BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertan Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya1. Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota- anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.2 Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut3. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam 1 Anwar Arifin, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Bandung: Armico Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 3 Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. 2.1.1 Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya. Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini saya sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok : 1. Kelompok primer dan sekunder. Charles Horton Cooley pada tahun 1909 mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerjasama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut4 : 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali 4 Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. 2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. 3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya. 4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. 5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal. 2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan. Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administrative dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif). Islam juga memberikan kepada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi. 3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. 2.1.2 Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi 1. Konformitas. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga. 2. Fasilitasi sosial. Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap- menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu. 3. Polarisasi. Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggotaanggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok5, yaitu: 1. ukuran kelompok. 2. jaringan komunikasi. 3. kohesi kelompok. 4. Kepemimpinan. 5 Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Pada fenomena kelompok masyarakat Betawi dan kelompok masyarakat Jawa ini sangat berkaitan dengan komunikasi kelompok. Karena mereka secara tidak langsung membentuk kelompok dalam satu wilayah. 2.2 Komunikasi AntarBudaya Pembicaraan tentang komunikasi antarbudaya tidak apat dielakkan dari pengetian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi antarbudaya dapat diartikan melalui beberapa pernyataan sebagai berikut6: 1. komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya 2. komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya 3. komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaika secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakuka oleh dua orang yang berbeda latar balakang budayanya. 4. komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seseorang yang berkebudayaan tertentu kepada seseorang yang berkebudayaan lain. 6 Liliweri, Alo. Op.Cit., Halaman : 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 5. komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan oleh orang yang berbeda latar belakang budayanya. 6. komunikasi atarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepad orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan mengahasilkan efek tertentu. 7. komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau penampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan. Komunikasi antar budaya memiliki dua saluran yaitu antar pribadi dan media massa (Radio, surat kabar, TV, Film, Majalah), saluranan komunikasi mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari komunikasi antarbudaya.7 Setiap budaya mempunyai ciri khas tertentu, unik dan lokal. Setiap budaya mempunyai simbol yang berbeda-beda. Pandangan dunia memuat nilai- nilai dan norma dasar yang berkembang diantara komunitas masyarakat. Orang- orang asing selalu dianggap sebagai out-group, dipandang sebagai komunitas yang akan mengancam eksistensi in-group, ditandai dengan berbagai betuk superioritas budaya yang ditampilkan. Mereka memproduksi stereotipe dengan mengembangkan suatu 7 Lubis, Lusiana Andriani. 2002. Pengantar Komunikasi Lintas Budaya. Seri Diktat, Medan halaman :5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 penilaian umum terhadap budaya lain secara sepihak, yaitu berdasarkan pandangan umum yang biasanya negatif. Stereotipe yang diproduksi itu biasanya sulit berubah meskipun perubahan nilai dan norma berubah. Dalam kenyataan streotipe sebagai cap negatif menempel terus sebagai refrensi individu. Meskipun realitas sesungguhnya cap negatif tersebut hanya sebagai upaya perlindungan terhadap budaya sendiri sehingga stereotipe tidak benar-benar ada atau sungguh-sungguh terjadi demikian nyata dalam masyarakat. Nilai dan norma dasar dari suatu budaya juga melahirkan sikap egoisme dan superioritas kultural yang disebut etnosentrisme, yakni suatu penilaian budaya orang lain berdasarkan ukuran budaya sendiri. Penilaian tersebut dilakukan dengan cara memberi nilai yang baik pada budaya sendiri dan menilai budaya orang lain selalu lebih rendah sedangkan budayanya sendiri dianggap lebih tinggi, lebih baik dan lebih unggul. Hal ini membawa konsekuensi dan pengaruh yang luas dalam tindak komunikasi. Komunikasi antar budaya lebih cenderung dikenal sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian, di mana masalahmasalah kecil dalam Komunikasi sering diperumit oleh adanya perbedaan-perbedaan persepsi dalam memandang masalah itu sendiri. Dalam hal ini Komunikasi antar budaya diharapkan berperan memperbanyak dan memperdalam persamaan dalam persepsi dan pengalaman seseorang. Namun demikian karakter budaya cenderung memperkenalkan kita kepada pengalaman - pengalaman yang berbeda sehingga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 membawa kita kepada persepsi yang berbeda - beda atas dunia eksternal kita. komunikasi dan budaya yang mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya, seperti yang dikatakan Edward T.Hall,bahwa ‘komunikasi adalah budaya’ dan ‘budaya adalah komunikasi’. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya menetapkan normanorma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu. Dari tema pokok demikian, maka perlu pengertian–pengertian operasional dari kebudayaan dan kaitannya dengan komunikasi antar budaya.8 Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi antar budaya, ada 3 dimensi yang perlu diperhatikan: 1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup Kawasan – kawasan di dunia (budaya timur/barat), Sub kawasan-kawasan di dunia (budaya Amerika 8 Utara/Asia), Nasional/Negara Ibid, halaman : 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ (budaya 26 Indonesia/Perancis/Jepang) , Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara (budaya orang Amerika Hitam, budaya Amerika Asia, budya Cina Indonesia), Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin kelas sosial. Countercultures (budaya senang, budaya orang dipenjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan). 2. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antar budaya, Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaan dalam hal unsur- unsur dasar dan proses komunikasi manusia (transmitting, receiving,processing). Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran.Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubunganhubungan antarnya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi prose-proses komunikasi antar budaya misalnya komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antarkeduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas.Jadi konteks sosial khusus tempat terjadinya komunikasi antar budaya memberikan pada para partisipan hubungna-hubungan antar peran. ekpektasi, norma-norma dan aturan- aturan tingkah laku yang khusus. 3. Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antar budaya (baik yang bersifat verbal maupun nonverbal). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 2.2.1 Tujuan Komunikasi Antarbudaya Secara umum sebenarnya tujuan komunikasi antarbudaya antara lain untuk menyatakan identitas sosial dan menjembati perbedaan antarbudaya melalui perolehan informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalam kebudayaan, serta sekedar menapatkan hiburan atau melepaskan diri. Komunikasi antarbudaya yang intensif dapat mengubah persepsi dan sikap orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia. Berbagai pengalaman atas kekeliruan dalam komunikasi antarbudaya sering membuat manusia makin berusaha mengubah kebiasaan berkomunikasi, paling tidak melalui pemahaman terhadap latar belakang budaya orang lain. Banyak masalah komunikasi antarbudaya sering kali timbul hanya karena orang kurang menyadari dan tidak mampu mengusahakan cara efektif dalam berkomunikasi antarbudaya.9 Menurut William Howel (1982)10, setiap individu mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi antarbudaya. Tingkat kesadaran dan kemampuan itu terdiri atas empat kemungkinan, yaitu: 1. Seorang sadar bahwa dia tidak mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini terjadi karena dia tahu diri bahwa dia tidak mampu memahami perbedaan-perbedaan budaya yang dihadapi. Kesadaran ini 9 Alo Liliweri. Op. Cit., halaman : 254 Ibid, halaman : 225 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 dapat mendorong orang untuk melakukan eksperimen bagi komunikaksi antarbudaya yang efektif 2. Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini merupakan yang ideal artinya kesadaran akan kemampuan itu dapat mendorong untuk memahami, melaksanakan, memelihara dan mengatasi komunikasi antarbudaya, 3. Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini dihadapi manakala orang tidak sadar bahwa dia sebenarnya mampu berbuat untuk memahami perilaku orang lain, mungkin orang lain menyadari perilaku komunikasi dia. 4. Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu mengahadapi perbedaan anatarbudaya, keadaan ini terjadi manakala seseorang sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu menghadapi perilaku budaya orang lain. Komunikasi antarbudaya sangat penting karena juga memiliki tujuan antara lain membangun rasa saling percaya dan rasa saling menghormati sebagai bangsa berbudaya dalam upaya memperkokoh hidup berdampingan secara damai dengan jalan mempersempit misunderstandimg dengan cara mencairkan prasangkaprasangka rasial, etnik, primordial dari satu bangsa atas bangsa lain. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Litvin mengatakan bahwa dengan adanya komunikasi multikultural akan mempengaruhi secara langsung baik pengaruh yang bersifat kognitif maupun yang bersifat afektif yaitu11: 1. Memberi kepekaan terhadap diri seseorang tentang budaya asing sehingga dapat merangsang pemahaman yang lebih baik tentang budaya sendiri dan mengerti bias-biasnya, 2. Memperoleh kemampuan untuk benar-benar terlibat dalam tindak komunikasi dengan orang lain yang berbeda-beda latar belakang budayanya sehingga tercipta interaksi yang harmonis dan langgeng, 3. Memperluas cakrawala budaya asing atau budaya orang lain, sehingga lebih menumbuhkan empati dan pengalaman seseorang, yang mampu menumbuhkan dan memelihara wacana dan makna kebersamaan 4. Membantu penyadaran diri bahwa sistem nilai dan budaya yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dapat dibandingkan dan dipahami. Kedua kritis terhadap cultural domination dan cultural homogenization, menerima perbedaan budaya sebagai sebuah berkah bukan bencana.12 11 Purwasito, Andrik.2003. Komunikasi Multikultural.Muhammadiyah Universitas Pers, Surakarta halaman : 47 12 Ibid, halaman : 44 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 2.2.2 Budaya dan Persepsi Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat ekonomi, pekerjaan dan citra rasa sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas. Dengan demikian persepsi tersebut terkait oleh budaya (culturebond). Kelompok-kelompok budaya boleh jadi berbeda dalam mempersepsikan sesuatu. Orang Jepang berpandangan bahwa kegemaran berbicara adalah kedangkalan, sedangkan orang Amerika berpandangan bahwa mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal yang baik. Larry A Samovar dan Richard E Porter, mengemukakan enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi perepsi kita ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yakni13: 1. Kepercayaan (belirfs), nilai (values), dan sikap (attitudes) 2. pandangan dunia (worldview) 3. organisasi sosial (social organization) 4. tabiat manusia (human nature) 5. orientasi kegiatan (activity orientation) 6. persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others). 13 http://kuliahkomunikasi.com: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Persepsi merupakan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.14 Ada tiga syarat terjadinya persepsi yaitu adanya objek yang dipersepsi, adanya alat indra, dan adanya perhatian. Adanya objek atau peristiwa sosial yang menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera (reseptor)15. 2.3 Pola Komunikasi Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Pola diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti atau ide yang disampaikan. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan, kontak. Dengan demikian, pola komunikasi disini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.16 Istilah pola komunikasi dapat disebut juga sebagai model tetapi maksudnya sama, yaitu sistem yang terdiri dari atas berbagai kompenen yang berhubungan satu 14 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab. (2004). Psikologi : Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media. Halaman 110 15 Bimo Walgito. (1989). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Publisher. Halaman 54 16 Syaiful Bahri Djamarah. Pola komunikasi orang tua dan anak dalam keluarga. Rineka Cipta. 2004. Hal: 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaanmasyarakat. Pola adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau menghasilkan suatu atau bagian dari seseuatu khususnya jika yang ditimbulkancukup mencapai satu jenis untuk pola dasar yang ditunjukan atau terlihat.17 Pola komunikasi terdiri dari berbagai macam : 1. Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa adanya umpan balik dari komunikan. 2. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi mereka. Komunikator pada terhadap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, komunikator utama memiliki tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut, prosesnya dianalogi, serta diumpan balik terjadi secara langsung. 3. Pola komunikasi multiarah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang lebih banyak dimana komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis dan terus menerus. 17 Syaiful Rohim,Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Bandung, Rineka Cipta. 2008. Hal. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang dicakup beserta keberlangsunganya. Guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis untuk memampukan menggeneralisasikan kasus yang belum teramati.18 2.4 Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting19. Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu: 1. Bahasa Pada dasarnya bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang digunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun 18 Ibid hal : 12 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hal. 22 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain20. 2. Kata Kata merupakan unit lambing terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambang yang melambangkan atau mewakili sesuatuhal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal.Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang21. 2.5 Komunikasi Non verbal Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai dari pada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hamper secara otomatis komunikasi non verbal ikut terpakai. Karenaitu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan22. Nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri. Ini mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata (infleksi, volume), fitur, 20 Ibid., hal. 22 Ibid., hal. 24 22 Ibid., hal. 26 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel). Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan (action) atau objek (object). Aspek komunikasi verbal maupun non verbal sangat berpengaruh pada dunia komunikasi. Karena memang kita berkomunikasi hanya melalui dua cara yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Begitu juga dengan komunikasi kelompok yang juga dipengaruhi oleh komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal23. 2.6 Teori Interaksionalisme Simbolik George Herbert Mead mengembangkan teori atau konsep yang dikenal sebagai Interaksionisme Simbolik. Berdasar dari beberapa konsep teori dari tokoh – tokoh yang mempengaruhinya beserta pengembangan dari konsep – konsep atau teori – teori tersebut, Mead mengemukakan bahwa dalam teori Interaksionisme Simbolik, ide dasarnya adalah sebuah simbol, karena simbol ini adalah suatu konsep mulia yang membedakan manusia dari binatang. Simbol ini muncul akibat dari kebutuhan setiap individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan dalam proses berinteraksi tersebut pasti ada suatu tindakan atau perbuatan yang diawali dengan pemikiran. Dalam tinjauannya di buku Mind, Self and Society, Mead berpendapat bahwa bukan pikiran 23 Ibid., hal. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 yang pertama kali muncul, melainkan masyarakatlah yang terlebih dulu muncul dan baru diikuti pemikiran yang muncul pada dalam diri masyarakat tersebut. Dan analisa George Herbert Mead ini mencerminkan fakta bahwa masyarakat atau yang lebih umum disebut kehidupan social menempati prioritas dalam analisanya, dan Mead selalu memberi prioritas pada dunia sosial dalam memahami pengalaman sosial karena keseluruhan kehidupan sosial mendahului pikiran individu secara logis maupun temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum kelompok sosial . Kelompok sosial hadir lebih dulu dan dia mengarah pada perkembangan kondisi mental sadar – diri. Dalam teorinya yang dinamakan Interaksionaliisme Simbolik ini, George Herbert Mead mengemukakan beberapa konsep yang mendasari teori yang ada, yaitu: 1. Tindakan Perbuatan bagi George Herbert Mead adalah unit paling inti dalam teori ini, yang mana Mead menganalisa perbuatan dengan pendekatan behavioris serta memusatkan perhatian pada stimulus dan respon. Mead mengemukakan bahwa stimulus tidak selalu menimbulkan respon otomatis seperti apa yang diperkirakan oleh aktor, karena stimulus adalah situasi atau peluang untuk bertindak dan bukannya suatu paksaan.24 24 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1674/1/etnomusikologiarifni.pdf://nikolassutrisno.blogspot.com/2010/11/interaksionisme-simbolik.html http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Mead menjelaskan bahwa ada empat tahap yang masing-masing dari tahap tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam setiap perbuatan. 1. Impuls adalah tahap paling awal dalam keempat tahap diatas. Dia adalah reaksi yang paling awal dimana dia berfungsi untuk dirinya sendiri. Impuls melibatkan stimulasi inderawi secara langsung dimana respon yang diberikan oleh aktor adalah bertujuan untuk kebutuhan dirinya sendiri. Contohnya adalah ketika seseorang mempunyai keinginan untuk menonton film di bioskop. 2. Persepsi adalah tahapan kedua, dimana dia adalah pertimbangan, bayangan maupun pikiran terhadap bagaimana cara untuk bisa memenuhi impuls. Dalam tahapan ini, aktor memberikan respon atau bereaksi terhadap stimulus yang berkaitan dengan impuls tadi. Misal, berkaitan dengan contoh impul diatas, ketika seseorang ingin menonton film di bioskop, maka dia akan mencari 3. Manipulasi adalah tahapan selanjutnya yang masih berhubungan dengan tahap-tahap sebelum. Dalam tahapan ini aktor mengambil tindakan yang berkaitan dengan obyek yang telah dipersepsikan. Bagi Mead, tahapan ini menciptakan jeda temporer dalam proses tersebut, sehingga suatu respon tidak secara langsung dapat terwujud. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 4. Konsumsi adalah upaya terakhir untuk merespon impuls. Dalam tahapan ini, dengan adanya pertimbangan maupun pemikiran secara sadar, aktor dapat mengambil keputusan atau tindakan yang umumnya akan berorientasi untuk memuaskan impuls yang ada di awal tadi. 2. Gestur Mead mempunyai pandangan bahwa gestur merupakan mekanisme dalam perbuatan sosial serta dalam proses sosial. Gestur adalah gerak organisme pertama yang bertindak sebagai stimulus yang menghasilkan respon dari pihak kedua sesuai dengan apa yang diinginkan. 3. Simbol Simbol, dia adalah jenis gestur yang hanya bisa dilakukan dan diinterpretasikan oleh manusia. Gestur ini menjadi simbol ketika dia bisa membuat seorang individu mengeluarkan respon - respon yang diharapkan olehnya yang juga diberikan oleh individu yang menjadi sasaran dari gesturnya, karena hanya ketika simbol – simbol ini dipahami dengan makna juga respon yang samalah seorang individu dapat berkomunikasi dengan individu yang lainnya. Dalam teori George Herbert Mead, fungsi simbol adalah memungkinkan terbentuknya pikiran, proses mental dan lain sebagainya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 Mind (Pikiran) 1. George Herbert Mead memandang akal budi bukan sebagai satu benda, melainkan sebagai suatu proses sosial. Sekali pun ada manusia yang bertindak dengan skema aksi reaksi, namun kebanyakan tindakan manusia melibatkan suatu proses mental, yang artinya bahwa antara aksi dan reaksi terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau kegiatan mental.25 Pikiran juga menghasilkan suatu bahasa isyarat yang disebut simbol. Simbol – simbol yang mempunyai arti bisa berbentuk gerak gerik atau gesture tapi juga bisa dalam bentuk sebuah bahasa. Dan kemampuan manusia dalam menciptakan bahasa inilah yeng membedakan manusia dengan hewan. Bahasa membuat manusia mampu untuk mengartikan bukan hanya simbol yang berupa gerak gerik atau gestur, melainkan juga mampu untuk mengartikan simbol yang berupa kata - kata. Kemampuan ini lah yang memungkinkan manusia menjadi bisa melihat dirinya sendiri melalui perspektif orang lain dimana hal ini sangatlah penting dalam mengerti arti - arti bersama atau menciptakan respon yang sama terhadap simbol - simbol suara yang sama. Dan agar kehidupan sosial tetap bertahan, maka seorang aktor harus bisa mengerti simbol - simbol dengan arti yang sama, yang berarti bahwa manusia harus mengerti bahasa yang sama. Proses berpikir, bereaksi, dan berinteraksi menjadi mungkin karena 25 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial,(Bandung:Refika Aditama,2009)hal.26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 simbol - simbol yang penting dalam sebuah kelompok sosial mempunyai arti yang sama dan menimbulkan reaksi yang sama pada orang yang menggunakan simbol - simbol itu, maupun pada orang yang bereaksi terhadap simbol – simbol itu. Mead juga menekankan pentingnya fleksibilitas dari mind (akal budi). Selain memahami simbol-simbol yang sama dengan arti yang sama, fleksibilitas juga memungkinkan untuk terjadinya interaksi dalam situasi tertentu, meski orang tidak mengerti arti dari simbol yang diberikan. Hal itu berarti bahwa orang masih bisa berinteraksi walaupun ada hal – hal yang membingungkan atau tidak mereka mengerti, dan itu dimungkinkan karena akal budi yang bersifat fleksibel dari pikiran. Simbol verbal sangat penting bagi Mead karena seorang manusia akan dapat mendengarkan dirinya sendiri meski orang tersebut tidak bisa melihat tanda atau gerak gerik fisiknya. Konsep tentang arti sangat penting bagi Mead. Suatu perbuatan bisa mempunyai arti kalau seseorang bisa menggunakan akal budinya untuk menempatkan dirinya sendiri di dalam diri orang lain, sehingga dia bisa menafsirkan pikiran – pikirannya dengan tepat. Namun Mead juga mengatakan, bahwa arti tidak berasal dari akal budi melainkan dari situasi social yang dengan kata lain, situasi social memberikan arti kepada sesuatu. 2. Self (Diri) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 Mead menganggap bahwa kemampuan untuk memberi jawaban pada diri sendiri layaknya memberi jawaban pada orang lain, merupakan situasi penting dalam perkembangan akal budi. Dan Mead juga berpendapat bahwa tubuh bukanlah diri, melinkan dia baru menjadi diri ketika pikran telah berkembang. Dalam arti ini, Self bukan suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, seperti26 : 1. Mampu memberi jawaban kepada diri sendiri seperti orang lain yang juga memberi jawaban. 2. Mampu memberi jawaban seperti aturan, norma atau hokum yang juga memberi jawaban padanya. 3. Mampu untuk mengambil bagian dalam percakapan sendiri dengan orang lain. 4. Mampu menyadari apa yang sedang dikatakan dan kemampuan untuk menggunakan kesadaran untuk menentukan apa yang garus dilakukan pada fase berikutnya. Bagi Mead, Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi, dan ada tiga fase dalam proses sosialisasi tersebut. Pertama adalah Play Stage atau tahap bermain. Dalam fase atau tahapan ini, seorang anak bermain atau memainkan peran orang - orang yang dianggap penting baginya. Contoh ktika seorang anak laki - laki 26 Slamet Santoso, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama,2010) hlm.220 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 yang masih kecil yang suka bermain bola, maka dia meminta dibelikan atribut yang berhubungan degan bola dan bermain dengan atribut tersebut serta berpura - pura menjadi pesepak bola idolanya. Fase kedua dalam proses sosialisasi serta proses pembentukan konsep tentang diri adalah Game Stage atau tahap permainan, dimana dalam tahapan ini seorang anak mengambil peran orang lian dan terlibat dalam suatu organisasi yang lebih tinggi. Contoh Anak kecil yang suka bola yang tadinya hanya berpura - pura mengambil peran orang lain, maka dalam tahapan ini anak itu sudah berperan seperti idolanya dalam sebuah team sepak bola anak, dia akan berusaha untuk mengorganisir teamnya dan bekerjasama dengan teamnya. Dengan fase ini, anak belajar sesuatu yang melibatkan orang banyak, dan sesuatu yang impersonal yaitu aturan - aturan dan norma – norma. Sedang fase ketiga adalah generalized other, yaitu harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, standar-standar umum dalam masyarakat. Dalam fase ini anak-anak mengarahkan tingkah lakunya berdasarkan standar-standar umum serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh anak tadi dalam fase ini telah mengambil secara penuh perannya dalam masyarakat. Dia menjadi pesepak bola handal dan dalam menjalankan perannya sudah punya pemikiran dan pertimbangan. Jadi, dalam fase terakhir ini, seorang anak menilai tindakannya berdasarkan norma yang berlaku dalam masyarakat. a. I and Me Inti dari teori George Herbert Mead yang penting adalah konsepnya tentang “I” and “Me”, yaitu dimana diri seorang manusia sebagai subyek http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 adalah “I” dan diri seorang manusia sebagai obyek adalah “Me”. “I” adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif yang merupakan respon terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya pertimbangan. Dan ketika didalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun pemikiran, maka pada saat itu “I” berubah menjadi “Me”.27 Mead mengemukakan bahwa seseorang yang menjadi “Me”, maka dia bertindak berdasarkan pertimbangan terhadap norma-norma, generalized other, serta harapan-harapan orang lain. Sedangkan “I” adalah ketika terdapat ruang spontanitas, sehingga muncul tingkah laku spontan dan kreativitas diluar harapan dan norma yang ada. Society (Masyarakat) b. Masyarakat dalam konteks pembahasan George Herbert Mead dalam teori Interaksionisme Simbolik ini bukanlah masyarakat dalam artian makro dengan segala struktur yang ada, melainkan masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih mikro, yaitu organisasi sosial tempat akal budi (mind) serta diri (self) muncul. Bagi Mead dalam pembahasan ini, masyarakat itu sebagai pola-pola interaksi dan institusi sosial yang hanya seperangkat respon yang biasa terjadi atas berlangsungnya pola-pola interaksi tersebut, karena Mead berpendapat bahwa 27 Rachmad K. Dwi Susilo, 20 Tokoh Sosiologi Modern, (Jogjakarta:Ar-ruz Media,2008) hlm:163 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dalam masyarakat. Jadi, pada dasarnya Teori Interasionisme Simbolik adalah sebuah teori yang mempunyai inti bahwa manusia bertindak berdasarkan atas makna - makna, dimana makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain, serta makna – makna itu terus berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung. http://digilib.mercubuana.ac.id/