BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Signaling Theory ( Teori Sinyal ) Secara garis besar signaling theory erat kaitannya dengan ketersediaan informasi. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut jama’an (2008:4), Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna leporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Dalam signaling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan. Peningkatan utang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 1999). Singnaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetri Information) antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dari pada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterprestasikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan volume perdagangan saham. B. Agency Theory ( Teori Keagenan ) Agency Theory menjelaskan mengenai hubungan antara dua pihak yaitu prinsipal dan agen. Principal didefinisikan sebagai pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain yang disebut agen, untuk dapat bertindak atas nama agen tersebut. Menurut Jensen dan meckling ( 1976) dalam jama’an (2008) ada dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Dikatakan juga bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Sutedi (2011:13) dalam Muhammad Hadisaputra (2013) menjelaskan bahwa “ tujuan dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya seefisien mungkin apabila dikelola oleh orang ahlinya (agents)” Dalam hubungan keagenan antara pemilik perusahaan dengan manajer sering kali akan muncul sebuah permasalahan yang biasa disebut agency problem. Agency problem muncul sebagai akibat dari kesenjangan kepentingan antara para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dengan pihak pengelola atau manajemen. Pemilik perusahaan atau para principals memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan atau return yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 semaksimal mungkin. Sedangkan pihak manajemen atau para agents memiliki kepentingan terhadap perolehan kompensasi kerja atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Perbedaan kepentingan antara principal dan agent akan memunculkan suatu biaya dalam mengatasi masalah perbedaan kepentingan tersebut. Biaya yang berkaitan dengan masalah keagenan tersebut disebut biaya keagenan (agency cost). Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut dengan masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya keagenan (agency cost). Ada beberapa alternative untuk mengurangi agency cost, diantaranya adanya kepemilikan saham oleh institusional dan kepemilikan saham oleh manajemen. C. Return saham Pasar modal sebagai wahana alternatif investasi menawarkan suatu tingkat pengembalian (return) pada tingkat resiko tertentu (Ellen, 2011). Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2000). Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik langsung maupun tidak langsung (Ang, 1997). Menurut Widyani Anik (2010), komponen suatu return terdiri dari dua jenis http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Current income (keuntungan lancar) adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposit, bunga obligasi deviden dan sebagainya. Disebut sebagai pendapatan lancar, maksudnya adalah keuntungan yang ditreima biasanya dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diungkapkan secara cepat. Komponen yang kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrument investasi. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar intrument investasi yang bersangkutan, yang berarti bahwa intrument investasi tersebut harus diperdagangkan di pasar (Happy Widyawati, 2013). Selanjutnya untuk menghitung return saham dapat menggunakan formula sebagai berikut (Jogiyanto,2000) Return saham = = ( ( ) ) Keterangan : D. R = Return sekarang Pt = Harga saham sekarang Pt-1 = Harga saham periode lalu ROA ( Return On Equity ) Menurut Mardiyanto (2009: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Rio Malintan ( 2013) Semakin tinggi ROA maka akan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 menunjukkan semakin efisien operasional dari suatu perusahaan, begitu pula sebaliknya, ROA yang rendah dapat disebabkan oleh banyaknya aset yang menganggur, kemudian investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aset tetap beroperasi dibawah normal, dan lain-lain. Sedangkan menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ( ) = http://digilib.mercubuana.ac.id/ ℎ 100 % 17 E. DER ( Debt to Equity Ratio) Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio pengukur leverage perusahaan, menurut Gitman dan Joehnk (1996) rasio leverage adalah: “Financial ratios that measure the amount of debt being used to support operations and ability of the firm to service its debt”. Menurut Weston dan Copeland (1996:4) menyatakan bahwa solvabilitas keuangan merupakan rasio antara nilai buku seluruh hutang terhadap total aktiva atau nilai total perusahaan. Dalam hal ini total hutang adalah hutang jangka pendek dan jangka panjang sehingga harus dijamin oleh seluruh kekayaan atau aktiva perusahaan apabila jatuh tempo. Menurut Hanafi (2008) rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya. Perusahaan dikatakan solvabel jika perusahaan memiliki aktiva atau kekayaan yang cukup untuk melunasi seluruh hutang-hutangnya. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Tetapi penggunaan hutang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham. Karenanya penggunaan hutang harus diselenggarakan antara keuntungan dan kerugiannya. Rasio DER dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Total debt merupakan total liabilities (jangka pendek/jangka panjang), sedangkan total shareholder equity menunjukkan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 ( )= Debt to equity ratio merupakan rasio utang yang paling sering digunakan. Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perimbangan antara resiko dan laba yang didapat. Utang membawa resiko karena setiap utang pada umumnya akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan berupa kewajiban untuk membayar beban bunga beserta cicilan kewajiban pokoknya secara periodik. Pengukuran solvabilitas yang lazim digunakan adalah Debt to Equity ratio. Hal ini dikarenakan permodalan pada perusahaan umumnya terdiri dari modal saham/ modal sendiri dan modal asing dimana jumlah asing rata-rata lebih besar daripada jumlah modal saham. Perbandingan modal asing dan modal sendiri yang disebut Debt to Equity ratio, jika menggunakan prinsip hati-hati maka digunakan pada norma struktur financial konservatif. Dalam sistem finansial konservatif dikehendaki agar jumlah modal asing tidak lebih besar dari jumlah modal sendiri atau dapat diartikan bahwa modal asing sebanyaknya-banyaknya sama dengan modal sendiri atau Debt to Equity ratio maksimal 100%. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar, sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk deviden). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Debt to equity ratio menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya menunjukkan solvabilitas perusahaan. Perusahaaan dengan tingkat leverage yang rendah mempunyai risiko kerugian yang rendah apabila kondisi perekonomian memburuk, tetapi juga mempunyai keuntungan yang rendah apabila perekonomian membaik. F. Makro Ekonomi Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan sehingga investor memperhatikan beberapa indikator ekonomi makro yang bisa membantu mereka dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro. Pengamatan terhadap perubahan beberapa variable atau indikator ekonomi makro, seperti PDB, inflasi, Tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang, dipercaya bisa membantu investor dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada perubahan pasar modal. Kemampuan untuk meramalkan perubahan variablevariabel ekonomi makro tentunya akan sangat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan. Berikut ini beberapa variable makro ekonomi yang akan diteliti : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 1. Suku Bunga Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam persentase tahunan (Dornbusch, et.al., 2008 : 43). Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau bunga dengan juga masa menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Menurut suramaya ( 2012 ) Suku bunga mempengaruhi laba perusahaan dalam dua cara yaitu: a. Karena bunga merupakan biaya, maka makin tinggi suku bunga, makin rendah laba perusahaan apabila hal lain tetap konstan. b. Suku bunga mempengaruhi tingkat aktivitas ekonomi sehingga mempengaruhi laba perusahaan. Suku bunga yang mempengaruhi laba perusahaan, dapat mempengaruhi harga saham (common stock) dengan tiga cara yaitu: a. Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi kondisi perusahaan, kondisi bisnis secara umum dan tingkat profitabilitas perusahaan yang tentunya akan mempengaruhi harga saham di pasar modal. b. Perubahan suku bunga juga akan mempengaruhi hubungan perolehan dari obligasi dan perolehan dividen saham, oleh karena itu daya tarik yang relatif kuat antara saham dan obligasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 c. Perubahan investor suku bunga juga akan mempengaruhi psikologis para sehubungan dengan investasi kekayaan, sehingga mempengaruhi harga saham. Weston dan Brigham (1994) mempunyai pengaruh mengemukakan bahwa tingkat bunga yang besar terhadap harga saham. Suku bunga yang makin tinggi memperlesu perekonomian dan menaikan biaya dengan menyebabkan demikian menurunkan laba perusahaan, dan bunga para investor menjual saham dan mentransfer dana ke pasar obligasi. Para ekonom seringkali menghubungkan kebijakan moneter melalui peningkatan (penurunan) tingkat bunga dengan peningkatan (penurunan) aktivitas ekonomi. Perubahan kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar modal melalui perubahan yang terjadi pada pengeluaran konsumsi dan investasi. 2. GDP ( Gross Domestic Product ) Produk domestik bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian di negara-negara maju maupun di negaranegara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Berikut ini beberapa Pengertian Produk Domestik Bruto Menurut Para Ahli, antara lain : a. Menurut Mankiw (2007:17), PDB adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu tahun waktu tertentu. b. Menurut Samuelson (2002), PDB adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya tidak dimasukkan kedalam PDB. Beberapa aktivitas yang nilainya tidak dimasukkan dalam perhitungan GDP, yaitu: a. Used goods (transaksi jual-beli barang bekas) karena GDP hanya mengukur nilai dari barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu tahun sehingga jual-beli barang bekas hanya bersifat mengalihkan kepemilikan asset saja, sedangkan aktivitas produksinya sudah tercatat di periode sebelumnya. b. Housing services (aktivitas rumah tangga) karena GDP hanya mengukur nilai dari barang dan jasa yang diperjualbelikan di pasar dan yang hanya mempunyai harga pasar. c. Underground activities: GDP tidak memasukkan komponen nilai dari transaksi underground activities, seperti misalnya aktivitas pelanggaran pajak, jual-beli barang illegal dan aktivitas yang tidak melanggar hukum tetapi tidak masuk ke formal institution seperti misalnya UKM. d. Barang setengah jadi, alasannya adalah karena GDP hanya menghitung nilai barang jadi. Apabila nilai dari barang setengah jadi dimasukkan ke http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 perhitungan GDP, yang terjadi adalah double counting. Metode perhitungan GDP berdasar income maupun expenditure pada akhirnya akan menunjukkan nilai yang sama. a. Perhitungan GDP menurut income Household memberikan faktor produksi bagi firm berupa labor. Sebagai balas jasa, maka firm memberikan income kepada labor. b. Perhitungan GDP menurut expenditure Firm melakukan aktivitas produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, misalnya berupa produksi roti. Labor, yang telah memperoleh income sebagai balas jasa akibat telah memberikan ‘tenaga’ bagi firm, maka akan membelanjakan income tersebut untuk membeli roti. Sehingga, pada akhirnya seluruh income seseorang akan di-convert menjadi pengeluaran dan GDP yang dihitung dengan pendekatan income maupun expenditure akan menghasilkan nilai yang sama. Kelebihan perhitungan GDP menggunakan pendekatan expenditure adalah kemudahan dalam pengumpulan data karena responden akan cenderung tertutup bila ditanya mengenai income. Disamping kedua pendekatan di atas, sebenarnya terdapat satu pendekatan lain, yaitu perhitungan menggunakan pendekatan nilai tambah produksi. c. Perhitungan GDP dengan pendekatan nilai tambah Nilai tambah adalah selisih antara nilai akhir ( harga jual ) suatu produk dengan nilai bahan bakunya. Nilai tambah yang dihitung menurut harga tahun yang berjalan dsebut nilai tambah menurut harga berlaku . Nilai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 tambah dapat pula dihitung menurut harga konstan pada tahun dasar tertentu . Untuk menghitung nilai tambah menurut harga konstan ada macam 4 cara yaitu : (1) metode devlasi ganda (2) metode ekstrapolasi langsung (3) metode devlasi langsung (4) metode devlasi komponen pendapatan . Tiga yang pertama diterapkan dalam perhitungan PDB menurut pendekatan produksi, sedangkan yang terakhir digunakan dalam perhitungan PDB menurut pendekatan pendapatan. G. Hasil Penelitian Terdahulu Secara umum, penelitian mengenai variabel factor fundamental seperti ROA ( Return on Asset ), DER ( Debt to Equity Ratio ), tingkat suku bunga dan GDP ( Gross Domestic product ) terhadap return saham telah banyak dilakukan dan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh faktor fundamental yang mempengaruhi return saham ialah sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Inung (2009) dengan menggunakan sampel perusahaan sub sektor industri otomotif dan sub sektor textil yang menganalisis pengaruh DER ( Debt to Equity Ratio ), PER ( Price Earning Ratio ), CR (Current Ratio ),ROA ( Return On Assets ), dan QAI ( Quick Assets to Inventory) terhadap return saham yang menggunakan dengan menggunakan analisis regresi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 linier berganda dan uji Chow ( Chow test) yang menunjukan bahwa ROA ( Return on Equity ) dan DER ( Debt to Equity Ratio ) berpengaruh terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Ryan (2013) yang menganalisis pengaruh ROA (Return on Asset), CR ( Current Ratio ), DER (Debt to Equity Ratio), PER ( Price Earning Ratio ), EPS ( Earning Per Share ), PBV (Price to Book Value), dan NPM ( Net Profit Margin) terhadap return saham perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2012 dengan menggunakan analisis data regresi linier serta sampel perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2012 menunjukan bawah ROA ( Return on Asset ) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham sedangkan DER (Debt to Equity Ratio ) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Ratna( 2009 ) menganalisa pengaruh inflasi, nilai tukar, ROA (Return on Asset), DER (Debt to Equity Ratio), dan CR (Current Ratio ) terhadap return saham pada perusahaan sektor industri real estate dan property di BEI dengan menggunakan teknik analisa penelitian regresi linier berganda serta menggunakan sampel perusahaan real estate dan properti menunjukan bahwa ROA ( Return on Asset ) berpengaruh positif dan signifikan sedangkan DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh negative dan signifikan terhadap return saham perusahaan perbankan. Penelitian yang dilakukan harya (2013) yang menganalisis pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, dan pertumbuhan GDP terhadap return investasi saham yang terdaftar di BEI tahun 2008 - 2011 dengan menggunakan metode linier berganda serta menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di BEI http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 tahun 2008 – 2011 menjelaskan bahwa GDP (Gross Domestic Product) tidak berpengaruh terhadap return saham dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Penelitian yang dilakukan oleh Rizqi (2008) dalam analisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar, suku bunga SBI, Inflasi, dan pertumbuhan PDB terhadap return saham syariah dan non syariah. Dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan sampel yang digunakan adalah indeks JII dan indeks LQ45 menunjukan bahwa suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB (produk domestic bruto) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham syariah dan non syariah. Penelitian yang dilakukan oleh lusi (2012) dalam analisis pengaruh ROA( Return On Assets ), ROE ( Return On Equity), tingkat suku bunga terhadap return saham dengan menggunakan sampel perusahaan sub sektor komponen dan otomotif yang terdaftar di BEI dan diuji dengan metode analisis regresi berganda menunjukan bahwa ROA ( Return On Asset ) dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap return saham. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Tabel 2. 1 : Penelitian Terdahulu Nama Peneliti & No Tahun 1 Inung Adi (2009) Variabel Variable dependend : Return saham Variabel independend : DER, PER, ROA, dan CR Variabel Dependend : Return saham Variabel independend : ROA, CR, DER, PER, EPS, PBV, dan NPM Variable dependend : Return saham Variable independend : ROA, DER, dan CR Hasil Penelitian ROA (Return on Equity) dan DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh terhadap return saham. ROA (Return on Asset) berpengaruh positif dan tidak signifikan sedangkan DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. ROA (Return on Asset) berpengaruh positif dan signifikan sedangkan DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh negative dan signifikan terhadap return saham. GDP (Gross Domestic Product) dan suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 2 Ryan Novitasari (2011) 3 Ratna Prihantini ( 2009 ) 4 Harya Buntala (2003) 5 Rizqi Widi (2008) 6 Lusi Lesmana (2012) H. Rerangka Pemikiran 1. Hubungan ROA ( Return on Asset ) dengan return saham. Variable independend : Return saham Variabel independend : Inflasi,Suku bunga, Nilai tukar, dan Pertumbuhan GDP Variabel dependend : Return saham Variabel independend : Nilai tukar rupiah terhadap dollar,suku bungan SBI, Inflasi, dan pertumbuhan GDP. Variable dependend : Return saham Variabel independend : ROA, ROE, dan Tingkat suku bunga suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB (produk domestic bruto) tidak berpengaruh terhadap return saham syariah dan non syariah. ROA dan Tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap return saham. ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 tingkat ROA sebuah perusahaan, maka menunjukkan kinerja perusahaan tersebut semakin membaik. ROA yang tinggi juga meningkatkan tingkat kepercayaan investor yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan akan saham perusahaan tersebut yang secara langsung berpengaruh terhadap return saham. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis pertama yang diuji dalam penelitian ini adalah : Ha1 : ROA berpengaruh terhadap return saham. 2. Hubungan DER ( Debt Equity Ratio ) dengan return saham Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio solvabilitas yang mengukur kontribusi modal sendiri terhadap total hutang dalam struktur permodalan. DER yang tinggi menunjukkan pendanaan perusahaan lebih banyak dilakukan dengan menggunakan hutang. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis kedua yang diuji dalam penelitian ini adalah : Ha2 : DER berpengaruh terhadap return saham. 3. Hubungan suku bunga terhadap return saham. Tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang disyaratkan atas investasi pada suatu saham. Disamping itu tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkan pada investasi berupa tabungan ataupun deposito. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis ketiga yang diuji dalam penelitian ini adalah : H3a : suku bunga berpengaruh terhadap return saham. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 4. Hubungan GDP terhadap return saham. Meningkatnya PDB merupakan sinyal yang baik ( positif ) untuk investasi dan sebaliknya. Meningkatnya PDB mempunyai pengaruh positif terhadap daya beli konsumen sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Adanya peningkatan permintaan terhadap produk perusahaan akan meningkatkan profit perusahaan dan akhirnya dapat meningkatkan return saham. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis ketiga yang uji dalam penelitian ini adalah : Ha4 : GDP berpengaruh terhadap return saham. Untuk memudahkan pemahaman akan pengaruh ROA ( X1 ), DER ( X2 ), Suku bunga ( X3 ), dan GDP ( X4 ), terhadap return saham ( Y ) maka diperlukan suatu model konseptual. Secara sistematis model konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut ini : ROA( Return on Assets ) H1 DER (Debt to equity ratio) RETURN SAHAM H2 H3 Tingkat Suku bunga H4 GDP (Gross Domestic Product ) Gambar 2.1 : Hubungan antar variable penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 I. Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan masalah yang telah diuraikan, dan kerangka pemikiran teoritis, maka disusunlah hipotesis penelitian sebagai berikut : Ha1 : ROA berpengaruh terhadap return saham. Ha2 : DER berpengaruh terhadap return saham. Ha3 : Suku bunga berpengaruh terhadap return saham. Ha4 : GDP berpengaruh terhadap return saham. http://digilib.mercubuana.ac.id/