F0105038 H. LUKMAN ARIF

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENANAMAN MODAL ASING DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SYARAT UNTUK MENCAPAI
GELAR SARJANA EKONOMI JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
OLEH:
ARIF LUKMAN H.
F0105038
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENANAMAN MODAL ASING DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 22 Oktober 2012
Tim Penguji Skripsi
1. DRS. SUPRIYONO, M.Si
( ……………………)
NIP. 196002211986011001
Ketua
2. DRS. SUTANTO, M.Si
( ……………………)
NIP. 195611291986011001
Sekretaris
3. DR. AM SOESILO, M.S
( ……………………)
Anggota
NIP. 195903281988031001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu terdapat kemudahan, maka apabila kami
telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain
dan hanya Allah lah hendaknya kamu berharap.
(Q.S. Al Insyirah: 6-8)
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(Q.S. Ar Ra’d: 11)
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang
harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka
menyukainya atau tidak.
(Copyright 2012 MutiaraCinta.Info)
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali.
Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah
tempat meminta dan memohon.
(Copyright 2011-2012 Design By Dadang Herdiana)
Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama
untuk menyelesaikannya.
If you want something you’ve never had, you must be willing to do something
you’ve never done.
Success is a journey, not a destination.
Don’t look the book by it’s cover.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan kepada:
Allah SWT yang selalu memberikan anugerah, berkah, nikmat, dan karunia kepada
kita semua sebagai umatnya.
Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri teladan bagi kita semua sebagai
umatnya, serta doanya yang tidak pernah putus dari awal hingga akhir jaman kepada
umatnya.
Ayah dan Ibuku tercinta, yang selalu mencurahkan segala perhatian dan kasih
sayangnya tanpa mengenal lelah.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang selalu komit dalam meningkatkan pelayanan
dan kapasitas angkut baik KA penumpang maupun KA barang.
Redaksi MKA dan KATV Group yang selalu memberikan ilmu perkeretaapiannya
baik dalam negeri maupun luar negeri setiap bulannya tanpa kenal lelah dan tak
pernah kehabisan topik untuk diulasnya.
Kelompok pecinta kereta api seluruh belahan dunia yang selalu membantu
memberikan kontribusinya terhadap dunia perkeretaapian tanpa lelah, tanpa pamrih.
Log Zhelebour Production yang selalu memberikan kontribusinya terhadap
perkembangan musik rock & metal di Indonesia tanpa kenal lelah dan tahan banting
dari segala perubahan trend musik.
My lovely brother yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan kasih sayang.
All of my friends
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi mengenai
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing di
Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 1986-2011”, sebagai tugas akhir guna
memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Sukarta.
Disusunnya penelitian skripsi ini tidak lepas dari peran dan bantuan
beberapa pihak dan sumber. Karena itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia kepada kita semua.
2. Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri teladan bagi semua
umat-umatnya hingga akhir jaman/dunia, serta safaatnya.
3. Pemimpin Fakultas : Dekan (Dr. Wisnu Untoro, M.S.), Pembantu Dekan I
(Drs. Muh Agung Prabowo, M.S.i., AK), Pembantu Dekan II (Drs. Harmadi,
M.M.), Pembantu Dekan III (Lukman Hakim, S.E., M.S.i). Terima kasih atas
semua
kebijakan-kebijakan
yang
beliau
berikan
kepada
mahasiswa-mahasiswi dalam menempuh pendidikan.
4. Senat : Ketua (Dr. Wisnu Untoro, M.S.), Sekretaris (Dr. Bandi, M.S.i, AK).
5. Jurusan Ekonomi Pembangunan : Ketua (Drs. Supriyono, M.S.i), Sekretaris
(Izza Mafruhah, S.E., M.S.i.), Sekretaris Program Swadana Transfer (Drs.
Sutanto, M.S.i).
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Nurul Istiqomah, SE, M..Si., selaku pembimbing akademis yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat dalam proses pengambilan mata kuliah.
7. Dr. AM Soesilo, M.S. , selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan
motivasi, bimbingan dan kontribusi yang berarti bagi penulis.
8. Bapak dan Ibu dosen pengajar beserta staff dan karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bekals
ilmu, bimbingan, dan pelayanan bagi peneliti selama ini.
9. Ayah dan Ibunda tercinta, yang memberikan motivasi untuk menyelesaikan
skripsi ini.
10. Mas Ipung (Hoest), Mas Pipin, Mas Alma, dan Gilang, terima kasih atas ilmu
yang kau berikan kepada saya sehingga penulis bisa tahu tentang permusikan
di Indonesia dan Mancanegara. Serta bisa memainkan alat musik yang baik
dan benar.
11. Bude Par dan keluarga, terima kasih atas bantuannya dalam mensupport saya,
serta mencarikan saya tempat kost.
12. Pak Budi dan keluarga & Mas Agus dan keluarga, selaku pemilik tempat kost
terima kasih atas memberikan saya tumpangannya selama saya ngekost.
13. Kawan-kawanku The Kost “Wisma Annisa” Pucang Sawit (Mas Bagyo, Mas
Ipung/Indro, Mas Ginanjar, Mas Agung, Mas Khamem N, Mas Eko, Mas
Gembos/Dody, Mas Fani, Mas Rahmat, Mas Kelly, Mas Zacky, Mas
Ntik/Triyanto, Mas Heri/Noto, Putra, Khoirul, Kisworo, Rian, Farid, Iwan,
Hafid, Anto, Kurnia, Krisna, Dede, Hendrik, Gery, Andriyanto, Amin, Edi,
dll). Terima kasih atas suportnya, kebersamaannya selama ini.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14. Pak Pardi, Bu Mamik & keluarga, selaku pemilik warung makan terima kasih
atas pelayanannya yang diberikan kepada saya dalam hal pemenuhan
kebutuhan lahiriah, serta Pak Hono pemilik warung HIK.
15. PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT KAI Commuter Jabodetabek,
selaku operator transportasi darat terima kasih atas pelayanannya yang
diberikan
kepada
saya
dalam
menjalankan
aktivitas
perekonomian
sehari-hari.
16. Redaksi Majalah KA dan KATV Group, selaku media cetak media massa
terima kasih atas ilmu perkeretaapian baik dalam negeri maupun luar negeri
yang diberikan kepada saya sehingga pengtahuanku bertambah, serta
menumbuhkan kepada saya untuk rasa cinta akan kereta api.
17. Kompak, Edan Sepur, Komunitas Sejarah Perkeretaapian Indonesia (KSPI),
Indonesian Railways Preservation Society (IRPS), Peka Matra, KRL-Mania,
GM Marka, Maska, Pramekers, dll, selaku wadah komunitas pecinta kereta
api terima kasih atas persahabatan kita selama ini dan terima kasih telah
memberi support luar biasa hebat bagi penulis.
18. BPPI dan HMJ Ekonomi Pembangunan, selaku unit kegiatan mahasiswa
terima kasih atas kebersamaan persahabatannya dalam berorganisasi selama
itu bagi penulis.
19. Mas Dody Ariyanto & Bapak Drs. Mamiek, SR., terima kasih atas bantuanya
dalam menysun tugas skripsi ini dari awal hingga akhir berjalan dengan
lancar. Dan penulis belajar banyak hal dari anda dan semua itu telah membuat
penulis semakin kuat.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20. Railshop Bale Mangganti Solo Balapan, terima kasih atas pelayanannya yang
diberikan kepada saya dalam membeli Majalah KA dan pernak-pernik KA
yang lain.
21. Bonanza, Popeye, Bulletin, Disc Tarra, Harapan Musik Solo, dll. Selaku toko
kaset, cd, vcd, dvd, dll. Terima kasih atas pelayanannya yang diberikan
kepada saya dalam mencari dan membeli barang dagangan yang saya
butuhkan.
22. Dan semua pihak yang telah membatu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan
kepada penulis, yang dapat atau pun belum dapat penulis sebutkan, mendapatkan
imbalan yang semestinya dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna.
Mengingat keterbatasan biaya dan pengetahuan penulis, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan agar lebih sempurnanya
skripsi ini.
Boyolali, 22 Oktober 2012
Penulis
Arif Lukman H.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO .........................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi
ABSTRAK
............................................................................................................................. xvi
i
ABSTRACT........................................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................17
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................18
D. Manfaat Penulisan ................................................................................18
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 19
A. Landasan Teori ..................................................................................... 19
1. Pengertian PMA ............................................................................. 19
2. Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct
Investment) ..................................................................................... 22
3. Arti Penting PMA ..........................................................................24
4. Teori PMA ..................................................................................... 27
5. Gambaran Umum Variabel Yang Mempengaruhi PMA ...............34
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .............................. 34
b. Penanaman Modal Dalam Negeri ............................................35
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Perkembangan Inflasi di Indonesia ..........................................45
i. Karakter Inflasi di Indonesia .............................................. 46
d. Perkembangan LIBOR (London Inter Bank Offer Rate) .........50
6. Jenis-Jenis Penanaman Modal.......................................................51
a. Berdasarkan wewenang dan resiko yang ditanggung .............. 51
b. Berdasar ada tidaknya pengaruh faktor-faktor tingkat bunga,
pengeluaran konsumsi dan tingkat pendapatan........................51
c. Berdasar pelaksanaannya .........................................................51
7. Peran Penanaman Modal Asing ..................................................... 52
8. Peranan Penanaman Modal Asing Bagi Negara Sedang
Berkembang. ..................................................................................53
9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing ....55
10. Pengertian Investasi .......................................................................56
11. Investasi (Penanaman Modal) ........................................................56
a. Fungsi Investasi........................................................................59
b. Penentu-Penentu Tingkat Investasi .........................................60
c. Investasi, Keuntungan Dan Tingkat Bunga ............................. 61
d. Tingkat Pengembalian Modal ..................................................62
e. Efisiensi Modal Marginal.........................................................64
f. Tingkat Bunga Dan Tingkat Investasi ..................................... 66
g. Pendapatan Nasional ................................................................67
12. Landasan Teori Investasi ...............................................................68
13. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi ...............................71
14. Penentu-Penentu Investasi Yang Direncanakan ............................72
15. Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Investasi di Suatu Negara ...... 73
16. Sebab-Sebab Kurangnya Investasi di Indonesia ............................74
17. Penentu Tabungan Dan Investasi. ..................................................74
a. Pandangan Keynes ...................................................................75
b. Perbandingan Pandangan Klasik Dan Keynes .........................76
c. Tingkat Upah Dan Tingkat Kegiatan Ekonomi Negara ...........78
18. Jenis-jenis Investasi........................................................................79
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19. Beberapa Kendala Investasi ...........................................................80
20. Faktor-Faktor Pendorong Investasi ................................................81
21. Masalah Inflasi ...............................................................................83
a. Sebab-Sebab Inflasi .................................................................83
b. Akibat Buruk Inflasi.................................................................85
c. Tingkat Inflasi ..........................................................................85
22. Inflasi Dan Implikasinya ................................................................87
23. Landasan Teori Bagi Ikut Sertanya Beberapa Variabel Dalam
Model ............................................................................................. 88
a. Eclectic Theory ........................................................................88
b. Konsep Marginal Efficiency of Capital (MEC) .......................92
24. Hubungan Antara Variabel-Variabel Independen dengan Variabel
Dependen .......................................................................................94
a. Tingkat Bunga Internasional (LIBOR) ....................................94
b. Tingkat Inflasi di Indonesia ..................................................... 95
c. Penyediaan Fasilitas (Prasarana) PMA ....................................97
d. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .............................. 98
e. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ............................. 99
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................103
C. Hipotesis Operasional ..........................................................................104
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 105
A. Desain Penelitian..................................................................................105
B. Data dan Metode Pengumpulan Data...................................................105
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ....................107
D. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 109
1. Analisis Varian (Uji F) ...................................................................109
2. Uji t ................................................................................................110
2
3. Koefisien Determinan (R )............................................................. 111
4. Test Asumsi Klasik ........................................................................112
a. Uji Multikolinieritas .................................................................112
b. Uji Heterokedastisitas .............................................................. 112
c. Uji Autokorelasi .......................................................................113
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..........................................115
A. Penanaman Modal Asing di DIY .........................................................115
B. Pendapatan Domestik Regional Bruto DIY .........................................116
C. Penanaman Modal Dalam Negeri di DIY ............................................117
D. Catatan Inflasi Indonesia Periode 1986-2011 ...................................... 118
E. Kondisi Suku Bunga (LIBOR) Periode 1986-2011 ............................. 120
F. Analisis Deskriptif ...............................................................................121
G. Analisis dan Pembahasan ..................................................................... 122
H. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 123
I. Interpretasi Ekonomi ............................................................................129
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 133
A. Kesimpulan ..........................................................................................133
B. Implikasi...............................................................................................133
C. Saran..................................................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................136
LAMPIRAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Menghitung Indeks Harga Konsumen......................................86
Tabel 2.2 Eclectic Theory.....................................................................................90
Tabel 2.3 Teori Tentang Eclectic Theory..............................................................91
Tabel 3.1 Pengukuran Autokorelasi ....................................................................114
Tabel 4.1 Nilai Invetasi Asing DIY Periode 1986-2011 ..................................... 115
Tabel 4.2 Perkembangan PDRB DIY Periode 1986-2011 ..................................117
Tabel 4.3 Penanaman Modal Dalam Negeri DIY Periode 1986-2011 ...............118
Tabel 4.4 Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode 1986-2011 ..................... 119
Tabel 4.5 Tingkat Suku Bunga (LIBOR) Periode 1986-2011 ............................120
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif .............................................................................. 121
Tabel 4.7 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda ............................................. 123
Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas............................................................................127
Tabel 4.9 Uji Heterokedastisitas (Uji Park) ........................................................127
Tabel 4.10 Pengukuran Autokorelasi ..................................................................128
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Siklus Vernon.........................................................................31
Gambar 2.2 Model Baru........................................................................................31
Gambar 2.3 Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga.................................................60
Gambar 2.4 Efisiensi Modal Marginal..................................................................65
Gambar 2.5 Tingkat Bunga dan Tingkat Investasi................................................67
Gambar 2.6 Investasi Terpengaruh.......................................................................68
Gambar 2.7 Hubungan Invetasi dan Pertumbuhan Ekonomi...............................70
Gambar 2.8 Pandangan Klasik dan Keynes Mengenai Penentuan Tabungan.......77
Gambar 2.9 Kurva Fungsi Investasi (MEC)..........................................................94
Gambar 2.10 Pengeluaran Investasi Sebagai Fungsi Tingkat Bunga....................95
Gambar 2.11 Demand Inflation and Supply Inflation..........................................87
Gambar 3.1 Grafik Uji F.....................................................................................110
Gambar 3.2 Grafik Uji t......................................................................................111
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Hasil Uji Statistik Deskriptif
LAMPIRAN II
Model Summary
LAMPIRAN III
Hasil Uji Kolinieritas
LAMPIRAN IV
Hasil Uji Autokorelasi
LAMPIRAN V
Hasil Uji Heterokedastisitas
LAMPIRAN VI
Adjusted R2
LAMPIRAN VII
Hasil Uji Pengaruh Simultan (F Hitung)
LAMPIRAN VIII
Hasil Uji Pengaruh Parsial (t Hitung)
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL
ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1986 2011
Arif Lukman H.
F 0105038
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan domestic regional bruto
(PDRB), penanaman modal dalam negeri (PMDN), inflasi dan suku bunga terhadap
penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 1986-2011. Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari variabel PDRB, PMDN,
inflasi, dan suku bunga dari periode 1986-2011 yang penulis peroleh dari berbagai sumber.
Model regreasi Ordinary Least Square digunakan untuk pengujian hipotesis, dengan
menggunakan metode analisis baik metode kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis regresi variabel PDRB dan
PMDN memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penanaman moda asing di Daerah
Istimewa Yogyakarta pada periode 1986-2011, sedangkan variabel inflasi dan suku bunga
tidak berpengaruh signifikan.
Sehingga diharapkan pemerintah meningkatkan lini terkait PDRB dan PMDN untuk memacu
peningkatan investasi asing di DIY.
Kata Kunci: PDRB, PMDN, Inflasi, Suku Bunga, dan PMA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
FACTOR ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING FOREIGN INVESTMENT IN
THE AREA PARTIES YOGYAKARTA 1986
2011
Arif Lukman H.
F 0105038
This study aimed to determine the effect of regional gross domestic income (GDP), domestic
investment (DCI), inflation and interest rates on foreign investment in the period 1986-2011
Yogyakarta. The data used in this study is a secondary data of the variables GDP, domestic
investment, inflation, and interest rates of the period 1986-2011 the authors obtained from
various sources. Regreasi Model Ordinary Least Square is used for hypothesis testing, using
both analytical methods of qualitative and quantitative methods.
The results showed that based on regression analysis of GDP and domestic variables have a
significant impact on foreign investment modes in Yogyakarta Special Region in the period
1986-2011, while inflation and interest rate variables are not significant.
It is expected that the government increase the GDP and domestic related lines to spur an
increase in foreign investment in the province.
Keywords: GDP, Domestic Investment, Inflation, Interest Rates, and PMA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terbatasnya sumber daya modal adalah salah satu masalah yang
dihadapi
oleh
kebanyakan
negara
berkembang
dalam
melaksanakan
pembangunan ekonomi. Minimnya modal membawa pada rendahnya
produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan masyarakat. Hal ini
berarti akan terjadi keterbatasan modal untuk investasi. Keadaan ini akan terus
berlangsung sampai ada upaya untuk meningkatkan investasi dalam
mendongkrak pertumbuhan ekonomi sampai pada tingkat yang tinggi. Negara
berkembang cukup identik dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia
yang ada, hal ini berarti kemampuannya untuk mengakses segala macam
peluang sektor ekonomi menjadi terbatas. Rata-rata negara berkembang hanya
mengandalkan devisanya hanya dari jenis retribusi (pungutan, pajak) dan
belum mampu mengelola semua kekayaan sumber daya alam yang
dimilikinya secara optimal. Pada dasarnya, yang harus dibenahi terlebih
dahulu pada suatu negara yang mengandalkan hal tersebut adalah
meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya dengan membuka akses
jenjang pendidikan, keahlian dan keterampilan setinggi-tingginya.
Dalam kondisi lain, salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam
pemenuhan kebutuhan akan investasi adalah dengan penanaman modal asing.
Untuk negara-negara yang masih berkembang seperti Indonesia, penanaman
modal asing memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pinjaman komersil
untuk pembiayaan pembangunan. Penanaman modal asing merupakan salah
satu sumber dana dan jasa pembangunan di negara sedang berkembang berkat
sifat khususnya berupa paket modal, teknologi, dan keahlian manajemen yang
selektif
sertas
pemanfaatannya
dapat
disinkronkan
dengan
pembangunan negara yang bersangkutan (Sumantoro, 1983:9).
commit to user
1
tahapan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada umumnya ada terdapat 5 (lima) tujuan investasi yaitu:
1. Untuk berjaga-jaga. Banyak orang mengatakan bahwa salah satu kepastian
dalam hidup ini adalah ketidakpastian. Hidup manusia selalu dikelilingi
dengan resiko, baik kecil maupun besar. Untuk tujuan berjaga-jaga inilah
kita melakukan investasi sehingga diharapkan jika terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan secara tiba2 dalam hal keuangan, kita masih memiliki
cadangan untuk mengatasinya.
2. Mendapatkan keuntungan. Kita melakukan investasi untuk mendapatkan
keuntungan jangka pendek berupa kenaikan nilai dari jumlah dana yang
diinvestasikan.
3. Mengalahkan inflasi. Harapan kita adalah mendapatkan hasil investasi
yang jauh di atas angka inflasi.
4. Memiliki kehidupan yang lebih layak. Setiap orang menginginkan
kemajuan
dalam
hidupnya,
termasuk
dalam
hal
materi.
Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah
melakukan investasi sedini mungkin.
5. Mempersiapkan dana pensiun. Jika seseorang memasuki usia pensiun,
berarti dia tidak bisa lagi mengharapkan pendapatan dari kantor tempat ia
bekerja. Karena itu mau tak mau kita harus mempersiapkan sendiri danadana yang dibutuhkan pada saat2 masuk pensiun. Untuk mencukupi
kebutuhan dana tersebut, kita harus memulai investasi sejak dini.
Ciri negara terbelakang ialah “modal kurang” atau “tabungan rendah”
dan “investasi rendah”. Tidak hanya persediaan modal yang sangat kecil tetapi
juga laju pembentukan modal uang sangat rendah. Rata-rata investasi kotornya
hanya 5 sampai 6% dari pendapatan nasional kotor, sedangkan di negara maju
berkisar antara 15 sampai 20%. Laju tabungan yang rendah seperti itu hampir
tidak cukup untuk menghadapi pertumbuhan penduduk yang cepat dengan laju
2 sampai 2,5% per tahun, apalagi menginvestasi di proyek-proyek modal baru.
Sebenarnya, dengan laju tabungan yang ada, mereka hampir tidak dapat
menutup penyusutan modal dan bahkan untuk mengganti peralatan modal
yang ada. Usaha memobilisasi tabungan domestik melalui perpajakan dan
pinjaman masyarakat hampir tidak cukup untuk menaikkan laju pembentukan
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
modal yang ada melalui investasi. Malahan langkah tersebut menyebabkan
merosotnya standar konsumsi, dan membuat rakyat semakin menderita. Impor
modal asing membantu mengurangi kekurangan tabungan domestik melalui
pemasukan peralatan modal dan bahan mentah dan dengan demikian
menaikkan laju tabungan marginal dan laju pembentukan modal (Jhingan,
M.L.2000:29).
Negara berkembang adalah Negara yang dicekam kemiskinan seperti
yang tercermin didalam pendapatan perkapita yang rendah. Pendapatan
perkapita yang rendah ini lebih jauh tercermin pula dalam standard kehidupan
rakyatnya yang rendah. Dinegara seperti ini makanan merupakan jenis
konsumsi utama dan sekitar 75 % dari pendapatan dibelanjakan untuk
makanan, dibandingkan dengan Negara maju yang hanya 20 %. Karena
tiadanya makanan yang bergizi seperti daging, telur, ikan dan susu,
kebanyakan rakyat menggantinya dengan biji-bijian atau tepung. Rakyat hidup
dalam kondisi yang nyaris tidak sehat. Penduduk tidak memiliki air minum
bersih, tidak memiliki pembuangan sampah yang memenuhi kesehatan.
Kematian anak pada usia muda disebabkan oleh kekurangan gizi, air minum
tidak sehat, sanitasi buruk, kebodohan orang tua, dan langkanya imunisasi.
Pelayanan seperti pendidikan dan kesehatan sangat minim. Pada umumnya,
negara terbelakang memiliki komposisi dua per tiga atau lebih penduduknya
tinggal di daerah pedesaan dan mata pencaharian utama adalah pertanian.
Pemusatan yang berlebihan pada pertanian merupakan salah satu tanda
kemiskinan. Pertanian sebagai mata pencaharian pokok kebanyakan tidak
bersifat produktif, terutama karena ia dilakukan dengan cara kuno dan dengan
metodeproduksi usang serta ketinggalan jaman. Hampir semua Negara
berkembang
mempunyai perekonomian
yang dualistis. Disatu pihak
berekonomi pasar dan dipihak lain berekonomi pertanian. Yang pertama
berpusat dan di dekat kota sedang yang lain didaerah pedesaaan yang satu
maju dan yang lain kurang maju. Dengan berpusat dikota ekonomi pasar
berciri ultra modern sedangkan ekonomi pertanian sangat terbelakang dan
berorientasi pada pertanian.
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber alam suatu Negara terbelakang disebut kurang terolah dalam
arti sumber tersebut tidak atau kurang dimanfaatkan. Suatu Negara mungkin
saja kekurangan sumber alam, tetapi tidak dalam arti relatifnya. Meskipun
suatu Negara miskin dalam sumber alam tetapi ada kemungkinan di masa
depan Negara itu akan berubah menjadi pemilik sumber alam yang besar
sebagai hasil penemuan sumber yang sekarang belum diketahui atau karena
penggunaan sumber yang ada dengan cara baru. Negara terbelakang sangat
mengemukakan
satu
sama
lainnya.
Karena
posisi
demografi
dan
kecenderungannya. Hal mana disebabkan oleh luas, kepadatan, struktur usia
dan laju pertumbuhan pnduduk yang beragam. Namun demikian ada satu
kesamaan ciri yaitu pertambahan penduduk yang cepat. Bersamaan dengan
tingkat pendapatan yang rendah dan nihilnya tingkat pemupukan modal, maka
kian lengkaplah kesulitan bagi Negara seperti itu menopang pertambahan
penduduknya. Dan pada saat yang sama output akan meningkat sebagai hasil
perbaikan teknologi dan pemupukan modal yang berakibat pada tak adanya
perbaikan taraf hidup yang cukup berarti.
Sebagian besar Negara terbelakang mempunyai potensi pertumbuhan
penduduk yang tinggi serta memiliki tingkat kematian (mortalitas) yang
cenderung menurun. Kepadatan penduduk di daerah pertanian begitu tinggi
dibandingkan dengan luas tanah yang dapat ditanami. Kelangkaan tanah
dalam kaitannya dengan besar penduduk menyebabkan penanaman berlebihan
dan penggarapan tanah tanpa sela dengan demikian berarti justru menghambat
kemajuan ekonomi. Di Negara terbelakang dijumpai pengangguran dan
pengangguran tersembunyi dalam jumlah besar. Pengangguran di kota
membengkak seiring dengan urbanisasi dan meningkatnya pendidikan. Akan
tetapi sector industri tidak berkembang sejalan dengan pertumbuhan tenaga
kerja, sehingga memperbesar pengangguran. Disamping itu ada pula
penganggur yang berpendidikan. Mereka gagal mendapatkan pekerjaan karena
tegarnya struktur dan tiadanya perencanaan tenaga kerja. Dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata tahunan penduduk kota sebesar 4,5 %, 20 % adalah
penganggur.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapula jenis pengangguran tersembunyi lainnya dinegara seperti ini
umpama apabila seseorang karena menganggur terpaksa melakukan pekerjaan
yang menurutnya tidak sesuai dengan keinginannya atau tidak sepadan dengan
pendidikannya. Lebih jauh ada pula yang bekerja sehari penuh tetapi dengan
imbalan yang sangat sedikit hanya cukup untuk bangkit dari batas kemiskinan.
Mereka adalah pedagang keliling, pedagang kecil, pekerja hotel dan restaurant
dan bengkel-bengkel reparasi dikota. Mereka ini juga terhitung penganggur
tersebunyi. Keterbelakangan ekonomi berupa efisiensi tenaga kerja yang
rendah berbagai sector yang tidak mobil, terbatasnya spesialisasi dalam jenis
pekerjaan, dan dalam perdagangan, kebodohan serta struktur nilai dan sosial
yang
memperkecil
kemungkinan
perubahan
ekonomi.
Sebab
utama
keterbelakangan adalah defisiensi atau produktifitas tenaga buruh yang rendah
dibandingkan dengan Negara maju. Efisiensi tenaga buruh yang rendah
umumnya berasal dari kemiskinan yang terlihat dari standar gizi yang tidak
mencapai kuantum, kesehatan yang buruk, buta huruf, dan tiadanya mobilitas
pekerjaan dan pendidikan.
Ciri khas lain Negara terbelakang adalah tidak adanya kemampuan
wiraswasta yang memadai. Kewiraswastaan terhalang oleh sistem sosial yang
menutup daya cipta. Kekuatan adat istiadat, ketegaran status dan kecurigaan
pada gagasan baru dan kecurigaan pada keinginan intelektual, kesemuanya
menciptakan iklim yang tidak menunjuang eksperimen dan inovasi. Pasar
yang sempit, ketiadaan modal, ketiadaan milik pribadi, ketiadaan kebebasan
berkontrak, ketiadaan hokum dan ketertiban, semuanya merintangi prakarsa
dan usaha. Pada kebanyakan Negara terbelakang tidak saja perusahaan swasta
tetapi juga perusahaan Negara sulit tumbuh karena mekanisme administrasi
tidak bekerja secara efisien. Kelangkaan alat modal merupakan ciri umum lain
dari Negara terbelakang. Negara terbelakang diartikan sebagai perekonomian
yang miskin modal atau dengan tabungan dan investasi yang rendah bukan
saja persediaan modal yang sangat kecil tetapi pemupukan modalnya sangat
rendah. Investasi bruto hanya sekitar 5 – 6 % dari pendapatan nasional bruto.
Sedangkan dinegara industri adalah kira-kira 15-20%.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di sisi lain, Negara terbelakang juga berada pada tingkat teknologi
yang amat tidak efisien. Keterbelakangan teknologi pertama tercermin pada
ongkos produksi rata-rata yang tinggi meski upah buruh rendah; kedua pada
tingginya rasio buruh – output dan modal – output pada umumnya factor harga
yang konstan mencerminkan produktivitas buruh dan modal yang rendah;
ketiga pada besarnya jumlah tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih dan
yang terakhir pada besarnya barang-barang modal yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu output nasional. Orientasi perdagangan luar negeri terlihat
pada ekspor barang-barang primer dan impor barang-barang konsumsi dan
mesin. Peranan minyak, barang tambang, logam, dan barang primer lainnya
dalam mata dagang ekspor. Perekonomian hanya terpusat pada produksi
barang primer untuk ekspor, akibatnya sector ekonomi lainnya terabaikan.
Perekonomian menjadi rentang terhadap fluktuasi harga internasional barangbarang ekspor tersebut. Depresi dunia akan menjatuhkan permintaan dan
harga sebagai akibatnya keseluruhan perekonomian akan terkena efek buruk.
Karena tergantung pada mata dagang ekspor perekonomian akan menjadi
sangat tergantung pada impor. Impor biasanya terdiri dari bahan baker, barang
pabrik, mata dagang primer, alat-alat transport dan mesin, dan bahkan
makanan. (Ilhami, 2000)
Pada konsep yang lain, tabungan-rendah dan investasi-rendah
mencerminkan kurangnya modal dan bersama dengan itu negara terbelakang
mengalami keterbelakangan teknologi. Keterbelakangan teknologi terlihat
pada biaya rata-rata produksi yang tinggi dan produktivitas buruh dan modal
yang rendah-lantaran tenaga buruh yang tidak terampil dan usangnya peralatan
modal. Yang ter-penting, keterbelakangan itu terlihat pada rasio output modal
yang tinggi, yaitu untuk membuat satu unit output diperlukan modal yang
lebih banyak. Peng-gunaan modal asing tidak hanya mengatasi kekurangan
modal tetapi juga keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal uang
dan modal fisik, modal asing juga membawa serta keterampilan teknik, tenaga
ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik-teknik produksi maju,
pembaharuan produk, dan lain-lain. Ia juga melatih tenaga kerja setempat pada
keahlian baru. Semua ini mempercepat pembangunan ekonomi.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dewasa ini teknologi informasi berperan sangat penting. Dengan
menguasai teknologi dan informasi, kita memiliki modal yang cukup untuk
menjadi pemenang dalam persaingan global. Teknologi Informasi (TI) dan
multimedia telah memungkinkan diwujudkannya pembelajaran yang efektif
dan menyenangkan, yang melibatkan siswa secara aktif. Kemampuan TI dan
multimedia dalam menyampaikan pesan dinilai sangat besar. Dalam bidang
pendidikan, TI dan multimedia telah mengubah paradigma penyampaian
materi pelajaran kepada peserta didik. Computer Assisted Instruction (CAI)
bukan saja dapat membantu guru dalam mengajar, melainkan sudah dapat
bersifat stand alone dalam memfasilitasi proses belajar.
Penekanan penting akan memaksimumkan sumber daya manusia di
semua sektor, berarti kita akan membutuhkan sistem komunikasi yang sangat
efektif. Apabila kita merespons pada kebutuhan fokus awal seharusnya lebih
berdasarkan penerimaan informasi daripada penyebaran informasi. Hal ini
hampir memutarbalikan peran jika dibandingkan dengan peran komunikasi
administrasi pendidikan yang dulu. Perbedaan utama antara negara maju dan
negara berkembang adalah kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di negaranegara maju karma didukung oleh sistem informasi yang mapan. Sebaliknya,
sistem informasi yang lemah di negara-negara berkembang mengakibatkan
keterbelakangan dalam penguasaan. Ilmu pengetahuan.dani teknologi. Jadi
jelaslah bahwa maju atau tidaknya suatu negara sangat di tentukan oleh
penguasaan teirhadap informasi, karena informasi merupakan modal utama
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan.teknologi yang menjadi senjata
pokok untuk membangun negara. Sehingga apabila satu negara ingin maju dan
tetap eksis dalam persaingan global, maka negara tersebut harus menguasai
informasi. Di era globalisasi dan informasi ini penguasaan terhadap informasi
tidak cukup harnya sekedar menguasai, diperlukan kecepatan dan ketepatan.
Sebab hampir tidak ada guna menguasai informasi yang telah usang, padahal
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
yang
sangat
cepat
mengakibatkan usia informasi menjadi sangat pendek, dengan kata lain,
informasi lama akan diabaikan dengan adanya informasi yang lebih baru.
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masukan (input) dan kontribusi langsung dari para pemegang peran
(stakeholders) yang lain; siswa, orang tua dan anggota masyarakat juga
memberikan informasi yang sangat membantu dan meningkatkan dukungan
masyarakat bagi pengembangan sekolah. Jika obyektifitas utamanya adalah
memaksimalkan pendidikan sumber daya manusia maka hal itu telah
meningkatkan hubungan komunikasi kita dengan seluruh sektor lingkungan
pendidikan dan para pemegang peran (stakeholders). Lagipula kunci utama
untuk meningkatkan komunikasi harus terfokus pada saling berbagi
komunikasi terbuka dan meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan
dukungkan dari segala bidang.
Kehidupan kita sekarang perlahan lahan mulai berubah dari dulunya
era industri berubah menjadi era informasi di balik pengaruh majunya era
globalisasi dan informatikamenjadikan computer, internet dan pesatnya
perkembangan teknologi informasi sebagai bagian utama yang harus ada atau
tidak boleh kekurangan dikehidupan kita. Aktifitas network globalisasi
ekonomi yang disebabkan oleh kemajuan dari teknologi informasi bukan
hanya mengubah pola produktivitas ekonomi tetapi juga meningkatkan tingkat
produktivita dan pada saat bersamaan juga menyebabkan perubahan structural
dalam kehidupan politik, kebudayaan, kehidupan sosial masyarakat dan juga
konsep waktu dalam dalam berbagai lapisan masyarakat.
Tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi baru ini
yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang
berubah sangat cepat dalam masyarakat kita. Kemampuan untuk berbicara
bahasa asing dan kemahiran komputer adalah dua kriteria yang biasa diminta
masyarakat untuk memasuki era globalisasi baik di Indonesia maupun di
seluruh dunia. Maka dengan adanya komputer yang telah merambah di segala
bidang kehidupan manusia hal itu membutuhkan tanggung jawab sangat tinggi
bagi sistem pendidikan kita untuk mengembangkan kemampuan berbahasa
siswa dan kemahiran komputer.
Negara terbelakang sangat kekurangan modal overhead ekonomi yang
secara langsung diperlukan untuk lebih mempermudah investasi. Proyek jalan
kereta api, jalan raya, kanal dan sumber tenaga merupakan infrastruktur yang
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperlukan bagi pembangunan. Tetapi karena hal-hal tersebut memerlukan
investasi modal yang sangat besar dan mempunyai masa persiapan yang
panjang, negara-negara tersebut tidak akan mampu melaksanakannya tanpa
bantuan modal asing.
Salah satu syarat penting yang perlu dilakukan dalam mengembangkan
suatu perekonomian adalah mewujudkan modernisasi dalam segala bidang
ekonomi yaitu modernisasi disektor pertanian sendiri, mengembangkan
kegiatan industri dan modernisasi dalam pemerintahan. Kekurangan modal
adalah satu ciri penting dari setiap negara yang memulai pembangunannya dan
kekurangan ini bukan saja mengurangi kepesatan pembangunan perekonomian
yang dapat dilaksanakan, tetapi juga menyebabkan kesukaran kepada Negara
tersebut untuk keluar dari keadaan kemiskinan. Perkembangan dan
modernisasi suatu perekonomian memerlukan modal yang sangat banyak.
Infrastruktur harus dibangun, sistem pendidikan harus dikembangkan dan
kegiatan pemerintahan harus diperluas. Dan yang lebih penting lagi berbagai
jenis kegiatan perusahaan dan industri modern harus dikembangkan . Ini
berarti pihak pemerintah dan swasta memerlukan modal yang banyak untuk
mewujudkan modernisasi diberbagai kegiatan ekonomi. (Miftachul Ulum.
2011)
Modal (capital) yang dimaksud adalah semua bentuk kekayaan yang
dapat digunakan, langsung maupun tidak langsung, dalam produksi untuk
menambah output. Modal sangat diperlukan dalam mendirikan sebuah usaha.
Besar kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung dari besar kecilnya usaha
yang akan didirikan. Banyak orang bilang bahwa modal tidak hanya melulu
uang. Modal bisa berupa keahlian, kemauan dan niat yang kuat, dan lain-lain.
Lebih khusus dapat dikatakan bahwa kapital terdiri dari barang-barang yang
dibuat untuk penggunaan produksi pada masa yang akan datang. Hal ini
meliputi pabrik-pabrik dan alat-alat, bangunan-bangunan dan sebagainya.
Capital sebagai alat pendorong perkembangan ekonomi meliputi investasi
dalam pengetahuan teknik, perbaikan-perbaikan dalam pendidikan, kesehatan
dan keahlian. Selain itu juga termasuk sumber-sumber yang menaikan tenaga
produksi, yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya. Dengan
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kata lain, dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang fungsi capital yang
menaikkan
produktivitas
itu
tidak
saja
berujud
pabrik-pabrik
dan
perlengkapan lainnya tetapi juga berujud human capital. Keadaaan capital di
negara-negara sedang berkembang pada umumnya relatif jarang.
Perusahaan membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya.
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Terdapat tiga
jenis badan usaha, yaitu perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan perusahaan
manufaktur. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda
tergantung jenis usaha yang dijalankan. Pengertian modal menurut Brigham
(2006:62) “modal ialah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan
ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek
yang dikenakan bunga”. Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan
(IAI, 2007:9) ”modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban”.
Beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap besar kecilnya investasi asing disuatu negara adalah stabilitas
pemilikan tanah dan mata uang asing. Pengawasan terhadap perusahaan asing,
berbagai bantuan dan fasilitas dari pemerintah, size dan pertumbuhan pasar,
ongkos produksi dan biaya tenaga kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya suatu investasi adalah 1) Ramalan masa depan, suatu uinvestasi
akan dilakukan, jika diramalkan bahwa pada masa yang akan dating akan
member manfaat, 2) Tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga, maka
kegiatan investasi cenderung mengalami penurunan, 3) Perubahan dan
perkembangan teknologi, untuk mengadakan perubahan dan mengembangkan
suatu teknologi, maka juga diperlakukan suatu investasi, 4)
Tingkat
Pendapatan Nasional, semakin tinggi tingkat pendapatan nasional, maka
investasi cenderung mengalami peningkatan.
Berpangkal dari keadaan tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan
kebijakan makro ekonomi yang pada dasarnya berupaya agar sumber
pembiayaaan baru digunakan untuk mengurangi distorsi dalam perekonomian,
baik itu deregulasi di sektor riil maupun di sektor moneter. Undang-Undang
No.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing adalah kebijakan yang
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertama kali dikeluarkan pemerintah. Disusul kemudian Undang-Undang
No.6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri yang ternyata
disambut baik oleh investor baik dalam maupun luar negeri.
Peranan pemerintah dalam ekonomi makro memiliki porsi yang relatif
besar. Kajian terhadap seberapa besar peranan pemerintah diwujudkan dalam
kebijakan moneter, kebijakan
Lemahnya
sisi
permintaan
dan
penawaran
agregat
menyebabkan
perekonomian negara sedang berkembang seolah-olah berada dalam lingkaran
permasalahan tanpa ujung pangkal. Oleh karena itu campur tangan
pemerintah, baik melalui kebijakan ekonomi dan nonekonomi, sangat
diperlukan untuk memutuskan mata rantai permasalahan tersebut. Kebijakan
moneter, kebijakan
dapat digunakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi perekonomian.
a. Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter
adalah
kebijakan
yang
mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang lebih baik (diinginkan) dengan cara
mengubah (menambah atau mengurangi) jumlah uang beredar di
masyarakat.
Kebijakan
moneter
dapat
memperbesar
kemampuan
penawaran agregat melalui pemberian kredit, khususnya kepada kelompok
Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Di Indonesia hal ini telah dilakukan,
misalnya melalui pemberian kredit pertanian. Kebijakan moneter juga
dapat memperbesar permintaan agregat, khususnya untuk kebutuhan
pokok yang sangat penting, seperti perumahan. Di Indonesia hal ini telah
dilakukan misalnya melalui program Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
b. Kebijakan Fiskal
Kebijakan
makro pada kondisi yang lebih baik dengan cara mengubah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah melalui pajak. Kebijakan
melalui
subsidi dapat meningkatkan daya beli atau daya investasi masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan tetap. Misalnya subsidi Bahan Bakar Minyak
(BBM) pada masa lalu sangat menolong masyarakat yang menggunakan
minyak tanah untuk keperluan memasak atau penerangan.
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Demikian juga subsidi pendidikan, telah memungkinkan anak-anak
dari keluarga kurang mampu untuk menikmati investasi Sumber Daya
Manusia (SDM) bersekolah. Di sisi lain, kebijakan
laju perilaku konsumtif masyarakat kaya dan berpendapatan tinggi. Hal ini
dilakukan melalui kebijakan Pajak Penghasilan (PPh) progresif dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), khususnya untuk barang mewah (PPn-BM).
Selain untuk mengelola permintaan agregat, kebijakan
untuk pengelolaan sisi penawaran agregat. Misalnya, pengenaan pajak
progresif akan mengendalikan keinginan individu atau perusahaan yang
mencoba terus meningkatkan keuntungan mereka. Dengan demikian
kesempatan kerja dan usaha akan lebih merata. Jika penawaran agregat
perlu ditingkatkan, pemerintah juga dapat menggunakan instrumen pajak
dan subsidi. Misalnya, subsidi pendidikan yang diberikan kepada
pengelola pendidikan swasta akan meningkatkan penawaran jasa
pendidikan. Demikian juga subsidi BBM dan listrik yang diberikan kepada
industri akan dapat meningkatkan ouput yang ditawarkan.
c. Kebijakan Ekonomi Internasional
Umumnya negara sedang berkembang lebih memilih kebijakan
ekonomi terbuka, yaitu melakukan hubungan ekonomi dengan luar negeri.
Kebijakan ini akan membuka akses pasar ekspor bagi produk-produk
mereka, sekaligus membuka sumber pengadaan barang modal dan bahan
baku industri dari negara-negara lain. Secara teoretis, jika pengelolaan
baik dan transparan, kebijakan ekonomi terbuka dapat mempercepat
pembangunan ekonomi. Kebijakan perdagangan internasional terdiri atas
kebijakan promosi ekspor, kebijakan substitusi impor, dan kebijakan
proteksi industri.
1) Kebijakan Promosi Ekspor
Selain menghasilkan devisa, kebijakan promosi ekspor dapat
melatih dan meningkatkan daya saing atau produktivitas para pelaku
ekonomi
domestik.
Umumnya,
negara
sedang
berkembang
mengekspor hasil-hasil sektor primer (pertanian dan pertambangan)
atau hasil-hasil industri yang telah ditinggalkan negara-negara yang
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lebih dahulu maju. Thailand misalnya, sangat terkenal sebagai negara
yang mampu menghasilkan devisa dari ekspor hasil pertanian.
Sementara Indonesia, memperoleh devisa yang besar dari ekspor
tekstil. Saat ini mereka tidak lagi menaruh perhatian pada sektor-sektor
tersebut, melainkan berkonsentrasi pada indusri yang padat ilmu
pengetahuan, misalnya komputer dan peralatan komunikasi canggih
atau peralatan militer modern. Hal ini dikarenakan nilai tambah dari
penjualan produk-produk tersebut lebih tinggi dari yang dihasilkan
industri mobil atau tekstil.
2) Kebijakan Substitusi Impor
Kebijakan
substitusi
impor
adalah
kebijakan
untuk
memproduksi barang-barang yang diimpor. Tujuan utamanya adalah
penghematan devisa. Di Indonesia, pengembangan industri tekstil pada
awalnya adalah substitusi impor. Jika tahap substitusi impor
terlampaui biasanya untuk tahap selanjutnya menempuh strategi
promosi ekspor.
3) Kebijakan Proteksi Industri
Kebijakan proteksi industri umumnya bersifat sementara, sebab
tujuannya untuk melindungi industri yang baru berkembang, sampai
mereka mampu bersaing. Jika industri tersebut sudah berkembang,
maka perlindungan dicabut. Perlindungan yang diberikan biasanya
adalah pengenaan tarif dan atau pemberian kuota untuk barang-barang
produk negara lain yang boleh masuk ke pasar domestik.
Kebijakan-kebijakan pemerintah baik deregulasi di sektor riil maupun
di sektor moneter dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
(Lembaran Negara tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2818) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2943);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Negara Nomor 2853) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham
Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal
Asing.
4. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1980 tentang Pembentukan Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah;
5. Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1991 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi dan Susunan Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal;
6. Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman
Modal;
Dari fenomena inilah yang mendorong peneliti untuk mengamati lebih
lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing
daerah (DIY). Mahkamah Konsitusi (MK) menyatakan bahwa sebagian
ketentuan Pasal 22 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU
PM) bertentangan dengan konstitusi. Hal tersebut disampaikan dalam sidang
pengucapan putusan perkara 21-22/PUU-V/2007, Selasa (25/3), di Ruang
Sidang MK.
Bagian dari Pasal 22 UU PM yang bertentangan dengan UUD 1945,
yaitu Pasal 22 ayat (1) sepanjang menyangkut kata-kata “di muka sekaligus”
dan “berupa: a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan
puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka
sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga
puluh lima) tahun; b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80
(delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka
sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga
puluh) tahun; dan c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh
puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus
selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua
puluh lima) tahun”.
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu, Pasal 22 ayat (2) sepanjang menyangkut kata-kata “di muka
sekaligus” dan Pasal 22 ayat (4) sepanjang menyangkut kata-kata “sekaligus
di muka” juga dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945. Perkara 21/PUUV/2007 yang diajukan Diah Astuti merupakan permohonan pengujian
Penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf d, Pasal 4 ayat (2) huruf a, Pasal 8 ayat (1),
Pasal 12 ayat (4), dan Pasal 22 ayat (1) huruf a, b, dan c UU PM. Sedangkan
Daipin, dkk. dalam perkara 22/PUU-V/2007 mengajukan permohonan
pengujian Pasal 1 ayat (1), Pasal 4 ayat (2) huruf a, Pasal 8 ayat (1) dan (3)
Pasal 12 ayat (1) dan (3) Pasal 21, Pasal 22 ayat (1) dan (2) UU PM.
Menurut MK, dari keseluruhan ketentuan yang dimohonkan untuk
diuji, ternyata hanya sebagian ketentuan Pasal 22 UU PM bertentangan
dengan konstitusi. Argumentasi MK terkait dengan sebagian ketentuan
tersebut adalah meskipun terhadap Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna
Bangunan (HGB), dan Hak Pakai—yang dapat diperpanjang di muka
sekaligus itu—negara dikatakan dapat menghentikan atau membatalkan
sewaktu-waktu, namun alasan tersebut telah ditentukan secara limitatif dalam
Pasal 22 ayat (4) UU PM.
Dengan kata lain, kewenangan negara untuk menghentikan atau tidak
memperpanjang HGU, HGB, dan Hak Pakai tersebut tidak lagi dapat
dilakukan atas dasar kehendak bebas negara. Padahal, perusahaan penanaman
modal dapat mempersoalkan secara hukum keabsahan tindakan penghentian
atau pembatalan hak atas tanah itu. Sehingga, bagi MK, pemberian
perpanjangan hak-hak atas tanah sekaligus di muka tersebut telah mengurangi
dan bahkan melemahkan kedaulatan rakyat di bidang ekonomi.
Pasal 22 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasca
Putusan MK menjadi berbunyi:
(1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang dan
dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal.
(2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat diberikan dan
diperpanjang untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan antara
lain:
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait
dengan perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih
berdaya saing;
b. Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang
memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan
jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan;
c. Penanaman
modal
yang
tidak
memerlukan
area
yang
luas;
penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dan
d. Penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat
dan tidak merugikan kepentingan umum.
(3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa
tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan
keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak.
(4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan dan yang dapat
diperbarui sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2) dapat
dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman
modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan
atau memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan
pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pertanahan.
“Sebagai akibat dinyatakan inkonstitusionalnya sebagian ketentuan
tersebut, maka, terhadap pemberian kemudahan dan/atau pelayanan kepada
perusahaan penanaman modal untuk memperoleh hak atas tanah, sepanjang
berkaitan langsung dengan penanaman modal, ketentuan yang berlaku adalah
ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan lainnya” ucap
Ketua MK, Jimly Asshiddiqie, membacakan Konklusi Putusan.
Di dalam Konklusi Putusan tersebut, terkemuka pula pendapat MK
bahwa Pasal 12 Ayat (2) huruf b UU PM merupakan konstitusional bersyarat
yaitu sepanjang kata-kata “berdasarkan undang-undang”. Frase tersebut harus
dimaksudkan sama pengertiannya dengan “oleh undang-undang”.
Pasal 12 ayat (2) UU No, 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
berbunyi:
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing adalah: a. produksi
senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan b. bidang usaha yang
secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.”
Terhadap
Putusan
MK,
Hakim
Konstitusi
H.A.S.
Natabaya
mempunyai alasan berbeda (concurring opinion). Sedangkan Hakim
Konstitusi Maruarar Siahaan mempunyai pendapat berbeda (dissenting
opinion).
Dari latar belakang yang telah peneliti sampaikan di depan, maka
peneliti mengambil judul penelitian ini yaitu:
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal
Asing di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 1986-2011.”
B. Rumusan Masalah Penelitian
Sejak ditetapkannya Undang-Undang penanaman modal asing tahun
1967 ternyata penanaman modal asing di Indonesia mengalami peningkatan.
Oleh karena itu menarik kiranya bila permasalahan ini dianalisis dan dikaji
dengan lebih mendalam,
terutama faktor-faktor
yang mempengaruhi
perkembangan investasi penanaman modal asing di DIY, sehingga untuk masa
yang akan datang dapat dikembangkan lagi dengan lebih optimal.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
perkembangan investasi penanaman modal asing di DIY perlu disusun
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY berpengaruh
terhadap penanaman modal asing?
2. Apakah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh terhadap
modal asing?
3. Apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap penanaman
modal asing?
4. Apakah
tingkat
suku
bunga
internasional
penanaman modal asing?
commit to user
17
berpengaruh
terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah PDRB DIY berpengaruh terhadap penanaman
modal asing.
2. Untuk mengetahui apakah PMDN DIY berpengaruh terhadap penanaman
modal asing.
3. Untuk mengetahui apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh
terhadap penanaman modal asing.
4. Untuk mengetahui apakah tingkat suku bunga internasional berpengaruh
terhadap penanaman modal asing.
D. Manfaat Dari Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak
terutama:
1. Pemerintah
Penelitian ini semoga menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan kebijakan Pemerintah dalam penanaman modal asing.
2. Dunia Akademis
Hasil penelitian ini dapat menjadi literatur tambahan bagi penelitian
selanjutnya.
3. Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan secara mendalam dan kondisi nyata tentang praktek-praktek
ekonomi moneter.
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian PMA
Untuk keperluan statistik, istilah investasi asing kita gunakan
definisi dari IMF Balance of Payment Manual (edisi ke empat), yang juga
digunakan oleh Bank Indonesia. Definisi tersebut adalah:
Investasi langsung mengacu pada investasi untuk memperoleh manfaat
yang cukup lama dalam kegiatan perusahaan dalam suatu perekonomian di
luar tempat penanaman modal tersebut, sementara tujuan penanaman modal
adalah untuk memperoleh pengaruh secara efektif dalam pengelolaan
perusahaan tersebut.
Istilah “manfaat yang cukup lama” tersebut merupakan investasi yang
pengelolaannya memerlukan sedikit pengawasan. Dalam definisi tersebut
tidak termasuk investasi portofolio. Di Indonesia investasi seperti ini
masih sangat kecil dan modal pinjaman yang telah masuk ke Indonesia
dalam jumlah besar sejak tahun 1966 (Hill, 1991).
Definisi Penanam Modal Asing (PMA) berdasarkan Undangundang No. 11 Tahun 1970 tentang Penanam Modal Asing, adalah sebagai
berikut :
Penanam Modal Asing adalah Penanaman Modal Asing secara langsung
yang dilangsungkan atau berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang
No.1 Tahun 1967 tentang Penanam Modal Asing dan yang digunakan untuk
menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal
secara langsung menanggung resiko di penanaman modal tersebut.
Sedangkan berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, adalah sebagai berikut:
Penanam Modal Asing adalah Kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, maka pengertian dari
Penanam Modal Asing (PMA) pada dasarnya sama yaitu suatu kegiatan
menanam modal yang dilakukan oleh pihak asing/penanam modal asing
untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.
Investasi
(Penanaman
Modal)
adalah
pengeluaran
atau
perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian. Investasi atau pembentukan modal
merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran
agregat (Sukirno, 1994). Investasi merupakan tambahan stok barang modal
tahan lama yang akan memperbesar peluang produksi di masa mendatang.
Salah satu peranan yang sangat penting untuk menjalankan suatu
perekonomian adalah investasi, karena merupakan salah satu faktor
penentu dari keseluruhan tingkat output dan kesempatan kerja dalam
jangka pendek. Apabila penemuan-penemuan baru atau pembebanan pajak
yang ringan atau pasar-pasar yang semakin berkembang memberikan
insentif bagi investasi-investasi yang ada, yang membuat permintaan
agregat meningkat sementara output dan kesempatan kerja tumbuh dengan
cepat. Penggunaan tenaga kerja penuh dapat dicapai dengan cara
menaikkan jumlah investasi oleh para pengusaha. Bila investasi tidak
mencapai tingkat tersebut pengangguran akan berlaku.
Investasi juga merupakan pengkaitan sumber-sumber dalam jangka
panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Sekali
investasi diputuskan maka perusahaan akan terikat pada jalan panjang di
masa yang akan datang yang sudah dipilih, dan yang tidak mudah
disimpangi. Investasi banyak mengandung resiko dan ketidakpastian.
Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penanam modal dalam negeri. Adapun pengertian Modal Asing menurut
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 dalam pasal 1 ayat 8 adalah modal
yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan
usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hokum Indonesia yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
Modal asing dapat memasuki suatu Negara dalam bentuk modal
swasta dan atau modal Negara. Modal asing swasta dibedakan menjadi
dua jenis yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi
langsung berarti perusahaan dari negara penanam modal secara de facto
dan de jure melakukan pengawasan atas asset yang dimilikinya di negara
penerima modal. Sedangkan investasi tidak langsung, yang lebih dikenal
dengan investasi portofolio, sebagian besar terdiri dari penguasaan atas
saham atau surat utang negara yang dapat dipindahtangankan. Penguasaan
saham tersebut tidaklah sama dengan hak untuk mengendalikan
perusahaan (Jhingan, 2007).
Untuk membangun suatu perekonomian harus memiliki Social
Overhead Capital yaitu proyek–proyek raksasa yang diperlukan untuk
memperlancar bisnis dan perdagangan seperti jalan raya, proyek irigasi
dan bendungan, serta sarana kesehatan umum yang diperlukan dalam
pembangunan. Semua ini tentunya memerlukan investasi modal yang
sangat besar dan mempunyai masa persiapan yang lama. Tidak ada
seorang pun atau perusahaan besar maupun kecil yang mampu
membangun sendiri suatu sistem infrastruktur, sehingga mereka tidak bisa
berharap untuk mendapatkan keuntungan. Disinilah manfaat proyek
investasi berskala besar yang berasal dari luar negeri yang dapat menyebar
ke seluruh daerah dalam rangka pembangunan ekonomi.
Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk,
yaitu investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio
dilakukan melalui pasar modal dengan instrument surat berharga seperti
saham dan obligasi. Sedangkan investasi langsung dikenal dengan
Penanaman Modal Asing (PMA), merupakan bentuk investasi dengan
jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan.
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Istilah penanaman modal sebenarnya adalah terjemahan dari
bahasa Inggris yaitu, investment. Penanaman modal asing atau investasi
seringkali diartikan dalam pengertian yang berbeda-beda. Perbedaan
penggunaan istilah investasi terletak pada cakupan dari makna yang
dimaksudkan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2007 Tentang Penanaman Modal, Penanaman modal asing adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.
Dari pengertian di atas, Ismail Sunny dan Rudiono Rochmat (1968)
berpendapat bahwa Penanaman Modal Asing, mengandung 3 unsur pokok
yaitu:
1. Penanaman secara langsung
2. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan
3. Risiko yang langsung ditanggung oleh pemilik modal.
2. Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct
Investment).
Krugman dalam Sondakh (2009), menjelaskan bahwa yang
dimaksud FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari
suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya ke negara lain.
Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumberdaya, tetapi juga
pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri.
Investasi asing merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
jumlah modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar
negeri. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
penanaman modal, penanaman modal asing didefinisikan sebagai kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
penanam
digilib.uns.ac.id
modal dalam negeri dengan tujuan antara lain untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan
pembangunan
ekonomi berkelanjutan,
meningkatkan
kemampuan daya saing dunia usaha dalam negeri, meningkatkan kapasitas
dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pengembangan ekonomi
kerakyatan, mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil
dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Investasi dibedakan atas investasi asing langsung (foreign direct
investment) dan investasi portofolio (portofolio investment). Investasi
asing langsung meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata yaitu
berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang
modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, pembelanjaan berbagai
peralatan inventaris dan sebagainya, dan biasanya dibarengi dengan
penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen, dan pihak investor sendiri
tetap
mempertahankan
kontrol
terhadap
dana-dana
yang
telah
ditanamkannya. Sedangkan investasi portofolio adalah investasi yang
melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang
didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatankegiatan investasi portofolio atau finansial ini biasanya berlangsung
melalui lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana
investasi, yayasan pensiun dan sebagainya (Salvatore, 1997).
Dibandingkan dengan investasi portofolio, penanaman modal asing
lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya jangka panjang,
banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih ketrampilan
manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini sangat
penting bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia, mengingat
terbatasnya kemampuan
pemerintah untuk
pekerjaan.
commit to user
23
menyediakan lapangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Arti Penting PMA
Salah satu ciri negara berkembang adalah “modal kurang” atau
tabungan yang rendah dan investasi yang rendah. Rata-rata investasi
kotornya hanya mencapai 5% sampai dengan 6% dari GNP, padahal untuk
negara maju berkisar antara 25% sampai dengan 20%. Laju pertumbuhan
yang rendah ini sudah barang tentu tidak cukup untuk menghadapi
pertumbuhan penduduk mencapai 2-2,5% per tahun, apalagi untuk
investasi ke dalam proyek-proyek baru. Upaya memobilisasi tabungan
domestik melalui perpajakan dan pinjaman masyarakat tidak cukup untuk
meningkatkan laju pertumbuhan modal, malahan langkah tersebut
menyebabkan merosotnya standar daya konsumsi dan daya beli
masyarakat, sehingga justru membuat masyarakat menderita. Dalam hal
ini kiranya PMA dapat membantu kekurangan tabungan domestik melalui
peralatan modal dan bahan mentah, sehingga menaikkan laju tabungan
marjinal dan laju pembentukan modal.
Keterbelakangan teknologi merupakan ciri lain dari negara
berkembang. Keterbelakangan teknologi ini terlihat pada biaya rata-rata
yang tinggi serta produktivitas modal dan buruh yang rendah, sebagai
akibat rendahnya kualitas buruh dan peralatan modal. Keterbelakangan ini
terlihat pula pada rasio output modal yang tinggi. Pemanfaatan modal
asing tidak hanya akan mengatasi masalah keterbelakangan teknologi dan
kelangkaan modal, namun lebih jauh dari itu akan membawa serta
ketrampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar,
teknik produksi yang maju serta pembaharuan dan diversifikasi produk.
Penggunaan modal asing oleh negara berkembang dapat pula
membantu
pembangunan-pembangunan
yang
sekaligus
mengurangi
kekurangan modal overhead ekonomi yang sangat penting untuk lebih
mempermudah investasi. Seperti proyek jalan raya, sungai, bendungan,
jalan kereta api ataupun infrastruktur yang lain. Karena merupakan beban
yang berat bagi negara berkembang untuk membangun semua itu tanpa
dukungan modal asing.
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Demikian menurut Jhingan (1990), negara berkembang tidak
sanggup mengawali industri dasar dan industri kunci secara sendirisendiri. Sekali lagi melalui modal asinglah mereka dapat mendirikan
pabrik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronika berat dan kimia, dan lainlain. Lebih dari itu, penggunaan modal asing pada suatu industri akan
dapat mendorong perusahaan setempat dengan mengurangi biaya pada
industri-industri lain yang dapat mengarah pada perluasan mata rantai
industri terkait lainnya. Dalam hal ini modal asing akan membantu
mengindustrialisasikannya.
Selanjutnya dikatakan pula bahwa perusahaan swasta di negara
berkembang kurang berani melakukan usaha yang mengandung resiko,
seperti penggarapan sumber daya alam yang belum dimanfaatkan dan
penggarapan daerah-daerah baru. Modal asing biasanya lebih berani
menanggung semua resiko dan kerugian yang timbul pada tahap
perintisan. Dengan demikian, modal asing membuka daerah-daerah baru
dan membantu melibatgandakan sumber alam dan menghilangkan
ketidakseimbangan kawasan. Modal asing dapat membantu menekan laju
inflasi sebagai akibat kesenjangan antara penawaran dan permintaan. Di
samping itu, keuntungan lain dari pemanfaatan modal asing adalah dapat
membantu mengatasi kesulitan neraca pembayaran yang dialami oleh
negara berkembang akibat tidak serasinya antara ekspor dan impor.
Melalui modal asing negara berkembang dapat memenuhi semua
keperluan impornya pada saat yang sama menghindarkan kesulitan dalam
neraca perdagangan dan sekaligus menambah devisa untuk membayar
utang luar negeri.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah
perlu membangun infrastruktur. Infrastruktur memberikan kontribusi besar
terhadap akses ekonomi masyarakat dan juga dapat mengundang
masuknya investor asing. Oleh karenanya, langkah awal pemerintah dalam
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
adalah
dengan
membangun
infrastruktur seperti jalan, jaringan listrik, telekomunikasi dan air.
Selanjutnya
membangun
infrastruktur
commit to user
25
kesehatan
dan
pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id
Pembangunan
digilib.uns.ac.id
kesehatan
dan
pendidikan
sangat
penting
untuk
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan indeks pembangunan
manusia (IPM). Dengan pembangunan infrastruktur ini diharapkan
pemerintah dapat menggairahkan ekonomi masyarakat. Adanya investasi
yang menarik mampu mendorong investor asing maupun dalam negeri
sehingga investasi tumbuh kembali sehubungan dengan membaiknya
krisis global dan pada akhirnya dapat menggerakan ekonomi masyarakat
(Boediono, 2009).
Pada setiap waktu, persediaan modal adalah determinan output
perekonomian yang penting, karena persediaan modal bisa berubah
sepanjang waktu, dan perubahan itu bisa mengarah ke pertumbuhan
ekonomi. Terdapat dua kekuatan yang memengaruhi persediaan modal
yaitu investasi dan depresiasi. Investasi mengacu pada pengeluaran untuk
perluasan usaha dan peralatan baru, dan hal itu menyebabkan persedian
modal berkurang (Mankiw, 2007). Ciri–ciri negara terbelakang adalah
”modal kurang” atau ”tabungan rendah” dan investasi rendah. Bukan
hanya persediaan modal yang sangat rendah tetapi juga laju pembentukan
modal uang sangat rendah. Rata–rata, investasi kotornya hanya 5–6 persen
dari pendapatan nasional kotor, sedangkan di negara maju berkisar antara
15–20 persen. Laju tabungan yang rendah tersebut tentunya tidak cukup
untuk menghadapi pertumbuhan penduduk yang cepat dengan laju
pertumbuhan 2–21 persen per tahun, apalagi menginvestasi di proyek–
proyek modal baru. Selain itu, tabungan–rendah dan investasi–rendah
mencerminkan kurangnya modal, dan bersama dengan itu negara
terbelakang mengalami keterbelangkangan teknologi. Penggunaan modal
asing
tidak
hanya
mengatasi
kekurangan
modal
tetapi
juga
keterbelakangan teknologi. Sehingga, masuknya modal asing sangat
diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi.
Dengan adanya modal asing, maka akan membantu dalam
industrialisasi suatu daerah dalam rangka membangun modal overhead
ekonomi dan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas.
Masuknya modal asing tidak hanya membawa uang dan mesin saja, tetapi
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga memberikan ketrampilan teknik yang baru dan menggarap sumber–
sumber baru yang belum dimanfaatkan. Sehingga dengan masuknya modal
asing ke suatu daerah diharapkan mampu meningkatkan kesempatan kerja
yang pada akhirnya akan mempercepat pembangunan ekonomi daerah
tersebut (Jhingan, 2007).
4. Teori PMA
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing
(PMA), yaitu:
Rugman (1981), menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing
(PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) dipengaruhi oleh variabel
lingkungan dan variabel internalisasi. Dalam kepustakaan mengenai teori
Perusahaan Multinasional, variabel lingkungan sering kali disebut sebagai
keunggulan spesifik Negara (KSN) atau faktor spesifik – lokasi. KSN
adalah variabel yang mempengaruhi bangsa secara keseluruhan. Ada tiga
jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian, yaitu ekonomi, non
ekonomi, dan pemerintah.
Variabel ekonomi menyusun suatu fungsi produksi keseluruhan
suatu bangsa, yang didefinisikan meliputi semua masukan faktor yang
terdapat di dalam masyarakat. Biasanya dibuat model sebagai tenaga kerja
(labor), dan modal (Capital). Dalam model yang lebih maju dapat
dimasukkan faktor lain dalam analisis; hal ini mencakup teknologi,
tersedianya sumber daya alam, dan ketrampilan manajemen.
Disamping variabel ekonomi, faktor spesifik negara juga meliputi
seluruh set variabel politik, budaya, dan sosial pada setiap bangsa.
Variabel ekonomi untuk operasi perusahaan multinasional berbeda dari
negara ke negara. Hal ini mengandung arti bahwa sebuah MNC
menghadapi kelompok yang berlainan dari kondisi lingkungan, resiko, dan
kesempatan disetiap tempatnya beroperasi.
Dalam kenyataanya, setiap negara sesungguhnya mempunyai set
faktor spesifik negara (lokasi) yang khas; tidak ada dua set faktor ekonomi
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan non ekonomi nasional yang identik. Perbedaan dalam berat atau nilai
yang terkait pada setiap variabel berlaku untuk menghasilkan set
karakteristik yang khas untuk masing-masing negara. MNC perlu
mengetahui perbedaan yang semacam itu diantara berbagai bangsa.
Sampai batas tertentu, sebuah perusahaan yang terlibat dalam bisnis
internasional akan dapat mengadakan generalisasi antar budaya, sistem
politik, kelompok agama, dan nilai social untuk meminimumkan biaya
tambahan dari penanaman modal asing pada produksi dinegara sendiri.
Tetapi perusahaan itu tidak boleh melupakan sifat khusus dari setiap faktor
spesifik negara bangsa.
Setiap negara mempunyai kekhususan merk politisnya sendiri. Para
politisi mencerminkan faktor spesifik lokasi bangsa dan bahkan
menambahnya dengan suatu cara khusus. Selalu terdapat keragaman
dalam campur tangan pemerintah dengan bisnis internasional. Sebenarnya
mungkin terdapat beberapa tingkat pemerintah yang tersangkut dalam
aspek dari bisnis internasional.
Faktor lain yang mempenagruhi penanaman modal asing adalah
variabel internalisasi atau Keunggulan Spesifik Perusahaan (KSP).
Variabel internalisasi ini merupakan keunggulan internal yang dimiliki
perusahaan multinasional.
Setiap perusahaan multinasioanal mempunyai KSP-nya yang khas,
yang memberi suatu keunggulan kompetitif relatif terhadap perusahaan
lain. Supaya pasti, mungkin terdapat sedikit perbedaan dalam KSP
diantara anggota oligopoli atau berbagai perusahaan multinasional dalam
kondisi yang hampir kompetitif. Namun setiap perusahaan multinasioanal,
pada
hakekatnya
adalah
suatu
monopilis
sepanjang
perusahaan
multinasional itu mempunyai nama perusahanya sendiri dan metodenya
sendiri yang khas untuk mengorganisasi pasar internalnya. Setiap MNC
berupaya untuk membedakan produknya dari produk perusahaan rival.
Setiap perusahaan multinasional menjaga KSP-nya dengan
mempertahankan kepemilikan sampai resiko penyebaran telah diimbangi
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan pembayaran untuk perlisensian atau jenis lain kesepakatan
kontraktual.
Keunggulan
spesifik
perusahaan
timbul
bila
perusahaan
multinasioanal telah mengembangkan kecakapan khusus atau suatu
ketrampilan inti yang tidak terdapat di tempat lain dan tidak dapat
diperbanyak oleh mereka kecuali dalam jangka panjang dan dengan biaya
tinggi. Dalam banyak kasus, KSP semacam itu dihasilkan oleh
pembelanjaan litbang yang diteruskan ke produksi dari satu produk baru,
pengembangan suatu proses produksi baru, atau suatu cara yang lebih
efisien atau efektif dalam organisasi proses produksi. Dalam kasus lain,
inovasi dan adaptasi berbagai teknik pada keadaan khusus perusahaan
multinasioanal dapat menghasilkan lini produk yang terdifrensiasi, yang
menghasilkan suatu KSP dalam pemasaran atau distribusi.
Ketrampilam inti perusahaan multinasioanal dapat berupa unsur
tertentu dari struktur manajemennya, teknik pemasaran, atau rencana
strategis keseluruhan yang mengarah kesuatu KSP. KSP ini dibuat model
sebagai endogen terhadap perusahaan multinasional, karena pasar internal
mereka
memungkinkan
perusahaan
multinasioanl
itu
untuk
mengendalikannya.
Suatu
sasaran
dari
manajemen
pasar
internal
perusahaan
multinasioanal adalah mendapatkan hak kepemilikan atas KSP sehingga
tidak tersebar ke perusahaan lain. Sebuah perusahaan mungkin dapat
memanfaatkan KSP-nya untuk bersaing pada beberapa negeri. Pemilikan
atas ketrampilan inti dalam pasar internalnya dengan sendirinya
merupakan suatu aset pada perusahaan multinasinal. Mereka melindungi
aset ini dengan memproduksi di luar negeri barang yang serupa dengan
yang dipasar dalam negeri, dan menggunakan cabang luar negerinya untuk
memantau, mengukur, dan menagatur penggunaan KSdiluar negeri. Pasar
internal
perusahaan
multinasioanl
memungkinkannya
untuk
memaksimumkan penghasilan seluruh dunianya tanpa kehilangan aset
yang sangat berharga ini.
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Vernon (1966) menjelaskan Penanaman Modal Asing dengan
model yang disebut Model Siklus Produk. Dalam model ini introduksi dan
pengembangan produk baru di pasar mengikuti tiga tahap. Pendorong
untuk mengembangkan produk baru diberikan oleh kebutuhan dan peluang
pasar. Pasar dalam negeri adalah yang paling dikenali kebutuhan dan
peluangnya sehingga terdekat untuk ditangani perusahaan. Produk baru
merupakan hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan oleh
perusahaan yang bersangkutan.
Dalam tahap satu, pada waktu produk pertamakali dikembangkan
dan dipasarkan, diperlukan suatu hubungan yang erat antara kelompok
desain, produksi, dan pemasaran dari perusahaan dan pasar yang akan
dilayani oleh produk itu. Untuk ini perlu bahwa produksi dan penjualan
dilakukan didalam negeri, sebagaimana ditunjukkan pada bagian atas
gambar 2.1
Dalam tahap dua, pada waktu pasar dinegara lain mengembangkan
karakteristik yang serupa dengan yang dipasar dalam negeri, produk
tersebut diekspor keluar negeri. Perusahaan multinasioanl akan lebih
unggul
dari
perusahaan
lokal
diluar
negeri
karena
perusahaan
multinasional itu telah mengadakan dan mendapatkan kembali biaya
pengembangan produk. Bila perusahaan lokal dinegara tuan rumah telah
mulai memproduksi produk yang bersaing, biaya produksi bagi semua
perusahaan akan menjadi lebih penting. Pada saat itu perusahaan
multinasional akan membangun produksi lokal dinegara tuan rumah bila
hal ini menghasilkan biaya yang lebih rendah.
Dalam tahap tiga, produk telah terbuat dengan baik dengan desain
yang distandarisasi, dan bagian pasar MNC menurun relatif terhadap
perusahaan negara tuan rumah. Dalam hal ini negara tuan rumah
mempunyai keunggulan biaya yang kuat, MNC akan menghentikan
produksi didalam negeri dan mulai mengimpor produk dari negara tuan
rumah ke dalam negeri.
Semula
model
Vernon
dikembangkan
untuk
menerangkan
pertumbuhan yang cepat dan penyebaran diseluruh dunia dari perusahaan
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
multinasional yang berpusat di Amerika Serikat dalam dua dasawarsa
yang pertama sesudah perang dunia II. Ia memodifikasi model itu secara
cukup berarti dalam Vernon (1971 dan 1977), dimana perusahaan
multinasional dalam tahap satu sekarang diidentifikasi sebagai suatu
oligopoli yang muncul, dalam tahap dua sebagai oligopoli yang dewasa,
dan dalam tahap tiga sebagai sebagai suatu oligopoli yang menua. Tahap
ini digambarkan dalam deretan terakhir dari gambar 2.1
Gambar 2.1
Model Siklus Produk (Vermon, 1966)
Gambar 2.2
Model Baru (Vernon, 1977)
Gambar 2.2.
Siklus Produk.
Dalam tahap 1 dari model siklus produk model Vernon produk baru
diproduksi dan dikonsumsi pada negara sendiri. Ekspor terjadi.
Dalam tahap 2 produk yang dewasa dapat diproduksi di luar negeri,
barangkali di cabang Perusahaan Multi Nasioanal. Sebagian barang dapat
diimpor oleh negara sendiri.
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam tahap 3 produk yang sekarang distandarisasi semuanya diproduksi
di luar negeri, meskipun dengan perlisensian. Negara sendiri mengimpor
semua barang yang diperlukannya. Dalam model Vernon kemudian
tahapnya adalah sama. (Vernon, 1966)
Jhon Dunning (1977) dalam menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi Penanaman Modal Asing melalui teori ancangan eklektis.
Teori eklektis menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang
diperlukan bila sebuah perusahaan akan berkecimpung dalam Penanaman
Modal Asing.
1. Keunggulan Spesifik Perusahaan
Perusahaan harus memiliki keunggulan kepemilikan neto bila
berhadapan dengan perusahaan berkebangsaan lain dalam melayani
pasar tertentu (terutama pasar luar negeri). Keunggulan spesifik
perusahaan ( pemilikan) ini sebagian besar mengambil bentuk dalam
kepemilikan aset tanpa wujud, yang paling sedikit untuk suatu periode
waktu, adalah eksklusif atau spesifik untuk perusahaan yang
memilikinya.
2. Keunggulan Internalisasi
Dengan mengasumsikan bahwa kondisi dalam paragraf di atas
dipenuhi, adalah lebih menguntungkan bagi perusahaan yang memiliki
keunggulan ini untuk menggunakannya sendiri dan bukannya menjual
atau menyewakannya pada perusahaan luar negeri. Jadi bagi
perusahaan untuk menjadi sebuah MNC harus mempunyai perangsang
untuk menginternalisasi KSP-nya, misalnya, untuk menjamin hak
kepemilikan atas KSP dalam pengetahuannya. Ini dilakukan melalui
suatu perluasan dari kegiatan sendiri dan bukannya dengan
menginternalisasikan melalui kontrak dengan harga yang terjangkau
(yang mungkin ada) dengan perusahaan bebas. Alternatf atas
internalisasi, seperti perlisensian, kontrak manajemen, franchise,
persetujuan jasa teknik, proyek turn key, dan sub kontrak bukan
merupakan metode yang tepat untuk KSP.
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Keunggulan Spesifik Negara
Misalkan syarat yang disebutkan di kedua paragraf terdahulu
dipenuhi, akanlah menguntungkan bagi perusahaan yang bertempat
diluar negeri untuk memanfaatkan keunggulan ini dalam hubungan
dengan paling sedikit beberapa masukan faktor (termasuk sumber daya
alami) di luar negerinya sendiri. Bila tidak pasar luar negeri akan
dilayani sama sekali dengan ekspor dan dalam negeri dengan produksi
domestic. Karena itu keunggulan spesifik adalah unsur yang penting
dalam memilih cara pelayanan pasar luar negeri.
Menurut David K.Eiteman
(1989), motif yang mendasari
Penanaman Modal Asing ada 3, yaitu: motif strategis, motif perilaku, dan
motif ekonomi.
Dalam motif strategis dibedakan dalam:
a. Mencari pasar
b. Mencari bahan baku
c. Mencari efisiensi produksi
d. Mencari pengetahuan
e. Mencari keamanan politik
Sedangkan motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan
eksternal dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan
komitmen individu atau kelempok.
Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari keuntungan
dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar
saham perusahaan.
Teori PMA yang lain, dijelaskan oleh Robock & Simmonds
(1989), melalui pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna,
pendekatan internalisasi, model siklus produk, produksi internasional,
model imperalisasi Marxis.
1. Pendekatan Global
Sebagai bagian dari pertumbuhan perusahaan, lingkup usaha
secara geografis juga akan berubah. Perubahan ini sebagai hasil dari
rangsangan lingkungan. Menurut pendekatan global, kekuatan intern
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang mempengaruhi PMA yaitu pengembangan teknologi/produk
baru, ketergantungan pada sumber-sumber bahan baku, memanfaatkan
mesin-mesin yang telah usang, mencari pasar yang lebih besar.
Sedangkan kekuatan eksternal yang mempengaruhi PMA yaitu
pelanggan, pemerintah, ekspansi keluar negeri dari pesaing dan
pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
2. Model Siklus Produk
Model ini menerangkan bahwa Penanaman Modal Asing
melalui 3 tahap, yaitu tahap produk baru, tahap produk matang, dan
tahap produk yang distandardisasi. Pertama, pada tahap produk baru
produk dihasilkan didalam negeri sedangkan untuk pasar luar negeri
dilayani dengan ekspor. Kedua, pada tahap produk matang harga
produk menjadi penting. Pasar luar negeri telah dilayani oleh produksi
lokal. Pada tahap ketiga, persaingan menjadi lebih penting, dan
produksi diarahkan pada lokasi/tempat yang biayanya rendah (kecil)
dalam lingkup negara yang berpenghasilan rendah. Disini barang
diekspor kembali kenegara asal perusahaan multinasional atau kepasar
lain. Untuk industri yang padat karya, diarahkan pada negara yang
upah buruhnya paling murah.
5. Gambaran Umum Variabel Yang Mempengaruhi PMA
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi
yang berada di suatu wilayah atau kabupaten, dengan cara
mengurangkan biaya antara dari masing-masing total produksi bruto
dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu
tertentu
(biasanya
satu
tahun).
Unit-unit
produksi
tersebut
dikelompokkan menjadi lapangan usaha yaitu :
1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Listrik, gas dan air bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Penyewaan dan Jasa-jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa lain termasuk pelayanan pemerintah
PDRB adalah salah satu indikator untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu wilayah atau kabupaten, baik atas dasar harga belaku
maupun atas dasar harga konstan.
b. Penanaman Modal Dalam Negeri
Yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri
(PMDN) berdasarkan Undang-undang No.6 Tahun 1968 jo.No.12
Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri adalah
penanaman modal dalam negeri secara langsung yang dilakukan
menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang di
Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung,
menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
Pengertian dari modal dalam negeri adalah bagian dari pada
kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda,
baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta
asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/disediakan guna
menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh
ketentuan-ketentuan pasal 2 Undang-undang no.1 tahun 1967 tentang
penanaman modal asing.1
Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk:
1. Penanaman Modal Dalam Negeri Langsung (Domestic Direct
Investment, DDI), yakni penanaman modal oleh pemiliknya sendiri.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri Tidak Langsung (Domestic
Indirect
Investment,
DII),
yakni
melalui
pembelian
obligasiobligasi, surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi1
Diakses pada situs (www.theceli.com/dokumen/produk/1968/6-1968.htm)
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
emisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan oleh Perusahaan,
serta deposito dan tabungan yang berjangka sekurang-kurangnya
satu tahun.
Fasilitas Prasarana Umum seperti transportasi, komunikasi
sumber-sumber
tenaga
listrik
merupakan
syarat
utama
bagi
perindustrian dan meluasnya produksi ekspor. Jadi peranan fasilitas
prasarana umum penting bagi pembangunan karena ia dapat
memperkecil ICOR usaha-usaha baru sehingga fasilitas prasarana
umum merupakan dasar bagi perkembangan sektor-sektor lain.
Sarana perhubungan darat di DIY yang panjangnya 859,06 km
yang terbagi berdasar fungsi jalan dan status jalan. Dalam
pembangunan jalan telah dilaksanakan secara terpadu dan saling
menunjang antara sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder.
Pemeliharaan, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan jalan
diutamakan untuk jaringan jalan di pusat daerah pengembangan, pusat
produksi serta jalan penghubung serta membuka daerah minus dan
terpencil dan pembangunan jalan kota yang lalu lintasnya sangat padat.
Dalam penelitian ini menggunakan data perkembangan panjang jalan
di DIY menurut kelas jalan pada periode 1986-2011. Dengan adanya
peningkatan
panjang
dan
kelas
jalan
diharapkan
program
pembangunan jalan untuk membuka daerah potensial dan daerah
pemasaran dalam kegiatan investasi dapat dilaksanakan dengan baik.
Prespektif ekonomi politik yang akan digunakan kali ini
mencoba mengaitkan variabel internasional yang berimplikasi pada
variabel domestik. Dengan munculnya globalisasi sebagai sebuah
fenomena menyebabkan saling ketergantungannya suatu Negara
dengan Negara lain, yang berdampak jelas terhadap peningkatan
kerjasama internasional. Kemudian dampak yang diberikan oleh
globalisasi tersebut juga berpengaruh terhadap produk kebijakan yang
dirumuskan oleh pemerintah suatu Negara.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seiring runtuhnya rezim Orde Baru tahun 1998 yang terpaksa
harus menurunkan Soeharto, presiden ke-2 Indonesia, maka munculah
poin penting baru, yaitu tentang desentralisasi kewenangan. Pada
pemerintahan Soeharto, beberapa kewenangan yang ada di setiap kota
maupun kabupaten dipegang secara utuh oleh pusat. Namun setelah
berkuasa selama 32 tahun, akhirnya kewenangan tersebut diberikan
kepada masing-masing kota dan kabupaten. Kemudian pengelolaan
sumber daya yang dimiliki setiap daerah diatur dalam sebuah
kebijakan yang diberinama otonomi daerah. Otonomi daerah bukan
pertama kalinya digunakan di Indonesia pasca jatuhnya pemerintahan
Soeharto. Melalui pengesahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957
pengaturan
terhadap
“otonomi
seluas-luasnya”
dimiliki
oleh
pemerintah daerah.
Namun seiring berjalan waktu, banyak kritik yang didapat
tentang Undang-Undang otonomi daerah tersebut. Sehingga harus
mengalami beberapa kali revisi dan perubahan, yang kemudian
formulasi otonomi daerah di Indonesia tersebut dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan akhirnya diperbaharui
melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2011. Rezim otonomi
daerah ini dianggap sangat pas untuk mengatur keberagaman dan
luasnya sumber daya yang ada disetiap kota maupun kabupaten di
Indonesia demi meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian yang
ada.
Kesempatan otonomi daerah ini dapat dimanfaatkan oleh
pemerintah daerah secara baik untuk mengembangkan dan memajukan
daerahnya. Seperti yang sudah dijelaskan dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2011 bahwa daerah memiliki kewenangan dalam
membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan,
peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
pada peningkatan kesejahteraan rakyat. ( Penjelasan UU Nomor 32
Tahun 2011, penjelasan umum halaman 1).
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan aturan tersebut, salah satu peluang yang dapat
digunakan oleh pemerintah daerah adalah untuk melakukan kerjasama
internasional dengan Negara lain. Pada pasal 42 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2011 disebutkan bahwa tugas dan wewenang DPRD
sebagai wakil pemerintah daerah sebagai berikut:
a) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda, dan
peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah,
APBD,
kebijakan pemerintah daerah, dalam
melaksanakan
program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di
daerah;
b) Memberikan pendapat dan pertimbangan bagi kepala daerah
terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
c) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional
yang dilakukan oleh pemerintah daerah. (UU Nomor 32 tahun
2011, pasal 42 ayat (1) huruf c, f dan g).
Istilah “perjanjian internasional” dan “kerjasama internasional”
pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2011 dijelaskan sebagai
berikut:
Yang
dimaksud dengan “perjanjian internasional’ dalam
ketentuan
ini adalah perjanjian antara pemerintah dengan
pihak luar negeri yang terkait dengan kepentingan daerah.
(Ibid).
Yang
dimaksud dengan “kerjasama internasional” dalam
ketentuan ini adalah kerjasama daerah dengan pihak luar negeri
yang meliput kerjasama kabupaten/kota “kembar”, kerjasama
tekhnik termasuk bantuan kemanusiaan, kerjasama penerusan
kerjasama/hibah, kerjsama penyertaan modal dan kerjasama
lainnya sesuai dengan peraturan perundangan. (Ibid).
Ada
beberapa
indikator
yang
menunjukkan
saling
ketergantungan dan peningkatan kerjasama internasional tersebut,
salah satunya adalah adanya penanaman modal asing yang merupakan
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sumber dana dari luar negeri dengan maksud mendapatkan keuntungan
di suatu Negara tertentu dengan resiko keuntungan maupun kerugian
di tangan pemilik modal. Sejalan dengan globalisasi, bermunculan
aktor-aktor non-negara sebagai pemain dalam Hubungan Internasional.
Kerjasama yang terjadi bukan lagi hanya pemerintah dengan
pemerintah (Government to Government) tapi juga melibatkan aktor
kelompok dan aktor individu (people) sehingga berjalanlah pola
transnasionalisme, yang mengurangi peran Negara sebagai aktor dalam
politik dunia dan meningkatnya peranan aktor non-negara (Mohtar
Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, PT.
Pustaka LP3ES, Jakarta, 1990, hal.230). Pola transnasionalisme ini
juga menjelaskan sebuah pandangan bahwa masalah yang ada bukan
lagi tentang kekuasaan dan keamananan, tetapi telah diganti oleh isu
ekonomis. (Ibid, hal: 232).
Indonesia merupakan sebuah Negara yang masih melakukan
banyak pengembangan di segala aspek infrastruktur. Pemfokusan
pembangunan yang selalu diletakkan di Ibu Kota Jakarta menyebabkan
daerah lain terpacu melakukan pembangunan sendiri. Dengan
disahkannya rezim otonomi daerah oleh pemerintah Indonesia
menyebabkan setiap daerah mengupayakan investor asing untuk
mendukung harapan tersebut, termasuk Provinsi DI Yogyakarta. Hal
ini disebabkan oleh ketidakmampuan investor swasta dalam negeri
untuk menopang seluruh pembangunan yang diharapkan bisa terwujud
di DI Yogyakarta.
Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam pemenuhan
kebutuhan akan investasi adalah dengan penanaman modal asing.
Berbeda dengan perdagangan internasional, untuk penanaman modal
asing-(Langsung) tidak ada teori tunggal yang bisa menjelaskan
dengan memuaskan. Bahkan paradigma intelektual yang dominan
dalam ilmu ekonomi, yaitu ekonomi klasik, tidak bisa menjelaskan
dengan baik (Mohtar Mas’oed, Bahan kuliah Perusahaan Multinasional
Dalam Ekonomi-Politik Internasional, Ilmu Hubungan Internasional,
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
FISIPOL UGM, Yogyakarta, 1997, hal 12). Untuk Negara berkembang
seperti Indonesia, penanaman modal
asing dianggap sangat
berpengaruh terhadap pembiayaan pembangunan. Dengan adanya
penanaman modal asing, maka beriringan pula transfer tekhnologi dan
keahlian manjemen yang baik diberikan oleh investor tersebut untuk
kemudian disesuaikan dan dimanfaatkan dengan proses pembangunan
Negara maupun wilayah tujuan penanaman modal tersebut. Tidak
hanya itu, pemanfaatan modal asing tidak hanya akan mengatasi
masalah keterbelakangan teknologi dan kelangkaan modal, namun
lebih jauh dari itu akan membawa serta ketrampilan teknik, tenaga
ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik produksi yang
maju serta pembaharuan dan diversifikasi produk.
Penanaman modal asing mempunyai peranan dalam mengisi
kelangkaan sumber pembiyaan pembangunan di Negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia, dan DI Yogyakarta khususnya.
Dengan minimnya pembiayaan untuk pembangunan, banyak Negaranegara berkembang yang berupaya untuk mendapatkan modal asing
dengan menerapkan berbagai kebijakan dan memberikan fasilitas
kepada para investor asing melalui pemerintah setempat, bahkan tak
jarang beberapa daerah harus rela “menjemput bola”.
Menurut
Ahmad
Erani
dalam
bukunya
Industrialisasi
Pinggiran (Ahmad Erani Yustika, Industrialisasi Pinggiran, PT.
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hal: 135), hal ini didasarkan pada
beberapa pertimbangan, yaitu; Pertama, sumber dana eksternal dapat
dimanfaatkan
oleh
Negara berkembang
mempercepat
investasi
dan
sebagai
pertumbuhan
motor
ekonomi.
untuk
Kedua,
peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut akan segera diikuti dengan
adanya perubahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal
asing diharapkan dapat berperan penting dalam upaya memobilisasi
dana serta transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal
asing diharapkan menjadi menurun segera setelah perubahan struktural
benar-benar terjadi.
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masalah ekonomi yang sebelumnya bisa ditangani sebagai
masalah teknis oleh para ekonom, sekarang menjadi masalah yang
sangat terpolitisasi. Di satu pihak, ekonomi menjadi bagian penting
dari kalkulasi dan analisis politik para negarawan maupun akademisi.
Artinya, spesialis politik internasional menjadi lebih sadar akan makna
penting variabel ekonomi dalam menentukan politik dunia. Di pihak
lain, politik (yaitu penerapan kekuasaan) lebih tegas lagi menentukan
proses ekonomi (yaitu cara bagaimana hal-hal yang bernilai
didistribusikan (Mohtar Mas’oed, Ekonomi-Politik Internasional dan
Pembangunan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hal 82).
Ada beberapa alasan mengapa investor asing banyak ditemui di
negara-negara berkembang. Dalam buku Industrialisasi Pinggiran
(Op.
Cit),
Hitotsubashi,
menurut
Tokyo),
Prof.
Kojima
alasan
utama
(ekonom
sangat
dari
Universitas
berkaitan
dengan
kelangkaan dan keterbatasan sumber daya alam atau bahan baku di
Negara maju, sehingga untuk mendapatkannya mereka harus
melakukan perluasan atau ekspansi ke Negara berkembang yang
memiliki sumber daya relatif lebih kaya.
Kemudian alasan yang kedua adalah tentang tenaga kerja.
Perluasan ke Negara berkembang dilakukan dengan alasan tenaga
kerja yang berada di negara berkembang jauh lebih banyak dengan
upah yang relatif lebih rendah, sehingga dapat mengurangi ongkos
produksi mereka.
Kemudian alasan ketiga dan keempat sangat berhubungan
dengan jumlah penduduk di Negara berkembang yang relatif banyak
sehingga menjadi pasar yang sangat potensial bagi produk mereka.
Alasan yang terakhir penanaman modal yang dilakukan adalah untuk
menciptakan suatu sistem pemasaran secara internasional.
Penggunaan modal asing oleh negara berkembang dapat pula
membantu pembangunan-pembangunan yang sekaligus mengurangi
kekurangan modal overhead ekonomi yang sangat penting untuk lebih
mempermudah investasi. Sebagai contoh adalah pembangunan proyek
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jalan raya, sungai, bendungan, jalan kereta api ataupun infrastruktur
yang lain. Hal ini dikarenakan tanpa dukungan modal asing maka
pembangunan menjadi salah satu beban yang berat bagi negara
berkembang.
Menurut IMF Balance of Payment Manual (edisi ke empat)
definisi penanaman modal asing, yang juga digunakan oleh Bank
Indonesia adalah :
Investasi langsung mengacu pada investasi untuk memperoleh
manfaat yang cukup lama dalam kegiatan perusahaan dalam
suatu perekonomian di luar tempat penanaman modal tersebut,
sementara tujuan penanaman modal adalah untuk memperoleh
pengaruh secara efektif dalam pengelolaan perusahaan tersebut.
Istilah “manfaat yang cukup lama” tersebut merupakan
investasi yang pengelolaannya memerlukan sedikit pengawasan.
Ragam kebijakan dalam rezim yang diberikan oleh pemerintah
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap laju arus investasi di
DI Yogyakarta. Selain dari rezim itu sendiri ada hal lain yang juga ikut
serta dapat mempengaruhi arus investasi tersebut, yaitu Penyediaan
Fasilitas (prasarana) PMA. Sarana dan prasarana (infrastruktur)
merupakan hal yang sangat menentukan terealisasinya atau tidak suatu
proyek investasi. Penyediaan fasilitas (prasarana) PMA di suatu negara
merupakan salah satu usaha yang sering dilakukan oleh suatu negara
untuk dapat menarik para investor melakukan investasi di negaranya.
Penyediaan fasilitas (prasarana) PMA antara lain berupa jalan,
pembangkit tenaga listrik, jaringan telekomunikasi dan sarana
transportasi, serta kemudahan dalam perizinan yang diberikan oleh
pemerintah penerima penanaman modal asing tersebut.
Letak geografis DI Yogyakarta yang terletak di tengah-tengah
propinsi
lain yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam kondisi
geografis yang terjepit inilah yang menyebabkan DI Yogyakarta harus
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
benar-benar bisa membaca situasi agar para penanam modal mau
menjadikan wilayah ini sebagai salah satu tujuan investasi mereka.
Tanpa ada bantuan investor asing, maka Indonesia, khususnya
DI Yogyakarta akan kesulitan untuk membangun daerahnya. DI
Yogyakarta yang merupakan bagian dari Indonesia yang masih
menjadi Negara berkembang dengan ciri modal kurang, tabungan
rendah dan investasi yang juga rendah memang memerlukan
penanaman modal asing sebagai upaya tidak jatuh pada “lingkar setan
kemiskinan”.
Kemudian
teknologi
yang
juga
masih
rendah
menyebabkan kesulitan untuk membiayai produksi industri/ jasa di DI
Yogyakarta. Alasan lainnya penanaman modal juga dibutuhkan adalah
karena ketakutan penanam modal swasta dalam negeri untuk
mengambil resiko terpuruk yang mungkin terjadi.
Maka dengan alasan untuk melaksanakan pembangunan secara
merata, pemerintah memberikan regulasi yang dapat mengontrol
penanaman modal asing yang masuk ke Indonesia, kemudian
Pemerintah Daerah melalui persetujuan Gubernur juga ikut membuat
peraturan-peraturan yang berkaitan tentang penanaman modal asing
sebagai
upaya
kerjasama
internasional
untuk
mendukung
pembangunan di daerahnya, termasuk DI Yogyakarta.
Dengan adanya modal asing yang masuk di DI Yogyakarta,
maka pemerintah juga akan lebih mudah untuk memaksimalkan setiap
potensi yang ada di berbagai sektor yang dimiliki. Dapat dilihat ketika
hadirnya investasi berupa pembangunan hotel-hotel sebagai upaya
untuk mendukung sektor pariwisata yang menjadi unggulan kota DI
Yogyakarta. Para wisatawan lokal maupun mancan Negara akan
berbondong-bondong untuk datang ke DI Yogyakarta, yang sudah
pasti kedatangan mereka akan menguntungkan pundi-pundi rupiah
bagi pemerintah DI Yogyakarta sendiri, misalnya yang paling
sederhana bentuknya adalah pajak yang harus dibayarkan oleh investor
tersebut kepada pemerintah DI Yogyakarta.
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bentuk investasi yang masuk tidak hanya “hot money”, karena
Perusahaan Multinasional yang berada di DI Yogyakarta juga
merupakan suatu bentuk penanaman modal asing yang terdapat di DI
Yogyakarta. Berdirinya Perusahaan Multinasional (MNCs) sebagai
aktor baru dalam hubungan internasional seperti restaurant cepat saji,
perusahaan air minum, dan hypermarket menghadiri DI Yogyakarta
juga sebagai bukti bahwa DI Yogyakarta (secara umum) sangat
“proinvestasi”. Bahkan didalam sektor kerajinan (handy craft) bentuk
modal asing banyak hadir di DI Yogyakarta.
Kehadiran
Perusahaan
Multinasional
tersebut
akan
menghadirkan keuntungan tersendiri bagi DI Yogyakarta, Pertama,
sebagai keuntungan dari hadirnya MNCs, maka pendapatan nasional
pemerintah akan meningkat, investasi infrastruktur fisik, pendapatan
dari pajak, serta pekerja yang terampil dan ber-skill (Jensen, 2005) (M.
Ihwan Maulana, MNC dan Dampaknya Bagi Indonesia, Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makasar, hal: 2). Selanjutnya,
keuntungan lain yang dihadirkan oleh MNCs adalah pemberdayaan
dan penyerapan tenaga kerja lokal. Tidak dapat dipungkiri bahwa,
kehadiran MNCs dapat menyediakan peluang kerja, pelatihan, serta
transfer ilmu, tekhnologi, dan keterampilan bagi tenaga kerja local
(O’Higgins, 2003) (Ibid, hal: 3), yang mana akan berakibat pada
meningkatnya tingkat produktivitas kerja ketimbang dengan pekerja
pada perusahaan lokal (Takii dan Ramstetter, 2005) (Ibid).
Dengan segala keuntungan yang ditawarkan dari Penanaman
Modal Asing tersebut yang berlangsung di DI Yogyakarta maka
penulis ingin memberikan penjelasan tentang pengaruh yang diberikan
rezim otonomi daerah terhadap penanaman modal asing di DI
Yogyakarta pada periode 2005 – 2010. Hal ini dikarenakan oleh
kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam suatu rezim itu sangat
berpengaruh terhadap laju jumlah investasi yang ada di DI Yogyakarta.
Kita tahu bahwa modal asing yang tertanam pada wilayah DI
Yogyakarta merupakan sebuah motor pembantu untuk meningkatakan
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Hal ini
dianggap sangat penting oleh penulis dikarenakan kemungkinan
ancaman yang akan dihadapi oleh DI Yogyakarta sendiri apabila
modal asing yang ternanam berkurang, karena nantiya kemerosotan
penanaman modal asing ini juga akan memerosotkan pertumpuhan
ekonomi serta penurunan GNP.
Kemudian
peningkatan
hal
penting
pengangguran
lainnya
yang
sejalan
adalah
kemungkinan
dengan
peningkatan
kriminalisme yang nantinya muncul. Kita tahu bahwa, “tickle down
effect mechanism” yang diberikan pemodal asing mampu memberikan
lapangan kerja yang menjanjikan bagi daerah penerimanya. Disamping
keuntungan dan keleluasaanlah yang biasanya menyebabkan suatu
daerah dilirik oleh investor asing, termasuk DI Yogyakarta. Sektor
alam yang begitu menggoda, dapat menghasilkan sebuah
alam
pariwisata yang sangat elok.
c. Perkembangan Inflasi di Indonesia
Inflasi di Indonesia dalam perkembangan dari tahun ke tahun
selama periode penelitian terlihat cukup bergejolak. Seperti halnya
yang terjadi pada negara-negara berkembang pada umumnya,
fenomena inflasi di Indonesia masih menjadi satu dari berbagai
“penyakit” ekonomi makro yang meresahkan pemerintah terlebih bagi
masyarakat. Memang, menjelang akhir pemerintahan Orde Baru
(sebelum krisis moneter) angka inflasi tahunan dapat ditekan sampai
pada single digit, tetapi secara umum masih mengandung kerawanan
jika dilihat dari seberapa besar prosentase kelompok masyarakat
golongan miskin yang menderita akibat inflasi. Lebih-lebih setelah
semakin berlanjutnya krisis moneter yang kemudian diikuti oleh krisis
ekonomi,
yang
menjadi
salah
satu
dari
penyebab
jatuhnya
pemerintahan Orde Baru, angka inflasi cenderung meningkat pesat
(mencapai lebih dari 75 % pada tahun 1998), dan diperparah dengan
semakin besarnya presentase golongan masyarakat miskin.
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sehingga bisa dikatakan, bahwa meskipun angka inflasi di
Indonesia termasuk dalam katagori tinggi, tetapi dengan meninjau
presentase golongan masyarakat ekonomi bawah yang menderita
akibat inflasi cukup besar, maka sebenarnya dapat dikatakan bahwa
inflasi
di
Indonesia telah
masuk
dalam
stadium
awal dari
hyperinflation.
Dalam rangka mengatasi laju inflasi yang demikian tinggi,
pemerintah mengeluarkan kebijakan anti inflasi dalam bentuk Paket
Anti Inflasi yang menyangkut segi permintaan dan penawaran
(demand management policy and supply side). Di bidang pengelolaan
permintaan dilakukan berbagai kebijakan perkreditan dalam negeri,
kebijakan dana, kebijakan penanaman modal dan kebijakan anggaran
belanja. Sedang dari sisi penawaran, dilakukan program cadangan
nasional, kebijakan perdagangan dalam negeri dan program pengadaan
pangan. Akibat adanya paket kebijakan tersebut laju inflasi di
Indonesia turun cukup pesat pada beberapa tahun berikutnya.
i. Karakter Inflasi di Indonesia
Tingkat inflasi merupakan variabel ekonomi makro paling
penting dan paling ditakuti oleh para pelaku ekonomi termasuk
Pemerintah, karena dapat membawa pengaruh buruk pada struktur
biaya produksi dan tingkat kesejahteraan. Bahkan satu rezim kabinet
pemerintahan dapat jatuh hanya karena tidak dapat menekan dan
mengendalikan lonjakan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang naik
berpuluh kali lipat, seperti yang dialami oleh pemerintahan rezim
Soekarno dan rezim Marcos, menjadi bukti nyata dari rawannya
dampak negatif yang harus ditanggung para pengusaha dan
masyarakat.
Dalam jangka pendek, tingkat inflasi di Indonesia dapat
ditekan di bawah angka 10% setelah sebelumnya mengalami
lonjakan yang terduga mencapai 18 persen pada akhir tahun 2005.
Lonjakan tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh dampak negatif
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari pengaruh multiplier peningkatan harga minyak bumi dunia pada
kisaran 60 sampai 70 dollar AS selama tahun 2005. Seperti kita
alami tingginya harga minyak bumi dunia ini membawa implikasi
dikeluarkannya kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak
(BBM) di dalam negeri dan pengurangan subsidi Pemerintah untuk
harga BBM tersebut.
Pada paruh pertama tahun 2006 ini, harga minyak bumi
tersebut belum juga turun, sebagian dipengaruhi oleh ekskalasi
ketegangan akibat serangan pasukan Israel ke wilayah Libanon
Selatan. Penurunan tingkat inflasi pada pertengahan tahun 2006
membawa ruang gerak yang lebih leluasa bagi Bank Indonesia untuk
segera menurunkan tingkat bunga BI Rate secara bertahap.
Kecenderungan ini mendapatkan response dari kalangan dunia usaha
dan
masyarakat
dengan
meningkatnya
tingkat
kepercayaan
konsumen pada bulan Agustus.
Perkembangan
Inflasi
1970
–
2005
Gejolak
dan
perkembangan tingkat inflasi di Indonesia memiliki kecenderungan
berikut ini :
1. Dari kondisi tingkat inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation)
pada masa pemerintahan Orde Lama (kabinet Soekarno) maka
praktis sejak tahun 1970 Indonesia mengalami tingkat inflasi
yang sedang. Hyperinflation adalah tingkat inflasi melebihi 50 %
per bulannya.
2. Tingkat inflasi ini kemudian menunjukkan trend yang menurun
selama periode 1970-71, yang sebagian besar didorong oleh
program stabilisasi ekonomi yang dijalankan pemerintah pada era
kabinet Soeharto.
3. Tingkat inflasi ternyata masih naik kembali pada periode 197274, yang akhirnya mencapai 41% pada tahun 1974.
4. Tingkat inflasi ini berhasil ditekan selama periode 1970-1992
mencapai tingkatan rata-rata 12,7% per tahunnya. Baru kemudian
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sejak tahun 1988, angka inflasi selalu dibawah 10% dihitung
dengan metode indeks biaya hidup .
5. Pada era pemerintahan sejak krisis perekonomian pada tahun
1998-99, laju inflasi masih bergejolak; tetapi dengan rentan
fluktuasi batas satu digit ( dibawah tingkat 10%).
6. Program pengendalian inflasi yang sukses setelah krisis ekonomi,
masih bergejolak kembali pada pertengahan tahun 2005. Gejolak
ini dipengaruhi oleh kebijakan pemerintahan kabinet Soesilo
Bambang Yudhoyono dalam melepas program subsidi BBM dan
menaikankan harga BBM di dalam negeri.
Faktor-Faktor Pemicu Tingkat Inflasi Laju kenaikan tingkat
inflasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, sebagian ditentukan dari
sudut pandang teori inflasi yang dianut. Pada kasus perekonomian di
Indonesia paling tidak terdapat beberapa faktor yang baik secara
langsung maupun secara psikologis dapat mendorong trend kenaikan
tingkat inflasi. Faktor ekonomi dan non-ekonomi yang diperkirakan
mempengaruhi tingkat inflasi di negara kita antara lain dapat
diidentifikasi berikut ini:
(1) Adanya peningkatan jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah
uang beredar ini di Indonesia disebabkan antara lain oleh
peristiwa:
v Kenaikan harga migas di luar negeri
v Meningkatnya bantuan luar negeri
v Masuknya modal asing, khususnya investasi portfolio di
pasar uang
v Meningkatnya anggaran Pemerintah secara mencolok
v Depresiasi nilai Rupiah dan gejolak mata uang konvertibel
(2) Adanya tekanan pada tingkat harga umum, yang dapat
dipengaruhi oleh kejadian-kejadian berikut ini :
v Penurunan produksi pangan akibat musim kering yang
berkepanjangan
v Peningkatan harga komoditi umum secara mendadak
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
v Pencabutan program subsidi BBM
v Kenaikan harga BBM yang mencolok
v Kenaikan tarif listrik
(3) Kebijakan Pemerintah dalam mendorong kegiatan ekspor nonmigas; maupun kebijakan lainnya yang bersifat distortif seperti
antara lain:
v Lonjakan inflasi setelah dikeluarkannya kebijakan devaluasi
v Kebijakan
tata
niaga
yang
menciptakan
pasar
yang
oligopolistis dan monopolistis
v Pungutan-pungutan yang dikenakan dalam perjalanan lalu
lintas barang dan mobilitas tenaga kerja
v Kebijakan peningkatan tingkat upah minimum regional
(4) Peningkatan pertumbuhan agregat demand yang dipicu oleh
perubahan selera masyarakat, atau kebijakan pemberian bonus
perusahaan dan faktor spekulatif lainnya:
v Pemberian bonus THR mendekati jatuhnya Hari Raya.
v Pemberian bonus prestasi perusahaan
v Perkembangan
pusat
belanja
yang
ekspansif
dengan
mematikan fungsi keberadaan pasar tradisional di lokalitas
tertentu.
Pada masa lalu pencetus inflasi di Indonesia lebih dipengaruhi
oleh inflasi yang berasal dari impor bahan baku dan penolong. Hal
ini beralasan karena sebagian besar dari bahan baku tersebut masih
diimpor dari luar negeri, akibat struktur industri yang sedikit
mengandung local content.
Dua faktor dapat berpengaruh atas kenaikkan harga di dalam negeri.
1
Jika terjadi kelangkaan pasokan akibat gangguan logistik atau
perubahan permintaaan dunia atas bahan baku tersebut di dunia.
2
Jika terjadi penurunan nilai rupiah kita terhadap mata uang asing
utama seperti dollar Amerika Serikat.
Saat ini inflasi di negara kita lebih banyak dipengaruhi oleh
lonjakan harga minyak bumi di pasar internasional, yang dapat
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendorong lebih lanjut biaya pengadaan sumber energi listrik dan
bahan bakar untuk sebagian besar pabrik-pabrik pengolahan.
Dimasa depan ancaman lonjakan harga minyak bumi masih
akan mengancam inflasi di negara kita. Potensi kelangkaan bahan
baku batubara dan gas akan juga terjadi dan mengakibat kan
kenaikkan biaya energi.
Disamping itu ancaman jangka menengah atas kemungkinan
terjadinya inflasi di beberapa daerah di Indonesia adalah akibat
adanya kelangkaan bahan makanan pokok masyarakat yang timbul
akibat paceklik, hama penyakit, dan penurunan produktivitas padi,
kedelai dan kacang-kacangan.
Memang inflasi pada tingkat yang rendah merupakan
perangsang bagi produsen untuk menambah kapasitas produksinya;
tetapi jika terlalu tinggi akan memberikan dampak negatif atas
meningkatnya ketidakpastian dan penurunan daya beli konsumen,
sekaligus
potensi
penjualan
perusahaan.(copyright@aditiawan
chandra)
d. Perkembangan LIBOR (London Inter Bank Offer Rate)
Tingkat bunga adalah “harga” dari penggunaan uang atau bisa
juga dipandang sebagai “sewa” atas penggunaan uang untuk jangka
waktu tertentu. Menurut teori Klasik, bunga adalah harga yang terjadi
di pasar dana investasi.
Untuk menentukan tingkat investasi oleh investor asing melalui
PMA maka tingkat bunga yang berlaku di luar negara secara
internasional sangat berpengaruh sekali dalam hal pengambilan
keputusan dalam menanamkan modalnya di suatu negara, sehubungan
dengan alternatif keuntungan yang akan dinikmati oleh investor,
apakah menanamkan saja uangnya di bank dengan tingkat bunga yang
lebih tinggi daripada untuk investasi karena keuntungan pengembalian
modalnya (setelah dinilai sekarang) lebih rendah demikian pula
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebaliknya. Dalam penelitian ini tingkat bunga internasional yang
digunakan adalah London Inter Bank Offer Rate (LIBOR).
6. Jenis Jenis Penanaman Modal
a. Berdasarkan wewenang dan resiko yang ditanggung
a). Investasi langsung ialah bentuk investasi dimana penanaman
modal mempunyai wewenang untuk memimpin sendiri usahanya
dan menanggung segala resiko.
b). Investasi tidak langsung ialah bentuk investasi dimana pemilik
modal hanya meminjamkan modalnya pada suatu negara (negara
sendiri maupun negara asing) atau suatu perusahaan (dalam negeri
maupun luar negeri) dalam bentuk pembelian saham dan obligasi.
Wewenang
memimpin
usaha
maupun
menanggung
resiko
sepenuhnya pada debitur.
c). Sedangkan kreditur menerima imbalan berupa bunga atau bagian
keuntungan perusahaan.
Dalam penelitian ini investasi yang dilaksanakan adalah investasi
langsung.
b. Berdasar ada tidaknya pengaruh faktor-faktor tingkat bunga,
pengeluaran konsumsi dan tingkat pendapatan
a). Investasi otonom ialah investasi yang timbul karena hal-hal yang
tak tergantung pada perubahan dalam hal tingkat bunga,
pengeluaran konsumsi, dan pendapatan nasional (Winardi, 1980).
b). Investasi yang didorong ialah investasi yang timbul karena adanya
pertambahan dalam pengeluaran konsumsi, kenaikan pendapatan
nasional atau penurunan tingkat bunga.
c. Berdasar pelaksanaannya
a). Investasi
pemerintah
ialah
investasi
yang
dilakukan
oleh
pemerintah dengan tujuan utama bukan untuk mencari keuntungan
uang tetapi keuntungan sosial.
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b). Investasi swasta ialah investasi yang dilakukan oleh swasta dan
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial.
c). Investasi gabungan ialah investasi yang dilakukan oleh pemerintah
bekerjasama dengan swasta.
Investasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta ini bisa
dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Jadi investasi
berdasarkan pelaksanaannya, bisa dibagi menjadi:
1. PMA ialah investasi yang dilakukan oleh swasta asing.
2. PMDN ialah investasi yang dilakukan oleh swasta dari dalam
negeri.
7. Peran Penanaman Modal Asing
Peran penting dari PMA sebagai salah satu sumber penggerak
pembangunan ekonomi yang pesat selama era Orde Baru tidak bisa
disangkal. Selama periode tersebut, pertumbuhan arus masuk PMA ke
Indonesia memang sangat pesat, terutama pada periode 80-an dan bahkan
mengalami akselerasi sejak tahun 1994 (Gambar 2). Juga, tidak bisa
dipungkiri bahwa pertumbuhan investasi dan PMA pada khususnya di
Indonesia selama era Soeharto tersebut didorong oleh stabilitas politik dan
sosial, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang kondusif terhadap
kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini sejak krisis ekonomi 1997
hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya
Pesatnya arus masuk PMA ke Indonesia selama periode pra-krisis
1997 tersebut tidak lepas dari strategi atau kebijakan pembangunan yang
diterapkan oleh Soeharto waktu itu yang terfokus pada industrialisasi
selain juga pada pembangunan sektor pertanian. Untuk pembangunan
industri, pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan substitusi impor
dengan proteksi yang besar terhadap industri domestik. Dengan luas pasar
domestik yang sangat besar karena penduduk Indonesia yang sangat
banyak, tentu kebijakan proteksi tersebut merangsang kehadiran PMA.
Dan memang PMA yang masuk ke Indonesia terpusat di sektor industri
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manufaktur. Baru pada awal dekade 80-an, kebijakan substitusi impor
dirubah secara bertahap ke kebijakan promosi ekspor.
Pemerosotan Daya Tarik Indonesia Sejak krisis 1997 hingga
sekarang pertumbuhan arus masuk PMA ke Indonesia masih relatif lambat
jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang juga terkena krisis
yang sama seperti Thailand, Korea Selatan dan Filipina. Bahkan hingga
tahun 2001 arus masuk net PMA ke Indonesia negatif dalam jumlah dollar
yang tidak kecil, dan setelah itu kembali positif terkecuali tahun 2003.
Arus masuk net negatif itu disebabkan banyak PMA yang menarik diri
atau pindah lokasi ke negara-negara tetangga.
Bahkan Indonesia sampai sekarang tidak termasuk lokasi tujuan
penting bagi MNCs (atau TNCs). Laporan dari UNCTAD tahun 2006
menunjukkan bahwa dari Asia Tenggara dan Timur, hanya Singapura,
China (termasuk Hong Kong), Taiwan, Malaysia, Jepang dan Korea
Selatan yang masuk di dalam daftar tujuan penting bagi TNCs terbesar di
dunia.
Juga untuk TNCs
terbesar dari
kelompok negara-negara
berkembang, negara-negara Asia Tenggara dan Timur ini termasuk lokasi
penting (Tabel 4). Lebih parah lagi, menurut laporan yang sama, Indonesia
termasuk negara dengan kinerja dan potensi PMA yang rendah.
8. Peranan Penanaman Modal Asing Bagi Negara Sedang Berkembang
Secara garis besar, penanaman modal asing terhadap pembangunan
bagi negara sedang berkembang dapat diperinci menjadi lima[5]. Pertama,
sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara
sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan
pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat
perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan.
Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana
maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal asing
menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi
meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi
negara-negara
sedang
berkembang
yang
commit to user
53
tidak
mampu
memulai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya modal
asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja,
alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.
Selama ini investor domestik di negara sedang berkembang yang enggan
melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber
daya alam yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru,
maka hadirnya investor asing akan sangat mendukung merintis usaha
dibidang-bidang tersebut. Adanya pengadaan prasarana negara, pendirian
industri-industri baru, pemanfaatan sumber-sumber baru, pembukaan
daerah-daerah
baru,
akan
membuka
kecenderungan
baru
yaitu
meningkatkan lapangan kerja. Sehingga tekanan pendudukan pada tanah
pertanian berkurang dan pengangguran dapat diatasi. Inilah keuntungan
sosial yang diperoleh adanya kehadiran investor asing. Adanya transfer
teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi terampil,
sehingga
meningkatkan
marginal
produktifitasnya,
akhirnya
akan
meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa
modal asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan
pendapatan nasional.
Dengan demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang
sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal
asing
membantu
dalam
industrialisasi,
pembangunan
modal
dan
menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Melalui modal
asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan
kerugian pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal asing
mendorong pengusaha setempat untuk bekerjasama. Modal asing juga
membantu mengurangi problem neraca pembayaran dan tingkat inflasi,
sehingga akan memperkuat sektor usaha negara dan swasta domestik
negara tuan rumah.
Penanaman modal asing di Indonesia tidak terlepas dari cita-cita
hukum ekonomi Indonesia yaitu menggagas dan menyiapkan konsep
hukum tentang kehidupan ekonomi. Kehidupan ekonomi yang diharapkan
adalah kehidupan ekonomi berbangsa dan bernegara yang rakyatnya
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki kesejahteraan dalam keadilan sosial, sebagaimana yang dicitacitakan Pancasila.[6] Dan Indonesia sebagai negara berdaulat sekaligus
sebagai negara berkembang mempunyai pola tertentu terhadap konsep
hukum dalam kegiatan ekonomi, meliputi konsep pencapaian masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Konsep ekonomi kekeluargaan
yang Pancasilais, konsep ekonomi kerakyatan untuk membela kepentingan
rakyat.
Oleh karena itu, peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga
perkembangan kehidupan ekonomi sesuai dengan konsep hukum dalam
kegiatan ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi Indonesia. Dan untuk
mendukung investasi di Indonesia maka perlu pembentukan hukum
ekonomi dengan perangkat peraturan membutuhkan kajian yang bersifat
komprehensif dan pendekatan secara makro dengan informasi yang akurat
demi multidisipliner dari berbagai aspek antara lain :
a. Ekonomi dan social
b. Sosiologis dan budaya
c. Kebutuhan-kebutuhan dasar dan pembangunan
d. Praktis dan operasional dan kebutuhan ke depan
e. Moral dan etika bisnis yang berlaku dalam konsep kelayakan dan
kepatutan dalam kehidupan manusia dan kemanusiaan yang beradab.
9. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing
Pilihan investor asing untuk menanamkan investasinya dalam
bentuk penanaman modal asing langsung dibanding modal lainnya di
suatu Negara dipengaruhi oleh kondisi dari negara penerima penanaman
modal asing (pull factor) yang dapat terdiri dari kondisi pasar, sumber
daya, daya saing, kebijakan yang terkait dengan perdagangan dan industri
serta kebijakan penanaman modal asing itu sendiri. Selain itu juga kondisi
dan strategi dari penanam modal asing (push factor) dari investor.
Dengan adanya perubahan global pendekatan penanaman modal
asing yang dilakukan oleh negara industri maju berbeda dengan
pendekatan yang dilakukan oleh negara berkembang yang besar. Negara
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
industri maju lebih mempertimbangkan kebijakan pemerintah yang
transparan serta dukungan infrastruktur. Sementara itu, aliran penanaman
modal asing langsung dari negara berkembang yang besar masih
tergantung pada determinan tradisional seperti market size, tingkat
pendapatan, ketrampilan tenaga kerja (labour skill), infrastruktur dan
sumber-sumber lainnya yang dapat memfasilitasi spesialisasi produksi
yang efisien, serta stabilitas politik dan ekonomi yang terjaga. Disamping
itu insentif untuk investasi dalam bentuk kebijakan selektif pemerintah
(misalnya keringanan pajak dan penghapusan hambatan untuk masuk)
diperkirakan dapat memengaruhi aliran penanaman modal asing baik
secara langsung maupun tidak langsung (Kurniati, 2007).
10. Pengertian Investasi
Menurut Budiono (1981: 40) investasi adalah pengeluaran dari
sektor produsen (swasta untuk pembelian barang-barang atau jasa untuk
menambah stok barang dan perluasan perusahaan. Sedangkan Soediyono
(1985: 180) berpendapat bahwa investasi adalah investasi menurut
ekonomi
makro
biasa
diartikan
pengeluaran
masyarakat
untuk
memperoleh alat-alat kapital baru.
Definisi secara agregat, investasi meliputi:
a. Seluruh nilai pembelian pengusaha atas barang-barang modal
dan pembelajaran untuk mendirikan industri.
b. Pengeluaran-pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumahrumah, tempat tinggal.
c. Pertambahan dalam nilai-nilai stok barang-barang perusahaan
berupa bahan mentah, barang yang belum selesai diproses dan
barang jadi.
Investasi
(Penanaman
Modal)
adalah
pengeluaran
atau
perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian. Investasi atau pembentukan modal
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran
agregat. Investasi merupakan tambahan stok barang modal tahan lama
yang akan memperbesar peluang produksi di masa mendatang.
Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini
hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang
dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang
ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia,
dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari
penanaman modal tersebut.
Pengertian modal asing dalam Undang-undang ini ialah:
a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari
kekayaan
devisa
Pemerintah
Indonesia,
digunakan
yang
untuk
dengan
persetujuan
pembiayaan
perusahaan
diIndonesia.
b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan
baru milik orang asing dan bahan-bahan,yang dimasukkan dari
luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak
dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang
ini diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk
membiayai perusahaan di Indonesia.
Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam
negeri.
11. Investasi (Penanaman Modal)
Sering terdapat kekeliruan dalam masyarakat berkaitan dengan
istilah
investasi.
Suatu
bank
perdagangan,
misalnya,
membeli
saham-saham perusahaan di pasaran saham. Tindakan ini dapat dipandang
sebagai investasi. Begitu juga seseorang yang menggunakan tabungannya
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk membeli saham perusahaan atau tanah selalu dikatakan sebagai
“melakukan investasi”. Dalam analisis makroekonomi tindakan individu
atau bank tersebut membeli saham tidak dipandang sebagai investasi.
Untuk menghindari kekeliruan ini, sebagai langkah pertama dalam
membahas investasi, terlebih dahulu akan diterangkan dengan secara agak
terperinci arti dan pengertian tersebut.
Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal
atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan
tingkat agregat. Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan
untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan
jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang
modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih
banyak barang dan jasa di masa yang akan datang adakalanya penanaman
modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama
yang telah haus dan perlu didepresiasikan.
Dalam prakteknya; dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman
modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan
sebagai investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal)
meliputi pengeluaran/perbelanjaan yang berikut:
i.
Pembelian berbagai jenis barang modal, yang mesin-mesin dan
peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri
dan perusahaan.
ii.
Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan
kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
iii. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan
mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir
tahun penghitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga-tiga jenis komponen investasi tersebut
dinamakan investasi bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambah
kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
modal yang telah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh
nilai depresiasi maka akan didapat investasi neto. Perbedaan arti investasi
neto dan bruto ini sudah diterangkan dalam Bab Dua, yaitu depresiasi.
a. Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi
dan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk
fungsi investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i) ia sejajar
dengan sumbu datar, atau (ii) bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan
(yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi
investasi). Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu
datar dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin
tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi
terpengaruh. Dalam analisis makroekonomi biasanya dimisalkan
bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.
Mengapakah dalam analisis makroekonomi yang diperhatikan
adalah investasi otonomi? Untuk memperoleh jawabannya terlebih
dahulu perlu didefinisikan investasi otonomi. Investasi otonom berarti
pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional.
Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak
menentukan
jumlah
investasi
yang
dilakukan
oleh
perusahaan-perusahaan. Berdasarkan kepada pandangan ini maka
kurva investasi berbentuk sejajar dengan sumbu datar, yaitu seperti
yang digambarkan oleh kurva I0, I1 dan I2 dalam Gambar 2.3.
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3
Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga
Analisis makroekonomi tidaklah mengabaikan penaruh tingkat
pendapatan nasional kepada investasi. Tetapi ahli-ahli ekonomi
menganggap bahwa faktor itu bukanlah faktor yang paling penting
yang menentukan tingkat investasi. Uraian yang berikut akan
menerangkan beberapa faktor penting yang menentukan investasi.
Investasi terutama ditentukan oleh tingkat bunga. Apabila tingkat
bunga tinggi, jumlah investasi akan berkurang, sebaliknya tingkat
bunga yang rendah akan mendorong lebih banyak investasi. Akibat
dari perubahan tingkat bunga kepada investasi digambarkan oleh kurva
I, dan I2. Misalkan apabila tingkat bunga adalah r 0 jumlah investasi
adalah I0. Seterusnya misalkan tingkat bunga turun ke r 2, ini akan
menyebabkan pertambahan investasi, misalnya menjadi I2. sebaliknya
apabila tingkat bunga naik menjadi r1, akan terjadi kemerosotan
investasi, yaitu menjadi I1.
b. Penentu Penentu Tingkat Investasi
Berbeda
(rumahtangga),
dengan
yang
yang
dilakukan
membelanjakan
oleh
bahagian
para
konsumen
terbesar
dari
pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa yang mereka
butuhkan, penanam-penanam modal melakukan investasi bukan untuk
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan.
Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar
sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan
dilakukan oleh pengusaha. Disamping oleh harapan di masa depan
untuk memperoleh untung, terdapat beberapa faktor lain yang akan
menentukan
tingkat
investasi
yang
akan
dilakukan
dalam
perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi
adalah:
i. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
ii. Tingkat bunga.
iii. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
iv. Kemajuan teknologi.
v. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
vi. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
Bagaimana berbagai faktor di atas akan mempengaruhi
kegiatan investasi dibicarakan dalam uraian-uraian berikut.
c. Investasi, Keuntungan Dan Tingkat Bunga
Walaupun faktor-faktor penting yang menentukan jumlah
investasi para pengusaha terdiri dari enam faktor di atas, dua di
antaranya mempunyai kesanggupan untuk menerangkan mengenai
sebab-sebabnya perubahan tingkat investasi yang lebih penting dari
faktor-faktor lainnya. Faktor tersebut adalah tingkat keuntungan yang
diramalkan dan tingkat bunag. Ramalan mengenai keuntungan masa
depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai
jenis-jenis investasi yang kelihatannya mempunyai prospek yang baik
dan dapat dilaksanakan, dan besarnya investasi yang harus dilakukan
untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan.
Sedangkan tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan
memberi keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan.
Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam
modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanaman modalnya
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
itu, yang persentasi keuntungan neto (tetapi sebelum dikurangi bunga
uang yang dibayar) modal yang dipoeroleh, lebih besar dari tingkat
bunga. Oleh sebab itu dalam analisis makroekonomi, analisis
mengenai investasi lebih ditekankan kepada menunjukkan peranan
tingkat bunga dalam menentukan tingkat investasi dan akibat
perubahan tingkat bunga ke atas investasi dan pendapatan nasional.
Walaupun seorang pengusaha memiliki tabungan yang cukup,
dan oleh karenanya tidak perlu meminjam dari suatu lembaga
keuangan untuk membiayai investasi yang ingin dilaksanakan, hal itu
belumlah merupakan syarat yang cukup bagi terciptanya kegiatan
investasi.
Pengusaha tersebut
menggunakan
tabungannya,
mempunyai
dua
pilihan
dalam
meminjamkan/membungakan
uang
tersebut atau menggunakannya untuk investasi. Di dalam keadaan di
mana pendapatan yang akan diperolehnya adalah lebih kecil dari
tingkat bunga, adalah lebih baik bagi pengusaha tersebut untuk
membungakan
uangnya
dan
membatalkan
maksudnya
untuk
melakukan investasi. Kalau ia harus meminjam uang dari sebuah
lembaga keuangan, pengusaha itu harus bertindak dengan lebih
berhati-hati lagi. Investasi yang direncanakannya akan dilaksanakan
hanya apabila tingkat keuntungan yang akan diperolehnya adalah lebih
besar dari tingkat bunga yang harus dibayarnya. Hanya dalam keadaan
seperti itu pengusaha tersebut akan memperoleh keuntungan dari
usahanya.
d. Tingkat Pengembalian Modal
Pendapatan yang diterima dari sesuatu kegiatan menanam
modal biasanya akan diterima dalam beberapa tahun. Mungkin dalam
dua tahun pertama keuntungan belum diperoleh , dan baru semenjak
tahun ketiga hasil penjualan melebihi perbelanjaan. Seterusnya,
walaupun keuntungan dalam tahun ketiga adalah sama dengan pada
tahun keenam (misalnya jumlahnya adalah lima juta rupiah), dari segi
pandangan perusahaan nilai keuntungan sebenarnya adalah berbeda.
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keuntungan di tahun ketiga adalah lebih bernilai dari keuntungan di
tahun keenam, oleh karena nilai sekarang dari keuntungan tersebut
berbeda. Menghitung nilai sekarang dari pendapatan yang diperoleh di
masa
depan
atau
menghitung
tingkat
pengembalian
modal
(keuntungan) merupakan cara yang digunakan perusahaan-perusahaan
untuk menilai kesesuain dari sesuatu investasi yang akan dilakukan.
Suatu
kegiatan
investasi
dapat
dikatakan
memperoleh
keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah
lebih besar daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan. Nilai
sekarang
pendapatan
di
masa
depan
dapat
dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Y
Y
Y
……
Yn
n
Dalam persamaan di atas:
i. NS adalah nilai sekarang pendapatan yang diperoleh di antara
tahun 1 sehingga tahun n, apabila dimisalkan investasi tersebut
didepresiasikan pada tahun n.
ii. Y1,Y2 … Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh
perusahaan antara tahun 1 hingga tahun n.
iii. R r adalah tingkat bunga.
Dengan memisalkan nilai sekarang modal yang diinvestasikan
adalah M, penanaman modal tersebut dikatakan menguntungkan
apabila NS lebih besar dari M.
Cara lain untuk
menentukan
apakah sesuatu investasi
merupakan kegiatan yang menguntungkan atau merugikan dapat
dilakukan dengan menghitung tingkat pengembalian modal dari
investasi tersebut. Tingkat pengembalian modal dinyatakan dalam
persen, dan ia menggambarkan tingkat keuntungan per tahun dari
modal yang diinvestasikan. Untuk menghitung tingkat pengembalian
modal digunakan formula di bawh ini:
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Y
Y
Y
Dalam persamaan tersebut:
Yn
n
i. M adalah nilai modal yang diinvestasikan.
ii. Y1, Y2, Y3 hingga Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang
diperoleh dari tahun 1 hingga ke tahun n.
iii. R r adalag tingkat pengembalian modal.
Dalam persamaan di atas nilai yang akn dihitung adalah R
karena M dan Y1 hingga Yn sudah diketahui nilainya. Sesuatu
investasi dipandang menguntungkan apabila nilai R lebih besar
daripada tingkat bunga.
e. Efisiensi Modal Marginal
Di dalam suatu waktu tertentu, misalnya dalam tempo setahun,
dalam perekonomian akan terdapat banyak individu dan perusahaan
yang mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Berbagai proyek
investasi ini mempunyai tingkat pengembalian modal yang berbeda,
yaitu sebahagian dari proyek investasi itu akan menghasilkan
keutungan yang tinggi, dan ada proyek investasi itu akan menghasilkan
keuntungan yang tinggi, dan ada proyek keuntungannya rendah.
Berdasarkan kepada jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat
pengembalian modal yang diramalkan akan diperoleh, analisis
makroekonomi membentuk suatu kurva yang dinamakan efisiensi
modal marginal (maginal efficiency of capital). Berdasarkan kepada
hal-hal yang dihubungkannya efisiensi modal marginal dapat
didefinisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan hubungan di
antara tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan
diinvestasikan.
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.4
Efisiensi Modal Marginal
Untuk memperjelas arti konsep efisiensi modal marginal,
dalam Gambar 2.4. ditunjukkan satu contoh dari kurva efisiensi modal
marginal (MEI). Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian
modaldan sumbu datar menunjukkan jumlah investasi yang akan
dilakukan. Pada kurva MEI ditunjukkan tiga buah titik: A,B DAN C.
titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0
dan investasi adalah I0. Ini berarti titik A menggamberkan bahwa
dalam
perekonomian
terdapat
kegiatan
investasi
yang
akan
menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R 0 atau lebih
tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang
diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan
gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan
untuk menginvestasi dengan tingkat pengembalian modal R 1atau lebih,
dan modal yang diperlukan adalah I1. Dan titik C menggambarkan,
untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat pengembalian
modal sebanyak R2 atau lebih, diperlukan modal sebanyak I 2.
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Tingkat Bunga Dan Tingkat Investasi
Mengetahui Mei saja belumlah mencukupi untuk memperoleh
jawaban ke atas persoalan: berapakah tingkat investasi yang akan
dilakukan dalam ekonomi? Para penanam modal harus pula
mempertimbangkan tingkat bunga. Apabila tingkat bunga lebih tinggi
dari tingkat pengembalian modal, investasi yang direncanakan tidak
menguntungkan, oleh sebab itu rencana perusahaan untuk melakukan
investasi akan dibatalkan. Kegiatan investasi hanya akan dilaksanakan
apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan
tingkat bunga. Dengan demikian, untuk menentukan besarnya investsi
yang harus dilakukan kita perlu menghubungkan kurva MEI dengan
tingkat bunga, yaitu seperti yang terdapat dalam Gambar 2.5. Pada
tingkat bunga sebesar r0 terdapat investasi bernilai I0 yang mempunyai
tingkat pengembalian modal sebanyak r0 atau lebih. Maka pada tingkat
bunga sebanyak r0, investasi yang akan dilakukan perusahaan adalah
I0. apablia tingkat bunga adalah r1 diperlukan modal sebanyak I1 untuk
mewujudkan investasi yang mempunyai tingkat pengembalian modal
r1 atau lebih. Dengan demikian pada tingkat bunga sebanyak r1
investasi yang akan dilakukan adalah sebanyak I1.
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.5
Tingkat Bunga dan Tingkat Investasi
g. Pendapatan Nasional
Dalam kebanyakan analisis mengenai penentuan pendapatan
nasional pada umumnya dianggap investasi yang dilakukan para
pengusaha adalah berbentuk investasi otonomi. Walau bagaimanapun,
pengaruh pendapatan nasional kepada investasi toleh diabaikan.
Perlulah disadari bahwa tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan
memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan
masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan
terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan lebih banyak
investasi. Dengan perkataan lain, apabila pendapatan nasional
bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Apabila
dimisalkan ciri-ciri perkaitan di antara investasi dan pendapatan
nasional adalah seperti yang dinyatakan ini, fungsi investasinya adalah
seperti yang ditunjukkan oleh fungsi Ii dalam Gambar 2.6. Gambar
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan nasional, makin
tinggi pula tingkat investasi. Sebagai contoh, kenaikan pendapatan
nasional dari Y 0 menjadi Y 1 menyebabkan investasi naik dari I0
menjadi I1. Investasi yang bercorak demikian dinamakan investasi
terpengaruh atau induced investment.
Gambar 2.6
Investasi Terpengaruh
12. Landasan Teori Investasi
Dalam analisis teori neoklasik tradisional dan teori pertumbuhan
endogen, penanaman modal asing (PMA) mempunyai peranan yang positif
bagi negara berkembang. Dengan adanya investasi asing, maka diharapkan
dapat mengisi kesenjangan antara persediaan tabungan, cadangan devisa,
penerimaan pemerintah dan keahlian manajerial yang terdapat di negara
penerimanya dengan tingkat persediaan yang dibutuhkan untuk mencapai
target-target pertumbuhan dan pembangunan.
Model pertumbuhan Harrod-Domar mengungkapkan adanya suatu
bentuk hubungan langsung antara tingkat tabungan neto suatu negara (s)
dengan tingkat pertumbuhan outputnya (g) dengan persamaan g = s/k
dimana k adalah rasio modal-output. Jika pertumbuhan output nasional (g)
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditargetkan sebesar 7 persen per tahun dan rasio modal-output sama
dengan 3, maka tingkat tabungan yang dibutuhkan negara tersebut adalah
sebesar 21 persen yang diperoleh dari persamaan s=gk. Tetapi jika jumlah
tabungan domestik yang dapat dimobilisasi hanya 16 persen dari GDP,
maka terdapat kesenjangan tabungan (saving gap) sebesar 5 persen.
Negara tersebut dapat mengisi kesenjangan tabungan dengan sumbersumber finansial dari luar negeri agar dapat mencapai sasaran
pertumbuhannya (Todaro dan Smith, 2006).
Pos pendapatan nasional membagi Produk Domestik Bruto (Gross
Domestik Product) menjadi empat kelompok pengeluaran dan investasi
merupakan salah satu komponennya. Produk Domestik Bruto merupakan
penjumlahan dari keempat komponen yang dituliskan dengan persamaan :
Y = C + I + G + NX
Dimana :
Y = Pendapatan nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Belanja pemerintah
NX = Ekspor netto
Persamaan ini disebut persamaan pos pendapatan nasional
(national income accounts identity).
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Mankiw, 2006
Gambar 2.7 Hubungan investasi dan pertumbuhan ekonomi
Gambar 2.7 menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan
investasi yang dapat dituliskan dalam fungsi investasi dengan persamaan
sebagai berikut :
I = I(r)
Tingkat bunga merupakan biaya dari investasi, maka penurunan
suku bunga dari r1 ke r2 akan meningkatkan jumlah investasi, dengan
demikian slope fungsi investasi negatif yang ditunjukkan oleh grafik panel
a. Pada Keynessian cross peningkatan investasi yang terjadi menggeser
fungsi pengeluaran yang direncanakan (E1) keatas dari E1 ke E2.
Pergeseran fungsi pengeluaran akan meningkatkan pendapatan (output)
dari Y1 ke Y2. Penurunan tingkat bunga akan menaikkan investasi yang
kemudian berdampak pada kenaikan output (pendapatan).
Kurva IS menghubungkan tingkat bunga dengan pendapatan yang
berasal dari fungsi investasi dan Keynessian cross. Semakin rendah tingkat
bunga
akan
mendorong
peningkatan
investasi,
selanjutnya
akan
menyebabkan meningkatnya pendapatan yang juga berarti terjadi
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jadi adanya peningkatan investasi di
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu negara akan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di
negara tersebut.
Pengeluaran untuk konsumsi barang bertujuan untuk menyediakan
kebutuhan rumah tangga pada saat sekarang, sedangkan pengeluaran untuk
barang investasi bertujuan untuk meningkatkan standar hidup di tahuntahun yang akan datang. Tetapi belanja investasi ini mempunyai peran
yang penting tidak hanya pada jangka panjang saja, namun juga pada
siklus bisnis jangka pendek karena investasi merupakan unsur dari GDP
yang paling sering berubah.
Ada tiga jenis pengeluaran investasi yaitu investasi tetap bisnis
(business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang dibeli
perusahaan untuk proses produksi. Investasi residensial (residential
investment) mencakup rumah baru yang dibeli orang untuk tempat tinggal
dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. Investasi persediaan
(inventory
investment)
mencakup
barang–barang
yang
disimpan
perusahaan digudang termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dalam
proses dan barang setengah jadi (Mankiw, 2006).
13. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi, antara lain:
v Perubahan fungsi produksi
Perubahan fungsi produksi dapat terjadi karena perubahan teknologi.
Perubahan teknologi akan mempengaruhi permintaan investasi jika
teknologi tersebut mengubah komposisi atau proporsi barang-barang
kapital yang diinginkan untuk memproduksi suatu tingkat output
tertentu.
v Perubahan tingkat harga
Perubahan tingkat harga akan mendorong terjadinya pergeseran baik di
dalam komposisi atau sejalan dengan suatu tingkat output tertentu
yang akan dihasilkan. Mungkin sangat bermanfaat untuk memikirkan
harga relatif yang diakibatkan oleh kondisi penawaran, sehingga jika
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
individu menawarkan tenaga kerja lebih sedikit, upah untuk tenaga
kerja seperti ini akan berubah.
v Peranan tingkat bunga
Pada umumnya tingkat bunga yang rendah dapat mendorong
meningkatnya
permintaan
barang-barang
kapital
tahan
lama
memerlukan input saat ini untuk menghasilkan output di masa depan.
Tingkat bunga yang tinggi sebaliknya akan mengalami permintaan
kapital yang lebih pendek umurnya dan lebih rendah kapital output
rasionya.
v Resiko
Pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi
resiko yang dihadapi oleh para investor. Usaha pemerintah akan lebih
baik apabila perilaku investasi dilakukan sendiri daripada memberikan
subsidi tetap atau prioritas asuransi untuk mendorong investasi swasta.
v Perubahan permintaan
Perubahan
komposisi
permintaan
output
akan
mengakibatkan
perubahan komposisi stok kapital, kecuali proses penyesuaiannya tidak
lebih cepat dari usangnya kapital yang ada. Porsi penyusutan yang
diterapkan
menunjukkan
dimasukkannya
dampak
perubahan
komposisi permintaan yang diakibatkan karena usangnya kapital.
(Iswardono, 1999;36-40)
14. Penentu-Penentu Investasi Yang Direncanakan
Penentu-penentu investasi yang direncanakan, antara lain:
v Tingkat suku bunga.
Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan atas suatu
pinjaman yang dinyatakan sebagai persentase pinjaman, besarnya sama
dengan jumlah bunga yang diterima per tahun dibagi jumlah pinjaman.
v Harapan dan suasana hati investor
Optimisme
atau
pesimisme
dari para wiraswastawan
tentang
perjalanan perekonomian di masa mendatang berdampak penting
terhadap investasi yang direncanakan saat ini.
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
v Tingkat pemanfaatan modal
Perusahaan cenderung melakukan investasi lebih sedikit dalam modal
baru ketika tingkat pemanfaatan modal mereka rendah dibandingkan
ketika tingkat pemanfaatan modal tinggi.
v Biaya modal dan tenaga kerja relatif
Biaya modal (yang komponen utamanya adalah tingkat suku bunga)
relatif terhadap biaya tenaga kerja dapat mempengaruhi investasi yang
direncanakan. Jika tenaga kerja mahal relatif terhadap modal (tarif
upah tinggi) perusahaan cenderung beralih dari tenaga kerja ke modal.
(Case dan Fair, 1999; 190-191)
15. Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Investasi di Suatu Negara
Beberapa faktor yang mempengaruhi iklim investasi di suatu negara:
v Kepastian Investasi
Faktor kepastian investasi didefinisikan sebagai derajat jaminan
keamanan, prospek keuntungan, dan kemungkinan berkembanya
investasi yang ditanam sesuai dengan perkiraan dalam studi awal
proposal usaha. Peran pemerintah dalam faktor ini sebaiknya terbatas
pada tingkat kebijakan, yang harus selalu berpihak pada kepentingan
semua pihak, dan kebijakan itu seharusnya berkesinambungan
sehingga tercipta suatu kepastian pada dunia usaha.
v Kemampuan Berkembang
Hal lain yang selalu menjadi pertimbangan investor adalah tersedianya
kesempatan untuk mengembangkan usahanya secara optimal di negara
tersebut. Ada dua media penunjang faktor di atas, yaitu tersedianya
infrastruktur yang handal (seperti listrik, telekomunikasi, air bersih,
dan jalan raya) dan sumber daya manusia yang berkualitas yang siap
untuk mendukung jenis investasi yang diminati oleh investor asing.
v Dukungan masyarakat dan pemerintah setempat
Dengan
syarat
otonomi
daerah
sudah
dijalankan, seharusnya
pemerintah daerah secara proaktif melakukan kegiatan pembangunan
kemasyarakatan (community development) di daerah tempat usaha para
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
investor itu. Ini untuk secara perlahan dan fundamental mengurangi
jurang kesenjangan ekonomi dan pendapatan masyarakat sekitar
dengan para pekerja di perusahaan bersangkutan.
(www.geocities.com/winuadi/articles.htm)
16. Sebab-Sebab Kurangnya Investasi di Indonesia
Tingkat inflasi yang terus menurun dan nilai tukar rupiah
cenderung semakin
menguat mendorong penurunan
suku
bunga.
Lambatnya pemulihan tingkat kepercayaan terhadap perekonomian
Indonesia berkaitan dengan tingginya tingkat resiko usaha di dalam negeri.
Tingginya tingkat resiko ini terutama berkaitan dengan hal-hal nonekonomi, seperti lemahnya prasarana dan penegak hukum serta
pengelolaan dunia usaha dan pemerintahan yang tidak transparan. Selain
itu, perkembangan di dalam negeri yang masih rawan terhadap gejolak
sosial, politik, dan keamanan ikut meningkatkan resiko usaha di Indonesia.
Kebijakan pemerintah di negara-negara berkembang meliputi
plafon harga, kontrol impor, dan kecocokan seketika dari property swasta
cenderung menghambat investasi.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menarik
investor asing dengan cara melakukan beberapa deregulasi dan
debirokratisasi berupa kemudahan perizinan dan keleluasaan kepada
investor serta insentif perpajakan (tax holiday). Upaya-upaya tersebut
ditujukan untuk memperbaiki iklim usaha di dalam negeri sehingga
menarik investor asing dan dalam negeri untuk menanamkan modalnya.
(Case dan Fair, 1999; 190-191)
17. Penentu Tabungan Dan Investasi
Tiga hal akan dibicarakan dalam bagian ini, yaitu (i) pandangan
Keynes
mengenai penetuan tingkat tabungan dan
investasi, (ii)
perbandingan pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik dan Keynes, dan (iii)
pandangan Keynes mengenai penentuan tingkat upah.
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pandangan Keynes
Keynes tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi
Klasik yang menyatakan bahwa tingkat tabungan maupun tingkat
invesyasi
sepenuhnya
ditentukan
oleh
tingkat
bunga,
dan
perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan menyebabkan
tabungan yang tercipta pada tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh para
pengusaha. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan
oleh rumahtangga bukan tergantung kepada tinggi rendahnya
tingkat bunga. Ia terutama tergantung kepada besar kecilnya
tingkat pendapatan
rumahtangga itu.
Makin besar jumlah
pendapatan yang diterima oleh sesuatu rumahtangga, makin besar pula
jumlah tabungan yang akan dilakukan olehnya. Apabila jumlah
pendapatan
rumahtangga
itu
tidak
mengalami
kenaikan
atau
penurunan, perubahan yang cukup besar dalam tingkat bunga tidak
akan menimbulkan pengaruh yang berarti ke atas jumlah tabungan
yang akan dilakukan oleh rumahtangga itu. Ini berarti menurut
pendapat Keynes, jumlah pendapatan yang diterima rumahtangga
dan bukan tingkat bunga
yang menjadi penentu utama dari
jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumahtangga.
Disamping itu Keynes tidak yakin bahwa jumlah investasi yang
dilakukan para pengusaha sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga .
Keynes tetap mengakui bahwa tingkat bunga memegang peranan yang
cukup menentukan di dalam pertimbangan para pengusaha melakukan
investasi. Tetapi disamping faktor itu terdapat beberapa faktor penting
lainnya,
seperti
keadaan
ekonomi
pada
masa
kini,
ramalan
perkembangannya di masa depan, dan luasnya perkembangan
teknologi yang berlaku. Apabila tingkat kegiatan ekonomi pada masa
kini
adalah
menggalakkan
dan
di
masa
depan
diramalkan
perekonomian akan tumbuh dengan cepat, maka walaupun tingkat
bunga adalah tinggi, para pengusaha akan melakukan banyak investasi.
Sebaliknya, walaupun tingkat bunga rendah, investasi tidak akan
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
banyak dilakukan apabila barang-barang modal yang terdapat dalam
perekonomian digunakan pada tingkat yang jauh lebih rendah dari
kemampuannya yang maksimal.
Berdasarkan kepada keyakinan Keynes bahwa tingkat bunga
tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam menetukan tabungan dan
bukan satu-satunya faktor yang menentukan investasi, maka Keynes
tidak sependapat dengan ahli-ahli ekonomi Klasik yang berkeyakinan
bahwa fleksibilitas tingkat bunga akan selalu menjamin berlakunya
kesaman di antara jumlah tabungan pada tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh dengan jumlah investasi yang dilakukan oleh
para pengusaha. Menurut pendapat Keynes, pada umumnya investasi
yang dilakukan oleh para pengusaha adalah lebih kecil dari jumlah
tabungan yang dilakukan rumahtangga pada waktu dicapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh. Oleh karenanya permintaa agregat
dalam
perekonomian
adalah
lebih
rendah
dari
produksi
barang barang dan jasa jasa pada tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh. Kekurangan dalam permintaan agregat ini akan menimbulkan
pengangguran dalam perekonomian.
b. Perbandingan Pandangan Klasik Dan Keynes
Perbedaan pendapat Kalsik dan Keynes mengenai penentuan
tingkat tabungan dalam masyarakat dapat dengan lebih jelas dilihat
dengan menggunakan Gambar 3.6. Seperti telah diterangkan menurut
ahli-ahli ekonomi Klasik, jumlah tabungan ditentukan oleh tingkat
bunga. Oleh karena perekonomian selalu mencapai penggunaan tenaga
kerja penuh, jumlah tabungan yang diwujudkan adalah pada ketika
perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh.
Gambar 3.6 (a) menunjukkan: (i) apabila tingkat bunga adalah r0
jumlah tabungan adalah S0 dan (ii) apabila tingkat bunga adalah r1
jumlah tabungan adalah S1. Dengan demikiam grafik (a) menunjukkan
pandangan Klasik yang menyatakan makin tinggi tingkat bunga makin
banyak tabungan yang akan dilakukan masyarakat. Sebelum ini
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
analisis dengan menggunakan Gambar 3.3 telah menerangkan bahwa
fleksibilitas tingkat bunga akan selalu menyebabkan kesamaan di
antara jumlah investasi dan jumlah tabungan pada ketika tingkat
penggunan tenaga kerja penuh dicapai.
Grafik
(b)
menerangkan
pandangan
Keynes
mengenai
penentuan tabungan masyarakat. Kurva S adalah fungsi tabungan,
yaitu suatu garis yang menggambarkan hubungan di antara jumlah
tabunganb dan pendapatan nasional. Kurva S bermula dari nilai
tabungan negatif, dan S bentuknya menaik dari kiri bawah ke kanan
atas. Bentuk kurva S tersebut menggambarkan sifat tabungan
masyarakat yang berikut:
Gambar 2.8
Pandangan Klasik dan Keynes Mengenai Penentu Tabungan
Apabila tingkat pendapatan nasional rendah, tabungan masyarakat
negative. Keadaan ini berarti masyarakat menggunakan tabungan
di masa lalu untuk membiayai hidupnya. Baru setelah pendapatan
nasional melebihi Y 0 masyarakat menabung sebagian dari
pendapatannya.
i. Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak tabungan
masyarakat. Apabila pendapatan nasional adalah Y 1 tabungan
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah S 1 dan apabila pendapatan nasional YF jumlah tabungan
adalah SF.
Untuk menerangkan perbedaan pandangan Klasik dan Keynes
misalkan perekonomian mencapai penggunaan tenaga kerja penuh
pada pendapatan nasional sebesar YF. Maka, menurut Keynes
tabungan adalah SF. Ini berarti pada tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh jumlah tabungan adalah tetap sebanyak SF. Jumlah ini tidak
mengalamu perubahan walaupun terjadi kenaikan ataupun penurunan
yang besar dalam tingkat bunga. Untuk mencapai penggunaan tenaga
kerja penuh investasi perusahaan harus mencapai SF. Akan tetapi
menurut Keynes SF sering kali lebih besar dari investasi perusahaan
yang sebenarnya, maka perekonomian tidak mencapai penggunaan
tenaga kerja penuh.
c. Tingkat Upah Dan Tingkat Kegiatan Ekonomi Negara
Seperti telah diterangkan, di dalam analis Klasik diyakini
bahwa tingkat upah dapat mengalami perubahan-perubahan dan inui
merupakan faktor lain yang akan menjamin tercapainya tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh. Keynes juga mengkritik pendapat ini
dan selanjutnya menunjukkan bahwa, dari sudut kenyataan yang
terdapat dalam masyarakat dan dari sudur teori, pendapat itu tidak
benar.
Kalau dibandingkan pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik itu
dengan kenyataan yang sebenarnya wujud dalam suatu perekonomian
modern, akan dapat dilihat bahwa tingkat upah tidak mudah
mengalami penurunan. Sebagai akibatnya penganggurabn menjadi
lebih sukar untuk dihapuskan. Dalam perekonomian modern terdapat
persatuan-persatuan pekerja
yang
selalu mempertahankan dan
memperjuangkan perbaikan nasib para pekerja. Usaha ini termasuklah
menjaga agar para pekerja diberi upah yang wajar. Persatuan pekerja
akan selalu menentang setiap usaha untuk menurunkan tingkat upah
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dibayarkan kepada para pekerja. Kekuasaan ini menyebabkan
tingkat upah tidak mudah untuk diturunkan.
Secara teori Keynes menunjukkan pula kelemahan pandangan
yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi Klasik meneganai peranan
dari penurunan tingkat upah di dalam menciptakan penggunaan tenaga
kerja penuh. Menurut Keynes, walaupun tingkat upah dapat
mengalami penurunan seperti yang digambarkan dalam Gambar 3.5,
tetapi gambaran itu adalah kurang sempurna. Kelemahan dari
gambaran itu bersumber dari penggunaan analisis keseimbangan
sebagian atau partial equilibrium analysis di dalam menganalis
sesuatu masalah makroekonomi.
Menurut Keynes, dalam
mempelajari dan
menganalisis
masalah pengangguran dalam keseluruhan ekonomi, pemisalan bahwa
“keadaan-keadaan lainnya tidak berubah” atau “ceteris paribus” tidak
boleh digunakan. Pemisalan seperti itu digunakan oleh ahli-ahli
ekonomi Klasik dalam menerangkan akibat dari penurunan upah
kepada penggunaan tenaga kerja. Analisis itu menganggap bahwa
apabila upah turun, maka penurunan itu tidak mempengaruhi kurva
produk marginal. Yang sebenarnya terjadi bukanlah demikian. Apabila
tingkat upah turun maka tingkat pendapatan akan menjadi bertambah
rendah dan daya beli dalam masyarakat berkurang. Oleh sebab itu
pengeluaran masyarakat akan menurun. Pengeluaran yang bertambah
rendah ini akan menurunkan harga-harga, dan apabila keadaan itu
terjadi, maka kurva DL yang digambarkan dalam Gambar 3.5 akan
berpindah ke bawah. Perpindahan ini dapat mengaklibatkan tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh tidak dapat dicapai, yaitu apabila DL
yang baru memotong SL’ jauh ke sebelah kiri dari E1 sehingga
penggunaan tenaga kerja jauh di bawah N1.
18. Jenis-jenis Investasi
Jenis
investasi
dibedakan
atas
investasi
langsung
(direct
investment) dan investasi portofolio (portofolio investment). Investasi luar
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
negeri langsung biasanya dianggap bentuk lain dari pemindahan modal
yang dilakukan oleh perusahaan orang-orang dalam suatu negara dalam
aktifitas ekonomi negara lain yang melibatkan beberapa bentuk partisipasi
modal di bidang usaha yang mereka investasikan. Investasi langsung
berarti perusahaan dari negara penanam modal secara de facto dan de jure
melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di negara
penyimpan modal dengan cara investasi.
Menurut Nindyo Pramono bahwa investasi langsung investor
mengendalikan manajemen, biasanya dilakukan oleh perusahaan transnasional dan periode waktunya panjang karena menyangkut barangbarang. Modal investasi langsung lebih tertarik pada besar dan tingkat
pertumbuhan pasar, tenaga kerja dan biaya produksi serta infrastruktur.
Sedangkan pada investasi portofolio, investor hanya menyediakan modal
keuangan dan tidak terlibat dalam manajemen. Investornya adalah investor
institusional, bersifat jangka pendek dan mudah dilikuidasi dengan cara
menjual saham yang dibeli[3].
Dari beberapa pandangan dan pengertian di atas terlihat bahwa
investasi langsung adalah adanya keterlibatan langsung pihak investor
terhadap
investasi
yang
dilakukannya,
baik
dalam
permodalan,
pengokohan, dan pengawasan. Menurut Sidik Jatmika[4], kebaikan dari
investasi langsung adalah tidak mendatangkan beban yang harus dibayar
dalam bentuk bunga, deviden dan/atau pembayaran kembali, dapat
mengkombinasikan keahlian, teknologi dan modal, dapat mengatasi
masalah transfer uang, adanya penanaman kembali dari keuntungan
investasi yang belum ada dan dapat menciptakan alih teknologi dan
keterampilan.
19. Beberapa Kendala Investasi
Hasil survei tahunan terhadap perusahaan-perusahaan di 131
negara dari World Economic Forum (2007) yang berpusat di Geneva
(Swiss)
untuk
mendapatkan
The
Global
Competitiveness
permasalahan-permasalahan
commit to user
80
utama
Report
yang
2007-2008
dihadapi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengusaha-pengusaha di Indonesia. Infrastruktur yang buruk (dalam arti
kuantitas terbatas dan kualitas buruk) tetap pada peringkat pertama, dan
birokrasi pemerintah yang tidak efisien pada peringkat kedua. Jika dalam
survei tahun lalu keterbatasan akses keuangan tidak merupakan suatu
problem serius, hasil survei tahun ini masalah itu berada di peringkat
ketiga.
Memang opini pribadi dari para pengusaha Indonesia yang masuk
di dalam sampel survei mengenai buruknya infrastruktur di dalam negeri
selama ini sejalan dengan kenyataan bahwa Indonesia selalu berada di
peringkat rendah, bahkan terendah di dalam kelompok ASEAN. Indonesia
berada di posisi 102, satu poin lebih rendah daripada Filipina. Jika dalam
survei WEF selama beberapa tahun berturut-turut belakangan ini
menempatkan Indonesia pada posisi sangat buruk untuk infrastruktur, ini
berarti
memang
kondisi
infrastruktur
di
dalam
negeri
sangat
memprihatinkan. Padahal, salah satu penentu utama keberhasilan suatu
negara untuk dapat bersaing di dalam era globalisasi dan perdagangan
bebas saat ini dan di masa depan adalah jumlah dan kualitas infrastruktur
yang mencukupi. Buruknya infrastruktur dengan sendirinya meningkatkan
biaya produksi yang pada akhirnya menurunkan daya saing harga dengan
konsukwensi ekspor menurun. Konsukwensi lainnya adalah menurunnya
niat investor asing (atau PMA) untuk membuka usaha di dalam negeri, dan
ini pasti akan berdampak negatif terhadap produksi dan ekspor di dalam
negeri.
20. Faktor-Faktor Pendorong Investasi
Secara teoritis ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan
mengapa investor-investor dari negara-negara maju ke negara-negara
berkembang yakni, The Product Cycle Theory dan The Industrial
Organization Theory of Vertical Organization. The Product Cyrcle
Theory[9] yang dikembangkan oleh Raymond Vermon ini menyatakan
bahwa setiap teknologi atau produk berevolusi melalui tiga fase : Pertama
fase permulaan atau inovasi, kedua fase perkembangan proses dan ketiga
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fase standardisasi. Dalam setiap fase tersebut sebagai tipe perekonomian
negara memiliki keuntungan komparatif (Comparative advantage).
The Industrial Organization Theory of Vertical Integration[10]
merupakan teori yang paling tepat untuk diterapkan pada new
multinasionalism dan pada investasi yang terintegrasi secara vertikal.
Pendekatan teori ini berawal dari penambahan biaya-biaya untuk
melakukan bisnis diluar negeri (dengan investasi) harus mencakup biayabiaya lain yang harus dipikul lebih banyak daripada biaya yang
diperuntukkan hanya untuk sekedar mengekspor dari pabrik-pabrik dalam
negeri. Oleh karena itu perusahaan itu harus memiliki beberapa
kompensasi atau keunggulan spesifik bagi perusahaan seperti keahlian
teknis manajerial keadaan ekonomi yang memungkinkan adanya
monopoli.
Menurut teori ini, investasi dilakukan dengan cara integrasi secara
vertikal yakni dengan penempatan beberapa tahapan produksi di beberapa
lokasi yang berbeda-beda di seluruh dunia. Motivasi utamanya adalah
untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang rendah,
manfaat pajak lokal dan lain-lain. Di samping itu motivasi yang lain
adalah untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-perusahaan
lain, artinya dengan investasinya di luar negeri ini berarti perusahaanperusahaan multinasional tersebut telah merintangi persaingan-persaingan
dari negara lain sehingga monopoli dapat dipertahankan.
Motif utama modal internasional baik yang bersifat investasi modal
asing langsung (foreign direct investment) maupun investasi portofolio
adalah untuk mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara
sendiri melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sistem
perpajakkan yang lebih menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik.
Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Iklim investasi yang kondusif Prospek pengembangan di negara
penerima modal. Dilihat dari kedua faktor di atas, maka tampaknya arus
modal asing justru lebih banyak mengalir ke negara-negara maju daripada
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
ke
digilib.uns.ac.id
negara-negara
berkembang.
Aliran
modal
ke
negara-negara
berkembang masih dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
1). Tingkat perkembangan ekonomi negara penerima modal
2). Stabilitas politik yang memadai
3). Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan investor
4). Aliran modal cenderung mengalir ke negara-negara dengan
tingkat pendapatan per kapita yang tinggi
Adanya keengganan masuknya investasi asing dan adanya indikasi
relokasi investasi ke negara lain disebabkan karena tidak kondusifnya
iklim investasi di Indonesia dewasa ini. Menurut Rahmadi Supanca,
berbagai faktor yang dituding menjadi penyebab dari terjadinya tidak
kondusifnya iklim investasi yaitu :
1). Instabilitas Politik dan Keamanan
2). Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan
3). Pemahaman yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang
Otonomi Daerah serta belum lengkap dan jelasnya pedoman
menyangkut tata cara pelaksanaan otonomi daerah
4). Kurangnya jaminan kepastian hokum
5). Lemahnya penegakkan hokum
6). Kurangnya jaminan/ perlindungan Investasi
7). Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan
8). Masih maraknya praktek KKN
9). Citra buruk Indonesia sebagai negara yang bangkrut, diambang
disintegrasi dan tidak berjalannya hukum secara efektif makin
memerosotkan daya saing Indonesia dalam menarik investor untuk
melakukan kegiatannya di Indonesia.
10). Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
21. Masalah Inflasi
a. Sebab Sebab Inflasi
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan
harga harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Tingkat
commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
inflasi (persentasi pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu
period eke periode lainnya, dan berbed pula dari satu Negara ke
Negara lain. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah - yaitu
mencapai di bawah 4 - 6 persen. Tingkat inflasi yang modert
mencapai di antara 5 - 10 persen. Inflasi yang serius dapat mencapai
tingkat beberapa ratus atau beberapa ribu persen alam setahun.
Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku diakibatkan oleh
banyak faktor. Di negara-negara industri pada umumnya inflasi
bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut:
i. Tingkat
pengeluaran
agregat
yang
melebihi
kemampuan
perusahaan perusahaan untuk menghasilkan barang barang dan
jasa jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka
butuhkan akan mendorong para konsumen meminta barang itu
pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, para pengusaha akan
mencoba menahan
barangnya dan
hanya menjual kepada
pembeli-pembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih
tinggi. Kedua-dua kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan
harga-harga.
ii. Pekerja pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan
upah. Apabila para pengusaha mulai menghadapi kesukaran dalam
mencari
tambahan
pekerja
untuk
menambah
produksinya,
pekerja-pekerja yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan
upah. Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secarameluas, akan
terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan jasa yang
dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut
akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikan harga-harga
barang mereka.
Kedua-dua masalah yang diterangkan di atas biasanya berlaku
apabila perekonomian sudah mendekati tingkat pengguanaan tenaga
kerja penuh. Dengan perkatan lain di dalam perekonomian yang sudah
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat maju, masalah inflasi sangat erat kaitannya dengan tingkat
penggunaan tenaga kerja.
Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari (i)
kenaikan harga-harga barang yang diimpor, (ii) penambahan
penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan
produksi dan penawaran barang, dan (iii) kekacauan politik dan
ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggungjawab.
b. Akibat Buruk Inflasi
Seperti pengangguran, inflasi juga menimbulkan beberapa
akibat buruk kepda individu, masyarakat dan kegiatan perekonomian
secara keseluruhan. Oleh sebab itu masalah tersebut perlu dihindari.
Salah satu akibat penting dari inflasi ialah ia cenderung menurunkan
taraf kemakmuran segolongan besar masyarakat. Sebahagian besar
pelakuvpelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang
bergaji tetap. Inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah
para pekerja. Oleh sebab itu upah riil para pekerja akan merosot
disebabkan oleh inflasi dan keadaan ini berarti tingkat kemakmuran
segolongan besar masyarakat mengalami kemerosotan.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi
semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi
cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi
yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi
yang
produktif,
mengurangi
ekspor
dan
menaikan
impor.
Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
c. Tingkat Inflasi
Kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu waktu ke waktu
lainnya tidak berlaku secara seragam. Kenaikan tersebut biasanya
berlaku ke atas kebanyakan barang, tetapi tingkat kenaikannya
berbeda. Ada yang tinggi persentasinya dan ada yang rendah.
Disamping itu sebahagian barang tidak mengalami kenaikan.
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berlakunya
tingkat
perubahan
harga
yang
berbeda
tersebut
menyebabkan indeks harga perlu dibentuk untuk menggambarkan
tingkat perubahan harga-harga yang berlaku dalam sesuatau Negara.
Untuk menukur tingkat inflasi, indeks harga yang selalu digunakan
adalah
indeks
harga
konsumen,
yaitu
indeks
harga
dari
barang barang yang selalu digunakan para konsumen.
Untuk membentuk indeks harga, tiga langkah perlu dilakukan:
(i) memilih tahun dasar, yaitu tahun yang menjadi titik tolak dalam
membandingkan perubahan harga, (ii) menentukan jenis-jenis barang
perubahan harga-harganya akan diamati untuk membentuk indkes
harga, dan (iii) menghitung indeks harga. Dalam Tabel 24.1
ditunjukkan suatu contoh sederhana untuk menghitung indkes harga.
Dimisalkan tahun dasar adalah tahun 1980. Yang dihitung adalah
indeks harga pada akhir tahun 1993. Dalam penghitungan tersebut
dimisalkan 4 jenis barang digunakan untuk membentuk indeks harga
konsumen, yaitu bearing A, B, C dan D. Disamping mengumpulkan
data perubahan harga-harganya, harus pula ditentukan “weights” atau
kepentingan relatif setiap kelompok barang dalam konsumsi
masyarakat. Sebagai contoh misalkan kumpulan barang A sangat
penting dalam masyarakat; pengeluarannya meliputi 50 persen dari
pengeluaran
keseluruhan
masyarakat.
Maka
dalam
contoh
penghitungan kelompok barang A diberi weights sebanyak 50.
Tahun dasar (1980)
Kelompok
barang
Weights
Tahun 1993
Harga
Harga X
Harga
Harga X
(rupiah)
weights
(rupiah)
weights
A
50
1.000
50.000
2.000
100.000
B
20
5.000
1000.000
11.000
220.000
C
5
5.000
25.000
16.000
80.000
D
25
3.000
75.000
8.000
200.000
100
250.000
commit to user
86
600.000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan mengetahui nilai kepentingan relatif (weights) berbagai
barang dan harga masing-masing kumpulan barang tersebut, dapatlah
dihitung nilai harga X weights untuk 1980 dan 1993. Tabel 1.1
menunjukkan nilai tersebut adalah 250.000 pada tahun 1980,
sedangkan untuk tahun 1993 nilainya adalah 600.000. Berdasarkan
kepada kedua-dua angka tersebut indeks harga tahun 1993 dapat
dihitung, yaitu:
IH
Indeks harga pada tahun dasar adalah 100. Dengan demikian di
antara tahun 1980 dan 1993 harga telah meningkat sebanyak 140
persen.
Tingkat inflasi terutama dimaksudkan untuk menggambarkan
perubahan
harga-harga
dalam
suatu
tahun
tertentu,
untuk
menentukannya perlu diperhatikan data indeks harga konsumen dari
suatu tahun dan seterusnya dibandingkan dengan indeks harga pada
thaun lainnya. Meneruskan contoh di atas, misalkan dalam tahun 1994
indeks harga konsumen adalah 251. Berapakah tingkat inflasi dalam
tahun 1994? Perhitungan di bawah ini menjawab pertanyaan tersebut
22. Inflasi Dan Implikasinya
Seperti pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu
dihadapi setiap perekonomian. Sampai di mana buruknya masalah ini
berbeda di antara satu waktu ke waktu lainnya, dan berbeda pula dari satu
negara ke negara lain. Tingkat inflasi, yang persentasi kecepatan kenaikan
harga harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai
ukuran untuk menunjukkan sampai di mana buruknya masalah ekonomi
yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang, inflasi yang
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rendah tingkatnya dan dinamakan inflasi merayap - yaitu inflasi yang
mencapai 2 sampai 4 persen, biasanya tidak dapat dielakkan. Sering sekali
inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya mencapai 5 sampai 10
persen atau lebih sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu
peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat
yang sangat tinggi, yaitu tingkatnya dapat mencapai beberapa ratus atau
beberapa ribu persen. Kenaikan harga-harga seperti ini dinamakan inflasi
hiper.
Beberapa aspek yang berkaitan dengan inflasi akan diterangkan
dalam bagian ini. Terlebih dahulu akan ditunjukkan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya inflasi. Seterusnya akan dibicarakan berbagai
akibat buruk dari inflasi. Sebagai penutup dari uraian mengenai inflasi
akan diterangkan kurva Philips, yaitu suatu kurva yang menerangkan
tentang perkaitan di antara inflasi dan pengangguran.
23. Landasan Teori Bagi Ikut Sertanya Beberapa Variabel Dalam Model
a. Eclectic Theory
John
Dunning
mengajukan
kerangka
dalam
menelaah
terjadinya arus PMA dari satu negara ke negara lain, yang dikenal
dengan Eclectic Theory, dan ternyata masih relevan hingga kini.
Terdapat tiga hal pokok yang harus dipenuhi agar terjadi aliran PMA.
Syarat pertama, harus ada keunggulan kepemilikan (Ownership
Advantage) dari perusahaan yang akan menanamkan modalnya.
Keunggulan internal ini bersifat spesifik untuk tiap perusahaan dan
diperlukan sebagai kompensasi menjadi perusahaan asing di negara
lain.
Keunggulan kepemilikan ini dapat berupa monopoli atas suatu
produk atau merk tertentu, proses produksi yang lebih efisien, kealian
manajemen, dan pengetahuan yang lebih mengenai pasar maupun
teknik pemasaran. Selain itu terdapat pula faktor eksternal seperti
tingginya upah, energi yang semakin mahal, keterbatasan sumber daya
alam, ketatnya peraturan mengenai lingkungan di dalam negeri, semua
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini mendorong suatu perusahaan untuk beroperasi di negara lain.
Keuntungan
kepemilikan
spesifik
mengacu
pada
keunggulan
kompetitif dari perusahaan mencari untuk terlibat dalam investasi
asing langsung (FDI). Semakin besar keunggulan kompetitif dari
perusahaan-perusahaan investasi, semakin mereka cenderung terlibat
dalam produksi asing mereka
Kondisi kedua yang harus dipenuhi adalah bahwa negara tuan
rumah
harus
mempunyai
keunggulan-keunggulan
lokasional
(Locational Advantage) untuk menarik investor asing menanamkan
modalnya. Keunggulan ini yang akan menjadi daya tarik bagi investor
untuk mengeksploitasinya demi kepentingan bisnisnya. Keunggulan
lokasional ini dapat berupa potensi pasar domestik yang besar,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi yang rendah, tenaga kerja
yang
murah,
melimpahnya
sumber
daya
alam,
ketersediaan
infrastruktur, insentif yang menarik dan longgarnya peraturan. Apabila
kondisi pertama dapat terpenuhi namun syarat kedua tidak terpenuhi,
maka perusahaan yang biasanya merupakan perusahaan multinasional
akan memilih melakukan ekspor ke negara yang bersangkutan sebagai
cara untuk memanfaatkan keunggulan kepemilikannya. Atraksi
lokasional mengacu pada negara-negara alternatif atau daerah, untuk
melaksanakan nilai tambah kegiatan MNEs.The lebih bergerak, alami
atau dibuat sumber daya, yang perusahaan perlu menggunakan
bersama-sama
dengan
keuntungan
mereka
sendiri
kompetitif,
mendukung kehadiran di lokasi yang asing, lebih banyak perusahaan
akan memilih untuk menambah atau memanfaatkan keuntungan O
spesifik mereka dengan terlibat dalam FDI.
Akhirnya meskipun syarat pertama dan kedua dipenuhi, harus
ada keunggulan internasionalisasi (internalization Advantage) yang
mendorong perusahaan untuk melakukan investasi langsung dalam
bentuk PMA dan tidak memilih cara lain seperti lisensi, pembelian
saham (portopolio) atau franchising (Sudaryanto, 1995). Perusahaan
dapat mengatur penciptaan dan eksploitasi dari kompetensi inti
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka. Semakin besar manfaat bersih internalisasi lintas batas pasar
produk setengah jadi, perusahaan semakin besar kemungkinan akan
lebih memilih untuk terlibat dalam produksi luar negeri sendiri
daripada lisensi hak untuk melakukannya.
Tabel 2.2.
Eclectic Theory
Sumber:
Dunning (1981) [
Bentuk
masuk pasar
Kepemilikan
keuntungan
Ekspor
Perizinan
FDI
Kategori keuntungan
Lokasi
Internalisasi
keuntungan
keuntungan
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
i. Teori Tentang Eclectic Theory
Ide di balik Paradigma Elektik adalah menggabungkan teori
terisolasi beberapa ekonomi internasional di salah satu pendekatan.
Tiga bentuk dasar dari kegiatan internasional dari perusahaan dapat
dibedakan:. Ekspor, FDI dan Perizinan Yang disebut Oli-faktor
tiga
kategori
keuntungan,
yaitu
keuntungan
kepemilikan,
keunggulan lokasi dan keunggulan internalisasi. Sebuah prasyarat
untuk kegiatan internasional dari perusahaan adalah ketersediaan
keuntungan kepemilikan bersih. Keuntungan ini bisa berdua akan
material dan tidak material. Keuntungan kepemilikan jangka bersih
digunakan
untuk
menyatakan
keuntungan
bahwa
sebuah
perusahaan memiliki di pasar luar negeri dan tidak dikenal.
Menurut Dunning dua jenis
FDI dapat dibedakan.
Sementara sumber daya investasi mencari dibuat dalam rangka
membangun akses ke materi dasar seperti bahan baku atau faktor
input lainnya, pasar investasi mencari dibuat untuk memasuki
pasar yang sudah ada atau membentuk sebuah pasar baru.
Perbedaan dekat dibuat oleh Dunning dengan hal efisiensi mencari
investasi, mencari investasi strategis dan investasi dukungan.
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.3.
Teori Tentang Eclectic Theory
Perdagangan dan FDI pola
untuk industri dan negara.
Lokasi keuntungan
Kuat
Lemah
Kepemilikan
Kuat
Ekspor
Outward FDI
keuntungan
Lemah
Inward FDI
Impor
Paradigma eklektik juga kontras endowment sumber daya
suatu negara dan posisi geografis (memberikan keuntungan
lokasional) dengan sumber daya perusahaan (keuntungan
kepemilikan). Dalam model ini, negara dapat ditampilkan untuk
menghadapi salah satu dari empat hasil yang ditunjukkan pada
gambar di atas. Pada kotak, kanan atas pada gambar di atas
perusahaan memiliki keunggulan kompetitif, tapi domisili rumah
memiliki faktor lebih tinggi dan biaya transportasi dari lokasi
asing. Perusahaan-perusahaan itu membuat FDI di luar negeri
untuk menangkap uang sewa dari mereka keuntungan. Namun
jika negara ini memiliki keuntungan lokasional, perusahaan lokal
yang
kuat
lebih
mungkin
untuk
menekankan
ekspor.
Kemungkinan ketika bangsa hanya memiliki perusahaan yang
lemah, seperti di kebanyakan negara berkembang, menyebabkan
hasil yang berlawanan. Kondisi ini mirip dengan yang disarankan
oleh Porter Model berlian daya saing nasional.
ii. Aplikasi Dalam praktek
Dalam ketergantungan dari kategori keuntungan ada dapat
dipilih bentuk kegiatan internasional. Jika sebuah perusahaan
memiliki keuntungan kepemilikan seperti memiliki pengetahuan
tentang target pasar luar negeri, misalnya staf dengan kemampuan
bahasa, informasi tentang perizinan impor, produk yang sesuai,
kontak dan sebagainya, ia bisa melakukan sebuah lisensi. Lisensi
ini kurang biaya-intensif daripada bentuk-bentuk internalisasi.
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika ada keuntungan internalisasi, perusahaan dapat
berinvestasi lebih banyak modal di luar negeri. Hal ini dapat
dicapai oleh ekspor dalam bentuk anak perusahaan ekspor.
FDI adalah kegiatan yang paling intensif modal bahwa
perusahaan dapat memilih. Menurut Dunning, dianggap bahwa
keuntungan lokasional yang diperlukan untuk FDI. Hal ini dapat
diwujudkan dengan pabrik-pabrik yang baik membeli atau benarbenar dibangun di luar negeri. FDI adalah bentuk yang paling
intensif modal aktivitas internalisasi.
b. Konsep Marginal Efficiency of Capital (MEC)
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi
akan dilaksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara
besarnya keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam persatuan waktu) di satu pihak. Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan
yang diharapkan ini disebut dengan istilah Marginal Efficiency of
Capital (MEC). Jadi secara singkat, bila keuntungan yang diharapkan
(MEC) adalah lebih besar dari tingkat bunga maka investasi
dilaksanakan dan sebaliknya. Bila MEC sama dengan tingkat bunga
investasi boleh dilaksanakan boleh tidak bagi mereka yang memiliki
dana.
Dari uraian di atas diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran
investasi yang diinginkan oleh para investor ditentukan oleh dua hal,
yaitu tingkat bunga yang berlaku dan MEC atau fungsi investasi.
Fungsi MEC atau fungsi investasi ini menunjukkan hubungan antara
tingkat bunga yang berlaku dengan tingkat pengeluaran investasi yang
diinginkan oleh para investor.
Ada tiga hal yang perlu digarisbawahi mengenai fungsi
investasi. Pertama, fungsi tersebut mempunyai slope yang negatif,
artinya semakin rendah tingkat bunga semakin besar tingkat
pengeluaran investasi yang diinginkan (atau direncanakan untuk
dilaksanakan). Kedua, dalam kenyataan fungsi semacam ini sulit untuk
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperoleh sebab posisinya sangat tergantung pada nilai-nilai MEC dari
proyek-proyek yang ada dan bahwa MEC adalah sesuatu tingkat
keuntungan yang diharapkan oleh investor. Dan oleh karena
didasarkan atas harapan masa depan atau expectation, maka MEC
sesuatu proyek bisa saja berubah dari hari ke hari dan peka terhadap
perubahan kondisi sosio-ekonomis-politis negara. Misalnya, ada gejala
politik di suatu daerah, desas desus akan adanya devaluasi atau
pembatasan impor, akan langsung mengubah penilaian subyektif
investor terhadap sesuatu proyek. Karena begitu banyaknya faktor
yang bisa mempengaruhi MEC, maka posisi fungsi investasi pun akan
sangat mudah berubah. Kelebihan fungsi investasi ini merupakan
penjelasan teoritis dari Keynes mengenai fakta yang disebutkan
terdahulu, yaitu bahwa dalam kenyataan pengeluaran investasi
menunjukkan gejolak naik turun yang sulit diduga dari waktu ke
waktu. Kelebihan ini adalah satu ciri yang membedakan investasi
dengan unsur-unsur permintaan agregat yang lain (C.G).
Hal ketiga yang perlu ditetapkan adalah hubungan antara teori
Keynes tersebut dengan kenyataan, khususnya mengenai masalah
tersedianya dana investasi. Teori Keynes didasarkan atas anggapan
bahwa pada tingkat bunga yang berlaku setiap investor bisa
memperoleh dana berapapun untuk membiayai proyek-proyek yang ia
anggap menguntungkan untuk dilaksanakan. Yang membatasi jumlah
yang ingin ia investasikan hanyalah penilaiannya mengenai MEC
proyek-proyek yang terbuka baginya. Dalam kenyataan seringkali
dijumpai keadaan yang sebaliknya, yaitu begitu banyaknya proyek
yang menguntungkan (MEC tinggi), tetapi sulit untuk memperoleh
dana untuk membiayai semuanya. Kesulitan memperoleh kredit dari
bank, misalnya, mengakibatkan tingkat investasi yang direalisasikan
lebih kecil dari tingkat investasi yang diinginkan. Mengenai fungsi
investasi ini dapat ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut:
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.9
Kurva Fungsi Investasi (MEC)
Tingkat bunga (r)
Tingkat investasi ( I )
24. Hubungan Antara Variabel-Variabel Independen dengan Variabel
Dependen
a. Tingkat Bunga Internasional (LIBOR)
Ada dua faktor penting yang menentukan motif yang
mendorong untuk mengadakan investasi, yaitu tingkat keuntungan
bersih yang diharapkan dan suku bunga. Mengenai pengaruh tingkat
bunga
terhadap
pengeluaran
investasi
suatu
masyarakat
baik
menggunakan pendekatan yang sederhana maupun pendekatan yang
lebih bervariasi menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu bahwa
investasi merupakan fungsi tingkat bunga, sehingga :
dalam arti bahwa meningkatnya tingkat bunga, r, mengakibatkan
berkurangnya pengeluaran investasi dan sebaliknya (Soediyono, 1992).
Dalam bentuk grafik, hubungan negatif antara tingkat bunga
dengan pengeluaran investasi dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.10
Pengeluaran Investasi Sebagai Fungsi Tingkat Bunga
Tingkat bunga (%)
Pengeluaran investasi dalam milyar Rp
Tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan investor untuk
melakukan investasi sehubungan dengan alternatif keuntungan yang
akan dinikmati oleh investor. Apabila menanamkan saja di bank
dengan tingkat bunga yang tinggi daripada untuk investasi karena
keuntungan pengembalian modalnya yang lebih rendah, demikian pula
sebaliknya.
Memang benar bahwa suku bunga merupakan faktor yang
cukup penting yang mempengaruhi keputusan investasi. Menurut
Keynesian suku bunga tidaklah merupakan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi investasi, disamping itu masih terdapat situasi depresi
atau kelesuan kegiatan ekonomi yang menciptakan ekspektasi
keuntungan
bisnis
yang
kurang
menggembirakan
sehingga
menyebabkan rendahnya investasi meskipun suku bunga rendah.
b. Tingkat Inflasi di Indonesia
Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari hargaharga untuk menaik secara umum dan terus menerus (Boediono,
1994). Adapun berbagai cara untuk menggolongkan jenis atau macam
inflasi, berdasar lajur kecepatannya inflasi dibagi ke dalam:
a. Inflasi lunak (mild inflation) atau creeping inflation, umumnya
kurang dari 5% setahun dianggap sehat untuk perkembangan
ekonomi.
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Inflasi cepat (galloij inflation), umumnya 5% atau lebih setahun.
c. Inflasi meroket (hyper inflation), umumnya di atas 100% setahun.
Inflasi cepat apalagi inflasi meroket dirasa meresahkan masyarakat
maka pemerintah berusaha untuk membendungnya.
Berdasarkan
pada
sumber
penyebabnya
inflasi
dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Inflasi permintaan (demand-pull inflation)
Inflasi permintaan ini timbul sebagai akibat dari meningkatnya
permintaan agregatif. Kenaikan harga barang akhir (output)
mendahului kenaikan harga barang-barang input dan faktor
produksi seperti upah dan sebagainya.
b. Inflasi penawaran (cost-push inflation)
Merupakan inflasi yang timbul sebagai akibat berkurangnya
penawaran agregatif. Kenaikan harga barang-barang input dan
faktor produksi mendahului kenaikan barang-barang akhir atau
output.
c. Inflasi Campuran (mixed inflation)
Adalah inflasi yang unsur penyebabnya berupa campuran antara
demand-pull dan cost-push, yang secara harafiah dapat kita
terjamahkan dengan tarikan permintaan dan dorongan biaya.
Pengaruh dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan
harga output tidak berbeda, tetapi dari segi volume output ada
perbedaan. Dalam kasus demand inflation biasanya ada kecenderungan
bagi output menaik bersama-sama dengan kenaikan harga umum.
Besar kecilnya kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva
aggregate supply; semakin mendekati output semakin tidak elastis
kurva ini. Sebaliknya, dalam kasus cost inflation biasanya kenaikan
harga dibarengi dengan penurunan hasil penjualan barang (kelesuan
usaha/investasi).
Munculnya
tekanan
inflasi
pada
suatu
negara
sedang
berkembang adalah tak terelakkan, lantaran adanya ketidakseimbangan
antara permintaan dan penawaran barang-barang domestik, menyusul
commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
permulaan program investasi negara dalam jumlah besar. Pengaruh
inflasi tersebut di atas digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.11
Apabila keadaaan ekonomi suatu negara tidak menentu dimana
inflasi yang terjadi meningkat tajam maka dapat mendorong investor
asing menanamkan modalnya dalam jumlah yang lebih besar. Dengan
kata lain, penanaman modal asing berbanding lurus dengan kenaikan
inflasi.
c. Penyediaan Fasilitas (Prasarana) PMA
Sarana dan prasarana (infrastruktur) merupakan hal yang
sangat menentukan terealisasinya atau tidak suatu proyek investasi.
Penyediaan fasilitas (prasarana) PMA di suatu negara adalah
merupakan salah satu usaha yang sering dilakukan oleh suatu negara
untuk dapat menarik para investor melakukan investasi di negaranya.
Penyediaan fasilitas (prasarana) PMA antara lain berupa jalan,
pembangkit tenaga listrik, jaringan telekomunikasi dan sarana
transportasi.
Letak geografis DIY yang terletak di tengah-tengah propinsi
lain yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam kondisi geografis yang
terjepit inilah yang menyebabkan DIY hanya dilewati para investor.
Oleh karena itu dalam usaha menarik minat investor agar menanamkan
modalnya di DIY salah satunya adalah dengan meningkatkan
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyediaan dan kinerja fasilitas PMA, misalnya dengan meningkatkan
fasilitas penunjang jalan di DIY, diantaranya dengan menambah
panjang jalan agar pelaksanaan kegiatan investasi dapat berjalan
dengan lancar.
Oleh karena itu penyediaan fasilitas (prasarana) PMA di DIY
dikhususkan pada fasilitas jalan dengan menggunakan data panjang
jalan di DIY menurut kelas jalan pada periode 1986-2011 menjadi titik
tolak penelitian ini. Dengan adanya penyediaan fasilitas PMA tersebut
di DIY diharapkan akan meningkatkan gairah pengusaha khususnya
investor asing untuk menanamkan modalnya di DIY.
d. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi
yang berada di suatu wilayah atau kabupaten, dengan cara
mengurangkan biaya antara dari masing-masing total produksi bruto
dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu
tertentu
(biasanya
satu
tahun).
Unit-unit
produksi
tersebut
dikelompokkan menjadi lapangan usaha yaitu :
1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, gas dan air bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Penyewaan dan Jasa-jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa lain termasuk pelayanan pemerintah
Pada kenyataan terdapat kaitan yang sangat erat antara
investasi dengan pendapatan dalam suatu daerah tertentu. Terdapat
hubungan yang positif apabila pendapatan naik maka pengeluaran
investasi juga akan naik. Begitu pula sebaliknya. Meningkatnya
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendapatan suatu daerah (PDRB) mempunyai tendensi meningkatnya
permintaan akan barang dan jasa konsumsi, yang berarti akan
memerlukan produksi barang-barang dan jasa konsumsi yang lebih
banyak. Ini berarti memerlukan modal yang sudah ada maupun
menambah proyek investasi. Dengan demikian meningkatnya tingkat
pendapatan mengakibatkan meningkatnya jumlah proyek investasi
yang dilaksanakan oleh masyarakat.
e. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Peluang penanaman modal dalam negeri (PMDN) masih
terbuka lebar didukung oleh kebijakan pemerintah melalui kebijakan
penanaman
modal
yang
kondusif.
Guna
mengetahui
tentang
penanaman modal perlu diketahui definis penanam modal dalam
negeri
yaitu
adalah penanaman
modal
yang dilakukan oleh
perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Republik Indonesia, atau
daerah yang melakukan penanaman modal diwilayah negara Indonesia
(pasal 1 ayat 5 UU No.25 tahun 2007). Berdasarkan definisi tersebut
penanam modal dalam negeri dapat dilakukan oleh badan hukum (PT)
dan bukan badan hukum (Fa. CV) sepanjang penanam modal
dilakukan di wilayah Indonesia, serta PMDN juga dapat dilakukan
oleh perseorangan WNI tanpa berbentuk badan hukum (PT/Koperasi)
atau bukan badan hukum.
Sedang definisi penanaman modal dalam negeri (PMDN)
sebagaimana di jelaskan dalam UU No.25 tahun 2007 pasal 1ayat 3
adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
Negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan
menggunakan modal dalam negeri. Berdasarkan definisi PMDN maka
yang termasuk katagori penanaman modal dalam negeri bila usahanya
di wilayah Negara RI tidak diluar negeri dan seluruh modal berasal
dari dalam negeri.
Mengapa penanaman modal dalam negeri seluruh modalnya
wajib berasal dari dalam negeri karena berdasarkan pasal 1 ayat 9 UU
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
N0.25 tahun 2007 menyebutkan bahwa modal dalam negeri adalah
adalah modal yang dimiliki oleh negara RI, perseorangan warga negara
Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak
berbadan hukum. Bagi penanaman modal yang awalnya PMDN
kemudian masuk pemegang saham asing maka status perusahaan
otomatis berubah menjadi penanaman modal asing (PMA). Perubahan
status tersebut disebabkan saham penanaman modal dalam negeri
sudah tidak seratus persen lagi (100%) karena masuk modal asing
dalam persentasi sekecil apapun.
Dalam konteks badan hukum maksudnya usaha penanaman
modal sudah memiliki akta pendirian badan hukum (PT atau Koperasi)
sebagaimana yang diatur dalam UU No.40 tahun 2007 tentang
perseroan (PT) dan UU No.25 tahun 1992 tentang Koperasi. Perlu di
catat bahwa suatu perusahaan disebut telah berbadan hukum apabila
akta pendirian perusahaan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan
HAM bila belum disahkan maka belum diakui badan hukum, demikian
puka dengan koperasi akta pendirian koperasi harus sudah disahkan
oleh pejabat kantor Koperasi yang berwenang. (Penulis adalah
Widyaiswara pada Pusdiklat BKPM Pusat, Jakarta)
I. Penjelasan Umum
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri.
Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam
Undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal
Penanam modal Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan
warga negara Negeri, badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah
Negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara
Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka
bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan
dan batasan kepemilikan modal Negeri atas bidang usaha
perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010
Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan
Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal.
Perusahaan
Penanaman
Modal
Negeri
mendapatkan
fasilitas dalam bentuk :
·
Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto
sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal
yang dilakukan dalam waktu tertentu;
·
Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang
modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang
belum dapat diproduksi di dalam negeri;
·
Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan
penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu
tertentu dan persyaratan tertentu;
·
Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas
impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan
produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama
jangka waktu tertentu;
·
Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan
·
Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk
bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan
tertentu.
Kriteria Perusahaan Penanaman Modal Negeri yang
mendapatkan fasilitas antara lain :
·
Menyerap banyak tenaga kerja
·
Termasuk skala prioritas tinggi
·
Termasuk pembangunan infrastruktur
·
Melakukan alih teknologi
·
Melakukan industri pionir
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Berada
di
daerah
terpencil,
daerah
tertinggal,
daerah
perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu
·
Menjaga kelestarian lingkungan hidup
·
Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi
·
Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi
·
Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau
peralatan yang diproduksi didalam negeri.
II. Peraturan dan Perundang-undangan terkait :
·
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 - Tentang Penanaman
Modal
·
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas
·
Peraturan Presiden No. 36 Th 2010 Tentang Perubahan Daftar
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
·
Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman
dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal
III. Dokumen yang akan diproses dan Jangka Waktu
No.
1.
Keterangan
Perusahaan
Penanaman
Modal
Dalam Negeri (PMDN)
Konsultasi dan perisapan Pendirian
Perusahaan
Penanaman
Modal
Dalam Negeri
Cek dan Booking Nama Perusahaan
Persetujuan Pendaftaran Penanaman
Modal di
Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM)
Akta Pendirian Perusahaan oleh
Notaris
Surat
Keterangan
Domisili
Perusahaan (Lurah – Camat)
commit to user
102
Jangka Waktu
(Hari Kerja)
NORMAL
Jangka Waktu
(Hari Kerja)
EKSPRESS
1-5
1-5
2
1
10
4
3
1
5
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
3
2
5
2
14
7
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
14
7
TOTAL
61
31
Surat Pengukuhan Perusahaan Kena
Pajak (SP PKP)
Surat
Keputusan/Pengesahan
Menteri Hukum dan HAM
IV. Cara Pembayaran
Down Payment 50% setelah Surat Perjanjian Kerja/PO,
pelunasan
setelah
NPWP
(Nomor
Pokok
Wajib
Pajak)
diselesaikan.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengaruh PDRB, Tingkat Suku Bunga dan Jumlah
Angkatan Kerja terhadap PMA dan PMDN pernah dilakukan oleh Valentinus
Gegegoran dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Investasi di Daerah Istimewa Yogyakarta 1980 1997” pada tahun 1995.
Dan serta juga penelitian tentang Tingkat Bunga, Pendapatan Nasional,
Tenaga Kerja dan Kebijakan Deregulasi telah mempengaruhi PMDN dan
PMA pernah dilakukan oleh Riya Suharnata dengan judul “Investasi PMDN
dan PMA di Indonesia Beberapa variabel yang Mempengaruhi dan
Prospeknya bagi Penerima Devisa” pada tahun 2000. Dan serta juga
penelitian tentang Pendapatan Nasional, Tingkat Bunga Internasionak,
Tingkat Inflasi, Tingkat Upah, dan Penyediaan Fasilitas di Indonesia
mempengaruhi PMA ini pernah dilakukan oleh Franky dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mem-pengaruhi
Keputusan
Investor
Asing
Menanamkan Modalnya di Indonesia Tahun 1969 – 1991” pada tahun
1994.
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis Operasional
Berdasarkan perumusan masalah, teori yang ada, tujuan penelitian
dengan memperhatikan kejadian empiris maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
1. Diduga Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta
(PDRB DIY) berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing.
2. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri Daerah Istimewa Yogyakarta
(PMDN DIY) berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing.
3. Diduga tingkat inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penanaman modal asing.
4. Diduga tingkat suku bunga internasional di Daerah Istemewa Yogyakarta
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penanaman modal asing.
commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian eksplanatori atau pengujian
hipotesis. Tujuan studi penelitian ini adalah pengujian hipotesis (Hypothesis
testing) yaitu penelitian dimana peneliti menguji hipotesis yang menjelaskan
hubungan antar variabel suatu fenomena. Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan pengaruh PDRB DIY, PMDN, Inflasi dan tingkat suku bunga
terhadap penanaman modal asing (PMA) di Daerah Istimewa Yogyakarta
periode 1986 sampai dengan 2011.
B. Data dan Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi
ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dan yang digunakan
penulis antara lain:
a. Metode Penelitian Kepustakaan
Penulis mengumpulkan data yang diperlukan melalui penelitian
kepustakaan. Hal ini dilakukan dengan membaca dan mempelajari
buku-buku ekonomi, masalah-masalah, surat kabar-surat kabar dan
bahan-bahan kuliah yang relevan dengan materi yang penulis susun.
b. Metode Penelitian Lapangan
Dalam melengkapi data penulis mengadakan penelitian lapangan. Hal
ini dilakukan dengan melakukan kunjungan ke BPS (Biro Pusat
Statistik) Propinsi DIY,
Dinas
Indakop Propinsi DIY, Dinas
Kimpraswil Propinsi DIY, BAPEDA Propinsi DIY dan tempat-tempat
lain yang erat hubungannya dengan materi yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini.
commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Metode Analisis Data
Metode pengolahan data yang peneliti gunakan adalah analisis regresi
dengan bantuan software IBM Statistic versi 19. Sedangkan metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Analisa Deskriptif
Metode analisis dengan cara mendeskripsikan penulisan variablevariabel yang berhubungan dengan permasalahan. Maksud dengan
mendeskripsikan variabel-variabel ini adalah sebagai pendukung hasil dari
analisis kuantitatif.
2. Analisis Kuantitatif
Metode analisis data dari hal-hal yang berhubungan dengan angka,
dan menggunakan rumus-rumus serta teknik perhitungan yang digunakan
untuk menganalisis masalah-masalah yang sedang diteliti.
Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman
modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan metode
kuadrat terkecil (OLS) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
beberapa variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen
(variabel terikat). Secara fungsional model tersebut dapat ditulis sebagai
berikut:
Y = f (X , X , X , X )
1
2
3
4
Selanjutnya bentuk fungsi tersebut dapat diformulasikan secara
sederhana sebagai berikut :
Y=
0
+
1
X +
1
2
X +
2
3
X +
3
X +e
4 4
Dimana :
Y
= Besarnya penanaman modal asing (juta rupiah)
X
= PDRB DIY (juta rupiah)
X
= PMDN (juta rupiah)
1
2
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
X
= Tingkat inflasi (%)
X
= Tingkat suku bunga (%)
3
4
= Konstanta
0
1
e
–
4
= Koefisien regresi
= Residual
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Investasi pada umumnya banyak dipenagruhi oleh berbagai faktor baik
yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, namun dengan pertimbangan
agar analisa lebih terarah dan mudah, maka peneliti menetapkan factor-faktor
yang menentukan tingkat investasi di DIY, adalah tingkat suku bunga, tingkat
inflasi, panjang jalan, PDRB, besarnya PMA tahun lalu dan krisis ekonomi,
sedangkan untuk factor-faktor lain dianggap konstan.
Dengan demikian berarti penanaman modal asing merupakan variabel
dependen, sedangkan tingkat suku bunga, tingkat inflasi, panjang jalan,
PDRB, besarnya PMA tahun lalu dan krisis ekonomi, masing-masing
merupakan variabel independen.
a. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah keseluruhan Penanaman Modal
Dalam Negeri yang telah disetujui dan telah terealisasi di Propinsi Daerah
Istemewa Yogyakarta. Dalam penelitian ini menggunakan data nilai
realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Daerah Istemewa Yogyakarta
yang dinyatakan dalam satuan juta rupiah (Rp). Menurut definisi yang
diberikan oleh Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007
tentang penanaman modal, penanaman modal dalam negeri (PMDN)
adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Data PMDN yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data realisasi PMDN di Provinsi
Daerah Istemewa Yogyakarta dari tahun 1986-2011 dalam satuan juta
rupiah. Data Penanaman Modal Dalam Negeri yang digunakan dalam
penelitianini adalah nilai realisasi PMDN tahunan yang terdiri dari
commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
realisasi PMDN pada semua sektor perekonomian di Indonesia yang
nilainya dinyatakan dalam milyar rupiah selama periode 1986 - 2011. Data
PMDN diperoleh dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di
suatu wilayah atau kabupaten, dengan cara mengurangkan biaya antara
dari masing-masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor
atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). PDRB
adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di
suatu wilayah atau kabupaten, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan. Dalam penelitian ini, data PDRB yang digunakan di
dasarkan pada harga yang berlaku. Karena dengan menggunakan harga
berlaku lebih menggambarkan keadaan ekonomi saat ini.
c. Tingkat suku bunga menggambarkan biaya opportunies memegang uang
dalam bentuk hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan bunga.
Tingkat suku bunga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat
suku bunga yang berlaku secara internasional, yaitu London Inter Bank
Offer Rate (LIBOR).
d. Tingkat
inflasi
menunjukan
biaya
opportunies
memegang
uang
dibandingkan apabila uang itu dalam bentuk barang karena adanya
penurunan nilai uang (daya beli) akibat inflasi. Tingkat inflasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi yang terjadi di
Indonesia dalam menanamkan modalnya para investor melihat tingkat
inflasi tidak hanya pada suatu daerah, tetapi pada tingkat inflasi nasional,
karena akan mengetahui keadaan perekonomian suatu negara tersebut.
e. Besarnya penanaman modal asing yang digunakan dalam penelitian ini
adalah besarnya nilai penanaman modal asing yang telah disetujui dan
terdaftar di DIY.
f. Fasilitas (prasarana) merupakan realisasi dari penanaman modal asing di
DIY yang disediakan oleh pemerintah. Dalam penelitian ini, fasilitas
(prasarana) yang dimaksud dikhususkan pada sarana jalan angkutan darat
commit to user
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di DIY. Data yang diambil berupa panjang jalan di DIY yang diukur
menurut kelas jalan.
g. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sekitar tahun 1998 membuat
keadaan ekonomi sangat tidak menentu sehingga menyebabkan iklim
investasi di Indonesia sangat tidak baik. Dalam penelitian ini digunakan
variabel dummy sebagai pengukur krisis ekonomi tahun 1998, dimana
akan ditunjukkan keadaan ekonomi baik sebelum krisis ekonomi tahun
1998 maupun sesudah krisis ekonomi tahun 1998.
D. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Varian (Uji F)
Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh suku bunga, tingkat
inflasi, fasilitas (prasarana) panjang jalan, PDRB DIY, PMA periode
sebelumnya dan krisis ekonomi 1998 secara bersama-sama terhadap
penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta digunakan uji F
(Gujarati, 1993) :
Dimana:
F
= Nilai F hitung
ESS
= Jumlah kuadrat yang dijelaskan (Estimated Sum of Square)
RSS
= Jumlah kuadrat residual (Residual Sum of Square)
k
= Banyaknya variabel
n
= Banyaknya pengamatan
Perumusan Hipotesis:
1
2
3
4
= 0,
Artinya variabel suku bunga, tingkat inflasi, fasilitas (prasarana)
panjang jalan, PDRB DIY secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id
1
digilib.uns.ac.id
2
3
4
5
Artinya variabel suku bunga, tingkat inflasi, fasilitas (prasarana)
panjang jalan, PDRB DIY secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta.
kebebasan (df) sebesar (k-1) (n-k), maka :
-
-1, n-k })
- Jika F h
-1, n-k })
Gambar 3.1. Grafik Uji F
2. Uji t
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
variabel-variabel penjelas terhadap variabel bebasnya secara individual.
Hipotesa yang diajukan antara lain:
Artinya,
variabel
independen
secara
individual
tidak
mempengaruhi PMA di DIY.
Artinya, variabel independen secara individual mempengaruhi
PMA di DIY.
Dengan tingkat kepercayaan
df)
sebesar (n – k), maka :
- Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < - t tabel
- Jika –t tabel
commit to user
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji t yang digunakan adalah uji t untuk uji dua sisi dengan nilai t tabel
sebesar t { /2, n – k} ±
Gambar 3.2. Grafik Uji t
t-hitung dirumuskan dengan (Gujarati, 1993):
Dimana:
t
= Nilai t hitung
= Koesifien regresi ke j
j
S
j
= Standar defiasi koefisien regresi ke j
2
3. Koefisien Determinan (R )
2
Uji R digunakan untuk menghitung seberapa besar variasi dari
2
variabel tergantung dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Nilai R
2
berada diantara 0 sampai 1, dimana semakin dekat nilai R dengan 1
2
2
menunjukkan R yang semakin baik. Jika nilai R sama dengan 1, maka
garis regresi yang dicocokkan menjelaskan 100 persen variasi dalam Y.
2
Sebaliknya, kalau nilai R sama dengan 0, maka garis regresi tidak
2
menjelaskan sedikitpun variasi dalam Y. Besarnya nilai R dapat diperoleh
dengan menggunakan rumus (Gujarati, 1988) :
commit to user
111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dimana:
2
Residual sum of squares, RSS)
i
2
Total sum of squares, TSS)
i
4. Test Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna
atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan
dari model regresi (Gujarati, 1988). Jadi multikolinieritas digunakan
untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel independent. Konsekuensi dari multikolinieritas adalah
sebagai berikut: Apabila ada kolinieritas sempurna diantara X,
koefisien regresinya tak tertentu dan kesalahan standarnya tak
terhingga. Jika kolinieritas tingkatnya tinggi tetapi tidak sempurna,
penaksiran koefisien regresi adalah mungkin, tetapi kesalahan
standarnya cenderung untuk besar. Sebagai hasilnya, nilai populasi
dari koefisien tidak dapat ditaksir dengan tepat.
Untuk mengetahui keberadaan multikolinieritas d antara lain
dengan
langkah
pengujian
terhadap
masing-masing
variabel
2
independen dengan mengetahui seberapa jauh korelasinya (r ) yang
didapat dari hasil regresi bersama variabel independen dengan variabel
2
2
dependen jika ditemukan nilai r melebihi nilai R pada model
penelitian,
maka
dari
model
persamaan
2
tersebut
terdapat
2
multikolinieritas, dan sebaliknya jika R lebih besar dari semua r maka
menunjukkan tidak terdapatnya multikolinieritas pada persamaan yang
diuji.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedasitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu
commit to user
112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap
maka
disebut
homokedastisitas. Dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas.
Heterokedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model
yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari observasi ke
observasi
lainnya.
Heterokedastisitas
dapat
dideteksi
dengan
melakukan pengujian metode Park.
Adapun hipotesis yang diuji adalah :
Ho : tidak terdapat heterokedastisitas
Ha : terdapat heterokedastisitas
Jika hasil perhitungan menghasilkan t-hitung yang signifikan
atau t-hitung > t-tabel maka dapat dikatakan terdapat heterokedastisitas
atau Ho ditolak. Jika t-hitung < t-tabel maka dapat dikatakan tidak
terjadi heterokedastisitas atau Ho diterima. Atau jika nilai signifikansi
lebih besar dari 5% (0,05), maka tidak terdapat heterokedastisitas.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (0,05), maka
terdapat heterokedastisitas.
Metode Park dilakukan dengan cara meregresi logaritma
residual kuadrat terhadap semua variabel penjelas. Jika ada satu
minimum koefisien regresi maka terjadi heterokedastisitas. Hal ini
disebabkan karena transformasi yang memantapkan skala untuk
pengukuran variabel mengurangi perbedaan antara kedua nilai.
c. Uji Autokorelasi
Algifari
merupakan
(2000:89)
mengemukakan
bahwa
autokorelasi
korelasi antara anggota sampel yang di urutkan
berdasarkan waktu. Untuk mendiagnosis adanya autokorekasi dalam
suatu model regresi dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji
Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut :
commit to user
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.1.
Pengukuran Autokorelasi
Hipotesis
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No Decision
dl
Tidak ada autokorelasi negative
Tolak
4-dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negative
No Decision
4-du
Tidak ada autokorelasi positif Diterima
atau negative
Sumber: Algifari, 2000
commit to user
114
-dl
du < d < 4-du
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
ANALSIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Penanaman Modal Asing di DIY
Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Koordinasi
Perkembangan Penanaman Modal Daerah Istimewa Yogyakarta (BKPM
DIY) dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (BI DIY), nilai
penanaman dan pertumbuhan modal asing di DIY dalam kurun periode waktu
dari tahun 1986-2011, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Nilai Investasi Asing di DIY
Periode 1986-2011 (dalam juta rupiah)
Tahun
Nilai PMA
1986
59953.00
1987
44014.00
1988
Growth
Tahun
Nilai PMA
Growth
1999
1146933.00
-10%
-36%
2000
1128924.00
-2%
171520.00
74%
2001
1161972.00
3%
1989
59427.00
-189%
2002
959769.00
-21%
1990
489207.00
88%
2003
1263726.00
24%
1991
368893.00
-33%
2004
1519272.00
17%
1992
144867.00
-155%
2005
13579300.00
89%
1993
230693.00
37%
2006
15624000.00
13%
1994
368896.00
37%
2007
40145200.00
61%
1995
126009.00
-193%
2008
27884600.00
-44%
1996
127216.00
1%
2009
34014900.00
18%
1997
133863.00
5%
2010
30949750.00
-10%
1998
1264581.00
89%
2011
32482325.00
5%
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah DIY, dan Bank Indonesia
Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
commit to user
115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai investasi (PMA) dari tahun
1986-2011, bisa dikatakan meningkat meskipun ada penurunan pada tahuntahun tertentu. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan PMA di DIY hingga
tahun 1987 belum begitu menggembirakan. Namun pada tahun-tahun
selanjutnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama mulai
tahun 1998. Semua ini banyak disebabkan oleh kebijaksanaan pemerintah
yang cukup terbuka bagi investasi, khususnya investasi asing, karena
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada, baik dari segi peraturan maupun
birokrasinya
disusun
dengan
sistematis
dan
disesuaikan
dengan
perkembangan kondisi ekonomi Indonesia.
Perkembangan investasi di Provinsi DIY, baik penanaman modal dalam
negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) pada tahun 2005 – 2008
berfluktuasi meskipun cenderung meningkat. Peningkatan investasi ini
diharapkan dapat memacu perekonomian ke arah yang lebih baik sehingga
kesejahteraan masyarakat juga membaik. Pada tahun 2008, di saat periode
krisis
keuangan global,
kondisi investasi
di Provinsi DIY
cukup
tinggi/meningkat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun
2005, 2006, 2007 dan 2008 nilai investasi (PMDN dan PMA) di Provinsi DIY
masing-masing sebesar Rp 4,09 triliun, Rp 4,02 triliun, Rp 4,08 triliun dan Rp
4,22 triliun. Trend peningkatan nilai investasi yang positif ini harus terus
dijaga sehingga secara langsung akan meningkatkan kapasitas perekonomian
daerah.
B. Pendapatan Domestik Regional Bruto DIY
Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Perencanaan Daerah
(BAPEDA) Daerah Istimewa Yogyakarta, Badan Pusat Statistik Kota
Yogyakarta (BPS Kota Yogyakarta), Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa
Yogyakarta (BPS DIY) dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta
pendapatan domestik bruto regional (PDRB) DIY dalam kurun periode waktu
dari tahun 1986-2011, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
commit to user
116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2
Perkembangan PDRB DIY (Harga Berlaku)
Periode 1986-2011 (dalam juta rupiah)
Tahun
Nilai PDRB
1986
1162126.00
1987
1300109.00
1988
Growth
Tahun
Nilai PDRB
Growth
1999
11762985.00
9%
16%
2000
12967040.00
14%
1486980.00
18%
2001
14576885.00
13%
1989
1651484.00
17%
2002
16712889.00
7%
1990
1900530.00
15%
2003
18838843.00
21%
1991
2200862.00
13%
2004
21382186.00
11%
1992
2500866.00
12%
2005
27297082.00
16%
1993
2925224.00
14%
2006
33394796.00
18%
1994
4882292.00
20%
2007
39574039.00
16%
1995
5618645.00
17%
2008
20821037.00
-90%
1996
6399742.00
16%
2009
56062030.00
63%
1997
7233677.00
15%
2010
64362710.00
13%
1998
9863894.00
38%
2011
74270860.00
13%
Sumber : Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) DIY, Badan Pusat Statistik Kota
Yogyakarta, dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
C. Penanaman Modal Dalam Negeri di DIY
Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Koordinasi
Perkembangan Penanaman Modal Daerah Istimewa Yogyakarta (BKPM
DIY) dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (BI DIY), nilai
penanaman dan pertumbuhan modal asing di DIY dalam kurun periode waktu
dari tahun 1986-2011, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
commit to user
117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3
Penanaman Modal Dalam Negeri di DIY Periode 1986-2011 (dalam juta)
Tahun
Nilai PMDN
1986
4416669.00
1987
10265000.00
1988
Growth
Tahun
Nilai PMDN
Growth
1999
53550000.00
-13%
57%
2000
17496500.00
-206%
4434400.00
-131%
2001
56196500.00
69%
1989
19593900.00
77%
2002
25262300.00
-122%
1990
59878400.00
67%
2003
48484800.00
48%
1991
41084000.00
-46%
2004
36747600.00
-32%
1992
29341700.00
-40%
2005
50577400.00
27%
1993
39450400.00
26%
2006
162767200.00
69%
1994
53289100.00
26%
2007
188876300.00
14%
1995
69853000.00
24%
2008
175821750.00
-7%
1996
100715200.00
31%
2009
182349025.00
4%
1997
119872900.00
16%
2010
179085387.00
-2%
1998
60749300.00
-97%
2011
180717206.00
1%
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah DIY, dan Bank Indonesia
Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
D. Catatan Inflasi Indonesia periode 1986-2011
Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Pusat Statistik
Daerah Istimewa Yogyakarta (BPS DIY), dan Bank Indonesia Daerah
Istimewa Yogyakarta (BI DIY)
kondisi inflasi yang melanda Indonesia
dalam kurun periode waktu dari tahun 1986-2011, dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.4
commit to user
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia
Periode 1986-2011 (dalam %)
Tahun
Inflasi
1986
8.83
1987
8.90
1988
Growth
Tahun
Inflasi
Growth
1999
2.01
-3762%
1%
2000
9.35
79%
5.47
-63%
2001
12.55
25%
1989
5.97
8%
2002
10.03
-25%
1990
9.53
37%
2003
5.06
-98%
1991
9.52
0%
2004
3.80
-33%
1992
4.94
-93%
2005
17.11
78%
1993
9.77
49%
2006
6.60
-159%
1994
9.24
-6%
2007
6.70
1%
1995
8.64
-7%
2008
9.05
26%
1996
6.47
-34%
2009
4.89
-85%
1997
11.05
41%
2010
5.12
4%
1998
77.63
86%
2011
5.38
5%
Sumber : Badan Pusat Statistik DIY, 2012
Pada tabel terlihat laju inflasi di Indonesia periode 1986-2004 masih sangat
fluktuatif. Pada tahun 1998 tingkat inflasi melambung naik sangat tinggi
hingga mencapai 77,63%. Hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi yang
mulai melanda Indonesia. Menurut Anwar Nasution, penyebab inflasi yang
tinggi terutama adalah terjadinya masa paceklik bahan pangan akibat musim
kemarau yang berkepanjangan yang disertai oleh peningkatan harga barang
ekspor
non
minyak
pada
tahun
1998,
meningkatnya
pemasukan
modal/pinjaman swasta dari luar negeri dan berlipat gandanya penerimaan
minyak akibat peningkatan harga minyak pada pasaran dunia.
E. Kondisi Suku Bunga (LIBOR) periode 1986-2011
commit to user
119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Bank Indoensia (BI), dan
Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (BI DIY) tingkat suku bunga
(mengacu pada London Inter Bank Offer Rate) dalam kurun periode waktu
dari tahun 1986-2011, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Tingkat Suku Bunga Internasional (LIBOR)
Periode 1986-2011 (dalam %)
Tahun
Suku Bunga
1986
8.35
1987
8.21
1988
Growth
Tahun
Suku Bunga
Growth
1999
8.02
-4%
-2%
2000
9.27
13%
9.32
12%
2001
6.79
-37%
1989
10.92
15%
2002
4.67
-45%
1990
10.00
-9%
2003
4.13
-13%
1991
10.46
4%
2004
4.22
2%
1992
10.23
-2%
2005
10.43
60%
1993
6.00
-71%
2006
8.96
-16%
1994
7.10
15%
2007
7.19
-25%
1995
8.32
15%
2008
3.49
-106%
1996
8.27
-1%
2009
3.99
13%
1997
8.44
2%
2010
4.33
8%
1998
8.36
-1%
2011
4.16
-4%
Sumber : Bank Indonesia, dan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta
2012
Pada kurun waktu ini, dapat dikatakan bahwa suku bunga internasional
rata-rata per tahun masih berada di bawah dua digit, namun di tahun 19891992 suku bunga mencapai dua digit, yang disinyalir akibat adanya resesi
yang melanda dunia saat itu. Tingkat bunga dalam suatu perekonomian yang
relatif kecil dan terbuka hubungan ekonomi dunia, akan cenderung sama
dengan tingkat bunga di pasar internasional. Perekonomian yang kecil dan
terbuka seperti ini tidak dapat secara bebas menentukan tingkat bunganya
commit to user
120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendiri. Keadaan ini menyebabkan tingkat bunga LIBOR harus ikut
diperhitungkan sebagai faktor yang ikut berperan dalam menentukan tingkat
suku bunga dalam negeri. Tingkat bunga domestik bergantung pada tingkat
bunga internasional. Tingkat bunga domestik ini tidak dapat secara umum
berada ebih rendah di tingkat bunga internasional, sebab hal tersebut akan
mengakibatkan pelarian modal (capital outflow).
F. Analsis Deskriptif
Analisis
Deskriptif
(Descriptive
Analysis)
menghitung
dan
memperlihatkan tabel yang berisikan rata-rata (means), median, nilai
maksimum dan nilai minimum, deviasi standar dan analisis deskriptif lainnya
dari satu atau beberapa variabel dalam kelompok
Tabel 4.6
Analsis Deskriptif
Variabel
N
Minimum
Maksimum
Mean
St. Deviasi
PMDN (X1)
26
4.416.699
188.876.300
86.672.586
62.939.641,19
PDRB (X2)
26
1.162.126
74.270.860
20.543.099
20.366.722,89
SUKU
26
3,49
10,92
7,36
2,35
INFLASI (X4)
26
2,01
77,63
12,90
14,04
PMA (Y)
26
44.014
40.145.200
9.433.656
13.229.193,97
BUNGA (X3)
Sumber : Data Primer yang diolah 2012
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat dijelaskan beberapa hal berikut :
1. Variabel PMDN (X1) mempunyai nilai minimum sebesar 4.416.699 dan
nilai maksimum sebesar 188.876.300. Rata-rata nilai PMDN sebesar
86.672.586 dengan standar deviasi sebesar 62.939.641,19.
2. Variabel PDRB (X2) mempunyai nilai minimum sebesar 1.162.126 dan
nilai maksimum sebesar 74.270.860. Rata-rata nilai PDRB sebesar
20.543.099dengan standar deviasi sebesar 20.366.722,89.
commit to user
121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Variabel Suku Bunga (X3) mempunyai nilai minimum sebesar 3,49 dan
nilai maksimum sebesar 10,92. Rata-rata nilai Suku Bunga sebesar 7,36
dengan standar deviasi sebesar 2,35.
4. Variabel Inflasi (X4) mempunyai nilai minimum sebesar 2,01 dan nilai
maksimum sebesar 77,63. Rata-rata nilai Inflasi sebesar 12,90 dengan
standar deviasi sebesar 14,04.
5. Variabel PMA (Y) mempunyai nilai minimum sebesar 44.014 dan nilai
maksimum sebesar 40.145.200. Rata-rata nilai PMA sebesar 9.433.656
dengan standar deviasi sebesar 13.229.193,97.
G. Analisis dan Pembahasan
Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PMA di DIY
periode 1986-2011. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam penelitian ini
menggunakan metode kuadrat terkecil (OLS) atau lebih dikenal dengan istilah
Regresi Linier Berganda. Adapun formulasi modelnya adalah sebagai berikut :
Yt =
0
+
1
X +
1t
X +
2
2t
3
X +
3t
4
X +e
4t
dimana :
Yt = Besarnya penanaman modal asing (Milyar Rupiah)
X = PDRB (Milyar Rupiah)
1t
X = PMDN (Milyar Rupiah)
2t
X = Tingkat Inflasi (%)
3t
X = Tingkat Suku Bunga (%)
4t
0
1
= Konstanta
–
4
= Koefisien regresi
e = Residual
Dengan mengoperasikan persamaan tersebut atas data yang diperoleh dalam
penelitian, maka diperoleh hasil regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.1
berikut ini :
commit to user
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7
Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda
Koefisien
Variabel
Regresi (B)
t hitung
t tabel
Keterangan
Konstanta
- 7.518.544,64
- 1,417
1.708
Tidak Signifikan
PDRB (X1)
0.324
3,426
1.708
Signifikan
PMDN (X2)
0.106
3,780
1.708
Signifikan
Inflasi (X3)
- 31.316,47
- 0,398
1.708
Tidak signifikan
265.301,169
0,460
1.708
Tidak signifikan
Suku Bunga
(X4)
Standard Error
= 5.455.530,69
Adjusted R Square
= 0,830
R-Square
= 0,857
R
= 0,926
Sig-F
= 0,000
F Hitung
= 31,501
Sumber : Data Primer yang diolah, 2012
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diperoleh variabel-variabel yang signifikan
mempengaruhi PMA di DIY dalam bentuk persamaan regresi berikut :
Y = -7.518.544,64 + 0.324 X - 0.106 X2 + 1,380 D
1
Terlihat bahwa PMA di DIY dipengaruhi oleh variabel Produk Domestik
Regional Bruto (X1) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (X2).
H. Pengujian Hipotesis
1.
Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh suku
bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri, PDRB Provinsi
D.I. Yogyakarta secara bersama-sama terhadap penanaman modal asing
di DIY.
commit to user
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hipotesis:
Ho
: Suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri,
PDRB DIY secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap
penanaman
modal
asing
di
Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
Ha
: Suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri,
PDRB DIY secara simultan berpengaruh sinifikan terhadap
penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta.
-1, n-k})
-1, n-k})
k
Diketahui F tabel dengan signifikansi 0,05 adalah 2,840 dan diperoleh
nilai F hitung sebesar 31,501 dengan sig F=0,000. Oleh karena nilai F
hitung > F tabel maka dapat kita ketahui bahwa Ho ditolak atau dengan
kata lain bahwa suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam
negeri, dan PDRB berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal
asing di Daerah Istimewa Yogyakarta selama periode 1986 hingga 2011.
2.
Uji t
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel-variabel penjelas terhadap variabel bebasnya secara
individual.
Hipotesis:
Ho
: Suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri,
PDRB DIY secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap
penanaman
modal
asing
di
Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
Ha
: Suku bunga, tingkat inflasi, penanaman modal dalam negeri,
PDRB DIY secara simultan berpengaruh sinifikan terhadap
penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jika t hitung > t tabel atau –t hitung < -t tabel
Jik -t tabel
diterima
Diketahui t tabel (2 sisi) dengan
= 0,10 dan df = 25 yaitu 1,708
commit to user
124
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Variabel PDRB (X1)
Diperoleh nilai t hitung untuk variabel untuk PDRB adalah sebesar
3,426. Oleh karena nilai t hitung > t tabel (3,426 > 1,708) maka
dapat dikatakan bahwa Ho ditolak. Artinya, variabel PDRB
berpengatuh signifikan terhadap penanaman modal asing di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
b.
Variabel PMDN (X2)
Berdasarkan tabel 4.2, diperoleh nilai t hitung untuk variabel untuk
PMDN adalah sebesar 3,780. Oleh karena nilai t hitung > t tabel
(3,780 > 1,708) maka dapat dikatakan bahwa Ho ditolak. Artinya,
variabel PMDN berpengatuh signifikan terhadap penanaman modal
asing di Daerah Istimewa Yogyakarta.
c.
Variabel Inflasi (X3)
Berdasarkan tabel 4.2, diperoleh nilai t hitung untuk variabel inflasi
adalah sebesar -0,398. Oleh karena nilai t hitung < t tabel (-0,398 <
1,708) maka dapat dikatakan bahwa Ho diterima. Artinya, variabel
inflasi tidak berpengatuh signifikan terhadap penanaman modal
asing di Daerah Istimewa Yogyakarta.
d.
Variabel Suku Bunga (X4)
Berdasarkan tabel 4.2, diperoleh nilai t hitung untuk variabel suku
bunga adalah sebesar 0,460. Oleh karena nilai t hitung < t tabel
(0,460 < 1,708) maka dapat dikatakan bahwa Ho diterima. Artinya,
variabel suku bunga
tidak berpengatuh
signifikan
terhadap
penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta.
3.
Koefisien Determinan Majemuk
Uji R2 digunakan untuk menghitung seberapa besar variasi dari variabel
tergantung dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Berdasarkan tabel
4.2 di depan, diperolah nilai R 2 (Adjusted R Square) sebesar 0,830.
commit to user
125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Artinya sebesar 83% variabel penanaman modal asing di Daerah
Istimewa Yogyakarta (variabel dependen) yang dapat dijelaskan oleh
variabel PDRB DIY, PMDN, Inflasi, dan suku bunga sebagai variable
bebasnya. Sementara sisanya (17%) dijelaskan oleh variabel lain.
4.
Uji terhadap Penyimpangan Asumsi Klasik Model OLS
Sebelum dilakukan interpretasi atas hasil regresi, terlebih dahulu perlu
dilakukan pengujian penyimpangan terhadap asumsi-asumsi klasik dari
model OLS (Ordinary Least Square), sehingga dapat diketahui apakah
model yang dipakai tersebut relevan atau tidak. Pengujian yang
dilakukan
meliputi
uji
multikolinieritas,
heterokedastisitas,
dan
autokorelasi.
a.
Uji terhadap Gejala Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau
pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari
model regresi (Damodar Gujarati: 1988). Jadi multikolinieritas
digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independentt. Untuk mengetahui
keberadaan multikolinieritas antara lain dengan langkah pengujian
terhadap masing-masing variabel independent dengan mengetahui
seberapa jauh korelasinya (r2) yang didapat dari hasil regresi
bersama variabel independent dengan variabel
2
dependen. Jika
2
ditemukan nilai r melebihi nilai R pada model penelitian, maka dari
model persamaan tersebut terdapat multikolinieritas, dan sebaliknya
jika R2 lebih besar dari semua r2 maka menunjukkan tidak
terdapatnya multikolinieritas pada persamaan yang diuji.
Pengujian atas batasan ini untuk persamaan regresi yang digunakan
dalam penelitian menghasilkan:
commit to user
126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8
Uji Multikolinieritas
Variabel
r2
R2
Kesimpulan
PDRB (X1)
0.283
0.857
Tidak ada Multikolinieritas
PMDN (X2)
0.312
0.857
Tidak ada Multikolinieritas
Inflasi (X3)
-0.033
0.857
Tidak ada Multikolinieritas
Suku Bunaga (X4)
0.038
0.857
Tidak ada Multikolinieritas
Sumber: Data Primer yang diolah, 2012
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa keseluruhan nilai r2
kurang dari 0.857. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keempat variabel di atas bebas atau tidak saling berkorelasi.
b.
Uji terhadap Gejala Heterokedastisitas
Pengujian terhadap heterokedastisitas dilakukan dengan pengujian
Park. Caranya dengan meregresikan logaritma linier antara
nilai
residual kuadrat dan nilai variabel inbdependen untuk memperoleh
nilai koefisien yang kemudian dilihat signifikansinya. Jika nilai
signifikansinya lebih dari 5 % (0,05), maka tidak terdapat
heterokedastisitas. Sebaliknya jika signifikansinya lebih kecil dari 5 %
(0,05), maka terdapat heterokedastisitas.
Tabel 4.9
Uji Heterokedastisitas (Uji Park)
Variabel
Sig.t
Sig
Kesimpulan
PDRB (X1)
1,000
0,05
Tidak ada heterokedastisitas
PMDN (X2)
1,000
0,05
Tidak ada heterokedastisitas
Inflasi (X3)
1,000
0,05
Tidak ada heterokedastisitas
Suku Bunaga (X4)
1,000
0,05
Tidak ada heterokedastisitas
Sumber: Data Primer yang diolah, 2012
commit to user
127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas, semua nilai signifikansi variabel
independen lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat heterokedastisitas dalam model regresi.
c.
Uji terhadap Gejala Autokorelasi
Algifari (2000:89) mengemukakan bahwa autokorelasi merupakan
korelasi antara anggota sampel yang di urutkan berdasarkan waktu.
Untuk mendiagnosis adanya autokorekasi dalam suatu model regresi
dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (DW)
dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 4.10
Pengukuran Autokorelasi
Hipotesis
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No Decision
dl
Tidak ada autokorelasi negative
Tolak
4-dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negative
No Decision
4-du
Tidak ada autokorelasi positif
atau Diterima
du < d < 4-du
negative
Sumber: Algifari, 2000
Adapun nilai dl dan du sesuai dengan tabel Durbin Watson dengan
jumlah varibel 4 dan jumlah data 26 yaitu dl = 0,855 dan du = 1,517.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi
antara
anggota
sampel
yang
diurutkan
berdasarkan
waktu.
Berdasarkan model summary (lampiran) diperoleh nilai DWhitung
adalah 1,380. Dari 4.5 di atas, dapat kita ketahui bahwa nilai DW hitung
terletak pada interval 0,855 sampai dengan 1,517. Dengan demikian,
DW jatuh pada daerah yang tidak terdapar korelasi positif antara
anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu.
commit to user
128
-dl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil regresi OLS yang dilakukan untuk membuktikan
praduga dalam penelitian ini, dapat dikatakan memenuhi semua
asumsi klasik ekonometri, sehingga persamaan yang dihasilkan dapat
digunakan untuk diintepretasikan secara ekonomi.
I. Interpretasi Ekonomi
Hasil pengujian statistik dan ekonometrik yang telah dilakukan diatas,
dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan cukup baik
untuk menerangkan perubahan-perubahan penanaman modal asing di DIY.
Dari seluruh variabel utama yang dimasukkan ke dalam model, ternyata tidak
semua variabel bebas signifikan. Hal ini berarti penanaman modal asing di
DIY hanya dipengaruhi oleh sebagian dari variabel bebas yang diuji.
Pengujian statistik yang telah dilakukan meliputi besaran-besaran koefisien
determinasi (R2) dan pengujian arti penting statistik baik bagi masing-masing
koefisien regresi secara individu (membandingkan t hitung dengan t tabel)
maupun arti penting secara simultan (membandingkan F hitung dengan F
tabel). Pengujian lain yang berkenaan dengan uji terhadap penyimpangan
asumsi
klasik
atas
gejala
multikolinieritas,
heterokedastisitas
dan
autokorelasi.
Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh cukup tinggi, yaitu 0,830
(mendekati 1), sehingga dapat diartikan bahwa sebesar 83 % variabel
penanaman modal asing di Daerah Istimewa Yogyakarta (variabel
tergantung) dapat dijelaskan oleh variabel PDRB DIY, PMDN, Inflasi, dan
suku bunga sebagai variabel bebasnya. Sementara sisanya (17%) dijelaskan
oleh variabel yang lain.
Hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh F hitung sebesar
31,501 yang lebih besar dari F tabel pada tingkat signifikansi 5% (2,840). Ini
berarti bahwa penanaman modal asing di DIY secara simultan dipengaruhi
oleh PDRB DIY, PMDN, Inflasi, dan suku bunga.
Interpretasi dari uji terhadap signifikansi masing-masing variabel yang diteliti
dijelaskan sebagai berikut:
commit to user
129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. PDRB
Hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk variabel PDRB sebesar
3,426 dengan signifikansi 0,003. Melihat t hitung yang lebih besar dari
tabel (3,426 > 1,708) dapat dikatakan bahwa Ho daru uji hipotesis ditolak
yang berarti bahwa variabel PDRB mempengaruhi secara signifikan
perubahan modal asing di Daeerah Istimewa Yogyakarta. Pengaruh
positif variabel PDRB (X1) dapat dilihat pada model regresi yang
terbentuk, yaitu sebesar 3,426. Pengaruh positif ini memberi arti bahwa
antara PDRB dan penanaman modal asing memiliki hubungan yang
searah, yaitu jika PDRB ditingkatkan 1 satuan maka penanaman modal
asing di DIY akan bertambah sebesar 3,426. Sebaliknya, jika PDRB
berkurang 1 satuan maka penanaman modal asing akan turun sebesar
3,426.
Hal ini memberi indikasi bahwa upaya untuk mengurangi biaya
antara dari masing- masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan,
sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun)
di Daerah Istimewa Yogyakarta telah banyak diupayakan oleh pelaku
ekonomi atau unit-unit usaha, agar mampu memiliki kemampuan
finansial. Unit-unit produksi yang dikelompokkan menjadi lapangan
usaha, diarahkan agar mampu bersaing tanpa harus mengembangkan
volume pembiayaan, sehingga usaha itu lebih survival, dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri.
2. PMDN
Hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk variabel PMDN sebesar
3,780 dengan signifikansi 0,001. Melihat t hitung yang lebih besar dari
tabel (3,780 > 1,708) dapat dikatakan bahwa Ho daru uji hipotesis ditolak
yang berarti bahwa variabel PMDN mempengaruhi secara signifikan
perubahan modal asing di Daeerah Istimewa Yogyakarta. Pengaruh
positif variabel PMDN (X1) dapat dilihat pada model regresi yang
terbentuk, yaitu sebesar 3,780. Pengaruh positif ini memberi arti bahwa
antara PDMN dan penanaman modal asing memiliki hubungan yang
searah, yaitu jika PMDN ditingkatkan 1 satuan maka penanaman modal
commit to user
130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
asing di DIY akan bertambah sebesar 3,780. Sebaliknya, jika PMDN
berkurang 1 satuan maka penanaman modal asing akan turun sebesar
3,780.
Peran pemerintah daerah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif nampaknya akan
memberikan hasil yang baik. Strategi untuk berperan secara sistematis
sejajar terhadap pengusaha pribumi untuk lebih berkembang. Paradigma
ini yang dikembangkan pemerintah dan pelaku usaha, sehingga peran
PMDN akan semakin terasa manfaatnya, efeknya atau dampaknya.
3. Inflasi
Hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk variabel inflasi sebesar 0,398 dengan signifikansi 0,695. Melihat t hitung yang lebih kecil dari
tabel (-0,398 < 1,708) dapat dikatakan bahwa Ho daru uji hipotesis
diterima yang berarti bahwa variabel inflasi tidak mempengaruhi secara
signifikan perubahan modal asing di Daeerah Istimewa Yogyakarta.
Pengaruh negatif variabel Inflasi (X3) dapat dilihat pada model regresi
yang terbentuk, yaitu sebesar -0,398. Pengaruh negatif ini memberi arti
bahwa antara Inflasi dan penanaman modal asing memiliki hubungan
yang berbanding terbalik, yaitu jika Inflasi ditingkatkan 1 satuan maka
penanaman modal asing di DIY akan berkurang sebesar 0,398.
Sebaliknya, jika Inflasi berkurang 1 satuan maka penanaman modal asing
akan bertambah sebesar 0,398.
Amat disayangkan bahwa pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
belum mampu menekan laju inflasi sehingga masih menciptakan
kesenjangan antara pemilik modal besar dengan perusahaan bermodal
menengah. Namun tingkat inflasi ini dirasakan secara nasional, sehingga
tidak perlu banyak berpengaruh terhadap iklim usaha di Daerah Istimewa
Yogyakarta itu sendiri.
4. Suku Bunga
Hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk variabel suku bunga
sebesar 0,460 dengan signifikansi 0,650. Melihat t hitung yang lebih kecil
dari tabel (0,460 < 1,708) dapat dikatakan bahwa Ho daru uji hipotesis
commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diterima yang berarti bahwa variabel suku bunga tidak mempengaruhi
secara signifikan
perubahan modal asing di Daeerah
Istimewa
Yogyakarta. Pengaruh positif variabel Suku Bunga (X2) dapat dilihat
pada model regresi yang terbentuk, yaitu sebesar 0,460. Pengaruh positif
ini memberi arti bahwa antara suku bunga dan penanaman modal asing
memiliki hubungan yang searah, yaitu jika suku bunga ditingkatkan 1
satuan maka penanaman modal asing di DIY akan bertambah sebesar
0,460. Sebaliknya, jika suku bunga berkurang 1 satuan maka penanaman
modal asing akan turun sebesar 0,460.
Harus diakui bahwa tingkat suku bunga yang rendah akan
memberikan dampak terhadap pengembangan usaha menengah dan kecil,
bahkan mikro. Hal ini menjadi fokus usaha dari pemerintah dan sektor
swasta dalam melaksanakan kegiatan bisnis dan memberi iklim yang
kondusif terhadap kegiatan bisnis di Daerah Istimewa Yogyakarta itu
sendiri mungkin secara mandiri.
Pengujian terhadap hipotesis yang telah dikemukakan diperoleh bahwa
koefisien yang negatif adalah hanya pada variabel inflasi, sedangkan pada variabel
lainnya, yaitu PDRB DIY, PMDN dan suku bunga menunjukkan hubungan yang
positif. Akan tetapi variabel suku bunga dan tingkat inflasi tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap penanaman modal asing di Indonesia. Berarti
bahwa tidak seluruh variabel bebas yang diteliti sesuai dengan hipotesis yang
telah dikemukakan dalam skripsi ini.
Variabel bebas yang signifikan mempengaruhi penanaman modal asing di
DIY (yaitu PDRB DIY dan PMDN), terlihat bahwa variabel bebas yang memiliki
koefisien terbesar adalah PMDN yaitu sebesar 3,870. Hal ini berarti PMDN
memberikan pengaruh dominan terhadap penanaman modal asing dibandingkan
variabel bebas yang lain. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa investor asing
cenderung berani menanamkan modalnya dengan lebih besar di Indonesia jika ada
hasil positif dari investasi tersebut yang tampak mata dan dapat dinikmati oleh
masyarakat umum. Percerminan dari hal ini adalah tingginya nilai penanaman
modal dalam negeri atau PMDN itu sendiri.
commit to user
132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya
dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1.
PDRB terhadap PMA DIY juga mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan sebesar 3,246. Ini berarti bahwa produk domestik yang
berkembang dan dihasilkan oleh DIY cukup mendorong investor asing
untuk menanamkan modalnya di DIY.
2.
PMDN sebagai realisasi fisik dari adanya PMA mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan dengan PMA DIY sebesar 3,780. Ini berarti
bahwa dengan tersedianya fasilitas PMA, pelaksanaan kegiatan
investasi ini dapat berjalan dengan lancar.
3.
Tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal
asing di DIY.
4.
Suku bunga Internasional tidak berpengaruh signifikan terhadap
penanaman modal asing di DIY.
5.
Fluktuasi tahunan atas PMA di DIY periode 1986-2011 disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya PDRB, PMDN, inflasi dan tingkat
suku bunga internasional.
6.
Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa suku bunga
internasional dan tingkat inflasi di Indonesia tidak mempengaruhi
perubahan investasi di DIY.
B.
Implikasi
Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa masukan
sebagai berikut:
1.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengaruh variabel-variabel bebas
terhadap PMA di DIY masih terbilang kecil sehingga dipandang perlu
commit to user
133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk meningkatkan usaha dalam rangka menciptakan iklim investasi
yang menarik antara lain yaitu :
a.
Terkait dengan PDRB, pemerintah dan pihak terkait diharapkan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan membuat
birokrasi yang mudah dan meningkatkan pemahaman aparat daerah
tentang prosedur investasi, serta mengadakan promosi yang lebih
gencar terhadap sektor-sektor usaha di DIY.
b.
Terkait
dengan
PMDN,
pemerintah
diharapkan
untuk
meningkatkan ketersediaan dan kinerja fasilitas atau infrastruktur
PMA. Selain itu melarang adanya pungutan retribusi yang tidak
didasarkan atas adanya pelayanan jasa.
c.
Meningkatkan ketersediaan dan kinerja fasilitas atau infrastruktur
Penanaman Modal Asing (PMA).
d.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
e.
Birokrasi yang mudah dan memberi peningkatan akan pemahaman
aparat daerah tentang prosedur investasi.
f.
Melarang adanya pungutan retribusi yang tidak didasarkan atas
adanya pelayanan jasa.
g.
Mengadakan promosi yang lebih gencar terhadap sektor-sektor
usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
2.
Dalam menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, kita harus dapat
meningkatkan dan mengembangkan kesanggupan kita untuk menerima
investasi asing yang bersifat
offshore production
dengan selalu
menjaga biaya-biaya input yang kompetitif, peningkatan sumber daya
manusia, peningkatan ketersediaan dan kinerja
fasilitas atau
infrastruktur sehingga memperlancar produksi.
C.
Saran
Hasil dari penelitian ini dapat dikemukakan beberapa masukan atau
saran-saran yaitu sebagai berikut:
1. Meskipun diakui oleh kalangan pelaku bisnis bahwa tingkat suku bunga
internasional berpengaruh terhadap penanaman modal asing, namun
commit to user
134
Download