BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bekerja merupakan tuntutan hidup bagi seseorang. Harter, Schmidt dan
Keyes (2003) mengatakan bahwa pekerjaan merupakan bagian yang signifikan
dalam hidup individu yang memengaruhi kehidupannya dan kesejahteraan dalam
masyarakat. Rata-rata orang dewasa menghabiskan sebagian besar dari waktunya
dengan bekerja, kurang lebih sepertiga dari waktu hidupnya dihabiskan untuk
bekerja (Harter, Schmidt, Keyes, 2003). Menurut Robbins (2005), pekerjaan yang
dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan
kertas, menulis kode program, menunggu pelanggan atau mengendarai kendaraan.
Pekerjaan juga menuntut adanya interaksi dengan rekan kerja dan atasan,
mengikuti kebijakan organisasi, memperlihatkan standar kinerja, dan bekerja
dalam lingkungan yang kadang kurang ideal.
Berada dalam lingkungan yang nyaman juga menentukan baiknya kinerja
karyawan bagi perusahaan. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa
aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan
kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan
kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya.
Harter, Schmidt, dan Keyes (2003) mengemukakan bahwa perasaan yang positif,
pada karyawan sebagai tanda dari kesehatan mental karyawan, menjadikan
karyawan lebih bahagia dan produktif merupakan bagian dari kesejahteraan
psikologi.
1
Universitas Sumatera Utara
Setiap karyawan yang bekerja di dalam sebuah perusahaan pasti
menginginkan kesejahteraan hidup, karena karyawan bekerja untuk mencari
nafkah sehari-hari dan mendapatkan kesejahteraan hidup yang diinginkannya,
dengan sejahtera hidupnya, maka karyawan akan menjadi tenang dan tentram
serta dapat
terpenuhi
kebutuhan hidupnya.
Kesejahteraan tidak
hanya
kesejahteraan fisik berupa gaji, tunjangan dan promosi jabatan tetapi juga
kesejahteraan psikologis.
Kesejahteraan psikologis karyawan berkaitan dengan hal-hal seperti
hubungan dengan orang lain dan bagaimana dia mampu mengoptimalkan dirinya
di lingkungan dia berada. Kesejahteraan psikologis juga memiliki pengaruh
seperti pergantian karyawan (turnover), kesetiaan pelanggan (costumer loyality),
produktivitas, dan keuntungan perusahaan (Harter, Schmidt & Keyes, 2003).
Selanjutnya, Tenggara, Zamralita, dan Suyasa (2008) menyatakan bahwa ada
hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dan kesejahteraan
psikologis.
Kesejahteraan psikologis merupakan suatu gambaran kualitas kehidupan
dan kesehatan mental yang dimiliki seseorang. Snyder dan Lopez (2005)
mengatakan bahwa kesejahteraan psikologis bukan hanya merupakan ketiadaan
penderitaan, namun kesejahteraan psikologis meliputi ketertarikan aktif dalam
dunia, memahami arti dan tujuan dalam hidup, dan hubungan seseorang pada
obyek ataupun orang lain. Berdasarkan hal ini, individu yang sehat secara
psikologis mampu mengarahkan dirinya untuk mengontrol kehidupan secara
sadar, bertanggung jawab dan dapat mengenali dirinya.
2
Universitas Sumatera Utara
Ryff (1989) menyebutkan bahwa kesejahteraan psikologis dapat ditandai
dengan diperolehnya kebahagiaan, kepuasan hidup dan tidak adanya gejala-gejala
depresi. Ryff (1989) menyebutkan kebahagian (happiness) merupakan hasil dari
kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh
setiap manusia.
Individu dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi menunjukkan bahwa
individu tersebut memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang disekitarnya,
mampu mengoptimalkan fungsi dirinya, mampu memilih dan menciptakan
lingkungan yang positif untuk kondisi fisiknya, memiliki tujuan dalam hidupnya
(Ryff dan Keyes, 1995). Hal ini menunjukkan bahwa individu mampu melakukan
penyesuaian diri dan mampu melakukan manajemen untuk keberhasilan
pekerjaannya.
Keadaan lingkungan kerja tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan
psikologis individu tetapi juga mempengaruhi tingkat kebosanannya, di mana
kebosanan memiliki dampak negatif bagi organisasi (Fisher, 1993). Dampak yang
dapat ditimbulkan dari kebosanan adalah tertidur (Grose, 1989), hal ini dapat
berakibat fatal jika pekerjaan menyangkut keselamatan orang banyak. Kebosanan
juga memiliki dampak ketidakpuasan kerja, pergantian karyawan (turnover),
kecelakaan, dan penurunan kinerja (Fisher, 1993). Kebosanan ini sendiri juga
disebabkan oleh rendahnya stimulus dari luar seperti pekerjaan yang monoton
(O’Hanlon, 1981).
3
Universitas Sumatera Utara
Teller Bank merupakan salah satu jenis pekerjaan yang
dapat
dikategorikan monoton. Pekerjaan yang monoton ini mengarah pada kejenuhan
yang akan mempengaruhi kinerja ketika bekerja. Widajati dan Namwawinetu
(2006) melakukan penelitian mengenai dampak monotonitas pekerjaan terhadap
kinerja pada teller di mana penelitian ini menemukan bahwa semakin monoton
pekerjaan yang dilakukan oleh teller maka semakin menurun kinerjanya. Tidak
hanya monotonitas permasalahan yang terjadi pada teller bank juga tingkat stress
yang tinggi, salah satu penelitian yang berhubungan dengan teller dilakukan oleh
Permaitiyas (2013) di mana penelitiannya menyebutkan bahwa gambaran stres
dari teller bank tinggi hal ini disebabkan oleh beberapa stressor yang meliputi
resiko pekerjaan yang tinggi, adanya konflik, peningkatan jumlah nasabah, dan
fasilitas kantor yang kurang memadai.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah ada mengenai kesejahteraan
psikologis dan kebosanan dan juga permasalahan yang ada, peneliti ingin
melakukan penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antara kebosanan dan
kesejahteraan psikologis.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan
negatif antara kebosanan dengan kesejahteraan psikologis”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan melihat apakah ada hubungan negatif antara
kebosanan dan kesejahteraan psikologis.
4
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam
memberikan informasi tambahan dibidang psikologi Industri dan
Organisasi, yaitu mengenai hubungan kebosanan dengan kesejahteraan
psikologis teller perbankan. Selain itu juga, penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya sumber kepustakaan di bidang psikologi Industri dan
Organisasi sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang
untuk bahan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi perbankan
mengenai kondisi kebosanan dan kesejahteraan psikologis pegawainya
agar nantinya informasi ini dapat dipergunakan untuk memperbaiki
kondisi kerja teller perbankan
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini dibagi atas lima bab, dan masing-masing bab dibagi atas
beberapa sub bab. Sistematika penulisan penelitian ini adalah :
BAB I: Pendahuluan
Berisi penjelasan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II: Landasan Teori
Berisi teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Teor-iteori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang kebosanan (Boredom)
dan kesejahteraan psikologis (Psychological Well Being).
BAB III: Metodelogi Penelitian
Berisi uraian yang menjelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian,
definisi operasional, populasi, sampel dan metode pengambilan sampel,
metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur
pelaksanaan penelitian, dan metode analisis data untuk melakukan
pengujian hipotesis yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian.
BAB IV: Analisis Data dan Pembahasan
Berisi uraian gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan deskripsi
data penelitian serta diskusi terhadap data-data yang tidak dapat dijelaskan
dengan teori atau penelitian sebelumnya karena merupakan hal yang baru.
BAB V: Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan serta saran-saran
praktis sesuai hasil dan masalah-masalah penelitian, serta saran-saran
metodologis untuk penyempurnaan penelitian lanjutan.
6
Universitas Sumatera Utara
Download