BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa pada sejumlah besar orang, bagi kebanyakan orang, media massa pada umumnya dipandang sebagai sumber hiburan. Mereka Menyaksikan televisi untuk melihat film seri yang digemarinya, atau menyaksikan siaran langsung pertandingan sepak bola, atau menyaksikan penyanyi favorit mereka juga mendengarkan radio untuk mendengarkan musik, atau membaca koran untuk mengikuti perkembangan terakhir kasus pemerkosaan yang menimpa sebuah keluarga. 1 Komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Pengertian Komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Disamping itu, ada pula makna lain yang dianggap makna asli dari kata massa, yakni suatu makna yang mengacu pada kolektivitas tanpa bentuk, yang komponen-komponennya sulit dibedakan satu sama lain. Kamus Bahasa Inggris ringkas memberikan definisi “massa” sebagai “suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas”. Definisi ini hampir 1 Siti Mutmainah, op.cit.,Hal 8.3 menyerupai pengertian massa yang digunakan oleh para ahli sosiologi, khususnya bila dipakai dalam kaitannya dengan khalayak media. 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Berbagai ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi massa dari berbagai sudut pandang. Menurut Gebner, komunikasi massa adalah suatu produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang continue serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Definisi Gebner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jangka waktu tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.2 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi massa mempunyai beberapa karakteristik yang memiliki manfaat bagi khalayak, diantaranya adalah :3 2 Elvinaro A, Siti K. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2007.Hal 3 3 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003. Hal 81 1. Komunikasi massa bersifat umum. Komunikasi massa yang disampaikan melalui media massa terbuka untuk semua orang. 2. Komunikasi massa bersifat heterogen. Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang berbeda, kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang beragam. Karena itu mereka berbeda dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan, dan pengaruh. 3. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Pesan yang disampaikan diterima dalam waktu yang bersamaan. 4. Hubungan komunikator dan komunikan bersifat non pribadi. 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Menurut Dominick ( 2001 ) fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri atas : 4 a. Pengawasan (Surveillance ) Fungsi komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama pengawasan peringatan (warning or beware surveillance ) dan Pengawasan Instrumental ( Instrumental surveillance ) . Pengawasan peringatan terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman topan, letusan gunung api, kondisi ekonomi yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi atau serangan militer. Pengawasan 4 Ibid.Hal 29 instrumental berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. b. Interprestasi ( Interpretation ) Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi beserta interprestasi mengenai suatu peristiwa tertentu. c. Hubungan ( linkage ) Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. d. Sosialisasi Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai ( transmission of values ) yang mengacu kepada cara-cara di mana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok. e. Hiburan ( entertainment ) Bagi pembaca, rubrik-rubrik hiburan itu memang penting untuk melepaskan saraf-saraf setelah berjam-jam membaca berita-berita berat, yang terjadi baik di dalam negeri maupun diluar negeri. 2.1.4 Tujuan Komunikasi Massa Media massa memiliki tujuan terhadap masyarakat luas sebagai alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa ( surat, telepon, radio, dan televisi adalah media untuk menyambung atau menyebarluaskan pesan yang menggunakan bahasa ). Pesan yang terkandung dalam media massa mengandung daya untuk mempengaruhi dan mendesakkan pendapat sehingga terjadinya perubahan didalam masyarakat.5 2.1.5 Efek Komunikasi Massa Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek komunikasi massa diklasifikasikan sebagai :6 a. Efek Kognitif Berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. b. Efek Afektif Berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, Menyaksikan acara televisi, timbul perasaan tertentu pada khalayak. c. Efek Konatif Bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering disebut juga efek behavioral. 2.1.6 Proses Komunikasi Massa 5 Subandy Ibrahim. Wanita Dan Media, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,1999. Hal .207 6 Onong Uchjana, Op.cit., Hal. 318 Dalam menyusun suatu strategi komunikasi untuk dioperasikan dengan taktik-taktik komunikasi sebagai penjabaran, pertama-tama ia harus menghayati proses komunikasi yang akan ia lancarkan. Komunikasi dalam prosesnya berlangsung secara “berputar” ( circular ), tidak “melurus” (linear). Ini berarti idenya sebagai ekspresi dari panduan dan peristiwa yang kemudian berbentuk pesan, setelah sampai kepada komunikan, harus diusahakan agar efek komunikasinya dalam bentuk tanggapan mengarus menjadi umpan balik. Dengan kata lain perkataan komunikator harus tahu efek atau akibat dari komunikasi yang dilancarkannya itu, apakah positif sesuai dengan tujuan, apakah negatif. Jika setelah dievaluasi umpan balik komunikasinya itu positif, maka pola komunikasi yang sama dapat dipergunakan lagi untuk pesan lain yang harus dikomunikasikan, bila ternyata negatif, pada gilirannya harus diteliti faktor-faktor penghambat yang menyebabkan kegagalan komunikasinya itu.7 2.1.7 Teori S-O-R Teori Stimulus Organisme Response atau S-O-R menjelaskan bahwa efek merupakan reaksi terhadap stimuli ( rangsangan ) tertentu. Efek yang di timbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.8 7 Ibid, Hal 310. 8 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya. Bandung. 1994. Hal 55 S Stimulus O Atensi R Interprestasi Kognisi Dari pendapat Jalaluddin Rakhmat, peneliti dapat di gambarkan pada Teori Stimulus Organisme Response atau S-O-R. Dan juga peneliti dapat menggabungkan pendapat / teori keduanya tersebut, dengan mengartikan Stimulus sebagai tayangan film kartun Upin dan Ipin di MNCTV, Organisme sebagai penerima yaitu orang yang menyaksikannya dan Response yang menimbulkan persepsinya. Kaitan antara teori ini dengan penelitian peneliti mengenai persepsi orang tua terhadap tayangan film kartun Upin dan Ipin di MNCTV adalah proses tersebut akan terjadi dimana ada aksi ( pemberitaannya ) dan reaksi ( penontonnya ). Dalam tayangan terdapat gambar-gambar dan aksi – aksi tertentu yang akan merangsang penontonnya untuk merespon dengan cara tertentu misalnya hasrat penonton ingin selalu mengikuti perkembangan ceritanya. Proses pengolahan pesan yang terjadi terhadap individu, yaitu : a. Stimulus yang diberikan pada organisme dapat diterima atau dapat ditolak, maka proses selanjutnya terhenti. Ini berarti bahwa stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, maka tidak ada perhatian (attention) dari organisme. Dalam hal ini stimulus adalah efektif dan ada reaksi. b. Langkah selanjutnya adalah jika stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, maka proses selanjutnya adalah mengerti terhadap stimulus (correctly comprehended ). Kemampuan dari organisme inilah dapat melanjutkan proses berikutnya. c. Langkah selanjutnya adalah bahwa organisme dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan untuk perubahan sikap. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan dan kemudian diteruskan pada proses berikutnya dimana komunikan menjadi mengerti. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Prinsip Stimulus-Organisme-Response merupakan prinsip-prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap suatu stimuli tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu ikatan erat antar pesan-pesan media dan reaksi audience. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada radio dan rekaman auditif, audiens hanya mendengar, pada televisi dan film kita hanya mendengar serta melihat, melalui panca indera kita dapat merespon suatu pesan dimana pesan tersebut dapat kita persepsikan. Jadi dapat dikatakan bahwa persepsi ini merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu atau informasi. Bisa saja dalam situasi yang sama, seseorang akan memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain, hal ini bisa terjadi karena serap orang akan melihat sesuatu hal dengan panca inderanya. Namun setiap orang akan berbeda dalam mengikuti, mengatur dan menginterprestasikan informasi yang masuk. 2.2 Televisi sebagai Media Massa Karena seiring perkembangan teknologi yang cukup pesat, media televisi menjadi sebuah media massa yang sangat besar manfaatnya, dimana kita dapat menerima informasi dengan cepat dan dalam waktu yang bersamaan tidak terbatasi ruang dan waktu. Televisi menjadi salah satu media massa yang sangat berperan dalam pola perilaku khalayak. Hal ini disebabkan karena fungsi dari televisi untuk memberikan informasi, hiburan dan pendidikan kepada khalayak. Televisi sebagai media massa dengan kelebihan yang dimiliki bersifat audio-visual, bersama media cetak dan radio ( audiotif) merupakan tritunggal media massa, yang mempunyai pengaruh dan dengan sendirinya akan membentuk kekuatan yang besar.9 2.2.1 Pengertian Televisi Televisi sebagai media massa yang bersifat audio visual yang merupakan sarana komunikasi massa dan bertujuan menyebarkan informasi berita dan pesan kepada masyarakat atau khalayak luas. Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat untuk menyebarkan informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara geografis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada audiens, maka isi pesan itu juga akan 9 Onong Uchjana, Op.cit., Hal 72-73 diinterprestasikan secara berbeda-beda menurut visi audiens, serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Menurut Marshall Mc. Luhan “ Media televisi telah mampu menggiring masyarakat pada corak berfikir seperti kaca spion “. Segala sesuatunya dilihat sebagai realitas yang bukan sebenarnya.10 Sebagai media massa yang muncul belakangan, radio baru berperan selama enam puluh tahun dan televisi lahir setelah adanya beberapa penemuan teknologi, telepon, telegraf, photografi (yang bergerak dan tidak bergerak). Televisi yang pada mulanya lebih di pandang sebagai barang mainan. Sesuatu yang baru daripada sebagai suatu penemuan serius atau sesuatu yang memberikan sumbangan terhadap kehidupan sosial.11 2.2.2 Karakteristik Televisi Televisi memiliki karakteristik. Adapun karakteristik media televisi adalah:12 a. Media televisi adalah media audio visual Media yang mengutamakan setiap gambar yang disajikan dipilih yang mengandung unsur gerak. b. Media televisi adalah media non rinci 10 Asep Saepul Muhtadi.Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.Hal 98 11 Dennis Mc Quail. Teori Komunikasi Massa. PT. Gelora Aksara Pratama. 1996. Hal. 16 12 JB Wahyudi. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1996. Hal . 23 Media tidak dapat menyajikan sisi peran secara rinci karena sifat pesan/informasi televisi hanya lewat begitu saja. Itulah sebabnya media televisi tidak menguasai waktu tetapi menguasai ruang, oleh karena itu berita televisi di sajikan sangat ringkas tiap berita. c. Media televisi memiliki ukuran radio layar 4-3 Gambar yang mengandung unsur gerak atau lebih menarik di tonton dalam layar televisi relatif kecil ( ukuran 4-3 ) d. Media televisi adalah media transitory Media televisi hanya meneruskan isi pesan, yang berarti isi pesan hanya didengar atau di lihat sekilas, maka penyusunan naskah untuk karya jurnalistik harus tepat, ringkas, jelas, sederhana, dan dapat dipercaya. e. Media televisi adalah media pandang dengar Media televisi menyajikan informasi dalam bentuk audio visual secara sinkron. f. Media media televisi adalah media personal ( close up media ) Visual yang diliput sangat mengutamakan gambar-gambar close up ( jarak dekat ) karena ukuran layar televisi relatif kecil. g. Media televisi adalah incorporate media Media yang dapat untuk menyajikan media lain ( slide fotografik dan lain-lain ). 2.2.3 Fungsi Televisi Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan yang sehat serta pengetahuan kepada audiensnya. Televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan. Sebagai fungsi penerangan televisi merupakan media yang mampu memberikan informasi yang amat memuaskan. Pada fungsi pendidikan televisi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Dan sebagai fungsi hiburan pada umumnya tujuan utama khalayak Menyaksikan televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.13 2.2.4 Ciri dan Sifat Televisi Televisi sebagai dalah satu media massa yang sangat berperan dalam pola perilaku khalayak luas. Hal itu disebabkan karena fungsi televisi untuk memberikan informasi, pendidikan dan hiburan kepada masyarakat. Televisi merupakan sarana komunikasi massa dimana terjadi komunikasi antara komunikator dan komunikan sebagai media komunikasi massa. Televisi memiliki ciri dan sifat sebagai berikut : a. Informasi disampaikan kepada komunikan melalui proses pemancaran atau transmisi. b. Isi pesan audiovisual. Artinya, dapat didengar dan dilihat secara bersamaan pada waktu siaran. 13 Onong Uchjana, op.cit., Hal 24 c. Sifatnya periodic, tidak dapat diulang. d. Sifatnya transitori ( hanya meneruskan ) pesan-pesan yang diterima hanya bisa dilihat dan didengar secara sekilas. e. Serentak dan global. f. Meniadakan jarak dan waktu. g. Dapat menyajikan peristiwa atau pendapat yang sedang terjadi, secara langsung atau orisinal. h. Bahasa yang digunakan formal dan informal ( bahasa tutur ). i. Kalimat singkat, padat, jelas, dan sederhana. j. Tujuan akhir dari penyampaian pesan untuk menghibur, mendidik control sosial. 2.3 Program Televisi Kata program berasal dari bahasa Inggris programme atau program. Program siaran acara televisi pada umumnya diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Ada juga yang dibeli atau dipesan dari suatu production company atau production house, bahkan acara ini dianggap lebih menguntungkan kedua belah pihak. Stasiun televisi dapat memilih program yang menarik dan memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi dapat keuntungan dari produksinya.14 2.3.1 Jenis-jenis Program Televisi 14 Morissan. Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakarsa, hal 97. Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 15 1) Program informasi (berita) Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini. 2) Program hiburan (entertainment). Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukan. 2.3.2 Pengertian Genre Istilah genre berasal dari bahasa perancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau 15 Ibid, hal 100. peristiwa, periode, gaya, situasi, icon, mood, serta karakter. Genre sendiri adalah sebuah kategori atau sebuah tipe ; genre dapat dibedakan dari yang lainnya dengan melihat karakteristik-karakteristik style, teknik, atau isi naratifnya.16 Tomaric mengatakan bahwa Genre tidak didirikan oleh film. Genre merupakan sebuah aspek hiburan populer yang murni, diperkuat dengan munculnya produk-produk budaya yang berlipat ganda dan bermacam-macam dalam masyarakat luas. Sebuah genre dapat diartikan sebagai sebuah kategori atau sebuah jenis cerita. Masing-masing genre memiliki gaya dan struktur ceritanya sendiri. Walaupun terdapat beberapa kategori utama mengenai genre tetapi film dapat terdiri dari penggabungan antara 2 atau 3 dari jenis genre yang berbeda. Beberapa jenis genre yang sudah dikenali adalah: kriminal, action, horor, roman, thriller, komedi, drama, fantasi, western, dsb. Definisi lain dari genre adalah sebagai sebuah bentuk yang telah dikenal di mana teks selalu dikategorisasikan sesuai dengan atau apakah teks tersebut cocok dengan paradigma genre. Misalnya, cerita fiksi tentang detektif selalu menunjukkan adanya petunjuk, cerita roman pasti berakhir dengan bahagia. Genre selalu didasarkan pada sebuah persetujuan yang telah diketahui oleh pembuat film dan penontonnya. Pada dasarnya, genre dibentuk dari peraturan-peraturan yang didasarkan pada konstruksi naratif 16 Himawan Pratista. Memahami Film, Jakarta : Homerian Pustaka. 2008. Hal 10 di mana pembuat film dan penonton telah mengetahuinya (Bordwell, D. & Thompson, K ). Menurut Newcomb Secara singkat, genre adalah sistem klasifikasi atau pengelompokan. Dalam masa-masa belakangan ini, genre telah selangkah lebih maju dalam hal pengklasifikasian, genre lebih fokus terhadap isi. Satu hal yang lebih penting adalah bahwa genre dapat didefinisikan melalui konvensi atau pengulangan dan pengharapan untuk mendapatkan sebuah kualitas yang telah diperkirakan. 2.3.3 Jenis Genre dan Ciri-cirinya Genre sebuah film dapat dilihat dari elemen-elemen yang ada di dalamnya. Sebelum dapat mengklasifikasikan sebuah film, penting untuk mengetahui jenis-jenis genre film dan ciri-cirinya. Terdapat begitu banyak genre film, genre-genre besar ini terbagi menjadi 2 kelompok, yakni genre induk primer dan genre induk sekunder. Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an. Bisa dikatakan bahwa setiap film pasti mengandung setidaknya satu unsur genre induk primer. Berikut ini adalah jenis-jenis genre induk primer, di antaranya:17 A. Aksi Genre aksi adalah salah satu genre yang paling adaptif dengan genre lainnya. Genre ini mampu berkombinasi dengan semua genre induk, 17 Ibid. Hal 13 seperti: petualangan, thriller, kriminal, fiksi-ilmiah, drama, komedi, perang, fantasi, dan bencana. B. Drama Film drama bisa jadi merupakan genre yang paling banyak diproduksi karena jangkauan ceritanya yang sangat luas. Film-film drama umumnya berhubungan dengan tema-cerita, setting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan nyata. C. Epik Sejarah Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda atau kisah biblikal. D. Fantasi Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajiansi, halusinasi, serta alam mimpi. Film-film fantasi berhubungan dengan pedang dan mantera gaib, naga, kuda terbang, karpet terbang, dewa-dewi, penyihir, jin, serta peri. E. Horor Film horor memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor umumnya sedeerhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia. F. Komedi Komedi boleh jadi merupakan genre yang paling populer di antara semua genre lainnya sejak era silam. Komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya adalah memancing tawa penontonnya. G. Kriminal dan Gangster Film-film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi criminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian, pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah tanah yang bekerja di luar sistem hukum. H. Musikal Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tari dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita. Penggunaan musik dan lagu bersama liriknya biasanya mendukung jalannya alur cerita. Cerita film-film musikal umumnya berkisah ringan seperti percintaan, kesuksesan, serta popularitas. Sasaran film musikal lebih ditujukan untuk penonton keluarga, remaja, dan anak-anak. I. Petualang Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah disentuh. Film-film petualangan selalu menyajikan panorama alam eksotis sperti hutan rimba, pegunungan, savana, gurun pasir, lautan, serta pulau terpencil. J. Perang Genre perang mengangkat tema kengerian serta teror yang ditimbulkan oleh aksi perang. Film-film perang umumnya menampilkan adegan pertempuran seru baik di darat, laut maupun udara. Film-film perang biasanya memperlihatkan kegigihan, perjuangan, dan pengorbanan para tentara dalam melawan musuh- musuh mereka. K. Western Western adalah sebuah genre orisinil milik Amerika. Tidak seperti genre-genre sebelumnya western memiliki ciri karakter tema serta fisik yang spesifik. Tema film western umumnya seputar konflik antara pihak baik dan jahat. Setting sering kali menampilkan kota kecil, bar, padang gersang, sungai, rel kereta api, pohon kaktus, ranch atau peternakan, serta perkampungan suku Indian. Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan populer yang merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk primer. Genre induk sekunder memiliki ciri-ciri karakter yang khusus dibandingkan dengan genre induk primer. Berikut ini adalah genre-genre induk sekunder. A. Bencana Film-film bencana (disaster) berhubungan dengan tragedi atau musibah baik skala besar maupun kecil yang mengancam jiwa banyak manusia. Secara umum film bencana dibagi dalam 2 jenis, bencana alam dan bencana buatan manusia. B. Biografi Biografi (sering diistilahkan biopic: biography picture) secara umum merupakan pengembangan dari genre drama dan epik sejarah. Film biografi menceritakan penggalan kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh berpengaruh di masa lalu maupun kini. C. Detektif Genre detektif merupakan pengembangan dari genre kriminal dan gangster dan lebih populer pada era klasik daripada kini. Inti cerita umumnya berpusat pada sebuah kasus kriminal pelik yang belum terselesaikan. D. Film noir Film noir (:noa) yang bermakna “gelap” atau “suram” merupakan turunan dari genre kriminal dan gangster yang mulai populer pada awal decade 1940-an hingga akhir 1950-an. Tema selalu berhubungan dengan tindak kriminal seperti pembunuhan, pencurian, serta pemerasan. E. Melodrama Melodrama meruapakan pengembangan dari genre drama yang juga sering diistilahkan opera sabun atau film “cengeng” (menguras air mata). Melodrama menggunakan cerita yang mampu menggugah emosi penontonnya secara mendalam dengan dukungan unsur “melodi” (ilustrasi musik). F. Olahraga Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik atket, pelatih, agen maupun ajang kompetisinya sendiri. Film olahraga biasanya diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun sebuah peristiwa olahraga besar. G. Perjalanan Seperti halnya western, genre perjalanan atau sering diistilahkan road films merupakan genre khas milik Amerika yang sangat populer di era klasik. Film perjalanan sering bersinggungan dengan genre aksi, drama, serta petualangan. Genre ini biasanya mengisahkan perjalanan darat (umumnya menggunakan mobil) jarak jauh dari satu tempat ke tempat lain dengan atau tanpa tujuan tertentu. H. Roman Roman seperti halnya melodrama merupakan pengembangan dari genre drama. Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta, baik kisah percintaannya sendiri maupun pencarian cinta sebagai tujuan utamanya. I. Superhero Superhero adalah sebuah genre fenomenal yang merupakan perpaduan antara genre fiksi-ilmiah, aksi, serta fantasi. Film superhero adalah kisah klasik perseteruan antara sisi baik dan sisi jahat, yakni kisah kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat. J. Supernatural Film-film supernatural berhubungan dengan makhluk-makhluk gaib seperti hantu, roh halus, keajaiban, serta kekuatan mental seperti membaca pikiran, masa depan, masa lalu, telekinesis, dan lainnya. K. Spionase Spionase atau agen rahasia adalah satu genre populer kombinasi antara genre aksi, petualangan, thriller, serta politik, dengan karakter utama seorang mata-mata atau agen rahasia. L. Thriller Film thriller memiliki tujuan utama memberi rasa ketegangan, penasaran, ketidakpastian, serta ketakutan pada penontonnya. Alur cerita film thriller sering kali berbentuk aksi nonstop, penuh misteri, kejutan, serta mampu mempertahankan intensitas ketegangan hingga klimaks filmnya. 2.4 Film Dewasa ini film banyak diproduksi sebagai hiburan umum dan film banyak digunakan oleh berbagai lembaga. Film dapat digunakan sebagai alat untuk pendidikan kepada para karyawan, untuk penerangan ke luar dan ke dalam, untuk propaganda meningkatkan perdagangan, dan sebagainya. Dan disebabkan sifatnya yang semi dapat dijadikan dokumentasi.18 Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, 18 Onong Uchjana Effendy,Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 2003. Hal 210 peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadiran film sebagian besar merupakan respon terhadap “penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga.19 2.4.1 Pengertian Film Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh. Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri, yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak banyak orang terlibat. Film berbeda dengan cerita buku, atau cerita sinetron. Film adalah salah satu media komunikasi massa yang merupakan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang sifatnya audio visual dalam bentuk film.20 2.4.2 Fungsi film 19 Dennis McQuail. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. PT. Gelora Aksara Pratama. Edisi Kedua. Hal 13 20 Onong Uchjana Effendy. Op.cit. hal 21 Seperti halnya televisi siaran, khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi sesungguhnya dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif, atau film documenter dan film-film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.21 2.4.3 Jenis-jenis Film Bagi seorang komunikator adalah penting untuk mengetahui jenisjenis film agar dapat memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun.22 a. Film cerita ( Story Film ) Film cerita adalah jelas film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. b. Film berita ( Newsreel ) 21 Sasa Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, 2004,.hal. 7.24 22 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003. Hal 210-216 Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film ini disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita ( newsvalue ). c. Film documenter ( Documentary film ) Film documenter didefinisikan sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan “ creative treatment of actuality “ ( Robert Flaherty ). d. Film kartun ( Cartoon film ) Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis. Film kartun ( cartoon film ) dibuat untuk konsumsi anakanak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar kita akan tertawa karena kelucuan-kelucuan dari para tokoh pemainnya. Namun juga ada film kartun yang membuat iba para penontonnya karena penderitaan tokohnya. 2.5 Film Kartun Film animasi/kartun merupakan sebuah film yang memanfaatkan suatu gambar atau benda mati yang dapat digerakkan dengan teknik animasi. Subyek dari gambar ataupun benda tersebut nampak hidup, seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, api, dan lain-lain. Program kartun yang dimaksud adalah bagian dari program yang lebih luas yang dinamakan animasi. Program animasi adalah suatu program yang fotografis yang dibangun dengan cara merangkai frame by frame sehingga terlihat seolah hidup. Sementara yang dirangkai itu dalam satu frame berada dalam keadaan still atau gambar diam. Bila kemudian yang dirangkai itu bercerita menggunakan karakter maka karakter yang biasanya bersifat khayal itu digolongkan sebagai program kartun.23 Program kartun adalah program yang ditemukan pada awal sejarah film ketika belum dikenal bioskop dan pemancar televisi. Kemudian ketika komputer berkembang maka program kartun menjadi lebih dikenal. Ikon di layar komputer kerap dianimasikan sehingga terkesan hidup. 2.6 Persepsi Persepsi merujuk pada cara dimana kita menginterprestasikan atau mengerti pesan yang diproses oleh sistem indera kita. Proses persepsi didahului oleh proses sensasi. Dengan kata lain persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi. Dengan melakukan persepsi, manusia memperoleh pengetahuan baru.24 Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Robert A. Baron dan Paul B. Paulus yang terdapat dalam bukunya, Deddy Mulyana mengatakan persepsi ialah proses yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan 23 Pengertian Film Kartun. Episentrum [online]. Diakses pada tanggal 21 Mei 2010 dari http://episentrum.com/pengertian film kartun/. 24 Siti Mutmainah, dkk. Psikologi Komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuka, 2005. Hal 4.2 rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita.25 Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Persepsi seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Jadi persepsi ini dapat di katakan bahwa cara orang memandang seseorang terhadap sesuatu yang di lihat dan di dengarnya melalui panca inderanya, dan juga setiap orang akan berbeda dalam mengikuti, menginterprestasikan, dan mengatur mengatur informasi yang masuk. Persepsi membantu manusia memahami dunia sekelilingnya untuk disimpan dalam memorinya. Akibatnya terbatasnya kapasitas memori manusia, persepsi membantu memori dalam menafsirkan dunia ini dengan pengalaman masa lalu, rekaman-rekamannya yang telah dipelajari, nilai-nilai budaya, dan sebagainya. Hal tersebut membuat suatu stimuli yang sama bisa diinterprestasikan oleh dua manusia yang memiliki persepsi berbeda. Pada proses persepsi, terdapat dua tahapan. Antara lain perhatian (attention) dan penafsiran ( interpretation ). Kemudian setelah tahapan tersebut, 25 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Hal 167 akan muncul suatu respon yang disebut kognitif. Jalaluddin Rakhmat menggambarkan proses terjadinya persepsi dengan skema model : 26 Stimulus Atensi Interprestasi Kognisi 1. Stimulus ( stimuli ) Stimulus adalah bagian dari respon stimuli yang berhubungan dengan kelakuan. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.27 2. Perhatian ( attention ) Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi adalah perhatian ( attention ) perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita konsentrasikan diri pada salah satu indera yang lain.28 Manusia akan lebih memperhatikan hal-hal yang dianggap menarik dari pada yang tidak menarik. Apa yang menjadi perhatian kita, terkadang dapat lolos dari perhatian orang lain. Kita cenderung memperhatikan halhal tertentu yang paling penting dan yang diminati saja. Kita cenderung 26 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung :Remaja Rosda Karya, 1994. Hal 55 27 Onong Uchjana Effendy,Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 2003. Hal 57 28 Jalaluddin, op.cit., Hal 52 menonton program atau acara di televisi tertentu, hal-hal seperti ini akan menentukan kita untuk menaruh perhatian. 3. Penafsiran ( Interpretation ) Persepsi juga sering disebut dengan tindakan memberi makna melalui indera-indera kita untuk menafsirkan suatu informasi dalam bentuk yang lebih berarti. Penafsiran merupakan proses dimana penerima memberi arti terhadap pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya, dan mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi.29 Setiap makna yang timbul akan berbeda-beda dengan individu lainnya dalam menafsirkan informasi. Hal ini karena setiap individu mengorganisasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan kenyataan yang ada pada dirinya. Oleh karena itu, ragam penafsiran akan muncul pada setiap individu walaupun stimulinya sama. 4. Pengetahuan ( kognition ) Kemudian, setelah tahap perhatian dan interprestasi, akan muncul respon yang disebut kognitif. Kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Kognitif tejadi pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya.30 29 David A, John G. Mayer. Advertising Management. Prentice Hall Inc, New Jersey 1996. Hal. 218 30 Elvirano Ardianto & Lukiati. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 2007. iHal 52 Kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan pengetahuannya (kognitif), melalui media massa, dapat diperoleh berbagai informasi tentang tempat yang belum pernah dikunjungi orang, teknologi baru atau benda. Pada saat mempersepsikan, hal ini berkaitan dengan kebutuhan kognitif, yaitu usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang lingkungan eksternal. Beberapa sumber yang ada mengenai definisi tentang persepsi, peneliti cenderung ke definisi persepsi oleh Jalaluddin Rakhmat karena persepsi yang dikatakannya merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu atau informasi. Seseorang akan memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain dan setiap orang akan melihat sesuatu hal melalui panca indera dalam memberikan perhatian dan penafsirannya. Berdasarkan pengalaman tersebut, dijelaskan bahwa pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa melalui program acara atau formatnya merupakan rangsangan yang ditujukan kepada audiensnya, sehingga menghasilkan suatu pengaruh dan tanggapan yang berbeda-beda menurut pandangan persepsi yang menerimanya. Bisa menghasilkan persepsi yang positif dan bisa juga menghasilkan persepsi yang negatif. 2.7 Khalayak Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, audiens, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuannya. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. 31 2.7.1 Pengertian Khalayak Khalayak dalam komunikasi massa dapat terdiri dari pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton film dan televisi. Dengan kata lain, khalayak terutama dalam komunikasi massa adalah mereka yang menjadi sasaran pesan-pesan yang bersifat umum. Juga khalayak dapat merupakan orang banyak yang menjadi sasaran pidato atau media massa yang disebut dengan massa. Komunikasi antara media televisi selaku komunikator dengan khalayak tentunya akan melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Dalam keadaan masyarakat yang semakin berkembang seperti pada saat ini, sangat memungkinkan setiap anggota masyarakat malakukan komunikasi antara satu dengan yang lainnya, demikian pula dengan kelompoknya atau dengan kelompok yang lain. 32 2.7.2 Karakteristik Khalayak Karakteristik khalayak komunikasi melalui media massa adalah sebagai berikut : 33 31 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal.157 32 Ibid Hal.157 33 Feni Fasta, Hukum dan Etika Penyiaran. Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB. a. Khalayak sebagai penggarap informasi Pada dasarnya pengolahan informasi yang terjadi pada pihak penerima (khalayak) bersifat “selektif”. Khalayak pada saat berhadapan dengan “bentuk informasi” akan melakukan decoding ( pemecahan kode-kode pesan). Saat itu, tidak semua pesan akan diserap oleh khalayak menurut kebutuhannya. b. Khalayak sebagai problem solver Informasi yang disampaikan diharapkan dapat membantu khalayak dalam mengatasi permasalahannya. c. Khalayak sebagai mediator Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak berhenti pada sasaran langsung sebagai barisan pertama. Arus penyebaran informasi bisa berlangsung melalui tahapan dan barisan. Proses penyebaran informasi yang demikian ini disebut multi step communication model ( schramm, 1973 ). d. Khalayak sebagai pembela Informasi dibutuhkan khalayak pada saat dirinya merasa ragu terhadap sesuatu hal. Informasi tersebut dibutuhkan sebagai data pendukung untuk mendapatkan kepastian. e. Khalayak sebagai anggota kelompok Sebagai makhluk sosial, seorang individu terikat oleh nilai-nilai kelompok yang diikutinya baik secara formal ataupun informal. Dengan demikian informasi yang diterima seseorang melalui suatu media akan diproses melalui dua dimensi. Dimensi pertama berkaitan dengan nilai-nilai yang dipegang secara individu atau pribadi. Dimensi kedua berhubungan dengan kedudukannya sebagai anggota kelompok. f. Khalayak sebagai kelompok Secara sosiologis, masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok orang yang memiliki ciri-ciri tertentu seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan sebagainya. g. Selera rakyat Sesuatu yang manusiawi jika setiap orang memiliki selera. Kaitannya dengan media massa terletak pada selera khalayak dalam memilih jenis media massa yang akan digunakannya. 2.7.3 Orang Tua Sebagai Khalayak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa : “Orang Tua artinya Ayah dan Ibu”.34 Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. 2.7.4 Pengertian Orang Tua 34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hal. 269 Pengertian Orang Tua menurut Miami M.Ed adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. 35 Sedangkan Ny Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa : Orang Tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan sehari-hari.36 Orang tua didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin Rumah Tangga. Orang Tua sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak, kepribadian Orang Tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.37 Salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapatkan anak yang akan menjadi generasi penerus. Untuk mewujudkan keinginan dan cira-citanya di dalam mengembangkan dan bimbingan generasi penerus yang baik, sehat jasmani dan rohani maka perlu pola pemikiran yang terpadu antara suami istri atau Orang Tua yang berasal dari dua kutub yang berbeda, mereka harus saling mempunyai toleransi dan penyesuaian diri yang baik, sehingga kedua belah pihak saling melengkapi, bila masing- 35 Kartini Kartono. Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari Psikologi Terapan, Jakarta :Rajawali Press, 1982. Hal 48 36 Ny Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk Keluarga, Jakarta : Gunung Mulia, 1976. Hal 27 37 Zakiah Daradjat. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang. 1996. Hal 26 masing dapat menahan diri untuk tidak mementingkan diri sendiri, maka akan dapat tercipta suatu keluarga harmonis dan bahagia. Orang Tua adalah figur dalam proses pembentukan kepribadian anak, sehingga diharapkan akan member arah memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anaknya kearah yang lebih baik.38 38 Ny Singgih, op.cit. Hal 27