1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengunaan kateter

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengunaan kateter vena sentral
(Central venous catheter - CVC) untuk
berbagai kepentingan telah menjadi prosedur rutin di dunia kedokteran seluruh
dunia. Pemasangan CVC paling sering dilakukan di ruang terapi intensif dan
kamar operasi. Prosedur ini tidak lepas dari komplikasi yang dapat mengakibatkan
morbiditas bagi pasien sakit kritis.
Pemilihan pasien yang sesuai indikasi, jenis kateter, lokasi pemasangan serta
prosedur pemasangan yang benar dan sistematik dapat mengurangi komplikasi
pemasangan kateter vena sentral, dimana risiko terjadinya komplikasi yang
dilaporkan adalah sebesar 26%. Komplikasi yang terjadi akibat prosedur
pemasangan kateter vena sentral dibagi menjadi mekanik, infeksi, trombosis atau
emboli. Komplikasi mekanik biasanya adalah hasil langsung dari prosedur
pemasangan dan dapat diketahui dalam waktu singkat setelah pemasangan kateter.
Salah satu komplikasi mekanik yang sering terjadi adalah aritmia atrial, insiden
komplikasi ini adalah 41%. Aritmia yang terjadi biasanya tidak mengakibatkan
efek yang serius, dan insiden terjadinya aritmia ventricular maligna adalah rendah.
Penyebab dari komplikasi ini adalah karena kabel penuntun atau kateter yang
mengalami malposisi. (Pepe, 2005)
Malposisi dari kateter adalah bila ujung kateter tidak berada pada vena cava
superior maupun inferior, terjadi simpul pada kateter yang dapat menghambat
1
2
pelepasan kateter, ujung kateter masuk terlalu dalam ke jantung, mengakibatkan
aritmia, merusak katup jantung kanan atau mengakibatkan tamponade jantung,
dan posisi dari ujung kateter terlalu dekat dengan dinding vena, mengakibatkan
hambatan saat aspirasi maupun saat memberikan cairan (Pittiruti, M., 2002)
Posisi kateter yang tidak tepat (malposisi) dapat memberikan hasil pengukuran
tekanan vena sentral yang tidak benar, berakibat pada pemberian cairan yang tidak
tepat sampai dengan robeknya pembuluh darah. Angka kejadian malposisi CVC
berkisar 3,6 - 14%. (Joshi, dkk., 2008)
Malposisi dari kateter dapat dideteksi dengan rontgen thoraks paska tindakan.
Rontgen thoraks merupakan kriteria standar yang digunakan untuk mendeteksi
komplikasi paska pemasangan kateter vena sentral namun adanya rentang waktu
antara pemasangan kateter dan prosedur rontgen, radiasi dan biaya tambahan bagi
pasien dan rumah sakit, merupakan kekurangan dari prosedur ini. (Weekes, dkk.,
2014; Cortellaro, dkk., 2014)
Komplikasi selama pemasangan CVC dapat dikurangi dengan pemakaian alat
seperti ultrasonography (USG) dan transesophageal echocardiography (TEE).
Penggunaan USG dapat mengurangi komplikasi selama pemasangan tetapi tidak
dapat menentukan letak ujung kateter di jantung sedangkan TEE dapat mendeteksi
secara akurat letak ujung CVC pada VCS, namun ketersediaan alat ini sebagai
alat diagnostic sangat terbatas dan TEE termasuk tindakan yang invasif.
(Venugopal, dkk., 2013)
3
Penempatan ujung CVC sedekat mungkin dengan jantung sangat diperlukan
untuk keberhasilan terapi. Dalam berbagai kasus, posisi ujung CVC 2-3 cm dari
perbatasan VCS dan atrium kanan dianggap optimal. Posisi ini memberikan ruang
yang cukup untuk ujung kateter bergerak tanpa mencederai dinding atrium secara
langsung. (Pittiruti, M., 2002)
Pemasangan CVC tanpa alat pemandu sering dilakukan karena ketersediaan
fasilitas yang terbatas. Ada beberapa formula yang digunakan untuk menentukan
kedalaman kateter tanpa alat bantu. Formula untuk CVC yang diinsersi dari vena
subclavia dan jugularis interna kanan telah dipublikasikan oleh Peres, dkk. dan
Andropolous, dkk. dimana tinggi badan pasien dipakai sebagai acuan untuk
menentukan kedalaman CVC. Formula Perez sering menyebabkan insersi kateter
vena sentral yang terlalu dalam, dimana dari hasil penelitian Joshi, dkk,
didapatkan sensitifitas formula ini hanya sebesar 52 %. Formula Andropolous
dikatakan memiliki tingkat sensitifitas yang lebih tinggi (98% melalui vena cava
superior dan 99,4% melalui vena jugularis interna kanan) dibandingkan formula
Perez namun pada kenyataannya malposisi kateter tetap terjadi. Penelitian yang
telah dilakukan oleh Joshi, dkk. telah membandingkan EKG intraatrial dengan
formula
Perez,
sedangkan
Gebhard,
dkk.
membandingkannya
dengan
rekomendasi kedalaman CVC dari literatur, namun belum ada penelitian yang
menggunakan formula Andropolous sebagai pembanding walaupun sensitifitas
dari formula ini dalam menentukan kedalaman kateter tinggi. (Joshi, dkk., 2008) (
Andropolous, dkk. 2001)
4
Konfirmasi letak ujung CVC di RSUP Sanglah dilakukan paska pemasangan,
yaitu dengan rontgen thoraks. Dari rontgen thoraks dapat terlihat letak dari ujung
CVC, ada tidaknya malposisi kateter, pnemothoraks maupun kinking dari kateter
(Venugopal, dkk., 2013). Namun tidak pada semua pasien dapat dilakukan
pemeriksaan ini karena kondisi pasien yang kritis, selain itu rontgen thoraks juga
memberikan radiasi pada pasien dan lingkungan sekitarnya sehingga tidak
seharusnya dilakukan secara rutin untuk mengkonfirmasi posisi CVC paska
pemasangan. (Salimi F., dkk., 2015)
Pemasangan CVC dengan panduan elektrokardiogram (EKG) pertama kali
diperkenalkan oleh Hellerstein dkk tahun 1949. Mereka mendeteksi letak dari
CVC di dalam atrium dengan adanya gelombang P intraatrial (P-atriale). Dengan
panduan perubahan gelombang P pada EKG letak kateter dapat dipastikan berada
di vena cava superior dan diluar atrium kanan. EKG intraatrial dikatakan memiliki
tingkat keakuratan 95-99 % selain itu hasil dari prosedur dapat dilihat langsung
selama pemasangan sehingga jika terjadi malposisi dapat langsung diketahui.
(Venugopal dkk, 2013) (Joshi dkk, 2008)
Pemasangan kateter vena sentral dengan panduan EKG belum rutin dilakukan
di Indonesia, khususnya di rumah sakit umum pusat Sanglah, Denpasar. Hal ini
terjadi karena kurangnya fasilitas dan pengetahuan mengenai EKG intraatrial.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh panduan EKG intraatrial
saat pemasangan CVC terhadap kejadian malposisi kateter dibandingkan dengan
panduan berdasarkan formula Andropolous.
5
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pemasangan kateter vena sentral dengan panduan elektrokardiogram
intraatrial lebih efektif menurunkan frekuensi malposisi kateter vena sentral
dibandingkan formula Andropolous?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk
mengetahui
keefektifan
elektrokardiogram
intraatrial
dalam
menurunkan frekuensi malposisi kateter pada pasien di RSUP Sanglah
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui keakuratan elektrokardiogram intraatrial dalam menentukan
posisi kateter vena sentral.
2. Untuk mengetahui keakuratan formula Andropolous dalam menentukan posisi
kateter vena sentral.
3. Untuk membandingkan keefektifan elektrokardiogram intraatrial dan formula
Andropolous dalam menentukan posisi kateter vena sentral.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat praktis
Pemakaian elektrokardiogram intraatrial sebagai pemandu dalam pemasangan
kateter vena sentral diharapkan dapat memperbaiki prosedur standar pemasangan
kateter vena sentral di RSUP Sanglah
1.4.2 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti mengenai keefektifan
intraatrial dan formula Andropolous dalam menentukan posisi kateter vena sentral
dan perbandingan keakuratan masing–masing teknik sehingga dapat digunakan
sebagai pedoman untuk penelitian selanjutnya.
Download