6 BAB II LANDASAN TEORI A. Badan Usaha Milik Negara 1. Definisi BUMN Menurut Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 yang dimaksud BUMN adalah: a. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. b. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. c. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. d. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. 2. Tujuan Pendirian BUMN Tujuan pendirian BUMN sesuai dengan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 adalah : a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; b. Mengejar keuntungan; 7 c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. B. Pengukuran Kinerja 1. Definisi Kinerja Kinerja dapat dilihat dan diukur dari berbagai sudut jika dihubungkan dengan pengertian prestasi yang diperlihatkan. Prestasi perusahaan diantaranya dapat dilihat melalui rasio keuangan, pengembangan sumber daya manusia, pelayanan kepada masyarakat, tingkat efisiensi dan lain sebagainya. Pengertian kinerja adalah “gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi” (Moh.Mahsun, 2006 : 97). Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu kinerja biasa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Kinerja dapat diukur melalui beberapa cara baik dengan menggunakan ukuran keuangan maupun dengan ukuran keuangan. Ukuran non keuangan misalnya menggunakan Balance Scorecard, Zero Defect, Continous Improvement. Ukuran keuangan misalnya Economic Value 8 Added, Market Value Added, dan salah satunya adalah dengan menggunakan Analisis Rasio Keuangan. 2. Tujuan Pengukuran Kinerja Pengadopsian suatu sistem pengukuran kinerja di instansi pemerintah dengan tujuan Untuk menciptakan perubahan dalam organisasi. Perubahan karena mengadopsi suatu sistem pengukuran kinerja, mencakup perubahan dalam sumber daya manusia, struktur organisasi, kultur, sistem organisasi, kapabilitas organisasi dan teknologi, komunikasi serta desain pekerjaan (Jones,2001). C. Laporan Keuangan 1. Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan dokumen yang memberikan informasi kepada para pemakai laporan keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang belaku umum. Laporan keuangan berisi informasi tentang kinerja perusahaan dimasa lampau dan dapat di pakai sebagai dasar penetapan kebijakan perusahaan dimasa yang akan datang. Pengertian Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : Par 7) adalah sebagai berikut: Laporan Keuangan merupakan proses dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen 9 industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Menurut Myer dalam (Munawir, 2004 : 5) laporan keuangan adalah: Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar ini adalah daftar neraca atau posisi keuangan atau daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surpus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan). Laporan Keuangan menurut suwardjono (2005) adalah: Salah satu sumber informasi yang menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan perkembangan perusahaan sehingga dapat menjadi salah satu sarana untuk menilai tingkat profesionalisme perusahaan yang bersangkutan dalam melakukan kegiatan perusahaan. Sedangkan menurut Dwi Pratowo dan Rifka Jualianti (2005) laporan keuangan adalah : Laporan Keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Laporan keuangan adalah “suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas” PSAK (2009 : Par. 07). 2. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah, memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan, yang bermanfat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan, dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi, serta menunjukkan 10 pertangungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan pada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, serta arus kas. Dalam bukunya Marwata (2002 : 62) menyatakan: Tujuan utama laporan keuangan haruslah mengkomunikasikan informasi keuangan yang terendah mengenai transaksi usaha perusahaan termasuk: a. Posisi aktiva, kewajiban dan modal sendiri, serta b. Indikasi rugi laba dan beban dari pendapatan yang bersangkutan. Sedangkan pada Standar Akuntansi Keuangan (2009 : Par. 07) dikatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah : Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Tujuan laporan keuangan adalah “untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi” (Darmawan Sjahrial 2006 : 27). Berdasarkan tujuan laporan keuangan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan bagi para pemakai. Para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi 11 terpilih sebagai bagian dari informasi yang dibutuhkan untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan serta keperluan lain yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. 3. Jenis-jenis Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (2005) ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yaitu Neraca, Laporan Rugi Laba dan Laporan Aliran Kas. a. Neraca/Balance Sheet Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu. Neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal suatu perusahaan pada waktu/tanggal tertentu. Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva (assets), hutang/kewajiban (liabilities) dan modal (capital). Aktiva (assets) terdiri dari (Ang, 1997): Menurut Sofyan S. Harahap (2006:107) Laporan Neraca yang disebut juga dengan laporan posisi keuangan perusahaan, adalah laporan yang menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan modal pada saat tertentu. Masing-masing elemen dalam neraca antara lain : 1) Aktiva Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya. Aktiva terdiri dari : a) AktivaLancar Adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau diuraikan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya ( paling lama 1 tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal) seperti : kas, surat-surat berharga, piutang dagang, piutang wesel, penghasilan yang masih harus diterima, persediaan barang dan sebagainya. b) Aktiva Tidak Lancar (Tetap) Adalah aktiva yang mempunyai masa penggunaan yang relatif panjang, dalam arti tidak akan habis dipakai dalam satu siklus operasi perusahaan atau satu tahun dan tidak dapat dengan segera dijadikan kas. Aktiva tak lancar ada yang berbentuk aktiva berwujud seperti : tanah, gedung, alat-alat perlengkapan 12 2) 3) b. c. atau dapat juga berbentuk aktiva tak berwujud seperti : hak paten, hak merek, goodwill dan sebagainya. Hutang Hutang adalah semua kewajiban perusahaan pada pihak ketuga yang belum dipenuhi, hutang merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Pada umumnya hutang dibedakan atas dua golongan yaitu : a) Hutang Lancar Hutang lancar mencangkup semua hutang dan kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu satu tahun seperti : hutang dagang, hutang wesel, biaya yang masih harus dibayar, penerimaan di muka. b) Hutang Jangka Panjang Hutang jangka panjang adalah kewajiban perusahaan yang jatuh temponya lebih dari satu tahun sejak tanggal penyusunan neraca seperti : hutang hipotek dan hutang obligasi. Modal Modal adalah menggambarkan bagian pemilik perusahaan atau kekayaan perusahaan,yang diukur dengan menghitung selisih antara aktiva dengan hutang. Laporan Rugi Laba Laporan Rugi Laba merupakan laporan sistematis tentang penghasilan, biaya laba rugi yang diperoleh perusahaan selama periode waktu (jangka waktu) tertentu (Munawir, 2004). Laporan Aliran Kas Laporan ini menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar pada suatu periode yang merupakan hasil dari kegiatan pokok perusahaan, yaitu operasi, investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi meliputi transaksi yang melibatkan produksi, penjualan, penerimaan barang dan jasa. Kegiatan investasi meliputi pembelian atau penjualan investasi bangunan, pabrikan peralatan. Aktivitas pendanaan meliputi transaksi untuk memperoleh dana dari obligasi, emisi saham dan pelunasan hutang (Hanafi dan Halim, 2005) Sedangkan menurut Gill dan Chatton (2006 : 2), ada tiga laporan keuangan yang ditinjau yaitu: a. Neraca, yang menunjukkan posisi keuangan atau “kesehatan” perusahaan, yang disebut laporan posisi keuangan. Laporan ini menunjukkan posisi keuangan usaha pada waktu tertentu. Neraca standar mengggambarkan asset perusahaan pada sisi kiri halaman dan kewajiban serta modal pada sisi kanan halaman. b. Laporan Laba/Rugi atau disingkat Laporan L/R, menunjukan kinerja sebuah usaha selama jangka waktu terntentu dalam 13 sebulan, triwulan, atau setahun. Dengan rumus dasar penghasilan dikurangi biaya sama dengan pendapatan. c. Laporan Arus Kas sebagai alat perencanaan yang akan membantu kita pada masa yang akan datang. Laporan ini akan membantu dalam menemukan kapan uang tunai diperlukan untuk membayar tagihan-tagihan dan membantu manager untuk membuat keputusan usaha, seperti kapan mengembangkan usaha, atau membuat lini produk baru. Laporan arus kas berhubungan dengan aktivitas kas, yakni kas keluar atau kas masuk. D. Analisa Rasio Keuangan 1. Definisi Analisa Rasio Keuangan Menurut Sutrisno (2000) laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan keuangan selain itu, laporan keuangan juga merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan kita dapat melihat bagaimana prestasi manajemen dalam periode tersebut. Namun, bila hanya melihat laporan keuangan belum bisa mencerminkan prestasi yang sebenarnya, sehingga perlu dibandingkan elemen laporan keuangan satu dengan elemen laporan keuangan lainnya. Proses menghubungkan elemenelemen yang ada di laporan keuangan ini sering disebut sebagai analisis rasio keuangan. Sedangkan menurut Munawir S. dalam bukunya Analisis Rasio Keuangan (2002) Analisa Rasio Keuangan adalah “angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. 2. Kegunaan Rasio Keuangan Dalam Buku Analisis Informasi Keuangan menurut Munawir S (2002 : 291) Analisa Rasio Keuangan sangat Berguna untuk: a. Corporate Management Model Model Analisis ini membandingkan rasio keuangan dengan ratarata industri untuk perencanaan dan pengevaluasian prestasi dan kinerja perusahaan. Model analisis ini membantu manajemen dalam pengambilan keputusan jangka pendek maupun jangka panjang. 14 b. Portfolio Selection Model Model analisis ini membantu para investor dalam rangka pengambilan keputusan investasi pada securitas, evaluasi nilai saham dan menilai jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan pada suatu perusahaan. c. Analisis Bagi Kreditor Analisis ini digunakan para kreditor untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengambilan pokok pinjaman. 3. Jenis-jenis Rasio Keuangan Rasio Keuangan menurut Arief Sugiono (2009 : 68) dapat dikelompokkan menjadi : a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Analisis Rasio Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi (hutang jangka pendek) oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban ini segera ditagih (Sutrisno, 2000) Menurut Arief Sugiono (2009 : 68) “rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya rasio ini terdiri atas beberapa rasio sebagai berikut “. 1) Current Ratio Current Ratio adalah “rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, (Brigham & Houston,2001)” Rasio ini digunakan untuk “mengetahui seberapa jauh aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi hutang (kewajiban) 15 lancar yang akan jatuh tempo atau segera dibayar. Current Ratio bisa digunakan untuk mengukur solvensi jangka pendek” Arief Sugiono (2009 : 68). Total Aktiva Lancar Current Ratio = Total Kewajiban Lancar 2) Quick Ratio (Acid Test ratio) Rasio ini menunjukkan “besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar, sebab untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah yakni menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas” (Sutrisno, 2000). Sedangkan “pos persediaan tidak dihitung dalam rasio ini karena persediaan merupakan pos yang paling tidak likuid dalam aktiva lancar. hal ini disebabkan oleh panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas” Arief Sugiono (2009 : 69). Total Aktiva – Persediaan Quick Ratio = Total Kewajiban Lacar 3) Cash Ratio Menurut Arief Sugiono (2009 : 69) rasio ini Merupakan perbandingan antara kas yang ada di perusahaan cash on hand dan di bank (termaksud surat berharga seperti depodito) dan total utang lancar. rasio ini menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya tanpa harus mengubah aktiva lancar bukan kas (piutang dagang dan persediaan) menjadi kas. Kas Cash Ratio = Total Kewajiban Lancar 16 4) Cash Flow Liquidity Ratio Pendekatan lain dalam mengukur likuiditas perusahaan adalah dengan “cash flow liquidity ratio karena penggunaan pembilang merupakan kas dan setara dengan kas serta diikutsertakan dalam arus kas dari hasil operasi perusahaan. Arief Sugiono (2009 : 69). Kas + Surat Berharga + CF From Operation Cash Flow Liquidity Ratio = Total Kewajiban Lancar b. Rasio Leverage (Leverage Ratio) Analisis Rasio Leverage menurut Sutrisno (2000) adalah : Rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap dan harus dikeluarkan perusahaan. Apabila dalam suatu perusahaan leverage factor = o (nol) berarti sepenuhnya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin rendah leverage factor, semakin kecil pula resiko perusahaan bila dalam kondisi ekonomi merosot atau memburuk. Rasio ini bertujuan untuk “menganalisis pembelanjaan yang dilakukan berupa komposisi hutang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya. rasio ini terdiri atas beberapa jenis yaitu sebagai berikut” Arief Sugiono (2009 : 70). 1) Debt Ratio Menurut Arief Sugiono (2009 : 70) rasio ini Dikenal juga dengan sebuthan Debt To Asset yang membandingkan total utang dengan total aktiva. para kreditur menginginkan total utang dengan total aktiva. 17 para kreditur menginginkan Debt Ratio yang rendah karena semakin tinggi rasio ini semakin besar resiko para kreditur. Total Kewajiban Debt Ratio = Total Aktiva 2) Financial Leverage atau Debt to Equity Ratio Menurut Arief Sugiono (2009 : 71) rasio ini juga dikenal dengan sebutan DER (debet to equity ratio) ratio ini menunjukkan perbandingan hutang dan modal. rasio ini merupakan salah satu rasio yang penting karena berkaitan dengan masalah trading on equity, yang dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut. Total Kewajiban Financial Leverage = Total Modal 3) TIER (Time Interest Earning Ratio) “Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan yang berasal dari EBIT (earning before interst and tax) atau laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar bunga pinjaman”. Arief Sugiono (2009 : 71). EBIT TIER= Biaya Bunga 4) Fixed Charge Converge Ratio Menurut Arief Sugiono (2009 : 72) Rasio ini lebih luas dari pada TIER karena selain bunga pinjaman, kita juga ingin melihat sampai seberapa jauh laba usaha perusahaan sebelum dikurangi bunga pinjaman dan pajak (EBIT) dan pembayaran sewa guna usaha (leasing) dapat diandalkan untuk membayar kewajiban finansial berupa biaya bunga dan pembayaran leasing. 18 Laba Operasi Pembayaran Leasing + Fixed Change Coverage Ratio = Biaya Bunga + Pembayaran Leasing 5) Cach Flow Coverage Menurut Arief Sugiono (2009 : 71) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya berupa bunga dan pembayaran cicilan hutang baik berupa hutang bank maupun leasing. cash in flow dihitung atas dasar EBIT+lease obligation+penyusutan atau biaya non kas, sedangkan deviden saham preferen dan pembayaran angsuran pinjaman harus disesuaikan terlebih dahulu dengan membagi 1-Tax karena keduanya bukan merupakan biaya yang dapat dikurangi dalam perhitungan pajak atas laba perusahaan. “Biasanya rasio ini tidak memiliki rata-rata industrinya tetapi secara umum dapat diambil suatu patokan bahwa cash flow coverage ratio yang baik adalah jika dilakukan sekurang kurangnya dua kali”. Arief Sugiono (2009 : 71). Cash Flow Coverage = Cash in Flow Beban Tetap + Deviden Preferen + Angsuran Pinjaman (1-Tax) (1-Tax) c. Rasio Aktivitas atau rasio kegiatan (Activity Ratio) “Rasio ini menggambarkan tingkat pendayagunaan harta atau sarana modal yang dimiliki perusahaan. atau, dengan kata lain rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas mengoperasikan dana”. Arief Sugiono (2009 : 71). perusahaan dalam 19 1) Rasio Perputaran Persediaan a) Inventory Turn Over Rasio ini menunjukkan “berapa kali persediaan dapat berputar dalam setahun. semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, semakin cepat dana yang tertanam dalam persediaan berputar kembali menjadi uang kas”. Arief Sugiono (2009 : 73). Harga Pokok Persediaan Inventory Turn Over = Persediaan b) Inventory Day in Hand Rasio ini menunjukkan “berapa lamanya persediaan disimpan sebelum dijual”. Arief Sugiono (2009 : 74). 360 Inventory Days = Inventory Turn Over 2) Rata-rata Pencairan Piutang a) Account Receibable Turn Over Menurut Arief Sugiono (2009 : 74) Rasio ini menunjukan berapa kali piutang usaha dapat berputar dalam setahun. rasio ini seharusnya membandingkan penjualan kredit (tidak termaskuk penjualan tunai) dengan piutang usaha. namun dalam kondisi yang ada kita sering sulit mendapatkan informasi hanya mengenai penjualan kredit sehingga yang digunakan adalah total penjualan. Penjualan Bersih Account Receivable Turn Over = Putang Usaha 20 b) Collection Period Menurut Agus Sartono dalam bukunya manajemen keuangan teori dan aplikasi (2001 : 119) Collection Period atau Periode Pengumpulan Piutang adalah Rata-rata hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. Biasanya ditentukan dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan harian. Ada yang menggunakan piutang rata-rata yang dibagi dengan penjualan kredit. Hal ini dilakukan apabila piutang awal tahun sangat berbeda dengan piutang akhir tahun. 3) Perputaran Hutang Dagang a) Account Payble Turn Over Menurut Arief Sugiono (2009 : 75) Rasio ini menunjukkan Berapa kali hutang usaha dapat berputar dalam setahun. rasio ini seharusnya membandingkan pembelian kredit (tidak termasuk pembelian tunai) dengan hutang usaha. namun, dalam kondisi yang ada kita sering sulit mendapatkan informasi hanya mengenai pembelian kredit sehingga yang digunakan adalah HPP. Perhitungan ini menjadi bias karena nilai penjualan sudah termaksud profit yang diperoleh perusahaan sedangkan nilai persediaan yang dicatat dalam neraca ditetapkan atas dasar biaya. Harga Pokok Penjulan Account Payable Turn Over = Hutang Usaha b) Account Payable in Days Ratio ini menujukkan “berapa lama hutang usaha dilunasi oleh perusahaan”. Arief Sugiono (2009 : 76). 360 Account Payable Days = Account Payable Turn Over 21 c) Working Capital Turn Over Rasio ini menujukkan “kemampuan modal kerja yang berputar dalam suatu siklus kas (cash Cycle) dari perusahaan”. Arief Sugiono (2009 : 77). Penjualan Bersih Working Capital Turn Over = Aktiva Lancar – Hutang Lancar d) Total Asset Turn Over Ratio ini menunjukkan “kemampuan perusahan dalam mengelola seluruh aset atau investasi untuk menghasilkan penjualan”. Arief Sugiono (2009 : 77). Penjualan Bersih Asset Turn Over = Total Aktiva e) Net Fixed Asset Turn Over Ratio ini menunjukkan “kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva tetap bersih untuk menghasilkan penjualan”. Arief Sugiono (2009 : 78). Penjualan Bersih Net Fixed Asset Turn Over = Total Aktiva Tetap (net) d. Rasio Profitabilitas atau rasio Rentabilitas (Profitability Ratio) Rasio ini bertujuan untuk “mengukur efektivitas manajeman yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan 22 dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal”. Arief Sugiono (2009 : 78) 1) Gross Profit Margin Rasio ini menunjukkan “berapa besar keuntungan kotor yang diperoleh dari penjualan produk”. Arief Sugiono (2009 : 79). Laba Kotor Gross Profit Margin = Penjualan 2) Net Profit Margin atau Return on Sales (ROS) Rasio ini menunjukkan “berapa besar keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan.” Arief Sugiono (2009 : 79). Laba Bersih Net Profit Margin = Penjualan Bersih 3) Cash Flow Margin Cash Flow Margin adalah “persentase aliran kas dari hasil operasi terhadap penjualannya. cash flow margin mengukur kemampuan perusahaan untuk mengubah penjualan menjadi aliran kas”. Arief Sugiono (2009 : 80). Arus Kas Hasil Oprasi Cash Flow Margin = Penjualan Bersih 4) Return on Asset (ROA) atau Return On Investment (ROI) Rasio ini mengukur “tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada. atau rasio ini menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan. oleh karena itu, 23 sering pula rasio ini disebut Return on Investment”. Arief Sugiono (2009 : 80). Laba Bersih ROA = Total Aktiva 5) Return On Equity (ROE) Rasio ini mengukur “tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada. ROE merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani. rasio ini dapat disebut juga dengan istilah Rentabilitas Modal Sendiri” Arief Sugiono (2009 : 81). Laba Bersih ROE = Total Ekuitas 4. Rasio Keuangan yang Digunakan dalam Penelitian Menurut Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002 tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN, bahwa penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam kaitannya dengan tingkat kesehatan BUMN melitputi : a. Imbalan kepada pemegang saham/Return On Equity (ROE) Rumus: ROE : Laba setelah Pajak x 100 % Modal Sendiri Definisi : 1) Laba setelah Pajak adalah Laba setelah Pajak dikurangi dengan laba hasil penjualan dari : 24 a) b) c) d) Aktiva tetap Aktiva Non Produktif Aktiva Lain-lain Saham Penyertaan Langsung 2) Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen Modal sendiri yang digunakan untuk membiayai Aktiva Tetap dalam Pelaksanaan dan laba tahun berjalan. Dalam Modal sendiri tersebut di atas termasuk komponen kewajiban yang belum ditetapkan statusnya. 3) Aktiva Tetap dalam pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku Aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan. b. Imbalan Investasi/Return On Investment (ROI) Rumus : ROI : EBIT + Penyusutan x 100 % Capital Employed Definisi : 1) EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari : a) Aktiva Tetap b) Aktiva lain-lain c) Aktiva Non Produktif d) Saham penyertaan langsung 2) Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi 3) Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap dalam pelaksanaan. c. Rasio Kas/Cash Ratio Rumus: Cash Ratio = Kas + Bank + Surat Berharga Jangka pendek x 100 % Current Liabilities Definisi : 1) Kas, Bank dan surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masing-masing pada akhir tahun buku. 2) Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban Lancar pada akhir tahun buku. d. Rasio Lancar/Current Ratio Rumus : Current ratio : Current Asset x 100 % Current Liabillities 25 Definisi : 1) Current Asset adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun buku 2) Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir tahun buku . e. Collection Periods (CP) Rumus : CP = Total Piutang Usaha x 365 hari Total Pendapatan Usaha Definisi : 1) Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku. 2) Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama tahun buku. f. Perputaran Persediaan (PP) Rumus : PP = Total Persediaan x 365 Total Pendapatan Usaha Definisi : 1) Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang. 2) Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang bersangkutan. g. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO) Rumus : TATO = Total Pendapatan x 100 % Capital Employed Definisi : 1) Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan Non Usaha tidak termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap 2) Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan. h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA) Rumus: TMS terhadap TA : Total Modal Sendiri x 100% Total Asset 26 Definisi : 1) Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri pada akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya. 2) Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada poisisi akhir tahun buku yang bersangkutan. E. Privatisasi 1. Definisi Privatisasi Menurut Kepres RI No. 122 tahun 2001, Privatisasi adalah : Pengalihan atau penyerahan sebagian kontrol atas sebuah BUMN kepada swasta antar lain melalui cara penawaran umum, penjualan saham secara langsung kepada mitra strategis, penjualan saham perusahaan kepada karyawan, dan atau cara-cara lain yang di pandang tepat. Menurut UU No. 19 tahun 2003, Privatisasi adalah : Penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2005 privatisasi adalah : Penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. Secara teoritis akademis, definisi privatisasi bermacam-macam sesuai lingkungan dan “trend” program privatisasi itu sendiri. Peacock (1930) mendefinisikan bahwa privatisasi adalah pemindahan 27 kepemilikan industri ke pihak swasta. Menurut company Act (1980), privatisasi adalah penjualan yang berkelanjutan sekurang-kurangnya sebesar 50% dari saham milik pemerintah ke swasta. Sedangkan Kay and Thomson (1970) mendefinisikan privatisasi adalah perubahan hubungan antara pemerintah dan swasta. Secara umum dapat di simpulkan bahwa privatisasi adalah suatu metode perubahan kepemilikan perusahaan atau aset negara menjadi milik swasta. Lengkapnya privatisasi adalah kebijakan strategis pemerintah dalam mengalihkan kepemilikan perusahaan atau aset negara ke Pihak swasta melalui berbagai cara yang paling menguntungkan, efektif, efisien, sesuai kondisi dan karakteristik perusahaan tersebut bagi negara. (Tito Sulistio : 2006). 2. Tujuan Privatisasi Privatisasi ditujukan untuk meningkatkan efisiensi suatu BUMN dengan memasukkan dalam market condition yang selanjutnya memberi keuntungan bagi pemilik, pelanggan dan karyawannya (Moore, 1983) dan Shaoul (1997) menambahkan bahwa privatisasi dapat dilaksanakan karena berbagai tujuan seperti memacu pendapatan perusahaan, mengurangi hutang, memperoleh dana dari pasar modal, mengurangi peran pemerintah dalam suatu industri dan meningkatkan sebaran pemegang saham. Menurut UU No. 19 Tahun 2003 tujuan dilakukannya privatisasi adalah “dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai 28 perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat”. Maka secara garis besar maksud dan tujuan dilakukannya privatisasi adalah untuk menigkatkan profitabilitas perusahaan, meningkatkan efisiensi opriasional, dan meningkatkan outputnya. 3. Metode-metode Privatisasi Menurut Tito Sulistio dalam bukunya Mencari Ekonomi Propasar (2006: 41) Berdasarkan aset yang dijual ada beberapa mekanisme atau metode privatisasi yang umum dilakukan. a. Penjualan saham. Dalam hal ini pemilikan publik hanya akan dibawah mayoritas (<50%): 1) Melalui bursa efek, dengan suatu penawaran umum (IPO). Metode ini paling tidak menimbulkan kontroversi, tetapi mewajibkan BUMN mempunyai kesiapan legal dan adminisrtatip. 2) Penjualan langsung kepada pihak strategis. Pemeritah sebagai pemegang saham dapat saja menunjuk langsung atau melalui suatu lelang atau ‘trade sales’ atau competitive bidding. Pengertian strategis dapat berarti dana, teknologi atau pun pasar. Semua tergantung dari karakteristik industri dari perseroan yang akan dijual. Pemerintah dapat saja selalu menginginkan asing, walaupun demikian situasi prioritas lokal justru yang paling logis untuk dipertimbangkan. 3) Penjualan kepada pengelola dan pegawai. Dikenal dengan Management or employee buy out, biasanya merupakan bagian dari program strategis privatisasi untuk mengurangi penolakan dari dalam. 4) Kupon atau voucher kepada masyarakat. Secara teknis ini memang paling ‘complicated’. Tapi metode ini benarbenar memperlihatkan keberpihakan, melakukan pemerataan pendapatan melalui pemilikan. b. Penjualan perusahaan. Dalam hal ini kontrol dari BUMN secara langsung dilepaskan kepada pembeli, karena yang dijual adalah perusahaan, dalam arti lebih dari 50% atau bahkan semuanya. Jika pemerintah ingin menjual langsung 100% mungkin pasar modal sulit secara teknis 29 menerimanya. Karenanya harus dilepas kepada investor strategis, bisa penunjukkan langsung, trade sales atau competitive bidding, atau jual kepada manajemen (management buy out), kembali semua tergantung karakteristik perseroan. c. Aset atau harta, kemungkinan suatu BUMN demikian tidak sehatnya sehingga secara akunting tidak mungkin dijual. Atau ‘hidden asset’ yang dimiliki jauh lebih berharga dari nilai perusahaan. 4. Manfaat Privatisasi Terhadap Kinerja Keuangan Menurut Purwoko (2002) privatisasi dapat mendatangkan manfaat bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia “apabila setelah privatisasi BUMN mampu bertahan hidup dan berkembang di masa depan, mampu menghasilkan keuntungan, dapat memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi serta masyarakat yang ada disekitarnya”. Dengan demikian, privatisasi BUMN diharapkan a. Mampu meningkatkan kinerja BUMN, b. Mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance dalam pengelolaan BUMN, c. Mampu meningkatkan akses ke pasar internasional, d. Terjadinya transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, e. Terjadinya perubahan budaya kerja, serta f. mampu menutup defisit APBN.