DESAIN ELECTRONIC POWER TRANSFORMER MENGGUNAKAN SUPERCAPACITOR DAN DC-DC CONVERTER Fujianoor Mulya Putra, Mochamad Ashari, Heri Suryoatmojo Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Transformer (EPT). Sampai saat ini transformator masih belum bisa mekompensasi gangguan karena tidak memiliki sebuah elemen penyimpanan energi [1]. Supercapacitor merupakan sebuah elemen yang dapat menyimpan energi dengan berbagai keunggulan misalnya tidak memerlukan adanya proses maintenance, memiliki lifetime yang lama, memilki karakterisitik cepat dalam proses charge maupun discharge dan dapat beroperasi secara efektif dalam beragam kondisi (panas, dingin, dan lembab) lingkungan. Sehingga dilakukanlah penggabungan sistem antara transformator daya dengan supercapacitor sebagai sebuah sistem penyimpanan energi, yang terdiri dari sebuah supercapacitor dan bidirectional DC-DC converter [1]. Keuntungan dari sistem yang diusulkan adalah transformator dapat mencegah terjadinya gangguan tegangan seperti sag voltage dan swell voltage secara cepat, serta tidak terdapat masalah sinkronisasi karena sistem ini dihubungkan secara seri dengan grid. Berbeda dengan Uninterruptible Power supply (UPS) dan Dynamic Voltage Restorer (DVR) yang harus menyinkronkan output tegangan dengan grid terlebih dahulu agar kembali ke kondisi normal karena pada UPS dan DVR terhubung secara parallel [1]. Abstrak— Transformator Daya Elektronik atau Electronic Power Transformer adalah sebuah Transformator yang terdiri dari berbagai jenis konverter seperti rectifier,inverter baik itu di sisi primer maupun sekuder trafo. EPT ini memiliki berbagai kelebihan dibandingkan trafo biasa seperti memiliki dimensi ruang dan rugi-rugi yang kecil, efisiensi yang lebih tinggi serta respon dinamis yang lebih cepat. Dalam Tugas Akhir ini didesain dan dilakukan simulasi pemodelan sistem EPT dengan Bidirectional Converter dan supercapacitor. Kapasitas trafo ini ditentukan sebesar 50 KVA dengan frekuensi kerja sebesar 1 Khz dengan tegangan input 20 KV dan tegangan output sebesar 220 volt. Hasil simulasi menunjukkan bahwa tegangan output dapat dijaga konstan untuk beban yang berubah- ubah. Saat terjadi gangguan di beban, sistem EPT menghasilkan tegangan output sebesar 219,2 volt sedangkan daya output yang dihasilkan ketika beban turun menjadi 40 Kilowatt sebesar 39,81 Kilowatt sedangkan sistem EPT menggunakan supercapacitor sebesar 40,58 Kilowatt. Penggunaan supercapacitor ternyata juga mampu membantu ripple tegangan di bus (bagian sekunder trafo). Indeks—EPT,supercapacitor,Converter, tegangan,daya output II. SISTEM ELECTRONIC POWER TRANSFORMER EPT dapat dilihat pada Gambar 1. Ada 3 bagian dalam rangkaian EPT yaitu bagian input , bagian isolasi dan bagian output. Pada bagian input terdapat penyearah (rectifier) 3 fasa dimana tegangan input AC akan dirubah menjadi tegangan DC. Kemudian tegangan DC oleh H-bridge1(inverter) akan diserap untuk dimodulasi menjadi sebuah gelombang sinusoidal pada medium frequency transformer. Pada Medium Frecuency Transformer, gelombang sinusoidal tadi akan dimodulasi dan dirubah kembali menjadi tegangan DC oleh H-bridge-2(rectifier). H-bridge1(inverter), H-bridge-2 (rectifier) dan medium frecuency transformer ini berada pada bagian isolasi. Pada bagian output terdapat tiga buah inverter satu fasa, yang mengubah tegangan DC dari bagian isolasi menjadi tegangan sinusoidal tiga fasa AC. Pada Gambar 1, L1 merupakan inductor input, dan CDC1 adalah kapasitor DC dari bagian input, sedangkan Lf, Rf dan Cf masingmasing merupakan sebuah filter induktor, resistor, kapasitor di bagian output. I. PENDAHULUAN T ransformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain dengan frekuensi yang sama melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnet. Seiring dengan perkembangannya, trafo juga mengalami integrasi menjadi sebuah alat yang tidak hanya dapat berfungsi sebagai isolator, transmisi daya, tetapi juga mempunyai banyak fitur tambahan seperti dapat mengkompensasi daya reaktif, mencegah adanya gangguan tegangan seperti tegangan sag, tegangan swell, tegangan flickr, harmonisa dan tegangan tidak seimbang yang dapat mempengaruhi tegangan output. Transformator tersebut adalah Electronic Power Makalah ini diseminarkan pada Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya tanggal 17 Januari 2012. Fujianoor Mulya Putra adalah mahasiswa program sarjana Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya , Indonesia (e-mail: fuji_32@ elect-eng.its.ac.id). Mochamad Ashari adalah guru besar di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia (e-mail: [email protected]) Heri Suryoatmojo adalah pengajar di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia (e-mail: [email protected]) 1 dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana dapat dikatakan, bahwa keluaran kontroller proportional merupakan perkalian antara konstanta proportional dengan masukannya. Perubahan pada sinyal masukan akan segera menyebabkan sistem secara langsung mengubah keluarannya sebesar konstanta pengalinya Kontroller integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki kesalahan keadaan mantap nol. Kalau sebuah plant tidak memiliki unsur integrator (1/s), kontroller proportional tidak akan mampu menjamin keluaran sistem dengan kesalahan keadaan mantabnya (keadaan steady state) nol. Dengan kontroller integral, respon sistem dapat diperbaiki, yaitu mempunyai kesalahan keadaan mantapnya nol.Kontroller Proportional Integral (PI) menggabungkan kedua fungsi kontrol tersebut. Persamaan fungsi transfer kontroller PI adalah sebagai berikut : Ki U (s) (1) = Kp + E (s) s Nilai-nilai parameter dituliskan pada tabel 3.1.Unit pembangkit listrik diwakili oleh 3 sumber tegangan tiga fasa dengan tegangan antar fasa 20 kV dengan frekuensi 50 Hz. Gambar 1. Diagram Rangkaian Transformator Daya Elektronik (EPT) III. PEMODELAN KOMPONEN EPT DAN SUPERCAPACITOR A. Bagian Input Bagian input merupakan rangkaian konverter 6 pulsa yang terdapat komponen indukansi. Fungsi utama dari induktansi ini adalah untuk mengisolasi tegangan sisi ac Va1, Vb1 danVc1dari tegangan input ea,eb dan ec, menghilangkan harmonisa dari sisi ac, membuat amplitude dan memiliki karakteristik tegangan yang dapat meningkat dan mencapai karakteristik redaman yang baik.Induktansi input harus dipilih cukup besar untuk menjaga agar arus input tetap berbentuk sinusoidal. Namun di sisi lain, nilai induktansi input juga harus dipilih cukup kecil untukmencapai respon arus yang cepat. Sedangkan kapasitor DC pada bagian input memilki dua fungsi utama. Pertama, untuk menjaga agar tegangan DC tetap konstan.Sedangkan fungsi yang lainnya adalah untuk menghilangkan harmonisa tegangan di sisi DC itu sendiri. Umumnya, kapasitor DC juga memperhatikan kinerja loop tegangan. Rangkaian pada Gambar 2 menunjukan Blok rangakaian kontrol pada bagian input. Bagian ini berfungsi untuk menjaga agar arus Ia1,Ib1 dan Ic1 tetap berbentuk sinusoidal dan sefasa dengan tegangan input agar diperoleh daya yang baik dan mencegah terjadinya harmonisa. Selain itu, diagram ini berfungsi untuk menjaga agar tegangan DC pada bagian input tetap berupa konstanta serta mengatur komponen arus reaktif yang diserap oleh konverter. Komponen arus reaktif yang diserap oleh konverter akan menentukan besar daya reaktif pada bagian input. Sementara itu, Terlihat bahwa VDC dam Arus input AC digunakan untuk merealisasikan tegangan DC yang dapat dikontrol.Salah satu tugas komponen kontrol adalah mereduksi sinyal kesalahan, yaitu perbedaan antara sinyal setting dan sinyal aktual. Hal ini sesuai dengan tujuan sistem kontrol adalah mendapatkan sinyal aktual senantiasa (diinginkan) sama dengan sinyal setting. Semakin cepat reaksi sistem mengikuti sinyal aktual dan semakin kecil kesalahan yang terjadi, semakin baiklah kinerja sistem kontrol yang diterapkan. Kontrol proportional (Kp) mempunyai keluaran (output) yang sebanding atau proporsional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan Gambar 2. Diagram Rangkaian Transformator Daya Elektronik (EPT) Keterangan: Va,Vb,dan Vc : Tegangan sumber dengan fasa yang berbeda Vcap : Tegangan pada kapasitor DC Ia,Ib danIc : Arus pada sisi sumber Vdc : Tegangan yang terukur pada kapasitor DC Cdc : Kapasitor yang terpasang pada konverter L1, L2 dan L3 : Induktani pada fasa a,b dan c Tabel 1 Nilai Parameter Sistem Bagian Input No. Parameter Sistem Nilai 1 2 3 4 5 6 Tegangan RMS Fasa-Fasa Sisi Kirim Frekuensi Kerja Induktansi Kapasitor DC Kp Ki 20 kV 50 Hz 7mH / Fasa 1mF 3 1 B.Bagian Isolasi Pada bagian isolasi terdapat H-bridge 1 berupa tiga buah inverter 1 fasa pada sisi primer. Inverter ini mengubah besaran DC menjadi AC yakni tegangan input DC (output dari rectifier) menjadi tegangan output AC yang amplitude dan frekuensi tegangannya dapat diatur. Bentuk ideal 2 tegangan keluaran inverter berbentuk sinus, tetapi secara praktis tidak sinusoidal dan mengandung harmonisa. Untuk daya rendah atau daya medium tegangan keluaran persegi sudah cukup. Output dari tegangan ini kemudian di transformasi oleh MFT menjadi sebuah tegangan AC yang lebih rendah dari sebelumnya. Inverter ini terdiri dari dua pasang inverter tipe half bridge dan lebih banyak digunakan untuk rating daya besar. Metode pengontrolan yang digunakan pada inverter ini adalah metode Hysterisis Voltage Control.Tujuan utama dari PWM ini adalah untuk memaksa arus AC hasil output mengikuti referensi yang diberikan. Implementasi kontroller ini tergolong sederhana karena hanya membutuhkan relational operation sebagai pengganti dari komparator. Hasil dari relational operation ini berupa output logic dengan mengunakan gerbang NOTsehingga penyalaan IGBT- IGBT yang ada dapat dikontrol. Tabel 2 Nilai Parameter Sistem pada Inverter No. Parameter Sistem Nilai 1 Frekuensi Kerja 1kHz 2 Induktansi 60mH / Fasa 3 Kapasitansi 1µF Sedangkan Trafo yang dipasang merupakan trafo step down karena menurunkan tegangan di sisi primer sebesar 20 KV menjadi 400 volt (Vrms).Frekuensi yang digunakan pada trafo ini adalah sebesar 1 Khz dengan rasio perbandingan antara sisi primer dengan sekunder sebesar 50:1 serta memilki kapasitas beban sebesar 50 KVA MFT ini diapit oleh dua buah konverter yakni inverter di sisi primer dan rectifier (penyearah) di sisi sekunder.Pada tugas akhir ini akan digunakan fullwave rectifierdengan bridge design karena dapat digunakan pada daya yang besar. Hasil dari rectifier ini berupa tegangan DC yang akan mengalir ke Konverter DC-DC untuk menyuplai (mengisi) supercapacitor pada saat kondisi normal (mode ketika konverter bekerja sebagai buck converter). mentransfer daya ke bus tegangan tinggi.Topologi buckboostdapat sangat efisien,selama menggunakan dua komponen semikonduktor dan tidak ada transformator. Mode Buck Converter Mode ini terjadi pada saat IGBT 1 di trigger sedangkan IGBT 2 off sehingga mode buck converterakan bekerja. Pada saat mode ini, energi ditransfer dari bus menuju supercapacitor. Oleh karena itu tegangan bus V bus menjadi tegangan sumber converter, Vs dan tegangan supercapacitor sebagai tegangan outputnya, sehingga arus akan mengalir dari DC bus ke supercapacitor. Mode Boost Converter Rangkaian akan menjadi mode boost converter jika IGBT 1 off dan IGBT 2 di trigger. Pada mode ini, energi akan di transfer dari supercapacitor menuju bus. Oleh karena itu tegangan bus akan menjadi tegangan output Vo sedangkan supercapacitor menjadi tegangan input Vs converter, sehingga arus akan mengalir dari supercapacitor menuju bus. Agar konverter dapat bekerja secara optimum maka tiaptiap saklar IGBT harus diatur penyalaannya sesuai dengan mode operasinya. Saat Buck-Converter saklar IGBT 2 harus mutlakoff, dan hanya IGBT 1 saja yang di trigger. Begitu pula sebaliknya,ketika mode Boost-Converter maka IGBT 1 harus off, dan IGBT 2 di trigger. Pada tugas akhir ini pengontrolan saklar dipilih dengan metode pendeteksian tegangan bus karena cara ini yang paling mudah dilakukan dan semua komponen telah tersedia di simulink. C.Bagian Output Sama seperti pada bagian isolasi pada bagian output juga terdapat inverter 1 fasa sebanyak 3 buah, sama seperti penjelasan seblumnya inverter ini juga menggunakan metode Hysterisis Voltage Control, berikut parameter-parameter yang digunakan pada bagian ini: Gambar 6. Pengontrolan saklar dengan pembadingan tegangan bus Untuk trigger IGBT digunakan rangkaian PWM. Penggunaan rangkaian PWM diperlukan karena perlunya output logic yang digunakan untuk pengontrolan penyalaan daripada tiap-tiap IGBT. Rangkaian PWM telah ditunjukkan oleh Gambar 6. Nilai tegangan referensi ditentukan berdasarkan duty cycle yang didapat dari nilai tegangan bus dan tegangan Supercapacitor, agar dihasilkan nilai tegangan input dan output yang sesuai. Supercapacitor yang digunakan n buah, masing-masing F, VC Volt, sehingga tegangan total supercapacitor Tabel 3 Nilai Parameter Sistem pada Inverter Bagian Output No. Parameter Sistem Nilai 1 Frekuensi Kerja 50 Hz 2 Induktansi 5 mH 3 Kapasitansi 1.1 mF D.Topologi DC-DC Konverter Suatu rangkaian konverter buck-boost yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3. Arus ISCdapat mengalir melalui saluran DC yang terdapat di bagian output dan begitu pula sebaliknya, oleh karena itu tegangan yang ada di saluran DC VDC harus selalu lebih besar dari pada tegangan supercapacitor VSC. Dua saklar solid-state (pada kasus ini digunakan IGBT) digunakan untuk mengontrol arus. Jika saklar atas dimodulasi, daya mengalir ke suprkapasitor pada mode “buck”. Sedangkan mode “boost” dikerjakan dengan memodulasi switch dibawahnya, VScap = n . VC (2) Selama mode BEBAN TURUN,rangkaian converter berada pada mode buck converter, dengan Vbus sebagai Vs, sedangkan VScap sebagai V0. Vref = 3 , , (3) Pada simulasi kali ini dijalankan selama 1,5 sekon. Sistem EPT tanpa menggunakan supercapacitor dengan beban awal 45 Kw kemudian beban naik menjadi 50 Kw dan turun kembali menjadi 40 Kw didapat hasil kurva,daya output,tegangan output, teganganbus (sisi sekunder) dan arus bus sebagai berikut : Selama mode BEBAN NAIK, Daya ditransfer dari Supercapacitor menuju bus, yang bersama-sama dengan daya dari sumber menyuplai beban. Oleh karena itu VScap menjadi Vs sedangkan Vbus menjadi V0. Vref = , , (4) E.Rangkaian Supercapacitor Pada simulasi kali ini digunakan Supercapacitor dengan nilai kapasitansi 120F, tegangan nominal 5 volt.Supercapacitor dirangkai secara seri sejumlah 48 buah agar tercapai tegangan 240 volt. Sehingga didapat nilai kapasitansi total 2.5 F. Pada simulasi ini, rangkaian Supercapacitor dimasukkan pada suatu subcircuit. Jumlah dan nilai superkapasiotr ditentukan oleh besarnya daya yang diperlukan oleh beban . Nilai energi pada supercapacitor adalah: (5) EScap = Gambar 7 Kurva daya output saat terjadi perubahan beban tanpa menggunakan supercapacitor Supercapacitor yang digunakan dirangkai secara seri atau paralel tergantung kebutuhan, oleh karena itu nilai total kapasitansinya adalah CTot sehingga persamaannya menjadi: ETot-Scap = CTot Terlihat bahwa kurva daya output yang dihasilkan ketika beban berubahmasih belum halus. Hal ini dikarenakan perubahan beban secara tiba-tiba sehingga ketika beban naik menunjukkan bahwa sistem mengalami gangguan. Pada Gambar 4.4 menunjukkan kurva perubahan daya yang diambil pada detik 0,4 sampai detik 0.6 tanpa menggunakan supercapacitor (ketika beban berubah dari 45 Kilowatt menjadi 50 Kilowatt) Hasil simulasi akhir menunjukkan nilai daya output sebesar 39,81 Kilowatt. (6) Nilai energi pada persamaan (7) adalah dalam joule atau Ws (watt-second). Setelah kapasitor menyimpan atau melepas energy maka tegangannya akan naik atau turun. Apabila E1merupakan nilai energi awal saat tegangan awal dan E2adalah tegangan akhir saat tegangan akhir maka energy yang dilepas atau disimpan saat perubahan tegangan adalah: ETot-Scap =E2 – E1 (7) Oleh karena itu dapat ditentukan nilai daya Watt tiap detik dari persamaan (3.27) sebagai berikut: PTot-Scap = (8) CTot = (9) Sedangkan untuk konfigurasi parallel: CTot =! "#$% Gambar 8 Kurva daya output ketika beban berubah dari 45 Kw menjadi 50 Kw (10) Gambar 9 memperlihatkan bahwa Sedangkan pada tegangan bus DC mengalami osilasi naik turun akibat beban yang berubah-ubah selain itu meskipun tegangan pada bus ripple yang dihasilkan cukup rendah namun masih terlihat belum halus.Adapun ripple yang rendah ini disebabkan oleh nilai kapasitansi kapasitor bus yang tinggi, sehingga tegangan hasil penyearah dapat terfilter dengan baik. Begitu pula pada Gambar 10 yang memperlihatkan bahwa arus bus DC berosilasi naik turun serta mempunyai ripple yang tinggi. Namur jika dilihat dari nilai rata-ratanya, arus bus IV. PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS DATA Masing-masing rangkaian akan disimulasikan dalam keadaaan perubahan beban masing-masing: a.40 kilowatt b.45 kilowatt c.50 kilowatt A.Sistem tanpa Menggunakan Supercapacitor 4 supercapacitor ditunjukkan pada Gambar 12. Ternyata tegangan juga mengalami osilasi naik turun akibat perubahan beban namun jika dibandingkan dengan sistem tanpa supercapacitor sistem ini mempunyai tegangan ratarata yang lebih tinggi dan ripple yang lebih kecil.Ini menunjuklcan bahwa, penggunaan supercapacitor juga membantu memperbaiki ripple tegangan pada bus selain menyediakan energi untuk mensuplai beban. mempunyai nilai rata-rata yang positif yang menunjukkan bahwa arus mengalir dari bus menuju beban. Gambar 9 Kurva tegangan bus DC saat beban beubah tanpa menggunakan supercapacitor Gambar 12 Kurva tegangan bus DC saat beban berubah menggunakan supercapacitor Gambar 10 Kurva arus bus DC saat beban berubah tanpa menggunakan supercapacitor B. Sistem dengan Supercapacitor Pada sistem EPT dengan supercapacitor,sama seperti sebelumnya, simulasi awalnya dibebani 45 Kilowatt, sehingga didapat kurva daya tegangan output tegangan bus dan arus bus sebagai berikut: Pada Gambar 11 dapat dilihat saat terjadi perubahan beban pada detik 0,4 sampai 0,6 bahwa daya output sedkit lebihtinggi daripada daya output tanpa menggunakan supercapacitor.Hasil akhir simulasi menunjukkan nilai daya sebesar 40,58 Kilowatt Hal ini membuktikan bahwa beban di suplai oleh sumber lain yaitu adanya aliran daya dari supercapacitor menuju bus DC, yang kemudian diteruskan menuju beban bersama-sarna dengan aliran daya dari sumber jala-jala. Gambar 13 Kurva arus bus DC saat terjadi perubahan beban menggunakan supercapacitor Penggunaan supercapacitor ternyata juga ,membantu dalam mengangkat arus, meskipun berosilasi naik turun namun jika dibandingkan dengan sistem tanpa menggunakan supercapacitor,sistem ini jauh lebih baik. Tegangan output yang dihasilkan ketika terjadi perubahan beban baik ketika menggunakan supercapacitor maupun tanpa supercapacitor sama-sama stabil Hal ini dikarenakan adanya pengaruh inverter yang mempunyai control agar tegangan yang dihasilkan tetap sesuai dengan tegangan referensi ketika beban dalam keadaan normal (45 Kw). Namun dengan penggunaan supercapacitor nilai tegangan output menunjukkan nilai yang sedkit lebih tinggi jika dibandingkan sistem EPT ketika tanpa supercapacitor. Gambar 11 Kurva daya output saat terjadi perubahan beban menggunakan supercapacitor Tegangan bus DC untuk sistem dengan menggunakan 5 [9] Fujianoor MulyaPutra dilahirkan di Banjarmasin, 22 Juli 1989. Penulis adalah putra bungsu dari pasangan Fachruddin Usman dan Rusmilawaty. Penulis memulai jenjang pendidikan di SDN Antasan Besar 7 Banjarmasin, SMPN 1 Banjarmasin, serta SMAN 1 Banjarmasin hingga lulus tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dan diterima di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya pada Jurusan Teknik Elektro, dan kemudian mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Semasa kuliah, penulis juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro ITS (Himatektro ITS) dan juga sebagai asisten di Laboratorium Konversi Energi.Penulis dapat dihubungi di alamat email [email protected] Gambar 14 Kurva tegangan output saat beban berubah menggunakan supercapacitor Tabel 4 Hasil Simulasi ketika terjadi perubahan beban Tanpa Dengan Variabel Supercapacitor Supercapacitor Vrms Beban (V) 219,2 220.1 Irms Beban (A) 181,6 181,7 Ripple VBUS (V) 9 3,2 V AVE-BUS (V) 431 466,5 Ripple I BUS (A) 49 46 IAVE-BUS (A) 66,36 68,05 IAVE-SCAP (A) 14,35 VAVE-SCAP (A) 234,2 V. KESIMPULAN 1. Pengujian sistem EPT ketika terjadi perubahan beban secara tiba-tiba masih menunjukkan hasil tegangan dan daya output yang baik meskipun tanpa mengunakan supercapacitor. Hasil simulasi menunjukkan tegangan output sebesar 220,1 volt sedangkan tanpa menggunakan supercapacitor sebesar 219,2 volt. 2. Penggunaan supercapacitor juga dapat membantu memperbaiki ripple tegangan bus DC (bagian sekunder trafo) 3. Saat terjadi perubahan beban supercapacitor menyimpan energi sebesar 73,4 Kilojoule (beban turun 40 kilowatt) dan melepas energi (beban naik menjadi 50 Kilowatt) sebesar 1,8 Kilojoule sehingga energi yang tersisa adalah 71,6 Kilojoule DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] Arnet, B.J., dan L.P. Hainess, “High Power DC-DC Converter For Supercapacitor” Proceeding IEEE Internasional Electric Machines and Drives, USA, 2001 H.B. Liu, C.X. Mao, J.M. Lu, dan D. Wang, “ Electronic Power Transformer with Supercapasitor Storage Energy System”Electric Power System Research, 79 (2009),1200-1208. Huda, Baranto, “Pemanfaatan Supercapacitor Sebagai Penyimpan Energi Pada Variable Speed Drive Untuk Elevator ” Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro ITS, 2006 Internasional Union of Railways 2003, Double Layer Capacitor (storage technology) <URL:http://www.railway energy.org/tfee/Double_layer _capacitors_storage_technology_53.htm> NTNU Institut,Ultracapacitors <URL:http://www.ipt.ntnu.no/ ~aages/ fe.htm > Kramer, Wilhelm, Reinold, Harry dan Flerlage, Heinz “Medium Frequnecy Transformer”, International Applicant Published Under The Patent Cooperation Treaty, 2003. Lander, W. Cyril, Power Electronics, Mc Graw-Hill Book Company, UK, 1993. Rashid, M.H., “Power Electronics Handbook Second Edition”, Elsevier, San Diego, 2007. Rashid, Muhammad H., “Power Electronics:Circuits, Devices, and application Second Edition”, New Jersey, 1998. 6