BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi lemak. Lemak memang dibutuhkan bagi tubuh karena mempunyai berbagai fungsi, namun konsumsi lemak yang berlebih akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, diantaranya adalah penyakit jantung koroner. Menurut laporan Riskesdas (2007) prevalensi penyakit jantung secara nasional adalah 7,2% dengan 16 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Menurut WHO (2012) pada tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 80% kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diperkirakan pada tahun 2030 hampir 23.6 juta orang akan meninggal karena penyakit kardiovaskuler. Tahap awal terjadinya penyakit jantung koroner adalah hiperlipidemia. Hiperlipidemia mengakibatkan adanya lemak infiltrasi yang berlebihan dalam intima arteri sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis (Connor et al.,1987). Hiperlipidemia adalah tingginya kadar lipid plasma (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) (Latimer, 2011). Salah satu efek negatif yang ditimbulkan dari kondisi hiperlipidemia adalah meningkatnya peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh (Muliasari, 2009 cit Fachrurrozi, 2011) Peroksidasi lipid adalah reaksi yang terjadi antara radikal bebas dengan asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid, PUFA) yang terdapat pada membran sel dan LDL. Asam lemak tak jenuh ganda 1 2 yang mengalami peroksidasi membentuk produk yang bersifat toksik bagi tubuh yaitu Malondialdehid (MDA) (Halliwel dan Gutteridge 1999 cit Fachrurrozi, 2011). Asam lemak tak jenuh ganda yang membentuk produk MDA tersebut juga dapat bereaksi dengan protein tubuh dan menyebabkan pembentukkan senyawa yang bersifat karsinogen (Halliwel dan Gutteridge, 2000 cit Sunarsih et al., 2007). Tingginya mempersempit kadar MDA pembuluh di darah, dalam tubuh menimbulkan kemungkinan akan atheroskhlerosis, dan memicu penyakit jantung koroner (Braunwald, 2005 cit Sunarsih et al., 2007). Pengukuran kadar MDA dalam plasma pada aterosklerosis tingkat lanjut menunjukkan adanya peningkatan secara signifikan (Pezeshkian, 2001; Kametzu, 2003; Reilly, 1998; Mogadam, 2008 cit Sargowo et al., 2012). Pembentukan aterosklerosis atau aterogenesis terjadi melalui 4 tahap yaitu tahap pembentukan sel busa, fatty sreak, plak ateroma dan rupture. Aterogenesis diawali dengan penimbunan lipid kolesterol dalam sel busa di sub intima dinding pembuluh darah dari LDL-C plasma pada kondisi stress oksidasi. Tingkat stress oksidasi dapat ditunjukkan oleh tingginya kadar MDA (Sargowo et al., 2012). Agar dapat mencegah terjadinya penyakit jantung koroner maka dilakukan pencegahan terjadinya peroksidasi lipid. Pencegahan peroksidasi lipid dapat dilakukan dengan memberi antioksidan. Para ahli saat ini sedang menggencarkan konsep yang disebut “food as medicine.” Konsep tersebut merupakan sebuah cara untuk mengoptimalkan pangan fungsional untuk membantu mengatasi penyakit. Salah satu bahan pangan fungsional berbahan lokal adalah ubi jalar ungu. Ubi jalar mengandung antioksidan seperti asam phenolat, antosianin, dan 3 tokoferol yang dapat mencegah timbulnya beberapa penyakit (Woolfe, 1993). Pemanfaatan ubi jalar ungu masih belum berimbang jika dibandingkan dengan banyaknya manfaat yang terkandung dalam ubi jalar ungu. Hal ini terjadi karena masyarakat masih menganggap bahwa ubi merupakan makanan “kelas bawah”. Oleh karena itu, perlu dilakukan penganekaragaman makanan untuk meningkatkan nilai guna ubi sehingga khasiat ubi dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai diet alternatif. Salah satu bentuk inovasi pengolahan makanan alternatif dari ubi jalar ungu adalah yoghurt. Hasil penelitian Retnati (2009) menunjukkan bahwa proses fermentasi pada pembuatan yoghurt dapat meningkatkan aktivitas antioksidan sehingga berpotensi mengurangi kadar lipid dalam darah. Penelitian tersebut membuktikan bahwa sekelompok antioksidan yang tersimpan dalam yoghurt karena adanya penambahan ekstrak ubi jalar dapat menghalangi laju perusakan sel oleh radikal bebas. Yoghurt ubi jalar ungu (YUJU) adalah yoghurt berbahan dasar ubi jalar ungu yang merupakan salah satu pengembangan produk ubi jalar ungu yang diharapkan dapat mencegah tingginya kadar MDA dalam serum darah. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pemberian YUJU dapat menurunkan kadar MDA pada serum tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak? 4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian YUJU terhadap kadar MDA serum tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan kadar MDA serum tikus Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak setelah diberi YUJU. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memperkenalkan pada masyarakat pangan alternatif untuk kesehatan yang berasal dari pangan lokal berupa ubi jalar ungu. 2. Bagi Universitas Gadjah Mada Memperkaya hasil karya penelitian yang berpotensi dalam pengabdian masyarakat, serta mengangkat kearifan lokal sebagai alternatif solusi masalah kesehatan dalam rangka mendukung misi UGM sebagai universitas berbasis riset berskala internasional (World Class Research University). 3. Bagi Peneliti Dapat menjadi referensi penelitian lebih lanjut melalui perbaikan metode serta dapat meningkatkan nilai ekonomis dan daya terima ubi jalar ungu. 5 E. Keaslian Penelitian 1. Jawi et al. (2007), dengan judul penelitian Efek Antioksidan Ekstrak Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoiea batatas L) terhadap Hati setelah Aktivitas Fisik Maksimal dengan Melihat Kadar AST dan ALT Darah pada Mencit. Penelitian ini menggunakan 40 ekor mencit jantan dewasa jenis Balb/C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak umbi ubi jalar ungu baik yang belum diolah maupun yang sudah dapat mengurangi pengaruh radikal bebas terhadap jaringan hati mencit, hal ini terlihat dari menurunnya AST dan ALT dibandingkan tanpa pemberian ekstrak. 2. Jawi et al. (2008), dengan judul penelitian Ubi Jalar Ungu Menurunkan Kadar MDA dalam Darah dan Hati Mencit setelah Aktivitas Fisik Maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kenaikan kadar MDA pada darah dan hati secara signifikan pada kelompok yang diberi ekstrak dan sirup ubi jalar serta kelompok yang tidak diberi ekstrak/sirup ubi jalar ungu setelah diberi aktivitas fisik. Namun, rata-rata kadar MDA darah dan hati pada kelompok mencit yang diberi ekstrak dan sirup ubi jalar ungu lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi ekstrak/sirup ubi jalar ungu. Selain itu pemberian ubi jalar ungu dapat mencegah kerusakan sel akibat stress oksidatif setelah aktivitas berat. 3. Chen et al. (2011), dengan judul penelitian Effect of Purple Sweet Potato on Lipid Metabolism and Oxidative Stress in Hyperlipidemic Rats. Hasil 6 penelitian menunjukkan bahwa ubi jalar ungu dapat menurunkan lipid serum dan mengurangi stres oksidatif hati pada tikus hiperlipidemia 4. Jawi et al. (2011), dengan judul penelitian Ekstrak Air Umbi Ubi jalar Ungu Menurunkan Total Kolesterol serta Meningkatkan Total Antioksidan Darah Kelinci. Hasil penelitian ini adalah ekstrak air umbi ubi jalar ungu dapat mencegah perubahan profil lipid dan mencegah kenaikan MDA, meningkatkan total antioksidan, menurunkan kolesterol total darah serta aman untuk hati pada kelinci dengan makanan tinggi kolesterol. 5. Kim et al. (2012), dengan judul penelitian Protective Effects of Purple Sweet Potato Added to Bacillus subtilis-Fermented Soymilk Against Amyloid beta-Induced Memory Impairment. Hasil dari penelitian ini adalah pada kelompok perlakuan susu kedelai terfermentasi dengan tambahan ekstrak ubi jalar ungu secara signifikan dapat menghambat terjadinya peroksidasi lipid pada mencit yang diinduksi dengan Aβ25-35. Kelompok kontrol secara signifikan kadar MDA pada otak, hati, dan ginjal mencit lebih tinggi dibandingkan kelompok normal. Pada kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar MDA secara signifikan tergantung dengan dosis oral.