hasil dan pembahasan

advertisement
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian tentang identifikasi
bakteri dan cacing parasitik pada insang dan saluran pencernaan ikan patin
(Pangasius sp.) dengan menggunakan sepuluh sampel ikan patin, jenis–jenis
bakteri dan cacing parasitik yang ditemukan adalah :
Tabel 1 Hasil Identifikasi Cacing Parasitik dan Bakteri pada Ikan Patin
Ikan
1
Cacing (Jumlah)
Insang
Dactylogyrus sp. (19)
Pseudodactylogyrus sp. (8)
Dactylogyrus sp. (24)
Pseudodactylogyrus sp. (32)
Bakteri
Saluran
Pencernaan
-
Insang
Aeromonas sp.
Saluran Pencernaan
Aeromonas sp.
Escherichia coli
Aeromonas sp.
Staphylococcus
epidermidis
Aeromonas sp.
-
Staphylococcus epidermidis
Dactylogyrus sp. (9)
Pseudodactylogyrus sp. (12)
Dactylogyrus sp. (29)
Pseudodactylogyrus sp. (13)
-
Aeromonas sp.
-
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus
epidermidis
5
Dactylogyrus sp. (38)
Pseudodactylogyrus sp. (18)
-
Streptococcus sp.
6
Dactylogyrus sp. (9)
Pseudodactylogyrus sp. (11)
Dactylogyrus sp. (17)
Pseudodactylogyrus sp. (8)
Dactylogyrus sp.(9)
Pseudodactylogyrus sp. (5)
Dactylogyrus sp. (10)
Pseudodactylogyrus sp. (4)
Dactylogyrus sp. (15)
Pseudodactylogyrus sp. (16)
-
Streptococcus sp.
Staphylococcus
epidermidis
Aeromonas sp.
Aeromonas sp.
-
Aeromonas sp.
Bacillus sp.
Aeromonas sp.
Vibrio cholerae
Aeromonas sp.
Edwardsiella tarda
Aeromonas sp.
2
3
4
7
8
9
10
-
Aeromonas sp.
Streptococcus sp.
Edwardsiella tarda
Escherichia coli
Bakteri Pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin
Edwardsiella tarda
Gambar 17 Pewarnaan Gram Edwardsiella Tarda pada Insang Ikan Patin.
27
Koloni bakteri yang tumbuh terpisah diamati kemudian diisolasi dan
dilakukan serangkaian uji dan pengamatan sesuai dengan karakter Edwardsiella
tarda yang merujuk pada Jang et al. (1976) dan Cowan & Steel (1990). Menurut
Ismail et al. (2005) karakter definitif dari E. tarda adalah terbentuknya H2S dan
indol positif selain karakater umumnya yang merupakan bakteri Gram negatif,
aerob, negatif oksidase dan VP (Voges Proskauer).
Edwardsiella tarda ditemukan di insang dan saluran pencernaan ikan
patin. Namun menurut Carter & Wise (2004) E. tarda biasa ditemukan pada
traktus intestin hewan dan manusia serta air kolam. Keberadaan bakteri ini di
insang kemungkinan berhubungan dengan habitatnya di air kolam yang sangat
memberikan peluang bagi E. tarda hidup di insang yang merupakan salah satu
organ yang memiliki kontak besar dengan air.
Edwardsiellosis/emphisemathous putrevactive disease of catfish (EPDC)
atau Edwardsiella septicaemia (ES) merupakan penyakit akibat infeksi
Edwarsiella tarda pada ikan patin (Post 1987). Gejala klinis yang ditimbulkan
oleh infeksi E. tarda pada tahap infeksi ringan hanya berupa luka–luka kecil di
bagian kulit namun infeksi lebih lanjut menyebabkan luka bernanah pada otot dan
lambung. Pada kasus akut luka bertambah besar dalam waktu cepat, berisi gas
(H2S), berbentuk cembung dan menyebar ke seluruh tubuh. Gejala khas pada ikan
patin ialah perdarahan pada organ viseral (Austin 1999). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan Andriyanto et al. (2009), ikan patin yang dinfeksi
E. tarda menunjukkan gejala klinis berupa luka (ulser) dari muskular sampai
pedunkel, perdarahan pada sirip dan anus, perut membesar, organ interna bengkak
dan pucat serta ulser yang terjadi menimbulkan bau.
Edwardsiella tarda merupakan bakteri yang bersifat zoonotik. Infeksi E.
tarda pada manusia dapat menyebabkan gastroenteritis, diare, peritonitis dengan
sepsis dan selulitis serta pada infeksi ekstra intestinal dapat menyebabkan
penyakit menyerupai tifus (Woo & Bruno 1999).
Tindakan utama untuk menghindari infeksi oleh E. tarda ialah dengan
memberikan pakan yang kaya akan nutrisi pada ikan sehingga ikan dapat
mempertahankan imunitas tubuhnya dalam keadaan baik. E. tarda merupakan
polusi lingkungan sehingga perlu tindakan perbaikan kualitas air kolam
28
pemeliharaan ikan. Jika infeksi berlanjut dapat dilakukan pengobatan dengan
menggunakan terramycin, oxytetracyclin dan sulfonamid (Bullock & Herman
1985).
Aeromonas sp.
Gambar 18 Pewarnaan Gram Aeromonas sp. pada Saluran Pencernaan Ikan
Patin.
Hasil koloni yang tumbuh terpisah diamati dan diisolasi serta dilakukan
serangkaian uji sesuai dengan karakter Aeromonas sp. yang merujuk pada Jang et
al. (1976) dan Cowan & Steel (1990). Bakteri Aeromonas diklasifikasikan ke
dalam filum Protophyta, kelas Schizomycetes, ordo Pseudanonadeles, famili
Vibrionaceae, genus Aeromonas dan spesies Aeromonas sp. (Holt et al. 1998).
Aeromonas sp. ditemukan di insang dan saluran pencernaan ikan patin.
Menurut Songer dan Post (2005) Aeromonas sp. dapat ditemukan di air, tanah dan
feses. Namun secara lebih spesifik Noga (1996) menjelaskan bahwa bakteri ini
banyak terdapat di air tawar yang mengandung banyak bahan organik dengan
kadar salinitas rendah. Selain itu Aeromonas sp. dapat ditemukan di permukaan
tubuh dan organ dalam ikan. Hal ini menguatkan pernyataan Songer dan Post
pada tahun 2005 bahwa Aeromonas sp. dapat menyebabkan infeksi dengan tingkat
mortalitas yang tinggi pada satwa aquatik.
Aeromonas hydrophila merupakan salah satu spesies dari genus
Aeromonas yang menyebabkan penyakit motile aeromonad septicaemia/motile
aeromonad infection/hemorrhagic septicemia (Camus et al. 1998). Pada ikan
patin infeksi terdiri dari tiga kategori yaitu infeksi dengan gejala klinis eksternal,
29
infeksi dengan gejala klinis dan manifestasi lesio pada kulit dan otot di daerah
bawah kulit dan infeksi laten septicaemia tanpa gejala klinis eksternal, melainkan
internal berupa oedema, hemoragi dan nekrosis (Woo 2006). Muslim dan
Widjayanti (2009) menyatakan bahwa ikan patin yang diinfeksi dengan A.
hydrophila menampakkan gejala klinis berupa pergerakan ikan lambat, produksi
mukus yang berlebihan, mata cekung, insang pucat, perut kembung, terdapat
bintik–bintik merah pada seluruh permukaan tubuh, mulut kemerahan, ekor
geripis dan bila dibedah terdapat cairan berwarna kuning kehitaman.
Aeromonas sp. juga dapat menginfeksi beberapa jenis vertebrata termasuk
katak, kura-kura dan manusia. Berdasarkan laporan yang tercatat, infeksi
Aeromonas sp. pada manusia dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal dan
infeksi yang bersifat sistemik (Noga 1996). Beberapa strain dari A. hydrophila
dapat menyebabkan kasus enteropathogenic, khususnya pada anak – anak, orang
tua dan penderita immunocompromised (rusaknya imun akibat infeksi patogen)
(Trower et al. 2000).
Tindakan utama untuk menghindari infeksi oleh Aeromonas sp. ialah
dengan memberikan pakan yang kaya akan nutrisi pada ikan sehingga ikan dapat
mempertahankan imunitas tubuhnya dalam keadaan baik. Koreksi terhadap
kualitas lingkungan seperti kualitas air sehingga dapat mengurangi tingkat stres
ikan. Vaksinasi dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan infeksi. Vaksinasi
pada induk dapat memberikan kekebalan terhadap anak dalam waktu 3 minggu
(maternal antibody) (Lusiastuti & Hadie 2010). Infeksi yang bersifat akut dengan
mortalitas tinggi dan nafsu makan yang rendah dapat diatasi dengan pemberian
antibiotik seperti tetracyclin, chloramphenicol, florfenicol, derivat nitrofuran dan
asam pyridonecarboxylic (Woo & Bruno 1998).
30
Vibrio cholerae
Gambar 19 Pewarnaan Gram Vibrio cholerae pada Insang Ikan Patin
Vibrio cholerae merupakan agen dari penyakit cholera pada manusia.
Transmisi dari bakteri ini melalui air yang terkontaminasi feses. Dulu V. cholerae
hanya mampu hidup di dalam tubuh dan feses manusia namun sekarang V.
cholerae telah hidup bebas di alam dan memiliki reservoar alamiah. V. cholerae
juga dapat diisolasi dari udang, kerang, remis, dan kepiting (Lesmana 2004).
V. cholerae memiliki kapsul polisakarida, lipopolisakarida, pili dan
menghasilkan toksin. Toksin yang dihasilkan oleh V. cholerae mirip dengan
toksin yang dihasilkan oleh Escherichia coli. Toksin ini memiliki dua subunit,
yaitu subunit A dan B. Subunit B merupakan media untuk masuknya subunit A
yang dapat mengaktifkan adenylat cyclate cellular, sehingga terjadi akumulasi
cAMP dan hipersekresi dari elektrolit dan cairan (Post & Songer 2005).
V. cholerae bukan merupakan bakteri patogen yang umum ditemukan
pada ikan patin. Menurut Noga (1996) hanya ada satu laporan dari negara Jepang
tentang infeksi V. cholerae pada ikan. Keberadaan bakteri ini pada sampel ikan
patin yang diteliti kemungkinan berhubungan dengan air yang terkontaminasi oleh
bakteri V. cholerae. Spesies Vibrio yang bersifat patogen pada ikan diantara
Vibrio anguillarum, V. ordalii, V. damsela, V. carchariae, V. alginolyticus dan V.
vulnificus biogrup 2 (Mahardika & Zafran 2004).
31
Escherichia coli
Gambar 20 Pewarnaan Gram Escherichia coli pada Saluran Pencernaan
Ikan Patin
Menurut Songer dan Post (2005) E. coli merupakan bakteri Gram negatif
yang berukuran medium hingga panjang sekitar 0.4-0.7 µm dan 1-3 µm, tunggal
dan berpasangan. E. coli bersifat oksidasi negatif, motil dan katalase positif.
Hampir semua spesies E. coli mampu menghasilkan asam dan gas dari fermentasi
glukosa. E. coli merupakan flora normal pada saluran pencernaan sehingga dapat
diisolasi pada feses, selain itu dapat ditemukan di lingkungan seperti air dan
tanah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dimana E. coli ditemukan di saluran
pencernaan. Hampir semua strain E. coli bersifat low pathogenic tapi ada
beberapa strain dari E. coli bersifat high patogen dan bersifat opportunis infeksi
diantaranya Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC),
Enterohemorragic E. coli (EHEC), Enteroaggregative E. coli (EAEC),
Enteroinvasife E. coli (EIEC) dan Difuse Adhering E. coli (DAEC) (Bhunia
2008).
Bacilllus sp.
Gambar 21 Pewarnaan Gram Bacilllus sp. pada Insang Ikan Patin
32
Bacilllus sp. merupakan bakteri Gram positif yang berbentuk batang yang
berukuran medium hingga panjang. Bakteri ini dapat hidup secara aerob dan
anaerob fakultatif. Hampir semua spesies dari dari Bacilllus sp. bersifat katalase
positif dan motil. Ciri khas dari Bacilllus sp. ialah memiliki spora yang terlihat
jelas dengan menggunakan pewarnaan Gram. Bacilllus sp. hidup di lingkungan
seperti di tanah (Songer & Post 2005). Selama dilakukan penelitian Bacilllus sp.
ditemukan di insang dari ikan, hal ini mungkin berhubungan dengan kontaminasi
air oleh tanah sekitar yang tercemar Bacilllus sp.
Bacilllus sp. memiliki lebih dari 40 jenis spesies, tetapi hanya beberapa
diantaranya yang bersifat patogen. Beberapa spesies yang bersifat patogen
diantaranya Bacillus cereus dapat menyebabkan gangrenous mastitis pada sapi
dan terkadang menyebabkan aborsi pada sapi, domba dan kuda. Bacillus
licheniformis dapat menyebabkan aborsi pada sapi. Spesies yang paling bersifat
patogen adalah B. anthracis yang dapat menyebabkan penyakit anthrax yang
paling sering menyerang domestic dan wild ruminan serta kuda (Songer & Post
2005).
Streptococcus sp.
Gambar 22 Pewarnaan Gram Streptocoocus sp. pada Insang Ikan Patin
Streptococcus sp. merupakan bakteri Gram positif. Pada pewarnaan gram
bakteri ini memperlihatkan warna ungu dengan bentuk coccus (bulat) berantai.
Pada uji katalase Streptococcus sp. memperlihatkan hasil negatif yaitu dengan
tidak terbentuknya gelembung gas di sekitar koloni yang ditetesi dengan pereaksi
33
H2O2 3%. Hal ini mengindikasikan bahwa Streptococcus sp. tidak menghasilkan
enzim katalase sehingga tidak ada reaksi yang terjadi (Lay 1994).
Streptococcus sp. merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk bulat
memiliki sifat fakultatif anaerob, katalase positif, tidak berspora dan tidak motil.
Habitat dari Streptococcus sp. tergantung jenis dari bakterinya, selain itu bakteri
ini banyak di lingkungan sehingga dapat mengkontaminasi air dan tanah.
Streptococcus sp. yang bersifat patogen pada hewan dibagi kedalam grup A, B, C,
D, E, G, L dan V. Selain dibagi kedalam beberapa grup seperti yang dijelaskan
sebelumnya, Streptococcus sp. juga dibagi ke dalam dua grup yaitu β-hemolytic
Streptococcus (S. pyogen, S. agalctiae, S. canis, S. porcinus dan lain – lain) dan
non β-hemolytic Streptococcus (S. pneumoniae, S. equinus, S. suis dan S. uberis)
(Songer & Post 2005).
S. agalactiae merupakan spesies yang bersifat patogen pada ikan air tawar,
namun kasusnya jarang terjadi pada ikan patin tetapi sering ditemukan pada ikan
nila dengan gejala klinis berupa exophtalmia, meningoencepalitis, vakuolisasi dan
nekrosis sel – sel hati serta nekrosis dan kongesti limpa (Lusiastuti 2010).
Staphylococcus epidrmidis
Gambar 23 Pewarnaan Gram Staphylococcus sp. Pada Insang Ikan Patin
Bakteri Gram positif yang berbentuk bulat dapat dibagi kedalam dua grup
yaitu grup katalase positif yang merupakan famili Micrococcaceaea (genus
Micrococcus, Staphylococcus dan Rothia). Selanjutnya grup katalase negatif
terdiri
dari
genus
Streptococcus,
Enterococcus,
Gemella,
Globicatella,
Helcococcus dan Vagococcus. Staphylococcus merupakan bakteri yang sering
34
ditemukan pada spesimen klinik hewan. Beberapa spesies Staphylococcus yang
penting di dunia kedokteran hewan adalah S. aureus, S. epidermidis, S. warneri, S.
saprophyticus, S. kloosii, S. intermedius, S. hycus dan lain – lain (Songer & Post
2005).
S. epidermidis tidak bersifat patogen pada ikan patin. Namun menurut
Baehaki (2005) ada strain S. epidermidis yang menghasilkan protease yang
bersifat toxic tetapi belum diketahui dapat menginfeksi ikan patin atau tidak.
Selain itu Sutrisno dan Purwandari (2004) menginjeksikan Staphylococcus sp.
secara intraperitoneal pada ikan nila menunjukkan gejala klinis berupa abdomen
membesar, berisi cairan, insang pucat, ekor nekrosis, dorsal erosi, lesu, berenang
di permukaan dan pada posisi lateral tubuh. Injeksi buatan dari Staphylococcus sp.
ini menyebabkan kematian pada 80% sampel.
Cacing Parasitik pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin
Dactylogyrus sp.
Gambar 24 Cacing Dactylogyrus sp
Keterangan gambar : 1. Kepala; 2. Badan; 3. Ekor; a. Organ Kepala; b.
Mata; c. Pharynx; d. Ovarium; e. Dorsal Anchor; f. Dorsal Bar; g.
Marginal Hook
35
Dactylogyrus sp. memiliki panjang tubuh 0.7 mm, lebar tubuh 0.18 mm
dan 2 buah spot mata yang terlihat. Menurut Noga (1996) Dactylogyrus sp
memiliki panjang tubuh rata – rata 0.3 – 2 mm. Menurut Bychowsky (1961)
Dactylogyrus sp. dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 2-5 mm untuk spesies
yang berukuran sedang dan >5 mm untuk spesies yang berukuran besar.
Dactylogyrus sp. memiliki 2 pasang kait besar pada bagian posteriodorsal (dorsal
anchor) yang dihubungkan oleh dorsal bar. Pada bagian pinggir dari dorsal anchor
terdapat 14 kait kecil (marginal hook) yang memilki ukuran yang bervariasi.
Selanjutnya Bychowsky (1961) menjelaskan bahwa Dactylogyrus sp. merupakan
parasit yang bersifat hermaprodit yang memiliki ovarium dan testis sekaligus.
Sesuai dengan Gambar 24 terlihat bentuk organ ovarium namun organ testis tidak
terlalu jelas.
Dari sepuluh sampel yang digunakan, semuanya menunjukkan hasil positif
terhadap keberadaan
Dactylogyrus sp. pada organ insang. Dactylogyrus sp.
termasuk ke dalam jenis ektoparasit yang hidup di insang ikan. Parasit ini bersifat
patogen bagi ikan–ikan air tawar (Abdullah 2009).
Dactylogyrus sp. dewasa melepaskan telur ke lingkungan. Telur akan
berkembang menjadi oncomirasidia yang dilengkapi dengan kait–kait halus
sehingga oncomirasidia dapat melekat pada bagian tubuh ikan terutama insang.
Oncomirasidia tumbuh dewasa di tubuh inang dan kembali menghasilkan telur
(Noga 1996).
Infeksi Dactylogyrus sp. pada ikan menyebabkan meningkatnya sekresi
mucus, warna kulit menjadi gelap, epitel insang hiperplasia, insang pucat dan
hemoragi pada kulit. Keberadaan Dactylogyrus sp. dapat menyebabkan luka pada
kulit dan insang sehingga dapat mengundang datangnya bakteri dan menyebabkan
infeksi sekunder. Tingkat mortalitas akibat infeksi Dactylogyrus sp. bergantung
pada jumlah populasi dan imunitas dari inang. Semakin banyak jumlah populasi
dan semakin rendah imunitas maka tingkat mortalitas akan semakin meningkat,
begitu pula sebaliknya (Woo et al. 2002).
Tindakan utama yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi oleh
Dactylogyrus sp. adalah dengan perbaikan pakan dan kualitas lingkungan
sehingga tingkat stres menurun dan imunitas meningkat. Jika terjadi infeksi pada
36
ikan oleh Dactylogyrus sp. dapat diatasi dengan pemberian anthelmintik seperti
mebendazole dan praziquantel selain itu dapat juga menggunakan formalin atau
organophospat dan potasium permanganat (Woo 2006).
Pseudodactylogyrus sp.
Gambar 25 Cacing Pseudodactylogyrus sp.
Keterangan gambar : 1. Ventral Anchor; 2. Ventral Bar; 3. Mata; 4. Pharynx; 5.
Saluran Pencernaan; 6. Ovarium.
37
Pseudodactylogyrus sp. masih termasuk ke dalam famili Dactylogyrydae.
Parasit ini memiliki bentuk tubuh yang sangat mirip dengan Dactylogyrus sp.
tetapi Pseudodactylogyrus sp. memiliki haptor atau kait pada bagian
posterioventral tubuh yang terdiri dari 2 pasang ventral anchor yang dihubungkan
oleh ventral bar (Hoffman). Pseudodactylogyrus sp. memiliki marginal hook atau
kait kecil yang letaknya tidak beraturan. Parasit ini memiliki panjang tubuh
bervariasi sekitar 0.45-0.99 mm. Pseudodactylogyrus sp. merupakan parasit yang
bersifat hermaprodit sehingga memilki ovarium dan testis sekaligus di dalam
tubuhnya. Sesuai dengan Gambar 25, organ ovarium terlihat jelas namun organ
testis tidak terlalu jelas.
Pseudodactylogyrus bini dan P. angillae merupakan spesies yang sering
menyebabkan infeksi pada ikan air tawar. Infeksi menunjukkan gejala klinis
berupa hyperemi pada kulit dan insang, peningkatan sekresi mukus, dekstruksi
dari struktur insang, terkadang muncul hemoragi dan hyperplasia epitel insang
(Buchmann 1987).
Infeksi Pseudodactylogyrus sp. dapat dicegah dengan perbaikan
manajemen peternakan dan perbaikan kualitas pakan sehingga ternak terhindar
dari stres yang berimbas pada penurunan imunitas tubuh. Jika infeksi terjadi dapat
diobati dengan menggunakan potassium permanganate, sodium chloride, amonia
dan formaldehide. Pengobatan ini hanya berfungsi untuk menurunkan aktifitas
infeksi namun tidak dapat menghilangkan parasit secara total ((Buchmann 1987).
Download