perbedaan skala nyeri artitis gout sebelum dan sesudah pemberian

advertisement
PERBEDAAN SKALA NYERI ARTITIS GOUT SEBELUM DAN SESUDAH
PEMBERIAN REBUSAN KULIT MANGGIS DI DESA NYATNYONO KECAMATAN
UNGARAN BARAT
Ngudi Waluyo School of Health
Nursing Science Study Program
Final Assignment, Juli 2013
I Wayan Feddri Hermawan, 01.08.01.044
ABSTRACT
Gout Artitis causes stiffness in the joints, joint swelling, pain and movement constraints
that can be overcomed by giving boiled mangosteen peel. Therapy can be made by boiling dried
mangosteen peel. This study aims to determine the differences of gout arthritis pain scale before
and after giving boiled mangosteen peel in Nyatnyono Village West Ungaran
This study used a quasy experiment design. The population was 52 people who
experienced arthritis gout pain in Nyatnyono Village, West Ungaran. The number of samples of
the control and the intervention groups were 15 people namely, obtained through simple random
sampling technique. Data collecting used pain assessment sheets. Univariate analysis of the data
used descriptive statistical tests and bivariate analysis used t-test.
The results show the pain scale of the respondents before being given boiled mangosteen
peel in the intervention group of 6.53 averagely with the standard deviation 1.060, after being
given the boiled mangosteen peel, the pain scale of the respondents decreases to 5.27 with the
standard deviationst of 1.280. The data shew that the respondents’ pain scale in the intervention
group decreases. Based on the dependent t test, t value is 5.551 with p-value of 0.000. Because
p-value 0.000 <α (0.05) then Ho is rejected, indicating a significant difference of pain scale of
Artitis Gout sufferers before and after being given boiled mangosteen peel.
Keywords: Boiled Mangosteen peel therapy, Artitis Gout pain
PENDAHULUAN
Prevalensi Artitis Gout di kota
Semarang mencapai 165,375 lansia, jumlah
tersebut terdiri atas pra lansia (45-59 thn)
sebanyak 48,055 orang, lansia (≥60 thn)
sebanyak 42,787 orang, pada penderita lakilaki lebih banyak dibandingkan pada
penderita perempuan dengan proposi
puncaknya pada usian 50 tahun, sedangkan
proporsi terkecil adalah penduduk lansia
yang tinggal di Irian Jaya sebesar 1,65%
(Susenas, 2010).
Artitis Gout adanya penumpukan
kristal-kristal yang merupakan hasil akhir
dari metabolisme purin. Jika pola makan
kita tidak diubah maka kadar Artitis Gout
I Wayan Feddri Hermawan |STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013
didalam darah yang berlebihan akan
menimbulkan penumpukan kristal asam urat
(Damayanti, 2012).
tulang rawan sehingga nyeri yang dirasakan
pada penderita Artitis Gout dapat berkurang
(Shabella, 2011).
Nyeri merupakan suatu pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan baik secara
aktual
maupun
potensial,
atau
menggambarkan keadaan kerusakan. Nyeri
sendi pada penderita Artitis Gout terjadi
karena adanya endapan kristal monosodium
urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai
akibat dari tingginya kadar Artitis Gout di
dalam darah. Bila kristal urat tertimbun pada
jaringan diluar sendi akan membentuk tofi
atau tofus yaitu benjolan bening di bawah
kulit yang berisi kristal urat yang
menyebabkan timbulnya nyeri (Corwin,
2007).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat dengan metode observasi dan
wawancara,
sejumlah
7
penderita
mengeluhkan skala 7 (nyeri berat) dan tidak
dapat beraktivitas dengan kadar asam urat
8,9
mg/dL, sejumlah 8
penderita
mengeluhkan skala 4 (nyeri sedang),
sesekali mengeluhkan nyeri tetapi dapat
beraktivitas dengan kadar asam urat 7,6 mg/
dL, sejumlah 3 penderita mengeluhkan skala
3 (nyeri ringan), masih dapat beraktivitas
seperti biasa dan dapat berkomunikasi
dengan baik dengan kadar asam urat 7,3
mg/dL.
Dari 18 orang lansia yang
mengalami Artitis gout mengeluh nyeri
dilokasi yang berbeda, yaitu di panggul,
pergelangan tangan, pinggang, dan bagian
lutut.
Salah
satu
penanganan
non
farmakologis dalam penyembuhan penyakit
Artitis
Gout
yaitu
dengan
terapi
komplementer yaitu dengan kulit manggis.
Kulit manggis memiliki banyak kandungan
kimia, salah satu kandungan kimia yang
mempunyai manfaat bagi kesehatan tubuh
adalah xantones, yakni sejenis zat kimia
aktif yang bersifat antioksidan. Xantones
yang terdapat dalam kulit manggis dapat
mengurangi inflamasi dan meredakam nyeri
pada penderita Artitis Gout. Ekstrak αmangostin, β-mangostin dan lainnya yang
terkandung dalam kulit buah manggis
terbukti mampu menghambat perombakan
matrik ekstaseluler serta menstimulasi
ekspresi beberapa asosiasi gen penyusun
kartilago seperti kolagen yang terdiri atas
kolagen I dan kolagen II serta agrecan
sehingga membantu meregenerasi jaringan
Berdasarkan latar belakang diatas
peneliti ingin mengetahui Perbedaan Skala
Nyeri Artitis Gout Sebelum Dan Sesudah
Pemeberian Rebusan Kulit Manggis Di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan kuantitatif, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasy
experiment
atau
eksperimen
semu.
Penelitian quasy experiment merupakan
penelitian
yang dimaksudkan
untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari
“sesuatu” yang dikenakan pada subjek
selidik. Jenis desain dalam penelitian ini
I Wayan Feddri Hermawan |STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013
berbentuk control time series design.
Populasi sebanyak 52 penderita Artitis Gout
di Desa Nyrtnyono Kecamatan Ungaran
Barat, jumlah sampel adalah 30 responden,
dengan teknik simple random sampling.
Penelitian yang dilakukan variable
independennya adalah rebusan kulit
manggis, dan variable dependennya adalah
skala nyeri penderita Artitis Gout. Dalam
penelitian ini untuk mengukur skala nyeri
menggunakan lembar observasi pengkajian
nyeri.
Data diolah dan diuji dengan
menampilkan tabel distribusi frekuensi.
Untuk mengetahui perbedaan skala nyeri
Artitis Gout sebelum dan sesudah pemberian
rebusan kulit manggis di Desa Nyatnyono
Kecamatan Ungaran Barat.
41-50 Tahun
51-60 Tahun
> 60 Tahun
Jumlah
Frek Persen
uens
tase
i
(%)
4
26,7
7
46,6
4
26,7
15
100
Freku
ensi
Persent
ase (%)
5
8
2
15
33,3
53,3
13,4
100
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
skala nyeri penderita Artitis Gout
sebelum diberikan rebusan kulit
manggis di Desa Nyatnyono
Kecamatan Ungaran Barat, 2013
Skala Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Jumlah
Intervensi
Frek Persen
uensi
tase
(%)
0
0,0
7
46,7
8
53,3
15
100
Kontrol
Freku Persenta
ensi
se (%)
0
7
8
15
0,0
46,7
53,3
100
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan
jenis kelamin Pendeita Artitis
Gout di Desa Nyatnyono
Kecamatan Ungaran Barat, 2013.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
skala nyeri penderita Artitis Gout
sesudah diberikan rebusan kulit
manggis di Desa Nyatnyono
Kecamatan Ungaran Barat, 2013
Jenis
Kelamin
Skala Nyeri
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Intervensi
Frek Persen
uens
tase
i
(%)
5
33,3
10
66,7
15
100
Kontrol
Freku Persent
ensi
ase (%)
9
6
15
60,0
40,0
100
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Umur Penderita Artitis Gout di
Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat, 2013
Umur
Intervensi
Kontrol
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Jumlah
Intervensi
Frek Pers
uensi enta
se
(%)
1
6,7
11
73,3
3
20,0
15
100
Frek
uens
i
0
7
8
15
Kontrol
Persentase
(%)
0,0
46,7
53,3
100
HASIL ANALISIS
Setelah dilakukan uji t Independen,
mengunakan SPSS 12, didapatkan nilai t
I Wayan Feddri Hermawan |STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013
hitung sebesar -2,952 dengan p-value 0,006.
Oleh karena kedua p-value 0,006 < α (0,05),
maka Ho ditolak, dan dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan skala
nyeri responden sesudah diberikan rebusan
kulit manggis antara kelompok intervensi
dan kontrol di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat. Ini juga berarti bahwa ada
pengaruh yang signifikan pemberian rebusan
kulit manggis terhadap skala nyeri penderita
Artitis Gout di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat.
PEMBAHASAN
Gambaran Skala Nyeri pada
Penderita
Artitis
Gout
Sebelum
Diberikan Rebusan Kulit Manggis pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
tingkat nyeri sedang dan nyeri berat pada
kelompok intervensi dan kontrol sama yaitu
pada kelompok intervensi 7 responden
(46,7%) mengalami nyeri sedang, dan 7
responden (46,7%) pada kelompok kontrol
mengalami nyeri sedang begitu juga nyeri
berat, 8 responden (53,3%) pada kelompok
intervensi mengalami nyeri berat, dan 8
responden (53,3%) pada kelompok kontrol
mengalami nyeri berat.
Dapat diartikan bahwa sebagian
besar responden yang mengalami penyakit
Artitis Gout di Desa Nyatnyono Ungaran
Barat merasakan nyeri. Nyeri yang timbul
pada Artitis Gout
dapat disadari dan
dirasakan
oleh sebagian besar lansia,
dimana nyeri tersebut disebabkan oleh
adanya suatu penumpukan kristal yang
terkumpul di dalam monosodium atau sering
terkumpul di jaringan luar sendi sehingga
lama kelamaan akan menimbulkan tofi atau
tofu yang dapat berupa benjolan bening
dibawah kulit yang dapat menimbulkan
nyeri.
Gambaran Skala Nyeri pada
Penderita
Artitis
Gout
Sesudah
Diberikan Rebusan Kulit Manggis pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol
Tingkat skala nyeri Artitis Gout
pada kelompok intervensi yang terdiri dari
15 responden setelah diberikan rebusan kulit
manggis yaitu didapatkan 1 responden
(6,7%) mengalami nyeri ringan, 11
responden (73,3%) mengalami nyeri sedang,
3 responden (20,0%) mengalami nyeri berat.
Sedangkan skala nyeri Artitis Gout pada
kelompok kontrol yang berjumlah sama
dengan kelompok intervensi yaitu sebanyak
15 responden pada akhir penelitian
didapatkan tidak ada responden mengalami
nyeri ringan, 7 responden (46,7%)
mengalami nyeri sedang, 8 responden
(53,3%) mengalami nyeri berat.
Hasil pengukuran skala nyeri pada
responden menggunakan skala nyeri
Numerik setelah diberikan rebusan kulit
manggis yaitu didapatkan bahawa terdapat
penurunan skala nyeri pada kelompok
intervensi, sedangkan skala nyeri pada
kelompok kontrol atau kelompok yang tidak
diberikan rebusan kulit manggis yaitu tidak
mengalami perubahan.
Data tersebut menunjukan bahwa
terjadinya penurunan yang signifikan skala
nyeri pada responden kelompok intervensi
yaitu responden yang diberikan rebusan
I Wayan Feddri Hermawan |STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013
kulit manggis didapatkan 1 responden
(6,7%) nyeri ringan, 11 responden (73,3%)
nyeri sedang, 3 responden (20,0%) nyeri
berat. responden kelompok intervensi
sebagian besar mengatakan setelah diberikan
rebusan kulit manggis selama 1 minggu
menurut Synder (2000) merasakan bahwa
nyeri sudah mulai hilang, dimana rebusan
kulit manggis diberikan selama 1 minggu.
Pengaruh Rebusan Kulit Manggis
terhadap Skala Nyeri pada Penderita
Arititis Gout
Hasil pengukuran skala nyeri pada
responden didapatkan bahwa rata-rata skala
nyeri pada kelompok intervensi setelah
diberikan rebusan kulit manggis yaitu 5,27
dan pada kelompok kontrol 9,16. Data ini
menunjukkan bahwa skala nyeri intervensi
lebih rendah dari pada kelompok kontrol
setelah pemberian rebusan kulit manggis.
Hasil uji t indepeden, didapatkan
nilai t hitung sebesar -2,952 dengan p-value
0,006. Oleh karena kedua p-value 0,006 < α
(0,05), maka Ho ditolak, dan dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan skala nyeri responden sesudah
diberikan rebusan kulit manggis antara
kelompok intervensi dan kontrol di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat. Ini
juga berarti bahwa ada pengaruh yang
signifikan pemberian rebusan kulit manggis
terhadap skala nyeri penderita artitis gout di
Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat.
Berdasarkan uji normalitas Saphiro
Wilk, didapatkan p-value untuk skala nyeri
pretest pada kelompok kontrol dan
intervensi masing-masing sebesar 0,064 dan
0,082. Sedangkan untuk skala nyeri posttest
pada kelompok kontrol dan intervensi
masing-masing sebesar 0,155 dan 0,064.
Oleh karena semua p-value tersebut lebih
besar dari α (0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa data-data tersebut dinyatakan
berdistribusi normal.
Setelah pemberian terapi rebusan
kulit manggis terhadap responden yang
menderita Artitis Gout selama 7 hari,
responden mengatakan merasa lebih nyaman
dan sakit yang dirasakan merasa lebih
berkurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian dari Miller (2004) bahwa
efek senyawa xanthone dari kulit manggis
dapat meredakan nyeri Artitis Gout ,
mengurangi bengkak dan rasa nyeri.
Penelitian serupa juga dilakukan
di
Universitas Taichung di Taiwan bahwa
ekstak xanthone yang meliputi α-mangostin,
β-mangostin dan lainya mampu mengatasi
gangguan pencernaan, arthritis, dispepsia,
Artitis Gout dan asma. Bagian yang
berkhasiat dari tanaman ini adalah kulit
buahnya. Didalam kulit buah manggis
terkandung senyawa xanthone yang meliputi
α-mangostin,
β-mangostin,
gamma
mangostin dan lainya yang terbukti bersifat
antiinflamasi,
menghambat
reseptor
histamin dan mediasi otot lunak, dan
mencegah kerusakan sel.
Pemberian rebusan kulit manggis
yang diberikan pada responden dilakukan
selama 7 hari karena menurut Synder (2002)
terapi komplementer akan terlihat hasilnya
jika diberikan dalam waktu satu minggu
(Shabella, 2011). akan mengurangi nyeri
yang timbul dalam hal ini kulit manggis
I Wayan Feddri Hermawan |STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013
memiliki sifat antiinflamasi juga banyak
penelitian lain tentang manfaat kulit
mnaggis dan kandungan zat aktifnya tentang
ekstrak etanol kulit manggis yang memiliki
efek antiinflamasi.
nyeri Artitis Gout di Desa Nyatnyono
Kecamatan Ungaran Barat dengan p
value 0,000 < α (0,05).
Hasil penelitian sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Nuraini (2011)
dimana meminum air rebusan kulit manggis
kering dapat mengurangi nyeri Artitis Gout
tanpa
efek
samping
karena
tidak
mengandung bahan kimia dengan khasiat
dan manfaatnya telah diakui oleh peneliti.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian.
Jakarta : JKPKKR
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
Nyeri Artitis Gout responden pada
kelompok kontrol dan intervensi
sebelum diberikan terapi rebusan kulit
manggis sebagian besar mengalami
nyeri berat, yaitu 8 responden (53,3%)
pada kelompok kontrol, dan 8
responden (53,3%) pada kelompok
intervensi.
Nyeri Artitis Gout responden pada
kelompok kontrol dan intervensi
sesudah diberikan terapi rebusan kulit
manggis, sebagian besar responden
kelompok intervensi mengalami nyeri
sedang yaitu sejumlah 11 responden
(73,3%), sedangkan pada kelompok
kontrol sebagian besar responden
mengalami nyeri berat, yaitu sejumlah 8
responden (53,3%).
Ada penurunan yang signifikan skala
nyeri Aritis Gout pada kelompok
intervensi setelah terapi rebusan kulit
manggis.
Ada pengaruh pemberian terapi rebusan
kulit manggis terhadap penurunan skala
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto. (2003). Kesehatan asam urat.
Jakarta: EGC
Branner & Feist, 2007. Kesehatan mental;
konsep cakupan dan perkembangan,
(Alih
Bahasa:
Susanto).
Yogyakarta:EGC
Corwin, E. J. (2007).
Buku saku
patofisiologi. (Ahli Bahasa : monica
ester)
Damayanti, D. (2012). Panduan lengkap
mencegah dan mengobati asam urat.
Yogyakarta : penerbit
Hidayat. (2008). Pengantar konsep dasar
keperawatan. Salemba Medika.
Jakarta.
Hartanto SB. (2011). Mengobati kanker
dengan manggis. Yogyakarta :
Second Hope.
Irman. (2007). Penanganan nyeri. Jakarta:
EGC
Kurniawati, N. (2010). Sehat dan cantik
alami berkat khasiat bumbu dapur.
Bandung : Qanita.
Krisnatuti.
(2008).
Seribu
khasiat.
Agromedia pustaka: Jakarta.
I Wayan Feddri Hermawan |STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013
Laniyati, H. (2003). Complementary
medicine in rheumatology. Jakarta :
Retrievied April 4, 2012, from
http://www.medikaholistik.com.
Messwati, D.E. (2006). Asam
Agromedia pustaka: Jakarta.
urat.
Monks & Knoers. (2005). Terapi asam urat.
Jakarta : PT.
Muhammad, Z. (2010). Perkembangan
asam urat. Jakarta: EGC
Notoatmodjo.
(2005).
Metodiologi
penelitian kesehatan. Jakarta : PT.
Nugroho. (2000).
keperawatan
EGC.
Komunikasi dalam
gerontik. Jakarta :
Nuraini. (2011). Aneka manfaat buah dan
sayuran. Yogyakarta : Andi.
Potter, P.A. & Perry, A. G. (2005).
Fundamental of nursing. Edisi,
Volume I (Alih Bahasa: Yasmin
Asih). Jakarta : EGC.
Prasetyo. (2005). Metode penelitian
kuantitatif, teori, aplikasi. Jakarta:
Rajawali Pers
Pudjiastuti & Utomo. (2003). Fisioterapi
pada lansia. Jakarta : EGC.
Prince, S. & Wilson, L. (2005). Patofisiologi
Konsep
Klinis
Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Setyawan. (2009). Fisiologi kardiovaskuler
berbasis masalah keperawatan.
Jakarta. EGC.
Shabella R. (2011). Terapi Kulit Manggis.
Jogolanan
Klaten
:
Galmas
Publisher.
Sugiyono. (2007). Statistik untuk penelitian.
Bandung : CV Alfabeta
Sustrani L, Alam S, & Hadibroto I. (2005).
Hipertensi dan diabetes melitus.
Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Sutanto, P. H. (2007). Basic data analysis
for health research training :
Analisis data kesehatan. Depok : UI.
Tamsuri,
A.
(2007).
Konsep
dan
penatalaksanaan nyeri. Jakarta :
EGC
Tortora. G.R dan Grobowski S.H. (2003).
Principle of anatomy and physyologi.
New York : Harper and Row.
Utami, N. (2004). Hiperusemia. Jakarta :
Penerbit.
Yatim F. (2006). Penyakit tulang dan
persendian. Jakarta : Pustaka Populer
Obor.
Smeltzer & Bare. (2001). Keperawatan
medikal bedah (Alih Bahasa : Agung
Waluyo). Edisi 8. EGC. Jakarta.
I Wayan Feddri Hermawan |STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013
I Wayan Feddri Hermawan |STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013
Download