10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Respon merupakan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Respon
Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik
sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka
atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Menurut Daryl
Beum, respon juga diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi
tingkah laku. Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian
rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian
rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan
prosimal tersebut (Adi, 1994:105).
Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap
merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika ia
menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak
terlepas pembahasannya dengan sikap. Dengan melihat sikap seseornag atau
sekelompok orang terhadap sesuatu, maka akan diketahui bagaimana respon
mereka terhadap kondisi tersebut. Dalam menanggapi suatu respon seseorang
akan muncul respon positif yakni menyenangi, mendekati dan mengharapkan
suatu objek, dan respon negatif yakni apabila informasi yang didengarkan atau
perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau menjadi menghindar
dan membenci objek tertentu (Walgito, 2000:23).
Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan
perasaan, kecurigaan dan prasangka, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang
suatu hal yang khusus.
10
Universitas Sumatera Utara
Diketahui bahwa pengungkapan sikap dapat melalui :
1. Pengaruh atau penolakan.
2. Penilaian
3. Suka atau tidak suka
4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologis
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau
sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan
atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat yakni cenderung menyenangi,
mendekati dan mengharapkan suatu objek, seseorang disebut mempunyai respon
positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang
mempunyai repon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan
suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci
objek tertentu. Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon yaitu:
1. Variabel struktural yakni faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan
fisik.
2. Variabel fungsional yakni faktor-faktor yang terdapat dalam diri pengamat,
misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthefield, dalam
Sarlito, 1991:47).
Respon dalam penelitian akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi, sikap
dan partisipasi.
2.1.1 Persepsi
Persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam
memahami
informasi
tentang
lingkungannya
baik
lewat
penglihatan,
pendengaran, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah
11
Universitas Sumatera Utara
terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiaran yang
unik terhadap situasi, dan bukan suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.
(Walgito, 2000:34)
Menurut Thoha, persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialamioleh
setiap
orang
dalam
memahami
informasi
tentang
lingkungannya
baik
lewatpenglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami
persepsiadalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu
penafsiran yangunik terhadap dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap
situasi.Menurut William James, persepsi terbentuk atas dasar data yang kita
peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indra kita. Diperoleh dari pengolahan
ingatan, diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Jadi yang
dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialamioleh setiap
orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewatpenglihatan
,pendengaran, penghayatan, perasaan dan penerimaan. Persepsi merupakansuatu
penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang
benar.Fenomena lain yang terkait dengan penginderaan adalah illusi. Illusi
munculkarena akibat keterbatasan kemampuan indra kita, dan illusi bukanlah
suatu tipuan (trick) ataupun persepsi-persepsi yang salah (misperception).
Morgan, King, Weisz,danSchopler memandang bahwa illusi adalah suatu
persepsi, tetapi ia disebut persepsikarena ia tidak sejalan dengan persepsi yang
lain.
Fenomena yang lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi
(attention).Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam
kaitan denganpengalaman. Oleh karena itu, atensi ini menjadi bagian yang
12
Universitas Sumatera Utara
terpenting dalam prosespersepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasarkan diri
pada proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang
ada pada lingkungan, karenasernsori channel kita tidak mungkin memproses
semua rangsangan yang berada padalingkungan kita.
Hal–hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor
internaldan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah :
1) Motif dan kebutuhan
2) Prepator set, yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu
inputsensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain.
3) Minat (interest)
Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah :
1) Intensitas dan ukuran ( intensity and size ). Misalnya makin keras suara
suatubunyi maka makin menarik perhatian seseorang.
2) Kontras dengan hal-hal yang baru.
3) Pengulangan
4) Pergerakan (Adi, 2000:105).
Selain penglihatan dan pendengaran, atensi, pengetahuan juga penting
dalamproses persepsi. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperolehmanusia melalui pengamatan akal, dimana pengetahuan muncul ketika
seseorangmenggunakan akal budinya untuk mengenali benda/kejadian tertentu
yang belumpernah dilihat/dilakukan sebelumnya. Misalnya : seseorang yang baru
pertama kalidipilih untuk memimpin suatu organisasi maka ia akan mendapatkan2
pengetahuantentang manajemen organisasi tersebut (Walgito, 2000 : 45).
13
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Media
Media yang secara khusus didesainuntuk mencapai masyarakat yang
sangatluas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran dan
majalah.
2. Keterpaparan informasi
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui namun ada pula
yangmenekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah
informasijuga memiliki arti yang lain sebagaimana oleh RUU teknologi informasi
yangmengartikannya
sebagai
suatu
teknik
untuk
mengumpulkan,
menyiapkan,menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan
menyebarkaninformasi dengan tujuan tertentu.
2.1.2
Sikap
Sikap adalah suatu organisasi yang mengandung pendapat, perasaan
dankeyakinan tentang sesuatu yang sifatnya relative konstan pada perasaan
tertentu danmemberikan dasar untuk berperilaku (Walgito, 2000 : 57).Sikap
merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkahlaku
tertentu jika ia menghadapi suatu rangsangan tertentu (Sarwono, 1991 :
20).Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan yang berbentuk batiniah
sepertiaktualisasi diri, dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya hasil-hasil dan
usaha-usahapembangunan.
Menurut
Walgito
(2000:97)
penilaian,penerimaan/penolakan,
sikap
dapat
mengharapkan/menghindari
dilihat
suatu
melalui
objek
tertentu.
14
Universitas Sumatera Utara
1. Penilaian adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.
Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang
bagaimana menilai objek tersebut.
2. Penerimaan/penolakan adalah berhubungan dengan rasa senang/tidak
senang.Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan sistem nilai yang
dimiliki.
3. Mengharapkan/menghindari adalah kesiapan seseorang bertingkah laku
yangberhubungan dengan objek sikapnya.
Ciri-ciri sikap sebagai berikut:
1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang
tanpaobjek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial,
lembagamasyarakat dan sebagainya.
2.
Sikap
tidak
dibawa
sejak
lahir
tetapi
dipelajari
dan
dibentuk
berdasarkanpengalaman dan latihan.
3. Karena sikap dapat dipelajari,maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif
sulit berubah.
4. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.
5. Sikap tidak hanya satu macam, melainkan sangat beragam sesuai dengan
objekyang menjadi pusat perhatiannya.
6. Dalam sikap tersangkut juga motivasi dan perasaan (Adi, 2000:179).
Sikap merupakan keceenderungan atau kesediaan seseorang untuk
bertingkahlaku tertentu jika ia menghadapi suatu rangsangan tertentu.
(Sarwono,1991:20).Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan yang
15
Universitas Sumatera Utara
berbentuk batiniah sepertiaktualisasi diri, dan dapat pula berbentuk fisik seperti
halnya hasil-hasil dan usaha-usahapembangunan.
2.1.2 Partisipasi
Partisipasi juga menjadi hal yang sangat pentingbahkan mutlak diperlukan
dalam mengukur respon. Pendekatan partisipasi bertumpupada kekuatan
masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunansecara
menyeluruh.Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation, yang
artinya mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana
orang-orangatau
anggota
masyarakat
aktif
menyumbang
kreatifitas
dan
inisiatifnya dalam usahameningkatkan kualitas hidupnya. Partisipasi atau
keikutsertaan para pelaku dalammasyarakat untuk terlibat dalam proses
pembangunan ini akan membawa manfaat danmenciptakan pertumbuhan ekonomi
di daerah (Walgito, 2000 : 68).
Menurut Huntingon partisipasi tidak hanya sebagai strategi dalam program
masyarakat, tetapi juga menjadi hasil yang diharapkan dari program
pengembanganmasyarakat. Di dalam proses pembangunan secara keseluruhan,
perluasan partisipasidapat dipahami sebagai berikut:
1. Sebagai satu tujuan utama, masyarakat, kekuatan sosial, dan perorangan yang
terlibat didalam proses itu.
2. Sebagai sarana kaum elit, kelompok-kelompok dan perorangan untuk mencapai
tujuan lain yang mereka nilai tinggi.
3. Sebagai hasil sampingan atau konsekuensi tercapainya tujuan-tujuan lain,
baikoleh masyarakat secara keseluruhan oleh kaum elit, kelompok-kelompok
danperorangan di dalam masyarakat (Huntingon dalam Walgito,2000:73).
16
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi yang sering juga disebut peran serta atau ikut serta
masyarakat,diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara
aktif (terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap
persiapan,perencanaan, pelaksaan, pemeliharaan, evaluasi hingga pengembangan
atauperluasannya. Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat
(pelaku) untuksuatu program, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam
berpartisipasi antaralain:
1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangaunan. Karena semua
sudahdikerjakan oleh pihak luar masyarakat tinggal menerima jadi berupa
hasilpembangunan misalnya gedung sekolah, pembibitan tanaman,masyarakat
tinggal menerima bibitnya, dsb. Partisipasi ini jelas mudah, namunmenikmati
belum berarti memelihara.
2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan hal ini terjadi
karenapihak luar masyarakat, sudah mengerjakan persiapan, perencanaan,
danmenyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal melaksanakan,
dansetelah itu baru dapat menikmati hasilnya misalnya dalam membangun jalan
(pengerasan), masyarakat ikut serta meratakan jalan dan menata/ merapikan batu.
Pemugaran rumah ,masyarakat tinggal memasang alat-alat/bahan yangsudah
disediakan.
3. Berperan serta dalam memelihara hasil program. Fungsi ini lebih sulit,
apalagikalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit bukan saja karena
tidakmempunyai keterampilan,tetapi yang lebih penting karena mereka merasa
tidakmemiliki program tersebut, misalnya biasanya masyarakat bersedia
17
Universitas Sumatera Utara
memeliharasatu gedung milik umum di desa jika mereka ikut ambil bagian
dalammembangunnya, bahkan ikut menyumbang sebagian bahan.
4. Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil
masyarakatkarena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat merasa
programtidak sesuai dengan aspirasinya (Walgito, 2000 : 70).
Partisipasi
aktif
masyarakat
dalam
pelaksanaan
program
pembangunanmemerlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan
kepentingan yang sama.Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi
penyadaran. Untuk berhasilnyaprogram pembangunan desa tersebut, warga
masyarakat di tuntut untuk terlibat tidakhanya dalam aspek kognitif dan praktis
tetapi juga ada keterlibatan emosional padaprogram tersebut. Hal ini diharapkan
dapat memberikan kekuatan dan perasaan untukikut serta dalam gerakan
perubahan yang mencakup seluruh bangsa.
2.2 Masyarakat
2.2.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan
bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah
satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Ralph Linton dalam Basrowi,
2005:38). Sementara Koentjaraningrat mendefenisikan masyarakat yaitu suatu
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama
(Koentjaraningrat dalam Basrowi, 2005:39).
Masyarakat adalah golongan besar atau
kecil terdiri dari beberapa
manusia, yang dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh
18
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1993:47). Pengaruh dan pertalian
kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang harus ada
dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang-orang, diantara
mereka harus ada pertalian satu sama lain.
Dalam pembangunan suatu daerah, masyarakat merupakan salah satu
faktoryang sangat penting, karena masyarakat merupakan pendorong terjadinya
suatudaerah tersebut untuk berkembang. Hal yang tak dapat dipungkiri bahwa
masyarakatadalah salah satu penunjang kemajuan suatu daerah, karena tanpa
dukungan danpartisipasi masyarakat, maka mustahil pembangunan dapat
dikembangkan.
2.2.2 Ciri-Ciri Masyarakat
Menurut
Durkheim,
masyarakat
bukanlah
hanya
sekedar
suatu
penjumlahan individu semata, melainkan suatu sistem yang dibentuk dari
hubungan antar mereka (anggota masyarakat), sehingga menampilkan suatu
realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya sendiri. Masyarakat itu mempunyai
ciri-ciri pokok, yaitu sebagai berikut:
a. Manusia yang hidup bersama.
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota
kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya (Soerjono Soekanto
dalam Basrowi, 2005:40)
19
Universitas Sumatera Utara
Menurut Talcott Parson (dalam Basrowi, 2005:41), bahwa ciri-ciri adanya
masyarakat yaitu :
a. Suatu sistem sosial yang swasembada (selfsubsistent).
b. Melebihi masa hidup individu normal.
c. Merekrut anggota secara reproduksi biologis.
d. Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
Berdasarkan ciri-ciri masyarakat diatas, maka berarti masyarakat bukan
hanya sekedar sekumpulan manusia belaka, tetapi diantara mereka yang
berkumpul itu harus ditandai dengan adanya hubungan atau pertalian satu sama
lainnya. Paling tidak, setiap individu sebagai anggota masyarakat mempunyai
kesadaran akan keberadaan individu lainnya (Basrowi, 2005:42).
2.2.3 Masyarakat dan Macamnya
Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena
prosesmasyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal
kehidupan yangtenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan
sebagian kemerdekaandari anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun
sukarela. Pengorbanan disinidimaksudkan menahan nafsu atau kehendak
sewenang-wenang, untuk mengutamakankepentingan dan keamanan bersama,
dengan paksa berarti tunduk kepada hukumyang telah ditetapkan (negara dan
sebagainya) dengan sukarela berarti menurutadaptasi dan berdasarkan keinsyafan
akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.Cara terbentuknya masyarakat
mendatangkan pembagian dalam :
a. Masyarakat paksaan umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat
tawanan dan sebagainya.
20
Universitas Sumatera Utara
b. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam :
1. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku,
golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang
masih
sederhana
sekali
kebudayaannya
dalam
keadaan
terpencil
atau
tidakberhubungan dengan dunia luar.
2. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau
kepercayaan (keagamaan) antara lain kongsi perekonomian, koperasi
gereja dan sebagainya (Shadily,1993 : 52).
2.2.4
Masyarakat Pedesaan (Rural Community)
Masyarakat
Pedesaan
(Rural
Community),
istilah
Community
dapat
diterjemahkan sebagai istilah mana penunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku,
atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok. Baik kelompok itu besar
maupun kecil,hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa
kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan yang utama, maka kelompok tadi
disebutt masyarakat setempat atau masyarakat pedesaan. Sebagai suatu
perumpamaan, kebutuhan seseorang tidak mungkin secara keseluruhan terpenuhi
apabila dia hidup bersama-sama rekan lainnya yang sesuku. Dengan demikian,
kriteria yang utama bagi adanya suatu masyarakat setempat adalah adanya social
relationships antara anggota suatu kelompok. Dengan mengambil pokok-pokok
uraian diatas, dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian
masyarakat yang bertempat tinggal disuatu wilayah (dalam arti geografis) dengan
batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang
lebih besar diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas
wilayahnya. Dapat disimpulkan secara singkat bahwa masyarakat pedesaan adalah
21
Universitas Sumatera Utara
suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial
yang tertentu. Dasar-dasar daripada masyarakat pedesaan adalah lokalitas dan
perasaan masyarakat pedesaan tersebut.
Suatu masyarakat pedesaan pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal
(wilayah) tertentu. Walaupun sekelompok manusia merupakan masyarakat
pengembara akan tetapi pada saat-saat tertentu anggota-anggotanya pasti
berkumpul pada suatu tempat tertentu, misalnya bila mengadakan upacara-upacara
tradisional. Masyarakat-masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal
tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai
pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Memang dalam masyarakat modern, karena
perkembangan teknologi alat-alat perhubungan, ikatan pada tempat tinggal agak
berkurang, akan tetapi sebaliknya hal itu bahkan memperluas wilayah pengaruh
masyarakat setempat yang bersangkutan. Secara garis besar, masyarakat pedesaan
berfungsi sebagai ukuran untuk menggarisbawahi antara hubungan-hubungan
sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Sebagai contoh, betapa pun
kuatnya pengaruh luar, misalnya dibidang pertanian mengenai soal cara-cara
penanaman yang lebih efisien, penggunaan pupuk dan sebagainya, akan tetapi
masyarakat desa masih tetap mempertahankan tradisi yaitu ada hubungan yang
erat dengan tanah, karena tanah itulah yang memberikan kehidupan kepadanya.
Akan tetapi tempat tinggal tertentu saja, walaupun merupakan suatu dasar pokok,
tidak cukup untuk membentuk suatu masyarakat pedesaan.
22
Universitas Sumatera Utara
2.3
Konsep Kemiskinan
2.3.1
Pengertian Kemiskinan
Untuk memahami masalah kemiskinan perlu memandang kemiskinan dari
dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemisikinan sebagai suatu
proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang
atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak
sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sedangkan sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses
menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang
sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang
dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
(Siagian,2012:2-3)
Pendapat beberapa ahli yang mengemukakan definisi kemiskinan yaitu sebagai
berikut :
1. Pearce (dalam Siagian,2012:7) mengemukakan, kemiskinan merupakan
produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal. Dengan
sumber daya manusia serta kelembagaan.
2. J.Friedman (dalam Roebyanto dkk, 2011:20) mengartikan kemiskinan
sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan
social.
3. Schiller (dalam Suyanto, 2013:1) mengemukakan kemiskinan adalah
ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayananpelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan social yang terbatas.
23
Universitas Sumatera Utara
2.3.2
Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
Menurut faktor yang melatarbelakangi, akar penyebab kemiskinan dapat
dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, kemiskinan alamiah yakni kemiskinan
yang timbul sebagai akibat sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan
karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah. Kedua, kemiskinan
buatan yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur social yang ada membuat
anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitasfasilitas yang ada. Dengan demikian masyarakat akan tetap miskin walaupun
sebenarnya jumlah total produksi yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut dibagi
rata
dapat
membebaskan
semua
anggota
masyarakat
dari
kemiskinan
(Suyanto,2013:8)
Faktor-faktor penyebab dasar kemiskinan, menurut Bank Dunia (2003)
adalah sebagai berikut:
1. Kegagalan kepemilikan terutama modal dan tanah
2. Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana
3. Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor
4. Adanya perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat dan sistem
yang kurang mendukung.
5. Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor
ekonomi (ekonomi tradisional vs ekonomi modern)
6. Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam
masyarakat.
7. Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola
sumber daya alam dan lingkungannya (Khomsan dkk,2015).
24
Universitas Sumatera Utara
2.4
Objek Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek
dan
daya
tarik
tempat/daerah/Negara
wisata.
karena
Seorang
tertarik
wisatawan
oleh
berkunjung
sesuatu
yang
ke
menarik
suatu
dan
menyebabkan wisatawan berkunjung ke suatu tempat/daerah/Negara disebut daya
tarik dan atraksi wisata (Mappi,2001 : 30). Dalam undang-undang No.9 tahun
190, objek dan daya tarik wisata adalah segala yang menjadi sarana perjalanan
wisata.
Menurut Mappi (2001 : 30-33) objek wisata dikelompokkan ke dalam tiga
jenis, yaitu :
a. Objek wisata alam, misalnya : laut, panttai, gunung (berapi), danau,
sungai, fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan
alam dan lain-lain.
b. Objek wisata budaya, misalnya : upacara kelahiran, tari-tari
(tradisional), musik (tradisional), pakaian adat, perkawinan adat,
upacara turun ke sawah, upacara panen, cagar budaya, bangunan
bersejarah, peninggalan tradisional, festifal budaya, kain tenun
(tradisional), tekstil lokal, pertunjukan (tradisional), adat-istiadat lokal,
museum, dalan lain-lain.
c. Objek wisata buatan, misalnya : sarana dan fasilitas olahraga,
permainan (layangan), hiburan (lawak atau akrobatik, sulap),
ketangkasan (naik kuda), taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat
perbelanjaan dan lain-lain.
25
Universitas Sumatera Utara
Dalam membangun objek wisata tersebut harus memperhatikan
keadaan sosial-ekonomi masyarakat setempat, sosial budaya daerah
setempat, nilai-nilai agama, adat istiadat, lingkungan hidup, dan objek
wisata itu sendiri. Pembangunan objek dan daya tarik wisata dapat
dilakukan oleh Pemerintah, Badan Usaha, maupun Perseorangan dengan
melibatkan dan bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait.
Menurut UU No.9 Tahun 1990 disebutkan bahwa objek wisata dan daya
tarik wisata terdiri terdiri dari :
a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud keadaan alam, serta flora, dan fauna.
b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan sejarah, wisata agr, wisata tirta, wisata petualang
alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, objek wisata dapat diklasifikasikan
menjadi dua macam wisata yaitu wisata buatan manusia dan wisata alam.
26
Universitas Sumatera Utara
2.5
Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial dalam artian yang luas mencakupberbagai tindakan
yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupanmasyarakat yang lebih
baik.Menurut Walter A.Friedlander pengertian kesejahteraan sosial adalah:
“Sistemyang terorganisir dari pelayanan- pelayanan sosial dan lembaga-lembaga
yangbertujuan untuk membantu individu dankelompok untuk mencapai standart
hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang
memungkinkanmereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan
meningkatkankesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat”
(Muhidin,1992:1).
Menurut Elizabeth Wickenden, kesejahteraan sosial termasuk didalamnya
adalah peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin
ataumemperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar
darimasyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat. Dalam UU No.6
tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok KesejahteraanSosial Pasal 2 ayat
1 disebutkan bahwa, “ Kesejahteraan sosial ialah suatu tatakehidupan dan
penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasakeselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagisetiap
warganegara
untuk
mengadakan
usaha
pemenuhan
kebutuhan-
kebutuhanjasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga
serta masyarakatdengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia
sesuai dengan pancasila” (Adi, 2000:1).
Menurut Undang-undang No. 11 tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual dan sosial warga negara agar
27
Universitas Sumatera Utara
dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya. Menurut Midgley mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai
kondisi sejahtera manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena
kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal dan pendapatan
dapat terpenuhi serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resikoresiko utama yang mengancam kehidupannya. Berdasarkan defenisinya,
kesejahteraan sosial dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kesejahteraan sosial
sebagai suatu keadaan, kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan atau pelayanan
dan kesejahteraan sosial sebagai ilmu (Suud, 2006).Berdasarkan defenisi diatas,
dapat diambil pengertian bahwa kesejahteraansosial mencakup berbagai usaha
yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidupmanusia, baik di bidang fisik,
mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun kehidupanspiritual.
Menurut Todaro (2000), ada tiga komponen yang dapat diukur dari
hakekat pembangunan. Ketiga komponen itu adalah kecukupan (sustenance), jati
diri (self-esteem) serta kebebasan (freedom). Ketiga hal inilah yang merupakan
tujuan pokokyang harus dicapai oleh setiap orang dan masyarakat dalam proses
pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung dengan kebutuhan-kebutuhan
manusia yang mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi
(bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya sepanjang zaman.
Selain
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat,
pembangunan juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat
untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Salah satu akibat dari
pembangunan yang hanya menerapkan paradigma pertumbuhan semata, adalah
munculnya kesenjangan antara kaya dan miskin, serta pengangguran yang
28
Universitas Sumatera Utara
merajalela. Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan.
Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan
yang tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran
kesejahteran. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus
diperjuangkan, mulai dari pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi,
pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan
kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya.
Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai komponen yang
dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada kehidupan
yang sejahtera atau belum. Komponen yang dapat dilihat antara lain keadaan
perumahan di mana mereka tinggal, tingkat pendidikan, dan kesehatan.
Komponen
kesejahteraan
yang
dapat
dipakai
sebagai
indikator
kesejahteraan masyarakat adalah kependudukan, tingkat kesehatandan gizi
masyarakat, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi
masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan sosial budaya.
29
Universitas Sumatera Utara
2.6
Kerangka Pemikiran
Pembangunan merupakan suatu upaya perubahan, dari suatu kondisi
tertentu menuju suatu kondisi yang lebih baik dan maju. Kondisi yang dimaksud
yaitu kemiskinan yang terjadi pada masyarakat pada di suatu wilayah tertentu,
sehingga upaya perubahan dilakukan demi meningkatkan taraf hidup masyarakat
tersebut. Fenomena kemiskinan terbesar terjadi pada daerah pedesaan dan menjadi
masalah yang kompleks serta memerlukan suatu penanggulangan. Pemerintah
memiliki peran penting dalam penanggulangan kemiskinan tersebut dan
merupakan tanggung jawab sebuah Negara. Kemiskinan yang dialami masyarakat
tersebut dapat dikatakan sebagai suatu inspirasi untuk merencanakan suatu
perubahan yang lebih baik yaitu sejahtera.
Upaya perubahan yang dilakukan dengan melaksanakan pembangunan,
melalui pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya yang potensial baik
sumber daya alam dan sumber daya manusia. Salah satu upaya pembangunan
yaitu dengan pemanfaatan dan optimalisasi potensi sumber daya alam, salah
satunya adalah pembangunan pada sektor pariwisata. Sebagaimana sektor
pariwisata merupakan salah satu kunci penting untuk pembangunan wilayah di
suatu Negara dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.
Bukit Gibeon di desa Parsaoran Sibisa merupakan objek wisata yang
sangat potensial di Sumatera Utara karena letak Objek wisata ini berada disekitar
Danau Toba yang saat ini Danau Toba ditetapkan menjadi salah satu dari sepuluh
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang diprioritaskan pemerintah
untuk dikembangkan. Dalam hal ini pemerintah telah membentuk Badan Otorita
Pengelola Kawasan Danau Toba yang dalam kajiannya pasti akan berdampak
30
Universitas Sumatera Utara
pada kesejahteraan masyarakat disekitar Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa
Parsaoran Sibisa karena letak geografis Objek Wisata Bukit Gibeon yang berada
di salah satu dari tujuh kabupaten diSekitar pembangunan kawasan Danau Toba
yaitu Kabupaten Tobasa.
Seiring dengan upaya pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah
tersebut tentunya akan memberikan perubahan dan banyaknya minat para investor
untuk membangun Objek Wisata yang baru khusuhnya didaerah Tobasa yang
salah satunya adalah kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran
Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Tobasa dimana Objek Wisata ini dibangun
oleh seorang pengusaha putra daerah yaitu Dr DL Sitorus. Seiring dengan hal
tersebut, bagaimana masyarakat Desa Parsaoran Sibisa merespon kehadiran Objek
Wisata Bukit Gibeon tersebut. Untuk mengetahui respon masyarakat, dapat dilihat
dari persepsi, sikap, dan partisipasi penduduk setempat akan kehadiran dan
pengelolaan objek wisata terebut.
Berdasarkan uraian di atas, Peneliti membuat bagan alur pemikiran untuk
menggambarkan kerangka pemikiran tersebut yaitu sebagai berikut :
31
Universitas Sumatera Utara
Bagan alur pemikiran
Kemiskinan
Objek Wisata Bukit Gibeon Desa Parsaoran Sibisa Kec.Ajibata Kab. Tobasa
Respon Masyarakat Terhadap Objek Wisata Bukit Gibeon Desa Parsaoran Sibisa
Kec.Ajibata Kab. Tobasa
Persepsi
1. Penglihatan dan Pendengaran
2. Atensi
3. Pengetahuan
4. Menilai
5. Frekuensi
6. Kualitas
Positif
Sikap
1. Penilaian
2. Penolakan/Penerimaan
3. Mengharapkan/Menghindari
Partisipasi
1. Menikmati
2. Melaksanakan
3. Memelihara
Negatif
32
Universitas Sumatera Utara
2.7
Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.7.1
Defenisi Konsep
Konsep adalah suatu makna yang berada dialam pikiran atau di
duniakepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang
perkataan ataukata-kata (Suyanto,2015 : 49 ).Konsep merupakan suatu istilah atau
defenisi yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu
kejadian, keadaan kelompok atau individuyang menjadi pusat perhatian ilmu
sosial (Singarimbun, 1989 : 33).
Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui respon masyarakat desa
Parsaoran Sibisa terhadap Objek Wisata Bukit Gibeon, oleh karena itu untuk
menghindarikesalahpahaman dalam penelitian ini maka dirumuskan dan
didefenisikan istilah yangdigunakan secara mendasar agar tercipta suatu
persamaan persepsi dan menghindarisalah pengertian yang dapat mengaburkan
penelitian.
Adapun yang menjadi batasan konsep penelitian ini adalah :
1. Respon adalah tanggapan, reaksi maupun jawaban dimana tingkah laku atau
sikapyang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilain atau
penolakan, sukaatau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.
2. Masyarakat adalahsuatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu
rasa identitas bersama, dan merupakan satu kesatuan yang berubah yang hidup
karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu.
3. Pembangunan adalahperubahan yang terencana dari situasi ke situasi yang lain
yang dinilai lebih baik, pemanfaatan segala macam sumber daya danmodal,
33
Universitas Sumatera Utara
seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, demi meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat.
2.7.2
Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau
operasiyang lengkap tentang apa yang diamati dan bagaimana mengamatinya
dengan memilikirujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti
dalam melaksanakanpenelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari
konsep-konsep yangmenggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,
2009:120).
Adapun yang menjadi defenisi operasional yang peneliti rumuskan untuk
mengetahui respon masyarakat terhadap Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa
Parsaoran Sibisa yaitu dengan indikator sebagai berikut :
1. Persepsi masyarakat mengenai kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di
Desa Parsaoran Sibisa, dapat diukur dengan:
a. Penglihatan dan pendengaran yaitu suatu proses dimana masyarakat
dapat mencermati, menilai dan memahami kehadiran Objek Wisata
Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa yang dilaksanakan oleh
Perseorangan sebagai pihak yang mengelola Objek Wisata
Tersebut.
b. Atensi yaitu suatu proses penyeleksian masyarakat terhadap
kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa
yang dilaksanakan pihak pengelola yaitu bapak Dr.DL Sitorus.
c. Pengetahuan yaitu informasi yang diperoleh masyarakat mengenai
kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa
34
Universitas Sumatera Utara
yang dikelola oleh pihak pengelola melalui keterbukaan dan
keterpaparan informasidimana pemilik/pengelola mengumumkan
adanya informasi kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa
Parsaoran Sibisa tersebut melalui media sosial/elektronik maupun
cetak dan melaksanakan sosialisasi secara langsung kepada
masyarakat Desa Parsaoran Sibisa.
2. Sikap masyarakat terhadap kehadiranObjek Wisata Bukit Gibeon di Desa
Parsaoran Sibisa , dapat diukur dengan:
a. Penilaian yaitu pengetahuan atau informasi yang dimiliki
masyarakat terhadap kehadiranObjek Wisata Bukit Gibeon di Desa
Parsaoran Sibisa. Dari pengetahuan tersebut kemudian akan
terbentuk suatu keyakinantentang bagaimana menilai Objek Wisata
tersebut.
b. Penolakan/penerimaan yaitu berhubungan dengan rasa senang atau
tidak senangnya masyarakat terhadapkehadiran Objek Wisata
Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisayang dikelola oleh pemilik
Objek Wisata tersebut yaitu Dr.DL Sitorus. Dalam hal ini dapat
diketahui bahwa masyarakat menolak atau menerima terhadap
kehadiran Objek Wisata tersebut.
c. Mengharapkan/menghindari yaitu kesiapan masyarakat untuk
bertingkah lakuberhubungan dengan adanya kehadiran Objek
Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisayang dikelola oleh
pemilikObjek Wisata tersebut yaitu Dr.DL Sitorus , sehinggadalam
35
Universitas Sumatera Utara
hal ini dapat diketahui bahwa masyarakat mengharapkan atau
menghindari kehadiran Objek Wisata tersebut.
3. Partisipasi masyarakat terhadap kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di
Desa Parsaoran Sibisa , dapat diukur dengan :
a. Menikmati yaitumasyarakat berperan serta dalam menikmati hasil
darikehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di Desa Parsaoran Sibisa
b. Melaksanakan yaitu masyarakat berperan serta dalam mengelola
Objek Wisata tersebut, mulai dari perencanaan, persiapan, dan
pengelolaan Objek Wisata tersebut.
c. Memelihara
yaitu
masyarakat
berperan
serta
dalam
memeliharaObjek Wisata tersebut, baik berupa sarana dan
prasarana.
d. Menilai yaitu masyarakat berperan serta dalam menilaiObjek
Wisata tersebut , dimana masyarakat dapat menilai positif atau
negatif dari kehadiran Objek Wisata tersebut.
e. Frekuensi yaitu keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan dan
mengelola Objek Wisata tersebut, mulai dari perencanaan,
persiapan dan pelaksanaan, dimana keterlibatan masyarakat harus
memiliki frekuensi yang baik dan teratur.
Dari indikator-indikator yang digunakan tersebut, diharapkan dapat
disimpulkan respon masyarakat terhadap kehadiran Objek Wisata Bukit Gibeon di
Desa Parsaoran Sibisa Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa.
36
Universitas Sumatera Utara
Download