BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Signal Teori signal menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan, berkaitan dengan informasi yang dikeluarkan tersebut. Asimetri informasi dapat terjadi diantara dua kondisi eksterim yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan peringkat obligasi (Sartono dalam Pakarinti, 2012). Asimetri informasi muncul karena adanya salah satu pihak yang mempunyai informasi lebih baik, misalnya seorang manajer yang mengetahui informasi mengenai prospek perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan para investornya. Berkaitan dengan asimetri informasi, sangat sulit bagi para investor dan kreditur untuk membedakan antara perusahaan yang berkualitas tinggi dan rendah. Teori signal mengemukakan bagaimana seharusnya perusahaan memberikan signal pada pengguna laporan keuangan. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi signal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki (Raharja dan Sari, 2008). 2.1.2 Laporan Keuangan 2.1.2.1 Pengertian dan tujuan Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK No.1 paragraf ke-7, 2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Sedangkan tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas 9 10 entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan Keuangan yang lengkap biasanya meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospeksi atau membuat penyajian kembali pospos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya (PSAK No.1 paragraf ke-8, 2009). Menurut IAS No.1 (2007) tujuan dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, performa keuangan, dan arus kas dari sebuah entitas yang bermanfaat seluas-luasnya bagi pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas seperti asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan pengeluaran termasuk keuntungan (gain) ataupun kerugian (loss), contribusi yang didapat dan kontribusi yang diberikan kepada pemilik, aliran kas. Informasi tersebut ada bersamaan dengan catatan tambahan membantu pengguna laporan keuangan dalam memprediksi masa depan arus kas perusahaan. Laporan Keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Artinya laporan keuangan digunakan untuk mengkomunikasikan informasi laporan keuangan dari perusahaan dan kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut kepada para pihak-pihak yang berkepentingan sehingga manajemen mendapatkan informasi yang bermanfaat (Munawir dalam Pakarinti, 2012). Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada BAPEPAM LK. Pelaporan dan publikasi Laporan Keuangan Tahunan yang diaudit dan laporan tengah tahunan yang tidak diaudit adalah bersifat sukarela. Laporan keuangan yang diserahkan kepada BAPEPAM terdiri dari (1) neraca, (2) laporan laba-rugi, (3) laporan saldo laba, (4) laporan arus kas, (5) catatan laporan keuangan, (6) laporan lain serta materi penjelasannya yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan seperti : Laporan komitmen dan kontijensi perubahan untuk emiten dan perusahaan publik yang bergerak di bidang perbankan. Laporan keuangan yang ditetapkan harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). 11 2.1.2.2 Pemakai Laporan Keuangan Pemakai laporan keuangan menggunakan Laporan Keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Menurut standar akuntansi keuangan (Ikatan Akuntasi Indonesia, 2002 : 2-3) pemakai laporan keuangan terdiri dari: 1. Investor Investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menanam atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik kepada informasi mengenai stabilitas, profitabilitas serta informasi yang memungkinkan mereka menilai kemampuannya dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. 5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 12 7. Masyarakat Perusahaan dapat memberikan kontribusi yang berarti pada perekonomian nasional. Laporan Keuangan membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan dan rangkaian aktivitasnya. Menurut Kimmel, Weygandt dan Kieso (2010) pengguna Laporan Keuangan dapat dibagi menjadi: 1. Pengguna internal (Internal Users/ Primary Users) Informasi akuntansi disajikan kepada pengguna internal biasanya dalam bentuk laporan manajemen, perencanaan, perkiraan (forecast) dan laporan keuangan. Berikut ini merupakan pengguna internal laporan keuangan: a) Manajemen menggunakan laporan keuangan untuk menganalisis performa dan posisi organisasi dan mengambil keputusan yang pantas untuk memperbaiki hasil yang diinginkan perusahaan. b) Pegawai menggunakan laporan keuangan untuk menilai profitabilitas perusahaan dan konsekuensi pemberian upah dan keamanan pekerjaan. c) Pemilik menggunakan laporan keuangan untuk menganalisi kelangsungan hidup ekonomi dan profitabilitas dari investasi mereka dan menentukan apakah ada tindakan yang harus dilakukan di masa depan. 2. Pengguna eksternal (External Users/ Secondary Users) Pengguna eksternal laporan keuangan merupakan orang-orang di luar perusahaan yang mempunyai kepentingan terhadap kondisi perusahaan. a) Kreditor menggunakan laporan keuangan untuk menentukan kredit yang pantas untuk organisasi. Syarat-syarat kredit yang disesuaikan oleh kreditor berdasarakan penilaian dari kesehatan laporan keuangan perusahaan. Kreditor termasuk penyuplai atau pemberi pinjaman keuangan seperti bank. b) Pegawai pajak menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk menentukan kewajiban pajak yang harus dipenuhi perusahaan. c) Investor yang mana menganalisis kemungkinan investasi yang akan terjadi pada perusahaan. Investor ingin memastikan mereka dapat 13 mendapatkan hasil yang memuaskan dari investasi mereka sebelum mereka memasukan sumberdaya keuangan ke perusahaan. d) Pelanggan menggunakan laporan keuangan untuk menilai posisi keuangan supplier yang mana sangat dibutuhkkan oleh mereka dalam menjaga kesetabilan sumber bahan baku dalam jangka panjang serta kualitas produk yang dihasilkan. e) Regulator (pemerintah) untuk meyakinkan bahwa penyajian informasi keuangan perusahaan sudah sesuai dengan peraturan dan regulasi yang dibuat untuk menjaga kepentingan pengguna yang bergantung kepada informasi dalam membuat keputusan. 2.1.3 Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan ekspresi hubungan antara angka-angka laporan keuangan sehingga menghasilkan informasi yang lebih bermakna. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu perwujudan ketentuan statement of financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1 yang pada intinya menyebutkan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan yang rasional (Purwaningsih 2008). Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan bedasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas). Rasio menjelaskan hubungan atau perbandingan suatu jumlah item dengan jumlah item lainnya. Analisis rasio dapat digunakan oleh pengguna eksternal laporan keuangan baik itu investor maupun kreditor dalam melihat kondisi keuangan perusahaan serta informasi akuntansi suatu keuangan yang digunakan untuk membuat pertimbangan ataupun keputusan dimasa depan terhadap suatu perusahan. Menurut Hanafi dan Halim (2003) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisi laporan keuangan yaitu: 1. Dalam analisis, analisis juga harus mengindentifikasi adanya tren-tren tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan lima atau enam tahun barangkali bisa digunakan untuk melihat munculnya tren tertentu. 2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik atau tidak. Untuk itu diperlukan pembanding yang dapat digunakan untuk melihat baik atau tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Angka rata-rata industri dapat 14 dan biasa digunakan sebagai pembanding. Meskipun angka rata-rata industri ini barangkali bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena, adanya perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak dapat dibandingkan, dapat dibandingkan dengan perusahaan sejenis umumnya perusahaan yang memimpin industry. 3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisi laporan keuangan dengan hati-hati merupakan hal yang penting. Diskusi serta pernyataanpernyataan yang melengkapi laporan keuangan seperti strategi perusahaan, rencana ekspansi atau restrukturisasi merupakan bagian penting yang harus dimasukan dalam analisis. 4. Analisis memungkinkan akan membutuhkan informasi lain. Kadangkala semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis mendalam laporan keuangan. Kadang informasi tambahan diluar laporan keuangan diperlukan untuk analisi yang lebih tajam lagi. Munawir (2002) menyatakan beberapa manfaat rasio keuangan : 1. Untuk keperluan pengukuran kerja keuangan secara menyeluruh (over all measures). 2. Untuk keperluan pengukuran profitabilitas atau rentabilitas, kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari operasinya (profitability measures). 3. Untuk keperluan pengujian investasi (test of investment utilization). Menurut Gibson (2011) rasio keuangan umumnya di ungkapkan dalam bentuk persen atau waktu per periode. Rasio dapat diartikan sebagai pembandingan dengan (1) rasio terdahulu (2) rasio pesaing (3) rasio industry dan (4) standar yang ditentukan. Rasio dapat dihitung dari berbagai pasangan angka. Rasio keuangan yang terlihat dalam laporan keuangan suatu perusahaan dapat digunakan untuk melihat kinerja perusahaan tersebut. Rasio keuangan merupakan alat untuk mengetahui performa perusahaan. Rasio-rasio keuangan menjelaskan hubungan dan indikator keuangan yang terjadi dalam perusahaan. Menganalisa kinerja perusahaan dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan tahun ini dengan rasio-rasio keuangan tahun-tahun sebelumnya untuk melihat tren atau perubahaan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Selain itu, kinerja perusahaan dapat juga dilihat dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan tersebut dengan rata-rata industrinya 15 untuk melihat seberapa baik kinerja suatu perusahaan jika dibandingkan dengan ratarata industrinya (Helfret dalam Pakarinti 2012). 2.1.3.1 Rasio Leverage Leverage merupakan rasio untuk menentukan proporsi jumlah utang dan modal terhadap aktiva yang dimiliki. Dimana aktiva perusahaan dapat diketahui bersumber dari utang atau dari modal pemilik perusahaan. Jika suatu perusahaan tidak memiliki rasio ini dapat dipastikan perusahaan tersebut mendanai aktivitasnya dengan modal sendiri. Menurut Amrullah (2007) pemakaian utang memiliki tiga dimensi: 1. Pemberian kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan. 2. Dengan penggunaan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan akan meningkat. 3. Dengan menggunakan hutang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan kendali perusahaan. Para investor maupun kreditor akan mendapatkan manfaat sepanjang laba atas hutang perusahaan melebihi biaya bunga dan apabila terjadi kenaikan pada nilai pasar sekuritas. Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Raharja dan Sari, 2008). Hal ini melihat bahwa tingkat leverage yang tinggi membuat perusahaan cendrung susah untuk memenuhi kewajibannya. Rasio leverage dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : Total Liabilitas: penjumlahan dari utang jangka pendek dan utang jangka panjang Total Ekuitas: kekayaan bersih perusahaan, diformulasikan sebagaai total aktiva dikurangi total liabilitas. 16 2.1.3.2 Rasio Likuiditas Menurut Gibson (2011) rasio likuiditas menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini juga termasuk rasio yang menilai efisiensi pengguanaan asset lancar dan utang lancar. Likuiditas perusahan, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Dari aset lancar tersebut, persediaan merupakan aset lancar yang paling kurang liquid dibanding dengan yang lainnya. Jadi semakin tinggi rasio likuditas ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian yang Raharja dan Sari (2008) menemukan adanya hubungan antara likuiditas dengan peringkat utang. Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut. Rasio likuiditas dirumuskan sebagai berikut : Keterangan: Aktiva lancar: uang kas dan aktiva-aktiva yang direalisasi menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus usaha perusahaan yang normal atau dalam waktu satu tahun. Kewajiban lancar: kewajiban yang pelunasannya diharapkan menggunakan sumber daya yang digolongkan sebagai aktiva lancar atau utang lancar lainnya yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun. 2.1.3.3 Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya ketika perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Dengan 17 demikian solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya atau utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian Raharja dan Sari (2008) menemukan bahwa rasio solvabilitas cenderung signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Semakin kecil angka rasio solvabilitas maka semakin kecil angka fleksibilitas keuangan perusahaan serta semakin besar kemungkinan perusahaan menghadapi masalah keuangan dimasa yang datang. Semakin tinggi tingkat solvabilitas perusahaan semakin baik peringkat perusahaan tersebut. Rasio solvabilitas dirumuskan sebagai berikut : Keterangan: Arus kas dari operasi: semua arus kas yang tidak didefinisikan sebagai kegiatan investasi atau pendanaan Total Liabilitas: penjumlahan dari utang jangka pendek dan utang jangka panjang 2.1.3.4 Rasio Profitabilitas Menurut Gibson (2011) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Analisa profit merupakan urusan penting bago pemegang saham karena mereka mendapatkan pendapatan dalam bentuk dividen. Lebih jauh lagi, peningkatan profit dapat menyebabkan kenaikan harga pasar yang mengarah kepada keuntungan modal. Profit juga sangat penting bagi kreditor karena profit adalah salah satu sumber pendanaan untuk jaminan utang. Sedangkan manajemen menggunakan profit sebagai penilian performa mereka. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Menurut Raharja dan Sari (2008) semakin tinggi tingkat profitabilitas 18 perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut. Rasio profitabilitas dirumuskan sebagai berikut : Keterangan: Laba bersih:kelebihan penghasilan atas biaya selama satu periode akuntansi Total aktiva: penjumlahan dari aktiva lancar dan aktiva tetap yang merupakan harta perusahaan secara keseluruhan 2.1.4 Kualitas Auditor Para pengguna laporan keuangan umumnya akan mengambil keputusan bedasarkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit. Dengan reputasi auditor yang terkenal dan baik maka akan memberikan rasa percaya yang lebih bagi investor. Salah satu faktor yang berkaitan dengan reputasi dari kantor akuntan publik adalah kualitas dan prestige auditor. Peran dan tanggung jawab auditor sebenarnya sudah diatur dalam Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Auditing Standard Board(ABS). standar tersebut dalam pelaksanaannya sering menimbulkan expectation gap, yaitu terjadinya perbedaan antara yang masyarakat dan pemakai laporan keuangan percaya atau harapkan dari auditor dengan apa yang auditor yakini sebagai tanggung jawab yang diberikan. Maka untuk memberikan kepercayaan kepada klien, pemakaian laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya tentang kualitas atau mutu jasa. Dari diperlukannya kode etik pada setiap profesi adalah kebutuhan akan yang diberikan karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana diatur dalam kode etik profesi ( Sejati, 2010). Menurut Rinaningsih (2008) di Indonesia, perusahaan yang diaudit oleh auditor Big-4 akan mempunyai obligasi yang investment grade dikarenakan semakin tinggi reputasi auditor semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan. Adapun auditor Big-4 tersebut adalah Price Waterhouse Coopers (PWC), Deloitte Touche Tohmatsu, Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) serta Ernst and Young (EY) 19 2.1.5 Obligasi 2.1.5.1 Pengertian Obligasi Obligasi adalah Dokumen bermaterai yang menyatakan bahwa penerbitnya akan membayar kembali utang pokoknya pada waktu tertentu, dan secara berkala akan membayar kupon kepada pemegang obligasi. Umumnya, obligasi diikat dengan suatu jaminan yang dapat dijual untuk melunasi klaim jika emiten gagal membayar kupon dan pokok pada saat jatuh tempo (Bank Indonesia, 2013) Menurut Bursa Efek Indonesia obligasi (bond) merupakan “Sertifikat bukti utang dan dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu baik pemerintah maupun lembaga lainnya dengan tujuan mendapatkan modal. perusahaan membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang tersebut pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang terutang. Dengan demikian obligasi dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen pasar modal yang memberikan pendapatan tetap (fixed-income securities) bagi pemegang obligasi.” Obligasi menjadi salah satu sumber pendanaan bagi pemerintah dan perusahaan yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederana, obligasi merupakan surat berharga yang dikeluarkan ole penerbit kepada investor, dimana penerbit akan memberikan suatu imbal hasil berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo (Manurung 2009). Menurut Sunariyah (2004) obligasi adalah sekuritas berpendapatan tetap (fixed income securities) yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian hutang. Sebagai sekuritas pendapatan tetap, obligasi memberikan penghasilan secara periodic. obligasi mepunyai beberapa karakteristik seperti sekuritas lainnya, yaitu obligasi merupakan surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum, memiliki jangka waktu tertentu atau jatuh tempo, memberikan pendapatan tetap secara periodik (kupon), mempunyai nilai nominal. Darmadji dan Fakhruddin (2009) obligasi adalah surat berharga yang menunjukan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. 20 2.1.5.2 Manfaat obligasi Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2009) sebagai sebuah instrumen, obligasi menawarkan beberapa manfaat antara lain: a. Memberikan pendapatan tetap berupa kupon, yang mana hal ini merupakan ciri utama obligasi, yaitu pemegang obligasi akan menerima pendapatan berupa bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi. Bunga yang ditawarkan obligasi umumnya lebih tinggi daripada bunga yang diberikan deposito. kupon yang diterima investor dapat berupa kupon dengan tingkat bunga tetap, kupon dengan tingkat bunga mengambang, dan kupon dengan tingkat bunga kombinasi. Disamping itu jika perusahaan penerbit mengalami likuidasi atau bubar, maka pemegang obligasi memiliki hak yang lebih tinggi atas kekayaan perusahaan dibanding dengan pemegang saham. b. Keuntungan atas penjualan obligasi. pemegang obligasi dapat memperjualbelikan obligasi yang dimiliknya. Jika menjual lebih tinggi disbanding dengan harga belinya, maka tentu saja pemegang obligasi tersebut mendapatkan selisih yang disebut dengan capital gain. Tingkat bunga obligssi bersifat konstan, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat diprediksi, maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik, dibandingkan dengan portofolio saham. 2.1.5.3 Karakter obligasi Sebagai instrument atau efek utang (debt securities), obligasi memiliki beberapa karakteristik, antara lain : 1. Memiliki masa jatuh tempo Tanggal jatuh tempo merupakan umur obligasi dimana nilai nominal obligasi harus dibayar. Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau berakhirnya masa pinjaman (maturity). Dimana masa nerlaku suatu obligasi sudah ditentukan secara pasti pada saat obligasi tersebut diterbitkan. 21 2. Nilai pokok utang (nilai nominal) Nilai nominal adalah nilai nominal pokok obligasi yang ditetapkan oleh emoten pada saat obligasi tersebut ditawarkan emitem kepada investor. 3. Nilai intrinsik Nilai intrinsik merupakan nilai teoritis dari suatu obligasi. Diperoleh dari hasil estimasi nilai saat ini (Present Value) dari semua aliran kas obligasi dimasa yang akan datang. Nilai intrinsik obligasi dipengaruhi oleh tingkat kupon yang diberikan, waktu jatuh tempo, dan nilai nominalnya. 4. Kupon obligasi Pendapatan utama pemegang obligasi yang dibayar oleh oerusahaan penerbit obligasi pada waktu-waktu yang telah ditentukan kepada pemilik obligasi. 5. Peringkat obligasi Peringkat obligasi adalah skala risiko atau tingkat keamanan suatu obligasi yang diterbitkan. Agen pemeringkat akan memberikan penilaian atas obligasi emiten dengan dua kategori yaitu investment grade dan non-investment grade 6. Provisi penarikan Provisi penarikan merupakan provisi dalam kontrak obligasi yang memberikan hak kepada penerbit untuk menebus obligasi pada jangka waktu tertentu sebelum tanggal jatuh tempo normal. Besarnya provisi penarikan lebih tinggi dari nilai nominalnya, selisihnya disebut premi penarikan. 7. Dana pelunasan Premi dana pelunasan merupakan provisi dalam kontrak obligasi yang mengharuskan penerbit untuk menarik sebagian dari obligasi setiap tahun. 22 8. Indentiture Identiture adalah dokumen legal yang memuat hak-hak pemegang obligasi dan emiten obligasi. Dokumen tersebut mencakup spesifikasi tertentu seperti waktu jatuh tempo obligasi, waktu pembayaran bunga dan lain sebagainya. 9. Tingkat penghasilan sekarang Tingkat pengahasilan sekarang merupakan rasio pembayaran tahunan terhadap harga obligasi di pasar. 10. Dapat diperjualbelikan Sebagai surat berharga, obligasi dapat diperjualbelikan seperti halnya saham. Jika suatu saat nilai obligasi meningkat, maka pemegang obligasi dapat menjual obligasi tersebut melalui dealer atau pialang obligasi. Dimana pialang obligasi akan menerima fee atas transaksi obligasi tersebut. 2.1.5.4 Jenis obligasi 1. Obligasi berdasarkan penerbitnya 1) Obligasi korporasi (corporate bond) Obligasi yang diterbitkan perusahaan, baik perusahaan publik maupun perusahaan non publik. Biasanya obligasi yang dikeluarkan oleh korporasi dalam rangka memenuhi struktur pemodalan. Obligasi korporasi menarik karena memberikan kupon yang relatif tinggi. 2) Obligasi Pemerintah Obligasi pemerintah merupakan obligasi atau surat utang yang dikeluarkan pemerintah suatu Negara. Di Indonesia, jenis obligasi ini terbagi atas obligasi rekap, obligasi penjamin, dan Surat Utang Negara (SUN) 3) Obligasi Pemerintah Daerah Obligasi Pemerintah daerah merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah, baik itu Pemda Tingkat I, Tingkat II maupun instansi pemerintah lainnya. 23 2. Obligasi berdasarkan call feature 1) Freely Callable Bond Freely callable artinya penerbit obligasi dapat menariknya tiap waktu sebelum jatuh tempo. Jenis obligasi ini memberikan keuntungan kepada penerbitnya karena jika suku bunga obligasi lebih tinggi dari suku bunga pinjaman, maka penerbitakan memberli kembali obligasi. 2) Non Callable Bond Non callable artinya penerbit tidak dapat menarik atau membeli kembali obligasi yang telah diterbitkannya sebelum jatuh tempo obligasi berakhir. Namun penerbit dapat membelinya melalui mekanisme pasar. 3) Deferred Call Bond Deferred call merupakan obligasi yang mempunyai kombinasi antara freely callable bond dan non callable bond dimana penerbit mempunyai periode waktu untuk tidak dapat membeli kembali obligasinya, setelah periode waktu tersebut maka penerbit dapat membeli obligasinya kembali. 3. Obligasi berdasarkan jenis jaminan (collateral) 1) Secured Bond Obligasi yang dijamin (secured bond) mertupakan obligasi yang dijamin dengan aktiva atau kekayaan tertentu dari penerbitnya atau jaminan lain dari pihak ketiga. Termasuk dalam kelompok ini (i) Guaranted Bond, yaitu obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan penanggungan pihak ketiga; (ii) Mortgage Bond, yaitu obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan bangunan hipotek atas property atau aktiva tetap penerbit; (iii) Collateral trust bond, yaitu obligasi yang dijamin dengan surat berharga yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya anak perusahaan. 2) Unsecured Bond Unsecured bond yakni obligasi yang hanya dijamin dengan janji penerbit untuk membayar bunga dan prinsipal berdasarkan: (i) Tanda Hutang (debenture), yaitu tuntutan atau hak atas penghasilan penerbit setelah hak dari obligasi lain; (ii) Obligasi Penghasilan (income bond), 24 yaitu hutang yang bunganya dibayar hanya setelah penghasilan penerbit mencapai jumlah tertentu. 4. Obligasi berdasarkan pemegangnya 1) Obligasi Atas Nama (Register Bond) Obligasi ini merupakan obligasi yang dikeluarkan kepada pemilik tertentu, dan nama dari pemegang obligasi secara formal terdaftar pada penerbit dan bunga dibayar otomatis kepada pemilik. 2) Obligasi Atas Unjuk (Bearer Bond) Obligasi yang ini merupakan obligasi yang pemeganganya dianggap sebagai pemilik obligasi tersebut, dan penerbit tidak mendaftar nama pemilik dan bunga dibayar berdasarkan kupon. 5. Berdasarkan sistem pembayaran bunga 1) Coupon Bond Coupon Bond yaitu obligasi yang bunganya dibayarkan secara periodik, ada yang setiap triwulan, semesteran, atau tahunan. Pada surat berharga obligasi yang diterima oleh investor terdapat bagian yang dapat dirobek untuk mengambil bunga dari obligasi tersebut yang disebut kupon obligasi 2) Zero Coupon Bond Zero Coupon Bond merupakan obligasi yang tidak mempunyai kupon, sehingga investor tidak menerima bunga secara periodik. Namun bunga langsung dibayarkan sekaligus pada saat pembelian. Obligasi Berdasarkan Tingkat Bunga 6. Obligasi berdasarkan tingkat bunga 1) Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond) Obligasi dimana bunga pada obligasi tersebut ditetapkan pada awal penjualan obligasi dan tidak berubah sampai masa jatuh tempo. 2) Obligasi dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond) Obligasi dimana besar bunganya tidak dipatok tetao, melainkan bedasarkan ukuran tertentu. Misalnya obligasi PT.A diterbitkan selam lima tahun dengan bunga 2% diatas SBI. 3) Obligasi dengan Bunga Campuran (Mixed Rate Bond) Obligasi dengan bunga campuran yaitu obligasi yang merupakan gabungan dari obligasi dengan bunga tetap dan dengan bunga 25 mangambang. Bunga tetap ini ditetapkan untuk periode tertentu biasanya pada periode awal dan selanjutnya bunganya mengambang 7. Obligasi berdasarkan peringkatnya 1) Investment grade Bonds Peringkat minimal A. Merupakan obligasiyang layak untuk dijadikan investasi dan memiliki risiko yang tidak terlalu besar. 2) Non Invetsment grade Bonds Merupakan obligasi yang memiliki peringkat dibawah investment grade. Disebut junk karena obligasi ini lebih berisiko dari obligasi yang berkategori investment grade. Menurut Muljana dan Tamburan (2003) terdapat beberapa jenis obligasi yang tidak di sebut diatas yaitu: 1) Convertible Bond (Obligasi konvertible) merupakan jenis obligasi yang daat dikonversikan menjadi saham dari perusahaan penerbit obligasi dan biasanya pada rasio pertukaran yang sudah ditentukan terlebih dahulu pada penerbitan obligasi tersebut 2) Obligasi inflasi atau lebih dikenal dengan sebutan (Inflation linked bond), dimana nilai pokok utang pada obligasi tersebut adalah mengacu pada indeks inflasi. Suku bunga pada obligasi jenis ini lebih rendah daripada obligasi suku bunga tetap. 2.1.5.5 Risiko investasi obligasi Obligasi berdasarkan sudut pandang investor, merupakan suatu aset (financial asset), yaitu: suatu sekuritas yang dapat memberikan pendapatan tetap sehingga dianggap berbobot risiko. Bagi investor yang selalu mengelak risiko, maka investasi dalam obligasi adalah instrumen yang paling tepat. Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi (Bringham dan Houston, 2001), yaitu: a. Risiko suku bunga atau risiko tingkat bunga Pada umunya harga obligasi bergerak berlawanan arah terhadap perubahan suku bunga. Apabila suku bunga naik, harga obligasi akan turun, dan sebaliknya. Bagi investor yang merencanakan untuk menyimpan obligasi sampai jatuh tempo, perubahan harga obligasi sebelum maturity tidak menarik perhatiannya akan tetapi bagi investor yang ingin menjual obligasi 26 sebelum jatuh tempo, suatu kenaikan suku bunga setelah membeli obligasi berarti adalah capital loss yang direalisasikan. Risiko tersebut disebut interest rate risk atau disebut juga price risk. Kenaikan tingkat bunga pasar menyebabkan menurunnya harga obligasi karena sebesar apapun tingkat bunga pasar mengalami peningkatan, pemegang obligasi tetap hanya akan menerima tingkat bunga yang sudah ditetapkan. b. Reinvestment risk (Risiko reinvestasi) Pendapatan obligasi berasal dari: (a) pembayaran suku bunga dari kupon; (b) setiap capital gain atau capital loss bila obligasi itu dicairkan, dijual atau jatuh tempo; (c) bunga yang diperoleh dari reinvestasi interim cash flow. Agar seorang investor merealisasikan suatu yield sama dengan yield pada saat obligasi dibeli, interim cash flow tersebut harus diinvestasikan pada suku bunga sama dengan yield yang ditentukan pada saat obligasi dibeli. Risiko bahwa interim cash flow akan diinvestasikan dengan suku bunga yang lebih rendah dan investor akan menerima yield yang lebih rendah daripada yield pada saat obligasi dibeli disebut reinvestment risk. c. Default risk (Risiko bangkrut atau Risiko kredit) Risiko kredit, yaitu risiko bahwa emiten akan tidak mampu memenuhi pembayaran bunga dan pokok hutang, sesuai dengan kontrak. Obligasi perusahaan mempunyai default risk yang lebih besar daripada obligasi pemerintah. Tidak bagi masyarakat umum untuk melihat besar kecilnya risiko ini. Cara terbaik untuk melihat risiko ini adalah dengan terus memonitor peringkat yang diberikan oleh perusahaan efek. Di Indonesia badan tersebut dikenal dengan Pemeringkat Efek Indonesia (PT. PEFINDO). Obligasi yang paling aman diberi peringkat AAA dan yang paling tidak aman atau paling banyak risikonya diberi peringkat D. d. Call Risk (Risiko waktu) Risiko ini melekat pada callable bonds, yakni obligasi yang dapat ditarik sewaktu-waktu oleh emitennya dengan harga yang telah ditetapkan. Risiko waktu terjadi jika: (a) pola aliran kas emiten tidak pasti; (b) penarikan dilakukan pada saat suku bunga rendah dan (c) potensi kenaikan harga obligasi lebih tinggi dari harga call-nya. 27 e. Risiko Inflasi Risiko inflasi disebut pula risiko terhadap daya beli. Risiko inflasi merupakan risiko bahwa return yang direalisasikan dalam investasi obligasi tidak akan cukup untuk menutupi kerugian menurunnya daya beli yang disebabkan inflasi. Bila inflasi meningkat dan tingkat bunga obligasi tetap, maka terjadi penurunan daya beli yang harus ditanggung investor. f. Risiko kurs valuta asing Orang Indonesia yang membeli obligasi perusahaan di negara lain dapat mengalami kerugian perbedaan kurs valuta asing (foreign exchange risk). g. Market ability risk (risiko likuidasi) Yakni risiko yang mengacu pada seberapa mudah investor dapat menjual obligasinya, sedekat mungkin dengan nilai dari obligasi tersebut. Cara untuk mengukur likuiditas adalah dengan melihat besarnya spead (selisih) antara harga permintaan dan harga penawarannya yang dipasang oleh perantara pedagang efek. Semakin besar spead tersebut, makin besar risiko likuiditas yang dihadapi. h. Event risk Seringkali kemampuan emiten untuk membayar bunga dan pokok hutang tanpa terduga berubah karena, bencana alam dan pengambilalihan. 2.1.5.6 Faktor –faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi Dalam penelitian Adrian (2011) Bringham dan Houston berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi adalah: 1. Berbagai macam risiko rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitabilitas dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut. 2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka ratingpun akan membaik. 3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya. 4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat. 28 5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap bulan). 6. Umur obligasi. Dengan asumsi Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil. 7. Stabilitas laba dan penjualan emiten. 8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk. 10. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas. Metodologi yang digunakan PEFINDO dalam proses pemeringkatan untuk sektor perusahan mencakup tiga risiko utama penilaian, yaitu: 1. Risiko Industri (Industry Risks) Metode dilakukan berdasarkan analisis mendalam terhadap lima faktor risiko utama, yaitu pertumbuhan industri & stabilitas (Growth & Stability), pendapatan & struktur biaya (Revenue & Cost Structure), hambatan masuk dan tingkat persaingan dalam industri (barriers to entry & competition), regulasi & de-regulasi industri (regulatory framework), dan profil keuangan dari industri (financial profile). 2. Risiko Finansial (Financial Risks) Metode dilakukan berdasarkan analisis menyeluruh dan rinci pada lima bidang utama, yang mencakup kebijakan keuangan manajemen perusahaan (financial policy), dan empat indikator keuangan termasuk profitabilitas (profitability), struktur modal (capital structure), perlindungan arus kas (cash flow protection) dan fleksibilitas keuangan (financial flexibility). 3. Risiko Bisnis (Business Risks) Metode dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor kunci kesuksesan (Key Success Factors) dari industri dimana perusahaan digolongkan. Selain itu juga dilakukan analisis perbandingan terhadap pesaing-pesaing sejenis dalam industri yang sama maupun industri itu sendiri dengan industri lainnya. 2.1.5.7 Peringkat obligasi Peringkat obligasi merupakan sebuah pernyataan tentang kondisi penghutang dan kemungkinan apa saja yang dapat dan akan dilakukan berhubungan dengan 29 utang yang dimiliki. Dapat dikatakan bahwa peringkat mencoba untuk mengukur risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya (Sari 2004). Peringkat obligasi perusahaan diharapkan dapat memberikan petunjuk bagi investor tentang kualitas investasi obligasi perusahaan yang mereka minati.Investor bisa menggunakan jasa credit rating agency yang memberikan jasa penilaian terhadap obligasi yang beredar untuk mendapatkan informasi mengenai rating obligasi. Seorang investor yang hendak membeli obligasi tentunya harus memperhatikan peringkat obligasi. Peringkat obligasi merupakan skala risiko bagi suatu obligasi yang dijualbeli. Skala risiko ini menunjukan seberapa aman suatu obligasi bagi seorang investor. Keamanan ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam membayar bunga serta pokok pinjaman pada waktu jatuh tempo. PT. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat yang terdapat di Indonesia. PEFINDO mempublikasikan peringkat obligasi setiap bulan. Selain kegiatan rating, PEFINDO juga memproduksi & mempublikasikan informasi kredit yang berkaitan dengan utang pasar modal. Produk publikasi ini meliputi opini kredit pada perusahaan-perusahaan besar yang telah mengeluarkan obligasi dan sektor yang mendasarinya. Untuk meningkatkan metodologi dan kriteria penilaian serta proses penilaian, PEFINDO didukung melalui afiliasi mitra global, yaitu Standard & Poor's Rating Services (S & P's). PEFINDO juga terus secara aktif berpartisipasi dalam Asian Credit Rating Agencies Association (ACRAA). Tabel peringkat utang jangka panjang dan menengah yang dipakai oleh PEFINDO dapat dilihat pada Lampiran 5. 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah leverage, likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas memiliki pengaruh pada peringkat obligasi dengan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi, adapunkerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut: 30 Leverage H H12 Likuiditas H3 Peringkat Obligasi Solvabilitas H4 Profitabilitas Gambar 2.1 model 1 Leverage Likuiditas Peringkat Obligasi Solvabilitas Profitabilitas H5-H8 Kualitas Auditor Gambar 2.2 model 2 2.4 Hipotesis 1. Leverage Rasio leverage merupakan perbandingan antara dana yang berasal dari pemilik dan dana yang berasal dari kreditur (utang). Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset didanai dari utang.Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringakat obligasi yang rendah. Semakin tinggi rasio leverage, maka semakin besar risiko pula kegagalan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya, sehingga semakin rendah pula peringkat obligasi yang diberikan pada perusahaan tersebut (Purwaningsih, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amrullah (2007), Raharja dan Sari (2008) menemukan bahwa rasio leverage secara signifikan dapat digunakan untuk 31 memprediksi peringkat obligasi.Hasil Mungniyati dan Pradipta (2013) menemukan bahwa rasio leverage mempunyai effek dalam memperngaruhi peringkat obligasi.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H1: Leverage berpengaruh terhadap peringkat obligasi. 2. Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibanjangka pendeknya. Semakin tinggi tingkat rasio perusahaan tersebut, maka semakin tinggi posisi likuiditas perusahaan tersebut. Tingkat likuiditas dapat menjadi faktor penting dalam peringkat obligasi. Penelitian Purwaningsih (2008) menemukan hubungan yang positif antara likuiditas dengan credit rating. Semakin tinggi likuiditas perusahaan, semakin baik pula peringkat obligasi yang diberikan kepada perusahaan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Raharja dan Sari (2008) dan Manurung (2009) menemukan bahwa rasio likuiditas secara signifikan dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi. Bedasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah H2: Likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi 3. Solvabilitas Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhisegala kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Tingkat solvabilitas yang tinggi memperlihatkan perusahaan mempunyai kemampuan untuk melunasi segala kewajibanya tepat pada waktunya. Solvabilitas perusahaan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Horrigan (1966) dalam Sari (2008) yang menemukan bahwa rasio solvabilitas cenderung signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Dengan demikian, hipotesis yag diajukan adalah sebagai berikut: H3: Solvabilitas berpengaruh terhadap peringkat obligasi 4. Profitabilitas Rasio Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun laba bagi modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan, atau dengan kata lain profitabilias mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan (Rahardja dan Sari , 2008). 32 Menurut Purwaningsih (2008:92), semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (default), sehingga semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amrullah (2007), Raharja dan Sari (2008) dan Manurung (2009) menemukan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi. Hasil penelitian Mungniyati dan Pradipta (2013) menyatakan profitabilitas dalam rasio ROA mempunyai pengaruh terhadap peringkat obligasi.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H4: Profitabilitas berpengaruh terhadap peringkat obligasi. 5. Kualitas auditor Kualitas auditor menunjukkan keandalan dan transparansi informasi keuangan perusahaan (Sengupta dalam Risnaningsih (2009). KAP Big-4 akan memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non Big-4. Karena audit oleh KAP Big-4 diharapkan akan dapat memberikan peringkat surat utang yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big-4. KAP Big-4 sudah mempunyai standar internasional dalam prosedur sehingga diharapkan opini yang dihasilkan independen, maka akan mengurangi agency risk, dan menurunkan default risk yang pada akhirnya meningkatkan peringkat obligasi perusahaan tersebut. DeAngelo (1981) dalam Ebrahim (2001) menyatakan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP yang melakukan audit. KAP besar (big four accounting firms) dipersepsikan akanmelakukan audit dengan lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP kecil (non big four accounting firm). Hal tersebut terjadi karena KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya dan lebih banyak klien sehingga mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja. Hal tersebut akan membuat KAP besar (big four accounting firms) memiliki independensi yang tinggi karena mereka tidak takut kehilangan klien yang menyuruh mereka melakukan rekayasa terhadap opini yang mereka keluarkan. H5: Kualitas auditormemoderasi pengaruh leverage, terhadap peringkat obligasi. H6: Kualitas auditor memoderasi pengaruh likuiditas, terhadap peringkat obligasi. 33 H7: Kualitas auditor memoderasi pengaruh solvabilitas, terhadap peringkat obligasi. H8: Kualitas auditor memoderasi pengaruh profitabilitas, terhadap peringkat obligasi. 34