17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator

advertisement
17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya
usia harapan hidup penduduk.1 Hasil positif yang telah terwujud seiring dengan
keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional di berbagai bidang yaitu
kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, terutama di bidang medis dan ilmu kedokteran sehingga meningkatkan
kualitas kesehatan penduduk serta umur harapan hidup manusia.2 Dengan semakin
meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut
usia (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.1,2 Jumlah lansia di seluruh dunia
diperkirakan 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pula tahun
2025 akan mencapai 1,2 milyar.2
Pasal 1 ayat (2), (3), dan (4) Undang-undang Nomor 13 tahun 1998,
menyatakan bahwa lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas.1 Klasifikasi WHO mengelompokkan usia lanjut atas tiga kelompok yaitu middle
age (45-59), eldery age (60-74) dan old age (75-90). Menurut Maryam, dkk (2008)
lansia dibagi menjadi lima klasifikasi, yaitu pralansia yang berusia antara 45–59
tahun, lansia berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi berusia 70 tahun atau
lebih, lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial yaitu lansia
yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain.2 Di seluruh dunia penduduk lansia tumbuh dengan sangat cepat bahkan
tercepat dibanding kelompok usia lainnya.1 Peningkatan jumlah lansia di Indonesia
terlihat pada sensus penduduk tiap lima tahun sekali menunjukkan bahwa pada tahun
2000 jumlah lansia sebesar 7,18% dari seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2005,
jumlah lansia bertambah lagi menjadi 8,48% dari seluruh penduduk Indonesia.2
Proses penuaan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, yaitu sosial, ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
18
dan kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan
semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit.1,2
Kesehatan rongga mulut dan kesehatan umum saling terkait dan
berhubungan.3,4 Menurut WHO, kesehatan rongga mulut memiliki peranan penting
untuk kesehatan umum.5 Gangguan kesehatan gigi dan mulut menyebabkan
ketidaknyamanan dan gangguan keseimbangan tubuh bagi penderitanya, sehingga
secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi kesehatan umum.6 Salah satu
gangguan kesehatan rongga mulut adalah kehilangan gigi. Kehilangan gigi
berdasarkan jumlah terbagi atas dua jenis yaitu kehilangan sebagian gigi dan seluruh
gigi (edentulus).3,7-9 Edentulus merupakan bentuk kehilangan gigi yang umum terjadi
di kalangan lansia di seluruh dunia.3,9 Menurut penelitian Cahyati, lebih dari setengah
jumlah golongan lansia adalah lansia yang kehilangan seluruh gigi.6
Kehilangan seluruh gigi berdampak pada penurunan fungsional, psikologis
dan sosial.8,10,11 Kondisi kehilangan seluruh gigi mempunyai dampak negatif terhadap
kualitas hidup mencakup fungsi pengunyahan, penampilan, kemampuan berbicara
dan keyakinan diri.4,12,13 Kehilangan seluruh gigi menhilangkan fungsi pengunyahan
dan secara langsung akan mempengaruhi pilihan makanan. Contohnya, lansia
edentulus cenderung menghindari makanan-makanan yang keras berserat.3 Dengan
adanya pemilihan makanan akan mempengaruhi status gizi lansia.4 Status gizi yang
baik memiliki peranan yang penting dalam pemeliharaan kesehatan rongga mulut dan
umum lansia.14 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa edentulus mempengaruhi
kesehatan rongga mulut dan umum serta kualitas hidup.9 Selain itu, beberapa
penelitian menemukan korelasi antara kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup.5
Lansia adalah aset nasional yang berharga, oleh karena itu potensi mereka
harus dipelihara untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.5 Kualitas hidup
didefinisikan sebagai penilaian individu terhadap dampak fungsional, psikologi, dan
dampak sosial yang mempengaruhi kesejahteraan.15,16 Kualitas hidup adalah salah
satu hasil pengukuran yang dinilai dari dampak edentulus.17 Istilah kualitas hidup
digunakan secara luas dalam konteks kesehatan rongga mulut yang berhubungan
dengan dampak penyakit terhadap pengalaman pribadi. Perawatan atau pemeliharaan
Universitas Sumatera Utara
19
kesehatan rongga mulut yang baik dapat merupakan faktor penentu untuk
meningkatkan kualitas hidup. Menurut penelitian Kusdhany dkk, perempuan
memiliki harapan hidup yang lebih tinggi berbanding laki-laki.5 Sedangkan penelitian
Zainab dkk mengatakan bahwa salah satu sasaran prioritas yang membutuhkan
perhatian dan pelayanan kesehatan rongga mulut adalah perempuan.9
Gigi yang hilang seluruhnya dapat diganti dengan menggunakan gigitiruan
penuh (GTP).18 Gigitiruan penuh adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi
asli dan struktur di sekitarnya yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah.19 John
dkk menyatakan bahwa kebutuhan GTP memiliki dampak terhadap kualitas hidup.13
Menurut hasil penelitian Smith, 40% golongan lansia yang tidak memakai GTP
mengeluh kesulitan mengunyah dan memerlukan waktu makan yang lebih lama.6
Selain itu, menurut penelitian Kusdhany dkk, kehilangan gigi, turut terkait dalam
kesulitan dalam pengunyahan, stress dan menghindari bersosialisasi.5 Zainab dkk
menyatakan lansia yang memakai GTP memiliki kualitas hidup yang lebih baik
dibanding lansia yang tidak memakai GTP.10,20
Instrumen yang paling banyak atau sering digunakan untuk mengukur kualitas
hidup lansia adalah Oral Health Related Impact Profile (OHIP).5,10,12,13,21 OHIP pada
awalnya yang terdiri atas 49 pertanyaan, dikembangkan kepada OHIP-14 yang terdiri
dari 14 pertanyaan yang mengukur dampak masalah kesehatan rongga mulut yang
mencakup dimensi fungsional (fisik), psikologis dan sosial dari kehidupan seharihari.21 OHIP ini dikembangkan di Australia oleh Slade dan Spencer
pada tahun
1994, dan beberapa versi dari alat ini telah dikembangkan seperti OHIP-14 adalah
instrumen yang paling tepat untuk pasien edentulus, karena menyajikan serangkaian
pertanyaan yang spesifik.16,21
1.2 Permasalahan
Kehilangan seluruh gigi atau edentulus adalah bentuk yang umum terjadi di
kalangan lansia. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kehilangan seluruh gigi
berdampak
pada penurunan fungsional, psikologis dan sosial sehingga kondisi
tersebut mempunyai dampak negatif terhadap kualitas hidup pada lansia terkait
Universitas Sumatera Utara
20
dengan fungsi pengunyahan, penampilan, kemampuan berbicara dan keyakinan diri.
Salah satu perawatan yang umum dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup lansia
edentulus adalah dengan memakai GTP. Peneliti merasa perlu dilakukan penelitian
pada lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP untuk menganalisis
perbedaan kualitas hidup lansia tersebut dan agar lansia lebih teliti dan inisiatif
terhadap kebutuhan pemakaian GTP untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
Penduduk lansia di Kelurahan Tanjung Rejo di Kecamatan Medan Sunggal dipilih
sebagai populasi atau sampel penelitian untuk membedakan kualitas hidup antara
lansia edentulus yang memakai dan tidak memakai GTP. Alasan pemilihan Kelurahan
Tanjung Rejo di Kecamatan Medan Sunggal adalah karena populasi mudah
terjangkau.
1.3 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana karakteristik lansia edentulus yang memakai dan tidak
memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun
2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan?
2.
Bagaimana aspek kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP di
Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan
jenis kelamin dan tingkat pendidikan?
3.
Bagaimana aspek kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai
GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012
berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan?
4.
Bagaimana kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP di
Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan
jenis kelamin dan tingkat pendidikan?
5.
Bagaimana kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai GTP di
Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan
jenis kelamin dan tingkat pendidikan?
6.
Apakah ada perbedaan aspek kualitas hidup dan perbedaan kualitas hidup
antara lansia yang memakai dan tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo
Universitas Sumatera Utara
21
Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat
pendidikan?
1.4 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui karakteristik lansia edentulus yang memakai dan tidak
memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun
2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan
2.
Untuk mengetahui aspek kualitas hidup lansia edentulus yang memakai
GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012
berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
3.
Untuk mengetahui aspek kualitas hidup lansia edentulus yang tidak
memakai GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun
2012 berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
4.
Untuk mengetahui kualitas hidup lansia edentulus yang memakai GTP di
Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan
jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
5.
Untuk mengetahui kualitas hidup lansia edentulus yang tidak memakai
GTP di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012
berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
6.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan aspek kualitas hidup dan
perbedaan kualitas hidup antara lansia yang memakai dan tidak memakai GTP di
Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 berdasarkan
jenis kelamin dan tingkat pendidikan
1.5 Manfaat Penelitian
1.
Untuk memperoleh data mengenai dampak kehilangan gigi pada lansia
yang kehilangan gigi yang memakai dan tidak memakai GTP di Kelurahan Tanjung
Rejo di Kecamatan Medan Sunggal, sehingga dapat dijadikan referensi untuk
memperbaiki kualitas hidup lansia.
2.
Diharapkan dapat digunakan untuk penelitian yang lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
Download