BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2015 perekonomian dunia mengalami perlambatan dibandingkan 5 tahun
terakhir. Pertumbuhan gross domestic product (GDP) yang terus menurun dan tidak sesuai
dengan target yang telah ditetapkan dialami oleh 14 negara dengan nilai GDP tertinggi di dunia
termasuk Indonesia.
Tabel 1.1 Gross Domestic Product
Prosentase
2015/2010
2010
10,6
2011
9,5
2012
7,8
2013
7,7
2014
7,3
2015
6,8
US
2,5
1,6
2,3
2,2
2,4
2,6
4,00
India
10,3
6,6
5,1
6,9
7,3
7,3
-29,13
Japan
4,7
-0,5
1,8
1,6
-0,1
0,6
-87,23
5
Germany
4,1
3,7
0,4
0,3
1,6
1,5
-63,41
6
Rusia
4,5
4,3
3,4
1,3
0,6
-3,8
-184,44
7
Brazil
7,6
3,9
1,8
2,7
0,1
-3,0
-139,47
8
Indonesia
6,2
6,2
6,0
5,6
5,0
4,7
-24,19
9
UK
1,5
2,0
1,2
2,2
2,9
2,5
66,67
France
2,0
2,1
0,2
0,7
0,2
1,2
-40,00
Mexico
5,2
3,9
4,0
1,4
2,2
2,3
-55,77
Italy
1,7
0,6
-2,8
-1,7
-0,4
0,8
-52,94
Korea
6,5
3,7
2,3
2,9
3,3
2,7
-58,46
4,8
10,0
5,4
2,7
3,5
3,4
-29,17
1
2
3
4
10
11
12
13
china
14 Saudi Arabia
Sumber: hasil analisis
-35,85
Tingginya penurunan tingkat pertumbuhan GDP sejak tahun 2010 ini dipicu adanya
fluktuasi ekonomi yang terjadi di Eropa, Amerika, dan China. Perlambatan ekonomi tahun 2015
ditandai dengan adanya penurunan harga komoditas dunia seperti minyak mentah hingga pada
titik terendah pada harga $29/barrel dengan nilai tertinggi $110/barrel pada tahun 2013.
Tingginya penurunan harga yang terjadi mengakibatkan perusahaan di berbagai negara
1
mengalami penurunan pendapatan hingga mengakibatkan perusahaan minyak dan yang berkaitan
erat dengan minyak kemudian bangkrut. Rusia mencatatkan nilai pertumbuhan negatif terbesar
dunia pada tahun 2015 sebesar 3,8% atau menurun 184,44% dibandingkan pertumbuhan tahun
2010. Indonesia terkena dampak atas pelemahan harga minyak dengan banyaknya perusahaan
asing dan nasional yang berbasis energi khususnya minyak memutuskan untuk mengurangi
produksi dan melakukan efisiensi tenaga kerja.
Bank sebagai tulang punggung sektor ekonomi merasakan dampak atas pelemahan ini,
menurut laporan perekonomian Bank XYZ desember 2015 menyatakan bahwa tingkat non
performing loan (NPL) tahun 2015 meningkat 0,3% menjadi 2,5% dibanding akhir tahun 2014
sebesar 2,2%. Meningkatnya NPL masih dibawah ambang batas wajar yang ditetapkan oleh BI
sebesar 5%. Peningkatan NPL terutama berasal dari sektor perdagangan, pertambangan dan
konstruksi dimana ketiga sektor tersebut cukup sensitif terhadap perlambatan ekonomi global
dan domestik. Peningkatan NPL sektor perdagangan terkait perlambatan ekonomi yang
menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat, penurunan nilai impor dan inflasi. NPL sektor
pertambangan meningkat dipengaruhi oleh penurunan permintaan kawasan Eropa dan
menurunnya tingkat keuntungan produk pertambangan yang disebabkan oleh terus terkoreksinya
harga acuan produk pertambangan dunia seperti batu bara. Sementara NPL konstruksi,
terpengaruh perlambatan ekonomi domestik dan depresiasi nilai tukar yang menyebabkan
beberapa bahan konstruksi yang masih diimpor menjadi mahal.
Sejak tanggal 17 Desember 2015 suku bunga Bank Indonesia mengalami perubahan dari
7,75% menjadi 7,50% dibanding 11 Desember 2014. Penurunan suku bunga akan
mengakibatkan bank untuk menurunkan suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman.
Penurunan ini memiliki potensi terjadinya peningkatan nasabah dalam menarik dananya di bank
2
dan meletakkan dana pada instrument investasi lain yang memberikan imbal hasil lebih tinggi
serta meningkatkan jumlah permintaan kredit mengingat suku bunga pinjaman diturunkan
sehingga calon debitur akan mendapatkan bunga pinjaman yang lebih rendah dan bagi debitur
mendapatkan pengurangan kewajiban yang harus dibayar.
Penurunan suku bunga kredit pada tahun 2015 disertai dengan adanya peningkatan NPL
pada penyaluran kredit, hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa perekonomian negara
Indonesia sedang memasuki fase perlambatan dimana pertumbuhan penyaluran kredit pada tahun
2015 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014 dan 2013. Bank Indonesia dalam Laporan
Perekonomian Indonesia 2015 (2015 bagian II, 80-81) menunjukkan adanya perlambatan
ekonomi diihat dari sisi penyaluran kredit, tahun 2015 kredit perbankan tumbuh sebesar 10,4%
dibandingkan tahun 2014 sebesar 11,6% dan
pada tahun 2013 sebesar 21,6%. Tingkat
pertumbuhan kredit yang terus menurun disebabkan perlambatan ekonomi global dan
menurunnya daya beli masyarakat yang menyebabkan adanya penurunan pendapatan
perusahaan.
Bank XYZ sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia saat ini telah memiliki cabang di
seluruh wilayah Indonesia. Hal ini menjadi salah satu keunggulan dimana dalam melakukan
penyaluran kredit dapat menjangkau calon debitur potensial yang berada di daerah terpencil
sehingga peningkatan dalam penyaluran kredit dapat terus dilakukan. Banyaknya pilihan jenis
kredit yang ditawarkan membuat Bank XYZ tentunya harus memiliki portofolio yang baik untuk
meminimalkan risiko kredit macet.
Laporan Keuangan Tahunan Bank XYZ tahun 2015 menunjukkan bahwa penyaluran
kredit meningkat 17,46% menjadi Rp 326,10 triliun dibanding tahun 2014 sebesar Rp 277,62
triliun. Peningkatan penyaluran kredit ini di dukung dengan adanya peningkatan jumlah
3
simpanan pada tahun 2015 menjadi Rp 353,93 triliun atau meningkat 17,87% dibanding tahun
2014. Namun, semakin tingginya kredit yang disalurkan, berdampak pada risiko kenaikan NPL
gross dimana pada tahun 2015 tercatat sebesar 2,70% dibanding 1,96% pada tahun 2014. Sektor
pertambangan menjadi sektor yang paling tinggi dalam pembebanan Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 1,1 triliun pada tahun 2014 dan sektor perindustrian sebesar
1,28 triliun pada tahun 2015.
No
Sektor
Tabel 1.2 Komposisi kredit dan CKPN Bank XYZ
2014
2015
Perubahan nilai
CKPN
Kredit CKPN Kredit
CKPN
Kredit
%
%
%
%
%
%
1
Perdagangan, Restoran dan
Hotel
2,75
15,62
2,43
15,32
-0,33
2
Industri Pengolahan
1,77
18,38
1,94
20,36
0,17
1,98
3
Pertambangan
1,44
6,62
5,92
4,54
4,48
-2,09
4
Jasa dunia usaha
1,33
9,16
1,02
9,36
-0,30
0,19
5
Konstruksi
3,99
4,36
3,23
4,98
-0,77
0,62
6
Pengangkutan, Pergudangan
dan Komunikasi
0,84
7,32
1,21
7,30
0,37
-0,02
7
Pertanian
0,95
8,77
0,67
8,86
-0,28
0,09
Jasa Sosial Masyarakat
0,96
0,70
0,27
0,86
-0,70
0,15
0,02
5,16
0,02
5,35
-0,01
0,19
0,97
23,90
1,30
23,08
0,33
-0,82
8
9
Listrik, Gas dan Air
10 Lain-lain
Sumber: hasil analisis
-0,30
Sektor perindustrian dan pertambangan menjadi sektor yang mengalami perubahan cukup
signifikan dalam portfolio kredit Bank XYZ pada tahun 2015. Sektor pertambangan mengalami
peningkatan terbesar dalam pembebanan CKPN sebesar 4,48% atau 875 miliar, hal ini
memperlihatkan bahwa perusahaan pertambangan yang berada dalam portfolio kredit bank XYZ
mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga sehingga mengakibatkan
meningkatnya NPL sektor tersebut. Tingginya CKPN sektor pertambangan dipengaruhi oleh
turunnya harga acuan batubara dunia sebagai akibat menurunnya permintaan dari Eropa dan
China. Sektor perindustrian mengalami peningkatan tertinggi kedua setelah sektor lain-lain
4
dalam portfolio bank XYZ menjadi sebesar 20,36% atau 66 triliun. Peningkatan ini berbanding
lurus dengan pembebanan CKPN yang mengalami peningkatan sebesar 0,17% dan menjadi
pembebanan CKPN paling besar pada tahun 2015 dengan nilai 1,28 triliun.
Tabel 1.3 Ketentuan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Kolektibilitas
Pencadangan
Lancar (1)
1% dari baki debet
Dalam Perhatian Khusus (2)
5% dari baki debet
Kurang Lancar (3)
15% dari baki debet kolektibilitas Kurang Lancar
setelah dikurangi nilai agunan
Diragukan (4)
50% dari baki debet kolektibilitas Diragukan setelah
dikurangi nilai agunan
Macet (5)
100% dari baki debet kolektibilitas Macet setelah
dikurangi nilai agunan
Sumber: PBI no.7/2/PBI
Menurunnya daya beli masyarakat menjadi salah satu penyebab menurunnya pendapatan
perusahaan yang langsung memiliki implikasi terhadap menurunnya kemampuan perusahaan
untuk melakukan pembayaran bunga setiap bulan kepada bank. Pembebanan mengenai angka
CKPN diatur tersendiri oleh Bank Indonesia untuk membantu perbankan dalam melakukan
pemantauan terhadap nominal kredit yang bermasalah. Peraturan ini dikeluarkan oleh Bank
Indonesia untuk membantu perbankan mengelola strategi dan mempersiapkan pendanaan dalam
melakukan recovery atas kredit yang bermasalah dan melakukan pengawasan terhadap
perbankan dalam menjalankan usahanya.
Bank Indonesia melakukan pengawasan lebih lanjut terhadap perbankan dengan
melakukan pembatasan terhadap tingkat NPL yang dimiliki oleh perbankan, hal ini dilakukan
agar Bank Indonesia dapat melakukan tindakan terhadap perbankan yang memiliki NPL
melebihi ketentuan. Sanksi terhadap perbankan yang memiliki nilai NPL diatas ketentuan adalah
pengawasan langsung hingga pembekuan usaha yang dijalankan oleh perbankan. Berdasarkan
peraturan Bank Indonesia nomor 17/11/PBI/2015 (2015, pasal 11 ayat 2B), bahwa rasio NPL
5
total kredit secara bruto (gross) kurang dari 5%. Peraturan ini meningkatkan kewaspadaan bank
terhadap total kredit yang dimiliki dimana untuk meminimalkan risiko tingginya NPL perbankan
melakukan portfolio kredit yang di bagi kedalam 10 sektor ekonomi berdasarkan peraturan BI.
Bank Indonesia membagi kredit kedalam 10 sektor ekonomi untuk memudahkan
pengawasan terhadap potensi default sebuah bank dan potensi peningkatan atau penurunan
sektor ekonomi dalam suatu periode waktu. Adanya diversifikasi dalam sebuah portfolio (dalam
hal ini sektor ekonomi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung (Husnan, 2001).
Diversifikasi risiko penting dilakukan untuk meminimalkan risiko tanpa harus mengurangi
return yang diterima (Jogiyanto, 2003)
Harry Markowitz menemukan metode untuk membentuk portfolio yang menghasilkan
tingkat keuntungan yang paling optimal berdasarkan risiko paling rendah dalam suatu portfolio
investasi. Markowitz menyarankan pemilihan portfolio yang dapat memberikan keuntungan yang
optimal dengan memilih portfolio berdasarkan tingkat keuntungan diharapkan (expected return)
dan risiko portfolio (Gallati, 2003). Portfolio sekuritas yang efisien adalah portfolio yang
memberikan tingkat keuntungan diharapkan yang maksimum untuk suatu tahap varian dan
memberikan varian yang minimum untuk suatu tahap tingkat keuntungan diharapkan.
1.2
Rumusan Masalah
Banyaknya sektor ekonomi yang mengalami tekanan dikarenakan pada tahun 2014 dan
2015 beberapa komoditas utama dunia yakni minyak mentah dan batubara mengalami tekanan
harga yang cukup tinggi sehingga menimbulkan banyak perusahaan di bidang tambang dunia
mengalami pengurangan tenaga kerja secara masal dan beberapa negara besar dunia mengalami
penurunan gross domestic product yang cukup signifikan. Bank sebagai tulung punggung
ekonomi suatu negara merasakan dampak dari penurunan ekonomi dunia dimana bank sebagai
salah satu lembaga keuangan yang menyediakan dana baik bagi perseorangan maupun
6
perusahaan untuk meningkatkan performa dari usaha yang dimiliki dengan salah satu fungi bank
yakni memberikan pinjaman. Sumber pengembalian pinjaman tersebut berasal dari pendapatan
perusahaan yang diperoleh melalui kegiatan operasional. Munculnya perlambatan ekonomi yang
berdampak besar kepada sektor ekonomi akan mengakibatkan perusahaan terkait mengalami
penurunan performa yang dapat dilihat melalui penurunan pendapatan pada laporan keuangan
per kuartal. Menurunnya pendapatan perusahaan akan mengurangi kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada bank setiap bulan.
Kemampuan bank dalam melakukan pembobotan terhadap portofolio yang dimiliki
menjadi kunci untuk terus mempertahankan keuntungan yang dimiliki atau meningkatkan
keuntungan. Kondisi ekonomi global yang menurun menyebabkan beberapa bank di dunia
bahkan Indonesia mengalami penurunan performa yang dapat dilihat dari nilai non performing
loan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat NPL suatu perbankan akan berakibat kepada menurun
atau bahkan hilangnya pendapatan yang diterima bank serta pencabutan izin operasional oleh
Bank Indonesia. Adanya pembobotan terhadap sektor ekonomi yang tepat akan membuat bank
terhindar dari tingginya NPL dan meningkatnya keuntungan. Atas portofolio yang telah dimiliki
dapat dilakukan pengujian terhadap tingkat keuntungan yang diterima oleh bank sehingga dapat
diketahui apakah portofolio kredit yang saat ini dimiliki oleh Bank XYZ Wilayah w telah
optimal.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang permasalahan yang ada, maka didapatkan beberapa pertanyaan
penelitian, yaitu:
1. Bagaimana portofolio kredit yang optimal pada sektor-sektor kredit yang diberikan
oleh Bank XYZ Wilayah w dengan menggunakan Model Markowitz atau Teori
Portofolio Modern?
7
2. Bagaimana tingkat keuntungan dan risiko kredit dari masing-masing pinjaman pada
tiap sektor ekonomi oleh Bank XYZ Wilayah w?
3. Bagaimana keterkaitan/korelasi antar sektor ekonomi dalam mempengaruhi
portofolio kredit pada oleh Bank XYZ Wilayah w?
1.4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menguji portofolio kredit yang optimal pada sektor-sektor ekonomi yang diberikan
pinjaman oleh Bank XYZ Wilayah w dengan menggunakan Model Markowitz.
2. Menguji tingkat keuntungan dan risiko kredit dari masing-masing sektor ekonomi di
Bank XYZ Wilayah w.
3. Menguji keterkaitan/ korelasi antar sektor ekonomi dalam mempengaruhi portofolio
kredit pada Bank XYZ Wilayah w.
1.5
Manfaat penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak
antara lain:
1. Hasil penelitian dapat digunakan oleh Kantor Wilayah w sebagai alternatif untuk
mengukur kombinasi/ komposisi portofolio kredit optimal dan dapat memberikan
gambaran sektor ekonomi apa yang layak diberikan pinjaman berdasarkan tingkat
keuntungan dan risikonya.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi akademisi untuk mengukur kombinasi
portofolio tidak hanya pada saham atau sekuritas tetapi juga untuk portofolio kredit.
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti berikutnya untuk
melakukan penelitian yang lebih mendalam.
8
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, dengan rincian sebagai berikut :
1. BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
2. BAB II: TINJAUAN LITERATUR
Bab ini berisi penjelasan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang dapat
menjawab rumusan masalah.
3. BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan menjelaskan mengenai jenis dan sumber data, serta penjelasan
mengenai metode analisis
4. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang data yang digunakan dalam penelitian, analisis data yang
dilakukan, serta proses yang dilakukan dalam melakukan analisis
5. BAB V: SIMPULAN DAN PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian. Kertebatasan dan saran
untuk peneliti selanjutnya juga dicantumkan sebagai acuan dalam penelitian yang
akan dilakukan di masa yang akan datang.
9
Download