perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011 SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA EKONOMI JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA OLEH: ARIF LUKMAN H. F0105038 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, 22 Oktober 2012 Tim Penguji Skripsi 1. DRS. SUPRIYONO, M.Si ( ……………………) NIP. 196002211986011001 Ketua 2. DRS. SUTANTO, M.Si ( ……………………) NIP. 195611291986011001 Sekretaris 3. DR. AM SOESILO, M.S ( ……………………) Anggota NIP. 195903281988031001 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu terdapat kemudahan, maka apabila kami telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain dan hanya Allah lah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah: 6-8) Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar Ra’d: 11) Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. (Copyright 2012 MutiaraCinta.Info) Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon. (Copyright 2011-2012 Design By Dadang Herdiana) Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya. If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done. Success is a journey, not a destination. Don’t look the book by it’s cover. commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya ini aku persembahkan kepada: Allah SWT yang selalu memberikan anugerah, berkah, nikmat, dan karunia kepada kita semua sebagai umatnya. Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri teladan bagi kita semua sebagai umatnya, serta doanya yang tidak pernah putus dari awal hingga akhir jaman kepada umatnya. Ayah dan Ibuku tercinta, yang selalu mencurahkan segala perhatian dan kasih sayangnya tanpa mengenal lelah. PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang selalu komit dalam meningkatkan pelayanan dan kapasitas angkut baik KA penumpang maupun KA barang. Redaksi MKA dan KATV Group yang selalu memberikan ilmu perkeretaapiannya baik dalam negeri maupun luar negeri setiap bulannya tanpa kenal lelah dan tak pernah kehabisan topik untuk diulasnya. Kelompok pecinta kereta api seluruh belahan dunia yang selalu membantu memberikan kontribusinya terhadap dunia perkeretaapian tanpa lelah, tanpa pamrih. Log Zhelebour Production yang selalu memberikan kontribusinya terhadap perkembangan musik rock & metal di Indonesia tanpa kenal lelah dan tahan banting dari segala perubahan trend musik. My lovely brother yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan kasih sayang. All of my friends commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi mengenai “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 1986-2011”, sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Sukarta. Disusunnya penelitian skripsi ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber. Karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada: 1. Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia kepada kita semua. 2. Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri teladan bagi semua umat-umatnya hingga akhir jaman/dunia, serta safaatnya. 3. Pemimpin Fakultas : Dekan (Dr. Wisnu Untoro, M.S.), Pembantu Dekan I (Drs. Muh Agung Prabowo, M.S.i., AK), Pembantu Dekan II (Drs. Harmadi, M.M.), Pembantu Dekan III (Lukman Hakim, S.E., M.S.i). Terima kasih atas semua kebijakan-kebijakan yang beliau berikan kepada mahasiswa-mahasiswi dalam menempuh pendidikan. 4. Senat : Ketua (Dr. Wisnu Untoro, M.S.), Sekretaris (Dr. Bandi, M.S.i, AK). 5. Jurusan Ekonomi Pembangunan : Ketua (Drs. Supriyono, M.S.i), Sekretaris (Izza Mafruhah, S.E., M.S.i.), Sekretaris Program Swadana Transfer (Drs. Sutanto, M.S.i). commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6. Nurul Istiqomah, SE, M..Si., selaku pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan dan nasehat dalam proses pengambilan mata kuliah. 7. Dr. AM Soesilo, M.S. , selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan motivasi, bimbingan dan kontribusi yang berarti bagi penulis. 8. Bapak dan Ibu dosen pengajar beserta staff dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bekals ilmu, bimbingan, dan pelayanan bagi peneliti selama ini. 9. Ayah dan Ibunda tercinta, yang memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Mas Ipung (Hoest), Mas Pipin, Mas Alma, dan Gilang, terima kasih atas ilmu yang kau berikan kepada saya sehingga penulis bisa tahu tentang permusikan di Indonesia dan Mancanegara. Serta bisa memainkan alat musik yang baik dan benar. 11. Bude Par dan keluarga, terima kasih atas bantuannya dalam mensupport saya, serta mencarikan saya tempat kost. 12. Pak Budi dan keluarga & Mas Agus dan keluarga, selaku pemilik tempat kost terima kasih atas memberikan saya tumpangannya selama saya ngekost. 13. Kawan-kawanku The Kost “Wisma Annisa” Pucang Sawit (Mas Bagyo, Mas Ipung/Indro, Mas Ginanjar, Mas Agung, Mas Khamem N, Mas Eko, Mas Gembos/Dody, Mas Fani, Mas Rahmat, Mas Kelly, Mas Zacky, Mas Ntik/Triyanto, Mas Heri/Noto, Putra, Khoirul, Kisworo, Rian, Farid, Iwan, Hafid, Anto, Kurnia, Krisna, Dede, Hendrik, Gery, Andriyanto, Amin, Edi, dll). Terima kasih atas suportnya, kebersamaannya selama ini. commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14. Pak Pardi, Bu Mamik & keluarga, selaku pemilik warung makan terima kasih atas pelayanannya yang diberikan kepada saya dalam hal pemenuhan kebutuhan lahiriah, serta Pak Hono pemilik warung HIK. 15. PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT KAI Commuter Jabodetabek, selaku operator transportasi darat terima kasih atas pelayanannya yang diberikan kepada saya dalam menjalankan aktivitas perekonomian sehari-hari. 16. Redaksi Majalah KA dan KATV Group, selaku media cetak media massa terima kasih atas ilmu perkeretaapian baik dalam negeri maupun luar negeri yang diberikan kepada saya sehingga pengtahuanku bertambah, serta menumbuhkan kepada saya untuk rasa cinta akan kereta api. 17. Kompak, Edan Sepur, Komunitas Sejarah Perkeretaapian Indonesia (KSPI), Indonesian Railways Preservation Society (IRPS), Peka Matra, KRL-Mania, GM Marka, Maska, Pramekers, dll, selaku wadah komunitas pecinta kereta api terima kasih atas persahabatan kita selama ini dan terima kasih telah memberi support luar biasa hebat bagi penulis. 18. BPPI dan HMJ Ekonomi Pembangunan, selaku unit kegiatan mahasiswa terima kasih atas kebersamaan persahabatannya dalam berorganisasi selama itu bagi penulis. 19. Mas Dody Ariyanto & Bapak Drs. Mamiek, SR., terima kasih atas bantuanya dalam menysun tugas skripsi ini dari awal hingga akhir berjalan dengan lancar. Dan penulis belajar banyak hal dari anda dan semua itu telah membuat penulis semakin kuat. commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20. Railshop Bale Mangganti Solo Balapan, terima kasih atas pelayanannya yang diberikan kepada saya dalam membeli Majalah KA dan pernak-pernik KA yang lain. 21. Bonanza, Popeye, Bulletin, Disc Tarra, Harapan Musik Solo, dll. Selaku toko kaset, cd, vcd, dvd, dll. Terima kasih atas pelayanannya yang diberikan kepada saya dalam mencari dan membeli barang dagangan yang saya butuhkan. 22. Dan semua pihak yang telah membatu dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada penulis, yang dapat atau pun belum dapat penulis sebutkan, mendapatkan imbalan yang semestinya dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna. Mengingat keterbatasan biaya dan pengetahuan penulis, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan agar lebih sempurnanya skripsi ini. Boyolali, 22 Oktober 2012 Penulis Arif Lukman H. commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN MOTTO .........................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................v KATA PENGANTAR ........................................................................................vi DAFTAR ISI .......................................................................................................x DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi ABSTRAK ............................................................................................................................. xvi i ABSTRACT........................................................................................................xviii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1 B. Rumusan Masalah ................................................................................17 C. Tujuan Penulisan ..................................................................................18 D. Manfaat Penulisan ................................................................................18 BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 19 A. Landasan Teori ..................................................................................... 19 1. Pengertian PMA ............................................................................. 19 2. Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment) ..................................................................................... 22 3. Arti Penting PMA ..........................................................................24 4. Teori PMA ..................................................................................... 27 5. Gambaran Umum Variabel Yang Mempengaruhi PMA ...............34 a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .............................. 34 b. Penanaman Modal Dalam Negeri ............................................35 commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c. Perkembangan Inflasi di Indonesia ..........................................45 i. Karakter Inflasi di Indonesia .............................................. 46 d. Perkembangan LIBOR (London Inter Bank Offer Rate) .........50 6. Jenis-Jenis Penanaman Modal.......................................................51 a. Berdasarkan wewenang dan resiko yang ditanggung .............. 51 b. Berdasar ada tidaknya pengaruh faktor-faktor tingkat bunga, pengeluaran konsumsi dan tingkat pendapatan........................51 c. Berdasar pelaksanaannya .........................................................51 7. Peran Penanaman Modal Asing ..................................................... 52 8. Peranan Penanaman Modal Asing Bagi Negara Sedang Berkembang. ..................................................................................53 9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing ....55 10. Pengertian Investasi .......................................................................56 11. Investasi (Penanaman Modal) ........................................................56 a. Fungsi Investasi........................................................................59 b. Penentu-Penentu Tingkat Investasi .........................................60 c. Investasi, Keuntungan Dan Tingkat Bunga ............................. 61 d. Tingkat Pengembalian Modal ..................................................62 e. Efisiensi Modal Marginal.........................................................64 f. Tingkat Bunga Dan Tingkat Investasi ..................................... 66 g. Pendapatan Nasional ................................................................67 12. Landasan Teori Investasi ...............................................................68 13. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi ...............................71 14. Penentu-Penentu Investasi Yang Direncanakan ............................72 15. Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Investasi di Suatu Negara ...... 73 16. Sebab-Sebab Kurangnya Investasi di Indonesia ............................74 17. Penentu Tabungan Dan Investasi. ..................................................74 a. Pandangan Keynes ...................................................................75 b. Perbandingan Pandangan Klasik Dan Keynes .........................76 c. Tingkat Upah Dan Tingkat Kegiatan Ekonomi Negara ...........78 18. Jenis-jenis Investasi........................................................................79 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19. Beberapa Kendala Investasi ...........................................................80 20. Faktor-Faktor Pendorong Investasi ................................................81 21. Masalah Inflasi ...............................................................................83 a. Sebab-Sebab Inflasi .................................................................83 b. Akibat Buruk Inflasi.................................................................85 c. Tingkat Inflasi ..........................................................................85 22. Inflasi Dan Implikasinya ................................................................87 23. Landasan Teori Bagi Ikut Sertanya Beberapa Variabel Dalam Model ............................................................................................. 88 a. Eclectic Theory ........................................................................88 b. Konsep Marginal Efficiency of Capital (MEC) .......................92 24. Hubungan Antara Variabel-Variabel Independen dengan Variabel Dependen .......................................................................................94 a. Tingkat Bunga Internasional (LIBOR) ....................................94 b. Tingkat Inflasi di Indonesia ..................................................... 95 c. Penyediaan Fasilitas (Prasarana) PMA ....................................97 d. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .............................. 98 e. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ............................. 99 B. Penelitian Terdahulu ............................................................................103 C. Hipotesis Operasional ..........................................................................104 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 105 A. Desain Penelitian..................................................................................105 B. Data dan Metode Pengumpulan Data...................................................105 C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ....................107 D. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 109 1. Analisis Varian (Uji F) ...................................................................109 2. Uji t ................................................................................................110 2 3. Koefisien Determinan (R )............................................................. 111 4. Test Asumsi Klasik ........................................................................112 a. Uji Multikolinieritas .................................................................112 b. Uji Heterokedastisitas .............................................................. 112 c. Uji Autokorelasi .......................................................................113 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..........................................115 A. Penanaman Modal Asing di DIY .........................................................115 B. Pendapatan Domestik Regional Bruto DIY .........................................116 C. Penanaman Modal Dalam Negeri di DIY ............................................117 D. Catatan Inflasi Indonesia Periode 1986-2011 ...................................... 118 E. Kondisi Suku Bunga (LIBOR) Periode 1986-2011 ............................. 120 F. Analisis Deskriptif ...............................................................................121 G. Analisis dan Pembahasan ..................................................................... 122 H. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 123 I. Interpretasi Ekonomi ............................................................................129 BAB V PENUTUP.............................................................................................. 133 A. Kesimpulan ..........................................................................................133 B. Implikasi...............................................................................................133 C. Saran..................................................................................................... 134 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................136 LAMPIRAN commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Contoh Menghitung Indeks Harga Konsumen......................................86 Tabel 2.2 Eclectic Theory.....................................................................................90 Tabel 2.3 Teori Tentang Eclectic Theory..............................................................91 Tabel 3.1 Pengukuran Autokorelasi ....................................................................114 Tabel 4.1 Nilai Invetasi Asing DIY Periode 1986-2011 ..................................... 115 Tabel 4.2 Perkembangan PDRB DIY Periode 1986-2011 ..................................117 Tabel 4.3 Penanaman Modal Dalam Negeri DIY Periode 1986-2011 ...............118 Tabel 4.4 Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode 1986-2011 ..................... 119 Tabel 4.5 Tingkat Suku Bunga (LIBOR) Periode 1986-2011 ............................120 Tabel 4.6 Analisis Deskriptif .............................................................................. 121 Tabel 4.7 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda ............................................. 123 Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas............................................................................127 Tabel 4.9 Uji Heterokedastisitas (Uji Park) ........................................................127 Tabel 4.10 Pengukuran Autokorelasi ..................................................................128 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Model Siklus Vernon.........................................................................31 Gambar 2.2 Model Baru........................................................................................31 Gambar 2.3 Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga.................................................60 Gambar 2.4 Efisiensi Modal Marginal..................................................................65 Gambar 2.5 Tingkat Bunga dan Tingkat Investasi................................................67 Gambar 2.6 Investasi Terpengaruh.......................................................................68 Gambar 2.7 Hubungan Invetasi dan Pertumbuhan Ekonomi...............................70 Gambar 2.8 Pandangan Klasik dan Keynes Mengenai Penentuan Tabungan.......77 Gambar 2.9 Kurva Fungsi Investasi (MEC)..........................................................94 Gambar 2.10 Pengeluaran Investasi Sebagai Fungsi Tingkat Bunga....................95 Gambar 2.11 Demand Inflation and Supply Inflation..........................................87 Gambar 3.1 Grafik Uji F.....................................................................................110 Gambar 3.2 Grafik Uji t......................................................................................111 commit to user xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I Hasil Uji Statistik Deskriptif LAMPIRAN II Model Summary LAMPIRAN III Hasil Uji Kolinieritas LAMPIRAN IV Hasil Uji Autokorelasi LAMPIRAN V Hasil Uji Heterokedastisitas LAMPIRAN VI Adjusted R2 LAMPIRAN VII Hasil Uji Pengaruh Simultan (F Hitung) LAMPIRAN VIII Hasil Uji Pengaruh Parsial (t Hitung) commit to user xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011 Arif Lukman H. F 0105038 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan domestic regional bruto (PDRB), penanaman modal dalam negeri (PMDN), inflasi dan suku bunga terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 1986-2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari variabel PDRB, PMDN, inflasi, dan suku bunga dari periode 1986-2011 yang penulis peroleh dari berbagai sumber. Model regreasi Ordinary Least Square digunakan untuk pengujian hipotesis, dengan menggunakan metode analisis baik metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis regresi variabel PDRB dan PMDN memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penanaman moda asing di Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode 1986-2011, sedangkan variabel inflasi dan suku bunga tidak berpengaruh signifikan. Sehingga diharapkan pemerintah meningkatkan lini terkait PDRB dan PMDN untuk memacu peningkatan investasi asing di DIY. Kata Kunci: PDRB, PMDN, Inflasi, Suku Bunga, dan PMA. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT FACTOR ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING FOREIGN INVESTMENT IN THE AREA PARTIES YOGYAKARTA 1986 2011 Arif Lukman H. F 0105038 This study aimed to determine the effect of regional gross domestic income (GDP), domestic investment (DCI), inflation and interest rates on foreign investment in the period 1986-2011 Yogyakarta. The data used in this study is a secondary data of the variables GDP, domestic investment, inflation, and interest rates of the period 1986-2011 the authors obtained from various sources. Regreasi Model Ordinary Least Square is used for hypothesis testing, using both analytical methods of qualitative and quantitative methods. The results showed that based on regression analysis of GDP and domestic variables have a significant impact on foreign investment modes in Yogyakarta Special Region in the period 1986-2011, while inflation and interest rate variables are not significant. It is expected that the government increase the GDP and domestic related lines to spur an increase in foreign investment in the province. Keywords: GDP, Domestic Investment, Inflation, Interest Rates, and PMA. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terbatasnya sumber daya modal adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh kebanyakan negara berkembang dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Minimnya modal membawa pada rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan masyarakat. Hal ini berarti akan terjadi keterbatasan modal untuk investasi. Keadaan ini akan terus berlangsung sampai ada upaya untuk meningkatkan investasi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi sampai pada tingkat yang tinggi. Negara berkembang cukup identik dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia yang ada, hal ini berarti kemampuannya untuk mengakses segala macam peluang sektor ekonomi menjadi terbatas. Rata-rata negara berkembang hanya mengandalkan devisanya hanya dari jenis retribusi (pungutan, pajak) dan belum mampu mengelola semua kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya secara optimal. Pada dasarnya, yang harus dibenahi terlebih dahulu pada suatu negara yang mengandalkan hal tersebut adalah meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya dengan membuka akses jenjang pendidikan, keahlian dan keterampilan setinggi-tingginya. Dalam kondisi lain, salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam pemenuhan kebutuhan akan investasi adalah dengan penanaman modal asing. Untuk negara-negara yang masih berkembang seperti Indonesia, penanaman modal asing memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pinjaman komersil untuk pembiayaan pembangunan. Penanaman modal asing merupakan salah satu sumber dana dan jasa pembangunan di negara sedang berkembang berkat sifat khususnya berupa paket modal, teknologi, dan keahlian manajemen yang selektif sertas pemanfaatannya dapat disinkronkan dengan pembangunan negara yang bersangkutan (Sumantoro, 1983:9). commit to user 1 tahapan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada umumnya ada terdapat 5 (lima) tujuan investasi yaitu: 1. Untuk berjaga-jaga. Banyak orang mengatakan bahwa salah satu kepastian dalam hidup ini adalah ketidakpastian. Hidup manusia selalu dikelilingi dengan resiko, baik kecil maupun besar. Untuk tujuan berjaga-jaga inilah kita melakukan investasi sehingga diharapkan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan secara tiba2 dalam hal keuangan, kita masih memiliki cadangan untuk mengatasinya. 2. Mendapatkan keuntungan. Kita melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek berupa kenaikan nilai dari jumlah dana yang diinvestasikan. 3. Mengalahkan inflasi. Harapan kita adalah mendapatkan hasil investasi yang jauh di atas angka inflasi. 4. Memiliki kehidupan yang lebih layak. Setiap orang menginginkan kemajuan dalam hidupnya, termasuk dalam hal materi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melakukan investasi sedini mungkin. 5. Mempersiapkan dana pensiun. Jika seseorang memasuki usia pensiun, berarti dia tidak bisa lagi mengharapkan pendapatan dari kantor tempat ia bekerja. Karena itu mau tak mau kita harus mempersiapkan sendiri danadana yang dibutuhkan pada saat2 masuk pensiun. Untuk mencukupi kebutuhan dana tersebut, kita harus memulai investasi sejak dini. Ciri negara terbelakang ialah “modal kurang” atau “tabungan rendah” dan “investasi rendah”. Tidak hanya persediaan modal yang sangat kecil tetapi juga laju pembentukan modal uang sangat rendah. Rata-rata investasi kotornya hanya 5 sampai 6% dari pendapatan nasional kotor, sedangkan di negara maju berkisar antara 15 sampai 20%. Laju tabungan yang rendah seperti itu hampir tidak cukup untuk menghadapi pertumbuhan penduduk yang cepat dengan laju 2 sampai 2,5% per tahun, apalagi menginvestasi di proyek-proyek modal baru. Sebenarnya, dengan laju tabungan yang ada, mereka hampir tidak dapat menutup penyusutan modal dan bahkan untuk mengganti peralatan modal yang ada. Usaha memobilisasi tabungan domestik melalui perpajakan dan pinjaman masyarakat hampir tidak cukup untuk menaikkan laju pembentukan commit to user 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id modal yang ada melalui investasi. Malahan langkah tersebut menyebabkan merosotnya standar konsumsi, dan membuat rakyat semakin menderita. Impor modal asing membantu mengurangi kekurangan tabungan domestik melalui pemasukan peralatan modal dan bahan mentah dan dengan demikian menaikkan laju tabungan marginal dan laju pembentukan modal (Jhingan, M.L.2000:29). Negara berkembang adalah Negara yang dicekam kemiskinan seperti yang tercermin didalam pendapatan perkapita yang rendah. Pendapatan perkapita yang rendah ini lebih jauh tercermin pula dalam standard kehidupan rakyatnya yang rendah. Dinegara seperti ini makanan merupakan jenis konsumsi utama dan sekitar 75 % dari pendapatan dibelanjakan untuk makanan, dibandingkan dengan Negara maju yang hanya 20 %. Karena tiadanya makanan yang bergizi seperti daging, telur, ikan dan susu, kebanyakan rakyat menggantinya dengan biji-bijian atau tepung. Rakyat hidup dalam kondisi yang nyaris tidak sehat. Penduduk tidak memiliki air minum bersih, tidak memiliki pembuangan sampah yang memenuhi kesehatan. Kematian anak pada usia muda disebabkan oleh kekurangan gizi, air minum tidak sehat, sanitasi buruk, kebodohan orang tua, dan langkanya imunisasi. Pelayanan seperti pendidikan dan kesehatan sangat minim. Pada umumnya, negara terbelakang memiliki komposisi dua per tiga atau lebih penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan mata pencaharian utama adalah pertanian. Pemusatan yang berlebihan pada pertanian merupakan salah satu tanda kemiskinan. Pertanian sebagai mata pencaharian pokok kebanyakan tidak bersifat produktif, terutama karena ia dilakukan dengan cara kuno dan dengan metodeproduksi usang serta ketinggalan jaman. Hampir semua Negara berkembang mempunyai perekonomian yang dualistis. Disatu pihak berekonomi pasar dan dipihak lain berekonomi pertanian. Yang pertama berpusat dan di dekat kota sedang yang lain didaerah pedesaaan yang satu maju dan yang lain kurang maju. Dengan berpusat dikota ekonomi pasar berciri ultra modern sedangkan ekonomi pertanian sangat terbelakang dan berorientasi pada pertanian. commit to user 3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber alam suatu Negara terbelakang disebut kurang terolah dalam arti sumber tersebut tidak atau kurang dimanfaatkan. Suatu Negara mungkin saja kekurangan sumber alam, tetapi tidak dalam arti relatifnya. Meskipun suatu Negara miskin dalam sumber alam tetapi ada kemungkinan di masa depan Negara itu akan berubah menjadi pemilik sumber alam yang besar sebagai hasil penemuan sumber yang sekarang belum diketahui atau karena penggunaan sumber yang ada dengan cara baru. Negara terbelakang sangat mengemukakan satu sama lainnya. Karena posisi demografi dan kecenderungannya. Hal mana disebabkan oleh luas, kepadatan, struktur usia dan laju pertumbuhan pnduduk yang beragam. Namun demikian ada satu kesamaan ciri yaitu pertambahan penduduk yang cepat. Bersamaan dengan tingkat pendapatan yang rendah dan nihilnya tingkat pemupukan modal, maka kian lengkaplah kesulitan bagi Negara seperti itu menopang pertambahan penduduknya. Dan pada saat yang sama output akan meningkat sebagai hasil perbaikan teknologi dan pemupukan modal yang berakibat pada tak adanya perbaikan taraf hidup yang cukup berarti. Sebagian besar Negara terbelakang mempunyai potensi pertumbuhan penduduk yang tinggi serta memiliki tingkat kematian (mortalitas) yang cenderung menurun. Kepadatan penduduk di daerah pertanian begitu tinggi dibandingkan dengan luas tanah yang dapat ditanami. Kelangkaan tanah dalam kaitannya dengan besar penduduk menyebabkan penanaman berlebihan dan penggarapan tanah tanpa sela dengan demikian berarti justru menghambat kemajuan ekonomi. Di Negara terbelakang dijumpai pengangguran dan pengangguran tersembunyi dalam jumlah besar. Pengangguran di kota membengkak seiring dengan urbanisasi dan meningkatnya pendidikan. Akan tetapi sector industri tidak berkembang sejalan dengan pertumbuhan tenaga kerja, sehingga memperbesar pengangguran. Disamping itu ada pula penganggur yang berpendidikan. Mereka gagal mendapatkan pekerjaan karena tegarnya struktur dan tiadanya perencanaan tenaga kerja. Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan penduduk kota sebesar 4,5 %, 20 % adalah penganggur. commit to user 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Adapula jenis pengangguran tersembunyi lainnya dinegara seperti ini umpama apabila seseorang karena menganggur terpaksa melakukan pekerjaan yang menurutnya tidak sesuai dengan keinginannya atau tidak sepadan dengan pendidikannya. Lebih jauh ada pula yang bekerja sehari penuh tetapi dengan imbalan yang sangat sedikit hanya cukup untuk bangkit dari batas kemiskinan. Mereka adalah pedagang keliling, pedagang kecil, pekerja hotel dan restaurant dan bengkel-bengkel reparasi dikota. Mereka ini juga terhitung penganggur tersebunyi. Keterbelakangan ekonomi berupa efisiensi tenaga kerja yang rendah berbagai sector yang tidak mobil, terbatasnya spesialisasi dalam jenis pekerjaan, dan dalam perdagangan, kebodohan serta struktur nilai dan sosial yang memperkecil kemungkinan perubahan ekonomi. Sebab utama keterbelakangan adalah defisiensi atau produktifitas tenaga buruh yang rendah dibandingkan dengan Negara maju. Efisiensi tenaga buruh yang rendah umumnya berasal dari kemiskinan yang terlihat dari standar gizi yang tidak mencapai kuantum, kesehatan yang buruk, buta huruf, dan tiadanya mobilitas pekerjaan dan pendidikan. Ciri khas lain Negara terbelakang adalah tidak adanya kemampuan wiraswasta yang memadai. Kewiraswastaan terhalang oleh sistem sosial yang menutup daya cipta. Kekuatan adat istiadat, ketegaran status dan kecurigaan pada gagasan baru dan kecurigaan pada keinginan intelektual, kesemuanya menciptakan iklim yang tidak menunjuang eksperimen dan inovasi. Pasar yang sempit, ketiadaan modal, ketiadaan milik pribadi, ketiadaan kebebasan berkontrak, ketiadaan hokum dan ketertiban, semuanya merintangi prakarsa dan usaha. Pada kebanyakan Negara terbelakang tidak saja perusahaan swasta tetapi juga perusahaan Negara sulit tumbuh karena mekanisme administrasi tidak bekerja secara efisien. Kelangkaan alat modal merupakan ciri umum lain dari Negara terbelakang. Negara terbelakang diartikan sebagai perekonomian yang miskin modal atau dengan tabungan dan investasi yang rendah bukan saja persediaan modal yang sangat kecil tetapi pemupukan modalnya sangat rendah. Investasi bruto hanya sekitar 5 – 6 % dari pendapatan nasional bruto. Sedangkan dinegara industri adalah kira-kira 15-20%. commit to user 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Di sisi lain, Negara terbelakang juga berada pada tingkat teknologi yang amat tidak efisien. Keterbelakangan teknologi pertama tercermin pada ongkos produksi rata-rata yang tinggi meski upah buruh rendah; kedua pada tingginya rasio buruh – output dan modal – output pada umumnya factor harga yang konstan mencerminkan produktivitas buruh dan modal yang rendah; ketiga pada besarnya jumlah tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih dan yang terakhir pada besarnya barang-barang modal yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output nasional. Orientasi perdagangan luar negeri terlihat pada ekspor barang-barang primer dan impor barang-barang konsumsi dan mesin. Peranan minyak, barang tambang, logam, dan barang primer lainnya dalam mata dagang ekspor. Perekonomian hanya terpusat pada produksi barang primer untuk ekspor, akibatnya sector ekonomi lainnya terabaikan. Perekonomian menjadi rentang terhadap fluktuasi harga internasional barangbarang ekspor tersebut. Depresi dunia akan menjatuhkan permintaan dan harga sebagai akibatnya keseluruhan perekonomian akan terkena efek buruk. Karena tergantung pada mata dagang ekspor perekonomian akan menjadi sangat tergantung pada impor. Impor biasanya terdiri dari bahan baker, barang pabrik, mata dagang primer, alat-alat transport dan mesin, dan bahkan makanan. (Ilhami, 2000) Pada konsep yang lain, tabungan-rendah dan investasi-rendah mencerminkan kurangnya modal dan bersama dengan itu negara terbelakang mengalami keterbelakangan teknologi. Keterbelakangan teknologi terlihat pada biaya rata-rata produksi yang tinggi dan produktivitas buruh dan modal yang rendah-lantaran tenaga buruh yang tidak terampil dan usangnya peralatan modal. Yang ter-penting, keterbelakangan itu terlihat pada rasio output modal yang tinggi, yaitu untuk membuat satu unit output diperlukan modal yang lebih banyak. Peng-gunaan modal asing tidak hanya mengatasi kekurangan modal tetapi juga keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik, modal asing juga membawa serta keterampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik-teknik produksi maju, pembaharuan produk, dan lain-lain. Ia juga melatih tenaga kerja setempat pada keahlian baru. Semua ini mempercepat pembangunan ekonomi. commit to user 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dewasa ini teknologi informasi berperan sangat penting. Dengan menguasai teknologi dan informasi, kita memiliki modal yang cukup untuk menjadi pemenang dalam persaingan global. Teknologi Informasi (TI) dan multimedia telah memungkinkan diwujudkannya pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, yang melibatkan siswa secara aktif. Kemampuan TI dan multimedia dalam menyampaikan pesan dinilai sangat besar. Dalam bidang pendidikan, TI dan multimedia telah mengubah paradigma penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik. Computer Assisted Instruction (CAI) bukan saja dapat membantu guru dalam mengajar, melainkan sudah dapat bersifat stand alone dalam memfasilitasi proses belajar. Penekanan penting akan memaksimumkan sumber daya manusia di semua sektor, berarti kita akan membutuhkan sistem komunikasi yang sangat efektif. Apabila kita merespons pada kebutuhan fokus awal seharusnya lebih berdasarkan penerimaan informasi daripada penyebaran informasi. Hal ini hampir memutarbalikan peran jika dibandingkan dengan peran komunikasi administrasi pendidikan yang dulu. Perbedaan utama antara negara maju dan negara berkembang adalah kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di negaranegara maju karma didukung oleh sistem informasi yang mapan. Sebaliknya, sistem informasi yang lemah di negara-negara berkembang mengakibatkan keterbelakangan dalam penguasaan. Ilmu pengetahuan.dani teknologi. Jadi jelaslah bahwa maju atau tidaknya suatu negara sangat di tentukan oleh penguasaan teirhadap informasi, karena informasi merupakan modal utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan.teknologi yang menjadi senjata pokok untuk membangun negara. Sehingga apabila satu negara ingin maju dan tetap eksis dalam persaingan global, maka negara tersebut harus menguasai informasi. Di era globalisasi dan informasi ini penguasaan terhadap informasi tidak cukup harnya sekedar menguasai, diperlukan kecepatan dan ketepatan. Sebab hampir tidak ada guna menguasai informasi yang telah usang, padahal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat mengakibatkan usia informasi menjadi sangat pendek, dengan kata lain, informasi lama akan diabaikan dengan adanya informasi yang lebih baru. commit to user 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Masukan (input) dan kontribusi langsung dari para pemegang peran (stakeholders) yang lain; siswa, orang tua dan anggota masyarakat juga memberikan informasi yang sangat membantu dan meningkatkan dukungan masyarakat bagi pengembangan sekolah. Jika obyektifitas utamanya adalah memaksimalkan pendidikan sumber daya manusia maka hal itu telah meningkatkan hubungan komunikasi kita dengan seluruh sektor lingkungan pendidikan dan para pemegang peran (stakeholders). Lagipula kunci utama untuk meningkatkan komunikasi harus terfokus pada saling berbagi komunikasi terbuka dan meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan dukungkan dari segala bidang. Kehidupan kita sekarang perlahan lahan mulai berubah dari dulunya era industri berubah menjadi era informasi di balik pengaruh majunya era globalisasi dan informatikamenjadikan computer, internet dan pesatnya perkembangan teknologi informasi sebagai bagian utama yang harus ada atau tidak boleh kekurangan dikehidupan kita. Aktifitas network globalisasi ekonomi yang disebabkan oleh kemajuan dari teknologi informasi bukan hanya mengubah pola produktivitas ekonomi tetapi juga meningkatkan tingkat produktivita dan pada saat bersamaan juga menyebabkan perubahan structural dalam kehidupan politik, kebudayaan, kehidupan sosial masyarakat dan juga konsep waktu dalam dalam berbagai lapisan masyarakat. Tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi baru ini yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat kita. Kemampuan untuk berbicara bahasa asing dan kemahiran komputer adalah dua kriteria yang biasa diminta masyarakat untuk memasuki era globalisasi baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Maka dengan adanya komputer yang telah merambah di segala bidang kehidupan manusia hal itu membutuhkan tanggung jawab sangat tinggi bagi sistem pendidikan kita untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa dan kemahiran komputer. Negara terbelakang sangat kekurangan modal overhead ekonomi yang secara langsung diperlukan untuk lebih mempermudah investasi. Proyek jalan kereta api, jalan raya, kanal dan sumber tenaga merupakan infrastruktur yang commit to user 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diperlukan bagi pembangunan. Tetapi karena hal-hal tersebut memerlukan investasi modal yang sangat besar dan mempunyai masa persiapan yang panjang, negara-negara tersebut tidak akan mampu melaksanakannya tanpa bantuan modal asing. Salah satu syarat penting yang perlu dilakukan dalam mengembangkan suatu perekonomian adalah mewujudkan modernisasi dalam segala bidang ekonomi yaitu modernisasi disektor pertanian sendiri, mengembangkan kegiatan industri dan modernisasi dalam pemerintahan. Kekurangan modal adalah satu ciri penting dari setiap negara yang memulai pembangunannya dan kekurangan ini bukan saja mengurangi kepesatan pembangunan perekonomian yang dapat dilaksanakan, tetapi juga menyebabkan kesukaran kepada Negara tersebut untuk keluar dari keadaan kemiskinan. Perkembangan dan modernisasi suatu perekonomian memerlukan modal yang sangat banyak. Infrastruktur harus dibangun, sistem pendidikan harus dikembangkan dan kegiatan pemerintahan harus diperluas. Dan yang lebih penting lagi berbagai jenis kegiatan perusahaan dan industri modern harus dikembangkan . Ini berarti pihak pemerintah dan swasta memerlukan modal yang banyak untuk mewujudkan modernisasi diberbagai kegiatan ekonomi. (Miftachul Ulum. 2011) Modal (capital) yang dimaksud adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan, langsung maupun tidak langsung, dalam produksi untuk menambah output. Modal sangat diperlukan dalam mendirikan sebuah usaha. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung dari besar kecilnya usaha yang akan didirikan. Banyak orang bilang bahwa modal tidak hanya melulu uang. Modal bisa berupa keahlian, kemauan dan niat yang kuat, dan lain-lain. Lebih khusus dapat dikatakan bahwa kapital terdiri dari barang-barang yang dibuat untuk penggunaan produksi pada masa yang akan datang. Hal ini meliputi pabrik-pabrik dan alat-alat, bangunan-bangunan dan sebagainya. Capital sebagai alat pendorong perkembangan ekonomi meliputi investasi dalam pengetahuan teknik, perbaikan-perbaikan dalam pendidikan, kesehatan dan keahlian. Selain itu juga termasuk sumber-sumber yang menaikan tenaga produksi, yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya. Dengan commit to user 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kata lain, dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang fungsi capital yang menaikkan produktivitas itu tidak saja berujud pabrik-pabrik dan perlengkapan lainnya tetapi juga berujud human capital. Keadaaan capital di negara-negara sedang berkembang pada umumnya relatif jarang. Perusahaan membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya. Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Terdapat tiga jenis badan usaha, yaitu perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan perusahaan manufaktur. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan. Pengertian modal menurut Brigham (2006:62) “modal ialah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang dikenakan bunga”. Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:9) ”modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban”. Beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh yang besar terhadap besar kecilnya investasi asing disuatu negara adalah stabilitas pemilikan tanah dan mata uang asing. Pengawasan terhadap perusahaan asing, berbagai bantuan dan fasilitas dari pemerintah, size dan pertumbuhan pasar, ongkos produksi dan biaya tenaga kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya suatu investasi adalah 1) Ramalan masa depan, suatu uinvestasi akan dilakukan, jika diramalkan bahwa pada masa yang akan dating akan member manfaat, 2) Tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga, maka kegiatan investasi cenderung mengalami penurunan, 3) Perubahan dan perkembangan teknologi, untuk mengadakan perubahan dan mengembangkan suatu teknologi, maka juga diperlakukan suatu investasi, 4) Tingkat Pendapatan Nasional, semakin tinggi tingkat pendapatan nasional, maka investasi cenderung mengalami peningkatan. Berpangkal dari keadaan tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan makro ekonomi yang pada dasarnya berupaya agar sumber pembiayaaan baru digunakan untuk mengurangi distorsi dalam perekonomian, baik itu deregulasi di sektor riil maupun di sektor moneter. Undang-Undang No.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing adalah kebijakan yang commit to user 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pertama kali dikeluarkan pemerintah. Disusul kemudian Undang-Undang No.6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri yang ternyata disambut baik oleh investor baik dalam maupun luar negeri. Peranan pemerintah dalam ekonomi makro memiliki porsi yang relatif besar. Kajian terhadap seberapa besar peranan pemerintah diwujudkan dalam kebijakan moneter, kebijakan Lemahnya sisi permintaan dan penawaran agregat menyebabkan perekonomian negara sedang berkembang seolah-olah berada dalam lingkaran permasalahan tanpa ujung pangkal. Oleh karena itu campur tangan pemerintah, baik melalui kebijakan ekonomi dan nonekonomi, sangat diperlukan untuk memutuskan mata rantai permasalahan tersebut. Kebijakan moneter, kebijakan dapat digunakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi perekonomian. a. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter adalah kebijakan yang mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang lebih baik (diinginkan) dengan cara mengubah (menambah atau mengurangi) jumlah uang beredar di masyarakat. Kebijakan moneter dapat memperbesar kemampuan penawaran agregat melalui pemberian kredit, khususnya kepada kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Di Indonesia hal ini telah dilakukan, misalnya melalui pemberian kredit pertanian. Kebijakan moneter juga dapat memperbesar permintaan agregat, khususnya untuk kebutuhan pokok yang sangat penting, seperti perumahan. Di Indonesia hal ini telah dilakukan misalnya melalui program Kredit Pemilikan Rumah (KPR). b. Kebijakan Fiskal Kebijakan makro pada kondisi yang lebih baik dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah melalui pajak. Kebijakan melalui subsidi dapat meningkatkan daya beli atau daya investasi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tetap. Misalnya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada masa lalu sangat menolong masyarakat yang menggunakan minyak tanah untuk keperluan memasak atau penerangan. commit to user 11 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Demikian juga subsidi pendidikan, telah memungkinkan anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk menikmati investasi Sumber Daya Manusia (SDM) bersekolah. Di sisi lain, kebijakan laju perilaku konsumtif masyarakat kaya dan berpendapatan tinggi. Hal ini dilakukan melalui kebijakan Pajak Penghasilan (PPh) progresif dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), khususnya untuk barang mewah (PPn-BM). Selain untuk mengelola permintaan agregat, kebijakan untuk pengelolaan sisi penawaran agregat. Misalnya, pengenaan pajak progresif akan mengendalikan keinginan individu atau perusahaan yang mencoba terus meningkatkan keuntungan mereka. Dengan demikian kesempatan kerja dan usaha akan lebih merata. Jika penawaran agregat perlu ditingkatkan, pemerintah juga dapat menggunakan instrumen pajak dan subsidi. Misalnya, subsidi pendidikan yang diberikan kepada pengelola pendidikan swasta akan meningkatkan penawaran jasa pendidikan. Demikian juga subsidi BBM dan listrik yang diberikan kepada industri akan dapat meningkatkan ouput yang ditawarkan. c. Kebijakan Ekonomi Internasional Umumnya negara sedang berkembang lebih memilih kebijakan ekonomi terbuka, yaitu melakukan hubungan ekonomi dengan luar negeri. Kebijakan ini akan membuka akses pasar ekspor bagi produk-produk mereka, sekaligus membuka sumber pengadaan barang modal dan bahan baku industri dari negara-negara lain. Secara teoretis, jika pengelolaan baik dan transparan, kebijakan ekonomi terbuka dapat mempercepat pembangunan ekonomi. Kebijakan perdagangan internasional terdiri atas kebijakan promosi ekspor, kebijakan substitusi impor, dan kebijakan proteksi industri. 1) Kebijakan Promosi Ekspor Selain menghasilkan devisa, kebijakan promosi ekspor dapat melatih dan meningkatkan daya saing atau produktivitas para pelaku ekonomi domestik. Umumnya, negara sedang berkembang mengekspor hasil-hasil sektor primer (pertanian dan pertambangan) atau hasil-hasil industri yang telah ditinggalkan negara-negara yang commit to user 12 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lebih dahulu maju. Thailand misalnya, sangat terkenal sebagai negara yang mampu menghasilkan devisa dari ekspor hasil pertanian. Sementara Indonesia, memperoleh devisa yang besar dari ekspor tekstil. Saat ini mereka tidak lagi menaruh perhatian pada sektor-sektor tersebut, melainkan berkonsentrasi pada indusri yang padat ilmu pengetahuan, misalnya komputer dan peralatan komunikasi canggih atau peralatan militer modern. Hal ini dikarenakan nilai tambah dari penjualan produk-produk tersebut lebih tinggi dari yang dihasilkan industri mobil atau tekstil. 2) Kebijakan Substitusi Impor Kebijakan substitusi impor adalah kebijakan untuk memproduksi barang-barang yang diimpor. Tujuan utamanya adalah penghematan devisa. Di Indonesia, pengembangan industri tekstil pada awalnya adalah substitusi impor. Jika tahap substitusi impor terlampaui biasanya untuk tahap selanjutnya menempuh strategi promosi ekspor. 3) Kebijakan Proteksi Industri Kebijakan proteksi industri umumnya bersifat sementara, sebab tujuannya untuk melindungi industri yang baru berkembang, sampai mereka mampu bersaing. Jika industri tersebut sudah berkembang, maka perlindungan dicabut. Perlindungan yang diberikan biasanya adalah pengenaan tarif dan atau pemberian kuota untuk barang-barang produk negara lain yang boleh masuk ke pasar domestik. Kebijakan-kebijakan pemerintah baik deregulasi di sektor riil maupun di sektor moneter dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran commit to user 13 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Negara Nomor 2853) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing. 4. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1980 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah; 5. Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1991 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal; 6. Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal; Dari fenomena inilah yang mendorong peneliti untuk mengamati lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing daerah (DIY). Mahkamah Konsitusi (MK) menyatakan bahwa sebagian ketentuan Pasal 22 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM) bertentangan dengan konstitusi. Hal tersebut disampaikan dalam sidang pengucapan putusan perkara 21-22/PUU-V/2007, Selasa (25/3), di Ruang Sidang MK. Bagian dari Pasal 22 UU PM yang bertentangan dengan UUD 1945, yaitu Pasal 22 ayat (1) sepanjang menyangkut kata-kata “di muka sekaligus” dan “berupa: a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun; b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun”. commit to user 14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selain itu, Pasal 22 ayat (2) sepanjang menyangkut kata-kata “di muka sekaligus” dan Pasal 22 ayat (4) sepanjang menyangkut kata-kata “sekaligus di muka” juga dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945. Perkara 21/PUUV/2007 yang diajukan Diah Astuti merupakan permohonan pengujian Penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf d, Pasal 4 ayat (2) huruf a, Pasal 8 ayat (1), Pasal 12 ayat (4), dan Pasal 22 ayat (1) huruf a, b, dan c UU PM. Sedangkan Daipin, dkk. dalam perkara 22/PUU-V/2007 mengajukan permohonan pengujian Pasal 1 ayat (1), Pasal 4 ayat (2) huruf a, Pasal 8 ayat (1) dan (3) Pasal 12 ayat (1) dan (3) Pasal 21, Pasal 22 ayat (1) dan (2) UU PM. Menurut MK, dari keseluruhan ketentuan yang dimohonkan untuk diuji, ternyata hanya sebagian ketentuan Pasal 22 UU PM bertentangan dengan konstitusi. Argumentasi MK terkait dengan sebagian ketentuan tersebut adalah meskipun terhadap Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), dan Hak Pakai—yang dapat diperpanjang di muka sekaligus itu—negara dikatakan dapat menghentikan atau membatalkan sewaktu-waktu, namun alasan tersebut telah ditentukan secara limitatif dalam Pasal 22 ayat (4) UU PM. Dengan kata lain, kewenangan negara untuk menghentikan atau tidak memperpanjang HGU, HGB, dan Hak Pakai tersebut tidak lagi dapat dilakukan atas dasar kehendak bebas negara. Padahal, perusahaan penanaman modal dapat mempersoalkan secara hukum keabsahan tindakan penghentian atau pembatalan hak atas tanah itu. Sehingga, bagi MK, pemberian perpanjangan hak-hak atas tanah sekaligus di muka tersebut telah mengurangi dan bahkan melemahkan kedaulatan rakyat di bidang ekonomi. Pasal 22 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasca Putusan MK menjadi berbunyi: (1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal. (2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat diberikan dan diperpanjang untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan antara lain: commit to user 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing; b. Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan; c. Penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas; penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dan d. Penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum. (3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak. (4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan dan yang dapat diperbarui sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2) dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. “Sebagai akibat dinyatakan inkonstitusionalnya sebagian ketentuan tersebut, maka, terhadap pemberian kemudahan dan/atau pelayanan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh hak atas tanah, sepanjang berkaitan langsung dengan penanaman modal, ketentuan yang berlaku adalah ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan lainnya” ucap Ketua MK, Jimly Asshiddiqie, membacakan Konklusi Putusan. Di dalam Konklusi Putusan tersebut, terkemuka pula pendapat MK bahwa Pasal 12 Ayat (2) huruf b UU PM merupakan konstitusional bersyarat yaitu sepanjang kata-kata “berdasarkan undang-undang”. Frase tersebut harus dimaksudkan sama pengertiannya dengan “oleh undang-undang”. Pasal 12 ayat (2) UU No, 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal berbunyi: commit to user 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “Bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing adalah: a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.” Terhadap Putusan MK, Hakim Konstitusi H.A.S. Natabaya mempunyai alasan berbeda (concurring opinion). Sedangkan Hakim Konstitusi Maruarar Siahaan mempunyai pendapat berbeda (dissenting opinion). Dari latar belakang yang telah peneliti sampaikan di depan, maka peneliti mengambil judul penelitian ini yaitu: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 1986-2011.” B. Rumusan Masalah Penelitian Sejak ditetapkannya Undang-Undang penanaman modal asing tahun 1967 ternyata penanaman modal asing di Indonesia mengalami peningkatan. Oleh karena itu menarik kiranya bila permasalahan ini dianalisis dan dikaji dengan lebih mendalam, terutama faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi penanaman modal asing di DIY, sehingga untuk masa yang akan datang dapat dikembangkan lagi dengan lebih optimal. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan investasi penanaman modal asing di DIY perlu disusun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY berpengaruh terhadap penanaman modal asing? 2. Apakah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh terhadap modal asing? 3. Apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap penanaman modal asing? 4. Apakah tingkat suku bunga internasional penanaman modal asing? commit to user 17 berpengaruh terhadap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah PDRB DIY berpengaruh terhadap penanaman modal asing. 2. Untuk mengetahui apakah PMDN DIY berpengaruh terhadap penanaman modal asing. 3. Untuk mengetahui apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap penanaman modal asing. 4. Untuk mengetahui apakah tingkat suku bunga internasional berpengaruh terhadap penanaman modal asing. D. Manfaat Dari Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama: 1. Pemerintah Penelitian ini semoga menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kebijakan Pemerintah dalam penanaman modal asing. 2. Dunia Akademis Hasil penelitian ini dapat menjadi literatur tambahan bagi penelitian selanjutnya. 3. Peneliti Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan secara mendalam dan kondisi nyata tentang praktek-praktek ekonomi moneter. commit to user 18 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian PMA Untuk keperluan statistik, istilah investasi asing kita gunakan definisi dari IMF Balance of Payment Manual (edisi ke empat), yang juga digunakan oleh Bank Indonesia. Definisi tersebut adalah: Investasi langsung mengacu pada investasi untuk memperoleh manfaat yang cukup lama dalam kegiatan perusahaan dalam suatu perekonomian di luar tempat penanaman modal tersebut, sementara tujuan penanaman modal adalah untuk memperoleh pengaruh secara efektif dalam pengelolaan perusahaan tersebut. Istilah “manfaat yang cukup lama” tersebut merupakan investasi yang pengelolaannya memerlukan sedikit pengawasan. Dalam definisi tersebut tidak termasuk investasi portofolio. Di Indonesia investasi seperti ini masih sangat kecil dan modal pinjaman yang telah masuk ke Indonesia dalam jumlah besar sejak tahun 1966 (Hill, 1991). Definisi Penanam Modal Asing (PMA) berdasarkan Undangundang No. 11 Tahun 1970 tentang Penanam Modal Asing, adalah sebagai berikut : Penanam Modal Asing adalah Penanaman Modal Asing secara langsung yang dilangsungkan atau berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanam Modal Asing dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko di penanaman modal tersebut. Sedangkan berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, adalah sebagai berikut: Penanam Modal Asing adalah Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. commit to user 19 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, maka pengertian dari Penanam Modal Asing (PMA) pada dasarnya sama yaitu suatu kegiatan menanam modal yang dilakukan oleh pihak asing/penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Investasi (Penanaman Modal) adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat (Sukirno, 1994). Investasi merupakan tambahan stok barang modal tahan lama yang akan memperbesar peluang produksi di masa mendatang. Salah satu peranan yang sangat penting untuk menjalankan suatu perekonomian adalah investasi, karena merupakan salah satu faktor penentu dari keseluruhan tingkat output dan kesempatan kerja dalam jangka pendek. Apabila penemuan-penemuan baru atau pembebanan pajak yang ringan atau pasar-pasar yang semakin berkembang memberikan insentif bagi investasi-investasi yang ada, yang membuat permintaan agregat meningkat sementara output dan kesempatan kerja tumbuh dengan cepat. Penggunaan tenaga kerja penuh dapat dicapai dengan cara menaikkan jumlah investasi oleh para pengusaha. Bila investasi tidak mencapai tingkat tersebut pengangguran akan berlaku. Investasi juga merupakan pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Sekali investasi diputuskan maka perusahaan akan terikat pada jalan panjang di masa yang akan datang yang sudah dipilih, dan yang tidak mudah disimpangi. Investasi banyak mengandung resiko dan ketidakpastian. Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan commit to user 20 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penanam modal dalam negeri. Adapun pengertian Modal Asing menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2007 dalam pasal 1 ayat 8 adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hokum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. Modal asing dapat memasuki suatu Negara dalam bentuk modal swasta dan atau modal Negara. Modal asing swasta dibedakan menjadi dua jenis yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung berarti perusahaan dari negara penanam modal secara de facto dan de jure melakukan pengawasan atas asset yang dimilikinya di negara penerima modal. Sedangkan investasi tidak langsung, yang lebih dikenal dengan investasi portofolio, sebagian besar terdiri dari penguasaan atas saham atau surat utang negara yang dapat dipindahtangankan. Penguasaan saham tersebut tidaklah sama dengan hak untuk mengendalikan perusahaan (Jhingan, 2007). Untuk membangun suatu perekonomian harus memiliki Social Overhead Capital yaitu proyek–proyek raksasa yang diperlukan untuk memperlancar bisnis dan perdagangan seperti jalan raya, proyek irigasi dan bendungan, serta sarana kesehatan umum yang diperlukan dalam pembangunan. Semua ini tentunya memerlukan investasi modal yang sangat besar dan mempunyai masa persiapan yang lama. Tidak ada seorang pun atau perusahaan besar maupun kecil yang mampu membangun sendiri suatu sistem infrastruktur, sehingga mereka tidak bisa berharap untuk mendapatkan keuntungan. Disinilah manfaat proyek investasi berskala besar yang berasal dari luar negeri yang dapat menyebar ke seluruh daerah dalam rangka pembangunan ekonomi. Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi langsung dikenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA), merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. commit to user 21 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Istilah penanaman modal sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu, investment. Penanaman modal asing atau investasi seringkali diartikan dalam pengertian yang berbeda-beda. Perbedaan penggunaan istilah investasi terletak pada cakupan dari makna yang dimaksudkan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Dari pengertian di atas, Ismail Sunny dan Rudiono Rochmat (1968) berpendapat bahwa Penanaman Modal Asing, mengandung 3 unsur pokok yaitu: 1. Penanaman secara langsung 2. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan 3. Risiko yang langsung ditanggung oleh pemilik modal. 2. Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment). Krugman dalam Sondakh (2009), menjelaskan bahwa yang dimaksud FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya ke negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumberdaya, tetapi juga pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Investasi asing merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, penanaman modal asing didefinisikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan commit to user 22 perpustakaan.uns.ac.id penanam digilib.uns.ac.id modal dalam negeri dengan tujuan antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha dalam negeri, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Investasi dibedakan atas investasi asing langsung (foreign direct investment) dan investasi portofolio (portofolio investment). Investasi asing langsung meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata yaitu berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan inventaris dan sebagainya, dan biasanya dibarengi dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen, dan pihak investor sendiri tetap mempertahankan kontrol terhadap dana-dana yang telah ditanamkannya. Sedangkan investasi portofolio adalah investasi yang melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatankegiatan investasi portofolio atau finansial ini biasanya berlangsung melalui lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiun dan sebagainya (Salvatore, 1997). Dibandingkan dengan investasi portofolio, penanaman modal asing lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih ketrampilan manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini sangat penting bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia, mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk pekerjaan. commit to user 23 menyediakan lapangan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Arti Penting PMA Salah satu ciri negara berkembang adalah “modal kurang” atau tabungan yang rendah dan investasi yang rendah. Rata-rata investasi kotornya hanya mencapai 5% sampai dengan 6% dari GNP, padahal untuk negara maju berkisar antara 25% sampai dengan 20%. Laju pertumbuhan yang rendah ini sudah barang tentu tidak cukup untuk menghadapi pertumbuhan penduduk mencapai 2-2,5% per tahun, apalagi untuk investasi ke dalam proyek-proyek baru. Upaya memobilisasi tabungan domestik melalui perpajakan dan pinjaman masyarakat tidak cukup untuk meningkatkan laju pertumbuhan modal, malahan langkah tersebut menyebabkan merosotnya standar daya konsumsi dan daya beli masyarakat, sehingga justru membuat masyarakat menderita. Dalam hal ini kiranya PMA dapat membantu kekurangan tabungan domestik melalui peralatan modal dan bahan mentah, sehingga menaikkan laju tabungan marjinal dan laju pembentukan modal. Keterbelakangan teknologi merupakan ciri lain dari negara berkembang. Keterbelakangan teknologi ini terlihat pada biaya rata-rata yang tinggi serta produktivitas modal dan buruh yang rendah, sebagai akibat rendahnya kualitas buruh dan peralatan modal. Keterbelakangan ini terlihat pula pada rasio output modal yang tinggi. Pemanfaatan modal asing tidak hanya akan mengatasi masalah keterbelakangan teknologi dan kelangkaan modal, namun lebih jauh dari itu akan membawa serta ketrampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik produksi yang maju serta pembaharuan dan diversifikasi produk. Penggunaan modal asing oleh negara berkembang dapat pula membantu pembangunan-pembangunan yang sekaligus mengurangi kekurangan modal overhead ekonomi yang sangat penting untuk lebih mempermudah investasi. Seperti proyek jalan raya, sungai, bendungan, jalan kereta api ataupun infrastruktur yang lain. Karena merupakan beban yang berat bagi negara berkembang untuk membangun semua itu tanpa dukungan modal asing. commit to user 24 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Demikian menurut Jhingan (1990), negara berkembang tidak sanggup mengawali industri dasar dan industri kunci secara sendirisendiri. Sekali lagi melalui modal asinglah mereka dapat mendirikan pabrik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronika berat dan kimia, dan lainlain. Lebih dari itu, penggunaan modal asing pada suatu industri akan dapat mendorong perusahaan setempat dengan mengurangi biaya pada industri-industri lain yang dapat mengarah pada perluasan mata rantai industri terkait lainnya. Dalam hal ini modal asing akan membantu mengindustrialisasikannya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa perusahaan swasta di negara berkembang kurang berani melakukan usaha yang mengandung resiko, seperti penggarapan sumber daya alam yang belum dimanfaatkan dan penggarapan daerah-daerah baru. Modal asing biasanya lebih berani menanggung semua resiko dan kerugian yang timbul pada tahap perintisan. Dengan demikian, modal asing membuka daerah-daerah baru dan membantu melibatgandakan sumber alam dan menghilangkan ketidakseimbangan kawasan. Modal asing dapat membantu menekan laju inflasi sebagai akibat kesenjangan antara penawaran dan permintaan. Di samping itu, keuntungan lain dari pemanfaatan modal asing adalah dapat membantu mengatasi kesulitan neraca pembayaran yang dialami oleh negara berkembang akibat tidak serasinya antara ekspor dan impor. Melalui modal asing negara berkembang dapat memenuhi semua keperluan impornya pada saat yang sama menghindarkan kesulitan dalam neraca perdagangan dan sekaligus menambah devisa untuk membayar utang luar negeri. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah perlu membangun infrastruktur. Infrastruktur memberikan kontribusi besar terhadap akses ekonomi masyarakat dan juga dapat mengundang masuknya investor asing. Oleh karenanya, langkah awal pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan membangun infrastruktur seperti jalan, jaringan listrik, telekomunikasi dan air. Selanjutnya membangun infrastruktur commit to user 25 kesehatan dan pendidikan. perpustakaan.uns.ac.id Pembangunan digilib.uns.ac.id kesehatan dan pendidikan sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan indeks pembangunan manusia (IPM). Dengan pembangunan infrastruktur ini diharapkan pemerintah dapat menggairahkan ekonomi masyarakat. Adanya investasi yang menarik mampu mendorong investor asing maupun dalam negeri sehingga investasi tumbuh kembali sehubungan dengan membaiknya krisis global dan pada akhirnya dapat menggerakan ekonomi masyarakat (Boediono, 2009). Pada setiap waktu, persediaan modal adalah determinan output perekonomian yang penting, karena persediaan modal bisa berubah sepanjang waktu, dan perubahan itu bisa mengarah ke pertumbuhan ekonomi. Terdapat dua kekuatan yang memengaruhi persediaan modal yaitu investasi dan depresiasi. Investasi mengacu pada pengeluaran untuk perluasan usaha dan peralatan baru, dan hal itu menyebabkan persedian modal berkurang (Mankiw, 2007). Ciri–ciri negara terbelakang adalah ”modal kurang” atau ”tabungan rendah” dan investasi rendah. Bukan hanya persediaan modal yang sangat rendah tetapi juga laju pembentukan modal uang sangat rendah. Rata–rata, investasi kotornya hanya 5–6 persen dari pendapatan nasional kotor, sedangkan di negara maju berkisar antara 15–20 persen. Laju tabungan yang rendah tersebut tentunya tidak cukup untuk menghadapi pertumbuhan penduduk yang cepat dengan laju pertumbuhan 2–21 persen per tahun, apalagi menginvestasi di proyek– proyek modal baru. Selain itu, tabungan–rendah dan investasi–rendah mencerminkan kurangnya modal, dan bersama dengan itu negara terbelakang mengalami keterbelangkangan teknologi. Penggunaan modal asing tidak hanya mengatasi kekurangan modal tetapi juga keterbelakangan teknologi. Sehingga, masuknya modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Dengan adanya modal asing, maka akan membantu dalam industrialisasi suatu daerah dalam rangka membangun modal overhead ekonomi dan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Masuknya modal asing tidak hanya membawa uang dan mesin saja, tetapi commit to user 26 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id juga memberikan ketrampilan teknik yang baru dan menggarap sumber– sumber baru yang belum dimanfaatkan. Sehingga dengan masuknya modal asing ke suatu daerah diharapkan mampu meningkatkan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan mempercepat pembangunan ekonomi daerah tersebut (Jhingan, 2007). 4. Teori PMA Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu: Rugman (1981), menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan variabel internalisasi. Dalam kepustakaan mengenai teori Perusahaan Multinasional, variabel lingkungan sering kali disebut sebagai keunggulan spesifik Negara (KSN) atau faktor spesifik – lokasi. KSN adalah variabel yang mempengaruhi bangsa secara keseluruhan. Ada tiga jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian, yaitu ekonomi, non ekonomi, dan pemerintah. Variabel ekonomi menyusun suatu fungsi produksi keseluruhan suatu bangsa, yang didefinisikan meliputi semua masukan faktor yang terdapat di dalam masyarakat. Biasanya dibuat model sebagai tenaga kerja (labor), dan modal (Capital). Dalam model yang lebih maju dapat dimasukkan faktor lain dalam analisis; hal ini mencakup teknologi, tersedianya sumber daya alam, dan ketrampilan manajemen. Disamping variabel ekonomi, faktor spesifik negara juga meliputi seluruh set variabel politik, budaya, dan sosial pada setiap bangsa. Variabel ekonomi untuk operasi perusahaan multinasional berbeda dari negara ke negara. Hal ini mengandung arti bahwa sebuah MNC menghadapi kelompok yang berlainan dari kondisi lingkungan, resiko, dan kesempatan disetiap tempatnya beroperasi. Dalam kenyataanya, setiap negara sesungguhnya mempunyai set faktor spesifik negara (lokasi) yang khas; tidak ada dua set faktor ekonomi commit to user 27 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan non ekonomi nasional yang identik. Perbedaan dalam berat atau nilai yang terkait pada setiap variabel berlaku untuk menghasilkan set karakteristik yang khas untuk masing-masing negara. MNC perlu mengetahui perbedaan yang semacam itu diantara berbagai bangsa. Sampai batas tertentu, sebuah perusahaan yang terlibat dalam bisnis internasional akan dapat mengadakan generalisasi antar budaya, sistem politik, kelompok agama, dan nilai social untuk meminimumkan biaya tambahan dari penanaman modal asing pada produksi dinegara sendiri. Tetapi perusahaan itu tidak boleh melupakan sifat khusus dari setiap faktor spesifik negara bangsa. Setiap negara mempunyai kekhususan merk politisnya sendiri. Para politisi mencerminkan faktor spesifik lokasi bangsa dan bahkan menambahnya dengan suatu cara khusus. Selalu terdapat keragaman dalam campur tangan pemerintah dengan bisnis internasional. Sebenarnya mungkin terdapat beberapa tingkat pemerintah yang tersangkut dalam aspek dari bisnis internasional. Faktor lain yang mempenagruhi penanaman modal asing adalah variabel internalisasi atau Keunggulan Spesifik Perusahaan (KSP). Variabel internalisasi ini merupakan keunggulan internal yang dimiliki perusahaan multinasional. Setiap perusahaan multinasioanal mempunyai KSP-nya yang khas, yang memberi suatu keunggulan kompetitif relatif terhadap perusahaan lain. Supaya pasti, mungkin terdapat sedikit perbedaan dalam KSP diantara anggota oligopoli atau berbagai perusahaan multinasional dalam kondisi yang hampir kompetitif. Namun setiap perusahaan multinasioanal, pada hakekatnya adalah suatu monopilis sepanjang perusahaan multinasional itu mempunyai nama perusahanya sendiri dan metodenya sendiri yang khas untuk mengorganisasi pasar internalnya. Setiap MNC berupaya untuk membedakan produknya dari produk perusahaan rival. Setiap perusahaan multinasional menjaga KSP-nya dengan mempertahankan kepemilikan sampai resiko penyebaran telah diimbangi commit to user 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan pembayaran untuk perlisensian atau jenis lain kesepakatan kontraktual. Keunggulan spesifik perusahaan timbul bila perusahaan multinasioanal telah mengembangkan kecakapan khusus atau suatu ketrampilan inti yang tidak terdapat di tempat lain dan tidak dapat diperbanyak oleh mereka kecuali dalam jangka panjang dan dengan biaya tinggi. Dalam banyak kasus, KSP semacam itu dihasilkan oleh pembelanjaan litbang yang diteruskan ke produksi dari satu produk baru, pengembangan suatu proses produksi baru, atau suatu cara yang lebih efisien atau efektif dalam organisasi proses produksi. Dalam kasus lain, inovasi dan adaptasi berbagai teknik pada keadaan khusus perusahaan multinasioanal dapat menghasilkan lini produk yang terdifrensiasi, yang menghasilkan suatu KSP dalam pemasaran atau distribusi. Ketrampilam inti perusahaan multinasioanal dapat berupa unsur tertentu dari struktur manajemennya, teknik pemasaran, atau rencana strategis keseluruhan yang mengarah kesuatu KSP. KSP ini dibuat model sebagai endogen terhadap perusahaan multinasional, karena pasar internal mereka memungkinkan perusahaan multinasioanl itu untuk mengendalikannya. Suatu sasaran dari manajemen pasar internal perusahaan multinasioanal adalah mendapatkan hak kepemilikan atas KSP sehingga tidak tersebar ke perusahaan lain. Sebuah perusahaan mungkin dapat memanfaatkan KSP-nya untuk bersaing pada beberapa negeri. Pemilikan atas ketrampilan inti dalam pasar internalnya dengan sendirinya merupakan suatu aset pada perusahaan multinasinal. Mereka melindungi aset ini dengan memproduksi di luar negeri barang yang serupa dengan yang dipasar dalam negeri, dan menggunakan cabang luar negerinya untuk memantau, mengukur, dan menagatur penggunaan KSdiluar negeri. Pasar internal perusahaan multinasioanl memungkinkannya untuk memaksimumkan penghasilan seluruh dunianya tanpa kehilangan aset yang sangat berharga ini. commit to user 29 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Vernon (1966) menjelaskan Penanaman Modal Asing dengan model yang disebut Model Siklus Produk. Dalam model ini introduksi dan pengembangan produk baru di pasar mengikuti tiga tahap. Pendorong untuk mengembangkan produk baru diberikan oleh kebutuhan dan peluang pasar. Pasar dalam negeri adalah yang paling dikenali kebutuhan dan peluangnya sehingga terdekat untuk ditangani perusahaan. Produk baru merupakan hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan oleh perusahaan yang bersangkutan. Dalam tahap satu, pada waktu produk pertamakali dikembangkan dan dipasarkan, diperlukan suatu hubungan yang erat antara kelompok desain, produksi, dan pemasaran dari perusahaan dan pasar yang akan dilayani oleh produk itu. Untuk ini perlu bahwa produksi dan penjualan dilakukan didalam negeri, sebagaimana ditunjukkan pada bagian atas gambar 2.1 Dalam tahap dua, pada waktu pasar dinegara lain mengembangkan karakteristik yang serupa dengan yang dipasar dalam negeri, produk tersebut diekspor keluar negeri. Perusahaan multinasioanl akan lebih unggul dari perusahaan lokal diluar negeri karena perusahaan multinasional itu telah mengadakan dan mendapatkan kembali biaya pengembangan produk. Bila perusahaan lokal dinegara tuan rumah telah mulai memproduksi produk yang bersaing, biaya produksi bagi semua perusahaan akan menjadi lebih penting. Pada saat itu perusahaan multinasional akan membangun produksi lokal dinegara tuan rumah bila hal ini menghasilkan biaya yang lebih rendah. Dalam tahap tiga, produk telah terbuat dengan baik dengan desain yang distandarisasi, dan bagian pasar MNC menurun relatif terhadap perusahaan negara tuan rumah. Dalam hal ini negara tuan rumah mempunyai keunggulan biaya yang kuat, MNC akan menghentikan produksi didalam negeri dan mulai mengimpor produk dari negara tuan rumah ke dalam negeri. Semula model Vernon dikembangkan untuk menerangkan pertumbuhan yang cepat dan penyebaran diseluruh dunia dari perusahaan commit to user 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id multinasional yang berpusat di Amerika Serikat dalam dua dasawarsa yang pertama sesudah perang dunia II. Ia memodifikasi model itu secara cukup berarti dalam Vernon (1971 dan 1977), dimana perusahaan multinasional dalam tahap satu sekarang diidentifikasi sebagai suatu oligopoli yang muncul, dalam tahap dua sebagai oligopoli yang dewasa, dan dalam tahap tiga sebagai sebagai suatu oligopoli yang menua. Tahap ini digambarkan dalam deretan terakhir dari gambar 2.1 Gambar 2.1 Model Siklus Produk (Vermon, 1966) Gambar 2.2 Model Baru (Vernon, 1977) Gambar 2.2. Siklus Produk. Dalam tahap 1 dari model siklus produk model Vernon produk baru diproduksi dan dikonsumsi pada negara sendiri. Ekspor terjadi. Dalam tahap 2 produk yang dewasa dapat diproduksi di luar negeri, barangkali di cabang Perusahaan Multi Nasioanal. Sebagian barang dapat diimpor oleh negara sendiri. commit to user 31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dalam tahap 3 produk yang sekarang distandarisasi semuanya diproduksi di luar negeri, meskipun dengan perlisensian. Negara sendiri mengimpor semua barang yang diperlukannya. Dalam model Vernon kemudian tahapnya adalah sama. (Vernon, 1966) Jhon Dunning (1977) dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing melalui teori ancangan eklektis. Teori eklektis menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang diperlukan bila sebuah perusahaan akan berkecimpung dalam Penanaman Modal Asing. 1. Keunggulan Spesifik Perusahaan Perusahaan harus memiliki keunggulan kepemilikan neto bila berhadapan dengan perusahaan berkebangsaan lain dalam melayani pasar tertentu (terutama pasar luar negeri). Keunggulan spesifik perusahaan ( pemilikan) ini sebagian besar mengambil bentuk dalam kepemilikan aset tanpa wujud, yang paling sedikit untuk suatu periode waktu, adalah eksklusif atau spesifik untuk perusahaan yang memilikinya. 2. Keunggulan Internalisasi Dengan mengasumsikan bahwa kondisi dalam paragraf di atas dipenuhi, adalah lebih menguntungkan bagi perusahaan yang memiliki keunggulan ini untuk menggunakannya sendiri dan bukannya menjual atau menyewakannya pada perusahaan luar negeri. Jadi bagi perusahaan untuk menjadi sebuah MNC harus mempunyai perangsang untuk menginternalisasi KSP-nya, misalnya, untuk menjamin hak kepemilikan atas KSP dalam pengetahuannya. Ini dilakukan melalui suatu perluasan dari kegiatan sendiri dan bukannya dengan menginternalisasikan melalui kontrak dengan harga yang terjangkau (yang mungkin ada) dengan perusahaan bebas. Alternatf atas internalisasi, seperti perlisensian, kontrak manajemen, franchise, persetujuan jasa teknik, proyek turn key, dan sub kontrak bukan merupakan metode yang tepat untuk KSP. commit to user 32 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Keunggulan Spesifik Negara Misalkan syarat yang disebutkan di kedua paragraf terdahulu dipenuhi, akanlah menguntungkan bagi perusahaan yang bertempat diluar negeri untuk memanfaatkan keunggulan ini dalam hubungan dengan paling sedikit beberapa masukan faktor (termasuk sumber daya alami) di luar negerinya sendiri. Bila tidak pasar luar negeri akan dilayani sama sekali dengan ekspor dan dalam negeri dengan produksi domestic. Karena itu keunggulan spesifik adalah unsur yang penting dalam memilih cara pelayanan pasar luar negeri. Menurut David K.Eiteman (1989), motif yang mendasari Penanaman Modal Asing ada 3, yaitu: motif strategis, motif perilaku, dan motif ekonomi. Dalam motif strategis dibedakan dalam: a. Mencari pasar b. Mencari bahan baku c. Mencari efisiensi produksi d. Mencari pengetahuan e. Mencari keamanan politik Sedangkan motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau kelempok. Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari keuntungan dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham perusahaan. Teori PMA yang lain, dijelaskan oleh Robock & Simmonds (1989), melalui pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan internalisasi, model siklus produk, produksi internasional, model imperalisasi Marxis. 1. Pendekatan Global Sebagai bagian dari pertumbuhan perusahaan, lingkup usaha secara geografis juga akan berubah. Perubahan ini sebagai hasil dari rangsangan lingkungan. Menurut pendekatan global, kekuatan intern commit to user 33 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang mempengaruhi PMA yaitu pengembangan teknologi/produk baru, ketergantungan pada sumber-sumber bahan baku, memanfaatkan mesin-mesin yang telah usang, mencari pasar yang lebih besar. Sedangkan kekuatan eksternal yang mempengaruhi PMA yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi keluar negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). 2. Model Siklus Produk Model ini menerangkan bahwa Penanaman Modal Asing melalui 3 tahap, yaitu tahap produk baru, tahap produk matang, dan tahap produk yang distandardisasi. Pertama, pada tahap produk baru produk dihasilkan didalam negeri sedangkan untuk pasar luar negeri dilayani dengan ekspor. Kedua, pada tahap produk matang harga produk menjadi penting. Pasar luar negeri telah dilayani oleh produksi lokal. Pada tahap ketiga, persaingan menjadi lebih penting, dan produksi diarahkan pada lokasi/tempat yang biayanya rendah (kecil) dalam lingkup negara yang berpenghasilan rendah. Disini barang diekspor kembali kenegara asal perusahaan multinasional atau kepasar lain. Untuk industri yang padat karya, diarahkan pada negara yang upah buruhnya paling murah. 5. Gambaran Umum Variabel Yang Mempengaruhi PMA a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah atau kabupaten, dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi lapangan usaha yaitu : 1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan commit to user 34 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Listrik, gas dan air bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Penyewaan dan Jasa-jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa lain termasuk pelayanan pemerintah PDRB adalah salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah atau kabupaten, baik atas dasar harga belaku maupun atas dasar harga konstan. b. Penanaman Modal Dalam Negeri Yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN) berdasarkan Undang-undang No.6 Tahun 1968 jo.No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penanaman modal dalam negeri secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung, menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Pengertian dari modal dalam negeri adalah bagian dari pada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/disediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 Undang-undang no.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing.1 Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk: 1. Penanaman Modal Dalam Negeri Langsung (Domestic Direct Investment, DDI), yakni penanaman modal oleh pemiliknya sendiri. 2. Penanaman Modal Dalam Negeri Tidak Langsung (Domestic Indirect Investment, DII), yakni melalui pembelian obligasiobligasi, surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi1 Diakses pada situs (www.theceli.com/dokumen/produk/1968/6-1968.htm) commit to user 35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id emisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan oleh Perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka sekurang-kurangnya satu tahun. Fasilitas Prasarana Umum seperti transportasi, komunikasi sumber-sumber tenaga listrik merupakan syarat utama bagi perindustrian dan meluasnya produksi ekspor. Jadi peranan fasilitas prasarana umum penting bagi pembangunan karena ia dapat memperkecil ICOR usaha-usaha baru sehingga fasilitas prasarana umum merupakan dasar bagi perkembangan sektor-sektor lain. Sarana perhubungan darat di DIY yang panjangnya 859,06 km yang terbagi berdasar fungsi jalan dan status jalan. Dalam pembangunan jalan telah dilaksanakan secara terpadu dan saling menunjang antara sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Pemeliharaan, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan jalan diutamakan untuk jaringan jalan di pusat daerah pengembangan, pusat produksi serta jalan penghubung serta membuka daerah minus dan terpencil dan pembangunan jalan kota yang lalu lintasnya sangat padat. Dalam penelitian ini menggunakan data perkembangan panjang jalan di DIY menurut kelas jalan pada periode 1986-2011. Dengan adanya peningkatan panjang dan kelas jalan diharapkan program pembangunan jalan untuk membuka daerah potensial dan daerah pemasaran dalam kegiatan investasi dapat dilaksanakan dengan baik. Prespektif ekonomi politik yang akan digunakan kali ini mencoba mengaitkan variabel internasional yang berimplikasi pada variabel domestik. Dengan munculnya globalisasi sebagai sebuah fenomena menyebabkan saling ketergantungannya suatu Negara dengan Negara lain, yang berdampak jelas terhadap peningkatan kerjasama internasional. Kemudian dampak yang diberikan oleh globalisasi tersebut juga berpengaruh terhadap produk kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah suatu Negara. commit to user 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Seiring runtuhnya rezim Orde Baru tahun 1998 yang terpaksa harus menurunkan Soeharto, presiden ke-2 Indonesia, maka munculah poin penting baru, yaitu tentang desentralisasi kewenangan. Pada pemerintahan Soeharto, beberapa kewenangan yang ada di setiap kota maupun kabupaten dipegang secara utuh oleh pusat. Namun setelah berkuasa selama 32 tahun, akhirnya kewenangan tersebut diberikan kepada masing-masing kota dan kabupaten. Kemudian pengelolaan sumber daya yang dimiliki setiap daerah diatur dalam sebuah kebijakan yang diberinama otonomi daerah. Otonomi daerah bukan pertama kalinya digunakan di Indonesia pasca jatuhnya pemerintahan Soeharto. Melalui pengesahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 pengaturan terhadap “otonomi seluas-luasnya” dimiliki oleh pemerintah daerah. Namun seiring berjalan waktu, banyak kritik yang didapat tentang Undang-Undang otonomi daerah tersebut. Sehingga harus mengalami beberapa kali revisi dan perubahan, yang kemudian formulasi otonomi daerah di Indonesia tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan akhirnya diperbaharui melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2011. Rezim otonomi daerah ini dianggap sangat pas untuk mengatur keberagaman dan luasnya sumber daya yang ada disetiap kota maupun kabupaten di Indonesia demi meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian yang ada. Kesempatan otonomi daerah ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah secara baik untuk mengembangkan dan memajukan daerahnya. Seperti yang sudah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2011 bahwa daerah memiliki kewenangan dalam membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan, peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. ( Penjelasan UU Nomor 32 Tahun 2011, penjelasan umum halaman 1). commit to user 37 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan aturan tersebut, salah satu peluang yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah adalah untuk melakukan kerjasama internasional dengan Negara lain. Pada pasal 42 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2011 disebutkan bahwa tugas dan wewenang DPRD sebagai wakil pemerintah daerah sebagai berikut: a) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda, dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah, dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah; b) Memberikan pendapat dan pertimbangan bagi kepala daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah; c) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah. (UU Nomor 32 tahun 2011, pasal 42 ayat (1) huruf c, f dan g). Istilah “perjanjian internasional” dan “kerjasama internasional” pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2011 dijelaskan sebagai berikut: Yang dimaksud dengan “perjanjian internasional’ dalam ketentuan ini adalah perjanjian antara pemerintah dengan pihak luar negeri yang terkait dengan kepentingan daerah. (Ibid). Yang dimaksud dengan “kerjasama internasional” dalam ketentuan ini adalah kerjasama daerah dengan pihak luar negeri yang meliput kerjasama kabupaten/kota “kembar”, kerjasama tekhnik termasuk bantuan kemanusiaan, kerjasama penerusan kerjasama/hibah, kerjsama penyertaan modal dan kerjasama lainnya sesuai dengan peraturan perundangan. (Ibid). Ada beberapa indikator yang menunjukkan saling ketergantungan dan peningkatan kerjasama internasional tersebut, salah satunya adalah adanya penanaman modal asing yang merupakan commit to user 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sumber dana dari luar negeri dengan maksud mendapatkan keuntungan di suatu Negara tertentu dengan resiko keuntungan maupun kerugian di tangan pemilik modal. Sejalan dengan globalisasi, bermunculan aktor-aktor non-negara sebagai pemain dalam Hubungan Internasional. Kerjasama yang terjadi bukan lagi hanya pemerintah dengan pemerintah (Government to Government) tapi juga melibatkan aktor kelompok dan aktor individu (people) sehingga berjalanlah pola transnasionalisme, yang mengurangi peran Negara sebagai aktor dalam politik dunia dan meningkatnya peranan aktor non-negara (Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, PT. Pustaka LP3ES, Jakarta, 1990, hal.230). Pola transnasionalisme ini juga menjelaskan sebuah pandangan bahwa masalah yang ada bukan lagi tentang kekuasaan dan keamananan, tetapi telah diganti oleh isu ekonomis. (Ibid, hal: 232). Indonesia merupakan sebuah Negara yang masih melakukan banyak pengembangan di segala aspek infrastruktur. Pemfokusan pembangunan yang selalu diletakkan di Ibu Kota Jakarta menyebabkan daerah lain terpacu melakukan pembangunan sendiri. Dengan disahkannya rezim otonomi daerah oleh pemerintah Indonesia menyebabkan setiap daerah mengupayakan investor asing untuk mendukung harapan tersebut, termasuk Provinsi DI Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan investor swasta dalam negeri untuk menopang seluruh pembangunan yang diharapkan bisa terwujud di DI Yogyakarta. Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam pemenuhan kebutuhan akan investasi adalah dengan penanaman modal asing. Berbeda dengan perdagangan internasional, untuk penanaman modal asing-(Langsung) tidak ada teori tunggal yang bisa menjelaskan dengan memuaskan. Bahkan paradigma intelektual yang dominan dalam ilmu ekonomi, yaitu ekonomi klasik, tidak bisa menjelaskan dengan baik (Mohtar Mas’oed, Bahan kuliah Perusahaan Multinasional Dalam Ekonomi-Politik Internasional, Ilmu Hubungan Internasional, commit to user 39 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FISIPOL UGM, Yogyakarta, 1997, hal 12). Untuk Negara berkembang seperti Indonesia, penanaman modal asing dianggap sangat berpengaruh terhadap pembiayaan pembangunan. Dengan adanya penanaman modal asing, maka beriringan pula transfer tekhnologi dan keahlian manjemen yang baik diberikan oleh investor tersebut untuk kemudian disesuaikan dan dimanfaatkan dengan proses pembangunan Negara maupun wilayah tujuan penanaman modal tersebut. Tidak hanya itu, pemanfaatan modal asing tidak hanya akan mengatasi masalah keterbelakangan teknologi dan kelangkaan modal, namun lebih jauh dari itu akan membawa serta ketrampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik produksi yang maju serta pembaharuan dan diversifikasi produk. Penanaman modal asing mempunyai peranan dalam mengisi kelangkaan sumber pembiyaan pembangunan di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan DI Yogyakarta khususnya. Dengan minimnya pembiayaan untuk pembangunan, banyak Negaranegara berkembang yang berupaya untuk mendapatkan modal asing dengan menerapkan berbagai kebijakan dan memberikan fasilitas kepada para investor asing melalui pemerintah setempat, bahkan tak jarang beberapa daerah harus rela “menjemput bola”. Menurut Ahmad Erani dalam bukunya Industrialisasi Pinggiran (Ahmad Erani Yustika, Industrialisasi Pinggiran, PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hal: 135), hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu; Pertama, sumber dana eksternal dapat dimanfaatkan oleh Negara berkembang mempercepat investasi dan sebagai pertumbuhan motor ekonomi. untuk Kedua, peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut akan segera diikuti dengan adanya perubahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing diharapkan dapat berperan penting dalam upaya memobilisasi dana serta transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal asing diharapkan menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi. commit to user 40 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Masalah ekonomi yang sebelumnya bisa ditangani sebagai masalah teknis oleh para ekonom, sekarang menjadi masalah yang sangat terpolitisasi. Di satu pihak, ekonomi menjadi bagian penting dari kalkulasi dan analisis politik para negarawan maupun akademisi. Artinya, spesialis politik internasional menjadi lebih sadar akan makna penting variabel ekonomi dalam menentukan politik dunia. Di pihak lain, politik (yaitu penerapan kekuasaan) lebih tegas lagi menentukan proses ekonomi (yaitu cara bagaimana hal-hal yang bernilai didistribusikan (Mohtar Mas’oed, Ekonomi-Politik Internasional dan Pembangunan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hal 82). Ada beberapa alasan mengapa investor asing banyak ditemui di negara-negara berkembang. Dalam buku Industrialisasi Pinggiran (Op. Cit), Hitotsubashi, menurut Tokyo), Prof. Kojima alasan utama (ekonom sangat dari Universitas berkaitan dengan kelangkaan dan keterbatasan sumber daya alam atau bahan baku di Negara maju, sehingga untuk mendapatkannya mereka harus melakukan perluasan atau ekspansi ke Negara berkembang yang memiliki sumber daya relatif lebih kaya. Kemudian alasan yang kedua adalah tentang tenaga kerja. Perluasan ke Negara berkembang dilakukan dengan alasan tenaga kerja yang berada di negara berkembang jauh lebih banyak dengan upah yang relatif lebih rendah, sehingga dapat mengurangi ongkos produksi mereka. Kemudian alasan ketiga dan keempat sangat berhubungan dengan jumlah penduduk di Negara berkembang yang relatif banyak sehingga menjadi pasar yang sangat potensial bagi produk mereka. Alasan yang terakhir penanaman modal yang dilakukan adalah untuk menciptakan suatu sistem pemasaran secara internasional. Penggunaan modal asing oleh negara berkembang dapat pula membantu pembangunan-pembangunan yang sekaligus mengurangi kekurangan modal overhead ekonomi yang sangat penting untuk lebih mempermudah investasi. Sebagai contoh adalah pembangunan proyek commit to user 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jalan raya, sungai, bendungan, jalan kereta api ataupun infrastruktur yang lain. Hal ini dikarenakan tanpa dukungan modal asing maka pembangunan menjadi salah satu beban yang berat bagi negara berkembang. Menurut IMF Balance of Payment Manual (edisi ke empat) definisi penanaman modal asing, yang juga digunakan oleh Bank Indonesia adalah : Investasi langsung mengacu pada investasi untuk memperoleh manfaat yang cukup lama dalam kegiatan perusahaan dalam suatu perekonomian di luar tempat penanaman modal tersebut, sementara tujuan penanaman modal adalah untuk memperoleh pengaruh secara efektif dalam pengelolaan perusahaan tersebut. Istilah “manfaat yang cukup lama” tersebut merupakan investasi yang pengelolaannya memerlukan sedikit pengawasan. Ragam kebijakan dalam rezim yang diberikan oleh pemerintah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap laju arus investasi di DI Yogyakarta. Selain dari rezim itu sendiri ada hal lain yang juga ikut serta dapat mempengaruhi arus investasi tersebut, yaitu Penyediaan Fasilitas (prasarana) PMA. Sarana dan prasarana (infrastruktur) merupakan hal yang sangat menentukan terealisasinya atau tidak suatu proyek investasi. Penyediaan fasilitas (prasarana) PMA di suatu negara merupakan salah satu usaha yang sering dilakukan oleh suatu negara untuk dapat menarik para investor melakukan investasi di negaranya. Penyediaan fasilitas (prasarana) PMA antara lain berupa jalan, pembangkit tenaga listrik, jaringan telekomunikasi dan sarana transportasi, serta kemudahan dalam perizinan yang diberikan oleh pemerintah penerima penanaman modal asing tersebut. Letak geografis DI Yogyakarta yang terletak di tengah-tengah propinsi lain yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam kondisi geografis yang terjepit inilah yang menyebabkan DI Yogyakarta harus commit to user 42 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id benar-benar bisa membaca situasi agar para penanam modal mau menjadikan wilayah ini sebagai salah satu tujuan investasi mereka. Tanpa ada bantuan investor asing, maka Indonesia, khususnya DI Yogyakarta akan kesulitan untuk membangun daerahnya. DI Yogyakarta yang merupakan bagian dari Indonesia yang masih menjadi Negara berkembang dengan ciri modal kurang, tabungan rendah dan investasi yang juga rendah memang memerlukan penanaman modal asing sebagai upaya tidak jatuh pada “lingkar setan kemiskinan”. Kemudian teknologi yang juga masih rendah menyebabkan kesulitan untuk membiayai produksi industri/ jasa di DI Yogyakarta. Alasan lainnya penanaman modal juga dibutuhkan adalah karena ketakutan penanam modal swasta dalam negeri untuk mengambil resiko terpuruk yang mungkin terjadi. Maka dengan alasan untuk melaksanakan pembangunan secara merata, pemerintah memberikan regulasi yang dapat mengontrol penanaman modal asing yang masuk ke Indonesia, kemudian Pemerintah Daerah melalui persetujuan Gubernur juga ikut membuat peraturan-peraturan yang berkaitan tentang penanaman modal asing sebagai upaya kerjasama internasional untuk mendukung pembangunan di daerahnya, termasuk DI Yogyakarta. Dengan adanya modal asing yang masuk di DI Yogyakarta, maka pemerintah juga akan lebih mudah untuk memaksimalkan setiap potensi yang ada di berbagai sektor yang dimiliki. Dapat dilihat ketika hadirnya investasi berupa pembangunan hotel-hotel sebagai upaya untuk mendukung sektor pariwisata yang menjadi unggulan kota DI Yogyakarta. Para wisatawan lokal maupun mancan Negara akan berbondong-bondong untuk datang ke DI Yogyakarta, yang sudah pasti kedatangan mereka akan menguntungkan pundi-pundi rupiah bagi pemerintah DI Yogyakarta sendiri, misalnya yang paling sederhana bentuknya adalah pajak yang harus dibayarkan oleh investor tersebut kepada pemerintah DI Yogyakarta. commit to user 43 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bentuk investasi yang masuk tidak hanya “hot money”, karena Perusahaan Multinasional yang berada di DI Yogyakarta juga merupakan suatu bentuk penanaman modal asing yang terdapat di DI Yogyakarta. Berdirinya Perusahaan Multinasional (MNCs) sebagai aktor baru dalam hubungan internasional seperti restaurant cepat saji, perusahaan air minum, dan hypermarket menghadiri DI Yogyakarta juga sebagai bukti bahwa DI Yogyakarta (secara umum) sangat “proinvestasi”. Bahkan didalam sektor kerajinan (handy craft) bentuk modal asing banyak hadir di DI Yogyakarta. Kehadiran Perusahaan Multinasional tersebut akan menghadirkan keuntungan tersendiri bagi DI Yogyakarta, Pertama, sebagai keuntungan dari hadirnya MNCs, maka pendapatan nasional pemerintah akan meningkat, investasi infrastruktur fisik, pendapatan dari pajak, serta pekerja yang terampil dan ber-skill (Jensen, 2005) (M. Ihwan Maulana, MNC dan Dampaknya Bagi Indonesia, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makasar, hal: 2). Selanjutnya, keuntungan lain yang dihadirkan oleh MNCs adalah pemberdayaan dan penyerapan tenaga kerja lokal. Tidak dapat dipungkiri bahwa, kehadiran MNCs dapat menyediakan peluang kerja, pelatihan, serta transfer ilmu, tekhnologi, dan keterampilan bagi tenaga kerja local (O’Higgins, 2003) (Ibid, hal: 3), yang mana akan berakibat pada meningkatnya tingkat produktivitas kerja ketimbang dengan pekerja pada perusahaan lokal (Takii dan Ramstetter, 2005) (Ibid). Dengan segala keuntungan yang ditawarkan dari Penanaman Modal Asing tersebut yang berlangsung di DI Yogyakarta maka penulis ingin memberikan penjelasan tentang pengaruh yang diberikan rezim otonomi daerah terhadap penanaman modal asing di DI Yogyakarta pada periode 2005 – 2010. Hal ini dikarenakan oleh kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam suatu rezim itu sangat berpengaruh terhadap laju jumlah investasi yang ada di DI Yogyakarta. Kita tahu bahwa modal asing yang tertanam pada wilayah DI Yogyakarta merupakan sebuah motor pembantu untuk meningkatakan commit to user 44 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Hal ini dianggap sangat penting oleh penulis dikarenakan kemungkinan ancaman yang akan dihadapi oleh DI Yogyakarta sendiri apabila modal asing yang ternanam berkurang, karena nantiya kemerosotan penanaman modal asing ini juga akan memerosotkan pertumpuhan ekonomi serta penurunan GNP. Kemudian peningkatan hal penting pengangguran lainnya yang sejalan adalah kemungkinan dengan peningkatan kriminalisme yang nantinya muncul. Kita tahu bahwa, “tickle down effect mechanism” yang diberikan pemodal asing mampu memberikan lapangan kerja yang menjanjikan bagi daerah penerimanya. Disamping keuntungan dan keleluasaanlah yang biasanya menyebabkan suatu daerah dilirik oleh investor asing, termasuk DI Yogyakarta. Sektor alam yang begitu menggoda, dapat menghasilkan sebuah alam pariwisata yang sangat elok. c. Perkembangan Inflasi di Indonesia Inflasi di Indonesia dalam perkembangan dari tahun ke tahun selama periode penelitian terlihat cukup bergejolak. Seperti halnya yang terjadi pada negara-negara berkembang pada umumnya, fenomena inflasi di Indonesia masih menjadi satu dari berbagai “penyakit” ekonomi makro yang meresahkan pemerintah terlebih bagi masyarakat. Memang, menjelang akhir pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis moneter) angka inflasi tahunan dapat ditekan sampai pada single digit, tetapi secara umum masih mengandung kerawanan jika dilihat dari seberapa besar prosentase kelompok masyarakat golongan miskin yang menderita akibat inflasi. Lebih-lebih setelah semakin berlanjutnya krisis moneter yang kemudian diikuti oleh krisis ekonomi, yang menjadi salah satu dari penyebab jatuhnya pemerintahan Orde Baru, angka inflasi cenderung meningkat pesat (mencapai lebih dari 75 % pada tahun 1998), dan diperparah dengan semakin besarnya presentase golongan masyarakat miskin. commit to user 45 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sehingga bisa dikatakan, bahwa meskipun angka inflasi di Indonesia termasuk dalam katagori tinggi, tetapi dengan meninjau presentase golongan masyarakat ekonomi bawah yang menderita akibat inflasi cukup besar, maka sebenarnya dapat dikatakan bahwa inflasi di Indonesia telah masuk dalam stadium awal dari hyperinflation. Dalam rangka mengatasi laju inflasi yang demikian tinggi, pemerintah mengeluarkan kebijakan anti inflasi dalam bentuk Paket Anti Inflasi yang menyangkut segi permintaan dan penawaran (demand management policy and supply side). Di bidang pengelolaan permintaan dilakukan berbagai kebijakan perkreditan dalam negeri, kebijakan dana, kebijakan penanaman modal dan kebijakan anggaran belanja. Sedang dari sisi penawaran, dilakukan program cadangan nasional, kebijakan perdagangan dalam negeri dan program pengadaan pangan. Akibat adanya paket kebijakan tersebut laju inflasi di Indonesia turun cukup pesat pada beberapa tahun berikutnya. i. Karakter Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan variabel ekonomi makro paling penting dan paling ditakuti oleh para pelaku ekonomi termasuk Pemerintah, karena dapat membawa pengaruh buruk pada struktur biaya produksi dan tingkat kesejahteraan. Bahkan satu rezim kabinet pemerintahan dapat jatuh hanya karena tidak dapat menekan dan mengendalikan lonjakan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang naik berpuluh kali lipat, seperti yang dialami oleh pemerintahan rezim Soekarno dan rezim Marcos, menjadi bukti nyata dari rawannya dampak negatif yang harus ditanggung para pengusaha dan masyarakat. Dalam jangka pendek, tingkat inflasi di Indonesia dapat ditekan di bawah angka 10% setelah sebelumnya mengalami lonjakan yang terduga mencapai 18 persen pada akhir tahun 2005. Lonjakan tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh dampak negatif commit to user 46 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dari pengaruh multiplier peningkatan harga minyak bumi dunia pada kisaran 60 sampai 70 dollar AS selama tahun 2005. Seperti kita alami tingginya harga minyak bumi dunia ini membawa implikasi dikeluarkannya kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri dan pengurangan subsidi Pemerintah untuk harga BBM tersebut. Pada paruh pertama tahun 2006 ini, harga minyak bumi tersebut belum juga turun, sebagian dipengaruhi oleh ekskalasi ketegangan akibat serangan pasukan Israel ke wilayah Libanon Selatan. Penurunan tingkat inflasi pada pertengahan tahun 2006 membawa ruang gerak yang lebih leluasa bagi Bank Indonesia untuk segera menurunkan tingkat bunga BI Rate secara bertahap. Kecenderungan ini mendapatkan response dari kalangan dunia usaha dan masyarakat dengan meningkatnya tingkat kepercayaan konsumen pada bulan Agustus. Perkembangan Inflasi 1970 – 2005 Gejolak dan perkembangan tingkat inflasi di Indonesia memiliki kecenderungan berikut ini : 1. Dari kondisi tingkat inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation) pada masa pemerintahan Orde Lama (kabinet Soekarno) maka praktis sejak tahun 1970 Indonesia mengalami tingkat inflasi yang sedang. Hyperinflation adalah tingkat inflasi melebihi 50 % per bulannya. 2. Tingkat inflasi ini kemudian menunjukkan trend yang menurun selama periode 1970-71, yang sebagian besar didorong oleh program stabilisasi ekonomi yang dijalankan pemerintah pada era kabinet Soeharto. 3. Tingkat inflasi ternyata masih naik kembali pada periode 197274, yang akhirnya mencapai 41% pada tahun 1974. 4. Tingkat inflasi ini berhasil ditekan selama periode 1970-1992 mencapai tingkatan rata-rata 12,7% per tahunnya. Baru kemudian commit to user 47 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sejak tahun 1988, angka inflasi selalu dibawah 10% dihitung dengan metode indeks biaya hidup . 5. Pada era pemerintahan sejak krisis perekonomian pada tahun 1998-99, laju inflasi masih bergejolak; tetapi dengan rentan fluktuasi batas satu digit ( dibawah tingkat 10%). 6. Program pengendalian inflasi yang sukses setelah krisis ekonomi, masih bergejolak kembali pada pertengahan tahun 2005. Gejolak ini dipengaruhi oleh kebijakan pemerintahan kabinet Soesilo Bambang Yudhoyono dalam melepas program subsidi BBM dan menaikankan harga BBM di dalam negeri. Faktor-Faktor Pemicu Tingkat Inflasi Laju kenaikan tingkat inflasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, sebagian ditentukan dari sudut pandang teori inflasi yang dianut. Pada kasus perekonomian di Indonesia paling tidak terdapat beberapa faktor yang baik secara langsung maupun secara psikologis dapat mendorong trend kenaikan tingkat inflasi. Faktor ekonomi dan non-ekonomi yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inflasi di negara kita antara lain dapat diidentifikasi berikut ini: (1) Adanya peningkatan jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah uang beredar ini di Indonesia disebabkan antara lain oleh peristiwa: v Kenaikan harga migas di luar negeri v Meningkatnya bantuan luar negeri v Masuknya modal asing, khususnya investasi portfolio di pasar uang v Meningkatnya anggaran Pemerintah secara mencolok v Depresiasi nilai Rupiah dan gejolak mata uang konvertibel (2) Adanya tekanan pada tingkat harga umum, yang dapat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian berikut ini : v Penurunan produksi pangan akibat musim kering yang berkepanjangan v Peningkatan harga komoditi umum secara mendadak commit to user 48 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id v Pencabutan program subsidi BBM v Kenaikan harga BBM yang mencolok v Kenaikan tarif listrik (3) Kebijakan Pemerintah dalam mendorong kegiatan ekspor nonmigas; maupun kebijakan lainnya yang bersifat distortif seperti antara lain: v Lonjakan inflasi setelah dikeluarkannya kebijakan devaluasi v Kebijakan tata niaga yang menciptakan pasar yang oligopolistis dan monopolistis v Pungutan-pungutan yang dikenakan dalam perjalanan lalu lintas barang dan mobilitas tenaga kerja v Kebijakan peningkatan tingkat upah minimum regional (4) Peningkatan pertumbuhan agregat demand yang dipicu oleh perubahan selera masyarakat, atau kebijakan pemberian bonus perusahaan dan faktor spekulatif lainnya: v Pemberian bonus THR mendekati jatuhnya Hari Raya. v Pemberian bonus prestasi perusahaan v Perkembangan pusat belanja yang ekspansif dengan mematikan fungsi keberadaan pasar tradisional di lokalitas tertentu. Pada masa lalu pencetus inflasi di Indonesia lebih dipengaruhi oleh inflasi yang berasal dari impor bahan baku dan penolong. Hal ini beralasan karena sebagian besar dari bahan baku tersebut masih diimpor dari luar negeri, akibat struktur industri yang sedikit mengandung local content. Dua faktor dapat berpengaruh atas kenaikkan harga di dalam negeri. 1 Jika terjadi kelangkaan pasokan akibat gangguan logistik atau perubahan permintaaan dunia atas bahan baku tersebut di dunia. 2 Jika terjadi penurunan nilai rupiah kita terhadap mata uang asing utama seperti dollar Amerika Serikat. Saat ini inflasi di negara kita lebih banyak dipengaruhi oleh lonjakan harga minyak bumi di pasar internasional, yang dapat commit to user 49 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mendorong lebih lanjut biaya pengadaan sumber energi listrik dan bahan bakar untuk sebagian besar pabrik-pabrik pengolahan. Dimasa depan ancaman lonjakan harga minyak bumi masih akan mengancam inflasi di negara kita. Potensi kelangkaan bahan baku batubara dan gas akan juga terjadi dan mengakibat kan kenaikkan biaya energi. Disamping itu ancaman jangka menengah atas kemungkinan terjadinya inflasi di beberapa daerah di Indonesia adalah akibat adanya kelangkaan bahan makanan pokok masyarakat yang timbul akibat paceklik, hama penyakit, dan penurunan produktivitas padi, kedelai dan kacang-kacangan. Memang inflasi pada tingkat yang rendah merupakan perangsang bagi produsen untuk menambah kapasitas produksinya; tetapi jika terlalu tinggi akan memberikan dampak negatif atas meningkatnya ketidakpastian dan penurunan daya beli konsumen, sekaligus potensi penjualan perusahaan.(copyright@aditiawan chandra) d. Perkembangan LIBOR (London Inter Bank Offer Rate) Tingkat bunga adalah “harga” dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai “sewa” atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Menurut teori Klasik, bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi. Untuk menentukan tingkat investasi oleh investor asing melalui PMA maka tingkat bunga yang berlaku di luar negara secara internasional sangat berpengaruh sekali dalam hal pengambilan keputusan dalam menanamkan modalnya di suatu negara, sehubungan dengan alternatif keuntungan yang akan dinikmati oleh investor, apakah menanamkan saja uangnya di bank dengan tingkat bunga yang lebih tinggi daripada untuk investasi karena keuntungan pengembalian modalnya (setelah dinilai sekarang) lebih rendah demikian pula commit to user 50 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebaliknya. Dalam penelitian ini tingkat bunga internasional yang digunakan adalah London Inter Bank Offer Rate (LIBOR). 6. Jenis Jenis Penanaman Modal a. Berdasarkan wewenang dan resiko yang ditanggung a). Investasi langsung ialah bentuk investasi dimana penanaman modal mempunyai wewenang untuk memimpin sendiri usahanya dan menanggung segala resiko. b). Investasi tidak langsung ialah bentuk investasi dimana pemilik modal hanya meminjamkan modalnya pada suatu negara (negara sendiri maupun negara asing) atau suatu perusahaan (dalam negeri maupun luar negeri) dalam bentuk pembelian saham dan obligasi. Wewenang memimpin usaha maupun menanggung resiko sepenuhnya pada debitur. c). Sedangkan kreditur menerima imbalan berupa bunga atau bagian keuntungan perusahaan. Dalam penelitian ini investasi yang dilaksanakan adalah investasi langsung. b. Berdasar ada tidaknya pengaruh faktor-faktor tingkat bunga, pengeluaran konsumsi dan tingkat pendapatan a). Investasi otonom ialah investasi yang timbul karena hal-hal yang tak tergantung pada perubahan dalam hal tingkat bunga, pengeluaran konsumsi, dan pendapatan nasional (Winardi, 1980). b). Investasi yang didorong ialah investasi yang timbul karena adanya pertambahan dalam pengeluaran konsumsi, kenaikan pendapatan nasional atau penurunan tingkat bunga. c. Berdasar pelaksanaannya a). Investasi pemerintah ialah investasi yang dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan utama bukan untuk mencari keuntungan uang tetapi keuntungan sosial. commit to user 51 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b). Investasi swasta ialah investasi yang dilakukan oleh swasta dan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial. c). Investasi gabungan ialah investasi yang dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan swasta. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta ini bisa dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Jadi investasi berdasarkan pelaksanaannya, bisa dibagi menjadi: 1. PMA ialah investasi yang dilakukan oleh swasta asing. 2. PMDN ialah investasi yang dilakukan oleh swasta dari dalam negeri. 7. Peran Penanaman Modal Asing Peran penting dari PMA sebagai salah satu sumber penggerak pembangunan ekonomi yang pesat selama era Orde Baru tidak bisa disangkal. Selama periode tersebut, pertumbuhan arus masuk PMA ke Indonesia memang sangat pesat, terutama pada periode 80-an dan bahkan mengalami akselerasi sejak tahun 1994 (Gambar 2). Juga, tidak bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan investasi dan PMA pada khususnya di Indonesia selama era Soeharto tersebut didorong oleh stabilitas politik dan sosial, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang kondusif terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini sejak krisis ekonomi 1997 hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya Pesatnya arus masuk PMA ke Indonesia selama periode pra-krisis 1997 tersebut tidak lepas dari strategi atau kebijakan pembangunan yang diterapkan oleh Soeharto waktu itu yang terfokus pada industrialisasi selain juga pada pembangunan sektor pertanian. Untuk pembangunan industri, pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan substitusi impor dengan proteksi yang besar terhadap industri domestik. Dengan luas pasar domestik yang sangat besar karena penduduk Indonesia yang sangat banyak, tentu kebijakan proteksi tersebut merangsang kehadiran PMA. Dan memang PMA yang masuk ke Indonesia terpusat di sektor industri commit to user 52 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id manufaktur. Baru pada awal dekade 80-an, kebijakan substitusi impor dirubah secara bertahap ke kebijakan promosi ekspor. Pemerosotan Daya Tarik Indonesia Sejak krisis 1997 hingga sekarang pertumbuhan arus masuk PMA ke Indonesia masih relatif lambat jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang juga terkena krisis yang sama seperti Thailand, Korea Selatan dan Filipina. Bahkan hingga tahun 2001 arus masuk net PMA ke Indonesia negatif dalam jumlah dollar yang tidak kecil, dan setelah itu kembali positif terkecuali tahun 2003. Arus masuk net negatif itu disebabkan banyak PMA yang menarik diri atau pindah lokasi ke negara-negara tetangga. Bahkan Indonesia sampai sekarang tidak termasuk lokasi tujuan penting bagi MNCs (atau TNCs). Laporan dari UNCTAD tahun 2006 menunjukkan bahwa dari Asia Tenggara dan Timur, hanya Singapura, China (termasuk Hong Kong), Taiwan, Malaysia, Jepang dan Korea Selatan yang masuk di dalam daftar tujuan penting bagi TNCs terbesar di dunia. Juga untuk TNCs terbesar dari kelompok negara-negara berkembang, negara-negara Asia Tenggara dan Timur ini termasuk lokasi penting (Tabel 4). Lebih parah lagi, menurut laporan yang sama, Indonesia termasuk negara dengan kinerja dan potensi PMA yang rendah. 8. Peranan Penanaman Modal Asing Bagi Negara Sedang Berkembang Secara garis besar, penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi negara sedang berkembang dapat diperinci menjadi lima[5]. Pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi negara-negara sedang berkembang yang commit to user 53 tidak mampu memulai perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya modal asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya. Selama ini investor domestik di negara sedang berkembang yang enggan melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, maka hadirnya investor asing akan sangat mendukung merintis usaha dibidang-bidang tersebut. Adanya pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru, pemanfaatan sumber-sumber baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan membuka kecenderungan baru yaitu meningkatkan lapangan kerja. Sehingga tekanan pendudukan pada tanah pertanian berkurang dan pengangguran dapat diatasi. Inilah keuntungan sosial yang diperoleh adanya kehadiran investor asing. Adanya transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi terampil, sehingga meningkatkan marginal produktifitasnya, akhirnya akan meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional. Dengan demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Melalui modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal asing mendorong pengusaha setempat untuk bekerjasama. Modal asing juga membantu mengurangi problem neraca pembayaran dan tingkat inflasi, sehingga akan memperkuat sektor usaha negara dan swasta domestik negara tuan rumah. Penanaman modal asing di Indonesia tidak terlepas dari cita-cita hukum ekonomi Indonesia yaitu menggagas dan menyiapkan konsep hukum tentang kehidupan ekonomi. Kehidupan ekonomi yang diharapkan adalah kehidupan ekonomi berbangsa dan bernegara yang rakyatnya commit to user 54 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memiliki kesejahteraan dalam keadilan sosial, sebagaimana yang dicitacitakan Pancasila.[6] Dan Indonesia sebagai negara berdaulat sekaligus sebagai negara berkembang mempunyai pola tertentu terhadap konsep hukum dalam kegiatan ekonomi, meliputi konsep pencapaian masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Konsep ekonomi kekeluargaan yang Pancasilais, konsep ekonomi kerakyatan untuk membela kepentingan rakyat. Oleh karena itu, peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga perkembangan kehidupan ekonomi sesuai dengan konsep hukum dalam kegiatan ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi Indonesia. Dan untuk mendukung investasi di Indonesia maka perlu pembentukan hukum ekonomi dengan perangkat peraturan membutuhkan kajian yang bersifat komprehensif dan pendekatan secara makro dengan informasi yang akurat demi multidisipliner dari berbagai aspek antara lain : a. Ekonomi dan social b. Sosiologis dan budaya c. Kebutuhan-kebutuhan dasar dan pembangunan d. Praktis dan operasional dan kebutuhan ke depan e. Moral dan etika bisnis yang berlaku dalam konsep kelayakan dan kepatutan dalam kehidupan manusia dan kemanusiaan yang beradab. 9. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing Pilihan investor asing untuk menanamkan investasinya dalam bentuk penanaman modal asing langsung dibanding modal lainnya di suatu Negara dipengaruhi oleh kondisi dari negara penerima penanaman modal asing (pull factor) yang dapat terdiri dari kondisi pasar, sumber daya, daya saing, kebijakan yang terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan penanaman modal asing itu sendiri. Selain itu juga kondisi dan strategi dari penanam modal asing (push factor) dari investor. Dengan adanya perubahan global pendekatan penanaman modal asing yang dilakukan oleh negara industri maju berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh negara berkembang yang besar. Negara commit to user 55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id industri maju lebih mempertimbangkan kebijakan pemerintah yang transparan serta dukungan infrastruktur. Sementara itu, aliran penanaman modal asing langsung dari negara berkembang yang besar masih tergantung pada determinan tradisional seperti market size, tingkat pendapatan, ketrampilan tenaga kerja (labour skill), infrastruktur dan sumber-sumber lainnya yang dapat memfasilitasi spesialisasi produksi yang efisien, serta stabilitas politik dan ekonomi yang terjaga. Disamping itu insentif untuk investasi dalam bentuk kebijakan selektif pemerintah (misalnya keringanan pajak dan penghapusan hambatan untuk masuk) diperkirakan dapat memengaruhi aliran penanaman modal asing baik secara langsung maupun tidak langsung (Kurniati, 2007). 10. Pengertian Investasi Menurut Budiono (1981: 40) investasi adalah pengeluaran dari sektor produsen (swasta untuk pembelian barang-barang atau jasa untuk menambah stok barang dan perluasan perusahaan. Sedangkan Soediyono (1985: 180) berpendapat bahwa investasi adalah investasi menurut ekonomi makro biasa diartikan pengeluaran masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru. Definisi secara agregat, investasi meliputi: a. Seluruh nilai pembelian pengusaha atas barang-barang modal dan pembelajaran untuk mendirikan industri. b. Pengeluaran-pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumahrumah, tempat tinggal. c. Pertambahan dalam nilai-nilai stok barang-barang perusahaan berupa bahan mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang jadi. Investasi (Penanaman Modal) adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi atau pembentukan modal commit to user 56 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Investasi merupakan tambahan stok barang modal tahan lama yang akan memperbesar peluang produksi di masa mendatang. Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut. Pengertian modal asing dalam Undang-undang ini ialah: a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Pemerintah Indonesia, digunakan yang untuk dengan persetujuan pembiayaan perusahaan diIndonesia. b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan,yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia. c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang ini diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia. Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. 11. Investasi (Penanaman Modal) Sering terdapat kekeliruan dalam masyarakat berkaitan dengan istilah investasi. Suatu bank perdagangan, misalnya, membeli saham-saham perusahaan di pasaran saham. Tindakan ini dapat dipandang sebagai investasi. Begitu juga seseorang yang menggunakan tabungannya commit to user 57 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk membeli saham perusahaan atau tanah selalu dikatakan sebagai “melakukan investasi”. Dalam analisis makroekonomi tindakan individu atau bank tersebut membeli saham tidak dipandang sebagai investasi. Untuk menghindari kekeliruan ini, sebagai langkah pertama dalam membahas investasi, terlebih dahulu akan diterangkan dengan secara agak terperinci arti dan pengertian tersebut. Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat agregat. Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah haus dan perlu didepresiasikan. Dalam prakteknya; dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran/perbelanjaan yang berikut: i. Pembelian berbagai jenis barang modal, yang mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. ii. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya. iii. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional. Jumlah dari ketiga-tiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang commit to user 58 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id modal yang telah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapat investasi neto. Perbedaan arti investasi neto dan bruto ini sudah diterangkan dalam Bab Dua, yaitu depresiasi. a. Fungsi Investasi Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i) ia sejajar dengan sumbu datar, atau (ii) bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makroekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi. Mengapakah dalam analisis makroekonomi yang diperhatikan adalah investasi otonomi? Untuk memperoleh jawabannya terlebih dahulu perlu didefinisikan investasi otonomi. Investasi otonom berarti pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional. Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Berdasarkan kepada pandangan ini maka kurva investasi berbentuk sejajar dengan sumbu datar, yaitu seperti yang digambarkan oleh kurva I0, I1 dan I2 dalam Gambar 2.3. commit to user 59 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.3 Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga Analisis makroekonomi tidaklah mengabaikan penaruh tingkat pendapatan nasional kepada investasi. Tetapi ahli-ahli ekonomi menganggap bahwa faktor itu bukanlah faktor yang paling penting yang menentukan tingkat investasi. Uraian yang berikut akan menerangkan beberapa faktor penting yang menentukan investasi. Investasi terutama ditentukan oleh tingkat bunga. Apabila tingkat bunga tinggi, jumlah investasi akan berkurang, sebaliknya tingkat bunga yang rendah akan mendorong lebih banyak investasi. Akibat dari perubahan tingkat bunga kepada investasi digambarkan oleh kurva I, dan I2. Misalkan apabila tingkat bunga adalah r 0 jumlah investasi adalah I0. Seterusnya misalkan tingkat bunga turun ke r 2, ini akan menyebabkan pertambahan investasi, misalnya menjadi I2. sebaliknya apabila tingkat bunga naik menjadi r1, akan terjadi kemerosotan investasi, yaitu menjadi I1. b. Penentu Penentu Tingkat Investasi Berbeda (rumahtangga), dengan yang yang dilakukan membelanjakan oleh bahagian para konsumen terbesar dari pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan, penanam-penanam modal melakukan investasi bukan untuk commit to user 60 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh pengusaha. Disamping oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung, terdapat beberapa faktor lain yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah: i. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh. ii. Tingkat bunga. iii. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan. iv. Kemajuan teknologi. v. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. vi. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan. Bagaimana berbagai faktor di atas akan mempengaruhi kegiatan investasi dibicarakan dalam uraian-uraian berikut. c. Investasi, Keuntungan Dan Tingkat Bunga Walaupun faktor-faktor penting yang menentukan jumlah investasi para pengusaha terdiri dari enam faktor di atas, dua di antaranya mempunyai kesanggupan untuk menerangkan mengenai sebab-sebabnya perubahan tingkat investasi yang lebih penting dari faktor-faktor lainnya. Faktor tersebut adalah tingkat keuntungan yang diramalkan dan tingkat bunag. Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang kelihatannya mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan, dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan. Sedangkan tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanaman modalnya commit to user 61 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id itu, yang persentasi keuntungan neto (tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang dipoeroleh, lebih besar dari tingkat bunga. Oleh sebab itu dalam analisis makroekonomi, analisis mengenai investasi lebih ditekankan kepada menunjukkan peranan tingkat bunga dalam menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan tingkat bunga ke atas investasi dan pendapatan nasional. Walaupun seorang pengusaha memiliki tabungan yang cukup, dan oleh karenanya tidak perlu meminjam dari suatu lembaga keuangan untuk membiayai investasi yang ingin dilaksanakan, hal itu belumlah merupakan syarat yang cukup bagi terciptanya kegiatan investasi. Pengusaha tersebut menggunakan tabungannya, mempunyai dua pilihan dalam meminjamkan/membungakan uang tersebut atau menggunakannya untuk investasi. Di dalam keadaan di mana pendapatan yang akan diperolehnya adalah lebih kecil dari tingkat bunga, adalah lebih baik bagi pengusaha tersebut untuk membungakan uangnya dan membatalkan maksudnya untuk melakukan investasi. Kalau ia harus meminjam uang dari sebuah lembaga keuangan, pengusaha itu harus bertindak dengan lebih berhati-hati lagi. Investasi yang direncanakannya akan dilaksanakan hanya apabila tingkat keuntungan yang akan diperolehnya adalah lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayarnya. Hanya dalam keadaan seperti itu pengusaha tersebut akan memperoleh keuntungan dari usahanya. d. Tingkat Pengembalian Modal Pendapatan yang diterima dari sesuatu kegiatan menanam modal biasanya akan diterima dalam beberapa tahun. Mungkin dalam dua tahun pertama keuntungan belum diperoleh , dan baru semenjak tahun ketiga hasil penjualan melebihi perbelanjaan. Seterusnya, walaupun keuntungan dalam tahun ketiga adalah sama dengan pada tahun keenam (misalnya jumlahnya adalah lima juta rupiah), dari segi pandangan perusahaan nilai keuntungan sebenarnya adalah berbeda. commit to user 62 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Keuntungan di tahun ketiga adalah lebih bernilai dari keuntungan di tahun keenam, oleh karena nilai sekarang dari keuntungan tersebut berbeda. Menghitung nilai sekarang dari pendapatan yang diperoleh di masa depan atau menghitung tingkat pengembalian modal (keuntungan) merupakan cara yang digunakan perusahaan-perusahaan untuk menilai kesesuain dari sesuatu investasi yang akan dilakukan. Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan. Nilai sekarang pendapatan di masa depan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: Y Y Y …… Yn n Dalam persamaan di atas: i. NS adalah nilai sekarang pendapatan yang diperoleh di antara tahun 1 sehingga tahun n, apabila dimisalkan investasi tersebut didepresiasikan pada tahun n. ii. Y1,Y2 … Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh perusahaan antara tahun 1 hingga tahun n. iii. R r adalah tingkat bunga. Dengan memisalkan nilai sekarang modal yang diinvestasikan adalah M, penanaman modal tersebut dikatakan menguntungkan apabila NS lebih besar dari M. Cara lain untuk menentukan apakah sesuatu investasi merupakan kegiatan yang menguntungkan atau merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat pengembalian modal dari investasi tersebut. Tingkat pengembalian modal dinyatakan dalam persen, dan ia menggambarkan tingkat keuntungan per tahun dari modal yang diinvestasikan. Untuk menghitung tingkat pengembalian modal digunakan formula di bawh ini: commit to user 63 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Y Y Y Dalam persamaan tersebut: Yn n i. M adalah nilai modal yang diinvestasikan. ii. Y1, Y2, Y3 hingga Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh dari tahun 1 hingga ke tahun n. iii. R r adalag tingkat pengembalian modal. Dalam persamaan di atas nilai yang akn dihitung adalah R karena M dan Y1 hingga Yn sudah diketahui nilainya. Sesuatu investasi dipandang menguntungkan apabila nilai R lebih besar daripada tingkat bunga. e. Efisiensi Modal Marginal Di dalam suatu waktu tertentu, misalnya dalam tempo setahun, dalam perekonomian akan terdapat banyak individu dan perusahaan yang mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Berbagai proyek investasi ini mempunyai tingkat pengembalian modal yang berbeda, yaitu sebahagian dari proyek investasi itu akan menghasilkan keutungan yang tinggi, dan ada proyek investasi itu akan menghasilkan keuntungan yang tinggi, dan ada proyek keuntungannya rendah. Berdasarkan kepada jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengembalian modal yang diramalkan akan diperoleh, analisis makroekonomi membentuk suatu kurva yang dinamakan efisiensi modal marginal (maginal efficiency of capital). Berdasarkan kepada hal-hal yang dihubungkannya efisiensi modal marginal dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan hubungan di antara tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan diinvestasikan. commit to user 64 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.4 Efisiensi Modal Marginal Untuk memperjelas arti konsep efisiensi modal marginal, dalam Gambar 2.4. ditunjukkan satu contoh dari kurva efisiensi modal marginal (MEI). Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modaldan sumbu datar menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada kurva MEI ditunjukkan tiga buah titik: A,B DAN C. titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0 dan investasi adalah I0. Ini berarti titik A menggamberkan bahwa dalam perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R 0 atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi dengan tingkat pengembalian modal R 1atau lebih, dan modal yang diperlukan adalah I1. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih, diperlukan modal sebanyak I 2. commit to user 65 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id f. Tingkat Bunga Dan Tingkat Investasi Mengetahui Mei saja belumlah mencukupi untuk memperoleh jawaban ke atas persoalan: berapakah tingkat investasi yang akan dilakukan dalam ekonomi? Para penanam modal harus pula mempertimbangkan tingkat bunga. Apabila tingkat bunga lebih tinggi dari tingkat pengembalian modal, investasi yang direncanakan tidak menguntungkan, oleh sebab itu rencana perusahaan untuk melakukan investasi akan dibatalkan. Kegiatan investasi hanya akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan tingkat bunga. Dengan demikian, untuk menentukan besarnya investsi yang harus dilakukan kita perlu menghubungkan kurva MEI dengan tingkat bunga, yaitu seperti yang terdapat dalam Gambar 2.5. Pada tingkat bunga sebesar r0 terdapat investasi bernilai I0 yang mempunyai tingkat pengembalian modal sebanyak r0 atau lebih. Maka pada tingkat bunga sebanyak r0, investasi yang akan dilakukan perusahaan adalah I0. apablia tingkat bunga adalah r1 diperlukan modal sebanyak I1 untuk mewujudkan investasi yang mempunyai tingkat pengembalian modal r1 atau lebih. Dengan demikian pada tingkat bunga sebanyak r1 investasi yang akan dilakukan adalah sebanyak I1. commit to user 66 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.5 Tingkat Bunga dan Tingkat Investasi g. Pendapatan Nasional Dalam kebanyakan analisis mengenai penentuan pendapatan nasional pada umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha adalah berbentuk investasi otonomi. Walau bagaimanapun, pengaruh pendapatan nasional kepada investasi toleh diabaikan. Perlulah disadari bahwa tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan lebih banyak investasi. Dengan perkataan lain, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Apabila dimisalkan ciri-ciri perkaitan di antara investasi dan pendapatan nasional adalah seperti yang dinyatakan ini, fungsi investasinya adalah seperti yang ditunjukkan oleh fungsi Ii dalam Gambar 2.6. Gambar commit to user 67 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi pula tingkat investasi. Sebagai contoh, kenaikan pendapatan nasional dari Y 0 menjadi Y 1 menyebabkan investasi naik dari I0 menjadi I1. Investasi yang bercorak demikian dinamakan investasi terpengaruh atau induced investment. Gambar 2.6 Investasi Terpengaruh 12. Landasan Teori Investasi Dalam analisis teori neoklasik tradisional dan teori pertumbuhan endogen, penanaman modal asing (PMA) mempunyai peranan yang positif bagi negara berkembang. Dengan adanya investasi asing, maka diharapkan dapat mengisi kesenjangan antara persediaan tabungan, cadangan devisa, penerimaan pemerintah dan keahlian manajerial yang terdapat di negara penerimanya dengan tingkat persediaan yang dibutuhkan untuk mencapai target-target pertumbuhan dan pembangunan. Model pertumbuhan Harrod-Domar mengungkapkan adanya suatu bentuk hubungan langsung antara tingkat tabungan neto suatu negara (s) dengan tingkat pertumbuhan outputnya (g) dengan persamaan g = s/k dimana k adalah rasio modal-output. Jika pertumbuhan output nasional (g) commit to user 68 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ditargetkan sebesar 7 persen per tahun dan rasio modal-output sama dengan 3, maka tingkat tabungan yang dibutuhkan negara tersebut adalah sebesar 21 persen yang diperoleh dari persamaan s=gk. Tetapi jika jumlah tabungan domestik yang dapat dimobilisasi hanya 16 persen dari GDP, maka terdapat kesenjangan tabungan (saving gap) sebesar 5 persen. Negara tersebut dapat mengisi kesenjangan tabungan dengan sumbersumber finansial dari luar negeri agar dapat mencapai sasaran pertumbuhannya (Todaro dan Smith, 2006). Pos pendapatan nasional membagi Produk Domestik Bruto (Gross Domestik Product) menjadi empat kelompok pengeluaran dan investasi merupakan salah satu komponennya. Produk Domestik Bruto merupakan penjumlahan dari keempat komponen yang dituliskan dengan persamaan : Y = C + I + G + NX Dimana : Y = Pendapatan nasional C = Konsumsi I = Investasi G = Belanja pemerintah NX = Ekspor netto Persamaan ini disebut persamaan pos pendapatan nasional (national income accounts identity). commit to user 69 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber : Mankiw, 2006 Gambar 2.7 Hubungan investasi dan pertumbuhan ekonomi Gambar 2.7 menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan investasi yang dapat dituliskan dalam fungsi investasi dengan persamaan sebagai berikut : I = I(r) Tingkat bunga merupakan biaya dari investasi, maka penurunan suku bunga dari r1 ke r2 akan meningkatkan jumlah investasi, dengan demikian slope fungsi investasi negatif yang ditunjukkan oleh grafik panel a. Pada Keynessian cross peningkatan investasi yang terjadi menggeser fungsi pengeluaran yang direncanakan (E1) keatas dari E1 ke E2. Pergeseran fungsi pengeluaran akan meningkatkan pendapatan (output) dari Y1 ke Y2. Penurunan tingkat bunga akan menaikkan investasi yang kemudian berdampak pada kenaikan output (pendapatan). Kurva IS menghubungkan tingkat bunga dengan pendapatan yang berasal dari fungsi investasi dan Keynessian cross. Semakin rendah tingkat bunga akan mendorong peningkatan investasi, selanjutnya akan menyebabkan meningkatnya pendapatan yang juga berarti terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jadi adanya peningkatan investasi di commit to user 70 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id suatu negara akan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pengeluaran untuk konsumsi barang bertujuan untuk menyediakan kebutuhan rumah tangga pada saat sekarang, sedangkan pengeluaran untuk barang investasi bertujuan untuk meningkatkan standar hidup di tahuntahun yang akan datang. Tetapi belanja investasi ini mempunyai peran yang penting tidak hanya pada jangka panjang saja, namun juga pada siklus bisnis jangka pendek karena investasi merupakan unsur dari GDP yang paling sering berubah. Ada tiga jenis pengeluaran investasi yaitu investasi tetap bisnis (business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses produksi. Investasi residensial (residential investment) mencakup rumah baru yang dibeli orang untuk tempat tinggal dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. Investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang–barang yang disimpan perusahaan digudang termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dalam proses dan barang setengah jadi (Mankiw, 2006). 13. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi, antara lain: v Perubahan fungsi produksi Perubahan fungsi produksi dapat terjadi karena perubahan teknologi. Perubahan teknologi akan mempengaruhi permintaan investasi jika teknologi tersebut mengubah komposisi atau proporsi barang-barang kapital yang diinginkan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. v Perubahan tingkat harga Perubahan tingkat harga akan mendorong terjadinya pergeseran baik di dalam komposisi atau sejalan dengan suatu tingkat output tertentu yang akan dihasilkan. Mungkin sangat bermanfaat untuk memikirkan harga relatif yang diakibatkan oleh kondisi penawaran, sehingga jika commit to user 71 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id individu menawarkan tenaga kerja lebih sedikit, upah untuk tenaga kerja seperti ini akan berubah. v Peranan tingkat bunga Pada umumnya tingkat bunga yang rendah dapat mendorong meningkatnya permintaan barang-barang kapital tahan lama memerlukan input saat ini untuk menghasilkan output di masa depan. Tingkat bunga yang tinggi sebaliknya akan mengalami permintaan kapital yang lebih pendek umurnya dan lebih rendah kapital output rasionya. v Resiko Pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi resiko yang dihadapi oleh para investor. Usaha pemerintah akan lebih baik apabila perilaku investasi dilakukan sendiri daripada memberikan subsidi tetap atau prioritas asuransi untuk mendorong investasi swasta. v Perubahan permintaan Perubahan komposisi permintaan output akan mengakibatkan perubahan komposisi stok kapital, kecuali proses penyesuaiannya tidak lebih cepat dari usangnya kapital yang ada. Porsi penyusutan yang diterapkan menunjukkan dimasukkannya dampak perubahan komposisi permintaan yang diakibatkan karena usangnya kapital. (Iswardono, 1999;36-40) 14. Penentu-Penentu Investasi Yang Direncanakan Penentu-penentu investasi yang direncanakan, antara lain: v Tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan atas suatu pinjaman yang dinyatakan sebagai persentase pinjaman, besarnya sama dengan jumlah bunga yang diterima per tahun dibagi jumlah pinjaman. v Harapan dan suasana hati investor Optimisme atau pesimisme dari para wiraswastawan tentang perjalanan perekonomian di masa mendatang berdampak penting terhadap investasi yang direncanakan saat ini. commit to user 72 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id v Tingkat pemanfaatan modal Perusahaan cenderung melakukan investasi lebih sedikit dalam modal baru ketika tingkat pemanfaatan modal mereka rendah dibandingkan ketika tingkat pemanfaatan modal tinggi. v Biaya modal dan tenaga kerja relatif Biaya modal (yang komponen utamanya adalah tingkat suku bunga) relatif terhadap biaya tenaga kerja dapat mempengaruhi investasi yang direncanakan. Jika tenaga kerja mahal relatif terhadap modal (tarif upah tinggi) perusahaan cenderung beralih dari tenaga kerja ke modal. (Case dan Fair, 1999; 190-191) 15. Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Investasi di Suatu Negara Beberapa faktor yang mempengaruhi iklim investasi di suatu negara: v Kepastian Investasi Faktor kepastian investasi didefinisikan sebagai derajat jaminan keamanan, prospek keuntungan, dan kemungkinan berkembanya investasi yang ditanam sesuai dengan perkiraan dalam studi awal proposal usaha. Peran pemerintah dalam faktor ini sebaiknya terbatas pada tingkat kebijakan, yang harus selalu berpihak pada kepentingan semua pihak, dan kebijakan itu seharusnya berkesinambungan sehingga tercipta suatu kepastian pada dunia usaha. v Kemampuan Berkembang Hal lain yang selalu menjadi pertimbangan investor adalah tersedianya kesempatan untuk mengembangkan usahanya secara optimal di negara tersebut. Ada dua media penunjang faktor di atas, yaitu tersedianya infrastruktur yang handal (seperti listrik, telekomunikasi, air bersih, dan jalan raya) dan sumber daya manusia yang berkualitas yang siap untuk mendukung jenis investasi yang diminati oleh investor asing. v Dukungan masyarakat dan pemerintah setempat Dengan syarat otonomi daerah sudah dijalankan, seharusnya pemerintah daerah secara proaktif melakukan kegiatan pembangunan kemasyarakatan (community development) di daerah tempat usaha para commit to user 73 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id investor itu. Ini untuk secara perlahan dan fundamental mengurangi jurang kesenjangan ekonomi dan pendapatan masyarakat sekitar dengan para pekerja di perusahaan bersangkutan. (www.geocities.com/winuadi/articles.htm) 16. Sebab-Sebab Kurangnya Investasi di Indonesia Tingkat inflasi yang terus menurun dan nilai tukar rupiah cenderung semakin menguat mendorong penurunan suku bunga. Lambatnya pemulihan tingkat kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia berkaitan dengan tingginya tingkat resiko usaha di dalam negeri. Tingginya tingkat resiko ini terutama berkaitan dengan hal-hal nonekonomi, seperti lemahnya prasarana dan penegak hukum serta pengelolaan dunia usaha dan pemerintahan yang tidak transparan. Selain itu, perkembangan di dalam negeri yang masih rawan terhadap gejolak sosial, politik, dan keamanan ikut meningkatkan resiko usaha di Indonesia. Kebijakan pemerintah di negara-negara berkembang meliputi plafon harga, kontrol impor, dan kecocokan seketika dari property swasta cenderung menghambat investasi. Adapun upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menarik investor asing dengan cara melakukan beberapa deregulasi dan debirokratisasi berupa kemudahan perizinan dan keleluasaan kepada investor serta insentif perpajakan (tax holiday). Upaya-upaya tersebut ditujukan untuk memperbaiki iklim usaha di dalam negeri sehingga menarik investor asing dan dalam negeri untuk menanamkan modalnya. (Case dan Fair, 1999; 190-191) 17. Penentu Tabungan Dan Investasi Tiga hal akan dibicarakan dalam bagian ini, yaitu (i) pandangan Keynes mengenai penetuan tingkat tabungan dan investasi, (ii) perbandingan pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik dan Keynes, dan (iii) pandangan Keynes mengenai penentuan tingkat upah. commit to user 74 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Pandangan Keynes Keynes tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik yang menyatakan bahwa tingkat tabungan maupun tingkat invesyasi sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga, dan perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumahtangga bukan tergantung kepada tinggi rendahnya tingkat bunga. Ia terutama tergantung kepada besar kecilnya tingkat pendapatan rumahtangga itu. Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh sesuatu rumahtangga, makin besar pula jumlah tabungan yang akan dilakukan olehnya. Apabila jumlah pendapatan rumahtangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti ke atas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumahtangga itu. Ini berarti menurut pendapat Keynes, jumlah pendapatan yang diterima rumahtangga dan bukan tingkat bunga yang menjadi penentu utama dari jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumahtangga. Disamping itu Keynes tidak yakin bahwa jumlah investasi yang dilakukan para pengusaha sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga . Keynes tetap mengakui bahwa tingkat bunga memegang peranan yang cukup menentukan di dalam pertimbangan para pengusaha melakukan investasi. Tetapi disamping faktor itu terdapat beberapa faktor penting lainnya, seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan perkembangannya di masa depan, dan luasnya perkembangan teknologi yang berlaku. Apabila tingkat kegiatan ekonomi pada masa kini adalah menggalakkan dan di masa depan diramalkan perekonomian akan tumbuh dengan cepat, maka walaupun tingkat bunga adalah tinggi, para pengusaha akan melakukan banyak investasi. Sebaliknya, walaupun tingkat bunga rendah, investasi tidak akan commit to user 75 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id banyak dilakukan apabila barang-barang modal yang terdapat dalam perekonomian digunakan pada tingkat yang jauh lebih rendah dari kemampuannya yang maksimal. Berdasarkan kepada keyakinan Keynes bahwa tingkat bunga tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam menetukan tabungan dan bukan satu-satunya faktor yang menentukan investasi, maka Keynes tidak sependapat dengan ahli-ahli ekonomi Klasik yang berkeyakinan bahwa fleksibilitas tingkat bunga akan selalu menjamin berlakunya kesaman di antara jumlah tabungan pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dengan jumlah investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Menurut pendapat Keynes, pada umumnya investasi yang dilakukan oleh para pengusaha adalah lebih kecil dari jumlah tabungan yang dilakukan rumahtangga pada waktu dicapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Oleh karenanya permintaa agregat dalam perekonomian adalah lebih rendah dari produksi barang barang dan jasa jasa pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan dalam permintaan agregat ini akan menimbulkan pengangguran dalam perekonomian. b. Perbandingan Pandangan Klasik Dan Keynes Perbedaan pendapat Kalsik dan Keynes mengenai penentuan tingkat tabungan dalam masyarakat dapat dengan lebih jelas dilihat dengan menggunakan Gambar 3.6. Seperti telah diterangkan menurut ahli-ahli ekonomi Klasik, jumlah tabungan ditentukan oleh tingkat bunga. Oleh karena perekonomian selalu mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, jumlah tabungan yang diwujudkan adalah pada ketika perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Gambar 3.6 (a) menunjukkan: (i) apabila tingkat bunga adalah r0 jumlah tabungan adalah S0 dan (ii) apabila tingkat bunga adalah r1 jumlah tabungan adalah S1. Dengan demikiam grafik (a) menunjukkan pandangan Klasik yang menyatakan makin tinggi tingkat bunga makin banyak tabungan yang akan dilakukan masyarakat. Sebelum ini commit to user 76 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id analisis dengan menggunakan Gambar 3.3 telah menerangkan bahwa fleksibilitas tingkat bunga akan selalu menyebabkan kesamaan di antara jumlah investasi dan jumlah tabungan pada ketika tingkat penggunan tenaga kerja penuh dicapai. Grafik (b) menerangkan pandangan Keynes mengenai penentuan tabungan masyarakat. Kurva S adalah fungsi tabungan, yaitu suatu garis yang menggambarkan hubungan di antara jumlah tabunganb dan pendapatan nasional. Kurva S bermula dari nilai tabungan negatif, dan S bentuknya menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva S tersebut menggambarkan sifat tabungan masyarakat yang berikut: Gambar 2.8 Pandangan Klasik dan Keynes Mengenai Penentu Tabungan Apabila tingkat pendapatan nasional rendah, tabungan masyarakat negative. Keadaan ini berarti masyarakat menggunakan tabungan di masa lalu untuk membiayai hidupnya. Baru setelah pendapatan nasional melebihi Y 0 masyarakat menabung sebagian dari pendapatannya. i. Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak tabungan masyarakat. Apabila pendapatan nasional adalah Y 1 tabungan commit to user 77 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adalah S 1 dan apabila pendapatan nasional YF jumlah tabungan adalah SF. Untuk menerangkan perbedaan pandangan Klasik dan Keynes misalkan perekonomian mencapai penggunaan tenaga kerja penuh pada pendapatan nasional sebesar YF. Maka, menurut Keynes tabungan adalah SF. Ini berarti pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh jumlah tabungan adalah tetap sebanyak SF. Jumlah ini tidak mengalamu perubahan walaupun terjadi kenaikan ataupun penurunan yang besar dalam tingkat bunga. Untuk mencapai penggunaan tenaga kerja penuh investasi perusahaan harus mencapai SF. Akan tetapi menurut Keynes SF sering kali lebih besar dari investasi perusahaan yang sebenarnya, maka perekonomian tidak mencapai penggunaan tenaga kerja penuh. c. Tingkat Upah Dan Tingkat Kegiatan Ekonomi Negara Seperti telah diterangkan, di dalam analis Klasik diyakini bahwa tingkat upah dapat mengalami perubahan-perubahan dan inui merupakan faktor lain yang akan menjamin tercapainya tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Keynes juga mengkritik pendapat ini dan selanjutnya menunjukkan bahwa, dari sudut kenyataan yang terdapat dalam masyarakat dan dari sudur teori, pendapat itu tidak benar. Kalau dibandingkan pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik itu dengan kenyataan yang sebenarnya wujud dalam suatu perekonomian modern, akan dapat dilihat bahwa tingkat upah tidak mudah mengalami penurunan. Sebagai akibatnya penganggurabn menjadi lebih sukar untuk dihapuskan. Dalam perekonomian modern terdapat persatuan-persatuan pekerja yang selalu mempertahankan dan memperjuangkan perbaikan nasib para pekerja. Usaha ini termasuklah menjaga agar para pekerja diberi upah yang wajar. Persatuan pekerja akan selalu menentang setiap usaha untuk menurunkan tingkat upah commit to user 78 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang dibayarkan kepada para pekerja. Kekuasaan ini menyebabkan tingkat upah tidak mudah untuk diturunkan. Secara teori Keynes menunjukkan pula kelemahan pandangan yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi Klasik meneganai peranan dari penurunan tingkat upah di dalam menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh. Menurut Keynes, walaupun tingkat upah dapat mengalami penurunan seperti yang digambarkan dalam Gambar 3.5, tetapi gambaran itu adalah kurang sempurna. Kelemahan dari gambaran itu bersumber dari penggunaan analisis keseimbangan sebagian atau partial equilibrium analysis di dalam menganalis sesuatu masalah makroekonomi. Menurut Keynes, dalam mempelajari dan menganalisis masalah pengangguran dalam keseluruhan ekonomi, pemisalan bahwa “keadaan-keadaan lainnya tidak berubah” atau “ceteris paribus” tidak boleh digunakan. Pemisalan seperti itu digunakan oleh ahli-ahli ekonomi Klasik dalam menerangkan akibat dari penurunan upah kepada penggunaan tenaga kerja. Analisis itu menganggap bahwa apabila upah turun, maka penurunan itu tidak mempengaruhi kurva produk marginal. Yang sebenarnya terjadi bukanlah demikian. Apabila tingkat upah turun maka tingkat pendapatan akan menjadi bertambah rendah dan daya beli dalam masyarakat berkurang. Oleh sebab itu pengeluaran masyarakat akan menurun. Pengeluaran yang bertambah rendah ini akan menurunkan harga-harga, dan apabila keadaan itu terjadi, maka kurva DL yang digambarkan dalam Gambar 3.5 akan berpindah ke bawah. Perpindahan ini dapat mengaklibatkan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tidak dapat dicapai, yaitu apabila DL yang baru memotong SL’ jauh ke sebelah kiri dari E1 sehingga penggunaan tenaga kerja jauh di bawah N1. 18. Jenis-jenis Investasi Jenis investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan investasi portofolio (portofolio investment). Investasi luar commit to user 79 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id negeri langsung biasanya dianggap bentuk lain dari pemindahan modal yang dilakukan oleh perusahaan orang-orang dalam suatu negara dalam aktifitas ekonomi negara lain yang melibatkan beberapa bentuk partisipasi modal di bidang usaha yang mereka investasikan. Investasi langsung berarti perusahaan dari negara penanam modal secara de facto dan de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di negara penyimpan modal dengan cara investasi. Menurut Nindyo Pramono bahwa investasi langsung investor mengendalikan manajemen, biasanya dilakukan oleh perusahaan transnasional dan periode waktunya panjang karena menyangkut barangbarang. Modal investasi langsung lebih tertarik pada besar dan tingkat pertumbuhan pasar, tenaga kerja dan biaya produksi serta infrastruktur. Sedangkan pada investasi portofolio, investor hanya menyediakan modal keuangan dan tidak terlibat dalam manajemen. Investornya adalah investor institusional, bersifat jangka pendek dan mudah dilikuidasi dengan cara menjual saham yang dibeli[3]. Dari beberapa pandangan dan pengertian di atas terlihat bahwa investasi langsung adalah adanya keterlibatan langsung pihak investor terhadap investasi yang dilakukannya, baik dalam permodalan, pengokohan, dan pengawasan. Menurut Sidik Jatmika[4], kebaikan dari investasi langsung adalah tidak mendatangkan beban yang harus dibayar dalam bentuk bunga, deviden dan/atau pembayaran kembali, dapat mengkombinasikan keahlian, teknologi dan modal, dapat mengatasi masalah transfer uang, adanya penanaman kembali dari keuntungan investasi yang belum ada dan dapat menciptakan alih teknologi dan keterampilan. 19. Beberapa Kendala Investasi Hasil survei tahunan terhadap perusahaan-perusahaan di 131 negara dari World Economic Forum (2007) yang berpusat di Geneva (Swiss) untuk mendapatkan The Global Competitiveness permasalahan-permasalahan commit to user 80 utama Report yang 2007-2008 dihadapi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengusaha-pengusaha di Indonesia. Infrastruktur yang buruk (dalam arti kuantitas terbatas dan kualitas buruk) tetap pada peringkat pertama, dan birokrasi pemerintah yang tidak efisien pada peringkat kedua. Jika dalam survei tahun lalu keterbatasan akses keuangan tidak merupakan suatu problem serius, hasil survei tahun ini masalah itu berada di peringkat ketiga. Memang opini pribadi dari para pengusaha Indonesia yang masuk di dalam sampel survei mengenai buruknya infrastruktur di dalam negeri selama ini sejalan dengan kenyataan bahwa Indonesia selalu berada di peringkat rendah, bahkan terendah di dalam kelompok ASEAN. Indonesia berada di posisi 102, satu poin lebih rendah daripada Filipina. Jika dalam survei WEF selama beberapa tahun berturut-turut belakangan ini menempatkan Indonesia pada posisi sangat buruk untuk infrastruktur, ini berarti memang kondisi infrastruktur di dalam negeri sangat memprihatinkan. Padahal, salah satu penentu utama keberhasilan suatu negara untuk dapat bersaing di dalam era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini dan di masa depan adalah jumlah dan kualitas infrastruktur yang mencukupi. Buruknya infrastruktur dengan sendirinya meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya menurunkan daya saing harga dengan konsukwensi ekspor menurun. Konsukwensi lainnya adalah menurunnya niat investor asing (atau PMA) untuk membuka usaha di dalam negeri, dan ini pasti akan berdampak negatif terhadap produksi dan ekspor di dalam negeri. 20. Faktor-Faktor Pendorong Investasi Secara teoritis ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan mengapa investor-investor dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang yakni, The Product Cycle Theory dan The Industrial Organization Theory of Vertical Organization. The Product Cyrcle Theory[9] yang dikembangkan oleh Raymond Vermon ini menyatakan bahwa setiap teknologi atau produk berevolusi melalui tiga fase : Pertama fase permulaan atau inovasi, kedua fase perkembangan proses dan ketiga commit to user 81 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id fase standardisasi. Dalam setiap fase tersebut sebagai tipe perekonomian negara memiliki keuntungan komparatif (Comparative advantage). The Industrial Organization Theory of Vertical Integration[10] merupakan teori yang paling tepat untuk diterapkan pada new multinasionalism dan pada investasi yang terintegrasi secara vertikal. Pendekatan teori ini berawal dari penambahan biaya-biaya untuk melakukan bisnis diluar negeri (dengan investasi) harus mencakup biayabiaya lain yang harus dipikul lebih banyak daripada biaya yang diperuntukkan hanya untuk sekedar mengekspor dari pabrik-pabrik dalam negeri. Oleh karena itu perusahaan itu harus memiliki beberapa kompensasi atau keunggulan spesifik bagi perusahaan seperti keahlian teknis manajerial keadaan ekonomi yang memungkinkan adanya monopoli. Menurut teori ini, investasi dilakukan dengan cara integrasi secara vertikal yakni dengan penempatan beberapa tahapan produksi di beberapa lokasi yang berbeda-beda di seluruh dunia. Motivasi utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang rendah, manfaat pajak lokal dan lain-lain. Di samping itu motivasi yang lain adalah untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-perusahaan lain, artinya dengan investasinya di luar negeri ini berarti perusahaanperusahaan multinasional tersebut telah merintangi persaingan-persaingan dari negara lain sehingga monopoli dapat dipertahankan. Motif utama modal internasional baik yang bersifat investasi modal asing langsung (foreign direct investment) maupun investasi portofolio adalah untuk mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara sendiri melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sistem perpajakkan yang lebih menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik. Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor : Iklim investasi yang kondusif Prospek pengembangan di negara penerima modal. Dilihat dari kedua faktor di atas, maka tampaknya arus modal asing justru lebih banyak mengalir ke negara-negara maju daripada commit to user 82 perpustakaan.uns.ac.id ke digilib.uns.ac.id negara-negara berkembang. Aliran modal ke negara-negara berkembang masih dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut : 1). Tingkat perkembangan ekonomi negara penerima modal 2). Stabilitas politik yang memadai 3). Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan investor 4). Aliran modal cenderung mengalir ke negara-negara dengan tingkat pendapatan per kapita yang tinggi Adanya keengganan masuknya investasi asing dan adanya indikasi relokasi investasi ke negara lain disebabkan karena tidak kondusifnya iklim investasi di Indonesia dewasa ini. Menurut Rahmadi Supanca, berbagai faktor yang dituding menjadi penyebab dari terjadinya tidak kondusifnya iklim investasi yaitu : 1). Instabilitas Politik dan Keamanan 2). Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan 3). Pemahaman yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah serta belum lengkap dan jelasnya pedoman menyangkut tata cara pelaksanaan otonomi daerah 4). Kurangnya jaminan kepastian hokum 5). Lemahnya penegakkan hokum 6). Kurangnya jaminan/ perlindungan Investasi 7). Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan 8). Masih maraknya praktek KKN 9). Citra buruk Indonesia sebagai negara yang bangkrut, diambang disintegrasi dan tidak berjalannya hukum secara efektif makin memerosotkan daya saing Indonesia dalam menarik investor untuk melakukan kegiatannya di Indonesia. 10). Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia 21. Masalah Inflasi a. Sebab Sebab Inflasi Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Tingkat commit to user 83 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id inflasi (persentasi pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu period eke periode lainnya, dan berbed pula dari satu Negara ke Negara lain. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah - yaitu mencapai di bawah 4 - 6 persen. Tingkat inflasi yang modert mencapai di antara 5 - 10 persen. Inflasi yang serius dapat mencapai tingkat beberapa ratus atau beberapa ribu persen alam setahun. Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku diakibatkan oleh banyak faktor. Di negara-negara industri pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut: i. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan perusahaan untuk menghasilkan barang barang dan jasa jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, para pengusaha akan mencoba menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi. Kedua-dua kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga. ii. Pekerja pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Apabila para pengusaha mulai menghadapi kesukaran dalam mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-pekerja yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secarameluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikan harga-harga barang mereka. Kedua-dua masalah yang diterangkan di atas biasanya berlaku apabila perekonomian sudah mendekati tingkat pengguanaan tenaga kerja penuh. Dengan perkatan lain di dalam perekonomian yang sudah commit to user 84 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sangat maju, masalah inflasi sangat erat kaitannya dengan tingkat penggunaan tenaga kerja. Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari (i) kenaikan harga-harga barang yang diimpor, (ii) penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang, dan (iii) kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggungjawab. b. Akibat Buruk Inflasi Seperti pengangguran, inflasi juga menimbulkan beberapa akibat buruk kepda individu, masyarakat dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Oleh sebab itu masalah tersebut perlu dihindari. Salah satu akibat penting dari inflasi ialah ia cenderung menurunkan taraf kemakmuran segolongan besar masyarakat. Sebahagian besar pelakuvpelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang bergaji tetap. Inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja. Oleh sebab itu upah riil para pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami kemerosotan. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. c. Tingkat Inflasi Kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu waktu ke waktu lainnya tidak berlaku secara seragam. Kenaikan tersebut biasanya berlaku ke atas kebanyakan barang, tetapi tingkat kenaikannya berbeda. Ada yang tinggi persentasinya dan ada yang rendah. Disamping itu sebahagian barang tidak mengalami kenaikan. commit to user 85 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berlakunya tingkat perubahan harga yang berbeda tersebut menyebabkan indeks harga perlu dibentuk untuk menggambarkan tingkat perubahan harga-harga yang berlaku dalam sesuatau Negara. Untuk menukur tingkat inflasi, indeks harga yang selalu digunakan adalah indeks harga konsumen, yaitu indeks harga dari barang barang yang selalu digunakan para konsumen. Untuk membentuk indeks harga, tiga langkah perlu dilakukan: (i) memilih tahun dasar, yaitu tahun yang menjadi titik tolak dalam membandingkan perubahan harga, (ii) menentukan jenis-jenis barang perubahan harga-harganya akan diamati untuk membentuk indkes harga, dan (iii) menghitung indeks harga. Dalam Tabel 24.1 ditunjukkan suatu contoh sederhana untuk menghitung indkes harga. Dimisalkan tahun dasar adalah tahun 1980. Yang dihitung adalah indeks harga pada akhir tahun 1993. Dalam penghitungan tersebut dimisalkan 4 jenis barang digunakan untuk membentuk indeks harga konsumen, yaitu bearing A, B, C dan D. Disamping mengumpulkan data perubahan harga-harganya, harus pula ditentukan “weights” atau kepentingan relatif setiap kelompok barang dalam konsumsi masyarakat. Sebagai contoh misalkan kumpulan barang A sangat penting dalam masyarakat; pengeluarannya meliputi 50 persen dari pengeluaran keseluruhan masyarakat. Maka dalam contoh penghitungan kelompok barang A diberi weights sebanyak 50. Tahun dasar (1980) Kelompok barang Weights Tahun 1993 Harga Harga X Harga Harga X (rupiah) weights (rupiah) weights A 50 1.000 50.000 2.000 100.000 B 20 5.000 1000.000 11.000 220.000 C 5 5.000 25.000 16.000 80.000 D 25 3.000 75.000 8.000 200.000 100 250.000 commit to user 86 600.000 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dengan mengetahui nilai kepentingan relatif (weights) berbagai barang dan harga masing-masing kumpulan barang tersebut, dapatlah dihitung nilai harga X weights untuk 1980 dan 1993. Tabel 1.1 menunjukkan nilai tersebut adalah 250.000 pada tahun 1980, sedangkan untuk tahun 1993 nilainya adalah 600.000. Berdasarkan kepada kedua-dua angka tersebut indeks harga tahun 1993 dapat dihitung, yaitu: IH Indeks harga pada tahun dasar adalah 100. Dengan demikian di antara tahun 1980 dan 1993 harga telah meningkat sebanyak 140 persen. Tingkat inflasi terutama dimaksudkan untuk menggambarkan perubahan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, untuk menentukannya perlu diperhatikan data indeks harga konsumen dari suatu tahun dan seterusnya dibandingkan dengan indeks harga pada thaun lainnya. Meneruskan contoh di atas, misalkan dalam tahun 1994 indeks harga konsumen adalah 251. Berapakah tingkat inflasi dalam tahun 1994? Perhitungan di bawah ini menjawab pertanyaan tersebut 22. Inflasi Dan Implikasinya Seperti pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu dihadapi setiap perekonomian. Sampai di mana buruknya masalah ini berbeda di antara satu waktu ke waktu lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Tingkat inflasi, yang persentasi kecepatan kenaikan harga harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai di mana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang, inflasi yang commit to user 87 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id rendah tingkatnya dan dinamakan inflasi merayap - yaitu inflasi yang mencapai 2 sampai 4 persen, biasanya tidak dapat dielakkan. Sering sekali inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya mencapai 5 sampai 10 persen atau lebih sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang sangat tinggi, yaitu tingkatnya dapat mencapai beberapa ratus atau beberapa ribu persen. Kenaikan harga-harga seperti ini dinamakan inflasi hiper. Beberapa aspek yang berkaitan dengan inflasi akan diterangkan dalam bagian ini. Terlebih dahulu akan ditunjukkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi. Seterusnya akan dibicarakan berbagai akibat buruk dari inflasi. Sebagai penutup dari uraian mengenai inflasi akan diterangkan kurva Philips, yaitu suatu kurva yang menerangkan tentang perkaitan di antara inflasi dan pengangguran. 23. Landasan Teori Bagi Ikut Sertanya Beberapa Variabel Dalam Model a. Eclectic Theory John Dunning mengajukan kerangka dalam menelaah terjadinya arus PMA dari satu negara ke negara lain, yang dikenal dengan Eclectic Theory, dan ternyata masih relevan hingga kini. Terdapat tiga hal pokok yang harus dipenuhi agar terjadi aliran PMA. Syarat pertama, harus ada keunggulan kepemilikan (Ownership Advantage) dari perusahaan yang akan menanamkan modalnya. Keunggulan internal ini bersifat spesifik untuk tiap perusahaan dan diperlukan sebagai kompensasi menjadi perusahaan asing di negara lain. Keunggulan kepemilikan ini dapat berupa monopoli atas suatu produk atau merk tertentu, proses produksi yang lebih efisien, kealian manajemen, dan pengetahuan yang lebih mengenai pasar maupun teknik pemasaran. Selain itu terdapat pula faktor eksternal seperti tingginya upah, energi yang semakin mahal, keterbatasan sumber daya alam, ketatnya peraturan mengenai lingkungan di dalam negeri, semua commit to user 88 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ini mendorong suatu perusahaan untuk beroperasi di negara lain. Keuntungan kepemilikan spesifik mengacu pada keunggulan kompetitif dari perusahaan mencari untuk terlibat dalam investasi asing langsung (FDI). Semakin besar keunggulan kompetitif dari perusahaan-perusahaan investasi, semakin mereka cenderung terlibat dalam produksi asing mereka Kondisi kedua yang harus dipenuhi adalah bahwa negara tuan rumah harus mempunyai keunggulan-keunggulan lokasional (Locational Advantage) untuk menarik investor asing menanamkan modalnya. Keunggulan ini yang akan menjadi daya tarik bagi investor untuk mengeksploitasinya demi kepentingan bisnisnya. Keunggulan lokasional ini dapat berupa potensi pasar domestik yang besar, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi yang rendah, tenaga kerja yang murah, melimpahnya sumber daya alam, ketersediaan infrastruktur, insentif yang menarik dan longgarnya peraturan. Apabila kondisi pertama dapat terpenuhi namun syarat kedua tidak terpenuhi, maka perusahaan yang biasanya merupakan perusahaan multinasional akan memilih melakukan ekspor ke negara yang bersangkutan sebagai cara untuk memanfaatkan keunggulan kepemilikannya. Atraksi lokasional mengacu pada negara-negara alternatif atau daerah, untuk melaksanakan nilai tambah kegiatan MNEs.The lebih bergerak, alami atau dibuat sumber daya, yang perusahaan perlu menggunakan bersama-sama dengan keuntungan mereka sendiri kompetitif, mendukung kehadiran di lokasi yang asing, lebih banyak perusahaan akan memilih untuk menambah atau memanfaatkan keuntungan O spesifik mereka dengan terlibat dalam FDI. Akhirnya meskipun syarat pertama dan kedua dipenuhi, harus ada keunggulan internasionalisasi (internalization Advantage) yang mendorong perusahaan untuk melakukan investasi langsung dalam bentuk PMA dan tidak memilih cara lain seperti lisensi, pembelian saham (portopolio) atau franchising (Sudaryanto, 1995). Perusahaan dapat mengatur penciptaan dan eksploitasi dari kompetensi inti commit to user 89 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mereka. Semakin besar manfaat bersih internalisasi lintas batas pasar produk setengah jadi, perusahaan semakin besar kemungkinan akan lebih memilih untuk terlibat dalam produksi luar negeri sendiri daripada lisensi hak untuk melakukannya. Tabel 2.2. Eclectic Theory Sumber: Dunning (1981) [ Bentuk masuk pasar Kepemilikan keuntungan Ekspor Perizinan FDI Kategori keuntungan Lokasi Internalisasi keuntungan keuntungan Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya i. Teori Tentang Eclectic Theory Ide di balik Paradigma Elektik adalah menggabungkan teori terisolasi beberapa ekonomi internasional di salah satu pendekatan. Tiga bentuk dasar dari kegiatan internasional dari perusahaan dapat dibedakan:. Ekspor, FDI dan Perizinan Yang disebut Oli-faktor tiga kategori keuntungan, yaitu keuntungan kepemilikan, keunggulan lokasi dan keunggulan internalisasi. Sebuah prasyarat untuk kegiatan internasional dari perusahaan adalah ketersediaan keuntungan kepemilikan bersih. Keuntungan ini bisa berdua akan material dan tidak material. Keuntungan kepemilikan jangka bersih digunakan untuk menyatakan keuntungan bahwa sebuah perusahaan memiliki di pasar luar negeri dan tidak dikenal. Menurut Dunning dua jenis FDI dapat dibedakan. Sementara sumber daya investasi mencari dibuat dalam rangka membangun akses ke materi dasar seperti bahan baku atau faktor input lainnya, pasar investasi mencari dibuat untuk memasuki pasar yang sudah ada atau membentuk sebuah pasar baru. Perbedaan dekat dibuat oleh Dunning dengan hal efisiensi mencari investasi, mencari investasi strategis dan investasi dukungan. commit to user 90 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 2.3. Teori Tentang Eclectic Theory Perdagangan dan FDI pola untuk industri dan negara. Lokasi keuntungan Kuat Lemah Kepemilikan Kuat Ekspor Outward FDI keuntungan Lemah Inward FDI Impor Paradigma eklektik juga kontras endowment sumber daya suatu negara dan posisi geografis (memberikan keuntungan lokasional) dengan sumber daya perusahaan (keuntungan kepemilikan). Dalam model ini, negara dapat ditampilkan untuk menghadapi salah satu dari empat hasil yang ditunjukkan pada gambar di atas. Pada kotak, kanan atas pada gambar di atas perusahaan memiliki keunggulan kompetitif, tapi domisili rumah memiliki faktor lebih tinggi dan biaya transportasi dari lokasi asing. Perusahaan-perusahaan itu membuat FDI di luar negeri untuk menangkap uang sewa dari mereka keuntungan. Namun jika negara ini memiliki keuntungan lokasional, perusahaan lokal yang kuat lebih mungkin untuk menekankan ekspor. Kemungkinan ketika bangsa hanya memiliki perusahaan yang lemah, seperti di kebanyakan negara berkembang, menyebabkan hasil yang berlawanan. Kondisi ini mirip dengan yang disarankan oleh Porter Model berlian daya saing nasional. ii. Aplikasi Dalam praktek Dalam ketergantungan dari kategori keuntungan ada dapat dipilih bentuk kegiatan internasional. Jika sebuah perusahaan memiliki keuntungan kepemilikan seperti memiliki pengetahuan tentang target pasar luar negeri, misalnya staf dengan kemampuan bahasa, informasi tentang perizinan impor, produk yang sesuai, kontak dan sebagainya, ia bisa melakukan sebuah lisensi. Lisensi ini kurang biaya-intensif daripada bentuk-bentuk internalisasi. commit to user 91 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jika ada keuntungan internalisasi, perusahaan dapat berinvestasi lebih banyak modal di luar negeri. Hal ini dapat dicapai oleh ekspor dalam bentuk anak perusahaan ekspor. FDI adalah kegiatan yang paling intensif modal bahwa perusahaan dapat memilih. Menurut Dunning, dianggap bahwa keuntungan lokasional yang diperlukan untuk FDI. Hal ini dapat diwujudkan dengan pabrik-pabrik yang baik membeli atau benarbenar dibangun di luar negeri. FDI adalah bentuk yang paling intensif modal aktivitas internalisasi. b. Konsep Marginal Efficiency of Capital (MEC) Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan dilaksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam persatuan waktu) di satu pihak. Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut dengan istilah Marginal Efficiency of Capital (MEC). Jadi secara singkat, bila keuntungan yang diharapkan (MEC) adalah lebih besar dari tingkat bunga maka investasi dilaksanakan dan sebaliknya. Bila MEC sama dengan tingkat bunga investasi boleh dilaksanakan boleh tidak bagi mereka yang memiliki dana. Dari uraian di atas diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan oleh para investor ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat bunga yang berlaku dan MEC atau fungsi investasi. Fungsi MEC atau fungsi investasi ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga yang berlaku dengan tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan oleh para investor. Ada tiga hal yang perlu digarisbawahi mengenai fungsi investasi. Pertama, fungsi tersebut mempunyai slope yang negatif, artinya semakin rendah tingkat bunga semakin besar tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan (atau direncanakan untuk dilaksanakan). Kedua, dalam kenyataan fungsi semacam ini sulit untuk commit to user 92 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diperoleh sebab posisinya sangat tergantung pada nilai-nilai MEC dari proyek-proyek yang ada dan bahwa MEC adalah sesuatu tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor. Dan oleh karena didasarkan atas harapan masa depan atau expectation, maka MEC sesuatu proyek bisa saja berubah dari hari ke hari dan peka terhadap perubahan kondisi sosio-ekonomis-politis negara. Misalnya, ada gejala politik di suatu daerah, desas desus akan adanya devaluasi atau pembatasan impor, akan langsung mengubah penilaian subyektif investor terhadap sesuatu proyek. Karena begitu banyaknya faktor yang bisa mempengaruhi MEC, maka posisi fungsi investasi pun akan sangat mudah berubah. Kelebihan fungsi investasi ini merupakan penjelasan teoritis dari Keynes mengenai fakta yang disebutkan terdahulu, yaitu bahwa dalam kenyataan pengeluaran investasi menunjukkan gejolak naik turun yang sulit diduga dari waktu ke waktu. Kelebihan ini adalah satu ciri yang membedakan investasi dengan unsur-unsur permintaan agregat yang lain (C.G). Hal ketiga yang perlu ditetapkan adalah hubungan antara teori Keynes tersebut dengan kenyataan, khususnya mengenai masalah tersedianya dana investasi. Teori Keynes didasarkan atas anggapan bahwa pada tingkat bunga yang berlaku setiap investor bisa memperoleh dana berapapun untuk membiayai proyek-proyek yang ia anggap menguntungkan untuk dilaksanakan. Yang membatasi jumlah yang ingin ia investasikan hanyalah penilaiannya mengenai MEC proyek-proyek yang terbuka baginya. Dalam kenyataan seringkali dijumpai keadaan yang sebaliknya, yaitu begitu banyaknya proyek yang menguntungkan (MEC tinggi), tetapi sulit untuk memperoleh dana untuk membiayai semuanya. Kesulitan memperoleh kredit dari bank, misalnya, mengakibatkan tingkat investasi yang direalisasikan lebih kecil dari tingkat investasi yang diinginkan. Mengenai fungsi investasi ini dapat ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut: commit to user 93 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.9 Kurva Fungsi Investasi (MEC) Tingkat bunga (r) Tingkat investasi ( I ) 24. Hubungan Antara Variabel-Variabel Independen dengan Variabel Dependen a. Tingkat Bunga Internasional (LIBOR) Ada dua faktor penting yang menentukan motif yang mendorong untuk mengadakan investasi, yaitu tingkat keuntungan bersih yang diharapkan dan suku bunga. Mengenai pengaruh tingkat bunga terhadap pengeluaran investasi suatu masyarakat baik menggunakan pendekatan yang sederhana maupun pendekatan yang lebih bervariasi menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu bahwa investasi merupakan fungsi tingkat bunga, sehingga : dalam arti bahwa meningkatnya tingkat bunga, r, mengakibatkan berkurangnya pengeluaran investasi dan sebaliknya (Soediyono, 1992). Dalam bentuk grafik, hubungan negatif antara tingkat bunga dengan pengeluaran investasi dapat digambarkan sebagai berikut: commit to user 94 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.10 Pengeluaran Investasi Sebagai Fungsi Tingkat Bunga Tingkat bunga (%) Pengeluaran investasi dalam milyar Rp Tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan investasi sehubungan dengan alternatif keuntungan yang akan dinikmati oleh investor. Apabila menanamkan saja di bank dengan tingkat bunga yang tinggi daripada untuk investasi karena keuntungan pengembalian modalnya yang lebih rendah, demikian pula sebaliknya. Memang benar bahwa suku bunga merupakan faktor yang cukup penting yang mempengaruhi keputusan investasi. Menurut Keynesian suku bunga tidaklah merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi investasi, disamping itu masih terdapat situasi depresi atau kelesuan kegiatan ekonomi yang menciptakan ekspektasi keuntungan bisnis yang kurang menggembirakan sehingga menyebabkan rendahnya investasi meskipun suku bunga rendah. b. Tingkat Inflasi di Indonesia Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari hargaharga untuk menaik secara umum dan terus menerus (Boediono, 1994). Adapun berbagai cara untuk menggolongkan jenis atau macam inflasi, berdasar lajur kecepatannya inflasi dibagi ke dalam: a. Inflasi lunak (mild inflation) atau creeping inflation, umumnya kurang dari 5% setahun dianggap sehat untuk perkembangan ekonomi. commit to user 95 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Inflasi cepat (galloij inflation), umumnya 5% atau lebih setahun. c. Inflasi meroket (hyper inflation), umumnya di atas 100% setahun. Inflasi cepat apalagi inflasi meroket dirasa meresahkan masyarakat maka pemerintah berusaha untuk membendungnya. Berdasarkan pada sumber penyebabnya inflasi dapat digolongkan sebagai berikut: a. Inflasi permintaan (demand-pull inflation) Inflasi permintaan ini timbul sebagai akibat dari meningkatnya permintaan agregatif. Kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang-barang input dan faktor produksi seperti upah dan sebagainya. b. Inflasi penawaran (cost-push inflation) Merupakan inflasi yang timbul sebagai akibat berkurangnya penawaran agregatif. Kenaikan harga barang-barang input dan faktor produksi mendahului kenaikan barang-barang akhir atau output. c. Inflasi Campuran (mixed inflation) Adalah inflasi yang unsur penyebabnya berupa campuran antara demand-pull dan cost-push, yang secara harafiah dapat kita terjamahkan dengan tarikan permintaan dan dorongan biaya. Pengaruh dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output tidak berbeda, tetapi dari segi volume output ada perbedaan. Dalam kasus demand inflation biasanya ada kecenderungan bagi output menaik bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva aggregate supply; semakin mendekati output semakin tidak elastis kurva ini. Sebaliknya, dalam kasus cost inflation biasanya kenaikan harga dibarengi dengan penurunan hasil penjualan barang (kelesuan usaha/investasi). Munculnya tekanan inflasi pada suatu negara sedang berkembang adalah tak terelakkan, lantaran adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang-barang domestik, menyusul commit to user 96 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id permulaan program investasi negara dalam jumlah besar. Pengaruh inflasi tersebut di atas digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.11 Apabila keadaaan ekonomi suatu negara tidak menentu dimana inflasi yang terjadi meningkat tajam maka dapat mendorong investor asing menanamkan modalnya dalam jumlah yang lebih besar. Dengan kata lain, penanaman modal asing berbanding lurus dengan kenaikan inflasi. c. Penyediaan Fasilitas (Prasarana) PMA Sarana dan prasarana (infrastruktur) merupakan hal yang sangat menentukan terealisasinya atau tidak suatu proyek investasi. Penyediaan fasilitas (prasarana) PMA di suatu negara adalah merupakan salah satu usaha yang sering dilakukan oleh suatu negara untuk dapat menarik para investor melakukan investasi di negaranya. Penyediaan fasilitas (prasarana) PMA antara lain berupa jalan, pembangkit tenaga listrik, jaringan telekomunikasi dan sarana transportasi. Letak geografis DIY yang terletak di tengah-tengah propinsi lain yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam kondisi geografis yang terjepit inilah yang menyebabkan DIY hanya dilewati para investor. Oleh karena itu dalam usaha menarik minat investor agar menanamkan modalnya di DIY salah satunya adalah dengan meningkatkan commit to user 97 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penyediaan dan kinerja fasilitas PMA, misalnya dengan meningkatkan fasilitas penunjang jalan di DIY, diantaranya dengan menambah panjang jalan agar pelaksanaan kegiatan investasi dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu penyediaan fasilitas (prasarana) PMA di DIY dikhususkan pada fasilitas jalan dengan menggunakan data panjang jalan di DIY menurut kelas jalan pada periode 1986-2011 menjadi titik tolak penelitian ini. Dengan adanya penyediaan fasilitas PMA tersebut di DIY diharapkan akan meningkatkan gairah pengusaha khususnya investor asing untuk menanamkan modalnya di DIY. d. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah atau kabupaten, dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi lapangan usaha yaitu : 1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas dan air bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Penyewaan dan Jasa-jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa lain termasuk pelayanan pemerintah Pada kenyataan terdapat kaitan yang sangat erat antara investasi dengan pendapatan dalam suatu daerah tertentu. Terdapat hubungan yang positif apabila pendapatan naik maka pengeluaran investasi juga akan naik. Begitu pula sebaliknya. Meningkatnya commit to user 98 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pendapatan suatu daerah (PDRB) mempunyai tendensi meningkatnya permintaan akan barang dan jasa konsumsi, yang berarti akan memerlukan produksi barang-barang dan jasa konsumsi yang lebih banyak. Ini berarti memerlukan modal yang sudah ada maupun menambah proyek investasi. Dengan demikian meningkatnya tingkat pendapatan mengakibatkan meningkatnya jumlah proyek investasi yang dilaksanakan oleh masyarakat. e. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Peluang penanaman modal dalam negeri (PMDN) masih terbuka lebar didukung oleh kebijakan pemerintah melalui kebijakan penanaman modal yang kondusif. Guna mengetahui tentang penanaman modal perlu diketahui definis penanam modal dalam negeri yaitu adalah penanaman modal yang dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal diwilayah negara Indonesia (pasal 1 ayat 5 UU No.25 tahun 2007). Berdasarkan definisi tersebut penanam modal dalam negeri dapat dilakukan oleh badan hukum (PT) dan bukan badan hukum (Fa. CV) sepanjang penanam modal dilakukan di wilayah Indonesia, serta PMDN juga dapat dilakukan oleh perseorangan WNI tanpa berbentuk badan hukum (PT/Koperasi) atau bukan badan hukum. Sedang definisi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagaimana di jelaskan dalam UU No.25 tahun 2007 pasal 1ayat 3 adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Berdasarkan definisi PMDN maka yang termasuk katagori penanaman modal dalam negeri bila usahanya di wilayah Negara RI tidak diluar negeri dan seluruh modal berasal dari dalam negeri. Mengapa penanaman modal dalam negeri seluruh modalnya wajib berasal dari dalam negeri karena berdasarkan pasal 1 ayat 9 UU commit to user 99 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id N0.25 tahun 2007 menyebutkan bahwa modal dalam negeri adalah adalah modal yang dimiliki oleh negara RI, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. Bagi penanaman modal yang awalnya PMDN kemudian masuk pemegang saham asing maka status perusahaan otomatis berubah menjadi penanaman modal asing (PMA). Perubahan status tersebut disebabkan saham penanaman modal dalam negeri sudah tidak seratus persen lagi (100%) karena masuk modal asing dalam persentasi sekecil apapun. Dalam konteks badan hukum maksudnya usaha penanaman modal sudah memiliki akta pendirian badan hukum (PT atau Koperasi) sebagaimana yang diatur dalam UU No.40 tahun 2007 tentang perseroan (PT) dan UU No.25 tahun 1992 tentang Koperasi. Perlu di catat bahwa suatu perusahaan disebut telah berbadan hukum apabila akta pendirian perusahaan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM bila belum disahkan maka belum diakui badan hukum, demikian puka dengan koperasi akta pendirian koperasi harus sudah disahkan oleh pejabat kantor Koperasi yang berwenang. (Penulis adalah Widyaiswara pada Pusdiklat BKPM Pusat, Jakarta) I. Penjelasan Umum Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam Undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal Penanam modal Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara Negeri, badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis commit to user 100 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal Negeri atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Perusahaan Penanaman Modal Negeri mendapatkan fasilitas dalam bentuk : · Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu; · Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri; · Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu; · Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu; · Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan · Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu. Kriteria Perusahaan Penanaman Modal Negeri yang mendapatkan fasilitas antara lain : · Menyerap banyak tenaga kerja · Termasuk skala prioritas tinggi · Termasuk pembangunan infrastruktur · Melakukan alih teknologi · Melakukan industri pionir commit to user 101 perpustakaan.uns.ac.id · digilib.uns.ac.id Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu · Menjaga kelestarian lingkungan hidup · Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi · Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi · Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi didalam negeri. II. Peraturan dan Perundang-undangan terkait : · Undang-undang No. 25 Tahun 2007 - Tentang Penanaman Modal · Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas · Peraturan Presiden No. 36 Th 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal · Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal III. Dokumen yang akan diproses dan Jangka Waktu No. 1. Keterangan Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Konsultasi dan perisapan Pendirian Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Cek dan Booking Nama Perusahaan Persetujuan Pendaftaran Penanaman Modal di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Akta Pendirian Perusahaan oleh Notaris Surat Keterangan Domisili Perusahaan (Lurah – Camat) commit to user 102 Jangka Waktu (Hari Kerja) NORMAL Jangka Waktu (Hari Kerja) EKSPRESS 1-5 1-5 2 1 10 4 3 1 5 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 3 2 5 2 14 7 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 14 7 TOTAL 61 31 Surat Pengukuhan Perusahaan Kena Pajak (SP PKP) Surat Keputusan/Pengesahan Menteri Hukum dan HAM IV. Cara Pembayaran Down Payment 50% setelah Surat Perjanjian Kerja/PO, pelunasan setelah NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) diselesaikan. B. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pengaruh PDRB, Tingkat Suku Bunga dan Jumlah Angkatan Kerja terhadap PMA dan PMDN pernah dilakukan oleh Valentinus Gegegoran dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Investasi di Daerah Istimewa Yogyakarta 1980 1997” pada tahun 1995. Dan serta juga penelitian tentang Tingkat Bunga, Pendapatan Nasional, Tenaga Kerja dan Kebijakan Deregulasi telah mempengaruhi PMDN dan PMA pernah dilakukan oleh Riya Suharnata dengan judul “Investasi PMDN dan PMA di Indonesia Beberapa variabel yang Mempengaruhi dan Prospeknya bagi Penerima Devisa” pada tahun 2000. Dan serta juga penelitian tentang Pendapatan Nasional, Tingkat Bunga Internasionak, Tingkat Inflasi, Tingkat Upah, dan Penyediaan Fasilitas di Indonesia mempengaruhi PMA ini pernah dilakukan oleh Franky dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mem-pengaruhi Keputusan Investor Asing Menanamkan Modalnya di Indonesia Tahun 1969 – 1991” pada tahun 1994. commit to user 103 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Hipotesis Operasional Berdasarkan perumusan masalah, teori yang ada, tujuan penelitian dengan memperhatikan kejadian empiris maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta (PDRB DIY) berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing. 2. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri Daerah Istimewa Yogyakarta (PMDN DIY) berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing. 3. Diduga tingkat inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta berpengaruh positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing. 4. Diduga tingkat suku bunga internasional di Daerah Istemewa Yogyakarta berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penanaman modal asing. commit to user 104 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian eksplanatori atau pengujian hipotesis. Tujuan studi penelitian ini adalah pengujian hipotesis (Hypothesis testing) yaitu penelitian dimana peneliti menguji hipotesis yang menjelaskan hubungan antar variabel suatu fenomena. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh PDRB DIY, PMDN, Inflasi dan tingkat suku bunga terhadap penanaman modal asing (PMA) di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 1986 sampai dengan 2011. B. Data dan Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dan yang digunakan penulis antara lain: a. Metode Penelitian Kepustakaan Penulis mengumpulkan data yang diperlukan melalui penelitian kepustakaan. Hal ini dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku ekonomi, masalah-masalah, surat kabar-surat kabar dan bahan-bahan kuliah yang relevan dengan materi yang penulis susun. b. Metode Penelitian Lapangan Dalam melengkapi data penulis mengadakan penelitian lapangan. Hal ini dilakukan dengan melakukan kunjungan ke BPS (Biro Pusat Statistik) Propinsi DIY, Dinas Indakop Propinsi DIY, Dinas Kimpraswil Propinsi DIY, BAPEDA Propinsi DIY dan tempat-tempat lain yang erat hubungannya dengan materi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. commit to user 105 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Metode Analisis Data Metode pengolahan data yang peneliti gunakan adalah analisis regresi dengan bantuan software IBM Statistic versi 19. Sedangkan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Analisa Deskriptif Metode analisis dengan cara mendeskripsikan penulisan variablevariabel yang berhubungan dengan permasalahan. Maksud dengan mendeskripsikan variabel-variabel ini adalah sebagai pendukung hasil dari analisis kuantitatif. 2. Analisis Kuantitatif Metode analisis data dari hal-hal yang berhubungan dengan angka, dan menggunakan rumus-rumus serta teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah yang sedang diteliti. Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan metode kuadrat terkecil (OLS) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel terikat). Secara fungsional model tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Y = f (X , X , X , X ) 1 2 3 4 Selanjutnya bentuk fungsi tersebut dapat diformulasikan secara sederhana sebagai berikut : Y= 0 + 1 X + 1 2 X + 2 3 X + 3 X +e 4 4 Dimana : Y = Besarnya penanaman modal asing (juta rupiah) X = PDRB DIY (juta rupiah) X = PMDN (juta rupiah) 1 2 commit to user 106 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id X = Tingkat inflasi (%) X = Tingkat suku bunga (%) 3 4 = Konstanta 0 1 e – 4 = Koefisien regresi = Residual C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Investasi pada umumnya banyak dipenagruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, namun dengan pertimbangan agar analisa lebih terarah dan mudah, maka peneliti menetapkan factor-faktor yang menentukan tingkat investasi di DIY, adalah tingkat suku bunga, tingkat inflasi, panjang jalan, PDRB, besarnya PMA tahun lalu dan krisis ekonomi, sedangkan untuk factor-faktor lain dianggap konstan. Dengan demikian berarti penanaman modal asing merupakan variabel dependen, sedangkan tingkat suku bunga, tingkat inflasi, panjang jalan, PDRB, besarnya PMA tahun lalu dan krisis ekonomi, masing-masing merupakan variabel independen. a. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah keseluruhan Penanaman Modal Dalam Negeri yang telah disetujui dan telah terealisasi di Propinsi Daerah Istemewa Yogyakarta. Dalam penelitian ini menggunakan data nilai realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Daerah Istemewa Yogyakarta yang dinyatakan dalam satuan juta rupiah (Rp). Menurut definisi yang diberikan oleh Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Data PMDN yang digunakan dalam penelitian ini adalah data realisasi PMDN di Provinsi Daerah Istemewa Yogyakarta dari tahun 1986-2011 dalam satuan juta rupiah. Data Penanaman Modal Dalam Negeri yang digunakan dalam penelitianini adalah nilai realisasi PMDN tahunan yang terdiri dari commit to user 107 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id realisasi PMDN pada semua sektor perekonomian di Indonesia yang nilainya dinyatakan dalam milyar rupiah selama periode 1986 - 2011. Data PMDN diperoleh dari Badan Koordinasi Penanaman Modal. b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah atau kabupaten, dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). PDRB adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah atau kabupaten, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Dalam penelitian ini, data PDRB yang digunakan di dasarkan pada harga yang berlaku. Karena dengan menggunakan harga berlaku lebih menggambarkan keadaan ekonomi saat ini. c. Tingkat suku bunga menggambarkan biaya opportunies memegang uang dalam bentuk hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan bunga. Tingkat suku bunga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga yang berlaku secara internasional, yaitu London Inter Bank Offer Rate (LIBOR). d. Tingkat inflasi menunjukan biaya opportunies memegang uang dibandingkan apabila uang itu dalam bentuk barang karena adanya penurunan nilai uang (daya beli) akibat inflasi. Tingkat inflasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia dalam menanamkan modalnya para investor melihat tingkat inflasi tidak hanya pada suatu daerah, tetapi pada tingkat inflasi nasional, karena akan mengetahui keadaan perekonomian suatu negara tersebut. e. Besarnya penanaman modal asing yang digunakan dalam penelitian ini adalah besarnya nilai penanaman modal asing yang telah disetujui dan terdaftar di DIY. f. Fasilitas (prasarana) merupakan realisasi dari penanaman modal asing di DIY yang disediakan oleh pemerintah. Dalam penelitian ini, fasilitas (prasarana) yang dimaksud dikhususkan pada sarana jalan angkutan darat commit to user 108 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id di DIY. Data yang diambil berupa panjang jalan di DIY yang diukur menurut kelas jalan. g. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sekitar tahun 1998 membuat keadaan ekonomi sangat tidak menentu sehingga menyebabkan iklim investasi di Indonesia sangat tidak baik. Dalam penelitian ini digunakan variabel dummy sebagai pengukur krisis ekonomi tahun 1998, dimana akan ditunjukkan keadaan ekonomi baik sebelum krisis ekonomi tahun 1998 maupun sesudah krisis ekonomi tahun 1998. D. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Varian (Uji F) Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh suku bunga, tingkat inflasi, fasilitas (prasarana) panjang jalan, PDRB DIY, PMA periode sebelumnya dan krisis ekonomi 1998 secara bersama-sama terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta digunakan uji F (Gujarati, 1993) : Dimana: F = Nilai F hitung ESS = Jumlah kuadrat yang dijelaskan (Estimated Sum of Square) RSS = Jumlah kuadrat residual (Residual Sum of Square) k = Banyaknya variabel n = Banyaknya pengamatan Perumusan Hipotesis: 1 2 3 4 = 0, Artinya variabel suku bunga, tingkat inflasi, fasilitas (prasarana) panjang jalan, PDRB DIY secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. commit to user 109 perpustakaan.uns.ac.id 1 digilib.uns.ac.id 2 3 4 5 Artinya variabel suku bunga, tingkat inflasi, fasilitas (prasarana) panjang jalan, PDRB DIY secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. kebebasan (df) sebesar (k-1) (n-k), maka : - -1, n-k }) - Jika F h -1, n-k }) Gambar 3.1. Grafik Uji F 2. Uji t Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel-variabel penjelas terhadap variabel bebasnya secara individual. Hipotesa yang diajukan antara lain: Artinya, variabel independen secara individual tidak mempengaruhi PMA di DIY. Artinya, variabel independen secara individual mempengaruhi PMA di DIY. Dengan tingkat kepercayaan df) sebesar (n – k), maka : - Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < - t tabel - Jika –t tabel commit to user 110 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Uji t yang digunakan adalah uji t untuk uji dua sisi dengan nilai t tabel sebesar t { /2, n – k} ± Gambar 3.2. Grafik Uji t t-hitung dirumuskan dengan (Gujarati, 1993): Dimana: t = Nilai t hitung = Koesifien regresi ke j j S j = Standar defiasi koefisien regresi ke j 2 3. Koefisien Determinan (R ) 2 Uji R digunakan untuk menghitung seberapa besar variasi dari 2 variabel tergantung dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Nilai R 2 berada diantara 0 sampai 1, dimana semakin dekat nilai R dengan 1 2 2 menunjukkan R yang semakin baik. Jika nilai R sama dengan 1, maka garis regresi yang dicocokkan menjelaskan 100 persen variasi dalam Y. 2 Sebaliknya, kalau nilai R sama dengan 0, maka garis regresi tidak 2 menjelaskan sedikitpun variasi dalam Y. Besarnya nilai R dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Gujarati, 1988) : commit to user 111 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dimana: 2 Residual sum of squares, RSS) i 2 Total sum of squares, TSS) i 4. Test Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati, 1988). Jadi multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Konsekuensi dari multikolinieritas adalah sebagai berikut: Apabila ada kolinieritas sempurna diantara X, koefisien regresinya tak tertentu dan kesalahan standarnya tak terhingga. Jika kolinieritas tingkatnya tinggi tetapi tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi adalah mungkin, tetapi kesalahan standarnya cenderung untuk besar. Sebagai hasilnya, nilai populasi dari koefisien tidak dapat ditaksir dengan tepat. Untuk mengetahui keberadaan multikolinieritas d antara lain dengan langkah pengujian terhadap masing-masing variabel 2 independen dengan mengetahui seberapa jauh korelasinya (r ) yang didapat dari hasil regresi bersama variabel independen dengan variabel 2 2 dependen jika ditemukan nilai r melebihi nilai R pada model penelitian, maka dari model persamaan 2 tersebut terdapat 2 multikolinieritas, dan sebaliknya jika R lebih besar dari semua r maka menunjukkan tidak terdapatnya multikolinieritas pada persamaan yang diuji. b. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedasitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu commit to user 112 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Heterokedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari observasi ke observasi lainnya. Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melakukan pengujian metode Park. Adapun hipotesis yang diuji adalah : Ho : tidak terdapat heterokedastisitas Ha : terdapat heterokedastisitas Jika hasil perhitungan menghasilkan t-hitung yang signifikan atau t-hitung > t-tabel maka dapat dikatakan terdapat heterokedastisitas atau Ho ditolak. Jika t-hitung < t-tabel maka dapat dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas atau Ho diterima. Atau jika nilai signifikansi lebih besar dari 5% (0,05), maka tidak terdapat heterokedastisitas. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (0,05), maka terdapat heterokedastisitas. Metode Park dilakukan dengan cara meregresi logaritma residual kuadrat terhadap semua variabel penjelas. Jika ada satu minimum koefisien regresi maka terjadi heterokedastisitas. Hal ini disebabkan karena transformasi yang memantapkan skala untuk pengukuran variabel mengurangi perbedaan antara kedua nilai. c. Uji Autokorelasi Algifari merupakan (2000:89) mengemukakan bahwa autokorelasi korelasi antara anggota sampel yang di urutkan berdasarkan waktu. Untuk mendiagnosis adanya autokorekasi dalam suatu model regresi dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut : commit to user 113 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 3.1. Pengukuran Autokorelasi Hipotesis Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negative No Decision 4-du Tidak ada autokorelasi positif Diterima atau negative Sumber: Algifari, 2000 commit to user 114 -dl du < d < 4-du perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV ANALSIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penanaman Modal Asing di DIY Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Koordinasi Perkembangan Penanaman Modal Daerah Istimewa Yogyakarta (BKPM DIY) dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (BI DIY), nilai penanaman dan pertumbuhan modal asing di DIY dalam kurun periode waktu dari tahun 1986-2011, dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Nilai Investasi Asing di DIY Periode 1986-2011 (dalam juta rupiah) Tahun Nilai PMA 1986 59953.00 1987 44014.00 1988 Growth Tahun Nilai PMA Growth 1999 1146933.00 -10% -36% 2000 1128924.00 -2% 171520.00 74% 2001 1161972.00 3% 1989 59427.00 -189% 2002 959769.00 -21% 1990 489207.00 88% 2003 1263726.00 24% 1991 368893.00 -33% 2004 1519272.00 17% 1992 144867.00 -155% 2005 13579300.00 89% 1993 230693.00 37% 2006 15624000.00 13% 1994 368896.00 37% 2007 40145200.00 61% 1995 126009.00 -193% 2008 27884600.00 -44% 1996 127216.00 1% 2009 34014900.00 18% 1997 133863.00 5% 2010 30949750.00 -10% 1998 1264581.00 89% 2011 32482325.00 5% Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah DIY, dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta 2012 commit to user 115 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai investasi (PMA) dari tahun 1986-2011, bisa dikatakan meningkat meskipun ada penurunan pada tahuntahun tertentu. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan PMA di DIY hingga tahun 1987 belum begitu menggembirakan. Namun pada tahun-tahun selanjutnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama mulai tahun 1998. Semua ini banyak disebabkan oleh kebijaksanaan pemerintah yang cukup terbuka bagi investasi, khususnya investasi asing, karena kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada, baik dari segi peraturan maupun birokrasinya disusun dengan sistematis dan disesuaikan dengan perkembangan kondisi ekonomi Indonesia. Perkembangan investasi di Provinsi DIY, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) pada tahun 2005 – 2008 berfluktuasi meskipun cenderung meningkat. Peningkatan investasi ini diharapkan dapat memacu perekonomian ke arah yang lebih baik sehingga kesejahteraan masyarakat juga membaik. Pada tahun 2008, di saat periode krisis keuangan global, kondisi investasi di Provinsi DIY cukup tinggi/meningkat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008 nilai investasi (PMDN dan PMA) di Provinsi DIY masing-masing sebesar Rp 4,09 triliun, Rp 4,02 triliun, Rp 4,08 triliun dan Rp 4,22 triliun. Trend peningkatan nilai investasi yang positif ini harus terus dijaga sehingga secara langsung akan meningkatkan kapasitas perekonomian daerah. B. Pendapatan Domestik Regional Bruto DIY Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Daerah Istimewa Yogyakarta, Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta (BPS Kota Yogyakarta), Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta (BPS DIY) dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta pendapatan domestik bruto regional (PDRB) DIY dalam kurun periode waktu dari tahun 1986-2011, dapat dilihat dalam tabel berikut ini: commit to user 116 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.2 Perkembangan PDRB DIY (Harga Berlaku) Periode 1986-2011 (dalam juta rupiah) Tahun Nilai PDRB 1986 1162126.00 1987 1300109.00 1988 Growth Tahun Nilai PDRB Growth 1999 11762985.00 9% 16% 2000 12967040.00 14% 1486980.00 18% 2001 14576885.00 13% 1989 1651484.00 17% 2002 16712889.00 7% 1990 1900530.00 15% 2003 18838843.00 21% 1991 2200862.00 13% 2004 21382186.00 11% 1992 2500866.00 12% 2005 27297082.00 16% 1993 2925224.00 14% 2006 33394796.00 18% 1994 4882292.00 20% 2007 39574039.00 16% 1995 5618645.00 17% 2008 20821037.00 -90% 1996 6399742.00 16% 2009 56062030.00 63% 1997 7233677.00 15% 2010 64362710.00 13% 1998 9863894.00 38% 2011 74270860.00 13% Sumber : Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) DIY, Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta 2012 C. Penanaman Modal Dalam Negeri di DIY Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Koordinasi Perkembangan Penanaman Modal Daerah Istimewa Yogyakarta (BKPM DIY) dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (BI DIY), nilai penanaman dan pertumbuhan modal asing di DIY dalam kurun periode waktu dari tahun 1986-2011, dapat dilihat dalam tabel berikut ini: commit to user 117 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.3 Penanaman Modal Dalam Negeri di DIY Periode 1986-2011 (dalam juta) Tahun Nilai PMDN 1986 4416669.00 1987 10265000.00 1988 Growth Tahun Nilai PMDN Growth 1999 53550000.00 -13% 57% 2000 17496500.00 -206% 4434400.00 -131% 2001 56196500.00 69% 1989 19593900.00 77% 2002 25262300.00 -122% 1990 59878400.00 67% 2003 48484800.00 48% 1991 41084000.00 -46% 2004 36747600.00 -32% 1992 29341700.00 -40% 2005 50577400.00 27% 1993 39450400.00 26% 2006 162767200.00 69% 1994 53289100.00 26% 2007 188876300.00 14% 1995 69853000.00 24% 2008 175821750.00 -7% 1996 100715200.00 31% 2009 182349025.00 4% 1997 119872900.00 16% 2010 179085387.00 -2% 1998 60749300.00 -97% 2011 180717206.00 1% Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah DIY, dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta 2012 D. Catatan Inflasi Indonesia periode 1986-2011 Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta (BPS DIY), dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (BI DIY) kondisi inflasi yang melanda Indonesia dalam kurun periode waktu dari tahun 1986-2011, dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.4 commit to user 118 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 1986-2011 (dalam %) Tahun Inflasi 1986 8.83 1987 8.90 1988 Growth Tahun Inflasi Growth 1999 2.01 -3762% 1% 2000 9.35 79% 5.47 -63% 2001 12.55 25% 1989 5.97 8% 2002 10.03 -25% 1990 9.53 37% 2003 5.06 -98% 1991 9.52 0% 2004 3.80 -33% 1992 4.94 -93% 2005 17.11 78% 1993 9.77 49% 2006 6.60 -159% 1994 9.24 -6% 2007 6.70 1% 1995 8.64 -7% 2008 9.05 26% 1996 6.47 -34% 2009 4.89 -85% 1997 11.05 41% 2010 5.12 4% 1998 77.63 86% 2011 5.38 5% Sumber : Badan Pusat Statistik DIY, 2012 Pada tabel terlihat laju inflasi di Indonesia periode 1986-2004 masih sangat fluktuatif. Pada tahun 1998 tingkat inflasi melambung naik sangat tinggi hingga mencapai 77,63%. Hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi yang mulai melanda Indonesia. Menurut Anwar Nasution, penyebab inflasi yang tinggi terutama adalah terjadinya masa paceklik bahan pangan akibat musim kemarau yang berkepanjangan yang disertai oleh peningkatan harga barang ekspor non minyak pada tahun 1998, meningkatnya pemasukan modal/pinjaman swasta dari luar negeri dan berlipat gandanya penerimaan minyak akibat peningkatan harga minyak pada pasaran dunia. E. Kondisi Suku Bunga (LIBOR) periode 1986-2011 commit to user 119 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Bank Indoensia (BI), dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (BI DIY) tingkat suku bunga (mengacu pada London Inter Bank Offer Rate) dalam kurun periode waktu dari tahun 1986-2011, dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.5 Tingkat Suku Bunga Internasional (LIBOR) Periode 1986-2011 (dalam %) Tahun Suku Bunga 1986 8.35 1987 8.21 1988 Growth Tahun Suku Bunga Growth 1999 8.02 -4% -2% 2000 9.27 13% 9.32 12% 2001 6.79 -37% 1989 10.92 15% 2002 4.67 -45% 1990 10.00 -9% 2003 4.13 -13% 1991 10.46 4% 2004 4.22 2% 1992 10.23 -2% 2005 10.43 60% 1993 6.00 -71% 2006 8.96 -16% 1994 7.10 15% 2007 7.19 -25% 1995 8.32 15% 2008 3.49 -106% 1996 8.27 -1% 2009 3.99 13% 1997 8.44 2% 2010 4.33 8% 1998 8.36 -1% 2011 4.16 -4% Sumber : Bank Indonesia, dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta 2012 Pada kurun waktu ini, dapat dikatakan bahwa suku bunga internasional rata-rata per tahun masih berada di bawah dua digit, namun di tahun 19891992 suku bunga mencapai dua digit, yang disinyalir akibat adanya resesi yang melanda dunia saat itu. Tingkat bunga dalam suatu perekonomian yang relatif kecil dan terbuka hubungan ekonomi dunia, akan cenderung sama dengan tingkat bunga di pasar internasional. Perekonomian yang kecil dan terbuka seperti ini tidak dapat secara bebas menentukan tingkat bunganya commit to user 120 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sendiri. Keadaan ini menyebabkan tingkat bunga LIBOR harus ikut diperhitungkan sebagai faktor yang ikut berperan dalam menentukan tingkat suku bunga dalam negeri. Tingkat bunga domestik bergantung pada tingkat bunga internasional. Tingkat bunga domestik ini tidak dapat secara umum berada ebih rendah di tingkat bunga internasional, sebab hal tersebut akan mengakibatkan pelarian modal (capital outflow). F. Analsis Deskriptif Analisis Deskriptif (Descriptive Analysis) menghitung dan memperlihatkan tabel yang berisikan rata-rata (means), median, nilai maksimum dan nilai minimum, deviasi standar dan analisis deskriptif lainnya dari satu atau beberapa variabel dalam kelompok Tabel 4.6 Analsis Deskriptif Variabel N Minimum Maksimum Mean St. Deviasi PMDN (X1) 26 4.416.699 188.876.300 86.672.586 62.939.641,19 PDRB (X2) 26 1.162.126 74.270.860 20.543.099 20.366.722,89 SUKU 26 3,49 10,92 7,36 2,35 INFLASI (X4) 26 2,01 77,63 12,90 14,04 PMA (Y) 26 44.014 40.145.200 9.433.656 13.229.193,97 BUNGA (X3) Sumber : Data Primer yang diolah 2012 Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat dijelaskan beberapa hal berikut : 1. Variabel PMDN (X1) mempunyai nilai minimum sebesar 4.416.699 dan nilai maksimum sebesar 188.876.300. Rata-rata nilai PMDN sebesar 86.672.586 dengan standar deviasi sebesar 62.939.641,19. 2. Variabel PDRB (X2) mempunyai nilai minimum sebesar 1.162.126 dan nilai maksimum sebesar 74.270.860. Rata-rata nilai PDRB sebesar 20.543.099dengan standar deviasi sebesar 20.366.722,89. commit to user 121 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Variabel Suku Bunga (X3) mempunyai nilai minimum sebesar 3,49 dan nilai maksimum sebesar 10,92. Rata-rata nilai Suku Bunga sebesar 7,36 dengan standar deviasi sebesar 2,35. 4. Variabel Inflasi (X4) mempunyai nilai minimum sebesar 2,01 dan nilai maksimum sebesar 77,63. Rata-rata nilai Inflasi sebesar 12,90 dengan standar deviasi sebesar 14,04. 5. Variabel PMA (Y) mempunyai nilai minimum sebesar 44.014 dan nilai maksimum sebesar 40.145.200. Rata-rata nilai PMA sebesar 9.433.656 dengan standar deviasi sebesar 13.229.193,97. G. Analisis dan Pembahasan Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PMA di DIY periode 1986-2011. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam penelitian ini menggunakan metode kuadrat terkecil (OLS) atau lebih dikenal dengan istilah Regresi Linier Berganda. Adapun formulasi modelnya adalah sebagai berikut : Yt = 0 + 1 X + 1t X + 2 2t 3 X + 3t 4 X +e 4t dimana : Yt = Besarnya penanaman modal asing (Milyar Rupiah) X = PDRB (Milyar Rupiah) 1t X = PMDN (Milyar Rupiah) 2t X = Tingkat Inflasi (%) 3t X = Tingkat Suku Bunga (%) 4t 0 1 = Konstanta – 4 = Koefisien regresi e = Residual Dengan mengoperasikan persamaan tersebut atas data yang diperoleh dalam penelitian, maka diperoleh hasil regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut ini : commit to user 122 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.7 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda Koefisien Variabel Regresi (B) t hitung t tabel Keterangan Konstanta - 7.518.544,64 - 1,417 1.708 Tidak Signifikan PDRB (X1) 0.324 3,426 1.708 Signifikan PMDN (X2) 0.106 3,780 1.708 Signifikan Inflasi (X3) - 31.316,47 - 0,398 1.708 Tidak signifikan 265.301,169 0,460 1.708 Tidak signifikan Suku Bunga (X4) Standard Error = 5.455.530,69 Adjusted R Square = 0,830 R-Square = 0,857 R = 0,926 Sig-F = 0,000 F Hitung = 31,501 Sumber : Data Primer yang diolah, 2012 Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diperoleh variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi PMA di DIY dalam bentuk persamaan regresi berikut : Y = -7.518.544,64 + 0.324 X - 0.106 X2 + 1,380 D 1 Terlihat bahwa PMA di DIY dipengaruhi oleh variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (X2). H. Pengujian Hipotesis 1. Uji F Uji F dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri, PDRB Provinsi D.I. Yogyakarta secara bersama-sama terhadap penanaman modal asing di DIY. commit to user 123 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hipotesis: Ho : Suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri, PDRB DIY secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ha : Suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri, PDRB DIY secara simultan berpengaruh sinifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. -1, n-k}) -1, n-k}) k Diketahui F tabel dengan signifikansi 0,05 adalah 2,840 dan diperoleh nilai F hitung sebesar 31,501 dengan sig F=0,000. Oleh karena nilai F hitung > F tabel maka dapat kita ketahui bahwa Ho ditolak atau dengan kata lain bahwa suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri, dan PDRB berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta selama periode 1986 hingga 2011. 2. Uji t Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel-variabel penjelas terhadap variabel bebasnya secara individual. Hipotesis: Ho : Suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri, PDRB DIY secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ha : Suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri, PDRB DIY secara simultan berpengaruh sinifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika t hitung > t tabel atau –t hitung < -t tabel Jik -t tabel diterima Diketahui t tabel (2 sisi) dengan = 0,10 dan df = 25 yaitu 1,708 commit to user 124 perpustakaan.uns.ac.id a. digilib.uns.ac.id Variabel PDRB (X1) Diperoleh nilai t hitung untuk variabel untuk PDRB adalah sebesar 3,426. Oleh karena nilai t hitung > t tabel (3,426 > 1,708) maka dapat dikatakan bahwa Ho ditolak. Artinya, variabel PDRB berpengatuh signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Variabel PMDN (X2) Berdasarkan tabel 4.2, diperoleh nilai t hitung untuk variabel untuk PMDN adalah sebesar 3,780. Oleh karena nilai t hitung > t tabel (3,780 > 1,708) maka dapat dikatakan bahwa Ho ditolak. Artinya, variabel PMDN berpengatuh signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. c. Variabel Inflasi (X3) Berdasarkan tabel 4.2, diperoleh nilai t hitung untuk variabel inflasi adalah sebesar -0,398. Oleh karena nilai t hitung < t tabel (-0,398 < 1,708) maka dapat dikatakan bahwa Ho diterima. Artinya, variabel inflasi tidak berpengatuh signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. d. Variabel Suku Bunga (X4) Berdasarkan tabel 4.2, diperoleh nilai t hitung untuk variabel suku bunga adalah sebesar 0,460. Oleh karena nilai t hitung < t tabel (0,460 < 1,708) maka dapat dikatakan bahwa Ho diterima. Artinya, variabel suku bunga tidak berpengatuh signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Koefisien Determinan Majemuk Uji R2 digunakan untuk menghitung seberapa besar variasi dari variabel tergantung dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Berdasarkan tabel 4.2 di depan, diperolah nilai R 2 (Adjusted R Square) sebesar 0,830. commit to user 125 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Artinya sebesar 83% variabel penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta (variabel dependen) yang dapat dijelaskan oleh variabel PDRB DIY, PMDN, Inflasi, dan suku bunga sebagai variable bebasnya. Sementara sisanya (17%) dijelaskan oleh variabel lain. 4. Uji terhadap Penyimpangan Asumsi Klasik Model OLS Sebelum dilakukan interpretasi atas hasil regresi, terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian penyimpangan terhadap asumsi-asumsi klasik dari model OLS (Ordinary Least Square), sehingga dapat diketahui apakah model yang dipakai tersebut relevan atau tidak. Pengujian yang dilakukan meliputi uji multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. a. Uji terhadap Gejala Multikolinieritas Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Damodar Gujarati: 1988). Jadi multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independentt. Untuk mengetahui keberadaan multikolinieritas antara lain dengan langkah pengujian terhadap masing-masing variabel independent dengan mengetahui seberapa jauh korelasinya (r2) yang didapat dari hasil regresi bersama variabel independent dengan variabel 2 dependen. Jika 2 ditemukan nilai r melebihi nilai R pada model penelitian, maka dari model persamaan tersebut terdapat multikolinieritas, dan sebaliknya jika R2 lebih besar dari semua r2 maka menunjukkan tidak terdapatnya multikolinieritas pada persamaan yang diuji. Pengujian atas batasan ini untuk persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian menghasilkan: commit to user 126 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas Variabel r2 R2 Kesimpulan PDRB (X1) 0.283 0.857 Tidak ada Multikolinieritas PMDN (X2) 0.312 0.857 Tidak ada Multikolinieritas Inflasi (X3) -0.033 0.857 Tidak ada Multikolinieritas Suku Bunaga (X4) 0.038 0.857 Tidak ada Multikolinieritas Sumber: Data Primer yang diolah, 2012 Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa keseluruhan nilai r2 kurang dari 0.857. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keempat variabel di atas bebas atau tidak saling berkorelasi. b. Uji terhadap Gejala Heterokedastisitas Pengujian terhadap heterokedastisitas dilakukan dengan pengujian Park. Caranya dengan meregresikan logaritma linier antara nilai residual kuadrat dan nilai variabel inbdependen untuk memperoleh nilai koefisien yang kemudian dilihat signifikansinya. Jika nilai signifikansinya lebih dari 5 % (0,05), maka tidak terdapat heterokedastisitas. Sebaliknya jika signifikansinya lebih kecil dari 5 % (0,05), maka terdapat heterokedastisitas. Tabel 4.9 Uji Heterokedastisitas (Uji Park) Variabel Sig.t Sig Kesimpulan PDRB (X1) 1,000 0,05 Tidak ada heterokedastisitas PMDN (X2) 1,000 0,05 Tidak ada heterokedastisitas Inflasi (X3) 1,000 0,05 Tidak ada heterokedastisitas Suku Bunaga (X4) 1,000 0,05 Tidak ada heterokedastisitas Sumber: Data Primer yang diolah, 2012 commit to user 127 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan tabel di atas, semua nilai signifikansi variabel independen lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heterokedastisitas dalam model regresi. c. Uji terhadap Gejala Autokorelasi Algifari (2000:89) mengemukakan bahwa autokorelasi merupakan korelasi antara anggota sampel yang di urutkan berdasarkan waktu. Untuk mendiagnosis adanya autokorekasi dalam suatu model regresi dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut : Tabel 4.10 Pengukuran Autokorelasi Hipotesis Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negative No Decision 4-du Tidak ada autokorelasi positif atau Diterima du < d < 4-du negative Sumber: Algifari, 2000 Adapun nilai dl dan du sesuai dengan tabel Durbin Watson dengan jumlah varibel 4 dan jumlah data 26 yaitu dl = 0,855 dan du = 1,517. Pengujian dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Berdasarkan model summary (lampiran) diperoleh nilai DWhitung adalah 1,380. Dari 4.5 di atas, dapat kita ketahui bahwa nilai DW hitung terletak pada interval 0,855 sampai dengan 1,517. Dengan demikian, DW jatuh pada daerah yang tidak terdapar korelasi positif antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. commit to user 128 -dl perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan hasil regresi OLS yang dilakukan untuk membuktikan praduga dalam penelitian ini, dapat dikatakan memenuhi semua asumsi klasik ekonometri, sehingga persamaan yang dihasilkan dapat digunakan untuk diintepretasikan secara ekonomi. I. Interpretasi Ekonomi Hasil pengujian statistik dan ekonometrik yang telah dilakukan diatas, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan cukup baik untuk menerangkan perubahan-perubahan penanaman modal asing di DIY. Dari seluruh variabel utama yang dimasukkan ke dalam model, ternyata tidak semua variabel bebas signifikan. Hal ini berarti penanaman modal asing di DIY hanya dipengaruhi oleh sebagian dari variabel bebas yang diuji. Pengujian statistik yang telah dilakukan meliputi besaran-besaran koefisien determinasi (R2) dan pengujian arti penting statistik baik bagi masing-masing koefisien regresi secara individu (membandingkan t hitung dengan t tabel) maupun arti penting secara simultan (membandingkan F hitung dengan F tabel). Pengujian lain yang berkenaan dengan uji terhadap penyimpangan asumsi klasik atas gejala multikolinieritas, heterokedastisitas dan autokorelasi. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh cukup tinggi, yaitu 0,830 (mendekati 1), sehingga dapat diartikan bahwa sebesar 83 % variabel penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta (variabel tergantung) dapat dijelaskan oleh variabel PDRB DIY, PMDN, Inflasi, dan suku bunga sebagai variabel bebasnya. Sementara sisanya (17%) dijelaskan oleh variabel yang lain. Hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh F hitung sebesar 31,501 yang lebih besar dari F tabel pada tingkat signifikansi 5% (2,840). Ini berarti bahwa penanaman modal asing di DIY secara simultan dipengaruhi oleh PDRB DIY, PMDN, Inflasi, dan suku bunga. Interpretasi dari uji terhadap signifikansi masing-masing variabel yang diteliti dijelaskan sebagai berikut: commit to user 129 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. PDRB Hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk variabel PDRB sebesar 3,426 dengan signifikansi 0,003. Melihat t hitung yang lebih besar dari tabel (3,426 > 1,708) dapat dikatakan bahwa Ho daru uji hipotesis ditolak yang berarti bahwa variabel PDRB mempengaruhi secara signifikan perubahan modal asing di Daeerah Istimewa Yogyakarta. Pengaruh positif variabel PDRB (X1) dapat dilihat pada model regresi yang terbentuk, yaitu sebesar 3,426. Pengaruh positif ini memberi arti bahwa antara PDRB dan penanaman modal asing memiliki hubungan yang searah, yaitu jika PDRB ditingkatkan 1 satuan maka penanaman modal asing di DIY akan bertambah sebesar 3,426. Sebaliknya, jika PDRB berkurang 1 satuan maka penanaman modal asing akan turun sebesar 3,426. Hal ini memberi indikasi bahwa upaya untuk mengurangi biaya antara dari masing- masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) di Daerah Istimewa Yogyakarta telah banyak diupayakan oleh pelaku ekonomi atau unit-unit usaha, agar mampu memiliki kemampuan finansial. Unit-unit produksi yang dikelompokkan menjadi lapangan usaha, diarahkan agar mampu bersaing tanpa harus mengembangkan volume pembiayaan, sehingga usaha itu lebih survival, dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. 2. PMDN Hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk variabel PMDN sebesar 3,780 dengan signifikansi 0,001. Melihat t hitung yang lebih besar dari tabel (3,780 > 1,708) dapat dikatakan bahwa Ho daru uji hipotesis ditolak yang berarti bahwa variabel PMDN mempengaruhi secara signifikan perubahan modal asing di Daeerah Istimewa Yogyakarta. Pengaruh positif variabel PMDN (X1) dapat dilihat pada model regresi yang terbentuk, yaitu sebesar 3,780. Pengaruh positif ini memberi arti bahwa antara PDMN dan penanaman modal asing memiliki hubungan yang searah, yaitu jika PMDN ditingkatkan 1 satuan maka penanaman modal commit to user 130 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id asing di DIY akan bertambah sebesar 3,780. Sebaliknya, jika PMDN berkurang 1 satuan maka penanaman modal asing akan turun sebesar 3,780. Peran pemerintah daerah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif nampaknya akan memberikan hasil yang baik. Strategi untuk berperan secara sistematis sejajar terhadap pengusaha pribumi untuk lebih berkembang. Paradigma ini yang dikembangkan pemerintah dan pelaku usaha, sehingga peran PMDN akan semakin terasa manfaatnya, efeknya atau dampaknya. 3. Inflasi Hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk variabel inflasi sebesar 0,398 dengan signifikansi 0,695. Melihat t hitung yang lebih kecil dari tabel (-0,398 < 1,708) dapat dikatakan bahwa Ho daru uji hipotesis diterima yang berarti bahwa variabel inflasi tidak mempengaruhi secara signifikan perubahan modal asing di Daeerah Istimewa Yogyakarta. Pengaruh negatif variabel Inflasi (X3) dapat dilihat pada model regresi yang terbentuk, yaitu sebesar -0,398. Pengaruh negatif ini memberi arti bahwa antara Inflasi dan penanaman modal asing memiliki hubungan yang berbanding terbalik, yaitu jika Inflasi ditingkatkan 1 satuan maka penanaman modal asing di DIY akan berkurang sebesar 0,398. Sebaliknya, jika Inflasi berkurang 1 satuan maka penanaman modal asing akan bertambah sebesar 0,398. Amat disayangkan bahwa pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta belum mampu menekan laju inflasi sehingga masih menciptakan kesenjangan antara pemilik modal besar dengan perusahaan bermodal menengah. Namun tingkat inflasi ini dirasakan secara nasional, sehingga tidak perlu banyak berpengaruh terhadap iklim usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta itu sendiri. 4. Suku Bunga Hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk variabel suku bunga sebesar 0,460 dengan signifikansi 0,650. Melihat t hitung yang lebih kecil dari tabel (0,460 < 1,708) dapat dikatakan bahwa Ho daru uji hipotesis commit to user 131 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diterima yang berarti bahwa variabel suku bunga tidak mempengaruhi secara signifikan perubahan modal asing di Daeerah Istimewa Yogyakarta. Pengaruh positif variabel Suku Bunga (X2) dapat dilihat pada model regresi yang terbentuk, yaitu sebesar 0,460. Pengaruh positif ini memberi arti bahwa antara suku bunga dan penanaman modal asing memiliki hubungan yang searah, yaitu jika suku bunga ditingkatkan 1 satuan maka penanaman modal asing di DIY akan bertambah sebesar 0,460. Sebaliknya, jika suku bunga berkurang 1 satuan maka penanaman modal asing akan turun sebesar 0,460. Harus diakui bahwa tingkat suku bunga yang rendah akan memberikan dampak terhadap pengembangan usaha menengah dan kecil, bahkan mikro. Hal ini menjadi fokus usaha dari pemerintah dan sektor swasta dalam melaksanakan kegiatan bisnis dan memberi iklim yang kondusif terhadap kegiatan bisnis di Daerah Istimewa Yogyakarta itu sendiri mungkin secara mandiri. Pengujian terhadap hipotesis yang telah dikemukakan diperoleh bahwa koefisien yang negatif adalah hanya pada variabel inflasi, sedangkan pada variabel lainnya, yaitu PDRB DIY, PMDN dan suku bunga menunjukkan hubungan yang positif. Akan tetapi variabel suku bunga dan tingkat inflasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanaman modal asing di Indonesia. Berarti bahwa tidak seluruh variabel bebas yang diteliti sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan dalam skripsi ini. Variabel bebas yang signifikan mempengaruhi penanaman modal asing di DIY (yaitu PDRB DIY dan PMDN), terlihat bahwa variabel bebas yang memiliki koefisien terbesar adalah PMDN yaitu sebesar 3,870. Hal ini berarti PMDN memberikan pengaruh dominan terhadap penanaman modal asing dibandingkan variabel bebas yang lain. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa investor asing cenderung berani menanamkan modalnya dengan lebih besar di Indonesia jika ada hasil positif dari investasi tersebut yang tampak mata dan dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Percerminan dari hal ini adalah tingginya nilai penanaman modal dalam negeri atau PMDN itu sendiri. commit to user 132 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. PDRB terhadap PMA DIY juga mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan sebesar 3,246. Ini berarti bahwa produk domestik yang berkembang dan dihasilkan oleh DIY cukup mendorong investor asing untuk menanamkan modalnya di DIY. 2. PMDN sebagai realisasi fisik dari adanya PMA mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dengan PMA DIY sebesar 3,780. Ini berarti bahwa dengan tersedianya fasilitas PMA, pelaksanaan kegiatan investasi ini dapat berjalan dengan lancar. 3. Tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing di DIY. 4. Suku bunga Internasional tidak berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing di DIY. 5. Fluktuasi tahunan atas PMA di DIY periode 1986-2011 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya PDRB, PMDN, inflasi dan tingkat suku bunga internasional. 6. Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa suku bunga internasional dan tingkat inflasi di Indonesia tidak mempengaruhi perubahan investasi di DIY. B. Implikasi Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa masukan sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengaruh variabel-variabel bebas terhadap PMA di DIY masih terbilang kecil sehingga dipandang perlu commit to user 133 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk meningkatkan usaha dalam rangka menciptakan iklim investasi yang menarik antara lain yaitu : a. Terkait dengan PDRB, pemerintah dan pihak terkait diharapkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan membuat birokrasi yang mudah dan meningkatkan pemahaman aparat daerah tentang prosedur investasi, serta mengadakan promosi yang lebih gencar terhadap sektor-sektor usaha di DIY. b. Terkait dengan PMDN, pemerintah diharapkan untuk meningkatkan ketersediaan dan kinerja fasilitas atau infrastruktur PMA. Selain itu melarang adanya pungutan retribusi yang tidak didasarkan atas adanya pelayanan jasa. c. Meningkatkan ketersediaan dan kinerja fasilitas atau infrastruktur Penanaman Modal Asing (PMA). d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). e. Birokrasi yang mudah dan memberi peningkatan akan pemahaman aparat daerah tentang prosedur investasi. f. Melarang adanya pungutan retribusi yang tidak didasarkan atas adanya pelayanan jasa. g. Mengadakan promosi yang lebih gencar terhadap sektor-sektor usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 2. Dalam menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, kita harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kesanggupan kita untuk menerima investasi asing yang bersifat offshore production dengan selalu menjaga biaya-biaya input yang kompetitif, peningkatan sumber daya manusia, peningkatan ketersediaan dan kinerja fasilitas atau infrastruktur sehingga memperlancar produksi. C. Saran Hasil dari penelitian ini dapat dikemukakan beberapa masukan atau saran-saran yaitu sebagai berikut: 1. Meskipun diakui oleh kalangan pelaku bisnis bahwa tingkat suku bunga internasional berpengaruh terhadap penanaman modal asing, namun commit to user 134