BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
 BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Umum
2.1.1. Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
2.1.1.1. Konsep Dasar Sistem Informasi
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p29), Information System
(IS) is the planning, development, management, and use of
information technology tools to help people perform all tasks related
to information processing and management.
Dapat diartikan bahwa, “Sistem Informasi (SI) adalah
perencanaan, pengembangan, manajemen, dan penggunaan dari alat
teknologi informasi untuk membantu dalam melakukan semua tugas
yang berkaitan dengan proses informasi dan manajemen.”
McLeod dan Scheel (2007. p10) menyatakan, sistem
informasi adalah sistem virtual yang memungkinkan manajemen
mengendalikan operasi sistem fisik perusahaan.
Dari kedua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
Sistem Informasi atau SI adalah sistem yang memugkinkan
manajemen mengendalikan operasi sistem fisik perusahaan dalam
merencanakan, mengembangkan hingga menggunakan teknologi
informasi untuk membantu dalam melakukan semua tugas yang
berkaitan dengan proses informasi dan manajemen.
11 12 Menurut Rainer & Cegielski (2011, p40) komponen dasar
Sistem Informasi (SI) dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:
1. Hardware (Sumber Daya Perangkat Keras)
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p40), hardware is a
device such as the processor, monitor, keyboard, and printer.
Together these devices accept data and information, process it ,
and display it.
Dapat diartikan bahwa, “Yang termasuk hardware atau
perangkat keras yaitu seperti processor, monitor, keyboard, dan
printer. Hardware atau perangkat keras merupakan suatu alat
yang menerima data dan informasi, memproses, kemudian
menampilkannya.”
2. Software (Sumber Daya Perangkat Lunak)
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p40), software is a
programs that enablesthe hardware to process data.
Dapat diartikan bahwa, “Software atau perangkat lunak
adalah suatu program yang memungkinkan hardware atau
perangkat keras untuk dapat mengolah data.”
3. Database (Sumber Daya Data)
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p40), a database is a
collection of related files or tables containing data.
Dapat diartikan bahwa, “Database merupakan kumpulan
dari file yang saling berkaitan atau tabel-tabel yang memuat
suatu data.”
13 4. Network (Sumber Daya Jaringan)
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p40), nework is a
connecting system (wireline or wireless) that permits diffrent
computers to share resources.
Dapat diartikan bahwa, “Jaringan adalah sebuah sistem
yang saling berhubungan (wireline atau wireless) yang
memungkinkan komputer yang berbeda untuk berbagi sumber
daya.”
5. People (Sumber Daya Manusia)
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p40), people are
those individuals who use the hardware and software, interface
with it, or use it’s output.
Dapat diartikan bahwa, “People atau pengguna adalah
orang yang menggunakan hardware (perangkat keras) dan
software (perangkat lunak), berinteraksi, atau menggunakan hasil
dari hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak)
tersebut.”
6. Procedures (Sumber Daya Prosedur)
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p40), procedures are
set of introductions about how to combine the above components
in order to process infromation and generate the desired output.
Dapat diartikan bahwa, “Prosedur adalah satu set
pengenalan mengenai bagaimana cara untuk menggabungkan
14 komponen yang ada dengan tujuan untuk memproses informasi
dan menghasilkan hasil yang diinginkan.”
2.1.1.2. Definisi Teknologi Informasi
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p7),
Information
Technology (IT) realates to any computer-based tool that people use
to work with information and to support the information and
information-processing needs of an organization.
Dapat
diartikan
bahwa,
“Teknologi
Informasi
(TI)
berhubungan dengan beberapa alat berbasiskan komputer yang
digunakan
orang
untuk
bekerja
dengan
menggunakan
dan
mendukung informasi, serta pemrosesan informasi yang dibutuhan
oleh organisasi.”
Hal itu juga diperkuat oleh pernyataan Hackler & Saxton
(2007. p475) yang mendefinisikan Teknologi Informasi (TI) sebagai,
“We define IT as applied computer systems, including computer
hardware, software program, and consulting service to support the
use and implementation of information technology”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Teknologi Informasi (TI)
merupakan kumpulan dari hardware, software, telekomunikasi,
manajemen database dan teknologi pemrosesan informasi lainnya
yang digunakan untuk mendukung informasi, serta pemrosesan
informasi yang dibutuhan oleh organisasi.
15 2.1.2. Investasi Teknologi Informasi
2.1.1.1. Definisi Investasi Teknologi Informasi
“An IT investment consist of the total life cycle cost of an
entire project or project chunk that involves IT, including the postproject operating cost of the system that was implemented”
Fitzpatrick (2005. p28).
Berdasarkan kutipan diatas, “investasi teknologi informasi
(TI) adalah sebuah investasi yang terdiri dari biaya total siklus hidup
dari seluruh proyek atau potongan proyek yang melibatkan teknologi
informasi (TI), termasuk biaya operasi pasca-proyek dari sistem yang
sedang dilaksanakan.”
Menurut Schniederjans (2010), the definition of IT investment
can be defined as the investment decisions of allocating all types (i.e.,
human, monetary, physical) of resource to an Management
Information System (MIS).
Dapat diartikan bahwa, “Investasi teknologi informasi (TI)
juga
dapat
didefinisikan
sebagai
keputusan
investasi
dari
pengalokasian seluruh jenis (seperti manusia, moneter, fisik) sumber
daya ke dalam sebuah manajemen sistem informasi.”
Jadi, investasi teknologi informasi adalah suatu keputusan
investasi dalam mengalokasikan seluruh tipe dari Sistem Informasi
Manajemen (SIM), yang terdiri dari biaya total lifecycle dari
keseluruhan proyek atau potongan proyek yang melibatkan teknologi
16 informasi termasuk didalamnya biaya operasi setelah proyek dari
sistem yang telah diimplementasikan.
2.1.1.2.
Definisi Strategi Investasi Teknologi Informasi
Strategi didefinisikan oleh Johnson and Scholes (2006)
sebagai, "Strategy is the direction and scope of an organisation over
the long-term: which achieves advantage for the organisation
through its configuration of resources within a challenging
environment, to meet the needs of markets and to fulfil stakeholder
expectations."
Hongren et al. (2006), “Strategy specifies how an
organization matches its own capabilities with the opportunities in
the market place to accomplish its objective.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
investasi teknologi informasi merupakan arahan dan ruang lingkup
yang harus dilakukan dalam memilih teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka
panjang.
2.1.1.3. Konsep Strategi
Hal‐hal
apa
saja
yang
harus
diperhatikan
dan
dipertimbangkan untuk menghasilkan sebuah IT Strategy yang baik?
Indrajit (2000).
17 Untuk menghasilkan output yang berkualitas, berbagai hal
harus dilakukan, menyangkut masukan (input) yang dibutuhkan oleh
tim penyusun IT Strategy dan proses analisa yang harus dilakukan.
Setidak‐tidaknya ada empat input utama sebagai langkah awal
penyusunan IT Strategy:
1) Struktur Organisasi – mempelajari fungsi‐fungsi apa saja
yang ada dalam organisasi dan bagaimana hubungan keterkaitan
antara fungsi‐fungsi tersebut;
2) Proses dan Prosedur – mempelajari bagaimana proses dan
prosedur penciptaan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan
secara mendetail;
3) Sumber Daya Manusia (SDM) dan Budaya Perusahaan –
mempelajari karakteristik manusia sebagai implementor sistem yang
diterapkan perusahaan, terutama hal‐hal yang melatarbelakangi
terbentuknya budaya perusahaan; dan
4) Sumber Daya dan Infrastruktur Perusahaan – mempelajari
sumber dayasumber daya yang dimiliki perusahaan seperti aset,
keuangan, manusia, informasi, waktu, dan lain sebagainya.
Adapun output yang diinginkan adalah sebuah strategi yang
mencakup tiga hal pokok:
1. Sistem Informasi – merupakan definisi secara jelas dan
terperinci sehubungan dengan jenis-jenis informasi apa saja yang
dibutuhkan oleh perusahaan dan hal-hal yang berkaitan dengannya
18 (kecepatan proses pengolahan data menjadi informasi, tingkatan detil
informasi, cara menampilkan informasi, volume dan transaksi
informasi, penangung jawab informasi, dan lain sebagainya).
2. Teknologi Informasi – meliputi komponen-komponen
perangkat keras (komputer, infrastruktur, alat komunikasi, dll) dan
perangkat lunak (aplikasi, sistem operasi, database, dll) yang harus
tersedia
untuk
menghasilkan
sistem
informasi
yang
telah
didefinisikan.
3. Manajemen Informasi – menyangkut perangkat manusia
(brainware) yang akan mengimplementasikan sistem informasi yang
dibangun dan mengembangkan teknologi informasi sejalan dengan
perkembangan perusahaan di masa mendatang.
Untuk setiap domain atau hal pokok di atas, akan dianalisa
dan diusulkan beberapa skenario atau pilihan (options), dimana
setiap skenario memiliki variabelnya masing-masing seperti biaya
(costs), manfaat (benefits), risiko (risks), dampak (impacts), tingkat
kesulitan (complexity), hambatan (constraints), dan hal-hal terkait
lainnya.
19 2.2. Teori Khusus
2.2.1. E-Procurement
2.2.1.1. Definisi E-Procurement
Dalam jurnal yang ditulis Kishor Vaidya (2006. p71-72),
terdapat beberapa definisi e-Procurement. “E-Procurement and ePurchasing have been used synonymously in many jurisdictions in an
attempt to prove their involvement in the e-Commerce revolution
(MacManus, 2002), the term purchasing has a narrower scope”.
Dikutip dari jurnal International Business Research “EProcurement refers to the use of Internet-based (integrated)
information and communication technologies (ICTs) to carry out
individual or all stages of the procurement process including search,
sourcing, negotiation, ordering, receipt, and post-purchase review
(Croom & Brandon-Jones, 2005)”.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, eProcurement merupakan sinonim dari e-Purchasing yang merupakan
bentuk revolusi dari e-Commerce yang mengacu pada penggunaan
internet,
informasi
dan
teknologi
komunikasi
(TIK)
untuk
melaksanakan tahapan proses pengadaan termasuk pencarian, sumber
daya, negosiasi, pemesanan, penerimaan, dan ulasan pascapembelian.
20 2.2.1.2. Keunggulan dan Manfaat E-Procurement
Manfaat dan keunggulan dari e-Procurement (Purwanto,
2008);
1. Efektif dan Efisien
Pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan cara
e-Procurement dapat dilakukan dalam jangka waktu yang
lebih cepat dibanding dengan cara yang dilakukan dengan
cara konvensional. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk
pengadaan barang dan jasa dengan cara konvensional adalah
36 (tiga puluh enam) hari sedangkan apabila dengan cara eProcurement hanya berkisar 20 (dua puluh) hari.
Di samping waktu yang bisa lebih cepat eProcurement juga bisa menghemat anggaran, karena dapat
mengurangi biaya konsumsi rapat maupun penggandaan
dokumen dan terutama adalah dari adanya selisih antara
paguna anggaran dengan harga penawaran. Penghematan
lainnya adalah berkurangnya penggunaan kertas kerja
(paperless) dan juga kecepatan waktu realisasi barang/jasa.
2. Terjadi persaingan yang sehat dan non diskriminatif
Dengan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang
lebih transparan, fair dan partisipatif akan mendukung
persaingan usaha yang semakin sehat di setiap wilayah
dimana pengadaan barang dan jasa dilakukan. Tidak ada
pengaturan pemenang lelang serta hilangnya sistem arisan
21 antar pelaku usaha, pelaku usaha yang besar tidak dapat
menekan pelaku usaha kecil untuk tidak berpartisipasi dalam
tender, serta pelaku usaha di semua tingkatan tidak dapat
menekan lembaga pemerintah untuk memenangkannya
dalam tender.
Pelaksanaan lelang diatur dalam suatu sistem yang
transparan, akuntabel, dan meniadakan kontak langsung
antara panitia dengan penyedia barang dan jasa. Pelaku usaha
yang unggul dalam melakukan efisiensi terhadap seluruh
aktifitas
operasional
usahanya
akan
mendapatkan
keunggulan kompetitif.
3. Transparan dan akuntabel
Penerapan e-Procurement selain dapat menghemat
anggaran negara, juga lebih transparan dan akuntabel
sehingga sangat efektif untuk mencegah terjadinya Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN). Semangat awal dibangunnya
e-Procurement adalah untuk membangun transparansi, juga
menutup celah terjadinya macam-macam penyelewengan,
sebab sistem ini telah mengurangi peran orang-orang yang
terlibat
dalam
penerimaan,
pencatatan,
maupun
pendistribusian persyaratan administrasi lelang yang dapat
menimbulkan kemungkinan terjadinya kolusi.
22 Pelaksanaan lelang diatur dalam suatu sistem yang
transparan, akuntabel, dan meniadakan kontak langsung
antara panitia dengan penyedia barang dan jasa.
4. Lebih aman
Dengan e-Procurement akan mampu menjaga faktor
kerahasiaan dokumen penawaran antar vendor/penyedia
barang jasa dengan support sistem enkripsi dari Lembaga
Sandi Negara.
Proses digitalisasi e-Procurement juga ditekankan
pada keamanan data. File yang telah terenkripsi tidak akan
bisa dibuka sebelum tanggal yang ditetapkan terlebih lagi
jika kunci harus dibuka oleh lebih satu orang panitia.
Indrajit & Djokopranoto menyimpulkan bahwa eProcurement
berakibat
pada
terjadinya
sejumlah
pengurangan, mulai dari harga pembelian barang sebesar
5%-20%, waktu proses pembelian sebesar 25%-30%,
penagihan dan pembayaran, hingga pengurangan biaya
administrasi. Selain itu, melalui e-Procurement terjadi
peningkatan kemampuan untuk mengelola basis pasokan
secara optimal, memperlancar komunikasi antara penjual dan
pembeli, menunjang pelaksanaan pembelian tepat waktu dan
pelaksanaan manajemen rantai pasokan serta pelaksanaan
kemitraan pembeli dan penjual.
23 Pendeknya, e-Procurement menawarkan kesempatan
seluas-seluasnya
untuk
perbaikan
dalam
biaya
dan
produktivitas. Oleh karenanya e-Procurement merupakan
salah satu cara yang paling efektif untuk menyempurnakan
manajemen, baik langsung maupun tidak langsung, dalam
pencarian sumber pembelian. Walhasil, e-Procurement akan
meningkatkan kunci keberhasilan dalam peningkatan daya
saing di masa yang akan datang.
2.2.2. Cost / Benefit Analysis
2.2.2.1. Definisi Cost / Benefit Analysis
Menurut Schniederjans (2010, p144), Cost/Benefits Analysis
(CBA) involves the estimation and evaluation of the net benefits
associated with alternatives courses of action. This technique often
entails comparing the present value of benefits associated with an
investment to the present value of the costs of the same investment.
Definisi diatas diterjemahkan bahwa, “Cost / Benefit
Analysis (CBA) atau Analisis Biaya dan Manfaat melibatkan
perhitungan dan evaluasi dari keuntungan bersih yang terhubung
dengan
program
alternatif.
Teknik
ini
sering
memerlukan
perbandingan nilai sekarang dari keuntungan yang terkait dengan
investasi nilai sekarang dari biaya dalam investasi yang sama.”
24 Sedangkan menurut Nassar dan Al-Mohaisen (2006) “Cost
benefit analysis is a method of making economic decisions by
comparing the costs of a project with its benefits”. Definisi tersebut
dapat diartikan Cost benefit analysis adalah metode pengambilan
keputusan ekonomi dengan membandingan biaya suatu proyek
dengan manfaatnya.
Kesimpulannya, Analisis Biaya Manfaat adalah metode
pengambilan keputusan yang melibatkan perhitungan dan evaluasi
dari keuntungan bersih yang terhubung dengan program alternatif
untuk membandingan biaya suatu proyek dengan manfaatnya.
2.2.2.2. Tahapan Cost / Benefit Analysis
Terdapat lima tahapan dalam menganalisis suatu investasi
dengan menggunakan metode Cost / Benefit Analysis (CBA)
(Schniederjans, 2010. p145). Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
Gambar 2.1 Lima Tahapan Cost / Benefit Analysis
25 1. Menetapkan Masalah
Menetapkan masalah adalah hal yang paling penting
dalam setiap
pengambilan
keputusan.
Penetapan
masalah
memerlukan analisis yang mendalam terhadap suatu situasi,
seperti menyelidiki kebutuhan dan keperluan dari suatu teknologi
informasi (TI). Penetapan suatu masalah yang baik adalah
membuat rincian dari tujuan suatu investasi teknologi informasi
(TI) dan perencanaan untuk mencapai tujuan tersebut.
Bagian
dari
mendefinisikan
masalah
termasuk
menghasilkan semua kemungkinan program tindakan alternatif
dan
memungkinkan
untuk
mempersempit
daftar
dengan
menghilangkan alternatif yang tidak dapat diterima. Alternatif
yang tidak dapat diterima kemungkinan dikarenakan terdapat
beberapa kendala besar seperti yang bersifat anggaran, sosial,
politik dan/atau kelembagaan.
2. Mengidentifikasi Biaya dan Manfaat
i. Biaya
Biaya
adalah
segala
pengeluaran
yang
harus
dikeluarkan untuk pengadaan, instalasi dan mengelola suatu
investasi teknologi informasi (TI). Biaya investasi dilihat
sebagai dua bentuk yakni tangible dan yang berhubungan
langsung dengan system (direct cost). Sebuah pandangan
alternatif lainnya dari biaya adalah intangible, yang berarti
26 dampak dari pengeluaran biaya yang
tidak dapat dengan
mudah untuk diukur (biasanya dolar), dan tidak secara
langsung dapat dikaitkan dengan teknologi informasi (TI)
(Schniederjans, 2010).
Tangible:
Intangible:
Resistensi terhadap perubahan (manajemen
perubahan)
Perangkat keras
Perangkat lunak
Telekomunikasi
Ketidakmampuan untuk mengubah
Kebutuhan spesifikasi dan update
Restrukturisasi organisasi
Jasa,
misalnya
pemrograman, dll
pemasangan,
Integrasi sistem baru ke dalam situasi saat
ini
perekrutan,
Kehilangan produktivitas sementara (kurva
pembelajaran)
Personil, misalnya
pelatihan, dll
Biaya berjalan
Perumusan kebijakan Teknologi Informasi
(TI) dan kontrol
Mebel
Gangguan terhadap praktik kerja normal
Downtime
Tabel 2.1 Potensi Biaya dari Investasi Teknologi Investasi
(Potential costs of an IT investment)
ii. Manfaat
Manfaat adalah hasil yang positif dari suatu tindakan
investasi teknologi informasi (TI). Manfaat sering timbul dari
perbaikan kinerja organisasi. Sama halnya dengan biaya,
manfaat juga dilihat sebagai tangible dan intangible
(Schniederjans, 2010).
27 Tangible benefit adalah keuntungan yang dapat
diperhitungkan oleh perusahaan secara fisik dan memiliki
data
yang
secara
real
dokumentasi
serta
dapat
dipertanggungjawabkan dengan mudah. Intangible benefit
merupakan keuntungan yang didapat oleh perusahaan tetapi
tidak dapat dihitung secara fisik dan umumnya perusahaan
tidak memiliki data pasti. Contoh intangible benefit adalah
produktivitas kerja karyawan meningkat, kepuasan pelanggan
karena layanan dapat diberikan dengan lebih cepat dan akurat,
dan keuntungan lainnya (Yanti, 2008).
Tangible:
Intangible:
Peningkatan produktivitas
Peningkatan
Penurunan biaya operasional
Peningkatan sumber daya kontrol
Mengurangi tenaga kerja
biaya
vendor
Peningkatan fleksibilitas organisasi
luar
Biaya administrasi dan profesional
lebih rendah
Biaya pengembangan in-house lebih
rendah
Mengurangi
biaya
tingkat
aktiva
Peningkatan perencanaan organisasi
Biaya komputer lebih rendah
Menurunkan
pemanfaatan
pertumbuhan
Informasi
lebih
Kualitas
informasi
waktu
lebih
tinggi
Peningkatan pembelajaran organisasi
Peningkatan
Peningkatan
Biaya fasilitas lebih rendah
tepat
kemauan
kepuasan
karyawan
kerja
Peningkatan pengambilan keputusan
Mengurangi biaya perangkat lunak
Pengambilan keputusan lebih cepat
Tingkat kesalahan yang lebih rendah
28 Peningkatan operasi
Image
perusahaan
lebih
baik
Peningkatan kepuasan pelanggan
Peningkatan loyalitas pelanggan
Tabel 2.2 Potensi Manfaat dari Investasi TI
(Potential benefits of an IT investment)
Walaupun nilai pengembalian investasi dalam bentuk
finansial sangatlah penting, tetapi bagi organisasi nonprofit
yang terpenting adalah menciptakan nilai publik. "in profit
organization, the ultimate strategic goal is fulfillment of some
social mission-that is, the creation of public value" Hackler
(2007. p 477).
3. Menghitung Biaya dan Manfaat
Indrajit (2004. p34-42) memaparkan perhitungan CostBenefit Sederhana untuk Manfaat yang Tangible. Pendekatan ini
biasa dipergunakan di dalam situasi dimana penggunaan
teknologi informasi (TI) memberikan manfaat yang tangible dan
cenderung mudah diukur (measurable) secara kuantitatif.
Untuk Manfaat yang bersifat intangible, indrajit (2004. p43-45)
memaparkannya sebagai berikut:
1. Langkah
pertama
adalah
mencoba
untuk
menkonseptualisasikan dampak atau manfaat yang kira-kira
akan diperoleh perusahaan dengan diimplementasikannya
29 sistem baru. Misalnya adalah Sistem Informasi Penagihan
(Automatic Billing System) yang diharapkan dapat memberikan
serangkaian
mempercepat
manfaat
seperti:
pengiriman
mengurangi
tagihan,
kesalahan,
mereduksi
durasi
pembayaran, dan lain sebagainya.
2. Langkah kedua adalah melihat perubahan langsung apa yang
kira-kira akan terjadi terkait dengan manfaat yang telah
didefinisikan pada langkah sebelumnya. Contohnya adalah
sebagai Mengurangi kesalahan berarti akan terjadi perubahan
dalam hal: keluhan pelanggan berkurang, kepuasan pelanggan
meningkat, biaya memperbaiki kesalahan dapat direduksi
(biaya komunikasi, kertas, peralatan kantor, dan waktu yang
hilang), dan lain sebagainya.
3. Langkah berikutnya adalah menentukan jenis indikator ukuran
apa yang dapat dipergunakan untuk merepresentasikan masingmasing perubahan tadi, seperti:
a. Mengurangi keluhan = jumlah keluhan
b. Mengurangi kesalahan = jumlah kesalahan
c. Mempercepat tagihan = waktu pengiriman
d. Mempercepat pembayaran = waktu pembayaran
4. Langkah keempat adalah memperkirakan kuantitas perubahan
yang terjadi terhadap masing-masing indikator ukuran yang
ada jika sistem baru diimplementasikan. Misalnya Waktu
pembayaran dari rata-rata 6 minggu menjadi 1 minggu.
30 5. Langkah selanjutnya adalah mentransformasikan perubahan
kuantitas indikator tersebut ke dalam satuan finansial terkait
dengan hal tersebut. Misalnya Waktu pembayaran yang tadinya
biasa dilakukan dalam 6 minggu menjadi 1minggu berarti
perusahaan akan memperoleh uang satu bulan lebih cepat. Jika
perusahaan memiliki 1000 orang pelanggan, dan nilai transaksi
per masing-masing pelanggan sebesar Rp 1 juta, maka
perusahaan tersebut berhasil mendapatkan uang Rp 1 milyar
lebih cepat. Jika bunga bank dalam setahun sebesar 12%, maka
sama saja dengan perusahaan berhasil mendapatkan bunga
yang selama ini hilang – karena keterlambatan pembayaran –
sebesar Rp 10 juta/bulannya.
4. Membandingkan Alternatif
Langkah selanjutnya adalah membandingkan alternatif
investasi dengan menggunakan beberapa metode keuangan. Baik
Schniederjans (2010) maupun Remenyi (2007. p323-325)
memasukan
beberapa
pengukuran
keuangan
yang
dapat
digunakan dalam analisis biaya manfaat, seperti:
i.
Return On Investment (ROI)
Return On Investment (ROI) adalah tingkat
pengembalian suatu investasi teknologi informasi (TI)
yang membagi total keuntungan investasi dengan biaya
investasi. “The rate of return or return on investment, is
31 calculated by considering the annual benefits divided by
the investment amount” Remenyi (2007. p325). “The
return on an investment is calculated as the profit of the
investment divided by the cost of the investment”
Schniederjans (2010. p130).
ROI =
Suatu
investasi
dapat
diterima
ketika
nilai
pengembalian lebih besar dari total biaya.
ii.
Net Present Value (NPV)
Menurut Schniederjans (2010. p154) menyatakan,
“The net present value of net benefits is calculated as the
present value of benefits minus the present value of costs
discounted back to the present”. Dari definisi tersebut Net
Present Value (NPV) merupakan sebuah metode yang
melibatkan net present value analysis. NPV adalah nilai
masa arus kas saat ini setelah dikurangi dengan arus kas
keluarnya (biaya awal investasi).
32 Dimana :
Bn = Benefit atau keuntungan pada tahun ke-n
Cn = Cost atau biaya pada tahun ke n
r = Tingkat pengembalian yang diisyaratkan
n = Tahun
Dengan ketentuan :
1) Untuk investasi yang independen / berdiri sendiri,
berlaku syarat NPV sebagai berikut :
a. Jika NPV > 0 : lakukan investasi
b. Jika NPV ≤ 0 : jangan lakukan investasi
2) Untuk Investasi yang memiliki berbagai alternatif,
pilihlah alternatif investasi yang memberikan hasil Net
present value (NPV) terbesar.
iii.
Payback Period (PP)
Secara sederhana payback period (PP) adalah
metode yang dipergunakan untuk menghitung lama waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan biaya investasi
awal. “The payback may be defined as the amount of time,
usually expressed in years and months, required for the
original investment amount to be repaid by the cah-in flow
and sometimes used with discounted cash-in flow”
Remenyi (2007. p323). Sedangkan Schniederjans (2010.
p155) mendefinisikan Payback Period (PP) sebagai, “
Payback period is a common accounting and finance tool
33 used to select the alternative that recovers its cost in the
shortest amount of time. The payback period is the time
when total investment is recaptured in cumulative cash
flow.”
iv.
Benefit / Cost Ratio
Schniederjans (2010. p153) “Benefit/cost ratio
adalah The benejit/cost ratio is the present value of
benefits divided by the present value of costs”.
Berdasarkan kutipan diatas, rasio manfaat biaya adalah
Present Value (PV) keuntungan dibagi dengan Present
Value (PV) biaya.
Dimana :
Bt = Benefit atau keuntungan pada tahun ke-t
Ct = Cost atau biaya pada tahun ke t
r = Tingkat pengembalian yang diisyaratkan
t = Tahun
Dengan ketentuan bahwa pada investasi yang
memiliki beragam alternatif, pilihlah alternatif yang
menghasilkan Benefit / Cost Ratio terbesar.
34 v.
Profitability Index (PI)
Profitability
index
(PI)
adalah
rasio
yang
digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari suatu
investasi terhadap pengeluaran awal. “The profitability
index is defined as the sum of the present value of the
investment” Remenyi (2007. p324).
PI =
Dengan ketentuan :
1) Untuk investasi yang independen/berdiri sendiri,
berlaku syarat Profitsbility Index (PI) sebagai berikut :
a. Jika PI ≥ 1,0 : lakukan investasi
b. Jika PI < 1,0 : jangan lakukan investasi
2) Untuk Investasi yang memiliki berbagai alternatif,
pilihlah alternatif investasi yang memberikan hasil
Profitability index (PI) terbesar.
5. Melakukan Sensitifitas
Analisis Sensitivitas didefinisikan sebagai penentu suatu
kehandalan dari keputusan yang dihasilkan oleh analisis biaya
atau manfaat. Analisis biaya atau manfaat telah memperhitungkan
setiap biaya dan manfaat yang sebenarnya. Jika nilai suatu biaya
atau manfaat telah diketahui secara pasti, mungkin tidak akan
terjadi kesalahan. Namun, nilai biaya dan manfaat, khusunya
35 intangible,
hanyalah perkiraan nilai sebenarnya dan dengan
demikian ini berhubungan sekali dengan beberapa jumlah
kesalahan. Melakukan analisis sensitivitas adalah salah satu cara
untuk menentukan derajat kesalahan dalam perkiraan.
2.2.3. Risiko Investasi Teknologi Investasi
Terdapat tiga tipe risiko yang berhubungan dengan investasi teknologi
informasi atau sistem informasi (Ward & Daniel, 2006. p201-202);
i. Technical Risk
Risiko teknis adalah risiko yang terkait dengan teknologi yang
dipilih dan pemasok serta kemampuan mereka untuk memberikan
fungsionalitas, keamanan dan kinerja yang diperlukan. Contoh dari risiko
jenis ini seperti tingkat kompleksitas sistem, pengetahuan tim tentang
proses bisnis baru, tingkat kesulitan interface bagi user.
ii. Financial Risk
Risiko keuangan berfokus terhadap prediktabilitas biaya dan
kepercayaan pada keuntungan finansial. Risiko tersebut dapat diperkirakan
dengan melakukan pemeriksaan sensitivitas pada kasus keuangan dengan
asumsi biaya yang lebih tinggi dan mengurangi atau menunda manfaat.
Contoh dari risiko finansial seperti keyakinan untuk membuktikan manfaat
dan jangka waktu proyek.
iii. Business Change and Organization Risk
Perubahan bisnis dan risiko organisasi termasuk
kemampuan
organisasi, manajemen dan dalam beberapa kasus, pemangku kepentingan
36 eksternal untuk melaksanakan kemungkinan perubahan bisnis dan
mewujudkan setiap manfaat. Kemampuan dan pengalaman perubahan
bisnis, stabilitas organisasi dan staf, merupakan contoh dari risiko ini.
2.2.4. Hubungan Cost, Benefit, dan Risk
Gambar 2.2. Hubungan Antara Tangible Benefit, Intangibel Benefit
dan Risk
Untuk dapat mengukur manfaat secara tepat, tentu saja dibutuhkan
pengetahuan yang cukup untuk dapat mengidentifikasi tidak saja tangible
benefits tetapi memasukkan juga unsur-unsur intangible benefits. Demikian
pula di dalam menghitung total cost, harus dimasukkan pula asumsi-asumsi
terkait dengan sejumlah resiko yang kerap dihadapi proyek teknologi
37 informasi, Indrajit (2004). Fitzpatrick (2005) juga
menambahkan bahwa,
“Cost Benefit Analysis a proposed IT investment to identify and evaluate its
benefits, cost, and risk”
2.2.5. Skala Likert (Likert Scale)
Menurut Indriantoro (2002) Skala likert merupakan metode yang
mengukur sikap setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek atau
kejadian tertentu. Skala likert umumnya menggunakan lima angka penilaian,
yaitu : (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak pasti atau netral, (4) tidak setuju,
(5) sangat tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat juga dibalik
mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.
2.2.5.1. Mean
Menurut Lungan (2006, h.61) suatu nilai yang tepat berada
pada pusat sebaran dinamakan mean (rata-rata) atau nilai tengah dan
dihitung dengan rumus :
=
Xi = Nilai pengamatan ke-i
= Rata-rata
n = Banyaknya unsur data
Download