BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Menurut Daryl Beum, respon juga diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku. Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan prosimal tersebut (Adi, 1994:105). Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas pembahasannya dengan sikap. Dengan melihat sikap seseornag atau sekelompok orang terhadap sesuatu, maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Dalam menanggapi suatu respon seseorang akan muncul respon positif yakni menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, dan respon negatif yakni apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau menjadi menghindar dan membenci objek tertentu (Walgito, 2000:23). Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. 10 Universitas Sumatera Utara Diketahui bahwa pengungkapan sikap dapat melalui : 1. Pengaruh atau penolakan. 2. Penilaian 3. Suka atau tidak suka 4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologis Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai repon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu. Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon yaitu: 1. Variabel struktural yakni faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik. 2. Variabel fungsional yakni faktor-faktor yang terdapat dalam diri pengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthefield, dalam Sarlito, 1991:47). Respon dalam penelitian akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. 2.1.1 Persepsi Persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah 11 Universitas Sumatera Utara terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiaran yang unik terhadap situasi, dan bukan suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. (Walgito, 2000:34) Menurut Thoha, persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialamioleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewatpenglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsiadalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yangunik terhadap dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.Menurut William James, persepsi terbentuk atas dasar data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indra kita. Diperoleh dari pengolahan ingatan, diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialamioleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewatpenglihatan ,pendengaran, penghayatan, perasaan dan penerimaan. Persepsi merupakansuatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar.Fenomena lain yang terkait dengan penginderaan adalah illusi. Illusi munculkarena akibat keterbatasan kemampuan indra kita, dan illusi bukanlah suatu tipuan (trick) ataupun persepsi-persepsi yang salah (misperception). Morgan, King, Weisz,danSchopler memandang bahwa illusi adalah suatu persepsi, tetapi ia disebut persepsikarena ia tidak sejalan dengan persepsi yang lain. Fenomena yang lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi (attention).Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam kaitan denganpengalaman. Oleh karena itu, atensi ini menjadi bagian yang 12 Universitas Sumatera Utara terpenting dalam prosespersepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasarkan diri pada proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang ada pada lingkungan, karenasernsori channel kita tidak mungkin memproses semua rangsangan yang berada padalingkungan kita. Hal–hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internaldan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah : 1) Motif dan kebutuhan 2) Prepator set, yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu inputsensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain. 3) Minat (interest) Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah : 1) Intensitas dan ukuran ( intensity and size ). Misalnya makin keras suara suatubunyi maka makin menarik perhatian seseorang. 2) Kontras dengan hal-hal yang baru. 3) Pengulangan 4) Pergerakan (Adi, 2000:105). Selain penglihatan dan pendengaran, atensi, pengetahuan juga penting dalamproses persepsi. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperolehmanusia melalui pengamatan akal, dimana pengetahuan muncul ketika seseorangmenggunakan akal budinya untuk mengenali benda/kejadian tertentu yang belumpernah dilihat/dilakukan sebelumnya. Misalnya : seseorang yang baru pertama kalidipilih untuk memimpin suatu organisasi maka ia akan mendapatkan2 pengetahuantentang manajemen organisasi tersebut (Walgito, 2000 : 45). 13 Universitas Sumatera Utara Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1. Media Media yang secara khusus didesainuntuk mencapai masyarakat yang sangatluas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran dan majalah. 2. Keterpaparan informasi Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui namun ada pula yangmenekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasijuga memiliki arti yang lain sebagaimana oleh RUU teknologi informasi yangmengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkaninformasi dengan tujuan tertentu. 2.1.2 Sikap Sikap adalah suatu organisasi yang mengandung pendapat, perasaan dankeyakinan tentang sesuatu yang sifatnya relative konstan pada perasaan tertentu danmemberikan dasar untuk berperilaku (Walgito, 2000 : 57).Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkahlaku tertentu jika ia menghadapi suatu rangsangan tertentu (Sarwono, 1991 : 20).Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan yang berbentuk batiniah sepertiaktualisasi diri, dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya hasil-hasil dan usaha-usahapembangunan. Menurut Walgito (2000:97) penilaian,penerimaan/penolakan, sikap dapat mengharapkan/menghindari dilihat suatu melalui objek tertentu. 14 Universitas Sumatera Utara 1. Penilaian adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang bagaimana menilai objek tersebut. 2. Penerimaan/penolakan adalah berhubungan dengan rasa senang/tidak senang.Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan sistem nilai yang dimiliki. 3. Mengharapkan/menghindari adalah kesiapan seseorang bertingkah laku yangberhubungan dengan objek sikapnya. Ciri-ciri sikap sebagai berikut: 1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang tanpaobjek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembagamasyarakat dan sebagainya. 2. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkanpengalaman dan latihan. 3. Karena sikap dapat dipelajari,maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif sulit berubah. 4. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi. 5. Sikap tidak hanya satu macam, melainkan sangat beragam sesuai dengan objekyang menjadi pusat perhatiannya. 6. Dalam sikap tersangkut juga motivasi dan perasaan (Adi, 2000:179). Sikap merupakan keceenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkahlaku tertentu jika ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. (Sarwono,1991:20).Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan yang 15 Universitas Sumatera Utara berbentuk batiniah sepertiaktualisasi diri, dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya hasil-hasil dan usaha-usahapembangunan. 2.1.2 Partisipasi Partisipasi juga menjadi hal yang sangat pentingbahkan mutlak diperlukan dalam mengukur respon. Pendekatan partisipasi bertumpupada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunansecara menyeluruh.Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation, yang artinya mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang-orangatau anggota masyarakat aktif menyumbang kreatifitas dan inisiatifnya dalam usahameningkatkan kualitas hidupnya. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalammasyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat danmenciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah (Walgito, 2000 : 68). Menurut Huntingon partisipasi tidak hanya sebagai strategi dalam program masyarakat, tetapi juga menjadi hasil yang diharapkan dari program pengembanganmasyarakat. Di dalam proses pembangunan secara keseluruhan, perluasan partisipasidapat dipahami sebagai berikut: 1. Sebagai satu tujuan utama, masyarakat, kekuatan sosial, dan perorangan yang terlibat didalam proses itu. 2. Sebagai sarana kaum elit, kelompok-kelompok dan perorangan untuk mencapai tujuan lain yang mereka nilai tinggi. 3. Sebagai hasil sampingan atau konsekuensi tercapainya tujuan-tujuan lain, baikoleh masyarakat secara keseluruhan oleh kaum elit, kelompok-kelompok danperorangan di dalam masyarakat (Huntingon dalam Walgito,2000:73). 16 Universitas Sumatera Utara Partisipasi yang sering juga disebut peran serta atau ikut serta masyarakat,diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif (terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap persiapan,perencanaan, pelaksaan, pemeliharaan, evaluasi hingga pengembangan atauperluasannya. Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat (pelaku) untuksuatu program, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antaralain: 1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangaunan. Karena semua sudahdikerjakan oleh pihak luar masyarakat tinggal menerima jadi berupa hasilpembangunan misalnya gedung sekolah, pembibitan tanaman,masyarakat tinggal menerima bibitnya, dsb. Partisipasi ini jelas mudah, namunmenikmati belum berarti memelihara. 2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan hal ini terjadi karenapihak luar masyarakat, sudah mengerjakan persiapan, perencanaan, danmenyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal melaksanakan, dansetelah itu baru dapat menikmati hasilnya misalnya dalam membangun jalan (pengerasan), masyarakat ikut serta meratakan jalan dan menata/ merapikan batu. Pemugaran rumah ,masyarakat tinggal memasang alat-alat/bahan yangsudah disediakan. 3. Berperan serta dalam memelihara hasil program. Fungsi ini lebih sulit, apalagikalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit bukan saja karena tidakmempunyai keterampilan,tetapi yang lebih penting karena mereka merasa tidakmemiliki program tersebut, misalnya biasanya masyarakat bersedia 17 Universitas Sumatera Utara memeliharasatu gedung milik umum di desa jika mereka ikut ambil bagian dalammembangunnya, bahkan ikut menyumbang sebagian bahan. 4. Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakatkarena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat merasa programtidak sesuai dengan aspirasinya (Walgito, 2000 : 70). Partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunanmemerlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan kepentingan yang sama.Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi penyadaran. Untuk berhasilnyaprogram pembangunan desa tersebut, warga masyarakat di tuntut untuk terlibat tidakhanya dalam aspek kognitif dan praktis tetapi juga ada keterlibatan emosional padaprogram tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberikan kekuatan dan perasaan untukikut serta dalam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa. 2.2 Masyarakat 2.2.1 Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Ralph Linton dalam Basrowi, 2005:38). Sementara Koentjaraningrat mendefenisikan masyarakat yaitu suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat dalam Basrowi, 2005:39). Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh 18 Universitas Sumatera Utara mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1993:47). Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang harus ada dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang-orang, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain. Dalam pembangunan suatu daerah, masyarakat merupakan salah satu faktoryang sangat penting, karena masyarakat merupakan pendorong terjadinya suatudaerah tersebut untuk berkembang. Hal yang tak dapat dipungkiri bahwa masyarakatadalah salah satu penunjang kemajuan suatu daerah, karena tanpa dukungan danpartisipasi masyarakat, maka mustahil pembangunan dapat dikembangkan. 2.2.2 Ciri-Ciri Masyarakat Menurut Durkheim, masyarakat bukanlah hanya sekedar suatu penjumlahan individu semata, melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka (anggota masyarakat), sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya sendiri. Masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu sebagai berikut: a. Manusia yang hidup bersama. b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya (Soerjono Soekanto dalam Basrowi, 2005:40) 19 Universitas Sumatera Utara Menurut Talcott Parson (dalam Basrowi, 2005:41), bahwa ciri-ciri adanya masyarakat yaitu : a. Suatu sistem sosial yang swasembada (selfsubsistent). b. Melebihi masa hidup individu normal. c. Merekrut anggota secara reproduksi biologis. d. Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya. Berdasarkan ciri-ciri masyarakat diatas, maka berarti masyarakat bukan hanya sekedar sekumpulan manusia belaka, tetapi diantara mereka yang berkumpul itu harus ditandai dengan adanya hubungan atau pertalian satu sama lainnya. Paling tidak, setiap individu sebagai anggota masyarakat mempunyai kesadaran akan keberadaan individu lainnya (Basrowi, 2005:42). 2.2.3 Masyarakat dan Macamnya Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena prosesmasyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yangtenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaandari anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disinidimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang-wenang, untuk mengutamakankepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukumyang telah ditetapkan (negara dan sebagainya) dengan sukarela berarti menurutadaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam : a. Masyarakat paksaan umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya. 20 Universitas Sumatera Utara b. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam : 1. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaannya dalam keadaan terpencil atau tidakberhubungan dengan dunia luar. 2. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya (Shadily,1993 : 52). 2.2.4 Masyarakat Pedesaan (Rural Community) Masyarakat Pedesaan (Rural Community), istilah Community dapat diterjemahkan sebagai istilah mana penunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok. Baik kelompok itu besar maupun kecil,hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan yang utama, maka kelompok tadi disebutt masyarakat setempat atau masyarakat pedesaan. Sebagai suatu perumpamaan, kebutuhan seseorang tidak mungkin secara keseluruhan terpenuhi apabila dia hidup bersama-sama rekan lainnya yang sesuku. Dengan demikian, kriteria yang utama bagi adanya suatu masyarakat setempat adalah adanya social relationships antara anggota suatu kelompok. Dengan mengambil pokok-pokok uraian diatas, dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal disuatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya. Dapat disimpulkan secara singkat bahwa masyarakat pedesaan adalah 21 Universitas Sumatera Utara suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-dasar daripada masyarakat pedesaan adalah lokalitas dan perasaan masyarakat pedesaan tersebut. Suatu masyarakat pedesaan pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah) tertentu. Walaupun sekelompok manusia merupakan masyarakat pengembara akan tetapi pada saat-saat tertentu anggota-anggotanya pasti berkumpul pada suatu tempat tertentu, misalnya bila mengadakan upacara-upacara tradisional. Masyarakat-masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Memang dalam masyarakat modern, karena perkembangan teknologi alat-alat perhubungan, ikatan pada tempat tinggal agak berkurang, akan tetapi sebaliknya hal itu bahkan memperluas wilayah pengaruh masyarakat setempat yang bersangkutan. Secara garis besar, masyarakat pedesaan berfungsi sebagai ukuran untuk menggarisbawahi antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Sebagai contoh, betapa pun kuatnya pengaruh luar, misalnya dibidang pertanian mengenai soal cara-cara penanaman yang lebih efisien, penggunaan pupuk dan sebagainya, akan tetapi masyarakat desa masih tetap mempertahankan tradisi yaitu ada hubungan yang erat dengan tanah, karena tanah itulah yang memberikan kehidupan kepadanya. Akan tetapi tempat tinggal tertentu saja, walaupun merupakan suatu dasar pokok, tidak cukup untuk membentuk suatu masyarakat pedesaan. 22 Universitas Sumatera Utara 2.3 Konsep Kemiskinan 2.3.1 Pengertian Kemiskinan Untuk memahami masalah kemiskinan perlu memandang kemiskinan dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemisikinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian,2012:2-3) Pendapat beberapa ahli yang mengemukakan definisi kemiskinan yaitu sebagai berikut : 1. Pearce (dalam Siagian,2012:7) mengemukakan, kemiskinan merupakan produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal. Dengan sumber daya manusia serta kelembagaan. 2. J.Friedman (dalam Roebyanto dkk, 2011:20) mengartikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan social. 3. Schiller (dalam Suyanto, 2013:1) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayananpelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan social yang terbatas. 23 Universitas Sumatera Utara 2.3.2 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Menurut faktor yang melatarbelakangi, akar penyebab kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, kemiskinan alamiah yakni kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah. Kedua, kemiskinan buatan yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur social yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitasfasilitas yang ada. Dengan demikian masyarakat akan tetap miskin walaupun sebenarnya jumlah total produksi yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut dibagi rata dapat membebaskan semua anggota masyarakat dari kemiskinan (Suyanto,2013:8) Faktor-faktor penyebab dasar kemiskinan, menurut Bank Dunia (2003) adalah sebagai berikut: 1. Kegagalan kepemilikan terutama modal dan tanah 2. Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana 3. Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor 4. Adanya perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung. 5. Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional vs ekonomi modern) 6. Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat. 7. Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkungannya (Khomsan dkk,2015). 24 Universitas Sumatera Utara 2.4 Objek Wisata Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik tempat/daerah/Negara wisata. karena Seorang tertarik wisatawan oleh berkunjung sesuatu yang ke menarik suatu dan menyebabkan wisatawan berkunjung ke suatu tempat/daerah/Negara disebut daya tarik dan atraksi wisata (Mappi,2001 : 30). Dalam undang-undang No.9 tahun 190, objek dan daya tarik wisata adalah segala yang menjadi sarana perjalanan wisata. Menurut Mappi (2001 : 30-33) objek wisata dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu : a. Objek wisata alam, misalnya : laut, panttai, gunung (berapi), danau, sungai, fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam dan lain-lain. b. Objek wisata budaya, misalnya : upacara kelahiran, tari-tari (tradisional), musik (tradisional), pakaian adat, perkawinan adat, upacara turun ke sawah, upacara panen, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festifal budaya, kain tenun (tradisional), tekstil lokal, pertunjukan (tradisional), adat-istiadat lokal, museum, dalan lain-lain. c. Objek wisata buatan, misalnya : sarana dan fasilitas olahraga, permainan (layangan), hiburan (lawak atau akrobatik, sulap), ketangkasan (naik kuda), taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain. 25 Universitas Sumatera Utara Dalam membangun objek wisata tersebut harus memperhatikan keadaan sosial-ekonomi masyarakat setempat, sosial budaya daerah setempat, nilai-nilai agama, adat istiadat, lingkungan hidup, dan objek wisata itu sendiri. Pembangunan objek dan daya tarik wisata dapat dilakukan oleh Pemerintah, Badan Usaha, maupun Perseorangan dengan melibatkan dan bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait. Menurut UU No.9 Tahun 1990 disebutkan bahwa objek wisata dan daya tarik wisata terdiri terdiri dari : a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora, dan fauna. b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan sejarah, wisata agr, wisata tirta, wisata petualang alam, taman rekreasi dan tempat hiburan. Berdasarkan hal tersebut diatas, objek wisata dapat diklasifikasikan menjadi dua macam wisata yaitu wisata buatan manusia dan wisata alam. 26 Universitas Sumatera Utara 2.5 Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan sosial dalam artian yang luas mencakupberbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupanmasyarakat yang lebih baik.Menurut Walter A.Friedlander pengertian kesejahteraan sosial adalah: “Sistemyang terorganisir dari pelayanan- pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yangbertujuan untuk membantu individu dankelompok untuk mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkanmereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkankesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat” (Muhidin,1992:1). Menurut Elizabeth Wickenden, kesejahteraan sosial termasuk didalamnya adalah peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin ataumemperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar darimasyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat. Dalam UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok KesejahteraanSosial Pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa, “ Kesejahteraan sosial ialah suatu tatakehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasakeselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagisetiap warganegara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan- kebutuhanjasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakatdengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila” (Adi, 2000:1). Menurut Undang-undang No. 11 tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual dan sosial warga negara agar 27 Universitas Sumatera Utara dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Midgley mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai kondisi sejahtera manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal dan pendapatan dapat terpenuhi serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resikoresiko utama yang mengancam kehidupannya. Berdasarkan defenisinya, kesejahteraan sosial dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan, kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan atau pelayanan dan kesejahteraan sosial sebagai ilmu (Suud, 2006).Berdasarkan defenisi diatas, dapat diambil pengertian bahwa kesejahteraansosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidupmanusia, baik di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun kehidupanspiritual. Menurut Todaro (2000), ada tiga komponen yang dapat diukur dari hakekat pembangunan. Ketiga komponen itu adalah kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem) serta kebebasan (freedom). Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokokyang harus dicapai oleh setiap orang dan masyarakat dalam proses pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya sepanjang zaman. Selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya menerapkan paradigma pertumbuhan semata, adalah munculnya kesenjangan antara kaya dan miskin, serta pengangguran yang 28 Universitas Sumatera Utara merajalela. Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan. Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteran. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus diperjuangkan, mulai dari pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai komponen yang dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada kehidupan yang sejahtera atau belum. Komponen yang dapat dilihat antara lain keadaan perumahan di mana mereka tinggal, tingkat pendidikan, dan kesehatan. Komponen kesejahteraan yang dapat dipakai sebagai indikator kesejahteraan masyarakat adalah kependudukan, tingkat kesehatandan gizi masyarakat, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan sosial budaya. 29 Universitas Sumatera Utara 2.6 Kerangka Pemikiran Pembangunan merupakan suatu upaya perubahan, dari suatu kondisi tertentu menuju suatu kondisi yang lebih baik dan maju. Kondisi yang dimaksud yaitu kemiskinan yang terjadi pada masyarakat pada di suatu wilayah tertentu, sehingga upaya perubahan dilakukan demi meningkatkan taraf hidup masyarakat tersebut. Fenomena kemiskinan terbesar terjadi pada daerah pedesaan dan menjadi masalah yang kompleks serta memerlukan suatu penanggulangan. Pemerintah memiliki peran penting dalam penanggulangan kemiskinan tersebut dan merupakan tanggung jawab sebuah Negara. Kemiskinan yang dialami masyarakat tersebut dapat dikatakan sebagai suatu inspirasi untuk merencanakan suatu perubahan yang lebih baik yaitu sejahtera. Upaya perubahan yang dilakukan dengan melaksanakan pembangunan, melalui pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya yang potensial baik sumber daya alam dan sumber daya manusia. Salah satu upaya pembangunan yaitu dengan pemanfaatan dan optimalisasi potensi sumber daya alam, salah satunya adalah pembangunan pada sektor pariwisata. Sebagaimana sektor pariwisata merupakan salah satu kunci penting untuk pembangunan wilayah di suatu Negara dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Bukit Gibeon di desa Parsaoran Sibisa merupakan objek wisata yang sangat potensial di Sumatera Utara karena letak Objek wisata ini berada disekitar Danau Toba yang saat ini Danau Toba ditetapkan menjadi salah satu dari sepuluh Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang diprioritaskan pemerintah untuk dikembangkan. Dalam hal ini pemerintah telah membentuk Badan Otorita Pengelola Kawasan Danau Toba yang dalam kajiannya pasti akan berdampak 30 Universitas Sumatera Utara pada kesejahteraan masyarakat disekitar Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa karena letak geografis Objek Wisata Bukit Gibeon yang berada di salah satu dari tujuh kabupaten diSekitar pembangunan kawasan Danau Toba yaitu Kabupaten Tobasa. Seiring dengan upaya pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tersebut tentunya akan memberikan perubahan dan banyaknya minat para investor untuk membangun Objek Wisata yang baru khusuhnya didaerah Tobasa yang salah satunya adalah kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Tobasa dimana Objek Wisata ini dibangun oleh seorang pengusaha putra daerah yaitu Dr DL Sitorus. Seiring dengan hal tersebut, bagaimana masyarakat Desa Parsaoran Sibisa merespon kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon tersebut. Untuk mengetahui respon masyarakat, dapat dilihat dari persepsi, sikap, dan partisipasi penduduk setempat akan kehadiran dan pengelolaan objek wisata terebut. Berdasarkan uraian di atas, Peneliti membuat bagan alur pemikiran untuk menggambarkan kerangka pemikiran tersebut yaitu sebagai berikut : 31 Universitas Sumatera Utara Bagan alur pemikiran Kemiskinan Objek Wisata Bukit Gibeon Desa Parsaoran Sibisa Kec.Ajibata Kab. Tobasa Respon Masyarakat Terhadap Objek Wisata Bukit Gibeon Desa Parsaoran Sibisa Kec.Ajibata Kab. Tobasa Persepsi 1. Penglihatan dan Pendengaran 2. Atensi 3. Pengetahuan 4. Menilai 5. Frekuensi 6. Kualitas Positif Sikap 1. Penilaian 2. Penolakan/Penerimaan 3. Mengharapkan/Menghindari Partisipasi 1. Menikmati 2. Melaksanakan 3. Memelihara Negatif 32 Universitas Sumatera Utara 2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep Konsep adalah suatu makna yang berada dialam pikiran atau di duniakepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan ataukata-kata (Suyanto,2015 : 49 ).Konsep merupakan suatu istilah atau defenisi yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan kelompok atau individuyang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989 : 33). Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui respon masyarakat desa Parsaoran Sibisa terhadap Objek Wisata Bukit Gibeon, oleh karena itu untuk menghindarikesalahpahaman dalam penelitian ini maka dirumuskan dan didefenisikan istilah yangdigunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindarisalah pengertian yang dapat mengaburkan penelitian. Adapun yang menjadi batasan konsep penelitian ini adalah : 1. Respon adalah tanggapan, reaksi maupun jawaban dimana tingkah laku atau sikapyang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilain atau penolakan, sukaatau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. 2. Masyarakat adalahsuatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama, dan merupakan satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. 3. Pembangunan adalahperubahan yang terencana dari situasi ke situasi yang lain yang dinilai lebih baik, pemanfaatan segala macam sumber daya danmodal, 33 Universitas Sumatera Utara seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, demi meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. 2.7.2 Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasiyang lengkap tentang apa yang diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memilikirujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakanpenelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari konsep-konsep yangmenggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009:120). Adapun yang menjadi defenisi operasional yang peneliti rumuskan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa yaitu dengan indikator sebagai berikut : 1. Persepsi masyarakat mengenai kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa, dapat diukur dengan: a. Penglihatan dan pendengaran yaitu suatu proses dimana masyarakat dapat mencermati, menilai dan memahami kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa yang dilaksanakan oleh Perseorangan sebagai pihak yang mengelola Objek Wisata Tersebut. b. Atensi yaitu suatu proses penyeleksian masyarakat terhadap kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa yang dilaksanakan pihak pengelola yaitu bapak Dr.DL Sitorus. c. Pengetahuan yaitu informasi yang diperoleh masyarakat mengenai kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa 34 Universitas Sumatera Utara yang dikelola oleh pihak pengelola melalui keterbukaan dan keterpaparan informasidimana pemilik/pengelola mengumumkan adanya informasi kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa tersebut melalui media sosial/elektronik maupun cetak dan melaksanakan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat Desa Parsaoran Sibisa. 2. Sikap masyarakat terhadap kehadiranObjek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa , dapat diukur dengan: a. Penilaian yaitu pengetahuan atau informasi yang dimiliki masyarakat terhadap kehadiranObjek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa. Dari pengetahuan tersebut kemudian akan terbentuk suatu keyakinantentang bagaimana menilai Objek Wisata tersebut. b. Penolakan/penerimaan yaitu berhubungan dengan rasa senang atau tidak senangnya masyarakat terhadapkehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisayang dikelola oleh pemilik Objek Wisata tersebut yaitu Dr.DL Sitorus. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa masyarakat menolak atau menerima terhadap kehadiran Objek Wisata tersebut. c. Mengharapkan/menghindari yaitu kesiapan masyarakat untuk bertingkah lakuberhubungan dengan adanya kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisayang dikelola oleh pemilikObjek Wisata tersebut yaitu Dr.DL Sitorus , sehinggadalam 35 Universitas Sumatera Utara hal ini dapat diketahui bahwa masyarakat mengharapkan atau menghindari kehadiran Objek Wisata tersebut. 3. Partisipasi masyarakat terhadap kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa , dapat diukur dengan : a. Menikmati yaitumasyarakat berperan serta dalam menikmati hasil darikehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa b. Melaksanakan yaitu masyarakat berperan serta dalam mengelola Objek Wisata tersebut, mulai dari perencanaan, persiapan, dan pengelolaan Objek Wisata tersebut. c. Memelihara yaitu masyarakat berperan serta dalam memeliharaObjek Wisata tersebut, baik berupa sarana dan prasarana. d. Menilai yaitu masyarakat berperan serta dalam menilaiObjek Wisata tersebut , dimana masyarakat dapat menilai positif atau negatif dari kehadiran Objek Wisata tersebut. e. Frekuensi yaitu keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan dan mengelola Objek Wisata tersebut, mulai dari perencanaan, persiapan dan pelaksanaan, dimana keterlibatan masyarakat harus memiliki frekuensi yang baik dan teratur. Dari indikator-indikator yang digunakan tersebut, diharapkan dapat disimpulkan respon masyarakat terhadap kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa. 36 Universitas Sumatera Utara