Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Hasil Belajar Ekonomi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Tinjauan teori ini berisikan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian mengenai
hubungan disiplinan belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Kristen
1 Salatiga tahun pelajaran 2013/2014. Landasan teori ini memberikan penjelasan dari konsep
secara jelas agar tidak terjadi penyimpangan. Teori-teori yang dibahas adalah hasil belajar dan
disiplin belajar.
1.1 PENGERTIAN BELAJAR,HASIL BELAJAR, DAN DISIPLIN
1. Belajar dan Hasil Belajar
Belajar tidak sekedar membaca atau menghafal walaupun hal itu bagian dari proses
belajar siswa yang belajar akan menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
Walaupun begitu, tidak semua perubahan perilaku itu adalah hasil belajar.
Menurut W.S.Winkel (2004 ; 1) dalam buku Psikologi Pengajaran, kemampuan belajar
yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Belajar di sekolah bukan
sembarang belajar, melainkan belajar yang bertujuan.
DR.Nana Sudjana (2008 ; 28) mengatakan bahwa Belajar menunjuk pada apa yang
harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik). Belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar
adalahproses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah
proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Dalam Mochamad Nursalim (2007; 91) Belajar dilakukan dengan sengaja atau tidak,
dengan bantuan atau tidak. Belajar dilakukan oleh setiap orang, baik anak-anak, remaja, orang
dewasa maupun yang tua, dan akan berlangsung seumur hidup, selagi hayat dikandung badan.
Secara umum belajar dapat disimpulkan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan kognitif.
Mochamad Nursalim (2007; 92) Belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha atau
kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, ketrampilan, dan sebagainya”.
Dengan demikian yang terpenting dalam belajar adalah siswa yang belajar yang
berinteraksi dengan kondisi eksternal. Lebih jauh Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2006,hal
10-11) mengatakan dalam bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi
eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.
Kondisi eksternal adalah semua stimulus yang datang dari luar diri siswa yang dengannya
siswa berinteraksi. Kondisi internal adalah segala potensi yang ada pada pihak siswa ( murid),
baik tingkat intelegensi, motivasi, minat, dan potensi lainnya ( W.S. Winkel, 1954 hal 24-32).
Sedangkan hasil belajar adalah perubahan dalam semua aspek kepribadian siswa setelah
belajar.
Menurut Gagne hasil belajar itu merupakan kapabilitas siswa yang berupa 1. Informasi
verbal, 2. Ketrampilan intelektual, 3. Strategi kognitif, 4. Keterampilan motorik, 5. Sikap
(Dimyati dan Mudjiono, 2006, hal 11-12). Adalah tugas guru untuk memanipulasi dan
merekayasa kondisi eksternal dan kondisi internal siswa dan mengarahkan pada tujuan belajar
yang diharapkan.
Seberapa jauh tujuan belajar itu dicapai tercermin dalam hasil belajar yang dicapai
melalui pengukuran dan evaluasi. Hasil evaluasi dilaporkan dalam bentuk angka, atau huruf,
atau deskripsi tingkah laku hasil belajar. Hasil inilah yang kita kenal sebagai prestasi belajar
dan dimuat dalam raport atau sertifikat atau transkrip hasil belajar.
2. Beban Belajar
Salah satu unsur dari kondisi eksternal adalah bahan pelajaran (materi pelajaran). Bahan
belajar ini merupakan lingkungan yang diciptakan dan direkayasa oleh guru melalui
perencanaan dan strategi pembelajaran. Lingkungan belajar ini begitu luas dan dinamis yang
tentu saja berdampak pada beratnya beban belajar. Karena itu cakupan bahan belajar itu
dibatasi melalui kurikulum sekolah.
Sementara itu waktu belajar sangat terbatas dan itupun harus di alokasikan pada sekian
banyak mata pelajaran. Oleh sebab itu setiap mata pelajaran hanya mendapat porsi jam belajar
yang sedikit per minggu atau semester. Dengan begitu tentu sulit mencapai tujuan kurikulum
yang ditetapkan untuk setiap mata pelajaran. Hal ini tentu merupakan tantangan tersendiri
bagi guru untuk merancang ramuan bahan belajar dan strategi pembelajarannya.
Menyadari hal tersebut maka dalam panduan penyusunan KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ) ditetapkan pengaturan beban belajar dalam sistem paket sebagaimana
ditetapkan pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar
maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar. Pengaturan alokasi waktu
untuk setiap mata pelajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar
yang tetap.
Apa yang diungkapkan di atas dituangkan dalam beban belajar tatap muka (terjadwal).
Disamping itu ada alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
adalah :
-
SD/MI/SDLB
: 0% - 40%
-
SMP/MTs/SMPLB
: 0% - 50%
-
SMA/MA/SMALB
: 0% – 60%
-
SMK/MAK
: 0% - 60%
dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
Untuk sistem SKS bagi SMA/MA/SMK/MAK ditetapkan satu sks terdiri atas 45
menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Jadi
harga satu sks adalah 45 menit tatap muka ditambah 25 menit kegiatan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur atau secara keseluruhan ada 70 menit untuk 1 sks.
3. Ekonomi Sebagai Bahan Pembelajaran
Menurut Paul A. Samuelson, ekonomi sebagai ilmu berbicara tentang dua tema
kembar, yaitu kelangkaan dan efisiensi. Untuk memahaminya perlu ilmu bantu yaitu
matematika dan statistika.
Sebagai bahan pembelajaran di SMA, ekonomi masuk dalam kurikulum sekolah
rumpun atau jurusan IPS. Banyak jumlah siswa merasa kesulitan menguasai mata pelajaran ini
karena lemah dalam ilmu bantu, yaitu matematika.
Mengacu pada kecerdasan majemuk dari Howard Gardner, Paul Suparno
menggolongkan ilmu ekonomi yang terkait dengan kecerdasan matematik logis, bersama
dengan mata pelajaran matematika dan IPA. Dalam penerapannya di sekolah perlu program
tambahan, yaitu keterampilan berpikir, logika, dan komputer (Paul Suparno, 2004).
Barangkali disinilah kesulitan yang dihadapi siswa jurusan IPS dalam menguasai bahan
pembelajaran ekonomi.
Adapun tujuan dari mata pelajaran ekonomi adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan untuk memahami konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah
ekonomi, menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekomi,membentuk sikap
bertanggung jawab dengan mendalami ilmu ekonomi.
Karena mata pelajaran ekonomi termasuk kelompok mata pelajaran peminatan, maka
mata pelajaran tersebut mempunyai tujuan untuk memberikan kesempatan peserta didik
mengembangkan minat dan keilmuannya di perguruan tinggi dan untuk mengembangkan
minatnya terhadap suatu disiplin ilmu atau keterampilan tertentu.
Sebagai mana diketahui agihan waktu yang dialokasikan untuk ekonomi adalah 2 jam
per minggu di kelas X dan empat jam per minggu untuk kelas XI dan XII pada program IPS.
Itu berarti diperlukan tambahan waktu sebesar 0,60 x 4 x 45 menit untuk kegiatan terstruktur
dan mandiri tidak terstruktur.
4. Kedisiplinan Dalam Belajar
Pada umumnya siswa program IPS sedikit lemah dalam menguasai matematika. Akan
tetapi kalau siswa tekun belajar mulai dari presensi mengikuti pelajaran terjadwal di sekolah
maupun dalam pengerjaan tugas yang terstruktur dan mandiri tidak terstruktur.
Menurut Dr.Fitzhugh Dadson dalam Mendisiplinkan Anak dengan Kasih Sayang,
disiplin adalah suatu proses mengajar yang berlangsung sepanjang waktu. Sedangkan Menurut
Benhard (1964 ; 31 ) dalam Pola Asuh Orang Tua oleh DR.Moh.Shochib menyatakan bahwa
tujuan disiplin diri adalah mengupayakan pengembangan minat anak dan mengembangkan
anak menjadi manusia yang baik, yang akan menjadi sahabat, tetangga, dan warga Negara
yang baik
Disiplin sangat diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. Tulus Tu’u (2004),
mengemukakan empat faktor dominan yang mempengaruhi disiplin yaitu kesadaran diri,
mengikuti dan menaati aturan, alat pendidikan, dan hukuman.
Dalam belajar di sekolah pada umumnya sekolah menetapkan norma dan aturan yang
ditaati oleh murid dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di luar sekolah. Guru
menggunakan unsur disiplin siswa sebagai salah satu faktor yang memungkinkan siswa
berhasil dalam belajar termasuk belajar ilmu ekonomi. Kedisiplinan belajar si sekolah
tercermin pada kehadiran dalam jam belajar, konsentrasi dalam pelajaran selama pelajaran
sampai guru keluar dari ruang kelas, sedangkan kedisiplinan belajar di luar sekolah tercermin
dari pelaksanaan berbagai tugas yang dituntut oleh guru baik dalam belajar dan tugas
terstruktur maupun belajar mandiri tidak terstruktur.
Sebagian besar dari bahan belajar diperoleh di sekolah melalui interaksi bersama guru
mata pelajaran. Itu berarti bahwa murid harus terkonsentrasi pada bahan dan proses
pembelajaran selama jam tatap muka berlangsung sambil menyerap dan mengolah semua
informasi yang diperoleh.
Keberhasilan siswa dalam menguasai bahan ajar sebagian tergantung pada interaksi
siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru harus merancang
materi dan strategi pembelajarannya sehingga menarik bagi siswa. Guru harus berusaha
mengembangkan motivasi intrinsik pada siswa. Menurut Winkel (1984 ; 29-30) guru harus
berusaha :
a. Menjelaskan mengapa suatu mata pelajaran diajarkan dan apa kegunaannya untuk
kehidupan kelak.
b. Menunjukkan antusiasme dalam mengajarkan vak yang dipegang dan menggunakan
prosedur
c. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu mudah, namun tidak terlalu sukar.
d. Menjaga disiplin belajar di dalam kelas.
e. Memberitakan hasil PR dan ulangan dalam waktu sesingkat mungkin.
Dari kelima jenis usaha itu, yang perlu mendapat perhatian dalam skripsi ini adalah;
-
Menjaga disiplin belajar di dalam kelas, dan
-
Memberitakan hasil PR dan ulangan dalam waktu sesingkat mungkin.
Terkait dengan hal tersebut siswa harus hadir dan berkonsentrasi selama proses
pembelajaran berlangsusng. Dengan perkataan lain siswa harus menaati aturan dan tata tertib
sekolah dengan penuh kedisiplinan.
Mengingat waktu belajar menurut kurikulum sangat terbatas maka guru perlu memberi
tugas atau pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh siswa. Dengan mengerjakan PR dan
tugas terstruktur maka siswa sekaligus mengingat kembali dan memahaminya secara
mendalam materi ajar yang diperoleh selama tatap muka di kelas.
Mengulang pelajaran di rumah melalui kegiatan mandiri tidak terstruktur dapat
menjadikan penguasaan siswa terhadap bahan ajar menjadi lebih optimal. Bahkan Winkel
mengatakan akan adanya peran faktor lupa. Dalam paparannya Winkel menekankan
pentingnya pengulangan materi pelajara supaya informasi yang disimpan pada memori jangka
pendek dapat diolah lagi untuk disimpan dalam memori jangka panjang.
Lebih jauh dari apa yang diungkapkan oleh Winkel, para penyusun teori belajar sudah
mengingatkan pentingnya mengulangi bahan pelajaran itu. Hal ini dapat kita lihat dari teori
belajar menurut psikologi daya atau formal disiplin, psikologi asosiasi, dan psikologi gestalt.
Dari psikologi daya menekankan perlunya melatih daya-daya yang ada sebagai bagian dari
proses belajar. Psikologi asosiasi menekankan tentang hukum-hukum belajar seperti hukum
latihan, hukum pengaruh dan hokum kesediaan. Sedangkan psikologi gestalt menekankan
pentingnya interaksi antara individu dengan lingkungan dalam upaya melihat sesuatu secara
keseluruhan. (Oemar Hamalik)
Apa yang diutarakan diatas memperkuat bahwa untuk memperoleh hasil belajar yang
baik, seseorang siswa harus mengikuti aturan-aturan sekolah dengan penuh kedisiplinan, baik
yang berlangsusng di sekolah maupun di luar sekolah melalui pekerjaan rumah dan belajar
melalui pekerjaan rumah dan belajar mandiri tidak terstruktur.
Biasanya siswa cukup disiplin ketika pelajaran berlangsung hanya karena takut pada
guru. Tetapi di luar sekolah dia sering abai pada tugas-tuga yang diberikan oleh guru karena
tidak ada yang mengawasi. Padahal dari tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur diperoleh pendalaman dan pemahaman mengenai materi atau bahan ajar yang
diterima di sekolah. Seperti diketahui, waktu belajar di rumah adalah bagian dari ketentuan
sekolah yang harus dipenuhi agar prestasi belajar optimal.
Untuk mata pelajaran ekonomi, yang menggunakan analisis matematis atau statistik
(ekonometri) latihan di rumah menjadi hal yang sangat dituntut. Dengan perkataan lain,
kedisiplinan dalam belajar tidak hanya ketika berhadapan dengan guru di kelas tetapi juga
kedisiplinan berlatih dan belajar di luar jam pelajaran. Terkait dengan itu, Winkel
menekankan perlunya guru memberikan hasil PR dan ulangan dalam waktu yang singkat agar
siswa termotivasi untuk disiplin belajar di luar sekolah.
1.2 PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti ini didukung oleh penelitian-penelitian
terdahulu dan terdapat hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitianpenelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu ;
1) Aris Pristiwati dengan judul “Hubungan antara Kedisiplinan Belajar Siswa kelas V SD
Negeri Gugus Sedayu Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun
pelajaran 2009/2010”
2) Hastuti Sarwo Rini dengan judul “Hubungan Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar
Matematika di kelas IV SD Gugus Imam Bonjol Kecamatan Sapuran Kabupaten
Wonosobo.
3) Aning Ervitasari yang berjudul “Hubungan Kedisiplinan dalam Belajar dengan Prestasi
Belajar Siswa”
1.3 KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas nampak bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal yang salah satunya adalah disiplin. Disiplin dalam
pendidikan mempunyai peranan penting bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif,
efisien, dan kondusif. Kemajuan belajar siswa sangat erat kaitannya dengan disiplin belajar
siswa baik di sekolah maupun di rumah. Oleh sebab itu disiplin belajar siswa harus dapat
diterapkan dengan optimal baik di sekolah maupun di rumah, karena kedisiplinan dalam
belajar akan memberi kontribusi positif terhadap proses dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pemikiran di atas di gambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Disiplin Belajar (x)
Hasil Belajar Ekonomi (y)
1.4 HIPOTESIS
Berdasarkan kajian teori serta beberapa hasil kajian penelitian yang relevan maka
peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut ;
H0
= Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar dengan hasil
belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga.
Ha
= Ada hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar
ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga.
Download