Salib “Corpus Christi” Cilangkap PERTAMA DI DUNIA 6/7/2015 8:35:00 AM Jakarta, 6 Juni 2015. Sejak 3 Juni 2015 lalu, sebuah visualiasi salib dari Corpus Christi (Tubuh Kristus) dalam ukuran besar telah terpasang di dinding atas altar gereja Katolik Santo Yohanes Maria Vianney Cilangkap. Inilah “breakthrough” - terobosan imajinasi kontroversial yang mengkomplementasi tradisi lama bahwa salib selalu terbuat indah dengan pilihan material kayu, tembaga atau perunggu yang terbaik. Bahkan, di Gereja Katolik manapun, salib Yesus yang dipasang diatas altar pasti yang indah, terbuat dari kayu atau perunggu pilihan. Lantas, ada Corpus Christi, dalam ukuran lebih kecil dari panjang dan tinggi salib, dimana tangan dan kaki Yesus merentang dan terpaku pada balok kayu. Gambaran sosok Yesus yang tersalib, seolah tak berdaya, terkulai karena tercurahnya banyak darah yang mengalir keluar dari tubuh-Nya. Wajah Yesus memandang ke samping atau ke bawah. Inilah gambaran umum salib yang biasa kita temui di kebanyakan altar Gereja Katolik. Lain cerita dengan visualisasi salib diatas altar Gereja Cilangkap. Salib yang satu ini tervisualkan ke dalam imajinasi sosok Corpus Christi yang langsung membentuk salib Yesus. Ukurannya cukup besar ( kira2 3x3 meter), tanpa bantalan balok kayu. Kepala Yesus bukan tertunduk ke bawah, tapi justru menengadah keatas, dengan kedua tangan-Nya terangkat keatas penuh makna. Bahan pembuat salib itu bukan dari kayu atau perunggu pilihan, tapi terbuat dari ribuan kepingan dan batangan besi yang dibuang. Besi-besi tua otomotif dan permesinan lainnya yang rongsok dan dipungut oleh pemulung jalanan dan dipasok kepada Sang Master Pematung. Inilah “Corpus Christi” dalam imajinasi Salib Suci yang dimimpikan Pastor Kepala Romo RD Thomas Aquinas Murdjanto Rochadi Widagdo bersama Sang Master Pematung Teguh Ostenrik. Dari mimpi dan idealisme yang “out of the box” itu, kedua tokoh ini mampu menghadirkan sebuah “master piece”, - karya agung salib “Corpus Christi”, yang imajinatif, unik, maknawi dan indah. Unik, karena patung Yesus itu tiada bandingannya, terbuat dari sampah besi tua berkarat, dan secara visual membentuk salib yang indah di atas altar. Maknawi, karena sosok Corpus Christi yang besar di atas altar itu penuh makna yang dapat dieksplorasi sendiri oleh umat yang mencintai Sabda Tuhan. Inilah satu-satunya Corpus Christi pertama di dunia, yang terbuat dari besi-besi rongsok, peralatan dan spare part permesinan apapun yang sebelumnya telah mengabdi kepada manusia. Karena alasan umur, rusak, purna pakai, cacat atau rongsok, barang-barang itu tersingkirkan, dibuang atau dicampakkan. Namun, kumpulan barang-barang rongsok itu kini berharga di mata Sang Gembala Rm Rochadi yang suka bermimpi dan Sang Master Pematung Teguh Ostenrik yang suka otak atik besi bekas. Mereka berhasil mengubah sampah-sampah itu menjadi berkah. Sedangkan, dalam istilah teknis computer sekalipun, bila anda memberikan masukan sampah keluarannya ya sampah. Alias GIGO – garbage in garbage out. Kedua tokoh itu pasti akan berkata komputer itu bodoh – memberikan out apa adanya dengan input yang dipasok. Sedangkan, manusia diberkati akal budi, kecerdasan dan daya cipta. Dalam istilah GIGO versi Romo Rochadi dan Pak Teguh Ostenrik ada terjadi proses recycling ( daur ulang), dengan daya cipta kreatif sehingga menghasilkan keluaran emas, bukannya tetap sampah. Mungkin disingkatnya tetap GIGO, namun dalam artian Garbage In Gold Out – masukan (input) boleh sampah, tapi keluaran ( output) haruslah emas. Sebab dalam proses daur ulang itu berproseslah akal budi, kecerdasan dan daya cipta. Sebab Tuhan memberkati daya cipta yang indah kepada manusia, maka terjadilah new GIGO versi Rm Rochadi dan Pak Teguh Ostenrik itu, yang outputnya sungguhan emas – sebuah salib Corpus Christi yang indahnya tak terbayangkan sebelumnya. Karya kerasulan Rm Rochadi dan Sang Master Teguh Ostenrik memiliki kemiripan dengan karya keselamatan Kristus. Sebutlah Modi ( Romo Rochadi ) dan Teos (Teguh Ostenrik) memungut besi tua rongsok dari para pemulung dan pengepul untuk dijadikan suatu karya berharga dan agung. Inilah turunan dari karya keselamatan yang dikerjakan Yesus. Melalui penderitaan yang tiada tara Ia peduli memungut, mengangkat sosok-sosok manusia rongsok akibat dosa asal atau dosa para nenek moyang. Manusia yang rongsok dan jatuh ke dalam dosa itu dicari dan diangkat. Dosa mereka diampuni, dikuduskan dan dipulihkan kembali menjadi manusia-manusia baru secitra ilahi. Memandang dan memaknai Corpus Christi karya Teos memang tak akan ada henti dan jemunya. Seorang yang pernah datang mengamati 2 atau 3 kali pun akan rindu untuk datang kembali. Mereka akan menyimak lagi dan menyimak lebih dalam lagi untuk memperoleh makna teologis dari wujud karya keselamatan Yesus di balik Corpus Christi yang hidup itu. Benar, tak akan ada jemunya. Penulis sendiri sejak Corpus Christi terpasang 3 Juni lalu, setiap hari datang untuk sekedar memandang dan menganggumi-Nya, mencoba menemukan makna baru sambil terus mesepadankan dengan 7 pesan Yesus ketika menghadapi sakratul maut diatas kayu salib. Menghadirkan salib dalam bentuk Corpus Christi diatas altar memang sebuah keputusan berani dan di luar pakem (out of the box). Keputusan itu bisa jadi memunculkan dikotomi pro dan kontra atau multi-interpretasi /multi tafsir. Sang Master Teguh Ostenrik sendiri mempersilahkan siapapun boleh menafsirkan sendiri sesuai dengan apa yang diyakini. “Katolik itu universal. Silahkan tafsirkan sendiri apa makna salib yang tervisualkan dalam Corpus Christi dan yang terbuat dari besi rongsok itu. Kita bebas ”, ungkapnya tatkala seorang wartawan memintakan uraian singkat makna karyanya itu. Yang suka pada salib itu akan berkata : “ It represents multi meaning. It’s gigantic. It’s a unique one and it,s a super master piece. I love it ”. Ketika patung Corpus Christi itu tiba di Cilangkap dibawa dari Workshopnya di Fatmawati diatas sebuah truk, beberapa umat pun bertanya : “Kenapa dibuat demikian ? Mana Salibnya ? Mana balok kayunya ? Kenapa barang rongsok penuh karat dan kotor itu dipasang diatas altar yang Kudus yang selalu dijaga kebersihan dan kesuciannya ?”, kata mereka “Salibnya itu ya patung Corpus Christi itu sendiri”, kata seorang umat yang memahami. Balok kayu palangnya memang tidak ada. Bukankah pengikut-pengikut Yesus yang harus membawa dan memanggulnya dalam kehidupan setiap hari ? Di tempat retret di Cimahi, ada patung Yesus tanpa tangan. Ketika peserta retret bertanya : “ Mengapa Mo tangan Yesus cuma satu?” Romo Pembimbing retret itu bertanya balik : “Bukankah bapak dan ibu sudah menggantikan tangan Yesus yang setia melayani kapan saja”, katanya Dalam visualisasi salib Corpus Christi itu, paku diatas tangan dan kaki Yesus tetap tervisualkan namun tertancap bukan di balok kayu, tapi pada kepingan besi rongsok, yang pernah mengabdi kepada manusia pula. Tak ada balok kayu yang merentang tubuh dan kaki Yesus. Yang ada adalah imajinasi salib yang tervisualkan langsung secara jelas dan tegas dalam sosok Tubuh Kristus dalam ukuran besar dan membentang membentuk salib. Salib Corpus Cristi yang beratnya kebih dari 1 ton itu di las dengan kuatnya pada struktur besi baja yang menembus dinding hingga belakang altar. Karya imajinasi sampah menjadi Corpus Christi itu begitu istimewa sebagai sebuah karya Sang Master Teguh Ostenrik yang sedang mencoba menghadirkan jati dirinya melalui karya patungnya yang terbaik.Karya yang unik dan rasuli, yang mencoba mengangkat betapa agung karya keselamatan Yesus Kristus itu. Sebab, dengan segala kepatuhan-Nya Ia melaksanakan perintah Bapa-Nya, Ia mencari domba-domba yang hilang, domba-domba yang sesat dan berdosa. Manusiamanusia sampah itu dicari-Nya, dipungut-Nya, dicakup-Nya, dirawat dan disembuhkan-Nya. Mereka diampuni dosa-dosanya dan dikuduskan-Nya kembali menjadi manusia-manusia baru. Corpus Christi itu kini terpampang dengan begitu gagah dan agung di Gereja Santo Yohannes Maria Vianney Cilangkap. Menampilkan posisi dan raut wajah Yesus menengadah seperti ketika Ia berseru nyaring di atas kayu salib :” Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk 23:46). Ketika umat memandang ke atas altar dalam permenungan, Corpus Christi akan menjadi Icon tatapan mata “ eye catcher”. Umat akan menemukan banyak makna dalam tatapan dan permenungannya itu. Sebab, sosok Corpus Christi itu bisa dimulti-tafsirkan atau disepadankan dengan ketujuh (7) pesan Yesus ketika berada dalam penderitaan di atas kayu salib. Bisa saja kita mesepadankan Corpus Christi itu sebagai personifikasi ketika Yesus sedang berteriak keras kepada Bapa-Nya : “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ?“ (Mrk 15:34). Bisa sepadan pula dengan ucapan Yesus ketika sedang berkata dengan penjahat yang disalibkan itu : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43); atau ketika Yesus sedang berkata kepada Maria Ibu-Nya dan para murid-Nya : “Ibu, inilah, anakmu!” dan “Inilah ibumu!“ (Yoh 19:26-27). Dan, visualiasi salib dalam Corpus Christi itu bisa pula dimaknakan sebagai gambaran Yesus ketika sedang melaporkan pertanggung-jawaban atas tugas-Nya kepada Bapa-Nya bahwa perintah Bapa-Nya sudah selesai tuntas dikerjakan-Nya : “Tetelesthai!" atau “Sudah selesai“ (Yoh 19:30). Kehadiran salib dalam rupa Corpus Christi di Gereja baru St Yohanes Maria Vianney Cilangkap telah menambah khasanah baru sebagai tambatan permenungan umat akan betapa besar kasih Kristus itu dan betapa berat kisah sengsara Yesus di kayu salib demi penebusan dosa-dosa manusia. Dikotomi atas kehadirannya pasti ada. Prokon itu indah, tapi akan lebih indah bila kita mampu memaknai kekayaan karya imajinatif Sang Master Teguh Ostenrik dalam bentuk salib Corpus Christi itu . Apalagi bila umat mau mesepadankan dengan 7 pesan Yesus, menghayati dan mewujud-nyatakan dalam kehidupan mereka. Semoga !. – jb basuki – pemerhati Paroki Cilangkap 6/7/2015 8:35:00 AM 6/7/2015 8:35:00 AM