BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Komunikasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi
massa
adalah
komunikasi
yang
dilakukan
dengan
menggunakan media massa pada sejumlah besar orang, bagi kebanyakan orang,
media massa pada umumnya dipandang sebagai sumber hiburan. Mereka
Menyaksikan televisi untuk melihat film seri yang digemarinya, atau menyaksikan
siaran langsung pertandingan sepak bola, atau menyaksikan penyanyi favorit
mereka juga mendengarkan radio untuk mendengarkan musik, atau membaca
koran untuk mengikuti perkembangan terakhir kasus pemerkosaan yang menimpa
sebuah keluarga.
1
Komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media
cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat.
Pengertian Komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan
media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak
dalam jumlah besar. Disamping itu, ada pula makna lain yang dianggap makna
asli dari kata massa, yakni suatu makna yang mengacu pada kolektivitas tanpa
bentuk, yang komponen-komponennya sulit dibedakan satu sama lain. Kamus
Bahasa Inggris ringkas memberikan definisi “massa” sebagai “suatu kumpulan
orang banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas”. Definisi ini hampir
1 Siti Mutmainah, op.cit.,Hal 8.3
menyerupai pengertian massa yang digunakan oleh para ahli sosiologi, khususnya
bila dipakai dalam kaitannya dengan khalayak media.
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Berbagai ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi massa dari
berbagai sudut pandang. Menurut Gebner, komunikasi massa adalah suatu
produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus
pesan yang continue serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri.
Definisi
Gebner
tergambar
bahwa
komunikasi
massa
itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk
tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus
menerus dalam jangka waktu tetap, misalnya harian, mingguan,
dwimingguan, atau bulanan.
Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan,
melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu,
sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat
industri.2
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi massa mempunyai beberapa karakteristik yang memiliki
manfaat bagi khalayak, diantaranya adalah :3
2 Elvinaro A, Siti K. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung : Simbiosa Rekatama Media,
2007.Hal 3
3 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
2003. Hal 81
1. Komunikasi
massa
bersifat
umum.
Komunikasi
massa
yang
disampaikan melalui media massa terbuka untuk semua orang.
2. Komunikasi massa bersifat heterogen. Massa dalam komunikasi massa
terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang
bertempat tinggal dalam kondisi yang berbeda, kebudayaan yang
beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai
pekerjaan yang beragam. Karena itu mereka berbeda dalam
kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan, dan
pengaruh.
3. Komunikasi
massa
menimbulkan
keserempakan.
Pesan
yang
disampaikan diterima dalam waktu yang bersamaan.
4. Hubungan komunikator dan komunikan bersifat non pribadi.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Dominick ( 2001 ) fungsi komunikasi massa bagi
masyarakat terdiri atas : 4
a.
Pengawasan (Surveillance )
Fungsi komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama pengawasan
peringatan
(warning or beware surveillance ) dan Pengawasan
Instrumental ( Instrumental surveillance ) . Pengawasan peringatan
terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai
ancaman topan, letusan gunung api, kondisi ekonomi yang mengalami
depresi, meningkatnya inflasi atau serangan militer. Pengawasan
4 Ibid.Hal 29
instrumental berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi
kehidupan sehari-hari.
b.
Interprestasi ( Interpretation )
Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga
informasi beserta interprestasi mengenai suatu peristiwa tertentu.
c.
Hubungan ( linkage )
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di
dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh
saluran perseorangan.
d.
Sosialisasi
Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai ( transmission of values )
yang mengacu kepada cara-cara di mana seseorang mengadopsi
perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok.
e.
Hiburan ( entertainment )
Bagi pembaca, rubrik-rubrik hiburan itu memang penting untuk
melepaskan saraf-saraf setelah berjam-jam membaca berita-berita berat,
yang terjadi baik di dalam negeri maupun diluar negeri.
2.1.4 Tujuan Komunikasi Massa
Media massa memiliki tujuan terhadap masyarakat luas sebagai
alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi
dengan bahasa ( surat, telepon, radio, dan televisi adalah media untuk
menyambung atau menyebarluaskan pesan yang menggunakan bahasa ).
Pesan yang terkandung dalam media massa mengandung daya untuk
mempengaruhi dan mendesakkan pendapat sehingga terjadinya perubahan
didalam masyarakat.5
2.1.5 Efek Komunikasi Massa
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media
massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena
itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis.
Efek komunikasi massa diklasifikasikan sebagai :6
a. Efek Kognitif
Berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang
semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung
menjadi merasa jelas.
b. Efek Afektif
Berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau
majalah, mendengarkan radio, Menyaksikan acara televisi, timbul
perasaan tertentu pada khalayak.
c. Efek Konatif
Bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung
menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku,
maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering disebut juga
efek behavioral.
2.1.6 Proses Komunikasi Massa
5 Subandy Ibrahim. Wanita Dan Media, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,1999. Hal .207
6 Onong Uchjana, Op.cit., Hal. 318
Dalam menyusun suatu strategi komunikasi untuk dioperasikan
dengan taktik-taktik komunikasi sebagai penjabaran, pertama-tama ia harus
menghayati proses komunikasi yang akan ia lancarkan. Komunikasi dalam
prosesnya berlangsung secara “berputar” ( circular ), tidak “melurus”
(linear). Ini berarti idenya sebagai ekspresi dari panduan dan peristiwa
yang kemudian berbentuk pesan, setelah sampai kepada komunikan, harus
diusahakan agar efek komunikasinya dalam bentuk tanggapan mengarus
menjadi umpan balik. Dengan kata lain perkataan komunikator harus tahu
efek atau akibat dari komunikasi yang dilancarkannya itu, apakah positif
sesuai dengan tujuan, apakah negatif. Jika setelah dievaluasi umpan balik
komunikasinya itu positif, maka pola komunikasi yang sama dapat
dipergunakan lagi untuk pesan lain yang harus dikomunikasikan, bila
ternyata negatif, pada gilirannya harus diteliti faktor-faktor penghambat
yang menyebabkan kegagalan komunikasinya itu.7
2.1.7 Teori S-O-R
Teori Stimulus Organisme Response atau S-O-R menjelaskan
bahwa efek merupakan reaksi terhadap stimuli ( rangsangan ) tertentu.
Efek yang di timbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus
sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian
antara pesan dan reaksi komunikan.8
7 Ibid, Hal 310.
8 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya. Bandung. 1994. Hal 55
S
Stimulus
O
Atensi
R
Interprestasi
Kognisi
Dari pendapat Jalaluddin Rakhmat, peneliti dapat di gambarkan
pada Teori Stimulus Organisme Response atau S-O-R. Dan juga peneliti
dapat menggabungkan pendapat / teori keduanya tersebut, dengan
mengartikan Stimulus sebagai tayangan film kartun Upin dan Ipin di
MNCTV, Organisme sebagai penerima yaitu orang yang menyaksikannya
dan Response yang menimbulkan persepsinya.
Kaitan antara teori ini dengan penelitian peneliti mengenai persepsi
orang tua terhadap tayangan film kartun Upin dan Ipin di MNCTV adalah
proses tersebut akan terjadi dimana ada aksi ( pemberitaannya ) dan reaksi
( penontonnya ). Dalam tayangan terdapat gambar-gambar dan aksi – aksi
tertentu yang akan merangsang penontonnya untuk merespon dengan cara
tertentu misalnya hasrat penonton ingin selalu mengikuti perkembangan
ceritanya.
Proses pengolahan pesan yang terjadi terhadap individu, yaitu :
a. Stimulus yang diberikan pada organisme dapat diterima atau dapat
ditolak, maka proses selanjutnya terhenti. Ini berarti bahwa stimulus
tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, maka tidak ada
perhatian (attention) dari organisme. Dalam hal ini stimulus adalah
efektif dan ada reaksi.
b. Langkah selanjutnya adalah jika stimulus telah mendapat perhatian
dari organisme, maka proses selanjutnya adalah mengerti terhadap
stimulus (correctly comprehended ). Kemampuan dari organisme
inilah dapat melanjutkan proses berikutnya.
c. Langkah selanjutnya adalah bahwa organisme dapat menerima secara
baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan untuk
perubahan sikap.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan
mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada
perhatian dari komunikan dan kemudian diteruskan pada proses berikutnya
dimana komunikan menjadi mengerti. Setelah komunikan mengolah dan
menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Prinsip Stimulus-Organisme-Response merupakan prinsip-prinsip
belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap suatu
stimuli tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau
memperkirakan suatu ikatan erat antar pesan-pesan media dan reaksi
audience.
Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada radio
dan rekaman auditif, audiens hanya mendengar, pada televisi dan film kita
hanya mendengar serta melihat, melalui panca indera kita dapat merespon
suatu pesan dimana pesan tersebut dapat kita persepsikan. Jadi dapat
dikatakan bahwa persepsi ini merupakan cara pandang seseorang terhadap
sesuatu atau informasi. Bisa saja dalam situasi yang sama, seseorang akan
memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain, hal ini bisa terjadi
karena serap orang akan melihat sesuatu hal dengan panca inderanya.
Namun setiap orang akan berbeda dalam mengikuti, mengatur dan
menginterprestasikan informasi yang masuk.
2.2 Televisi sebagai Media Massa
Karena seiring perkembangan teknologi yang cukup pesat, media televisi
menjadi sebuah media massa yang sangat besar manfaatnya, dimana kita dapat
menerima informasi dengan cepat dan dalam waktu yang bersamaan tidak
terbatasi ruang dan waktu.
Televisi menjadi salah satu media massa yang sangat berperan dalam pola
perilaku khalayak. Hal ini disebabkan karena fungsi dari televisi untuk
memberikan informasi, hiburan dan pendidikan kepada khalayak. Televisi sebagai
media massa dengan kelebihan yang dimiliki bersifat audio-visual, bersama media
cetak dan radio ( audiotif) merupakan tritunggal media massa, yang mempunyai
pengaruh dan dengan sendirinya akan membentuk kekuatan yang besar.9
2.2.1 Pengertian Televisi
Televisi sebagai media massa yang bersifat audio visual yang
merupakan sarana komunikasi massa dan bertujuan menyebarkan
informasi berita dan pesan kepada masyarakat atau khalayak luas. Media
televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat untuk
menyebarkan informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah
secara geografis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi
pesan media televisi kepada audiens, maka isi pesan itu juga akan
9 Onong Uchjana, Op.cit., Hal 72-73
diinterprestasikan secara berbeda-beda menurut visi audiens, serta dampak
yang ditimbulkan juga beraneka ragam.
Menurut Marshall Mc. Luhan “ Media televisi telah mampu
menggiring masyarakat pada corak berfikir seperti kaca spion “. Segala
sesuatunya dilihat sebagai realitas yang bukan sebenarnya.10 Sebagai
media massa yang muncul belakangan, radio baru berperan selama enam
puluh tahun dan televisi lahir setelah adanya beberapa penemuan
teknologi, telepon, telegraf, photografi (yang bergerak dan tidak bergerak).
Televisi yang pada mulanya lebih di pandang sebagai barang mainan.
Sesuatu yang baru daripada sebagai suatu penemuan serius atau sesuatu
yang memberikan sumbangan terhadap kehidupan sosial.11
2.2.2 Karakteristik Televisi
Televisi memiliki karakteristik. Adapun karakteristik media televisi
adalah:12
a. Media televisi adalah media audio visual
Media yang mengutamakan setiap gambar yang disajikan dipilih yang
mengandung unsur gerak.
b. Media televisi adalah media non rinci
10 Asep Saepul Muhtadi.Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
1999.Hal 98
11 Dennis Mc Quail. Teori Komunikasi Massa. PT. Gelora Aksara Pratama. 1996. Hal. 16
12 JB Wahyudi. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti,
1996. Hal . 23
Media tidak dapat menyajikan sisi peran secara rinci karena sifat
pesan/informasi televisi hanya lewat begitu saja. Itulah sebabnya
media televisi tidak menguasai waktu tetapi menguasai ruang, oleh
karena itu berita televisi di sajikan sangat ringkas tiap berita.
c. Media televisi memiliki ukuran radio layar 4-3
Gambar yang mengandung unsur gerak atau lebih menarik di tonton
dalam layar televisi relatif kecil ( ukuran 4-3 )
d. Media televisi adalah media transitory
Media televisi hanya meneruskan isi pesan, yang berarti isi pesan
hanya didengar atau di lihat sekilas, maka penyusunan naskah untuk
karya jurnalistik harus tepat, ringkas, jelas, sederhana, dan dapat
dipercaya.
e. Media televisi adalah media pandang dengar
Media televisi menyajikan informasi dalam bentuk audio visual secara
sinkron.
f. Media media televisi adalah media personal ( close up media )
Visual yang diliput sangat mengutamakan gambar-gambar close up
( jarak dekat ) karena ukuran layar televisi relatif kecil.
g. Media televisi adalah incorporate media
Media yang dapat untuk menyajikan media lain ( slide fotografik dan
lain-lain ).
2.2.3 Fungsi Televisi
Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan yang
sehat serta pengetahuan kepada audiensnya. Televisi pada pokoknya
mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan.
Sebagai fungsi penerangan televisi merupakan media yang mampu
memberikan informasi yang amat memuaskan. Pada fungsi pendidikan
televisi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menyiarkan acara
pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara
simultan. Dan sebagai fungsi hiburan pada umumnya tujuan utama
khalayak Menyaksikan televisi adalah untuk memperoleh hiburan,
selanjutnya untuk memperoleh informasi.13
2.2.4 Ciri dan Sifat Televisi
Televisi sebagai dalah satu media massa yang sangat berperan
dalam pola perilaku khalayak luas. Hal itu disebabkan karena fungsi
televisi untuk memberikan informasi, pendidikan dan hiburan kepada
masyarakat. Televisi merupakan sarana komunikasi massa dimana terjadi
komunikasi antara komunikator dan komunikan sebagai media komunikasi
massa. Televisi memiliki ciri dan sifat sebagai berikut :
a.
Informasi disampaikan kepada komunikan melalui proses
pemancaran atau transmisi.
b.
Isi pesan audiovisual. Artinya, dapat didengar dan dilihat secara
bersamaan pada waktu siaran.
13 Onong Uchjana, op.cit., Hal 24
c.
Sifatnya periodic, tidak dapat diulang.
d.
Sifatnya transitori
( hanya meneruskan ) pesan-pesan yang
diterima hanya bisa dilihat dan didengar secara sekilas.
e.
Serentak dan global.
f.
Meniadakan jarak dan waktu.
g.
Dapat menyajikan peristiwa atau pendapat yang sedang terjadi,
secara langsung atau orisinal.
h.
Bahasa yang digunakan formal dan informal ( bahasa tutur ).
i.
Kalimat singkat, padat, jelas, dan sederhana.
j. Tujuan akhir dari penyampaian pesan untuk menghibur, mendidik
control sosial.
2.3 Program Televisi
Kata program berasal dari bahasa Inggris programme atau program.
Program siaran acara televisi pada umumnya diproduksi oleh stasiun televisi yang
bersangkutan. Ada juga yang dibeli atau dipesan dari suatu production company
atau production house, bahkan acara ini dianggap lebih menguntungkan kedua
belah pihak. Stasiun televisi dapat memilih program yang menarik dan memiliki
nilai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi
dapat keuntungan dari produksinya.14
2.3.1 Jenis-jenis Program Televisi
14 Morissan. Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakarsa, hal 97.
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program
yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada
dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi
selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak
bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas
mungkin
untuk
menghasilkan
berbagai
program
yang
menarik.
Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar
berdasarkan jenisnya yaitu: 15
1)
Program informasi (berita)
Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu
berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang
harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan
kombinasi dari fakta, gosip dan opini.
2)
Program hiburan (entertainment).
Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu
musik, drama permainan (game show) dan pertunjukan.
2.3.2 Pengertian Genre
Istilah genre berasal dari bahasa perancis yang bermakna “bentuk”
atau “tipe”. Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau
klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama
(khas) seperti setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau
15 Ibid, hal 100.
peristiwa, periode, gaya, situasi, icon, mood, serta karakter. Genre sendiri
adalah sebuah kategori atau sebuah tipe ; genre dapat dibedakan dari yang
lainnya dengan melihat karakteristik-karakteristik style, teknik, atau isi
naratifnya.16
Tomaric mengatakan bahwa Genre tidak didirikan oleh film.
Genre merupakan sebuah aspek hiburan populer yang murni, diperkuat
dengan munculnya produk-produk budaya yang berlipat ganda dan
bermacam-macam dalam masyarakat luas. Sebuah genre dapat diartikan
sebagai sebuah kategori atau sebuah jenis cerita. Masing-masing genre
memiliki gaya dan struktur ceritanya sendiri. Walaupun terdapat beberapa
kategori utama mengenai genre tetapi film dapat terdiri dari penggabungan
antara 2 atau 3 dari jenis genre yang berbeda. Beberapa jenis genre yang
sudah dikenali adalah: kriminal, action, horor, roman, thriller, komedi,
drama, fantasi, western, dsb.
Definisi lain dari genre adalah sebagai sebuah bentuk yang telah
dikenal di mana teks selalu dikategorisasikan sesuai dengan atau apakah
teks tersebut cocok dengan paradigma genre. Misalnya, cerita fiksi tentang
detektif selalu menunjukkan adanya petunjuk, cerita roman pasti berakhir
dengan bahagia. Genre selalu didasarkan pada sebuah persetujuan yang
telah diketahui oleh pembuat film dan penontonnya. Pada dasarnya, genre
dibentuk dari peraturan-peraturan yang didasarkan pada konstruksi naratif
16 Himawan Pratista. Memahami Film, Jakarta : Homerian Pustaka. 2008. Hal 10
di mana pembuat film dan penonton telah mengetahuinya (Bordwell, D. &
Thompson, K ).
Menurut Newcomb Secara singkat, genre adalah sistem klasifikasi
atau pengelompokan. Dalam masa-masa belakangan ini, genre telah
selangkah lebih maju dalam hal pengklasifikasian, genre lebih fokus
terhadap isi. Satu hal yang lebih penting adalah bahwa genre dapat
didefinisikan melalui konvensi atau pengulangan dan pengharapan untuk
mendapatkan sebuah kualitas yang telah diperkirakan.
2.3.3 Jenis Genre dan Ciri-cirinya
Genre sebuah film dapat dilihat dari elemen-elemen yang ada di
dalamnya. Sebelum dapat mengklasifikasikan sebuah film, penting untuk
mengetahui jenis-jenis genre film dan ciri-cirinya. Terdapat begitu banyak
genre film, genre-genre besar ini terbagi menjadi 2 kelompok, yakni genre
induk primer dan genre induk sekunder. Genre induk primer merupakan
genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan
sinema era 1900-an hingga 1930-an. Bisa dikatakan bahwa setiap film
pasti mengandung setidaknya satu unsur genre induk primer. Berikut ini
adalah jenis-jenis genre induk primer, di antaranya:17
A. Aksi
Genre aksi adalah salah satu genre yang paling adaptif dengan
genre lainnya. Genre ini mampu berkombinasi dengan semua genre induk,
17 Ibid. Hal 13
seperti: petualangan, thriller, kriminal, fiksi-ilmiah, drama, komedi,
perang, fantasi, dan bencana.
B. Drama
Film drama bisa jadi merupakan genre yang paling banyak
diproduksi karena jangkauan ceritanya yang sangat luas. Film-film drama
umumnya berhubungan dengan tema-cerita, setting, karakter, serta suasana
yang memotret kehidupan nyata.
C. Epik Sejarah
Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah)
dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi
mitos, legenda atau kisah biblikal.
D. Fantasi
Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter
yang tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos,
negeri dongeng, imajiansi, halusinasi, serta alam mimpi. Film-film fantasi
berhubungan dengan pedang dan mantera gaib, naga, kuda terbang, karpet
terbang, dewa-dewi, penyihir, jin, serta peri.
E. Horor
Film horor memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut,
kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor
umumnya sedeerhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan
kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural
atau sisi gelap manusia.
F. Komedi
Komedi boleh jadi merupakan genre yang paling populer di antara
semua genre lainnya sejak era silam. Komedi adalah jenis film yang tujuan
utamanya adalah memancing tawa penontonnya.
G. Kriminal dan Gangster
Film-film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi
criminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian,
pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah
tanah yang bekerja di luar sistem hukum.
H. Musikal
Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur musik,
lagu, tari dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya
mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita.
Penggunaan musik dan lagu bersama liriknya biasanya mendukung
jalannya alur cerita. Cerita film-film musikal umumnya berkisah ringan
seperti percintaan, kesuksesan, serta popularitas. Sasaran film musikal
lebih ditujukan untuk penonton keluarga, remaja, dan anak-anak.
I. Petualang
Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau
ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah disentuh. Film-film
petualangan selalu menyajikan panorama alam eksotis sperti hutan rimba,
pegunungan, savana, gurun pasir, lautan, serta pulau terpencil.
J. Perang
Genre perang mengangkat tema kengerian serta teror yang
ditimbulkan oleh aksi perang. Film-film perang umumnya menampilkan
adegan pertempuran seru baik di darat, laut maupun udara. Film-film
perang biasanya memperlihatkan kegigihan, perjuangan, dan pengorbanan
para tentara dalam melawan musuh- musuh mereka.
K. Western
Western adalah sebuah genre orisinil milik Amerika. Tidak seperti
genre-genre sebelumnya western memiliki ciri karakter tema serta fisik
yang spesifik. Tema film western umumnya seputar konflik antara pihak
baik dan jahat. Setting sering kali menampilkan kota kecil, bar, padang
gersang, sungai, rel kereta api, pohon kaktus, ranch atau peternakan, serta
perkampungan suku Indian.
Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan populer yang
merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk primer. Genre
induk sekunder memiliki ciri-ciri karakter yang khusus dibandingkan
dengan genre induk primer. Berikut ini adalah genre-genre induk sekunder.
A. Bencana
Film-film bencana (disaster) berhubungan dengan tragedi atau
musibah baik skala besar maupun kecil yang mengancam jiwa banyak
manusia. Secara umum film bencana dibagi dalam 2 jenis, bencana alam
dan bencana buatan manusia.
B. Biografi
Biografi (sering diistilahkan biopic: biography picture) secara
umum merupakan pengembangan dari genre drama dan epik sejarah. Film
biografi menceritakan penggalan kisah nyata atau kisah hidup seorang
tokoh berpengaruh di masa lalu maupun kini.
C. Detektif
Genre detektif merupakan pengembangan dari genre kriminal dan
gangster dan lebih populer pada era klasik daripada kini. Inti cerita
umumnya berpusat pada sebuah kasus kriminal pelik yang belum
terselesaikan.
D. Film noir
Film noir (:noa) yang bermakna “gelap” atau “suram” merupakan
turunan dari genre kriminal dan gangster yang mulai populer pada awal
decade 1940-an hingga akhir 1950-an. Tema selalu berhubungan dengan
tindak kriminal seperti pembunuhan, pencurian, serta pemerasan.
E. Melodrama
Melodrama meruapakan pengembangan dari genre drama yang
juga sering diistilahkan opera sabun atau film “cengeng” (menguras air
mata). Melodrama menggunakan cerita yang mampu menggugah emosi
penontonnya secara mendalam dengan dukungan unsur “melodi” (ilustrasi
musik).
F. Olahraga
Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik
atket, pelatih, agen maupun ajang kompetisinya sendiri. Film olahraga
biasanya diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun sebuah
peristiwa olahraga besar.
G. Perjalanan
Seperti halnya western, genre perjalanan atau sering diistilahkan
road films merupakan genre khas milik Amerika yang sangat populer di
era klasik. Film perjalanan sering bersinggungan dengan genre aksi,
drama, serta petualangan. Genre ini biasanya mengisahkan perjalanan
darat (umumnya menggunakan mobil) jarak jauh dari satu tempat ke
tempat lain dengan atau tanpa tujuan tertentu.
H. Roman
Roman seperti halnya melodrama merupakan pengembangan dari
genre drama. Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta,
baik kisah percintaannya sendiri maupun pencarian cinta sebagai tujuan
utamanya.
I. Superhero
Superhero adalah sebuah genre fenomenal yang merupakan
perpaduan antara genre fiksi-ilmiah, aksi, serta fantasi. Film superhero
adalah kisah klasik perseteruan antara sisi baik dan sisi jahat, yakni kisah
kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat.
J. Supernatural
Film-film supernatural berhubungan dengan makhluk-makhluk
gaib seperti hantu, roh halus, keajaiban, serta kekuatan mental seperti
membaca pikiran, masa depan, masa lalu, telekinesis, dan lainnya.
K. Spionase
Spionase atau agen rahasia adalah satu genre populer kombinasi
antara genre aksi, petualangan, thriller, serta politik, dengan karakter
utama seorang mata-mata atau agen rahasia.
L. Thriller
Film thriller memiliki tujuan utama memberi rasa ketegangan,
penasaran, ketidakpastian, serta ketakutan pada penontonnya. Alur cerita
film thriller sering kali berbentuk aksi nonstop, penuh misteri, kejutan,
serta mampu mempertahankan intensitas ketegangan hingga klimaks
filmnya.
2.4 Film
Dewasa ini film banyak diproduksi sebagai hiburan umum dan film
banyak digunakan oleh berbagai lembaga. Film dapat digunakan sebagai alat
untuk pendidikan kepada para karyawan, untuk penerangan ke luar dan ke dalam,
untuk propaganda meningkatkan perdagangan, dan sebagainya. Dan disebabkan
sifatnya yang semi dapat dijadikan dokumentasi.18
Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan
hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita,
18 Onong Uchjana Effendy,Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti. 2003. Hal 210
peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat
umum. Kehadiran film sebagian besar merupakan respon terhadap “penemuan”
waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu
senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga.19
2.4.1 Pengertian Film
Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya
dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial
yang
terbentuk
dari
penggabungan
dua
indra,
penglihatan
dan
pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak
mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat
dimana film itu sendiri tumbuh. Film sendiri dapat juga berarti sebuah
industri, yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat
mengajak banyak orang terlibat. Film berbeda dengan cerita buku, atau
cerita sinetron.
Film adalah salah satu media komunikasi massa yang merupakan
suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah
laku. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar yang sifatnya audio visual dalam bentuk film.20
2.4.2 Fungsi film
19 Dennis McQuail. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. PT. Gelora Aksara Pratama.
Edisi Kedua. Hal 13
20 Onong Uchjana Effendy. Op.cit. hal 21
Seperti halnya televisi siaran, khalayak menonton film terutama
adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi sesungguhnya dalam film
dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.
Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun
1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan
sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka
nation and character building.
Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi
film-film sejarah yang objektif, atau film documenter dan film-film yang
diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.21
2.4.3 Jenis-jenis Film
Bagi seorang komunikator adalah penting untuk mengetahui jenisjenis film agar dapat memanfaatkan film tersebut sesuai dengan
karakteristiknya. Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film
berita, film dokumenter, dan film kartun.22
a. Film cerita ( Story Film )
Film cerita adalah jelas film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang
lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang
filmnya yang tenar.
b. Film berita ( Newsreel )
21 Sasa Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, 2004,.hal. 7.24
22 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti, 2003. Hal 210-216
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang
benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film ini disajikan
kepada publik harus mengandung nilai berita ( newsvalue ).
c. Film documenter ( Documentary film )
Film documenter didefinisikan sebagai karya ciptaan mengenai
kenyataan “ creative treatment of actuality “ ( Robert Flaherty ).
d. Film kartun ( Cartoon film )
Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun adalah dari para
seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan
gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang
mereka lukis. Film kartun ( cartoon film ) dibuat untuk konsumsi anakanak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar kita akan
tertawa karena kelucuan-kelucuan dari para tokoh pemainnya. Namun
juga ada film kartun yang membuat iba para penontonnya karena
penderitaan tokohnya.
2.5 Film Kartun
Film animasi/kartun merupakan sebuah film yang memanfaatkan suatu
gambar atau benda mati yang dapat digerakkan dengan teknik animasi. Subyek
dari gambar ataupun benda tersebut nampak hidup, seperti manusia, hewan,
tumbuhan, air, api, dan lain-lain.
Program kartun yang dimaksud adalah bagian dari program yang lebih
luas yang dinamakan animasi. Program animasi adalah suatu program yang
fotografis yang dibangun dengan cara merangkai frame by frame sehingga terlihat
seolah hidup. Sementara yang dirangkai itu dalam satu frame berada dalam
keadaan still atau gambar diam. Bila kemudian yang dirangkai itu bercerita
menggunakan karakter maka karakter yang biasanya bersifat khayal itu
digolongkan sebagai program kartun.23
Program kartun adalah program yang ditemukan pada awal sejarah film
ketika belum dikenal bioskop dan pemancar televisi. Kemudian ketika komputer
berkembang maka program kartun menjadi lebih dikenal. Ikon di layar komputer
kerap dianimasikan sehingga terkesan hidup.
2.6 Persepsi
Persepsi merujuk pada cara dimana kita menginterprestasikan atau
mengerti pesan yang diproses oleh sistem indera kita. Proses persepsi didahului
oleh proses sensasi. Dengan kata lain persepsi adalah proses memberi makna pada
sensasi. Dengan melakukan persepsi, manusia memperoleh pengetahuan baru.24
Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indera kita. Robert A. Baron dan Paul B. Paulus
yang terdapat dalam bukunya, Deddy Mulyana mengatakan persepsi ialah proses
yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan
23 Pengertian Film Kartun. Episentrum [online]. Diakses pada tanggal 21 Mei 2010 dari
http://episentrum.com/pengertian film kartun/.
24 Siti Mutmainah, dkk. Psikologi Komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuka, 2005. Hal 4.2
rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku
kita.25
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).
Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari
persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya
melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Persepsi
seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional.
Jadi persepsi ini dapat di katakan bahwa cara orang memandang seseorang
terhadap sesuatu yang di lihat dan di dengarnya melalui panca inderanya, dan juga
setiap orang akan berbeda dalam mengikuti, menginterprestasikan, dan mengatur
mengatur informasi yang masuk.
Persepsi membantu manusia memahami dunia sekelilingnya untuk
disimpan dalam memorinya. Akibatnya terbatasnya kapasitas memori manusia,
persepsi membantu memori dalam menafsirkan dunia ini dengan pengalaman
masa lalu, rekaman-rekamannya yang telah dipelajari, nilai-nilai budaya, dan
sebagainya. Hal tersebut membuat suatu stimuli yang sama bisa diinterprestasikan
oleh dua manusia yang memiliki persepsi berbeda.
Pada proses persepsi, terdapat dua tahapan. Antara lain perhatian
(attention) dan penafsiran ( interpretation ). Kemudian setelah tahapan tersebut,
25 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Hal
167
akan muncul suatu respon yang disebut kognitif. Jalaluddin Rakhmat
menggambarkan proses terjadinya persepsi dengan skema model : 26
Stimulus
Atensi
Interprestasi
Kognisi
1. Stimulus ( stimuli )
Stimulus adalah bagian dari respon stimuli yang berhubungan
dengan kelakuan. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme
dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau
ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu
dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti
ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.27
2. Perhatian ( attention )
Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi adalah perhatian
( attention ) perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian
stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya
melemah. Perhatian terjadi bila kita konsentrasikan diri pada salah satu
indera yang lain.28
Manusia akan lebih memperhatikan hal-hal yang dianggap menarik
dari pada yang tidak menarik. Apa yang menjadi perhatian kita, terkadang
dapat lolos dari perhatian orang lain. Kita cenderung memperhatikan halhal tertentu yang paling penting dan yang diminati saja. Kita cenderung
26 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung :Remaja Rosda Karya, 1994. Hal 55
27 Onong Uchjana Effendy,Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti. 2003. Hal 57
28 Jalaluddin, op.cit., Hal 52
menonton program atau acara di televisi tertentu, hal-hal seperti ini akan
menentukan kita untuk menaruh perhatian.
3. Penafsiran ( Interpretation )
Persepsi juga sering disebut dengan tindakan memberi makna
melalui indera-indera kita untuk menafsirkan suatu informasi dalam
bentuk yang lebih berarti.
Penafsiran merupakan proses dimana penerima memberi arti
terhadap pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan
melihat konteksnya, dan mengisinya dengan interprestasi yang konsisten
dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi.29
Setiap makna yang timbul akan berbeda-beda dengan individu
lainnya dalam menafsirkan informasi. Hal ini karena setiap individu
mengorganisasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan kenyataan
yang ada pada dirinya. Oleh karena itu, ragam penafsiran akan muncul
pada setiap individu walaupun stimulinya sama.
4. Pengetahuan ( kognition )
Kemudian, setelah tahap perhatian dan interprestasi, akan muncul
respon yang disebut kognitif. Kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa
yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Kognitif tejadi
pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya.30
29 David A, John G. Mayer. Advertising Management. Prentice Hall Inc, New Jersey 1996. Hal.
218
30 Elvirano Ardianto & Lukiati. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung : PT Remaja
Rosda Karya. 2007. iHal 52
Kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat
membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan
mengembangkan keterampilan pengetahuannya (kognitif), melalui media
massa, dapat diperoleh berbagai informasi tentang tempat yang belum
pernah dikunjungi orang, teknologi baru atau benda. Pada saat
mempersepsikan, hal ini berkaitan dengan kebutuhan kognitif, yaitu usaha
untuk memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang
lingkungan eksternal.
Beberapa sumber yang ada mengenai definisi tentang persepsi,
peneliti cenderung ke definisi persepsi oleh Jalaluddin Rakhmat karena
persepsi yang dikatakannya merupakan cara pandang seseorang terhadap
sesuatu atau informasi. Seseorang akan memiliki pandangan yang berbeda
dengan orang lain dan setiap orang akan melihat sesuatu hal melalui panca
indera dalam memberikan perhatian dan penafsirannya.
Berdasarkan pengalaman tersebut, dijelaskan bahwa pesan-pesan
yang disampaikan oleh media massa melalui program acara atau
formatnya merupakan rangsangan yang ditujukan kepada audiensnya,
sehingga menghasilkan suatu pengaruh dan tanggapan yang berbeda-beda
menurut pandangan persepsi yang menerimanya. Bisa menghasilkan
persepsi yang positif dan bisa juga menghasilkan persepsi yang negatif.
2.7 Khalayak
Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca,
pendengar, audiens, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah
satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh
diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan
oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah
pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuannya. Khalayak dalam studi
komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. 31
2.7.1 Pengertian Khalayak
Khalayak dalam komunikasi massa dapat terdiri dari pembaca surat
kabar, pendengar radio, penonton film dan televisi. Dengan kata lain,
khalayak terutama dalam komunikasi massa adalah mereka yang menjadi
sasaran pesan-pesan yang bersifat umum. Juga khalayak dapat merupakan
orang banyak yang menjadi sasaran pidato atau media massa yang disebut
dengan massa. Komunikasi antara media televisi selaku komunikator dengan
khalayak tentunya akan melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Dalam
keadaan masyarakat yang semakin berkembang seperti pada saat ini, sangat
memungkinkan setiap anggota masyarakat malakukan komunikasi antara satu
dengan yang lainnya, demikian pula dengan kelompoknya atau dengan
kelompok yang lain. 32
2.7.2 Karakteristik Khalayak
Karakteristik khalayak komunikasi melalui media massa adalah
sebagai berikut : 33
31 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal.157
32 Ibid Hal.157
33 Feni Fasta, Hukum dan Etika Penyiaran. Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB.
a. Khalayak sebagai penggarap informasi
Pada dasarnya pengolahan informasi yang terjadi pada pihak penerima
(khalayak) bersifat “selektif”. Khalayak pada saat berhadapan dengan
“bentuk informasi” akan melakukan decoding ( pemecahan kode-kode
pesan). Saat itu, tidak semua pesan akan diserap oleh khalayak menurut
kebutuhannya.
b. Khalayak sebagai problem solver
Informasi yang disampaikan diharapkan dapat membantu khalayak dalam
mengatasi permasalahannya.
c. Khalayak sebagai mediator
Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak berhenti pada sasaran
langsung sebagai barisan pertama. Arus penyebaran informasi bisa
berlangsung melalui tahapan dan barisan. Proses penyebaran informasi
yang demikian ini disebut multi step communication model ( schramm,
1973 ).
d. Khalayak sebagai pembela
Informasi dibutuhkan khalayak pada saat dirinya merasa ragu terhadap
sesuatu hal. Informasi tersebut dibutuhkan sebagai data pendukung untuk
mendapatkan kepastian.
e. Khalayak sebagai anggota kelompok
Sebagai makhluk sosial, seorang individu terikat oleh nilai-nilai kelompok
yang diikutinya baik secara formal ataupun informal. Dengan demikian
informasi yang diterima seseorang melalui suatu media akan diproses
melalui dua dimensi. Dimensi pertama berkaitan dengan nilai-nilai yang
dipegang secara individu atau pribadi. Dimensi kedua berhubungan
dengan kedudukannya sebagai anggota kelompok.
f. Khalayak sebagai kelompok
Secara sosiologis, masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok orang yang
memiliki ciri-ciri tertentu seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan
sebagainya.
g. Selera rakyat
Sesuatu yang manusiawi jika setiap orang memiliki selera. Kaitannya
dengan media massa terletak pada selera khalayak dalam memilih jenis
media massa yang akan digunakannya.
2.7.3 Orang Tua Sebagai Khalayak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa : “Orang Tua
artinya Ayah dan Ibu”.34 Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari
pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar
yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
2.7.4 Pengertian Orang Tua
34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hal. 269
Pengertian Orang Tua menurut Miami M.Ed adalah pria dan wanita
yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung
jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. 35
Sedangkan Ny Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa : Orang Tua adalah
dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa
pandangan, pendapat dan kebiasaan sehari-hari.36
Orang tua didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai
kepala keluarga atau pemimpin
Rumah Tangga. Orang Tua sebagai
pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak, kepribadian Orang
Tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang
tidak langsung yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak
yang sedang tumbuh.37
Salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapatkan anak
yang akan menjadi generasi penerus. Untuk mewujudkan keinginan dan
cira-citanya di dalam mengembangkan dan bimbingan generasi penerus
yang baik, sehat jasmani dan rohani maka perlu pola pemikiran yang
terpadu antara suami istri atau Orang Tua yang berasal dari dua kutub yang
berbeda, mereka harus saling mempunyai toleransi dan penyesuaian diri
yang baik, sehingga kedua belah pihak saling melengkapi, bila masing-
35 Kartini Kartono. Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari Psikologi Terapan, Jakarta :Rajawali
Press, 1982. Hal 48
36 Ny Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk Keluarga, Jakarta : Gunung Mulia, 1976. Hal 27
37 Zakiah Daradjat. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang. 1996. Hal 26
masing dapat menahan diri untuk tidak mementingkan diri sendiri, maka
akan dapat tercipta suatu keluarga harmonis dan bahagia. Orang Tua
adalah figur dalam proses pembentukan kepribadian anak, sehingga
diharapkan akan member arah memantau, mengawasi dan membimbing
perkembangan anaknya kearah yang lebih baik.38
38 Ny Singgih, op.cit. Hal 27
Download