BAB III METODOLOGI III.1 Kerangka Pikir Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri - ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara - cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara - cara yang dilakukan itu diamati oleh indera manusia, sehingga orang dapat mengamati dan mengetahui cara - cara yang digunakan. Sedangkan sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah - langkah tertentu yang bersifat logis. Langkah penelitian yang diambil dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 3.1 Kerangka Pikir 26 27 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penulis akan mengumpulkan data terlebih dahulu dari data center yang ada dan juga data recovery center. Data-data yang dikumpulkan adalah data mengenai tingkat konsumsi listrik, pendingin, dan sumber energi lainnya. Dari data yang dikumpulkan akan dilakukan pengukuran tingkat konsumsi dari data center yang ada. Dengan mengukur tingkat konsumsi tersebut, penulis dapat melihat halhal apa saja yang menempati tingkat tertinggi dalam penggunaan energi. Dengan pengukuran ini juga maka penulis dapat membuat target hal-hal apa saja yang harus ditekan dalam penggunaannya. Dari study literatur mengenai green IT strategy yang dipadukan dengan peraturanperaturan pemerintah baik dari kementrian BUMN maupun kementrian ESDM, penulis akan mengidentifikasi hal-hal apa saja yang berpotensi untuk dapat menekan pemakaian sumber daya energi. Kemudian akan mulai dilakukan pengembangan green IT strategy yang sesuai dengan bank Mandiri. Dari strategi yang ada, maka dapat diukur seberapa besar jumlah penghematan listrik yang bisa dicapai. Dengan begitu langkah berikutnya adalah strategi tersebut dapat diukur cost and benefit analysisnya. Apabila strategi tersebut sudah matang, sebelum diimplementasikan penulis akan melakukan benchmarking terlebih dahulu dengan perusahaan-perusahaan sejenis yang telah menerapkan green IT strategy pada data center. Jika strategi tersebut sudah sesuai dengan kondisi yang ada maka akan dirancang langkah-langkah implementasi yang cocok pada data center Bank Mandiri. III.2 Pengukuran Pemakaian Energi Sebelum melakukan efisiensi ataupun pengurangan pemakaian energi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengukur secara pasti dan detail jumlah pemakaian listrik 28 dari data center. Untuk dapat mengklasifikasikan pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu : 1. Mengukur berapa banyak listrik yang masuk ke data center Pertama anda perlu tahu seberapa besar daya listrik yang masuk ke data center anda. Jika pusat data center memiliki meteran listrik sendiri yang di dedikasikan untuk data center tersebut anda dapat langsung membacanya untuk dijadikan acuan. Jika meteran listrik pada data center juga digunakan untuk sumber daya listrik sekitarnya, seperti penerangan ruangan kantor sekitar, atau sumber daya listrik keseluruhan lantai maka perlu bantuan teknisi untuk dapat mengklarifikasikan listrik yang digunakan untuk data center, baru diukur jumlah dayanya. Jika terdapat management listrik terpusat, maka dapat digunakan juga untuk mencari informasi tentang daya listrik dari data center tersebut. 2. Menghitung berapa banyak alat yang menggunakan listrik Untuk dapat mengukur dengan detail pemakaian listrik, perlu di data keseluruhan perangkat-perangkat yang menggunakan listrik. Untuk peralatan-peralatan baru telah memiliki alat ukur pemakaian listrik yang sudah terintegrasi di peralatan tersebut. 3. Mengukur jumlah pemakaian listrik tiap perangkat. Untuk dapat menghitung pemakaian listrik secara akurat, perlu dihitung jumlah pemakaian daya listrik tiap-tiap perangkat. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara : - Melihat dari label tiap perangkat. Biasanya setiap perangkat komputer terdapat label yang menunjukan jumlah konsumsi listrik yang akan dihasilkan dari perangkat tersebut. Akan tetapi hal ini memiliki kekurangan dikarenakan 29 angka yang tertera biasanya adalah angka maksimal dari jumlah daya yang digunakan. Sehingga hasilnya masih kurang akurat. - Opsi kedua adalah menggunakan perangkat lunak yang dapat mengukur jumlah pemakaian listrik dari perangkat tersebut. Sudah banyak produsen perangkat keras yang sudah menyertakan perangkat lunak yang dapat mengukur pemakaian listrik dari perangkat tersebut. 4. Bandingkan jumlah pemakaian listrik dengan jumlah biaya pendingin perangkat tersebut. Pada akhirnya akan dihitung jumlah listrik yang digunakan dari seluruh pemakaian yang ada. Dan juga dibandingkan dengan jumlah daya listrik yang digunakan untuk mendinginkan perangkat tersebut. Sebagai contoh, jika untuk 1000 Watt perangkat listrik dibutuhkan pendingin 1200 Watt maka jumlah pemakaian listrik perangkat tersebut adalah (1000+1200) = 2200Watt. Adapun pengumpulan yang dilakukan untuk mendapatkan data-data tersebut menggunakan metode interview terhadap pihak-pihak terkait dari data center Bank Mandiri. Bentuk dari pertanyaan-pertanyaannya dibuat sedemikian rupa agar penulis dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya dan secara detail. Daftar pertanyaannya terlampir pada halaman lampiran Sedangkan untuk tabel pengukuran jumlah listrik yang digunakan pada data center yang ada dapat menggunakan tabel berikut : Tabel 3.2 Rumus Perhitungan Kebutuhan Listrik Data Center Kebutuhan energi untuk perangkat listrik Beban untuk Data beban untuk setiap (beban total dalam perangkat IT berdasarkan VA x 0.67) /1000 perangkat IT )* #1 kW Beban untuk perangkat non-IT #2 kW tingkat kritikalnya Data beban untuk setiap perangkat non-IT dalam satuan VA (termasuk perangkat fire, keamanan, (beban total dalam VA x 0.67) /1000 30 Perkiraan penambahan beban dan sistem monitoring) Dalam satuan VA (dihitungan untuk perangkat IT dan non-IT) Total dari beban kritikal perangkat dalam keadaan stabil (beban total dalam VA x 0.67) /1000 #3 kW Terjadinya beban (#1 + #2 + #3) x 1.05 #4 puncak karena variasi pada beban kritikal Inefesiensi UPS dan Beban aktual dan beban (#1 + #2 + #3) x 0.32 #5 cadangan charging baterai Penerangan Luas area data center luas area x 0.002 #6 Beban total kebutuhan listrik #4+ #5+ #6 #7 Kebutuhan Energi untuk Perangkat Pendingin Sistem Pendingin Beban total #7 Sistem Chiller , #7 x 0.7 #8 Sistem DX, #7 x 1.0 Kebutuhan Energi Total Kebutuhan energi Beban total #7 #7 + #8 #9 total untuk perangkat Beban total #8 listrik dan pendingin Kebutuhan Energi Generator Generator untuk Beban total #7 (#7 x 1.3) #10 beban kritikal Generator untuk Beban total #8 (#8 x 1.5) #11 pendingin Ukuran generator Beban total #10 dan #10 + #11 #12 sesuai dengan beban #11 *): Standar penentuan beban dalam VA bermacam-macam biasanya diambil dari website APC kW kW kW kW kW kW kW kW kW III.3 Perancangan Green IT Strategy Dengan data-data yang sudah dikumpulkan akan dapat lebih mudah untuk menentukan green IT strategy yang sesuai di implementasikan dengan keadaan data center Bank Mandiri. Strategi ini akan dirumuskan dengan literatur-literatur yang penulis pelajari, dan dikarenakan Bank Mandiri merupakan bank pemerintah maka strategi yang diterapkan juga harus selaras dengan peraturan-peraturan pemerintah, baik itu peraturan BI, peraturan kementrian BUMN, maupun kementrian ESDM. Sesuai dengan langkah-langkah menerapkan green IT strategy yang telah ditulis pada landasan teori, maka green IT strategy yang akan diterapkan akan berdasarkan pendekatan berikut : 31 III.3.1 Evaluasi Pemakaian Listrik Dengan data pemakaian listrik yang didapat. Dapat dilihat apakah pemakaian listrik sudah efektif dan efisien. Pada dasarnya perencanaan komponen listrik yang baik dapat dijelaskan sebagai berikut : Gambar 3.2 Evaluasi Pemakain Listrik Pendefinisian kebutuhan listrik dan distribusinya biasanya dikategorikan berdasarkan ruang dan fungsionalitas ruang. Misalkan pada ruang server dihitung jumlah kabinet server diruang tersebut kemudian menghitung sumber energi maksimum yang dibutuhkan agar keseluruhan server dapat beroperasi. Apabila kebutuhan dan distribusinya sudah benar, maka langkah selanjutnya adalah mengevaluasi perangkat listrik yang dimanfaatkan dari listrik yang disalurkan apakah sudah efektif dan efisien. Kemudian langkah berikutnya adalah memeriksa kembali apakah saluran listrik yang diimplementasikan ke perangkat listrik dilakukan secara pararel atau tidak. Serta sistem redudansinya apakah sudah baik atau belum. Dan yang terakhir mengevaluasi maintenance dari rangkaian listrik yang digunakan pada data center, apakah dirawat dengan baik atau tidak. 32 III.3.2 Mendesain ulang sistem pendingin Salah satu yang krusial pada data center adalah sistem pendingin. Data center diharuskan menyala 24 jam nonstop dengan performa yang maksimal. Dapat dibayangkan hawa panas yang dihasilkan oleh server-server tersebut. Oleh karena itu sistem pendingin pada data center dibuat untuk dapat menjaga kestabilan temperatur yang cocok. Dikarenakan sistem pendingin ini membutuhkan daya listrik yang cukup besar juga, maka salah perencanaan sistem pendingin dapat menyebabkan pemborosan pemakaian listrik. Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain sistem pendingin adalah jalur yang jelas dari sumber pendingin ke server/perangkat pada data center. Ada 3 jenis aliran distribusi udara yang terjadi, yaitu flooded, locally ducted, dan fully ducted. APC White Paper 55, “Air Distribution Architecture Options for Mission Critical Facilities” memberikan gambaran mengenai ke-9 metode aliran udara disertai tradeoff untuk masing-masing aliran 33 Gambar 3.3 Air Flow Method (APC, 2010) Hal lain yang harus diperhatikan ketika mendesain ulang sistem pendingin pada data center adalah : - Kebutuhan sistem pendingin Terkait dengan redundansi untuk perangkat pendingin, redundansi yang dapat dilakukan terkait dengan sistem pendingin adalah memasang lebih dari satu air handler, kemudian juga sediakan menara pendingin tambahan untuk setiap chiller. Selain itu, persediaan air yang dibutuhkan untuk menciptakan udara dingin harus diamankan secara ekstra antara lain dengan membangun kontainer penyimpan air dan lakukan konfigurasi infrastruktur pendingin dan fire suppression. - Tekanan udara 34 Tekanan udara pada data center harus dijaga pada level tertentu yang disebut sebagai tekanan statis. DC didesain untuk memiliki tekanan antara 0.2-0.5 in. wc. Untuk menjaga agar tekanan udara tetap stabil maka periksa seluruh ruangan apakah telah tertutup dengan baik dan yakin bahwa tidak ada lubang sedikit pun. Jangan letakkan perforated tile dekat-dekat dengan DC air handler, karena kebanyakan handler membutuhkan buffer sekitar 36-42 in (91.4-106.7 cm). - Kelembapan Kelembapan sendiri merupakan konsentrasi uap air di udara, yang penting untuk dijaga terkait dengan sistem HVAC data center adalah kelembapan relatif dalam ruangan data center. Kelembapan relatif adalah persentase perbandingan dari jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah uap air di udara kering. Perangkat server dan jaringan dapat berfungsi pada rentang level kelembapan yang cukup panjang yaitu sekitar 20%-80%. Menjaga kelembapan relative dalam keadaan normal berfungsi untuk mencegah terjadinya karatan pada beberapa perangkat di data center karena penguapan (kelembapan tinggi) atau mencegah munculnya elektrostatis pada beberapa perangkat metal (kelembapan yang rendah). Cara yang dilakukan adalah melengkapi AH dengan kemampuan humidification atau melalui penggunaan unit-unit humidification yang terpisah dari AH. Kelembapan relatif yang memungkinkan untuk suatu ruangan data center adalah sekitar 45%-55%, yaitu level kelembapan relative normal sebesar 50% dengan tingkat sensitivitas sekitar 10%, yang memungkinkan variasi pada level kelembaban sehingga komponen infrastruktur tidak konstan berada level tersebut. 35 III.3.3 Menggunakan adjustable equipment Pada dasarnya green IT strategy adalah memanfaatkan kondisi yang ada agar dapat menggunakan segala sesuatu secara efisien, sehingga tidak ada tempat, tenaga, biaya, energi yang terbuang percuma. Sedangkan perkembangan bisnis saat ini sangatlah cepat dan tidak bisa ditebak, hal ini akan berdampak terhadap bertambah besarnya kapasitas dari data center yang ada. Sangat tidak efisien jika pada periode sekarang, sebuah data center sudah mempersiapkan kapasitas yang sangat besar, melebihi kebutuhan bisnis yang ada. Sehingga dibutuhkan perangkat-perangkat yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Seperti adjustable server rack yang merupakan rak server yang dapat diisi server-server yang dapat ditambah maupun dikurangi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Sehingga pada pendekatan ini, penulis akan mencari perangkat-perangkat IT mana yang masih tidak efisien dan belum adjustable dengan kebutuhan yang ada. III.3.4 Membuat Virtualisasi Server Virtualisasi penyimpanan ataupun data center saat ini sedang ramai dibicarakan. Hal ini disebabkan virtualisasi merupakan salah satu opsi yang dapat sangat memberikan dampak signifikan terhadap penghematan biaya, dan peningkatan availability. Virtualisasi server dapat dibilang sebagai satu layer tambahan antara pengguna dengan fisik data center sebenarnya. Kondisi saat ini banyak server yang kurang dimanfaatkan dikarenakan kondisi teknologi yang sudah tidak update. Agar aplikasi dapat terus berjalan, menyebabkan perusahaan harus melakukan pengadaan baru lagi untuk dapat diimplementasikan pada aplikasi tersebut. Sehingga akan menyebabkan pemborosan bagi perusahaan. Dengan bantuan virtualisasi, secara fisik server-server yang terdapat di data center tidak terhubung langsung pada aplikasi tertentu. Sehingga pada virtualisasi dapat lebih 36 mudah dalam menentukan, aplikasi apa terhubung dengan hardware apa. Bahkan termasuk server-server yang ada pada DRC. Bahkan untuk merubah-rubah hardware yang digunakan dapat tanpa mematikan aplikasi yang ada. Hal ini yang menyebabkan virtualisasi dapat meningkatkan availability dari aplikasi. III.3.5 Menggunakan perangkat ramah lingkungan Tidak bisa dihindari bahwa seiring perkembangan organisasi yang ada, maka akan menuntut perkembangan sistem yang ada. Sehingga nantinya pasti mau tidak mau akan menambah pengadaan mesin atau perangkat komputer baru. Oleh karena itu walaupun kita tetap akan menambah perangkat baru, kita harus lebih selektif terhadap produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Seperti bahan-bahan dari perangkat tersebut, atau besar daya yang digunakan ketika beroperasi, fitur-fitur energy saver ataupun sejenisnya. Bahkan ada beberapa server baru, yang dapat menghemat pemakaian daya listrik hingga 0% ketika server tersebut sedang tidak beraktifitas. Untuk server-server yang sudah ada juga dapat dicari, server mana yang memiliki konsumsi daya listrik terbesar. Kemudian di evaluasi, apakah server tersebut sudah sangat lama dan butuh di perbarui sehingga dapat diganti dengan mesin yang lebih ramaha lingkungan. III.3.6 Mencari sumber daya alternatif Hal lain yang tidak bisa dipungkiri adalah, sebuah data center pasti membutuhkan pasokan listrik yang cukup besar. Oleh karena itu jika tidak ada hal lain yang dapat diminimalisir penggunaannya maka perusahaan dapat mulai mencari sumber daya alternatif untuk sumber daya listrik. Seperti contoh saat ini sudah mulai banyak digunakan pembangkit listrik menggunakan tenaga surya. Hal ini dapat memanfaatkan panel surya yang diletakkan di atap gedung ataupun halaman. Contoh lainnya, ada sebuah perusahaan membuat data center di sebuah gua di pegunungan, data center 37 tersebut memanfaatkan hawa dingin pegunungan untuk mendinginkan server, dan memanfaatkan aliran sungai yang lewat gua sebagai pembangkit listrik tenaga air. Tentu saja sumber daya alternatif ini tidak bisa langsung menggantikan keseluruhan kebutuhan listrik data center, harus dilakukan secara bertahap dan juga harus diperhatikan matang-matang apakah biaya pembuatan pembangkit listrik alternatif sebanding dengan biaya yang dapat dihemat dan dampak terhadap lingkungan signifikan apa tidak. III.4 Benchmarking Menurut Tim Stapenhurst (2009) dalam melakukan benchmarking proses-proses yang akan dilakukan adalah : 1. Menentukan apa yang akan di benchmarking Pada hal ini penulis akan menentukan hal yang akan di benchmarking adalah green IT strategy yang telah dirumuskan sesuai dengan kebutuhan bank Mandiri. Pada tahap ini juga akan menentukan dimensi-dimensi apa saja yang harus dibandingkan dengan membuat suatu nilai yang dapat diukur. 2. Identifikasi mitra benchmarking Disini kita akan melakukan identifikasi siapa mitra-mitra yang dapat dibuat perbandingan dengan benchmarking. Untuk dapat membuat analisa yang baik, maka sebaiknya untuk melakukan perbandingan, dibandingkan dengan perusahaan yang telah menerapkan atapun telah merumuskan green IT strategy pada data center yang dimilki oleh perusahaan tersebut. Agar dapat nilai yang maksimal sebaiknya benchmarking dilakukan terhadap lebih dari satu perusahaan. 38 3. Pengumpulan informasi Setelah kita mendapatkan dimensi-dimensi yang akan kita ukur, maka penulis akan mulai dengan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan. 4. Analisis Dengan data-data yang telah kita dapat, kemudian dengan dimensi yang telah ditentukan, maka kita dapat melakukan analisis terhadap data yang kita punya dengan data-data mitra benchmarking. 5. Implementasi Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka akan didapat kesimpulan mengenai green IT strategy yang telah dirumuskan dibandingkan dengan green IT strategy yang ada diperusahaan lain.