Perilaku Pembelian Kompulsif Antar Retno Raih Gelar Doktor

advertisement
Perilaku Pembelian Kompulsif Antar Retno Raih Gelar Doktor
PsychoNews - Tangis haru dan bangga yang dirasakan oleh Dr. Retno Mangestuti, M.Si ketika ketua sidang
membacakan hasil ujian promosi doktor yang dilaksanakan pada Rabu, 16 Juli 2014. Perjuangan panjang meraih
gelar doktor dalam bidang psikologi di UGM Yogyakarta akhirnya terbayar juga dengan predikat memuaskan. Ibu
dengan 3 anak ini berhasil meraih gelar doktor dalam bidang psikologi setelah menyelesaikan disertasinya dengan
judul “Model Pembelian Kompulsif Pada Remaja”. Penelitian ini di klaim masuk pada domain psikologi industri dan
organisasi khususnya dalam bahasan perilaku konsumen.
Pembelian kompulsif dapat dijelaskan sebagai suatu aktivitas pembelian yang berulang sebagai akibat dari adanya
peristiwa yang tidak menyenangkan ataupun perasaan yang negatif dikarenakan oleh rasa ketagihan (kecanduan),
tertekan atau rasa bosan (Faber & O,Guinn, 1989; Solomon, 2002). Retno menambahkan bahwa “pembelian
kompulsif memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Pada konsekuensi jangka pendek , ia dapat
bersifat positif seperti pengurangan stres dan ketegangan, peningkatan konsep diri, dan peningkatan dalam
hubungan interpersonal. Sedangkan pada jangka panjang, umumnya merupakan hal yang merugikan, baik secara
ekonomi maupun psikologis seperti tingginya tunggakan kartu kredit, hutang pribadi yang berlebihan, rendahnya
tabungan, terjerat kasus hukum, munculnya perasaan rendah diri, rasa bersalah, depresi, cemas, frustasi serta
munculnya konflik interpersonal”, tandas Ibu yang juga dikarunai suami bergelar doktor tersebut.
Disampaikan dalam ringkasan disertasinya bahwa akar permasalahan munculnya pembelian kompulsif dapat
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: adanya faktor lingkungan keluarga, faktor psikologis seperti penghargaan
diri, status sosial yang dipersepsikan dan fantasi. Selain itu faktor sosiologis, berupa tayangan televisi, teman
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
sebaya, frekuensi berbelanja, serta kemudahan mengakses dan menggunakan kartu kredit. Lebih lanjut
diungkapkan, pembeli kompulsif rata-rata berada dalam usia remaja atau awal 20an, meskipun tidak menutup
kemungkinan individu yang berusia 30 tahun juga termasuk dalam kategori ini. Penjelasan tersebut juga diperkuat
oleh penelitian Gwin (2004) yang menemukan bahwa usia yang berkisar antara 18 sampai dengan 21 tahun memiliki
kecenderungan yang tinggi untuk berperilaku kompulsif.
Menurut survei yang dilakukan dalam bidang klinis menunjukkan sekitar 80% sampai dengan 90% individu dengan
pembeli kompulsif adalah wanita. Salah satu alasan menarik yang dapat dicermati disini, karena wanita lebih
mementingkan penampilan agar dapat diterima oleh lingkungan pergaulannya (Roberts & Pirog, 2004). Selain itu,
wanita cenderung membutuhkan penyaluran bila mengalami permasalahan, salah satu bentuknya adalah melalui
pembelian kompulsif.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelian kompulsif pada remaja adalah akibat dari adanya faktor
keluarga yang mendukung pada terjadinya perilaku kompulsif dengan didukung oleh kondisi internal individu yang
bersangkutan berupa rendahnya kemampuan mengatur dirinya sendiri. Terdapat proses dinamika psikologis yang
terjadi pada individu ketika yang bersangkutan dalam lingkungan keluarga yang tidak mendukung. Proses ini terjadi
berawal dari munculnya perasaan rendah diri, yang diikuti dengan ketidakmampuan dalam mengontrol diri, termasuk
ketidakmampuan dalam mengendalikan sikap materialisme yang pada gilirannya akan memunculkan perilaku
pembelian kompulsif. (Red.Ms)
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
Download