ABSTRACT The welfare of fishermen in coastal area depends on the quality of fishery resources. The economic activity in the mainland leads a pollution problem in the coastal area, which worsen the life of the fishermen who depends their only source of earn-living from the sea. As an impact of sea pollution, the fishermen who lived in sea-polluted area were tends to do some strategies which helped them surviving in living and distributes the livelihood within all the season of the year. This research was intended (1) to identify the survival strategies of fishermen, (2) to identify the relation between fishermen’s characteristic and their survival strategies, (3) to analyze the social mobility of fishermen in times before and after the sea-pollution, and (4) to analyze the social stratification of fishermen. The research result showed that the fishermen did the survival strategies in terms of distributing the basic necessities through all the year. The survival strategies were done by the fishermen based on the human-resources allocation from the fishermen’s households, social capital, financial, spatial, and livelihoodproduction source. The characteristic of fishermen which are their educational level, age, and number of family member were related with their survival strategies. After the times of sea-pollution, the research result also showed the social sinking in fishermen’s social mobility. As an impact of sea-pollution, the stratification of fishermen was also descended to the lower level of social stratification. Keywords: sea pollution, survival strategies, social mobility of fishermen, social stratification of fishermen. RINGKASAN KARUNIA WISDANINGTYAS. STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT NELAYAN DI DAERAH PENCEMARAN PESISIR (Studi Kasus Nelayan Kampung Bambu Kelurahan Kali Baru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara) (Di bawah Bimbingan ARIF SATRIA). Kesejahteraan secara ekonomi masyarakat pesisir sangat bergantung pada sumberdaya perikanan baik perikanan tangkap di laut maupun budidaya, yang hingga saat ini masih bersifat open access. Aktivitas ekonomi dan pertambahan penduduk di daratan menyebabkan munculnya masalah di wilayah perairan pesisir dan perairan. Akibatnya masyarakat yang bergantung pada sumberdaya pesisir semakin kesulitan mendapatkan kesejahteraan akibat lingkungan pesisir yang semakin terdegradasi. Turunnya kualitas lingkungan menyebabkan kemiskinan nelayan pun meningkat, sehingga masyarakat nelayan yang hidup dan bergantung pada sumberdaya lautan mengupayakan berbagai strategi untuk dapat bertahan hidup (survival strategies). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh rumahtangga nelayan di Kampung Bambu, kemudian menganalisis hubungan antara karakteristik nelayan dengan strategi hidup yang dilakukan rumahtangga nelayan, selanjutnya adalah mengetahui stratifikasi sosial serta mobilitas sosial yang terjadi dalam masyarakat nelayan sebelum dan sesudah terjadi pencemaran pesisir. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menangkap data seputar karakteristik rumahtangga nelayan dan mencari hubungan antara karakteristik responden dengan strategi hidup, dengan menggunakan instrument kuesioner. Sementara metode kualitatif digunakan untuk menangkap data seputar pencemaran pesisir dengan metode wawancara mendalam. Tahap pertama penelitian ini adalah menentukan strategi hidup nelayan berupa strategi sosial dan strategi ekonomi nelayan, kemudian dianalisis menggunakan teori strategi berdasarkan basis produksi, pemanfaatan modal sosial, alokasi sumberdaya manusia, spasial dan finansial. Tahap kedua penelitian ini adalah mencari hubungan antara karakteristik nelayan dengan strategi hidup nelayan. Kemudian menganalisis strategi hidup tersebut dengan terjadinya mobilitas sosial nelayan yang juga akan mempengaruhi stratifikasi nelayan sebelum dan sesudah terjadinya pencemaran. Strategi bertahan hidup yang dilakukan rumahtangga nelayan tersebut antara lain adalah strategi berbasis modal sosial yang terwujud dalam kelembagaan patron klien berupa sistem bagi hasil antara nelayan dengan pedagang, pemilik perahu maupun pemilik ternak. Strategi selanjutnya adalah strategi alokasi sumberdaya manusia. Strategi ini merupakan strategi pemanfaatan modal manusia dalam rumahtangga nelayan, yang terlihat pada diversifikasi kerja rumahtangga nelayan dan pelibatan anggota rumahtangga nelayan. Tidak terjadi mobilitas kerja atau perpindahan kerja pada saat musim baratan sebab nelayan lebih memilih untuk menganggur dan menunggu angin timur. 5 Strategi bertahan hidup lain yang dilakukan nelayan adalah strategi pola nafkah ganda. Meskipun demikian, dari hasil penelitian terlihat bahwa strategi ini tidak banyak dilakukan oleh kepala rumahtangga nelayan. Hal ini disebabkan nelayan lebih memilih untuk mengandalkan satu jenis pekerjaan yang mereka kuasai daripada menyambi dengan perkerjaan lain yang mereka tidak terlalu paham bidangnya. Sementara strategi berdasarkan basis produksi merupakan strategi yang diterapkan rumahtangga nelayan dengan memanfaatkan sumber produksi secara maksimal. Bentuk strategi bertahan hidup lainnya yang dilakukan rumahtangga nelayan adalah strategi spasial dan finansial. Strategi finansial cenderung dilakukan oleh anggota keluarga selain kepala keluarga. Sementara itu tidak ada rumahtangga nelayan yang menjalankan strategi finansial dengan memanfaatkan modal keuangan berupa tabungan atau investasi. Hal ini disebabkan capaian status nafkah nelayan tradisional di Kampung Bambu masih terbatas pada strategi keamanan dan stabilitas, artinya semua hasil yang diperoleh rumahtangga nelayan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal kebutuhan subsisten pangan. Terdapat hubungan antara usia dengan jaringan sosial, terlihat bahwa semakin tua usia responden maka kualitas jaringan sosialnya semakin baik. Terdapat pula hubungan antara usia dengan strategi lainnya, yaitu semakin tua responden terbukti bahwa mereka memiliki strategi lain untuk mengatasi masa kritis akibat pencemaran. Hal ini dikarenakan faktor usia turut mempengaruhi pengalaman hidup. Terlihat pula hubungan antara besar keluarga dengan strategi lainnya, semakin besar jumlah anggota keluarga maka strategi lain yang dilaksanakan keluarga tersebut untuk mengatasi masa kritis semakin terlihat. Hubungan yang tidak signifikan terlihat adalah antara tingkat pendidikan dengan strategi sosial maupun strategi ekonomi. Hubungan yang tidak bisa diuji adalah seluruh variabel karakteristik dengan strategi ekonomi mobilitas kerja, artinya tidak pernah terjadi mobilitas kerja untuk semua responden. Stratifikasi sosial nelayan yang terjadi sebelum dan sesudah pencemaran diteliti menggunakan metode reputasional dimana nelayan mempersepsikan diri mereka berada dalam lapisan atas-bawah sebelum terjadi pencemaran dan berada dalam lapisan bawah atas setelah terjadi pencemaran. Pada periode sebelum pencemaran, nelayan menempati posisi atas-bawah sementara sesudah pencemaran nelayan secara drastis mengalami mobilitas vertikal ke posisi bawahatas. Penurunan status ini disebabkan semata oleh laut yang semakin tercemar sehingga mengurangi debit ikan yang secara langsung akan berpengaruh pada kelangsungan distribusi pendapatan nelayan dan kondisi ekonomi rumahtangga keluarga. Terjadi mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking) sebagai perpindahan posisi nelayan dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain yang tidak sederajat setelah pencemaran. PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “STRATEGI DAERAH KAMPUNG BERTAHAN PENCEMARAN BAMBU, HIDUP MASYARAKAT PESISIR KELURAHAN (STUDI KALI NELAYAN KASUS BARU, DI NELAYAN KECAMATAN CILINCING, JAKARTA UTARA)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Januari 2011 Karunia Wisdaningtyas I34062694