BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Signal

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori Signal
Teori signal
menunjukkan adanya
asimetri
informasi
antara pihak
manajemen perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan, berkaitan
dengan
informasi yang dikeluarkan tersebut. Asimetri informasi
dapat terjadi
diantara dua kondisi eksterim yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak
mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat
berpengaruh terhadap manajemen dan peringkat obligasi (Sartono dalam Pakarinti,
2012).
Asimetri informasi muncul karena adanya salah satu pihak yang mempunyai
informasi lebih baik, misalnya seorang manajer yang mengetahui informasi
mengenai prospek perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan para
investornya. Berkaitan dengan asimetri informasi, sangat sulit bagi para investor dan
kreditur untuk membedakan antara perusahaan yang berkualitas tinggi dan rendah.
Teori signal mengemukakan bagaimana seharusnya perusahaan memberikan
signal pada pengguna laporan keuangan. Informasi berupa pemberian peringkat
obligasi yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi signal kondisi keuangan
perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang
yang dimiliki (Raharja dan Sari, 2008).
2.1.2
Laporan Keuangan
2.1.2.1 Pengertian dan tujuan Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK No.1 paragraf ke-7,
2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Sedangkan tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
9
10
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi.
Laporan Keuangan yang lengkap biasanya meliputi laporan posisi keuangan
pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan
perubahan ekuitas selama periode, catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi
keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan
suatu kebijakan akuntansi secara retrospeksi atau membuat penyajian kembali pospos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya (PSAK No.1 paragraf ke-8, 2009).
Menurut IAS No.1 (2007) tujuan dari pelaporan keuangan adalah
menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, performa keuangan, dan arus kas
dari sebuah entitas yang bermanfaat seluas-luasnya bagi pengguna dalam membuat
keputusan ekonomi. Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai entitas seperti asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan
pengeluaran termasuk keuntungan (gain) ataupun kerugian (loss), contribusi yang
didapat dan kontribusi yang diberikan kepada pemilik, aliran kas. Informasi tersebut
ada bersamaan dengan catatan tambahan membantu pengguna laporan keuangan
dalam memprediksi masa depan arus kas perusahaan.
Laporan Keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang
berkepentingan pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Artinya laporan
keuangan digunakan untuk mengkomunikasikan informasi laporan keuangan dari
perusahaan dan kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut kepada para pihak-pihak yang
berkepentingan sehingga manajemen mendapatkan informasi yang bermanfaat
(Munawir dalam Pakarinti, 2012).
Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada BAPEPAM LK. Pelaporan
dan publikasi Laporan Keuangan Tahunan yang diaudit dan laporan tengah tahunan
yang tidak diaudit adalah bersifat sukarela. Laporan keuangan yang diserahkan
kepada BAPEPAM terdiri dari (1) neraca, (2) laporan laba-rugi, (3) laporan saldo
laba, (4) laporan arus kas, (5) catatan laporan keuangan, (6) laporan lain serta materi
penjelasannya yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan seperti :
Laporan komitmen dan kontijensi perubahan untuk emiten dan perusahaan publik
yang bergerak di bidang perbankan. Laporan keuangan yang ditetapkan harus sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
11
2.1.2.2 Pemakai Laporan Keuangan
Pemakai laporan keuangan menggunakan Laporan Keuangan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Menurut standar akuntansi
keuangan (Ikatan Akuntasi Indonesia, 2002 : 2-3) pemakai laporan keuangan terdiri
dari:
1.
Investor
Investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menanam atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2.
Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik kepada
informasi
mengenai
stabilitas,
profitabilitas
serta
informasi
yang
memungkinkan mereka menilai kemampuannya dalam memberikan balas
jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
3.
Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
4.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo.
5.
Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang atau tergantung pada perusahaan.
6.
Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan
dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk
mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar
untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
12
7.
Masyarakat
Perusahaan dapat memberikan kontribusi yang berarti pada perekonomian
nasional. Laporan Keuangan membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi
kecenderungan
dan
perkembangan
terakhir
kemakmuran
perusahaan dan rangkaian aktivitasnya.
Menurut Kimmel, Weygandt dan Kieso (2010) pengguna Laporan Keuangan
dapat dibagi menjadi:
1.
Pengguna internal (Internal Users/ Primary Users)
Informasi akuntansi disajikan kepada pengguna internal biasanya dalam
bentuk laporan manajemen, perencanaan, perkiraan (forecast) dan laporan
keuangan. Berikut ini merupakan pengguna internal laporan keuangan:
a)
Manajemen menggunakan laporan keuangan untuk menganalisis
performa dan posisi organisasi dan mengambil keputusan yang pantas
untuk memperbaiki hasil yang diinginkan perusahaan.
b)
Pegawai menggunakan laporan keuangan untuk menilai profitabilitas
perusahaan dan konsekuensi pemberian upah dan keamanan
pekerjaan.
c)
Pemilik
menggunakan
laporan
keuangan
untuk
menganalisi
kelangsungan hidup ekonomi dan profitabilitas dari investasi mereka
dan menentukan apakah ada tindakan yang harus dilakukan di masa
depan.
2.
Pengguna eksternal (External Users/ Secondary Users)
Pengguna eksternal laporan keuangan merupakan orang-orang di luar
perusahaan yang mempunyai kepentingan terhadap kondisi perusahaan.
a)
Kreditor menggunakan laporan keuangan untuk menentukan kredit
yang pantas untuk organisasi. Syarat-syarat kredit yang disesuaikan
oleh kreditor berdasarakan penilaian dari kesehatan laporan keuangan
perusahaan. Kreditor termasuk penyuplai atau pemberi pinjaman
keuangan seperti bank.
b)
Pegawai pajak menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk
menentukan kewajiban pajak yang harus dipenuhi perusahaan.
c)
Investor yang mana menganalisis kemungkinan investasi yang akan
terjadi pada perusahaan. Investor ingin memastikan mereka dapat
13
mendapatkan hasil yang memuaskan dari investasi mereka sebelum
mereka memasukan sumberdaya keuangan ke perusahaan.
d)
Pelanggan menggunakan laporan keuangan untuk menilai posisi
keuangan supplier yang mana sangat dibutuhkkan oleh mereka dalam
menjaga kesetabilan sumber bahan baku dalam jangka panjang serta
kualitas produk yang dihasilkan.
e)
Regulator (pemerintah) untuk meyakinkan bahwa penyajian informasi
keuangan perusahaan sudah sesuai dengan peraturan dan regulasi yang
dibuat untuk menjaga kepentingan pengguna yang bergantung kepada
informasi dalam membuat keputusan.
2.1.3
Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan ekspresi hubungan antara angka-angka laporan
keuangan sehingga menghasilkan informasi yang lebih bermakna. Analisis rasio
keuangan merupakan salah satu perwujudan ketentuan statement of financial
Accounting Concepts (SFAC) No. 1 yang pada intinya menyebutkan bahwa laporan
keuangan harus menyajikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam membuat keputusan yang rasional (Purwaningsih 2008).
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai
kinerja suatu perusahaan bedasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada
pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas). Rasio
menjelaskan hubungan atau perbandingan suatu jumlah item dengan jumlah item
lainnya. Analisis rasio dapat digunakan oleh pengguna eksternal laporan keuangan
baik itu investor maupun kreditor dalam melihat kondisi keuangan perusahaan serta
informasi akuntansi suatu keuangan yang digunakan untuk membuat pertimbangan
ataupun keputusan dimasa depan terhadap suatu perusahan.
Menurut Hanafi dan Halim (2003) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam analisi laporan keuangan yaitu:
1.
Dalam analisis, analisis juga harus mengindentifikasi adanya tren-tren
tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan lima atau enam tahun
barangkali bisa digunakan untuk melihat munculnya tren tertentu.
2.
Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik atau tidak. Untuk itu
diperlukan pembanding yang dapat digunakan untuk melihat baik atau
tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Angka rata-rata industri dapat
14
dan biasa digunakan sebagai pembanding. Meskipun angka rata-rata industri
ini barangkali bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena,
adanya perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan. Alternatif lain apabila
rata-rata industri tidak dapat dibandingkan, dapat dibandingkan dengan
perusahaan sejenis umumnya perusahaan yang memimpin industry.
3.
Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisi laporan keuangan
dengan hati-hati merupakan hal yang penting. Diskusi serta pernyataanpernyataan yang melengkapi laporan keuangan seperti strategi perusahaan,
rencana ekspansi atau restrukturisasi merupakan bagian penting yang harus
dimasukan dalam analisis.
4.
Analisis memungkinkan akan membutuhkan informasi lain. Kadangkala
semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis mendalam
laporan keuangan. Kadang informasi tambahan diluar laporan keuangan
diperlukan untuk analisi yang lebih tajam lagi.
Munawir (2002) menyatakan beberapa manfaat rasio keuangan :
1.
Untuk keperluan pengukuran kerja keuangan secara menyeluruh (over all
measures).
2.
Untuk keperluan pengukuran profitabilitas atau rentabilitas, kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari operasinya (profitability
measures).
3.
Untuk keperluan pengujian investasi (test of investment utilization).
Menurut Gibson (2011) rasio keuangan umumnya di ungkapkan dalam
bentuk persen atau waktu per periode. Rasio dapat diartikan sebagai pembandingan
dengan (1) rasio terdahulu (2) rasio pesaing (3) rasio industry dan (4) standar yang
ditentukan. Rasio dapat dihitung dari berbagai pasangan angka. Rasio keuangan yang
terlihat dalam laporan keuangan suatu perusahaan dapat digunakan untuk melihat
kinerja perusahaan tersebut. Rasio keuangan merupakan alat untuk mengetahui
performa perusahaan.
Rasio-rasio keuangan menjelaskan hubungan dan indikator keuangan yang
terjadi dalam perusahaan. Menganalisa kinerja perusahaan dilakukan dengan
membandingkan rasio keuangan perusahaan tahun ini dengan rasio-rasio keuangan
tahun-tahun sebelumnya untuk melihat tren atau perubahaan kinerja perusahaan dari
tahun ke tahun. Selain itu, kinerja perusahaan dapat juga dilihat dengan
membandingkan rasio keuangan perusahaan tersebut dengan rata-rata industrinya
15
untuk melihat seberapa baik kinerja suatu perusahaan jika dibandingkan dengan ratarata industrinya (Helfret dalam Pakarinti 2012).
2.1.3.1 Rasio Leverage
Leverage merupakan rasio untuk menentukan proporsi jumlah utang dan
modal terhadap aktiva yang dimiliki. Dimana aktiva perusahaan dapat diketahui
bersumber dari utang atau dari modal pemilik perusahaan. Jika suatu perusahaan
tidak memiliki rasio ini dapat dipastikan perusahaan tersebut mendanai aktivitasnya
dengan modal sendiri.
Menurut Amrullah (2007) pemakaian utang memiliki tiga dimensi:
1.
Pemberian kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit
yang diberikan.
2.
Dengan penggunaan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan
keuntungan akan meningkat.
3.
Dengan menggunakan hutang maka pemilik memperoleh dana dan tidak
kehilangan kendali perusahaan. Para investor maupun kreditor akan
mendapatkan manfaat sepanjang laba atas hutang perusahaan melebihi biaya
bunga dan apabila terjadi kenaikan pada nilai pasar sekuritas.
Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan
perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan (Raharja dan Sari, 2008). Hal ini melihat bahwa
tingkat leverage yang tinggi membuat perusahaan cendrung susah untuk memenuhi
kewajibannya. Rasio leverage dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
Total Liabilitas: penjumlahan dari utang jangka pendek dan utang jangka panjang
Total Ekuitas: kekayaan bersih perusahaan, diformulasikan sebagaai total aktiva
dikurangi total liabilitas.
16
2.1.3.2 Rasio Likuiditas
Menurut Gibson (2011) rasio likuiditas menilai kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini juga termasuk rasio yang
menilai efisiensi pengguanaan asset lancar dan utang lancar.
Likuiditas perusahan, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan
oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas yang
meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Dari aset lancar tersebut,
persediaan merupakan aset lancar yang paling kurang liquid dibanding dengan yang
lainnya. Jadi semakin tinggi rasio likuditas ini berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Dalam penelitian yang Raharja dan Sari (2008) menemukan adanya
hubungan antara likuiditas dengan
peringkat utang. Semakin tinggi likuiditas
perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut. Rasio likuiditas
dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
Aktiva lancar: uang kas dan aktiva-aktiva yang direalisasi menjadi uang kas atau
dijual atau dikonsumsi selama siklus usaha perusahaan yang normal atau dalam
waktu satu tahun.
Kewajiban lancar: kewajiban yang pelunasannya diharapkan menggunakan sumber
daya yang digolongkan sebagai aktiva lancar atau utang lancar lainnya yang jatuh
tempo dalam waktu kurang dari satu tahun.
2.1.3.3 Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya ketika perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Dengan
17
demikian solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua
kewajibannya atau utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Penelitian Raharja dan Sari (2008) menemukan bahwa rasio solvabilitas
cenderung signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Semakin kecil
angka rasio solvabilitas maka semakin kecil angka fleksibilitas keuangan perusahaan
serta semakin besar kemungkinan perusahaan menghadapi masalah keuangan dimasa
yang datang. Semakin tinggi tingkat solvabilitas perusahaan semakin baik peringkat
perusahaan tersebut. Rasio solvabilitas dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
Arus kas dari operasi: semua arus kas yang tidak didefinisikan sebagai kegiatan
investasi atau pendanaan
Total Liabilitas: penjumlahan dari utang jangka pendek dan utang jangka panjang
2.1.3.4 Rasio Profitabilitas
Menurut Gibson (2011) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Analisa profit merupakan urusan penting bago pemegang saham
karena mereka mendapatkan pendapatan dalam bentuk dividen. Lebih jauh lagi,
peningkatan profit dapat menyebabkan kenaikan harga pasar yang mengarah kepada
keuntungan modal. Profit juga sangat penting bagi kreditor karena profit adalah salah
satu sumber pendanaan untuk jaminan utang. Sedangkan manajemen menggunakan
profit sebagai penilian performa mereka.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini
memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan
keuntungan
bagi
perusahaan.
Tingkat
profitabilitas
yang
tinggi
dapat
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang
tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya. Menurut Raharja dan Sari (2008) semakin tinggi tingkat profitabilitas
18
perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar dan semakin
baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut. Rasio profitabilitas
dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
Laba bersih:kelebihan penghasilan atas biaya selama satu periode akuntansi
Total aktiva: penjumlahan dari aktiva lancar dan aktiva tetap yang merupakan harta
perusahaan secara keseluruhan
2.1.4
Kualitas Auditor
Para pengguna laporan keuangan umumnya akan mengambil keputusan
bedasarkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit. Dengan reputasi auditor yang
terkenal dan baik maka akan memberikan rasa percaya yang lebih bagi investor.
Salah satu faktor yang berkaitan dengan reputasi dari kantor akuntan publik
adalah kualitas dan prestige auditor. Peran dan tanggung jawab auditor sebenarnya
sudah diatur dalam Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan
oleh Auditing Standard Board(ABS). standar tersebut dalam pelaksanaannya sering
menimbulkan expectation gap, yaitu terjadinya perbedaan antara yang masyarakat
dan pemakai laporan keuangan percaya atau harapkan dari auditor dengan apa yang
auditor yakini sebagai tanggung jawab yang diberikan. Maka untuk memberikan
kepercayaan kepada klien, pemakaian laporan keuangan atau masyarakat pada
umumnya tentang kualitas atau mutu jasa. Dari diperlukannya kode etik pada setiap
profesi adalah kebutuhan akan yang diberikan karena melalui serangkaian
pertimbangan etika sebagaimana diatur dalam kode etik profesi ( Sejati, 2010).
Menurut Rinaningsih (2008) di Indonesia, perusahaan yang diaudit oleh
auditor Big-4 akan mempunyai obligasi yang investment grade dikarenakan semakin
tinggi reputasi auditor semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan mengalami
kegagalan. Adapun auditor Big-4 tersebut adalah Price Waterhouse Coopers (PWC),
Deloitte Touche Tohmatsu, Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) serta Ernst
and Young (EY)
19
2.1.5
Obligasi
2.1.5.1 Pengertian Obligasi
Obligasi adalah Dokumen bermaterai yang menyatakan bahwa penerbitnya
akan membayar kembali utang pokoknya pada waktu tertentu, dan secara berkala
akan membayar kupon kepada pemegang obligasi. Umumnya, obligasi diikat dengan
suatu jaminan yang dapat dijual untuk melunasi klaim jika emiten gagal membayar
kupon dan pokok pada saat jatuh tempo (Bank Indonesia, 2013)
Menurut Bursa Efek Indonesia obligasi (bond) merupakan “Sertifikat bukti
utang dan dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu baik
pemerintah maupun lembaga lainnya dengan tujuan mendapatkan modal. perusahaan
membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan
secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang tersebut pada saat jatuh
tempo dengan mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang
terutang. Dengan demikian obligasi dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen
pasar modal yang memberikan pendapatan tetap (fixed-income securities) bagi
pemegang obligasi.”
Obligasi menjadi salah satu sumber pendanaan bagi pemerintah dan
perusahaan yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederana, obligasi
merupakan surat berharga yang dikeluarkan ole penerbit kepada investor, dimana
penerbit akan memberikan suatu imbal hasil berupa kupon yang dibayarkan secara
berkala dan nilai pokok ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo (Manurung
2009).
Menurut Sunariyah (2004) obligasi adalah sekuritas berpendapatan tetap
(fixed income securities) yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian hutang.
Sebagai sekuritas pendapatan tetap, obligasi memberikan penghasilan secara
periodic. obligasi mepunyai beberapa karakteristik seperti sekuritas lainnya, yaitu
obligasi merupakan surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum, memiliki
jangka waktu tertentu atau jatuh tempo, memberikan pendapatan tetap secara
periodik (kupon), mempunyai nilai nominal.
Darmadji dan Fakhruddin (2009) obligasi adalah surat berharga yang
menunjukan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat
dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.
20
2.1.5.2 Manfaat obligasi
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2009) sebagai sebuah instrumen, obligasi
menawarkan beberapa manfaat antara lain:
a.
Memberikan pendapatan tetap berupa kupon, yang mana hal ini merupakan
ciri utama obligasi, yaitu pemegang obligasi akan menerima pendapatan
berupa bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi. Bunga yang
ditawarkan obligasi umumnya lebih tinggi daripada bunga yang diberikan
deposito. kupon yang diterima investor dapat berupa kupon dengan tingkat
bunga tetap, kupon dengan tingkat bunga mengambang, dan kupon dengan
tingkat bunga kombinasi. Disamping itu jika perusahaan penerbit mengalami
likuidasi atau bubar, maka pemegang obligasi memiliki hak yang lebih tinggi
atas kekayaan perusahaan dibanding dengan pemegang saham.
b.
Keuntungan
atas
penjualan
obligasi.
pemegang
obligasi
dapat
memperjualbelikan obligasi yang dimiliknya. Jika menjual lebih tinggi
disbanding dengan harga belinya, maka tentu saja pemegang obligasi tersebut
mendapatkan selisih yang disebut dengan capital gain.
Tingkat bunga obligssi bersifat konstan, dalam arti tidak dipengaruhi harga
pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan
diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang
akan diterima pemegang obligasi. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat
diprediksi, maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih
baik, dibandingkan dengan portofolio saham.
2.1.5.3 Karakter obligasi
Sebagai instrument atau efek utang (debt securities), obligasi memiliki
beberapa karakteristik, antara lain :
1.
Memiliki masa jatuh tempo
Tanggal jatuh tempo merupakan umur obligasi dimana nilai nominal obligasi
harus dibayar. Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau berakhirnya
masa pinjaman (maturity). Dimana masa nerlaku suatu obligasi sudah
ditentukan secara pasti pada saat obligasi tersebut diterbitkan.
21
2.
Nilai pokok utang (nilai nominal)
Nilai nominal adalah nilai nominal pokok obligasi yang ditetapkan oleh
emoten pada saat obligasi tersebut ditawarkan emitem kepada investor.
3.
Nilai intrinsik
Nilai intrinsik merupakan nilai teoritis dari suatu obligasi. Diperoleh dari
hasil estimasi nilai saat ini (Present Value) dari semua aliran kas obligasi
dimasa yang akan datang. Nilai intrinsik obligasi dipengaruhi oleh tingkat
kupon yang diberikan, waktu jatuh tempo, dan nilai nominalnya.
4.
Kupon obligasi
Pendapatan utama pemegang obligasi yang dibayar oleh oerusahaan penerbit
obligasi pada waktu-waktu yang telah ditentukan kepada pemilik obligasi.
5.
Peringkat obligasi
Peringkat obligasi adalah skala risiko atau tingkat keamanan suatu obligasi
yang diterbitkan. Agen pemeringkat akan memberikan penilaian atas obligasi
emiten dengan dua kategori yaitu investment grade dan non-investment
grade
6.
Provisi penarikan
Provisi penarikan
merupakan provisi dalam kontrak obligasi yang
memberikan hak kepada penerbit untuk menebus obligasi pada jangka waktu
tertentu sebelum tanggal jatuh tempo normal. Besarnya provisi penarikan
lebih tinggi dari nilai nominalnya, selisihnya disebut premi penarikan.
7.
Dana pelunasan
Premi dana pelunasan merupakan provisi dalam kontrak obligasi yang
mengharuskan penerbit untuk menarik sebagian dari obligasi setiap tahun.
22
8.
Indentiture
Identiture adalah dokumen legal yang memuat hak-hak pemegang obligasi
dan emiten obligasi. Dokumen tersebut mencakup spesifikasi tertentu seperti
waktu jatuh tempo obligasi, waktu pembayaran bunga dan lain sebagainya.
9.
Tingkat penghasilan sekarang
Tingkat pengahasilan sekarang merupakan rasio pembayaran tahunan
terhadap harga obligasi di pasar.
10.
Dapat diperjualbelikan
Sebagai surat berharga, obligasi dapat diperjualbelikan seperti halnya saham.
Jika suatu saat nilai obligasi meningkat, maka pemegang obligasi dapat
menjual obligasi tersebut melalui dealer atau pialang obligasi. Dimana
pialang obligasi akan menerima fee atas transaksi obligasi tersebut.
2.1.5.4 Jenis obligasi
1.
Obligasi berdasarkan penerbitnya
1)
Obligasi korporasi (corporate bond)
Obligasi yang diterbitkan perusahaan, baik perusahaan publik maupun
perusahaan non publik. Biasanya obligasi yang dikeluarkan oleh
korporasi dalam rangka memenuhi struktur pemodalan. Obligasi
korporasi menarik karena memberikan kupon yang relatif tinggi.
2)
Obligasi Pemerintah
Obligasi pemerintah merupakan obligasi atau surat utang yang
dikeluarkan pemerintah suatu Negara. Di Indonesia, jenis obligasi ini
terbagi atas obligasi rekap, obligasi penjamin, dan Surat Utang Negara
(SUN)
3)
Obligasi Pemerintah Daerah
Obligasi Pemerintah daerah merupakan obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah, baik itu Pemda Tingkat I, Tingkat II maupun
instansi pemerintah lainnya.
23
2.
Obligasi berdasarkan call feature
1)
Freely Callable Bond
Freely callable artinya penerbit obligasi dapat menariknya tiap waktu
sebelum
jatuh tempo. Jenis obligasi ini memberikan keuntungan
kepada penerbitnya karena jika suku bunga obligasi lebih tinggi dari
suku bunga pinjaman, maka penerbitakan memberli kembali obligasi.
2)
Non Callable Bond
Non callable
artinya penerbit tidak dapat menarik atau membeli
kembali obligasi yang telah diterbitkannya sebelum jatuh tempo
obligasi berakhir. Namun penerbit dapat membelinya melalui
mekanisme pasar.
3)
Deferred Call Bond
Deferred call merupakan obligasi yang mempunyai kombinasi antara
freely callable bond dan non callable bond dimana penerbit
mempunyai periode waktu untuk tidak dapat membeli kembali
obligasinya, setelah periode waktu tersebut maka penerbit dapat
membeli obligasinya kembali.
3.
Obligasi berdasarkan jenis jaminan (collateral)
1)
Secured Bond
Obligasi yang dijamin (secured bond) mertupakan obligasi yang
dijamin dengan aktiva atau kekayaan tertentu dari penerbitnya atau
jaminan lain dari pihak ketiga. Termasuk dalam kelompok ini (i)
Guaranted Bond, yaitu obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin dengan penanggungan pihak ketiga; (ii) Mortgage Bond, yaitu
obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan
bangunan hipotek atas property atau aktiva tetap penerbit; (iii)
Collateral trust bond, yaitu obligasi yang dijamin dengan surat
berharga yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya anak
perusahaan.
2)
Unsecured Bond
Unsecured bond yakni obligasi yang hanya dijamin dengan janji
penerbit untuk membayar bunga dan prinsipal berdasarkan: (i) Tanda
Hutang (debenture), yaitu tuntutan atau hak atas penghasilan penerbit
setelah hak dari obligasi lain; (ii) Obligasi Penghasilan (income bond),
24
yaitu hutang yang bunganya dibayar hanya setelah penghasilan
penerbit mencapai jumlah tertentu.
4.
Obligasi berdasarkan pemegangnya
1)
Obligasi Atas Nama (Register Bond)
Obligasi ini merupakan obligasi yang dikeluarkan kepada pemilik
tertentu, dan nama dari pemegang obligasi secara formal terdaftar
pada penerbit dan bunga dibayar otomatis kepada pemilik.
2)
Obligasi Atas Unjuk (Bearer Bond)
Obligasi yang ini merupakan obligasi yang pemeganganya dianggap
sebagai pemilik obligasi tersebut, dan penerbit tidak mendaftar nama
pemilik dan bunga dibayar berdasarkan kupon.
5.
Berdasarkan sistem pembayaran bunga
1)
Coupon Bond
Coupon Bond yaitu obligasi yang bunganya dibayarkan secara
periodik, ada yang setiap triwulan, semesteran, atau tahunan. Pada
surat berharga obligasi yang diterima oleh investor terdapat bagian
yang dapat dirobek untuk mengambil bunga dari obligasi tersebut
yang disebut kupon obligasi
2)
Zero Coupon Bond
Zero Coupon Bond
merupakan obligasi yang
tidak mempunyai
kupon, sehingga investor tidak menerima bunga secara periodik.
Namun bunga langsung dibayarkan sekaligus pada saat pembelian.
Obligasi Berdasarkan Tingkat Bunga
6.
Obligasi berdasarkan tingkat bunga
1)
Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond)
Obligasi dimana bunga pada obligasi tersebut ditetapkan pada awal
penjualan obligasi dan tidak berubah sampai masa jatuh tempo.
2)
Obligasi dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond)
Obligasi dimana besar bunganya tidak dipatok tetao, melainkan
bedasarkan ukuran tertentu. Misalnya obligasi PT.A diterbitkan selam
lima tahun dengan bunga 2% diatas SBI.
3)
Obligasi dengan Bunga Campuran (Mixed Rate Bond)
Obligasi dengan bunga campuran
yaitu obligasi yang merupakan
gabungan dari obligasi dengan bunga tetap dan dengan bunga
25
mangambang. Bunga tetap ini ditetapkan untuk periode tertentu
biasanya pada periode awal dan selanjutnya bunganya mengambang
7.
Obligasi berdasarkan peringkatnya
1)
Investment grade Bonds
Peringkat minimal A. Merupakan obligasiyang layak untuk dijadikan
investasi dan memiliki risiko yang tidak terlalu besar.
2)
Non Invetsment grade Bonds
Merupakan obligasi yang memiliki peringkat dibawah investment
grade. Disebut junk karena obligasi ini lebih berisiko dari obligasi
yang berkategori investment grade.
Menurut Muljana dan Tamburan (2003) terdapat beberapa jenis obligasi yang tidak
di sebut diatas yaitu:
1) Convertible Bond (Obligasi konvertible) merupakan jenis obligasi yang daat
dikonversikan menjadi saham dari perusahaan penerbit obligasi dan biasanya
pada rasio pertukaran yang sudah ditentukan terlebih dahulu pada penerbitan
obligasi tersebut
2) Obligasi inflasi atau lebih dikenal dengan sebutan (Inflation linked bond),
dimana nilai pokok utang pada obligasi tersebut adalah mengacu pada indeks
inflasi. Suku bunga pada obligasi jenis ini lebih rendah daripada obligasi suku
bunga tetap.
2.1.5.5 Risiko investasi obligasi
Obligasi berdasarkan sudut pandang investor, merupakan suatu aset (financial
asset), yaitu: suatu sekuritas yang dapat memberikan pendapatan tetap sehingga
dianggap berbobot risiko. Bagi investor yang selalu mengelak risiko, maka investasi
dalam obligasi adalah instrumen yang paling tepat.
Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi
obligasi (Bringham dan Houston, 2001), yaitu:
a.
Risiko suku bunga atau risiko tingkat bunga
Pada umunya harga obligasi bergerak berlawanan arah terhadap perubahan
suku bunga. Apabila suku bunga naik, harga obligasi akan turun, dan
sebaliknya. Bagi investor yang merencanakan untuk menyimpan obligasi
sampai jatuh tempo, perubahan harga obligasi sebelum maturity tidak
menarik perhatiannya akan tetapi bagi investor yang ingin menjual obligasi
26
sebelum jatuh tempo, suatu kenaikan suku bunga setelah membeli obligasi
berarti adalah capital loss yang direalisasikan. Risiko tersebut disebut interest
rate risk atau disebut juga price risk. Kenaikan tingkat bunga pasar
menyebabkan menurunnya harga obligasi karena sebesar apapun tingkat
bunga pasar mengalami peningkatan, pemegang obligasi tetap hanya akan
menerima tingkat bunga yang sudah ditetapkan.
b.
Reinvestment risk (Risiko reinvestasi)
Pendapatan obligasi berasal dari: (a) pembayaran suku bunga dari kupon; (b)
setiap capital gain atau capital loss bila obligasi itu dicairkan, dijual atau
jatuh tempo; (c) bunga yang diperoleh dari reinvestasi interim cash flow.
Agar seorang investor merealisasikan suatu yield sama dengan yield pada
saat obligasi dibeli, interim cash flow tersebut harus diinvestasikan pada
suku bunga sama dengan yield yang ditentukan pada saat obligasi dibeli.
Risiko bahwa interim cash flow akan diinvestasikan dengan suku bunga yang
lebih rendah dan investor akan menerima yield yang lebih rendah daripada
yield pada saat obligasi dibeli disebut reinvestment risk.
c.
Default risk (Risiko bangkrut atau Risiko kredit)
Risiko kredit, yaitu risiko bahwa emiten akan tidak mampu memenuhi
pembayaran bunga dan pokok hutang, sesuai dengan kontrak. Obligasi
perusahaan mempunyai default risk yang lebih besar daripada obligasi
pemerintah. Tidak bagi masyarakat umum untuk melihat besar kecilnya risiko
ini. Cara terbaik untuk melihat risiko ini adalah dengan terus memonitor
peringkat yang diberikan oleh perusahaan efek. Di Indonesia badan tersebut
dikenal dengan Pemeringkat Efek Indonesia (PT. PEFINDO). Obligasi yang
paling aman diberi peringkat AAA dan yang paling tidak aman atau paling
banyak risikonya diberi peringkat D.
d.
Call Risk (Risiko waktu)
Risiko ini melekat pada callable bonds, yakni obligasi yang dapat ditarik
sewaktu-waktu oleh emitennya dengan harga yang telah ditetapkan. Risiko
waktu terjadi jika: (a) pola aliran kas emiten tidak pasti; (b) penarikan
dilakukan pada saat suku bunga rendah dan (c) potensi kenaikan harga
obligasi lebih tinggi dari harga call-nya.
27
e.
Risiko Inflasi
Risiko inflasi disebut pula risiko terhadap daya beli. Risiko inflasi merupakan
risiko bahwa return yang direalisasikan dalam investasi obligasi tidak akan
cukup untuk menutupi kerugian menurunnya daya beli yang disebabkan
inflasi. Bila inflasi meningkat dan tingkat bunga obligasi tetap, maka terjadi
penurunan daya beli yang harus ditanggung investor.
f.
Risiko kurs valuta asing
Orang Indonesia yang membeli obligasi perusahaan di negara lain dapat
mengalami kerugian perbedaan kurs valuta asing (foreign exchange risk).
g.
Market ability risk (risiko likuidasi)
Yakni risiko yang mengacu pada seberapa mudah investor dapat menjual
obligasinya, sedekat mungkin dengan nilai dari obligasi tersebut. Cara untuk
mengukur likuiditas adalah dengan melihat besarnya spead (selisih) antara
harga permintaan dan harga penawarannya yang dipasang oleh perantara
pedagang efek. Semakin besar spead tersebut, makin besar risiko likuiditas
yang dihadapi.
h.
Event risk
Seringkali kemampuan emiten untuk membayar bunga dan pokok hutang
tanpa terduga berubah karena, bencana alam dan pengambilalihan.
2.1.5.6 Faktor –faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi
Dalam penelitian Adrian (2011) Bringham dan Houston berpendapat bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi adalah:
1.
Berbagai macam risiko rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current
ratio, profitabilitas dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio
keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut.
2.
Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila
obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka ratingpun akan
membaik.
3.
Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi
lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih
rendah dari yang seharusnya.
4.
Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang
kuat maka emiten diberi rating yang kuat.
28
5.
Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman
sedikit demi sedikit setiap bulan).
6.
Umur obligasi. Dengan asumsi Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang
lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.
7.
Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8.
Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.
9.
Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk.
10.
Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif
mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.
Metodologi yang digunakan PEFINDO dalam proses pemeringkatan untuk
sektor perusahan mencakup tiga risiko utama penilaian, yaitu:
1.
Risiko Industri (Industry Risks)
Metode dilakukan berdasarkan analisis mendalam terhadap lima faktor risiko
utama, yaitu pertumbuhan industri & stabilitas (Growth & Stability),
pendapatan & struktur biaya (Revenue & Cost Structure), hambatan masuk
dan tingkat persaingan dalam industri (barriers to entry & competition),
regulasi & de-regulasi industri (regulatory framework), dan profil keuangan
dari industri (financial profile).
2.
Risiko Finansial (Financial Risks)
Metode dilakukan berdasarkan analisis menyeluruh dan rinci pada lima
bidang utama, yang mencakup kebijakan keuangan manajemen perusahaan
(financial policy), dan empat indikator keuangan termasuk profitabilitas
(profitability), struktur modal (capital structure), perlindungan arus kas (cash
flow protection) dan fleksibilitas keuangan (financial flexibility).
3.
Risiko Bisnis (Business Risks)
Metode dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor kunci kesuksesan (Key
Success Factors) dari industri dimana perusahaan digolongkan. Selain itu
juga dilakukan analisis perbandingan terhadap pesaing-pesaing sejenis dalam
industri yang sama maupun industri itu sendiri dengan industri lainnya.
2.1.5.7 Peringkat obligasi
Peringkat obligasi merupakan sebuah pernyataan tentang kondisi penghutang
dan kemungkinan apa saja yang dapat dan akan dilakukan berhubungan dengan
29
utang yang dimiliki. Dapat dikatakan bahwa peringkat mencoba untuk mengukur
risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya (Sari 2004).
Peringkat obligasi perusahaan diharapkan dapat memberikan petunjuk bagi
investor tentang kualitas investasi obligasi perusahaan yang mereka minati.Investor
bisa menggunakan jasa credit rating agency yang memberikan jasa penilaian
terhadap obligasi yang beredar untuk mendapatkan informasi mengenai rating
obligasi.
Seorang
investor
yang
hendak
membeli
obligasi
tentunya
harus
memperhatikan peringkat obligasi. Peringkat obligasi merupakan skala risiko bagi
suatu obligasi yang dijualbeli. Skala risiko ini menunjukan seberapa aman suatu
obligasi bagi seorang investor. Keamanan ini menunjukan kemampuan perusahaan
dalam membayar bunga serta pokok pinjaman pada waktu jatuh tempo.
PT. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat yang terdapat di Indonesia.
PEFINDO mempublikasikan peringkat obligasi setiap bulan. Selain kegiatan rating,
PEFINDO juga memproduksi & mempublikasikan informasi kredit yang berkaitan
dengan utang pasar modal.
Produk publikasi ini meliputi opini kredit pada
perusahaan-perusahaan besar yang telah mengeluarkan obligasi dan sektor yang
mendasarinya. Untuk meningkatkan metodologi dan kriteria penilaian serta proses
penilaian, PEFINDO didukung melalui afiliasi mitra global, yaitu Standard & Poor's
Rating Services (S & P's). PEFINDO juga terus secara aktif berpartisipasi dalam
Asian Credit Rating Agencies Association (ACRAA).
Tabel peringkat utang jangka panjang dan menengah yang dipakai oleh
PEFINDO dapat dilihat pada Lampiran 5.
2.3
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah leverage, likuiditas,
solvabilitas dan profitabilitas memiliki pengaruh pada peringkat obligasi dengan
kualitas audit sebagai variabel pemoderasi, adapunkerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut:
30
Leverage
H
H12
Likuiditas
H3
Peringkat Obligasi
Solvabilitas
H4
Profitabilitas
Gambar 2.1 model 1
Leverage
Likuiditas
Peringkat Obligasi
Solvabilitas
Profitabilitas
H5-H8
Kualitas Auditor
Gambar 2.2 model 2
2.4
Hipotesis
1.
Leverage
Rasio leverage merupakan perbandingan antara dana yang berasal dari
pemilik dan dana yang berasal dari kreditur (utang). Semakin tinggi rasio ini berarti
sebagian besar aset didanai dari utang.Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan
dihadapkan pada default risk atau peringakat obligasi yang rendah.
Semakin tinggi rasio leverage, maka semakin besar risiko pula kegagalan
perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya, sehingga semakin rendah pula
peringkat obligasi yang diberikan pada perusahaan tersebut (Purwaningsih, 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amrullah (2007), Raharja dan Sari
(2008) menemukan bahwa rasio leverage secara signifikan dapat digunakan untuk
31
memprediksi peringkat obligasi.Hasil Mungniyati dan Pradipta (2013) menemukan
bahwa rasio
leverage
mempunyai
effek
dalam
memperngaruhi
peringkat
obligasi.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H1: Leverage berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
2.
Likuiditas
Likuiditas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajibanjangka pendeknya. Semakin tinggi tingkat rasio perusahaan tersebut, maka
semakin tinggi posisi likuiditas perusahaan tersebut. Tingkat likuiditas dapat menjadi
faktor penting dalam peringkat obligasi. Penelitian Purwaningsih (2008) menemukan
hubungan yang positif antara likuiditas dengan credit rating.
Semakin tinggi likuiditas perusahaan, semakin baik pula peringkat obligasi
yang diberikan kepada perusahaan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Raharja dan Sari (2008) dan Manurung (2009) menemukan bahwa rasio likuiditas
secara signifikan dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi. Bedasarkan
uraian tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah
H2: Likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi
3.
Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhisegala
kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Tingkat
solvabilitas yang tinggi memperlihatkan perusahaan mempunyai kemampuan untuk
melunasi segala kewajibanya tepat pada waktunya. Solvabilitas perusahaan yang
tinggi akan berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini sesuai dengan penelitian
Horrigan (1966) dalam Sari (2008) yang menemukan bahwa rasio solvabilitas
cenderung signifikan berpengaruh positif
terhadap peringkat obligasi. Dengan
demikian, hipotesis yag diajukan adalah sebagai berikut:
H3: Solvabilitas berpengaruh terhadap peringkat obligasi
4.
Profitabilitas
Rasio Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba
baik dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun laba bagi modal
sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan
beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan, atau dengan kata lain
profitabilias mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan (Rahardja dan Sari ,
2008).
32
Menurut Purwaningsih (2008:92), semakin tinggi tingkat profitabilitas
perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (default),
sehingga semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amrullah (2007), Raharja dan Sari
(2008) dan Manurung (2009) menemukan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan
dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi.
Hasil penelitian Mungniyati dan Pradipta (2013) menyatakan profitabilitas
dalam rasio ROA mempunyai pengaruh terhadap peringkat obligasi.Berdasarkan
uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H4: Profitabilitas berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
5.
Kualitas auditor
Kualitas auditor menunjukkan keandalan dan transparansi informasi
keuangan perusahaan (Sengupta dalam Risnaningsih (2009). KAP
Big-4 akan
memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non Big-4.
Karena audit oleh KAP Big-4 diharapkan akan dapat memberikan peringkat surat
utang yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh
KAP non Big-4. KAP Big-4 sudah mempunyai standar internasional dalam
prosedur sehingga diharapkan opini yang dihasilkan independen, maka akan
mengurangi
agency risk,
dan menurunkan
default risk
yang pada akhirnya
meningkatkan peringkat obligasi perusahaan tersebut.
DeAngelo (1981) dalam Ebrahim (2001) menyatakan bahwa kualitas audit yang
dilakukan oleh akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP yang melakukan audit.
KAP besar (big four accounting firms) dipersepsikan akanmelakukan audit dengan
lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP kecil (non big four accounting firm).
Hal tersebut terjadi karena KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya dan lebih
banyak klien sehingga mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja.
Hal tersebut akan membuat KAP besar (big four accounting firms) memiliki
independensi yang tinggi karena mereka tidak takut kehilangan klien yang menyuruh
mereka melakukan rekayasa terhadap opini yang mereka keluarkan.
H5: Kualitas auditormemoderasi pengaruh leverage, terhadap peringkat
obligasi.
H6: Kualitas auditor memoderasi pengaruh likuiditas, terhadap peringkat
obligasi.
33
H7: Kualitas auditor memoderasi pengaruh solvabilitas, terhadap peringkat
obligasi.
H8: Kualitas auditor memoderasi pengaruh profitabilitas, terhadap peringkat
obligasi.
34
Download