BAB II

advertisement
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran
Riset pemasaran mempunyai peranan yang besar dalam hal kemampuannya
untuk menyediakan informasi yang diperlukan manajemen dalam pengambilan
keputusan pemasaran perusahaan. Riset pemasaran merupakan suatu kegiatan yang
sistematik dan mempunyai tujuan dalam hal pengidentifikasian nasalah dan
peluang, pengumpulan data, pengolahan dan penganalisaan data, penyebaran
informasi
yang bermanfaat
untuk
membantu
manajemen
dalam
rangka
pengambilan keputusan identifikasi dan solusi yang efektif dan efisien dibidang
pemasaran perusahaan (Umar, 2000: 6).
Pemasaran didefinisikan sebagai proses sosial dan manajerial dimana
seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui ciptaan-ciptaan pertukaran produk dan nilai. Definisi pemasaran ini
berdasarkan konsep-konsep inti pemasaran, yaitu kebutuhan, keinginan dan
permintaan produk, utilitas, nilai dan kepuasan, pertukaran, transaksi, pasar,
pemasaran dan pemasar. Konsep-konsep itu dapat digambarkan dalam gambar 2.1
(Kotler dan Armstrong, 1997: 3).
9
Kebutuhan, Keinginan
dan Permintaan
Produk
Pasar
Utilitas, nilai dan
kepuasan
Pemasaran dan
Pemasar
Gambar 2.1 Konsep Inti
Kegiatan pemasaran harus diselenggarakan berdasarkan filosofi pemasaran
yang mantap dan bertanggung jawab. Ada lima konsep yang dapat dijadikan dasar
pelaksanaan kegiatan pemasaran, yaitu (Kotler dan Armstrong, 1997: 10) :
1. Konsep Produksi
Konsep produksi menyatakan bahwa konsumen akan menyukai
produk-produk yang tersedia dan selaras dengan kemampuan (highaffordable)
dan bahwa manajemen sebaiknya memusatkan perhatian pada peningkatan
efisiensi produksi dan distribusi (Kotler dan Armstrong, 1997: 10).
Konsep produksi berguna dalam dua situasi, yang pertama terjadi
ketika permintaan terhadap produk melebihi penawarannya. Disini manajemen
sebaiknya mencari cara untuk meningkatkan produksi. Situasi kedua adalah
ketika biaya produk terlalu tinggi, disini peningkatan produktivitas dibutuhkan
untuk menurunkan biaya.
2. Konsep Produk
Konsep produk menyatakan gagasan bahwa konsumen akan menyukai
produk-produk yang menawarkan mutu, kinerja dan penampilan terbaik, dan
bahwa suatu organisasi sebaiknya mencurahkan tenaganya untuk melakukan
perbaikan produk secara berkesinambungan (Kotler dan Armstrong, 1997: 11).
Manajer dalam organisasi yang berorientasi pada produk akan
memusatkan usaha untuk menghasilkan produk yang baik dan terus menerus
10
menyempurnakannya. Yang perlu dihindari adalah pemikiran yang keliru,
sebab konsep produk bisa menyebabkan kepicikan pemasaran (marketing
myopia) yaitu perhatian berlebihan terhadap produk bukan pada kebutuhan
pasar (Hargianti, 2004: 7).
3. Konsep Penjualan
Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen tidak akan membeli
cukup produk perusahaan, kecuali jika perusahaan tersebut melakukan upayaupaya penjualan dan promosi yang gencar (Kotler dan Armstrong, 1997: 11).
Disini dalam konsep penjualan mengambil suatu titik sudut pandang
pada titik awalnya adalah perusahaan terfokus pada produk yang ada.
Kemudian dengan sarana penjualan dan promosi, dapat tercapai tujuan akhir
yaitu laba (profit) melalui penjualan yang optimal.
4. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran pada dasarnya adalah falsafah yang menyatakan
bahwa pencapaian tujuan-tujuan organisasional bergantung pada penetapan
kebutuhan dan keinginan dari pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang
diinginkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan yang telah dilakukan
para pesaingnya (Kotler dan Armstrong, 1997: 12)
Pada konsep pemasaran didalam memandang suatu sudut pandang
agak berbeda dari konsep penjualan. Pada titik awalnya tergantung pada pasar
yang terfokus pada kebutuhan pelanggan, kemudian sarana pemasaran yang
terpadu untuk mewujudkan tujuan akhirnya pada laba melalui kepuasan
konsumen.
11
5. Konsep Pemasaran Kemasyarakatan
Konsep pemasaran kemasyarakatan menyatakan bahwa perusahaan
sebaiknya menentukan kebutuhan, keinginan dan minat dari pasar sasaran.
Kemudian perusahaan sebaiknya mengirimkankepuasan yang diinginkan
secara lebih efektif dan lebih efisien daripada para pesaingnya, sehingga
mampu memelihara atau meningkatkan kesejahteraan konsumen masyarakat
(Kotler dan Armstrong, 1997: 15).
Konsep pemasaran sosial mengajak para pemasar untuk membuat
keseimbangan diantara tiga pertimbangan dalam menetapkan kebijakan
pemasaran, yaitu laba perusahaan, pemuasan keinginan konsumen dan
kepentingan masyarakat. Konsep pemasaran sosial menuntut keseimbangan
diantara ketiga pertimbangan tersebut.
2.1.1 Segmentasi Pasar
Pasar terdiri dari banyak sekali pembeli yang berbeda dalam
beberapa hal, misalnya : keinginan, kemampuan keuangan, lokasi, sikap
pembelian dan praktek-praktek pembeliannya. Dari perbedaan-perbedaan
ini dapat dilakukan segmentasi pasar (Umar, 2000: 45).
Segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar secara jelas menjadi
kelompok pembeli yang jelas dengan kebutuhan, karakteristik atau tingkah
laku berbeda yang membutuhkan produk atau bauran pemasaran terpisah.
Sedangkan segmen pasar adalah kelompok konsumen yang memberikan
reaksi serupa terhadap seperangkat usaha pemasaran (Kotler dan
Armstrong, 1997: 46).
12
Tidak ada cara tunggal dalam melakukan segmentasi pasar.
Manajemen dapat melakukan pengkombinasian dari beberapa variabel
untuk mendapatkan suatu cara yang paling pas dalam segmentasi pasarnya.
Beberapa variabel utama untuk mensegmentasikan pasar adalah
(Umar, 2000: 45-56) :
a. Komponen Geografis, seperti : komponen bangsa, negara, propinsi dan
kabupaten/kotamadya.
b. Komponen Demografis, seperti : komponen usia dan tahap daur hidup,
jenis kelamin, pendapatan dan pendidikan.
c. Komponen Psikografis, seperti : kelas sosial, gaya hidup dan kepribadian.
d. Komponen Perilaku, seperti : kesempatan, manfaat yang dicari, status
pengguna, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembeli
dan sikap.
Agar
segmentasi
pasar
dapat
berguna,
harus
diperhatikan
karakteristik berikut (Umar, 2000: 46) :
 Dapat diukur, maksudnya besar pasar dan daya beli disegmen ini dapat
diukur walaupun ada beberapa komponen variabel yang sulit diukur.
 Dapat dijangkau, maksudnya sejauh mana segmen ini dapat secara
efektif dicapai dan dilayani, walau bisa saja ada kelompok yang sulit
dijangkau.
 Besar segmen yang diharapkan, maksudnya berapa besar segmen harus
dijangkau agar dapat menguntungkan.
 Dapat dilaksanakan, maksudnya sejauh mana program yang efektif itu
dapat dilaksanakan untuk mengelola segmen ini.
13
2.1.2 Market Share
Market share merupakan suatu proporsi atau perbandingan antara
penjualan industri keseluruhan (total) yang dibuat suatu perusahaan dalam
suatu industri (Umar, 2000: 220). Market share dapat dihitung dengan
satuan unit atau moneter :
Market Share
Jumlah penjualan / unit perusahaan
Jumlah penjualan / unit industri
Data market share terutama digunakan untuk mengevaluasi
kemampuan pemasaran perusahaan. Kenaikan suatu jumlah penjualan harus
juga memperhatikan jumlah penjualan industri. Sebagai contoh, penjualan
perusahaan meningkat 5% tetapi kenaikan penjualan industri 10%, maka
bukan berarti bahwa market share perusahaan meningkat.
Perusahaan tak boleh beranggapan bahwa menaiknya pangsa dalam
pasar yang mereka layani pasti menaikkan tingkat laba mereka. Semua
masih tergantung pada strategi mareka dalam menaikkan pangsa pasar.
Perusahaan harus mempertimbangkan 3 faktor sebelum mengejar pangsa
pasar secara membabi buta (Hakim, 2005: 270-272) :
1. Kemungkinan menghadapi tuntutan anti monopoli.
2. Biaya ekonomi, bahwa kemungkinan tingkat laba dapat turun jika pangsa
pasar naik terus melebihi tingkat tertentu.
3. Perusahaan dapat melakukan strategi bauran pemasaran yang keliru
dalam mengejar pangsa pasar yang lebih tinggi sehingga tidak
menaikkan laba. Walaupun variabel bauran pemasaran tertentu efektif
dalam meningkatkan pangsa pasar, tidak semua menaikkan laba.
14
Ada beberapa teknik untuk meramalkan atau memperkirakan market
share antara lain : teknik diagram pohon (Tree Diagram), Forcasting dan
Marcov Chain (Rantai Marcov).
2.2 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang langsung dalam
mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului tindakan tersebut (Umar, 1997:237).
Sedangkan konsumen adalah seseorang yang menikmati akhir dari suatu produk
atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan atau suatu kegiatan (Rangkuti,
1999:304 ).
Perilaku konsumen terdiri dari dua bagian yaitu (Umar, 1997:237 ) :
b. Perilaku yang tampak
Variabel-variabel yang termasuk dalam perilaku ini adalah jumlah pembeli,
waktu, karena siapa, dengan siapa dan bagaimana konsumen melakukan
pembelian.
c. Perilaku yang tidak tampak
Variabel-variabelnya antara lain adalah persepsi, ingatan terhadap informasi
dan perasaan kepemilikan konsumen.
Faktor utama atau karakteristik pribadi yang mempengaruhi perilaku
keputusan konsumen untuk membeli terbagi atas beberapa faktor, yaitu (Kotler
dan Armstrong, 1997:154 ) :
a. Faktor kebudayaan
Faktor yang mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam pada
perilaku konsumen.
15
b. Faktor sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok kecil keluarga dan peran serta status sosial konsumen. Faktor ini
dapat mempengaruhi tanggapan konsumen, maka perusahaan-perusahaan harus
memperhitungkannya ketika merancang strategi-strategi pemasarannya.
c. Faktor pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti
usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup dan
kepribadian serta konsep diri pembeli tersebut.
d. Faktor psikologis
Pilihan-pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
psikologis yaitu tema, persepsi, pembelajaran dan kepercayaan serta sikap.
Pangsa pasar mempunyai suatu pemahaman bahwa suatu usaha/kegiatan
yang mencoba mengelompokkan himpunan bagian pasar yang mempunyai
perilaku dan resiko terhadap penawaran barang tertentu. Dalam keseluruhan pasar
yang mempunyai perilaku heterogen menjadi beberapa pangsa pasar yang bersifat
lebih relatif homogen (Budiarto, 1996:56 ).
Untuk mencoba memahami perilaku pasar, dilakukan pembedaan
kelompoknya terlebih dahulu. Sehingga nanti akan diperoleh perilaku pasarnya
yang relatif homogen. Basis yang dipergunakan adalah pribadi dan kelompok
yang melakukan pembelian dan pemakaian barang, yaitu kelompok pasar yang
membeli barang secara individual untuk dikonsumsi sendiri (oleh konsumen) dan
kelompok organisasi pasar secara formal untuk dijual (oleh penjual) atau diproses
untuk dijual lagi (oleh produsen).
16
2.3 Proses Keputusan Membeli
Pemasar harus menyadari bahwa pusat perhatian pada keseluruhan proses
pembelian lebih penting ketimbang hanya sekedar memperhatikan keputusan
membeli. Pengaruh yang mempengaruhi pembeli atau bagaimana konsumen
membuat keputusan-keputusan pembelian terdiri dari 5 tahap (Kotler dan
Armstrong, 1997:174 ) :
Pengenalan
masalah
Pencarian
informasi
Perilaku
purnabeli
Keputusan
pembelian
Evaluasi
alternatif
Gambar 2.2 Proses Keputusan Membeli
Pengenalan masalah (problem recognition) merupakan awal dari proses membeli.
Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang
diinginkan. Kebutuhan ini dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam atau luar
diri pembeli.
Pencarian informasi diawali ketika seorang konsumen mulai tergugah minatnya
sehingga mungkin akan mencari informasi yang lebih banyak lagi tentang suatu
hal. Jika dorongan konsumen itu kuat dan objek yang dapat memuaskan
kebutuhan itu tersedia, maka kemungkinan besar konsumen akan membeli objek
tersebut.
Penilaian alternatif akan muncul bila suatu jenis produk terdiri dari beberapa
merek. Pernyataan yang timbul adalah bagaimana konsumen memilih diantara
beberapa alternatif merek yang tersedia. Keputusan membeli merupakan tahap
yang menyebabkan konsumen membentuk pilihan diantara merek yang tergabung
dalam perangkat pilihan. Perilaku purna beli merupakan puas atau tidaknya
konsumen setelah membeli produk tersebut.
17
2.4 Kepuasan dan Preferensi Konsumen
2.4.1 Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen adalah tingkat kepuasan konsumen setelah
membandingkan dengan harapannya (Umar, 1997: 238). Seorang pelanggan
yang merasa puas terhadap nilai yang diberikan oleh produk atau jasa
kemungkinan besar akan menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
Kepuasan pelanggan tergantung pada anggapan kinerja produk dalam
menyerahkan nilai relatif terhadap harapan pembeli. Bila prestasi produk
jauh lebih rendah daripada harapan pelanggan, pembeli tidak puas. Bila
prestasi sesuai dengan harapan, pembelinya merasa puas. Bila prestasi
melebihi harapan, pembeli merasa amat gembira. Pelanggan yang merasa
puas akan membeli ulang dan mereka memberi tahu orang lain mengenai
pengalaman baik dengan produk atau jasa itu. Kuncinya adalah memenuhi
harapan pelanggan dengan prestasi perusahaan. Perusahaan yang cerdik
mempunyai tujuan membuat gembira pelanggan dengan hanya menjanjikan
apa yang dapat mereka serahkan, kemudian menyerahkan lebih banyak dari
yang mereka janjikan (Kotler dan Armstrong, 1997: 10).
Ada empat jenis perilaku membeli berdasarkan derajat keterlibatan
pembeli dalam membeli yaitu (Kotler, 1993: 245-247) :
a. Perilaku membeli yang rumit
Para konsumen melalui perilaku membeli yang rumit pada saat mereka
memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dan menyadari adanya
perbedaan yang jelas antara merek-merek yang ada.
b. Perilaku pembeli untuk mengurangi ketidakcocokan
18
Kadang-kadang konsumen yang sangat terlibat dalam pembelian melihat
hanya sedikit perbedaan antara merek-merek yang ada. Keterlibatan yang
mendalam sekali disebabkan oleh kenyataan bahwa pembelian itu mahal,
tidak sering dilakukan dan beresiko, contoh : pembelian permadani
merupakan suatu keputusan yang keterlibatannya tinggi karena harganya
yang mahal dan bersifat menyatakan diri namun pembeli mungkin
mempertimbangkan bahwa kebanyakan permadani didalam suatu skala
harga tertentu mempunyai kualitas yang sama.
c. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan
Banyak produk dibeli dibawah kondisi tingkat keterlibatan yang rendah
dan tidak terdapatnya perbedaan yang jelas antara merek-merek yang ada,
misalnya dalam pembelian garam.
d. Perilaku membeli yang mencari keseragaman
Beberapa situasi membeli ditandai dengan keterlibatan konsumen yang
rendah namun terdapat perbedaan merek yang jelas, contoh : melakukan
pembelian kue. Konsumen memiliki beberapa kepercayaan, memilih suatu
merek kue kering tanpa melakukan banyak evaluasi dan mengevaluasikan
pada saat mengkonsumsinya. Namun pada saat berikutnya konsumen
mungkin membeli merek lain karena bosan atau menginginkan rasa yang
berbeda. Pergantian merek terjadi dengan tujuan mencari keragaman dan
bukan ketidakpuasan.
2.4.2 Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen dapat diartikan sebagai pilihan konsumen,
sedangkan preferensi konsisten adalah bahwa konsumen senantiasa konsisten
19
dalam membuat pilihan berbagai kombinasi komoditi/produk (Priyono,
2005: 44).
Segmentasi pasar memiliki tiga macam pola preferensi yang berbeda
yaitu (Tjiptono, 2001: 70) :
1. Preferensi Homogen
Dalam pola ini, semua pelanggan secara kasar memiliki preferensi yang
sama. Pasar tidak menunjukkan segmen alami.
2. Preferensi Tersebar
Dalam pola ini, preferensi pelanggan sangat beranekaragam dan berbedabeda.
3. Preferensi Terkelompok-kelompok
Pada pola ini, pasar dapat menunjukkan kelompok-kelompok preferensi
yang terpisah-pisah, yang disebut segmen pasar alami.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah (Umar,
1997: 238-239) :
a. Mutu produk dan pelayanan
b. Kegiatan penjualan
Kegiatan penjualan terdiri dari variabel pesan (sebagai penghasil serangkaian
sikap tertentu mengenai perusahaan, produk dan tingkat kepuasan yang dapat
diharapkan oleh pelanggan), sikap (sebagai penilaian pelanggan atas
pelayanan perusahaan), dan perantara (sebagai penilaian pelanggan atas
perantara perusahaan seperti dealer dan grosir).
20
c. Pelayanan setelah penjualan
Pelayanan setelah penjualan terdiri dari variabel-variabel pelayanan
pendukung tertentu, seperti : garansi, penanganan keluhan dan pengembalian
uang.
d. Nilai-nilai perusahaan
Variabel nilai perusahaan ini terdiri dari dua macam yaitu nilai resmi dari
perusahaan yang dinyatakan oleh perusahaan sendiri dan nilai tidak resmi
yang tersirat dalam segala tindakan perusahaan sehari-hari.
2.6 Analisis Persaingan
Dalam studi kelayakan bisnis, perusahaan perlu mempelajari produk, harga,
saluran distribusi maupun promosi yang dilakukan oleh para pesaing terdekat agar
dapat menetapkan strategi pemasaran. Dengan cara ini perusahaan dapat
menemukan bidang-bidang yang berpotensi untuk dijadikan keunggulan sekaligus
mengetahui titik-titik kelemahan sehingga dapat menyusun suatu strategi
menyerang maupun bertahan terhadap pesaing-pesaingnya.
Langkah-langkah dalam menganalisis pesaing (Umar, 1997: 230-233) :
a. Mengidentifikasi pesaing
Perusahaan dapat mendefinisikan para pesaingnya sebagai suatu perusahaan
yang mempunyai salah satu atau lebih ciri-ciri berikut :
1. Perusahaan yang menawarkan produk maupun harga yang sama kepada
pelanggan.
2. Perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama.
3. perusahaan yang membuat produk dan memasok layanan yang sama.
4. Perusahaan yang bersaing merebut uang dari konsumen yang sama.
21
b. Menentukan sasaran pesaing
Pada dasarnya semua pesaing akan berusaha memaksimalkan laba. Selain itu
ada pesaing yang orientasinya bukan pada memaksimalkan laba melainkan
memuaskan konsumen. Jadi, dengan mengetahui sasaran pesaing serta
penekan-penekannya, perusahaan dapat menentukan apakah mereka puas
dengan situasi saat ini.
c. Mengidentifikasi strategi pesaing
Semakin mirip strategi suatu perusahaan dengan perusahaan lain semakin ketat
persaingan diantara mereka. Persaingan terjadi antara kelompok strategi, tetapi
lebih ketat terjadi diantara kelompok strategi yang sama. Kelompok strategi
yang bersangkutan seperti : mutu, ciri, ragam produk dari masing-masing
pesaing, layanan, harga, program promosi dan lain-lain.
d. Menilai kekuatan dan kelemahan pesaing
Perusahaan dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing melalui
data sekunder, pengalaman pribadi dan desas-desus.
e. Memperkirakan pola reaksi pesaing
Perusahaan perlu mengetahui mentalitas pesaing tertentu jika ia ingin
mengantisipasi bagaimana pesaing akan bertindak atau bereaksi terhadap
tindakan pesaing lainnya. Strategi, sasaran, program, kekuatan, dan kelemahan
pesaing dapat dijadikan beberapa indikator mentalitas.
f. Memilih pesaing
Pesaing yang harus diserang dapat dibagi menjadi tiga yaitu : pesaing kuat atau
lemah, pesaing dekat atau jauh, pesaing berperilaku baik atau pengacau.
22
2.7 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan
Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Semua ini
termasuk kebutuhan fisik dasar akan makanan, pakaian, kehangatan dan
keamanan. Kebutuhan sosial akan rasa memiliki dan kasih sayang. Kebutuhan
individual akan pengetahuan dan mengekspresikan diri. Semua kebutuhan ini
tidak diciptakan oleh pemasar tetapi semuanya merupakan bagian mendasar
manusia (Kotler dan Armstrong, 1997: 8).
Keinginan adalah bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya
dan kepribadian individual. Keinginan digambarkan dalam bentuk objek yang
akan memuaskan kebutuhan mereka. Kalau orang dihadapkan pada lebih banyak
objek yang menimbulkan minat dan hasrat mereka, produsen mencoba
menyediakan lebih banyak produk dan jasa yang memuaskan keinginan. Manusia
mempunyai keinginan yang nyaris tanpa batas tetapi sumber dayanya terbatas.
Jadi, mereka ingin memilih produk yang memberi nilai dan kepuasan paling
tinggi untuk uang yang mereka miliki.
Permintaan adalah keinginan manusia yang didukung oleh daya beli.
Konsumen memandang produk sebagai kumpulan manfaat dan memilih produk
yang memberikan kumpulan terbaik untuk uang yang mereka keluarkan (Kotler
dan Armstrong, 1997: 7).
2.8 Mempertahankan Pelanggan
Mengetahui keinginan atau harapan pelanggan salah satu cara untuk
mempertahankan pelanggan. Cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk
membentuk harapan pelanggan adalah (Umar, 1997: 239) :
a. Melalui promosi yang tidak mengecewakan konsumennya agar terjadi
komunikasi yang terkendali antar perusahaan dan konsumen.
23
b. Melalui sikap yang baik dari para petugas penjualan.
c. Melalui kinerja penjualan yang lebih professional.
Memperbaiki dan mempertahankan hubungan antara perusahaan dan
pelanggannya perlu terus dibina. Untuk mengendalikan tingkat kehilangan
pelanggan dan tetap pada posisi yang aman, perusahaan perlu perlu mengambil
empat langkah sebagai berikut (Umar, 1997: 239) :
a. Menentukan tingkat bertahannya pelanggan.
b. Membedakan berbagai penyebab hilangnya pelanggan dan menentukan
penyebab utama yang bisa dikelola dengan lebih baik.
c. Memperkirakan hilangnya keuntungan dari pelanggan yang hilang.
d. Menghitung berapa biaya untuk mengurangi tingkat kehilangan pelanggan.
Ada 2 cara untuk mempertahankan pelanggan yaitu (Umar, 1997: 240):
a. Menyediakan pelanggan untuk mengganti pemasok
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara agar pelanggan cenderung untuk
mengganti pemasok.
b. Memberi kepuasan yang tinggi
Dengan cara ini pesaing akan sulit masuk walaupun dengan harga yang lebih
murah atau dengan rangsangan lain.
2.9 Produk, Merek, Pengemasan dan Labelling
2.9.1 Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
menarik perhatian, pembelian, pemakaian atau konsumsi yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek, fisik,
pelayanan, orang, tempat, organisasi dan gagasan (Kotler dan Armstrong,
1997: 268)
24
Mengembangkan produk meliputi mendefinisikan manfaat-manfaat
yang akan diberikan produk tersebut. Manfaat ini dikomunikasikan dan
disampaikan melalui ciri-ciri produk berwujud, seperti : mutu, tampilan dan
desain. Keputusan-keputusa tentang ciri-ciri ini mempengaruhi reaksi
konsumen terhadap produk.
2.9.2 Merek
Merek adalah nama, kaidah, tanda, simbol, desain atau kombinasi
dari semua itu dengan tujuan mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang
penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk
dan jasa pesaing (Kotler dan Armstrong, 1997: 277).
Karakteristik merek yang baik meliputi :
a. Nama merek sebaiknya mencerminkan manfaat dan mutu produk
b. Nama merek sebaiknya mudah diucapkan, dikenal dan diingat
c. Nama merek seharusnya unik dan berbeda
d. Nama merek seharusnya dapat dengan mudah diterjemahkan dalam
bahasa asing
e. Nama merek sebaiknya dapat didaftarkan dan mendapatkan perlindungan
hukum atau hak paten
2.9.3 Kemasan
Kemasan
dapat
didefinisikan
sebagai
seluruh
kegiatan
merancang dan memproduksi bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan
sangat diperlukan karena (Hargianti, 2004: 11) :
a. Kemasan memenuhi sasaran keamanan (safety) dan kemanfaatan
(utilitarium).
25
b. Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran perusahaan karena
melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif.
c. Kemasan yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menarik minat
konsumen dan bagi perusahaan dapat meningkatkan laba.
2.9.4 Label
Label adalah sesuatu yang memuat informasi verbal tentang produk
yang ditawarkan. Penentuan label dipengaruhi oleh penentuan harga unit
(menyatakan harga per unit dari ukuran standar), penetapan tanggal
pembukuan (menyatakan masa berlakunya produk), dan label muatan gizi
(Hargianti, 2004: 11).
2.10 Penentuan Jumlah Sampel
Jika kita meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut
penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan
hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah
mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi
(Arikunto, 1996: 117).
Ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel yaitu (Arikunto,
1996: 119) :
a. Karena subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi,
maka kerepotannya tentu kurang.
b. Apabila populasi terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.
c. Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti uang, waktu
dan tenaga).
26
d. Adakalanya dengan penelitian populasi berarti deskruktif (merusak),
misalnya : percobaan granat.
e. Ada bahaya bisa dari orang yang mengumpulkan data. Karena subjek
banyak, petugas pengumpul data menjadi lelah sehingga pencatatannya bisa
menjadi tidak teliti.
f. Adakalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi.
2.11 Reliabilitas
Pengujian
reliabilitas
adalah
berkaitan
dengan
masalah
adanya
kepercayaan terhadap alat tes (instrument). Suatu instrument dapat memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi jika hasil dari pengujian tes/instrument tersebut
menunjukkan tetap
Tingkat reliabilitas (reliability) dan validitas (validity) menunjukkan mutu
seluruh proses pengumpulan data dalam suatu penelitian, mulai dari penjabaran
konsep sampai pada saat data siap untuk dianalisis (Singarimbun dan Effendi,
1987: 87). Reliabilitas adalah tingkat kemantapan atau konsistensi suatu alat
ukur (Rangkuti, 1999: 46).
Reliabilitas lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan tiga aspek dari
suatu alat ukur yaitu (Singarimbun dan Effendi, 1987: 88) :
a. Kemantapan
Reliabilitas adalah tingkat kemantapan suatu alat ukur. Suatu alat ukur
dikatakan mantap apabila dalam mengukur sesuatu berulang kali, alat ukur
tersebut memberikan hasil yang sama.
b. Ketepatan
Reliabilitas menunjukkan tingkat ketepatan. Pertanyaan yang dikemukakan
apabila kita ingin menguji ketepatan suatu hasil pengukuran adalah apakah
27
ukuran yang kita peroleh ini merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang
ingin kita ukur.
c. Homogenitas
Reliabilitas menunjukkan kesamaan sehingga suatu karakteristik dapat
diketahui secara mendalam, oleh karena itu diperlukan bermacam-macam
keterangan.
2.12 Validitas
Validitas atau keabsahan adalah menyangkut pemahaman mengenai
kesesuaian antara konsep dengan kenyataan empiris (Rangkuti, 1999: 46).
Reliabilitas memberikan kesesuaian antara hasil-hasil pengukuran atau
konsistensi pengukuran sedangkan validitas merupakan kesesuaian konsep
pengukuran tersebut dengan fakta di lapangan.
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat
ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Paling tidak yang
dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas suatu pengukuran adalah
menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa
yang kita yakini dalam pengukuran (Umar, 1997: 60). Rumus koreksi yang
digunakan adalah rumus korelasi product moment (Singarimbun, 1987: 137) :
N
rxy
N
X
XY
2
X
X
Keterangan :
rxy
= Koefisien korelasi
∑X = Jumlah X skor butir
∑Y = Jumlah Y skor faktor
N
= Banyak sampel
Dengan ketentuan :
2
N
Y
Y
2
Y
2
………………………..(2.1)
28
Jika rxy > rtabel maka dapat dikatakan valid
Jika rxy < rtabel maka dapat dikatakan tidak valid
2.13 Rantai Marcov
Teknik rantai marcov dapat digunakan untuk memperkirakan perubahanperubahan diwaktu yang akan datang dalam variabel-variabel dinamis atas dasar
perubahan-perubahan dari variabel-variabel dinamis tersebut diwaktu yang lalu.
Teknik ini juga dapat digunakan untuk menganalisis kejadian-kejadian diwaktu
mendatang secara sistematis (Subagyo, 2000: 243).
Proses marcov adalah sebuah sistem stokastik yang untuknya pemunculan
suatu keadaan dimasa mendatang bergantung pada keadaan yang segera
mendahuluinya dan hanya bergantung pada itu (Taha, 1997: 344).
Rantai marcov (marcov chain) adalah suatu penerapan baru program
dinamis terhadap pemecahan suatu proses keputusan stochastic yang dapat
dijelaskan oleh sejumlah state yang terbatas yang diantaranya terdapat
probabilitas transisi (Tarliyah, 1999: 323).
Menurut Andre Am Marcov, definisi proses stokastik ialah suatu
himpunan variabel acak {X(t)} yang tertentu dalam suatu ruang sampel yang
sudah diketahui, dimana t merupakan parameter waktu (indeks) dari suatu
himpinan T.
Kita menyatakan ruang keadaan I dari suatu proses sebagai himpunan
harga variabel acak X(t) yang mungkin. Misalnya, kalau X(t) berupa variabel
acak diskrit yang terdiri dari sejumlah harga tak berhingga yang dapat dihitung
dalam suatu himpunan cacah tidak negatif, maka I = {0,1,2,…}. Dan kalau X(t)
merupakan variabel acak kontinyu yang non negative, maka I {X:0≤X≤~}.
29
Dalam proses stokastik, istilah variabel acak X(t) dapat diartikan sebagai
variabel keadaan. Misalnya, kalau t = 1,2,3,… dalam himpunan T = {1,2,3,…}
dan X(t) = 0,1,2,…,N dalam himpunan I = {0,1,2,3,…,N}, maka dalam sistem
persediaan, X(1) menggambarkan keadaan tingkat persediaan pada akhir minggu
pertama, X(2) menggambarkan keadaan tingkat persediaan pada akhir minggu
kedua dan seterusnya.
Jadi, jelas bahwa variabel X(t) menggambarkan keadaan dari suatu sistem
pada “waktu t” atau “langkah t”.
Karena rantai marcov adalah kelas tersendiri dari proses stokastik, maka
proses marcov dapat dirumuskan sebagai suatu proses stokastik {X(t)} dengan
himpunan indeks T dan ruang keadaan I disebut sebagai proses marcov bila
semua n = 0,1,2,3,… dan untuk tiap t0<t1<t2<tnt0 = 0 dan harga Xn sebagai harga
khusus variabel acak X(tn) terdapat :
P{X(tn)≤
Xn
Xn
=X0, X(t1) = X1,...,X(tn-1)= Xn-1} = P{X(tn) ≤
= Xn-1}
X (t 0 )
X (t n 1 )
Ini dapat diartikan sebagai berikut (Siagian, 1987: 491) :
a. Distribusi peluang bersyarat dari X(tn) untuk harga-harga X(t0), X(t1),…,
X(tn-1) yang sudah diketahui tergantung hanya pada harga X(tn-1), yaitu harga
terdekat, dan tidak tergantung pada harga-harga X(t0), X(t1),…, X(tn-2).
b. Harga P { X(tn) ≤
Xn
= Xn-1} disebut “peluang peralihan satu langkah”
X (t n 1 )
dari keadaan Xn-1 pada langkah (n-1) kepada keadaan Xn pada langkah n.
c. Atau, diketahui keadaan sistem pada saat sekarang, keadaan masa datang
tidak tergantung pada keadaan masa lalu.
d. Atau, cukup mengetahui sejarah proses stokastik pada waktu tn-1 untuk dapat
menurunkan sifat-sifat proses pada waktu tn.
30
Dengan demikian hukum peluang dari proses marcov seluruhnya
teruraikan dengan mengetahui :
1. Syarat awal yang diberikan oleh P { X(t0≤X0)}
2. Himpunan distribusi peluang bersyarat yang diberikan untuk semua 0≤tm≤tn
m, n = 0,1,2,… oleh P {X(tn) ≤
Xn
= Xm yang menentukan “distribusi
X (t m )
peluang peralihan” dari proses marcov.
Identifikasi himpunan distribusi peluang peralihan untuk semua 0≤tm≤tn
untuk suatu proses marcov sembarang adalah sesuatu yang sangat sukar.
Meskipun demikian banyak persoalan praktis dapat dirumuskan sebagai proses
marcov, dimana distribusi peluang peralihan adalah fungsi dan selisih (tn-tm) dan
bebas dari tn. Dalam hal ini proses marcov disebut mempunyai distribusi peluang
peralihan yang “homogen atau stationer”.
Dengan demikian formula untuk peluang peralihan stationer satu langkah
adalah :
P{X(tn)≤
Xn
Xn
=Xn-1} = P{X(t1) ≤
= Xn-1} untuk semua n, n = 1,2,…
X (t n 1 )
X (t 0 )
Sifat-sifat homogenitas memperlihatkan kesederhanaan yang luar biasa
kalau kita mengembangkan hukum peluang dari proses, sekalipun dengan
keuntungan tambahan ini, penjabaran ciri-ciri statistikal sembarang proses dari
hukum peluangnya, umumnya masih sangat sukar. Akan tetapi, dalam praktek,
kita lebih tertarik mempelajari beberapa keadaan khusus. Dua persoalan penting
adalah :
1. Penentuan P {X(tn)≤ Xn}, fungsi distribusi peluang (tidak bersyarat) dari X(tn)
untuk tn di dalam T.
2. Karakterisasi proses untuk tn yang besar.
31
Dengan menggunakan sifat-sifat homogenitas proses, persoalan dapat
diselesaikan tanpa kaitan khusus terhadap hukum peluang proses.
Akhirnya proses marcov dapat dibedakan sesuai dengan :
a. Sifat himpunan indeks T (parameter diskrit atau parameter kontinyu)
b. Sifat himpunan keadaan I (berharga diskrit atau kontinyu)
Jika himpunan keadaan I adalah diskrit, maka proses marcov disebut
Rantai Marcov.
Sebuah rantai marcov pada kenyataannya merupakan kasus khusus dari
proses marcov. Rantai marcov biasanya digunakan untuk mempelajari perilaku
jangka pendek dan jangka panjang dari system stokastik tertentu.
Proses marcov dapat diklasifikasikan seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Proses Marcov
DISKRIT
DISKRIT
KONTINYU
KONTINYU
Rantai marcov
Rantai marcov
Parameter diskrit
Parameter kontinyu
Proses marcov
Proses marcov
Parameter diskrit
Parameter kontinyu
Salah satu penggambaran proses marcov adalah masalah-masalah kegiatan
pemilihan merek dan peramalan probabilitas transisi yang kemungkinan
dilakukan oleh konsumen, yaitu pergantian dari suatu merek ke merek lain.
Asumsinya bahwa sampel yang diambil telah mewakili keseluruhan kelompok
dalam kesetiaannya terhadap suatu merek dan pola pergantian dari suatu merek
ke merek yang lain. Probabilitas transisi dapat diartikan sebagai probabilitas
suatu state ke state yang lain dalam rantai marcov.
Matrik transisi merupakan matrik kuadrat. Untuk memperoleh matrik
probabilitas transisi diperlukan pengamatan teliti terhadap kondisi sistem yang
32
diamati pada suatu periode ke periode berikutnya. Bentuk matrik transisi adalah
sebagai berikut (Hargianti, 2004: 17) :
Ke
A1
Dari
A1
A2
A3
.
.
.
Ai
P(A1A1)
P(A2A1)
P(A3A1)
.
.
.
P(AiA1)
A2
P(A1A2)
P(A2A2)
P(A3A2)
.
.
.
P(AiA2)
A3
…….
P(A1A3) …….
P(A2A3) …….
P(A3A3) …….
.
.
.
P(AiA3)
Aj
P(A1Aj)
P(A2Aj)
P(A3Aj)
.
.
.
P(AiAj)
=1
=1
=1
.
.
.
=1
Gambar 2.3 Matrik Transisi
Keterangan :
P(Aij)
: nilai probabilitas
i
: baris
j
: kolom
A
: produk/elemen
Aij
: matrik produk/elemen
2.14 Perpindahan Merek
Persoalan perpindahan merek adalah persoalan yang sering terjadi dalam
dunia perdagangan yang disebabkan oleh pelanggan yang pindah dari suatu
merek ke merek lainnya. Perpindahan pelanggan tersebut dapat disebabkan oleh
promosi merek tertentu, harga, ketidakpuasan dan sebagainya. Analisa rantai
marcov yang dipakai untuk menyelesaikan persoalan ini telah banyak digunakan
sebagai alat diagnosis untuk mengusulkan rencana-rencana strategi pasar
(Hargianti, 2004:19).
Langkah-langkah
pengukuran
pangsa
pasar
berdasarkan
perilaku
konsumen dalam membeli produk suatu merek melalui beberapa tahap
penyelesaian, yaitu (Subagyo dkk, 2000: 244) :
33
1. Menyusun matrik probabilitas transisi yang digunakan untuk menggambarkan
proses marcov tentang kegiatan pemilihan merek dan peramalan probabilitas
transisi yang kemungkinan dilakukan para konsumen, yaitu pergantian dari
suatu merek ke merek lainnya. Probabilitas transisi didefinisikan probabilitas
suatu merek tertentu (penjual) akan tetap menguasai para pelanggannya.
2. Menghitung kemungkinan market share diwaktu yang akan datang, yaitu
dengan mengalikan matrik probabilitas transisi dengan pangsa pasar
sebelumnya.
3. Menentukan kondisi-kondisi ekuilibrium, yang akan tercapai bila tidak ada
pesaing yang mengubah matrik probabilitas transisi. Bila kondisi mendekati
ekuilibrium, maka tingkat perolehan dan kehilangan menjadi semakin kecil
dan akhirnya mencapai statik.
Proses marcov dapat berbeda order. First order hanya mempertimbangkan
pilihan-pilihan merek yang dibuat selama satu periode untuk menentukan
probabilitas pilihan dalam periode berikutnya. Second order analisis marcov
menganggap pada pilihan-pilihan merek yang dibuat pada para pelanggan
selama dua periode terakhir ini. Begitu juga untuk third order, proses marcov
yang digunakan untuk meramalkan perilaku periode berikutnya terhadap merekmerek tertentu berdasarkan pola pemilihan merek para pelanggan selama tiga
periode terakhir.
Dalam menggunakan analisis rantai marcov terhadap tingkah laku
perpindahan merek mencakup hal-hal sebagai berikut (Hargianti, 2004: 21) :
a. Perkiraan dan pembagian pasar pada waktu tertentu dimasa datang
b. Penyediaan tentang laju perubahan dalam pembagian pasar sepanjang waktu
c. Perkiraan dari kemantapan pembagian pasar
34
d. Penyelidikan tentang pengaruh khusus dan strategi pasar dalam mengubah
pembagian pasar yang tidak diinginkan
e. Evaluasi dari proses memperkenalkan produk baru
2.15 Uji Hipotesis
Hipotesis statistik adalah anggapan atau pernyataan yang mungkin benar
atau tidak benar mengenai suatu populasi. Hipotesis nol, ditulis Ho, merupakan
suatu hipotesis yang akan diuji dan nantinya akan diterima atau ditolak
tergantung dari eksperimen atau sampelnya. Hipotesis alternatif, dikembangkan
dengan Hi, merupakan hipotesis tandingan atau alternatif.
Tingkat keyakinan adalah peluang maksimum dimana kita bersedia untuk
menanggung resiko kesalahan. Sering dinyatakan dengan α dan yang sering
digunakan 0,01 dan 0,05. Prosedur dasar tentang pengujian hipotesis (Hargianti,
2004: 28) :
1. Menyatakan Ho serta hipotesis alternatifnya
2. Pilih tingkat keyakinan dan tentukan besar sampelnya
3. Pilih statistik uji yang sesuai
4. Tentukan daerah kritis
5. Kumpulkan data sampel dan hitung statistik sampelnya yang kemudian
diubah dalam variabel standard z
2.15.1 Chi Square
Suatu ukuran mengenai perbedaan yang terdapat antara frekuensi
observasi dan frekuensi yang diharapkan adalah statistik
ditentukan oleh (Hargianti, 2004: 26) :
2
yang
35
2
=
O1
2
e1
+
e1
O2
e2
2
e1
+…+
Ok
ek
2
ek
k
=
i 1
Oi
ei
ei
2
....(2.2)
Keterangan :
2
= nilai chi square
Oi = frekuensi observasi
ei = frekuensi harapan
2.15.2 Koefisien Kontingensi
Ukuran mengenai taraf hubungan atau ketidakbebasan dan
klasifikasi dalam suatu tabel kontingensi ditentukan oleh (Rangkuti,
1999: 142) :
2
C
2
n
…………………………………………………...(2.3)
Keterangan :
C = Koefisien kontingensi
2
= chi square
n = jumlah sampel
Yang disebut koefisien kontingensi, semakin besar nilai C maka
semakin tinggi taraf hubungannya. Jumlah baris dan lajur dalam suatu
tabel kontingensi menentukan nilai maksimum C tidak pernah melebihi
nol.
2.16 Analisis Cluster
Analisis
mengelompokkan
cluster
adalah
individu-individu
suatu
prosedur
berdasarkan
multivariate
untuk
karakteristik-karakteristik
36
tertentu. Karakteristik ialah sifat, ciri-ciri, hal-hal yang dimiliki elemen (semua
keterangan mengenai elemen). Karakteristik bisa berupa angka (kuantitatif), bisa
juga sifatnya kualitatif (Supranto, 1985: 2). Cluster biasanya digunakan untuk
melakukan proses segmentasi sejumlah responden atau konsumen berdasarkan
ciri-ciri sejumlah atribut yang ada (Santoso dan Tjiptono, 2001: 292). Metode
pengambilan sampel dimana sampel diambil secara acak (random) berdasarkan
pengelompokkan-pengelompokkan tertentu. Semua anggota dalam kelompok
memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel cluster.
Analisis cluster dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu (Santoso, 2001: 49) :
a. Hierarchical Cluster
Pengelompokkan secara hierarki biasanya digunakan untuk jumlah
sampel atau data yang relatif sedikit. Metode ini dimulai dengan
mengelompokkan dua atau lebih objek yang mempunyai kesamaan paling
dekat. Kemudian proses diteruskan ke objek yang lain yang mempunyai
kedekatan kedua sehingga akan membentuk semacam pohon dimana ada
hierarki yang jelas antar objek, dari yang paling mirip sampai paling tidak
mirip.
b. K-Mean Cluster
K-Mean Cluster ini digunakan untuk data yang banyak. Berbeda dengan
hierarki, metode ini justru dimulai dengan menentukan terlebih dahulu jumlah
cluster yang diinginkan. Setelah jumlah cluster diketahui, baru proses cluster
dilakukan tanpa mengikuti proses hierarki (Santoso, 2001: 49).
Langkah-langkah dalam cluster analysis adalah sebagai berikut :
1. Penentuan Tujuan Analisis
Tujuan analisis dibagi menjadi tiga, yaitu :
37
a. Taxonomy Description dengan tujuan untuk mengklasifikasikan objek-objek
ke dalam beberapa grup.
b. Data SimplificationI dengan tujuan mereduksi atau menyederhanakan
jumlah observasi.
c. Relationship Identification dengan tujuan mengidentifikasi hubungan
kemiripan dan perbedaan.
2. Penstandaran Data
Sebelum proses dimulai, perlu penstandaran data guna menghindari bisa atau
racun.
3. Pengolahan Data
Program cluster dalam analisa segmentasi harus dilengkapi dengan alat tes
untuk melihat bahwa rata-rata (mean) pada masing-masing cluster berbeda
secara signifikan.
4. Profiling Cluster
Tahap profiling meliputi penggambaran karakteristik dari setiap cluster untuk
menjelaskan bahwa masing-masing cluster adalah berbeda.
2.17 Penelitian dengan Menggunakan Rantai Marcov
Penelitian ini berjudul “Analisis Kepuasan dan Prediksi Konsumen
terhadap Jenis Merek Mi Instan dengan Rantai Marcov (Studi Kasus : Desa
Kepuh, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo)”. Diperoleh hasil bahwa mi
instan merek Supermi memiliki nilai probabilitas transisi terbesar yaitu 0,629.
Mi instan merek Supermi juga menempati pangsa pasar tertinggi pada bulan Mei
dan Juni 2005, sedang untuk bulan April 2005 posisi tertinggi dipegang oleh mi
instan merek Indomie. Untuk mi instan yang memiliki nilai probabilitas terkecil
38
yaitu mi ABC. Market share pada bulan Mei 2005 untuk mi instan merek
Supermi adalah sebesar 28,714%, Indomie 28,276%, Sarimi 11,355%, Mie
Sedap 23,56%, dan Mie ABC 8,091%. Sedangkan untuk bulan Juni 2005 market
share untuk mi instan merek Supermi adalah 30,79%, Indomie 29,03%, Sarimi
9,57%, Mie Sedap 23,32% dan Mie ABC 7,29%(Aryani, 2005: 54).
Download