Teori Sinyal

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A.
Signaling Theory ( Teori Sinyal )
Secara garis besar signaling theory erat kaitannya dengan ketersediaan
informasi. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Menurut jama’an (2008:4), Signaling Theory mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna
leporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat
berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut
lebih baik dari pada perusahaan lain.
Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan
merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor
atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat
keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis.
Dalam signaling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif
tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga
meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan. Peningkatan utang
diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal
tersebut akan direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 1999).
Singnaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena
terdapat asimetri informasi (Asymmetri Information) antara perusahaan dan pihak
luar. Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan
prospek yang akan datang dari pada pihak luar (investor, kreditor).
Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka
melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan.
Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri
informasi. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan
memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan
yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek
perusahaan yang akan datang.
Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan volume perdagangan
saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterprestasikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal
buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan volume perdagangan saham.
B.
Agency Theory ( Teori Keagenan )
Agency Theory menjelaskan mengenai hubungan antara dua pihak yaitu
prinsipal dan agen. Principal didefinisikan sebagai pihak yang memberikan
mandat kepada pihak lain yang disebut agen, untuk dapat bertindak atas nama
agen tersebut. Menurut Jensen dan meckling ( 1976) dalam jama’an (2008) ada
dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang
saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders).
Dikatakan juga bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer
(agent) dengan investor (principal).
Sutedi (2011:13) dalam Muhammad Hadisaputra (2013) menjelaskan
bahwa “ tujuan dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu
agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin
dengan biaya seefisien mungkin apabila dikelola oleh orang ahlinya (agents)”
Dalam hubungan keagenan antara pemilik perusahaan dengan manajer sering kali
akan muncul sebuah permasalahan yang biasa disebut agency problem.
Agency problem muncul sebagai akibat dari kesenjangan kepentingan
antara para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dengan pihak pengelola
atau manajemen. Pemilik perusahaan atau para principals memiliki kepentingan
agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan atau return yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
semaksimal mungkin. Sedangkan pihak manajemen atau para agents memiliki
kepentingan terhadap perolehan kompensasi kerja atas pengelolaan dana pemilik
perusahaan.
Perbedaan kepentingan antara principal dan agent akan memunculkan
suatu biaya dalam mengatasi masalah perbedaan kepentingan tersebut. Biaya yang
berkaitan dengan masalah keagenan tersebut disebut biaya keagenan (agency
cost). Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut
dengan masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme
pengawasan
yang dapat
mensejajarkan
kepentingan-kepentingan
tersebut
sehingga timbul biaya keagenan (agency cost). Ada beberapa alternative untuk
mengurangi agency cost, diantaranya adanya kepemilikan saham oleh institusional
dan kepemilikan saham oleh manajemen.
C.
Return saham
Pasar modal sebagai wahana alternatif investasi menawarkan suatu tingkat
pengembalian (return) pada tingkat resiko tertentu (Ellen, 2011). Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum
terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2000).
Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu
investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Setiap investasi baik jangka panjang
maupun jangka pendek mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan
yang disebut return, baik langsung maupun tidak langsung (Ang, 1997).
Menurut Widyani Anik (2010), komponen suatu return terdiri dari dua jenis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih
harga). Current income (keuntungan lancar) adalah keuntungan yang diperoleh
melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposit,
bunga obligasi deviden dan sebagainya. Disebut sebagai pendapatan lancar,
maksudnya adalah keuntungan yang ditreima biasanya dalam bentuk kas atau
setara kas, sehingga dapat diungkapkan secara cepat. Komponen yang kedua dari
return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih
antara harga jual dan harga beli suatu instrument investasi. Capital gain sangat
tergantung dari harga pasar intrument investasi yang bersangkutan, yang berarti
bahwa intrument investasi tersebut harus diperdagangkan di pasar (Happy
Widyawati, 2013).
Selanjutnya untuk menghitung return saham dapat menggunakan formula
sebagai berikut (Jogiyanto,2000)
Return saham =
=
(
(
)
)
Keterangan :
D.
R
= Return sekarang
Pt
= Harga saham sekarang
Pt-1
= Harga saham periode lalu
ROA ( Return On Equity )
Menurut Mardiyanto (2009: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari
aktivitas investasi. Menurut Rio Malintan ( 2013) Semakin tinggi ROA maka akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
menunjukkan semakin efisien operasional dari suatu perusahaan, begitu pula
sebaliknya, ROA yang rendah dapat disebabkan oleh banyaknya aset yang
menganggur, kemudian investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan
uang kertas, aset tetap beroperasi dibawah normal, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari
penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih.
Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada
investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut
semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan
semakin besar.
Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di
pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh
terhadap harga saham perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196)
angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.
ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik akuntansi
dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh,
yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan
perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini
merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(
)
=
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ℎ
100 %
17
E.
DER ( Debt to Equity Ratio)
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio pengukur leverage perusahaan,
menurut Gitman dan Joehnk (1996) rasio leverage adalah: “Financial ratios that
measure the amount of debt being used to support operations and ability of the
firm to service its debt”. Menurut Weston dan Copeland (1996:4) menyatakan
bahwa solvabilitas keuangan merupakan rasio antara nilai buku seluruh hutang
terhadap total aktiva atau nilai total perusahaan. Dalam hal ini total hutang adalah
hutang jangka pendek dan jangka panjang sehingga harus dijamin oleh seluruh
kekayaan atau aktiva perusahaan apabila jatuh tempo.
Menurut Hanafi (2008) rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya. Perusahaan
dikatakan solvabel jika perusahaan memiliki aktiva atau kekayaan yang cukup
untuk melunasi seluruh hutang-hutangnya.
Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang dapat
menyebabkan
kesulitan
keuangan
yang
berakhir
dengan
kebangkrutan
perusahaan. Tetapi penggunaan hutang juga memberikan subsidi pajak atas bunga
yang dapat menguntungkan pemegang saham. Karenanya penggunaan hutang
harus diselenggarakan antara keuntungan dan kerugiannya.
Rasio DER dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang
terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Total debt
merupakan total liabilities (jangka pendek/jangka panjang), sedangkan total
shareholder equity menunjukkan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
(
)=
Debt to equity ratio merupakan rasio utang yang paling sering digunakan.
Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting
untuk memahami perimbangan antara resiko dan laba yang didapat. Utang
membawa resiko karena setiap utang pada umumnya akan menimbulkan
keterikatan yang tetap bagi perusahaan berupa kewajiban untuk membayar beban
bunga beserta cicilan kewajiban pokoknya secara periodik.
Pengukuran solvabilitas yang lazim digunakan adalah Debt to Equity ratio.
Hal ini dikarenakan permodalan pada perusahaan umumnya terdiri dari modal
saham/ modal sendiri dan modal asing dimana jumlah asing rata-rata lebih besar
daripada jumlah modal saham. Perbandingan modal asing dan modal sendiri yang
disebut Debt to Equity ratio, jika menggunakan prinsip hati-hati maka digunakan
pada norma struktur financial konservatif.
Dalam sistem finansial konservatif dikehendaki agar jumlah modal asing
tidak lebih besar dari jumlah modal sendiri atau dapat diartikan bahwa modal
asing sebanyaknya-banyaknya sama dengan modal sendiri atau Debt to Equity
ratio
maksimal
100%.
Semakin
tinggi
DER
menunjukkan
tingginya
ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar, sehingga beban
perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang
saham (dalam bentuk deviden).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap
saham perusahaan tertentu, karena investor lebih tertarik pada saham yang tidak
menanggung terlalu banyak beban hutang. Debt to equity ratio menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya
menunjukkan solvabilitas perusahaan. Perusahaaan dengan tingkat leverage yang
rendah mempunyai risiko kerugian yang rendah apabila kondisi perekonomian
memburuk,
tetapi
juga
mempunyai
keuntungan
yang
rendah
apabila
perekonomian membaik.
F.
Makro Ekonomi
Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi
perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan
kondisi ekonomi makro di masa datang sangat berguna dalam pembuatan
keputusan investasi yang menguntungkan sehingga investor memperhatikan
beberapa indikator ekonomi makro yang bisa membantu mereka dalam
memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro.
Pengamatan terhadap perubahan beberapa variable atau indikator ekonomi
makro, seperti PDB, inflasi, Tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang,
dipercaya bisa membantu investor dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada
perubahan pasar modal. Kemampuan untuk meramalkan perubahan variablevariabel ekonomi makro tentunya akan sangat membantu investor dalam membuat
keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan.
Berikut ini beberapa variable makro ekonomi yang akan diteliti :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
1.
Suku Bunga
Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran
atas
pinjaman
atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan
dalam persentase tahunan (Dornbusch, et.al., 2008 : 43). Suku bunga
mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang
lebih banyak atau
bunga
dengan
juga
masa
menyimpan
uangnya
dalam
bentuk tabungan.
Suku
merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini
depan,
sebagaimana harga
lainnya
maka tingkat
suku
bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran.
Menurut suramaya ( 2012 ) Suku bunga mempengaruhi laba perusahaan
dalam dua cara yaitu:
a.
Karena bunga merupakan biaya, maka makin tinggi suku bunga,
makin rendah laba perusahaan apabila hal lain tetap konstan.
b.
Suku bunga
mempengaruhi
tingkat
aktivitas ekonomi
sehingga
mempengaruhi laba perusahaan.
Suku
bunga
yang
mempengaruhi
laba
perusahaan,
dapat
mempengaruhi harga saham (common stock) dengan tiga cara yaitu:
a.
Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi kondisi perusahaan, kondisi
bisnis secara umum dan tingkat profitabilitas perusahaan yang tentunya
akan mempengaruhi harga saham di pasar modal.
b.
Perubahan
suku
bunga
juga
akan
mempengaruhi
hubungan
perolehan dari obligasi dan perolehan dividen saham, oleh karena itu
daya tarik yang relatif kuat antara saham dan obligasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
c.
Perubahan
investor
suku bunga juga akan mempengaruhi psikologis para
sehubungan
dengan
investasi kekayaan,
sehingga
mempengaruhi harga saham.
Weston dan Brigham (1994)
mempunyai
pengaruh
mengemukakan
bahwa tingkat bunga
yang besar terhadap harga saham. Suku bunga
yang makin tinggi memperlesu perekonomian dan menaikan
biaya
dengan
menyebabkan
demikian
menurunkan
laba perusahaan,
dan
bunga
para investor menjual saham dan mentransfer dana ke pasar obligasi.
Para ekonom seringkali menghubungkan kebijakan moneter melalui
peningkatan (penurunan) tingkat bunga dengan peningkatan (penurunan) aktivitas
ekonomi. Perubahan kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar modal melalui
perubahan yang terjadi pada pengeluaran konsumsi dan investasi.
2.
GDP ( Gross Domestic Product )
Produk domestik bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang-barang
dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun
tertentu. Di dalam suatu perekonomian di negara-negara maju maupun di negaranegara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan
milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain.
Berikut ini beberapa Pengertian Produk Domestik Bruto Menurut Para Ahli,
antara lain :
a.
Menurut Mankiw
(2007:17), PDB adalah jumlah output total yang
dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB
mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu tahun waktu tertentu.
b.
Menurut Samuelson (2002), PDB adalah jumlah output total yang
dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB
mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara
tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu.
Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain,
pendapatannya tidak dimasukkan kedalam PDB.
Beberapa aktivitas yang nilainya tidak dimasukkan dalam perhitungan GDP,
yaitu:
a.
Used goods (transaksi jual-beli barang bekas) karena GDP hanya
mengukur nilai dari barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu tahun
sehingga jual-beli barang bekas hanya bersifat mengalihkan kepemilikan
asset saja, sedangkan aktivitas produksinya sudah tercatat di periode
sebelumnya.
b.
Housing services (aktivitas rumah tangga) karena GDP hanya mengukur
nilai dari barang dan jasa yang diperjualbelikan di pasar dan yang hanya
mempunyai harga pasar.
c.
Underground activities: GDP tidak memasukkan komponen nilai dari
transaksi underground activities, seperti misalnya aktivitas pelanggaran
pajak, jual-beli barang illegal dan aktivitas yang tidak melanggar hukum
tetapi tidak masuk ke formal institution seperti misalnya UKM.
d.
Barang setengah jadi, alasannya adalah karena GDP hanya menghitung
nilai barang jadi. Apabila nilai dari barang setengah jadi dimasukkan ke
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
perhitungan GDP, yang terjadi adalah double counting.
Metode perhitungan GDP berdasar income maupun expenditure pada akhirnya
akan menunjukkan nilai yang sama.
a.
Perhitungan GDP menurut income
Household memberikan faktor produksi bagi firm berupa labor.
Sebagai balas jasa, maka firm memberikan income kepada labor.
b.
Perhitungan GDP menurut expenditure
Firm melakukan aktivitas produksi untuk menghasilkan barang dan
jasa, misalnya berupa produksi roti. Labor, yang telah memperoleh
income sebagai balas jasa akibat telah memberikan ‘tenaga’ bagi firm,
maka akan membelanjakan income tersebut untuk membeli roti.
Sehingga, pada akhirnya seluruh income seseorang akan di-convert
menjadi pengeluaran dan GDP yang dihitung dengan pendekatan
income maupun expenditure akan menghasilkan nilai yang sama.
Kelebihan perhitungan GDP menggunakan pendekatan expenditure
adalah kemudahan dalam pengumpulan data karena responden akan
cenderung tertutup bila ditanya mengenai income. Disamping kedua
pendekatan di atas, sebenarnya terdapat satu pendekatan lain, yaitu
perhitungan menggunakan pendekatan nilai tambah produksi.
c.
Perhitungan GDP dengan pendekatan nilai tambah
Nilai tambah adalah selisih antara nilai akhir ( harga jual ) suatu produk
dengan nilai bahan bakunya. Nilai tambah yang dihitung menurut harga
tahun yang berjalan dsebut nilai tambah menurut harga berlaku . Nilai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
tambah dapat pula dihitung menurut harga konstan pada tahun dasar
tertentu . Untuk menghitung nilai tambah menurut harga konstan ada
macam 4 cara yaitu :
(1) metode devlasi ganda
(2) metode ekstrapolasi langsung
(3) metode devlasi langsung
(4) metode devlasi komponen pendapatan .
Tiga yang pertama diterapkan dalam perhitungan PDB menurut pendekatan
produksi, sedangkan yang terakhir digunakan dalam perhitungan PDB menurut
pendekatan pendapatan.
G.
Hasil Penelitian Terdahulu
Secara umum, penelitian mengenai variabel factor fundamental seperti ROA
( Return on Asset ), DER ( Debt to Equity Ratio ), tingkat suku bunga dan GDP (
Gross Domestic product ) terhadap return saham telah banyak dilakukan dan
hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh faktor fundamental yang
mempengaruhi return saham ialah sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Inung (2009) dengan menggunakan sampel
perusahaan sub sektor industri otomotif dan sub sektor textil yang menganalisis
pengaruh DER ( Debt to Equity Ratio ), PER ( Price Earning Ratio ), CR
(Current Ratio ),ROA ( Return On Assets ), dan QAI ( Quick Assets to Inventory)
terhadap return saham yang menggunakan dengan menggunakan analisis regresi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
linier berganda dan uji Chow ( Chow test) yang menunjukan bahwa ROA ( Return
on Equity ) dan DER ( Debt to Equity Ratio ) berpengaruh terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Ryan (2013) yang menganalisis pengaruh
ROA (Return on Asset), CR ( Current Ratio ), DER (Debt to Equity Ratio), PER (
Price Earning Ratio ), EPS ( Earning Per Share ), PBV (Price to Book Value),
dan NPM ( Net Profit Margin) terhadap return saham perusahaan LQ45 yang
terdaftar di BEI tahun 2009 – 2012 dengan menggunakan analisis data regresi
linier serta sampel perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2012
menunjukan bawah ROA ( Return on Asset ) berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap return saham sedangkan DER (Debt to Equity Ratio )
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.
Ratna( 2009 ) menganalisa pengaruh inflasi, nilai tukar, ROA (Return on
Asset), DER (Debt to Equity Ratio), dan CR (Current Ratio ) terhadap return
saham pada perusahaan sektor industri real estate dan property di BEI dengan
menggunakan teknik analisa penelitian regresi linier berganda serta menggunakan
sampel perusahaan real estate dan properti menunjukan bahwa ROA ( Return on
Asset ) berpengaruh positif dan signifikan sedangkan DER (Debt to Equity Ratio)
berpengaruh negative dan signifikan terhadap return saham perusahaan
perbankan.
Penelitian yang dilakukan harya (2013) yang menganalisis pengaruh inflasi,
tingkat suku bunga, nilai tukar, dan pertumbuhan GDP terhadap return investasi
saham yang terdaftar di BEI tahun 2008 - 2011 dengan menggunakan metode
linier berganda serta menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di BEI
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
tahun 2008 – 2011 menjelaskan bahwa GDP (Gross Domestic Product) tidak
berpengaruh terhadap return saham dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap
return saham yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011.
Penelitian yang dilakukan oleh Rizqi (2008) dalam analisis pengaruh nilai
tukar rupiah terhadap dollar, suku bunga SBI, Inflasi, dan pertumbuhan PDB
terhadap return saham syariah dan non syariah. Dengan menggunakan teknik
analisis regresi berganda dengan sampel yang digunakan adalah indeks JII dan
indeks LQ45 menunjukan bahwa suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB (produk
domestic bruto) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham syariah dan
non syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh lusi (2012) dalam analisis pengaruh ROA(
Return On Assets ), ROE ( Return On Equity), tingkat suku bunga terhadap return
saham dengan menggunakan sampel perusahaan sub sektor komponen dan
otomotif yang terdaftar di BEI dan diuji dengan metode analisis regresi berganda
menunjukan bahwa ROA ( Return On Asset ) dan tingkat suku bunga berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Tabel 2. 1 : Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti &
No
Tahun
1
Inung Adi
(2009)
Variabel
Variable dependend :
Return saham
Variabel independend :
DER, PER, ROA, dan CR
Variabel Dependend :
Return saham
Variabel independend :
ROA, CR, DER, PER, EPS,
PBV, dan NPM
Variable dependend :
Return saham
Variable independend :
ROA, DER, dan CR
Hasil Penelitian
ROA (Return on Equity) dan DER
(Debt to Equity Ratio) berpengaruh
terhadap return saham.
ROA (Return on Asset) berpengaruh
positif dan tidak signifikan sedangkan
DER (Debt to Equity Ratio)
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap return saham.
ROA (Return on Asset) berpengaruh
positif dan signifikan sedangkan DER
(Debt to Equity Ratio) berpengaruh
negative dan signifikan terhadap
return saham.
GDP (Gross Domestic Product) dan
suku bunga tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
2
Ryan
Novitasari
(2011)
3
Ratna
Prihantini
( 2009 )
4
Harya
Buntala
(2003)
5
Rizqi Widi
(2008)
6
Lusi
Lesmana
(2012)
H.
Rerangka Pemikiran
1.
Hubungan ROA ( Return on Asset ) dengan return saham.
Variable independend :
Return saham
Variabel independend :
Inflasi,Suku bunga, Nilai tukar,
dan Pertumbuhan GDP
Variabel dependend :
Return saham
Variabel independend :
Nilai tukar rupiah terhadap
dollar,suku bungan SBI,
Inflasi, dan pertumbuhan GDP.
Variable dependend :
Return saham
Variabel independend :
ROA, ROE, dan Tingkat suku
bunga
suku bunga SBI dan pertumbuhan
PDB (produk domestic bruto) tidak
berpengaruh terhadap return saham
syariah dan non syariah.
ROA dan Tingkat suku bunga
berpengaruh signifikan terhadap return
saham.
ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
tingkat ROA sebuah perusahaan, maka menunjukkan kinerja perusahaan tersebut
semakin membaik. ROA yang tinggi juga meningkatkan tingkat kepercayaan
investor yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan akan saham perusahaan
tersebut yang secara langsung berpengaruh terhadap return saham. Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan hipotesis pertama yang diuji dalam penelitian ini adalah :
Ha1 : ROA berpengaruh terhadap return saham.
2.
Hubungan DER ( Debt Equity Ratio ) dengan return saham
Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio solvabilitas yang mengukur
kontribusi modal sendiri terhadap total hutang dalam struktur permodalan. DER
yang tinggi menunjukkan pendanaan perusahaan lebih banyak dilakukan dengan
menggunakan hutang.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis kedua yang diuji dalam
penelitian ini adalah :
Ha2 : DER berpengaruh terhadap return saham.
3.
Hubungan suku bunga terhadap return saham.
Tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku
bunga yang disyaratkan atas investasi pada suatu saham. Disamping itu tingkat
suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik
investasinya pada saham dan memindahkan pada investasi berupa tabungan
ataupun deposito.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis ketiga yang diuji dalam
penelitian ini adalah :
H3a : suku bunga berpengaruh terhadap return saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
4.
Hubungan GDP terhadap return saham.
Meningkatnya PDB merupakan sinyal yang baik ( positif ) untuk investasi
dan sebaliknya. Meningkatnya PDB mempunyai pengaruh positif terhadap daya
beli konsumen sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk
perusahaan. Adanya peningkatan permintaan terhadap produk perusahaan akan
meningkatkan profit perusahaan dan akhirnya dapat meningkatkan return saham.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis ketiga yang uji dalam
penelitian ini adalah :
Ha4 : GDP berpengaruh terhadap return saham.
Untuk memudahkan pemahaman akan pengaruh ROA ( X1 ), DER ( X2 ),
Suku bunga ( X3 ), dan GDP ( X4 ), terhadap return saham ( Y ) maka diperlukan
suatu model konseptual. Secara sistematis model konseptual dalam penelitian ini
dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut ini :
ROA( Return on Assets )
H1
DER (Debt to equity
ratio)
RETURN SAHAM
H2
H3
Tingkat Suku bunga
H4
GDP (Gross Domestic
Product )
Gambar 2.1 : Hubungan antar variable penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
I.
Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan masalah yang telah diuraikan, dan
kerangka pemikiran teoritis, maka disusunlah hipotesis penelitian sebagai
berikut :
Ha1 : ROA berpengaruh terhadap return saham.
Ha2 : DER berpengaruh terhadap return saham.
Ha3 : Suku bunga berpengaruh terhadap return saham.
Ha4 : GDP berpengaruh terhadap return saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download