KEPMENKEU 82/KMK

advertisement
RASNCANGAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 45 /PMK.02/ 2006
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN DAN MEKANISME PEMANTAUAN DEFISIT
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
DAN PINJAMAN DAERAH
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang
: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah serta Jumlah Kumulatif Pinjaman
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Pasal 10 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang pedoman pelaksanaan dan mekanisme
pemantauan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan
Pinjaman Daerah;
Mengingat
:
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4286);
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4438);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4287);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4574);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4578);
7. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
-2MEMUTUSKAN
Menetapkan : PEDOMAN PELAKSANAAN DAN MEKANISME PEMANTAUAN
DEFISIT ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
DAN PINJAMAN DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.
5. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
6. Belanja Daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
7. Defisit APBD adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan
belanja daerah dalam tahun anggaran yang sama.
8. Pinjaman
Pemerintah
adalah
semua
transaksi
yang
mengakibatkan Pemerintah Pusat menerima sejumlah uang atau
menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
Pemerintah Pusat dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
-39. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan
Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang
bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani
kewajiban untuk membayar kembali.
10. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat
dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
11. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, selanjutnya disebut SiLPA
adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran selama
satu periode anggaran.
12. Produk Domestik Bruto, selanjutnya disebut PDB adalah total nilai
akhir seluruh barang dan jasa yang dihasilkan di Indonesia dalam
tahun tertentu yang dihitung menurut harga pasar oleh Badan
Pusat Statistik.
BAB II
Penetapan Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD
dan Pinjaman Daerah
Pasal 2
(1) Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD tidak melebihi 3% (tiga
persen) dari proyeksi PDB tahun yang bersangkutan.
(2) Batas maksimal kumulatif pinjaman pemerintah dan pemerintah
daerah adalah 60% (enam puluh persen) dari proyeksi PDB tahun
yang bersangkutan.
(3) Batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah batas
maksimal pinjaman Pemerintah setelah dikurangi pinjaman yang
diberikan kepada Pemerintah Daerah ditambah total pinjaman
seluruh Pemerintah Daerah setelah dikurangi pinjaman yang
diberikan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah lain.
(4) Batas maksimal Defisit APBD seluruh pemerintah daerah dan
masing-masing pemerintah daerah untuk tahun anggaran
berikutnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan setiap
tahun pada bulan Agustus.
(5) Batas maksimal pinjaman seluruh Pemerintah Daerah untuk
tahun anggaran berikutnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan setiap tahun paling lambat dalam bulan Agustus
dengan memperhatikan keadaan dan prakiraan perkembangan
perekonomian nasional.
-4(6) Penetapan batas maksimal defisit APBD untuk setiap pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan setelah
memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
BAB III
KRITERIA PEMBIAYAAN DEFISIT APBD
Pasal 3
APBD suatu daerah dapat defisit dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 4
Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber
pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Peraturan Daerah
tentang APBD.
Pasal 5
Sumber pembiayaan untuk menutup defisit APBD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, terdiri dari:
a. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA);
b. Dana Cadangan;
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
e. Pinjaman Daerah.
Pasal 6
Batas maksimal defisit APBD sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (4) tidak termasuk:
a. Defisit yang dibiayai dari SiLPA;
b. Defisit yang dibiayai dengan pencairan Dana Cadangan.
BAB IV
PEMANTAUAN DEFISIT APBD DAN PINJAMAN DAERAH
Pasal 7
(1) Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi defisit APBD kepada
Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri paling lambat 1
(satu) bulan setelah APBD ditetapkan.
(2) Pemerintah Daerah yang melakukan perubahan APBD, wajib
melaporkan posisi defisit APBD paling lambat 1 (satu) bulan
setelah APBD Perubahan ditetapkan.
-5Pasal 8
(1) Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman
daerah dan kewajiban pinjaman daerah kepada Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri setiap semester dalam
tahun anggaran berjalan, paling lambat satu bulan setelah
berakhirnya periode semester yang bersangkutan.
(2) Format laporan posisi kumulatif pinjaman daerah dan kewajiban
pinjaman daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam lampiran Peraturan ini.
Pasal 9
Menteri Keuangan memantau perkembangan posisi defisit APBD dan
pinjaman daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 10
Pemantauan perkembangan posisi defisit APBD dan pinjaman
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 meliputi:
a. analisis, penelaahan dan evaluasi terhadap laporan posisi defisit
APBD dan pinjaman daerah;
b. penyajian, pelaporan dan publikasi informasi posisi defisit APBD
dan pinjaman daerah; dan
c. lain-lain tugas yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
BAB V
SANKSI
Pasal 11
Menteri Keuangan dapat mengenakan sanksi berupa penundaan
penyaluran Dana Perimbangan dalam hal Pemerintah Daerah
melanggar batas maksimal defisit APBD masing-masing daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4).
Pasal 12
Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan
Menteri Dalam Negeri.
Pasal 13
(1) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
dilaksanakan secara efektif pada penyaluran Dana Perimbangan
bulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi.
(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengikuti mekanisme penyaluran Dana Perimbangan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
-6-
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di
Pada tanggal
:JAKARTA
: 26 Juni 2006
MENTERI KEUANGAN
SRI MULYANI INDRAWATI
Lampiran
Download