(Cherax albertisii) dengan huna capitmerah

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lobster air tawar
adalah jenis endemik dan merupakan komoditas
perikanan spesifik lokal Papua dan Australia, termasuk famili Parastacidae dan
genus Cherax. Jumlah jenis Cherax asli Indonesia sekitar 12-15 spesies. Jenis
Cherax yang potensial untuk dibudidayakan untuk tujuan konsumsi diantaranya
C. monticula, C. lorentzi, C. lakembutu dan C. albertisii (Sukmajaya & Suharjo
2003). Namun demikian, hanya jenis huna biru (Cherax albertisii) asal Papua dan
huna capitmerah (Cherax quadricarinatus) asal Australia bagian tenggara
(Queensland) yang telah didomestikasikan dan telah terkuasai pembenihan dan
budidayanya. Hal ini disebabkan karena huna biru dan huna capitmerah lebih
mudah dalam beradaptasi pada lingkungan budidaya di luar habitatnya dan tidak
ada masalah dalam reproduksinya (Kusmini & Nugroho, 2007).
Huna capitmerah telah berkembang lebih awal dibandingkan dengan
huna biru, sejak tahun 2003 di Indonesia budidaya huna capitmerah mulai
berkembang dengan pesatnya, sedangkan huna biru baru dikenal di pembudidaya
pada tahun 2006 dan kurang berkembang diduga tingkat keragaman genetiknya
masih tinggi. Yogyakarta pada tahun 2004-2006 memiliki 800 orang lebih
pembudidaya huna capitmerah, bulan April 2008 hanya ada 4 pembudidaya yang
panen. Budidaya huna capitmerah di Tulungagung berkembang pesat pada tahun
2005-2006, namun pertengahan tahun 2007 usaha pembenihan dan pembesaran
mulai berkurang (Kusmini, 2009). Produksi huna capitmerah mulai menurun hal
ini dapat disebabkan oleh pengelolaan induk dalam budidaya dan terjadi silang
dalam (inbreeding) yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan keragama
genetik, salah satu program
untuk meningkatkan
keragaman genetik adalah
dengan hibridisasi. Huna capitmerah satu genus tetapi berbeda spesies dengan
huna biru dan mempunyai kesamaan morfologi, sehingga untuk meningkatkan
keragaman benih sebar huna capitmerah perlu penelitian hibrid antara huna
capitmerah dengan huna biru.
1
Hibridisasi adalah memanfaatkan sifat heterosis karena sifat dominan dan
heterozigot pada banyak lokus (Kapusckinski & Jacobson, 1987) atau interaksi
dari alela pada lokus (Tave, 1993). Hibridisasi berpengaruh dalam meningkatkan
proporsi gen-gen yang heterozigot dan menurunkan proporsi gen yang homozigot
(Falconer, 1996). Interspesifik hibridisasi adalah persilangan antar ikan yang
berbeda species, yang dimaksudkan untuk memperoleh turunan yang tumbuh
cepat, steril (triploid), tahan terhadap penyakit dan tahan terhadap perubahan
lingkungan yang ekstrim (Hickling, 1968). Hibrid channel catfish betina ><
catfish biru jantan menghasilkan turunan yang tumbuh lebih cepat dan lebih
seragam (Brooks et al, 1982). Demikian juga dengan persilangan ikan- ikan jenis
rainbow trout,
dan brook trout tumbuh lebih cepat dari pada garis parental
(induk) (Tave, 1993).
Behrends & Smitherman (1984) menyilangkan tilapia
aurea yang tahan dingin dengan Red tilapia untuk menghasilkan populasi red
tilapia yang tahan dingin. Menurut Lawrence (2005), di Australia persilangan
antara betina Cherax roduntus x jantan Cherax albitus menghasilkan turunan
jantan semua, karena itu pertumbuhannya 4,8 kali lebih cepat setelah dipelihara
selama 424 hari.
RAPD (Random Amplified Polymorphism DNA) adalah suatu aplikasi
standar dari Polymerase Chain Reaction (PCR) yang digunakan untuk mendeteksi
perbedaan polimorfik DNA yang ada antara spesies atau antar individu. Analisis
RAPD terdiri dari tiga bagian, yaitu ekstraksi DNA, PCR dan elektroforesis
(Soewardi, 2007). Semakin banyak jumlah primer yang digunakan semakin besar
peluang untuk mendeteksi polimorfik DNA, sehingga lebih mudah menganalisis
keragaman genetiknya. Primer
RAPD yang digunakan dalam penelitian ini
adalah OPA08, OPA11, OPB02, OPB06, OPC03 dan OPC09, sebagaimana yang
telah dilakukan Nguye n et al. (2004) di Australia, dengan menggunakan 60
primer, 10 primer diantaranya yang disebut di atas menunjukkan adanya 31 locus
yang berbeda antara Cherax destructor dengan turunan pertama (F1) dan turunan
ke dua (F2).
2
Perumusan dan Pendekatan Masalah
Ketersediaan benih yang bermutu unggul, baik dari segi kualitas, kuantitas
dan kontinuitas, seringkali merupakan masalah yang dihadapi dalam budidaya
ikan, termasuk budidaya lobster air tawar. Umumnya pada tahapan awal budidaya
yang sedang berkemb ang seperti lobster air tawar, produksi akan cukup bagus
namun lambat laun produksinya akan menurun pada generasi berikutnya sebagai
akibat penurunan mutu benih dan induk yang ada hubungannya dengan penurunan
keragaman genetik.
Untuk meningkatkan keragaman genetik, dapat dilakukan persilangan atau
hibridisasi, yaitu karakter-karakter dari tetuanya akan saling bergabung
menghasilkan turunan yang tumbuh cepat, terkadang steril (triploid), tahan
terhadap penyakit dan tahan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim
(Hickling, 1968).
Pengukuran keragaman genetik dari hibridisasi dapat dilakukan melalui
karakter fenotipe dan karakter genotip e. Karakter fenotipe dapat dilihat dari
morfologi dan pertumbuhan keturunannya yaitu pengukuran kuantitatif hybrid
vigour yang disebut heterosis, didefinisikan sebagai presentase peningkatan
performa dari hasil hibridisasi di atas rataan tetuanya. Karakter genotipe diamati
dengan RAPD, untuk mengetahui tingkat derajat heterosigositas antara
persilangan yang sama (sejenis) dan resiprokalnya.
3
Hibridisasi
- Keragaman genetik meningkat
- Menurunkan proporsi gen yang homozigot
• Memperbaiki produktivitas (pertumbuhan dan sintasan)
• Pembentukan varietas baru
• Memperoleh heterozigositas tinggi
• Produksi populasi monosek
- Pengamatan fenotipe dan genotipe
- Analisis efek heterosis
- Analisis heterozigositas
Gambar 1. Diagram alir tentang hibridisasi
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Hibridisasi antar huna bertujuan untuk meningkatkan keragaman
genetiknya sehingga diperoleh kualitas benih huna yang lebih baik dalam hal
pertumbuhan dan kelangsungan hidup (sintasan). Selain itu
juga untuk
mengetahui perbedaan morfologi dan rasio jenis kelamin benih huna hibrida.
Analisis RAPD dilakukan untuk mengetahui keragaman genetik (heterosigositas)
dari turunannya.
Manfaatnya adalah diperoleh benih huna yang mempunyai keragaman
yang tinggi, berkualitas baik dalam hal pertumbuhan dan kelangsungan hidup
(sintasan) untuk pembudidaya huna (lobster air tawar).
Hipotesis
Persilangan antara huna biru dengan huna capitmerah dapat menghasilkan
benih yang berkualitas baik, dan mempunyai nilai heterosigositas yang tinggi.
4
Download