lingkungan dengan melakukan promosi penggunaan kantong ramah lingkungan sebagai pengganti kantong plastik. Istilah-istilah seperti phosphate free, recyclable, refillable ozon friendly, dan ramah lingkungan adalah sesuatu yang paling sering disosialisasikan sebagai green marketing. Kunci sukses dari green marketing adaah kredibilitas. Dengan tidak terlalu membesar-besarkan keunggulan lingkungan pada produk atau membentuk harapan yang tidak realistis pada pelanggan, maka komunikasi tentang keunggulan lingkungan cukup dilakukan melalui tokoh-tokoh yang dapat dipercaya (Haryadi, 2009). Karna dan Juslin (2011) berpendapat bahwa green advertising adalah periklanan yang tampilannya berwawasan lingkungan. Periklanan model ini dapat termasuk suatu seri dari elemen-elemen yang digunakan untuk memberikan informasi kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Sebagai contoh iklan yang berorientasi kepada lingkungan dapat memuat satu atau lebih dari hal-hal berikut: warna hijau, pemandangan alam, Eco Label, pernyataan terhadap bahan baku, Universitas Sumatera Utara proses produksi ramah lingkungan. Selain itu suatu iklan bisa dikatakan berwawasan lingkungan jika memenuhi satu atau lebih dari kriteria berikut: 1. Baik secara eksplisit maupun implisit menunjukkan hubungan antara produk atau jasa dan lingkungan biophysical. Misalnya disebutkan bahwa produk yang diiklankan tidak mengandung CFC sehingga aman bagi kelestarian lapisan ozon. 2. Mempromosikan suatu gaya hidup berwawasan lingkungan. Misalnya menganjurkan kepada konsumen agar kemasan habis pakai dibuang ke tempat sampah. 3. Menghadirkan suatu corporate image yang mengandung enviromental responsibility. Misalnya menghadirkan sertifikat ISO 14001 dalam iklannya. Universitas Sumatera Utara 2.1.5 Strategi Green MarketingMatrix High Defensive Green Extreme Green Lean Green Shaded Green Substantiality of Green Markets Segmentation Low Low High Diffrentiability Of Greeners Sumber : Ginsberg and Bloom (2008 :81) dalam Kontic dan Biljeskovic (2010 :16) Gambar 2.1 Strategi Green Marketing Matrix 2.1.5.1 Lean Green Perusahaan lebih tertarik pada pengurangan biaya. Oleh karena itu, mereka tidak mengiklankan kegiatan pemasaran hijau mereka secara eksplisit. Mereka lebih tertarik untuk membuat keuntungan biaya yang lebih rendah dengan menggunakan kegiatan pemasaran hijau. Mereka tidak membedakan diri atas dasar pemasaran hijau. 2.1.5.2 Defensive Green Perusahaan melakukan pemasaran hijau dalam reaksi terhadap kegiatan pemasaran hijau pesaing mereka. Perusahaan mempromosikan merek mereka dengan menggunakan pemasaran hijau. Perusahaan tidak melakukan promosi Universitas Sumatera Utara yang agresif untuk menghindari harapan tinggi konsumen yang pada akhirnya tidak dapat dicapai. Pada pendekatan defensive perusahaan melakukan kegiatan seperti menjadi sponsor untuk kegiatan – kegiatan lingkungan berskala kecil. Perusahaan tidak dalam posisi untuk memperoleh keunggulan kompetitif yang berkelanjutan pada lingkungan tetapi hanya ingin bertanggung jawab terhadap lingkungan. 2.1.5.3 Shaded Green Perusahaan melihat pemasaran hijau sebagai kesempatan dan proses inovatif untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, mereka berinvestasi dalam kegiatan pemasaran hijau. Pemasaran hijau menjadi kesempatan perusahaan untuk menciptakan produk yang memuaskan, berinovasi dan berteknologi tinggi. 2.1.5.4 Extreme Green Pemasaran hijau adalah bahan inti jenis perusahaan. Nilai-nilai hijau digabungkan dalam setiap tindakan mereka, pada kenyataannya, hijau bertindak pemasaran sebagai kekuatan pendorong bagi perusahaan-perusahaan ini. Mereka secara eksklusif menargetkan pelanggan yang lebih memilih karakteristik hijau. TABEL 2.2 Matrix In Green Marketing Strategies Product Price Place Lean Green X Defensive Green X Shaded Green X x Extreme Green X x x Sumber : Ginsberg dan Bloom (2004) dalam Kontic dan Biljeskovic (2010 :16) Promotion x x x Universitas Sumatera Utara 2.1.6 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen didefenisikan “sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide – ide” (Mowed and Minor, 2002:6). Menurut Setiadi (2003:3) perilaku konsumen adalah “Tindakan langsung yang terlibat dalam mendapatkan, menkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini” menurut Kotler (2008:158) menyatakan bahwa perilaku pembelian konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. American Marketing Association (Setiadi, 2003 :3) mendefinisikan perilaku konsumen “sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka “. Terdapat tiga ide penting perilaku konsumen dalam pengertian tersebut : a. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, karena itu peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui penerapan berbagai strategi pemasaran. b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi afeksi (perasaan), kognisi (pemikiran), perilaku dan kejadian di lingkungannya. c. Perilaku konsumen bersifat dinamis dengan artian bahwa perilaku konsumen, kelompok konsumen, atau masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Universitas Sumatera Utara 2.1.6.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan pribadi. Faktor budaya memberikan pengaruh yang paling luas dan dalam Kotler ( 2008:159). Budaya 1. Budaya 2. Subbudaya 3. Kelas Sosial Sosial 1. Kelompok referensi 2. Keluarga 3. Peran dan status Pribadi 1. Usia dan tahap siklus hidup 2. Pekerjaan 3. Situasi ekonomi 4. Gaya hidup 5. Kepribadian dan konsep diri Psikologis 1. 2. 3. 4. Motivasi Persepsi Pembelajaran Kepercayaan dan sikap Sumber : Kotler ( 2008 : 160) Gambar 2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 1. Faktor – faktor budaya a. Budaya Budaya (culture) adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan peilaku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya. Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar sehingga pemasar selalu berusaha menemukan perubahan budaya untuk menemukan produk baru yang mungkin diinginkan orang. b. Sub-budaya Masing – masing budaya mengandung subbudaya (subculture) yang lebih kecil, atau kelompok masyarakat yang berbagi sistem nilai yang berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum. Universitas Sumatera Utara c. Kelas sosial Kelas – kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen dan berjenjang di mana anggotanya berbagi nilai, dan perilaku yang sama. Pemasar tertarik pada kelas sosial karena orang di dalam kelas sosial tertentu cenderung memperlihatkan perilaku pembelian yang sama. 2. Faktor – faktor Sosial a. Kelompok Kecil Perilaku konsumen dipengaruhi oleh banyak kelompok (group) kecil atau dapat disebut kelompok referensi. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat di mana seseorang menjadi anggotanya. Kelompok referensi memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang, mempengaruhi sikap dan konsep diri seseorang dan menciptakan tekanan untuk mengeaskan apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang. b. Keluarga Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran dan pengaruh suami, istri, serta anak – anak dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda. Keterlibatan suami – istri dalam kategori produk dan tahap proses pembelian sangat beragam. Peran pembelian berubah sesuai dengan gaya hidup konsumen yang berubah. Universitas Sumatera Utara c. Peran dan Status Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang – orang di sekitarnya. Masing – masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. 3. Faktor – faktor Pribadi a. Usia dan tahapan dalam Siklus Hidup Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka. Selera makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering berhubungan dengan usia. Pembelian juga dibentuk oelh tahap siklus hidup keluarga. Tahap – tahap keluarga ketika mereka menjadi matang dan berjalannya waktu. Pemasar sering mendefinisikan pasar sasaran mereka dengan tahap siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemasaran sesuai untuk setiap tahap itu. b. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata – rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu. c. Situasi Ekonomi Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar barang – barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati gejala pendapatan pribadi. Universitas Sumatera Utara d. Gaya hidup Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam kegiatan, minat, dan pendapatannya. Konsep gaya hidup dapat membantu pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku konsumen. e. Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian setiap orang yang berbeda – beda mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon yang relative konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan orang itu sendiri. 4. Faktor – faktor Psikologis a. Motivasi Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan. Seseorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan. Salah satunya adalah ketidaknyamanan, kebutuhan lainnya adalah kebutuhan psikologis, timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapai dengan tingkat intensitas yang kuat. b. Persepsi Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti. Cara orang bertindak dipengaruhi oleh persepsi dirinya tentang sebuah situasi. Orang dapat membentuk persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama Universitas Sumatera Utara karena tiga proses perceptual (berhubungan dengan rangsangan sensorik) : atensi selektif, distorsi selektif dan retensi selektif. Sehingga pemasar harus bekerja keras untuk menarik atensi konsumen. c. Proses Belajar Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan, rangsangan, pertanda, respon, dan penguatan. Dorongan adalah rangsangan internal yang kuat dan memerlukan tindakan. Dorongan menjadi motif ketika dorongan itu diarahkan menuju objek rangsangan tertentu. d. Keyakinan dan Sikap Keyakinan adalah pikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan dan tedensi yang relative konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide. Pemasar tertari pada keyakinan yang diformulasikan seseorang tentang produk dan jasa tertentu, karena keyakinan dan sikap ini membentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian. 2.1.7 Keputusan Pembelian Konsumen 2.1.7.1 Pengertian Keputusan Pembelian Dalam dunia perdangan, faktor kunci yang sangat menentukan dalam mendukung aktifitas usaha adalah penjualan. Keputusan pembelian adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, penilaian sumber – sumber seleksi. Menurut Assauri (2007:141), “keputusan pembelian merupakan suatu proses Universitas Sumatera Utara pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan – kegiatan sebelumnya”. 2.1.7.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Keputusan pembelian yang dilakukan oleh para konsumen melalui lima tahap yaitu : pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian (Kotler, 2008 : 178). Mengenali Kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku pasca pembeli Sumber : Kotler (2008 : 179) Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Secara rinci tahap – tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengenalan Kebutuhan Proses pembeli dimulai saat konsumen mengenali sebuah kebutuhan. Pemasar perlu mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu jenis produk sehingga dapat mengembangkan strategi pemasaran. 2. Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak, dan dapat dibagi ke dalam dua level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang mungkin mulai aktif mencari informasi lebih banyak seperti mencari bahan bacaan, menelpon teman, dan mengunjungi took untuk Universitas Sumatera Utara mempelajari produk tertentu. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok : sumber pribadi, sumber komersial, sumber public, dan sumber pengalaman. 3. Evaluasi Alternatif Evaluasi alternative adalah proses mengevaluasi produk dan merek, dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi alternative, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Evaluasi alternative muncul karena banyaknya alternative pilihan, dan disini konsumen akan memilih merek yang akan memberikan manfaat yang diharapkannya. 4. Keputusan Pembelian Ada faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternative pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal, yaitu intensitas sikap negative orang lain tersebut terhadap alternative pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin tinggi intensitas sikap negative orang lain tersebut akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka semakin besar kemungkinan konsumen akan menyelesaikan tujuan pembeliannya. Faktor kedua adalah faktor keadaan yang tidak terduga. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor – faktor seperti : pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Universitas Sumatera Utara Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor – faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan pembelian. 5. Perilaku Pasca Pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen akan mempengaruhi perilaku konsumen berikutnya. Jika konsumen merasa puas maka ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang merasa puas cenderung akan mengatakan hal – hal yang baik mengenai suatu produk terhadap orang lain. Sebaliknya, apabila konsumen merasa tidak puas, maka konsumen akan memungkinkan melakukan salah satu dari dua tindakan ini yaitu membuang produk atau mengembalikan produk tersebut atau mereka. 2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Nama Judul Rahmansyah (2013) Pengaruh Green Marketing Dalam Iklan Produk Terhadap Keputusan Membeli Konsumen Nursyamsi Ayu (2012) Pengaruh Strategi Green Marketing Pada Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Rumah Di Perumahan PT. Asta Karya Pekanbaru Analisis Sikap Dan Pengetahuan Konsumen Terhadap Ecolabelling Serta Pengaruhnya Pada Keputusan Pembelian Produk Ramah Lingkungan Sumarsono dan Yayat Giyatno (2010) Alat Analisis Analisis Chi Square Analisis regresi linier berganda Analisis Regresi Berganda Hasil Penelitian Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang pengetahuannya tinggi tentang green marketing dan responden yang pengetahuannya rendah tentang green marketing terhadap keputusan membeli konsumen Strategi green marketing berupa produk(X1), harga (X2), lokasi (X3), dan promosi (X4) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian konsumen dalam membeli rumah di perumahan PT.Asta Karya Pekanbaru. Tidak terdapat pengaruh positif dari pengetahuan konsumen terhadap informasi lingkungan pada kemasan produk terhadap keputusan pembelian produk detergen ramah lingkungan dan Terdapat pengaruh positif dari sikap konsumen terhadap lingkungan terhadap keputusan pembelian produk detergen ramah lingkungan Universitas Sumatera Utara 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literature (Kuncoro 2009:44). Menurut Kotler dan Kertajaya ( 2009 : 4), keputusan pembelian masyarakat pada saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh fungsional produk tetapi nilai tambah di dalam produk. Semakin banyak konsumen yang berusaha mencari solusi terhadap kegelisahan mereka untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Konsumen mencari perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan terdalam mereka dalam bidang sosial, ekonomi, dan keadilan lingkungan pada misi, visi dan nilai – nilainya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah strategi green marketing yang diterapkan dalam bauran pemasaran yaitu green product, green price, dan green promotion. Berdasarkan teori diatas maka dapat dibuat skema sistematis kerangka konseptual sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Green Product (X1) Green Price (X2) Keputusan Pembelian (Y) Green Promotion (X3) Sumber : Hashem dan Al-Rifai, 2011 (Diolah) Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Universitas Sumatera Utara 2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya (Sugiyono, 2006 :96). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah strategi green marketing yang diterapkan pada produk, harga, promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk Air Minum dalam Kemasan (AMDK) ADES pada Mahasiswa Strata I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara