BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Hall (2001:5), menyatakan sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama, sedangkan menurut Widjayanto (2001:2), sistem adalah sesuatu yang memiliki fungsi-fungsi yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahapan yaitu input, proses, output. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa sistem adalah kumpulan dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan, komponen-komponen tersebut berhubungan erat satu dengan yang lainnya dan tidak dapat berdiri sendiri, mereka saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran suatu sistem dapat tercapai. 2.1.2 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Menurut Mulyadi (2008:163), Sistem pengendalian intern adalah meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kelayakan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen. Sedangkan menurut Bodnar, G.H. dan Hopwood, W.S. (2006:11), pengendalian internal merupakan suatu proses yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang rasional atas tercapainya 5 tujuan (1) reliabilitas pelaporan keuangan, (2) efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan, (3) kesesuaian organisasi dengan aturan serta regulasiyang ada. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern adalah proses yang dirancang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk tercapainya tujuan perusahan dalam menjaga kekayaan, menjaga efektivitas dan efisiensi operasi, serta dipatuhinya aturan serta regulasi yang menjadi kebijakan manajemen. 2.1.3 Tujuan Sistem Pengendalian Intern Tujuan Sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2008:166) adalah sebagai berikut: 1) Menjaga Kelayakan dan Catatan Organisasi Kelayakan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalah gunakan atau hancur karena kecelakaan kecuali jika kelayakan tersebut dilindungi dengan pengendalian yang memadai. 2) Mengecek Ketelitian dan Keandalan Data Akuntansi Pengendalian intern dirancang untuk memberikan jaminan proses pengolahan data akuntansi akan menghasilkan informasi keuangan yang teliti dan andal karena data akuntansi mencerminkan perubahan kelayakan perusahaan. 3) Mendorong Efisiensi Pengendalian intern mencegah duplikasi usaha yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala hal kegiatan bisnis perusahaan dan untuk mencegah penggunaan kekayaan perusahaan yang tidak efisien. 4) Mendorong Dipatuhinya Kebijaksanaan Perusahaan 6 Untuk mencapai kebijaksanaan perusahaan, manajemen menetapkan kebijakan dan prosedur. Struktur pengendalian intern ini ditujukan untuk memberikan jaminan yang memadai agar kebijakan perusahaan tersebut dipatuhi oleh semua karyawan. Tujuan perusahaan akan mudah tercapai apabila kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, dipenuhi dan dilaksanakan dengan baik oleh semua pihak yang ada dalam organisasi tersebut. 2.1.4 Komponen Proses Pengendalian Intern Menurut Agoes (2004:75), sistem pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait yaitu: 1) Lingkungan memengaruhi Pengendalian kesadaran yang menetapkan pengendalian corak suatu orang-orangnya. organisasi, Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin, dan struktur. 2) Penaksiran Risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan risiko yang harus dikelola. 3) Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. 4) Informasi dan Komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. 7 5) Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Menurut Mulyadi (2008:166) unsur pokok pengendalian intern adalah sebagai berikut: 1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh semua tahap suatu kegiatan. 2) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup. Dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi dalam organisasi. Oleh karena itu penggunaan formulir harus diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi. Pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam dalam formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan ketelitian dan keandalan (realibility) yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi. 3) Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 8 Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah: a) Penggunaan formulir bernomor urut bercetak yang pemakainnya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir merupakan alat yang memberikan otorisasi terlaksananya transaksi. b) Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur. c) Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persengkongkolan diantara mereka dapat dihindari. 4) Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya berbagai cara berikut ini dapat ditempuh: a) Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya. Untuk memperoleh karyawan yang mempunyai kecakapan sesuai dengan tuntutan tanggung jawab yang akan dipikulnya, manajemen harus mengadakan analisis jabatan yang ada dalam perusahaan dan menentukan syarat-syarat dipenuhi oleh calon karyawan yang menduduki jabatan tersebut. b) Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya. 9 2.1.5 Pengertian Tagihan Tagihan atau faktur (bahasa Belanda: factuur), adalah sebuah perincian pengiriman barang yang mencatat daftar barang, harga dan hal-hal lain yang biasanya terkait dengan pembayaran. Setiap perusahaan mempunyai bentuk faktur yang berbeda, sesuai kebutuhan masing-masing. Secara umum sebuah faktur merupakan suatu bukti surat dagang yang memuat rincian dari barang-barang yang dikirim kepada pihak tertentu. 2.1.6 Pengertian Vendor Rekanan atau Vendor adalah badan usaha atau perorangan yang dipilih oleh perusahaan untuk melakukan kerjasama berdasarkan perjanjian tertulis, dalam bentuk penyediaan jasa atau layanan atau barang yang diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain (istilah dalam industri yang menghubungkan produk dari produsen untuk sampai ke tangan customer) yang menjual barang kepada perusahaan untuk dijual kembali/dipergunakan oleh user dari perusahaan tersebut. Dalam hal ini, vendor dapat pula di sebut supplier dari produk atau jasa. Vendor dapat disebut atau tidak dapat disebut distributor dari sebuah barang atau bahkan yang memanufaktur produk.Jika vendor pula dapat disebut manufaktur, dalam hal ini vendor dapat memproduksi barang sebagai stok atau produsen sebagai pihak ketiga. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya 10 Penelitian dari Mariani (2014), “Penerapan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Pembayaran Klaim Pensiun Pertama pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Denpasar”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengendalian intern terhadap pembayaran klaim pensiun pertama pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Denpasar. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pelaksanaan sistem pengendalian intern terhadap pembayaran klaim pensiun pertama pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Denpasar sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan dipenuhinya unsur pokok pengendalian intern, yaitu: Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas, sistem otorisasi dan pencatatan yang memberikan perlindungan cukup, praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi, dan karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Penelitian dari Candra Sari (2013) “Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Prosedur Pemberian Kredit Cepat Aman pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Kreneng”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengendalian intern terhadap prosedur pemberian kredit cepat aman pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Kreneng Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengendalian intern terhadap prosedur pemberian kredit cepat aman pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Kreneng telah efektif. Dari beberapa penelitian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya sama-sama ingin mengetahui pengendalian intern perusahaan yang diteliti. Perbedaannya terletak pada lokasi dan periode 11 penelitian. Dimana penelitian ini dilakukan pada PT. PLN (Persero) Distribusi Bali di Jalan Letda Tantular No.1 Renon, Denpasar, Periode 2015. 12