PROPERTI Bisnis Indonesia, Selasa, 10 Agustus 2010 3 Proyek perkantoran selesai 2011 JAKARTA: Sebanyak tiga proyek perkantoran strata title di Jakarta dengan total luas sebesar 115.700 m2 ditargetkan selesai pada tahun depan. Berdasarkan data Cushman & Wakefield Indonesia, ketiga kantor tersebut adalah Office 8 @ Senopati, Kuningan City, dan The H Tower. Office 8 @ Senopati menyediakan ruang perkantoran seluas 48.000 m2 dengan harga jual Rp19 juta per m2. Adapun, Kuningan City menyediakan lokasi sebesar 60.000 m2 dengan harga jual sekitar Rp17,6 juta per m2, sedangkan The H Tower menyediakan areal 7.700 m2 dengan harga jual Rp18 juta per m2. 3 Proyek perkantoran strata title di Jakarta yang ditargetkan rampung 2011 Office 8 @ Senopati 48.000 Kuningan City 60.000 The H Tower Office 8 @ Senopati 19 Kuningan City 17,6 The H Tower Harga jual (Rp juta/m2) 18 Sumber: Cushman & Wakefield Indonesia, diolah BISNIS/YUW/ILHAM NESABANA PILAR Apartemen tetap diminati JAKARTA: Pengembang menilai pasar apartemen menengah masih potensial dikembangkan, mengingat suku bunga bank telah mengalami penurunan. "Pasar menengah masih sangat potensial dan arahnya positif pada tahun ini. Hal ini dipicu oleh penurunan suku bunga bank yang cukup signifikan," ujar Endang Susilomurti, Head of Corporate Communication Binakarya Propertindo Group, pengembang Cibubur Village Apartment yang berlokasi Jakarta Timur, kemarin. Menurut dia, masyarakat kelas menengah sangat sensitif dengan adanya kenaikan harga properti dan faktor lain seperti halnya kenaikan tarif dasar listrik. Oleh karena itu, pihaknya berusaha menjaga stabilitas pasar properti kelas menengah dengan terus mempertahankan produk-produk potensial bagi kalangan menengah seperti Cibubur Village Apartment. (BISNIS/ZUF) Residence 28 ditargetkan selesai Oktober OLEH YUSUF WALUYO JATI Bisnis Indonesia JAKARTA: Pengembang perumahan PT Sentra Karya Bersama (SKB) menargetkan proyek Residence 28 tahap II bisa dituntaskan pada Oktober tahun ini, dengan jumlah 26 unit perumahan baru di kawasan Kedoya, Jakarta Barat. Direktur PT Habitat Hunian Ray Susilo, konsultan pemasaran Residence 28, mengatakan pembangunan tahap II menelan investasi sekitar Rp116,55 miliar atau sepertiga dari total investasi proyek sebesar Rp350 miliar. Sebelumnya, jelas Ray, pembangunan tahap I telah dituntaskan pada 2008 dan dipasarkan pada awal 2009. Saat ini, Residence 28 mencapai tingkat okupansi sekitar 80% atau setara dengan 56 unit. Untuk tahap II, sekitar 26 unit hunian baru yang mengusung konsep kampung di tengah kota, ditargetkan dapat habis terjual. “Dari total lahan sekitar 3 hektare, proyek ini telah menghabiskan sekitar 1,7 hektare. Rencananya, Residence 28 tahap II diluncurkan pada Oktober tahun ini. Hunian ini mengusung konsep rumah bia- BTN lirik sekuritisasi aset properti OLEH YUSUF WALUYO JATI Bisnis Indonesia Rencana penerbitan efek beragun aset KPR-BTN III JAKARTA: PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mulai melirik produk investasi berupa sekuritisasi aset properti untuk mendorong penurunan suku bunga kredit perumahan rakyat dalam jangka panjang. Nama Struktur Total penerbitan Target peringkat Originator Target penerbitan Partisipan sa yang dipadukan dengan pelayanan sekelas apartemen,” katanya kemarin. Pinki Elka Pangestu, Direktur Eksekutif Federasi Realestat Internasional (FIABCI) Indonesia, mengatakan saat ini belum banyak pengembang yang mengusung hunian yang asri dan nyaman. “Dengan lahan yang tak terlalu luas, Residence 28 bisa membangun perumahan town house yang mewah. Selain itu, klaster ini juga menyediakan ruang interaksi bagi penghuni dan membangun komunitas eksklusif. Kondisi ini sangat sulit didapatkan di kota-kota besar,” terangnya. Ray menambahkan Residence 28 dilengkapi dengan fasilitas kolam renang, ruang pertemuan yang dikelilingi taman asri, barbeque pit, sarana olahraga, yang memungkinkan penghuni tak perlu keluar dari kompleks untuk beraktivitas. “Hunian mewah biasanya membatasi penghuninya, sehingga malas bersosialisasi. Namun, dengan konsep dan fasilitas yang kami usung, para penghuninya justru akan semakin akrab bersosialisasi dengan para tetangga dalam satu lingkungan yang nyaman,” ujarnya. Wakil Direktur Utama BTN Evi Firmansyah mengatakan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) akan bertindak sebagai pengatur (arranger) dan pembeli siaga (standing buyer) dalam transaksi sekuritisasi KPR-BTN III. Adapun, total penerbitan aset mencapai Rp750 miliar pada 2010. Namun, tidak semua dana tersebut akan diserap SMF. “Kalau melihat dari pernyataan beberapa pihak seperti investor dari dana pensiun, saya sangat optimistis [sekuritisasi aset dapat terlaksana]. Menurut mereka, performance-nya bagus. Jadi, mereka sekarang sudah yakin,” jelasnya dalam diskusi Efek Beragun Aset KPR BTN III 2010, kemarin. Sekuritisasi aset adalah penerbitan surat berharga oleh penerbit efek beragun aset yang didasarkan pada pengalihan aset keuangan dari kreditur kepada pemodal. Pada tahun lalu, BTN melakukan sekuritisasi aset senilai Rp500 miliar. Pada tahun ini, nilai tersebut ditingkatkan 50% menjadi Rp750 miliar. Rencananya, sekuritisasi itu akan dilakukan pada Oktober tahun ini. Adapun, pasar sekunder (secondary market) untuk efek beragun aset (EBA) BTN tahap pertama mencapai 107,26%, sedangkan EBA tahap kedua ditargetkan sekitar 105%. Sampai saat ini, ujarnya, total aset KPR-BTN yang akan disekuritisasikan mencapai Rp8 triliun. Pada sisi lain, lanjutnya, BTN segera mengucurkan kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi dengan pola baru pembiayaan perumahan berupa fasilitas likuiditas (FL) yang akan direalisasikan pemerintah. Namun, per- : Transaksi Sekuritisasi KPR-BTN III : KIK-EBA (Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset) : Minimal Rp750 miliar : idAAA : PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk : Oktober 2010 : PT BTN sebagai kreditur asal (originator) PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) sebagai arranger, credit enchancer dan pemodal/standby buyer PT Danareksa Investment Managemet sebagai manajer investasi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai bank kustodian PT Kresna Graha Sekurindo Tbk, PT Trimegah Securities Tbk, PT Andalan Artha Advisindo Securities sebagai penjamin emisi efek Sumber: PT SMF (Persero) seroan masih menunggu turunnya petunjuk teknis (juknis) pemerintah. Sebelumnya, Kementerian Negara Perumahan Rakyat (Kemenpera) optimistis pembahasan program FL akan direalisasikan paling lambat bulan depan agar skema baru pembiayaan kredit rumah sederhana sehat (RSh) bisa segera dijalankan. Berdasarkan rencana awal, program tersebut akan dilaksanakan pada Juli tahun ini karena dana APBN sebesar Rp2,6 triliun sudah disiapkan. Namun, dengan berbagai pertimbangan teknis program tersebut ternyata belum bisa dijalankan. “Masalahnya, pemerintah harus berhati-hati karena ini anggaran negara yang menyangkut hajat orang banyak,” kata Deputi Menpera Bidang Perumahan Formal Zulfi Syarif Koto. Menurut Evi, BTN belum menggunakan skema baru KPR karena belum ada petunjuk pelaksana, sehingga BTN masih menggunakan KPR bersubsidi pola lama untuk menyiasati periode transisi. Tetap tinggi Kendati belum menggunakan pola baru, Evi mengaku penyerapan KPRBTN tetap tinggi. “Loan growth KPR-BTN per Juni tumbuh 30%. Saat ini, para developer [pengembang] masih menunggu skema baru,” katanya. Berdasarkan catatan BTN, saat ini sudah sekitar 50.000–60.000 unit ru- mah yang dibiayai dengan skema KPR bersubsidi lama yang sebagian besar dikucurkan untuk landed house. Untuk rumah susun sederhana milik (rusunami), imbuh Evi, pola pembiayaannya belum direalisasikan karena masih menunggu petunjuk teknis. “Prinsipnya BTN siap mengucurkan KPR dengan pola baru [FL]. Kalau sudah jelas, kami segera melaksanakan,” ujarnya. BTN, lanjutnya, sudah melepas obligasi sebesar Rp1,6 triliun dengan tenor selama 10 tahun. Dana ini yang akan dipadukan dengan FL. “Kalau pemerintah menyediakan Rp2,6 triliun, berarti dana tambahan untuk FL sekitar 30% lagi atau sekitar Rp800 miliar. Dana itu sudah tersedia,” katanya. Namun, tertundanya pelaksanaan FL dinilai tidak mengganggu pertumbuhan kredit BTN mengingat loan growth (pertumbuhan) kredit BTN tetap tinggi. Sepanjang 2010, pemerintah memasang target penyediaan RSh sebanyak 150.000 unit dan 30.000 unit rusunami. Namun, belum adanya petunjuk teknis penyaluran FL dikhawatirkan mengganggu kucuran fasilitas tersebut. Sebab, penyaluran FL untuk 30.000 unit rusunami dalam 4 bulan tersisa akan sangat sulit direalisasikan sesuai dengan target mengingat penyaluran FL membutuhkan proses. ([email protected]) Intiland bangun 10 hotel hingga 2011 OLEH YUSUF WALUYO JATI Bisnis Indonesia Pembiayaan rusunami tunggu petunjuk teknis Luas (m2) 7.700 m3 YOGYAKARTA: PT Intiland Development Tbk (Intiland), perusahaan pengembang properti dalam negeri, akan merampungkan 10 unit hotel bintang dua pada 2010–2011 di Jawa, Bali, dan Kalimantan. Rencana ini direalisasikan oleh anak usaha Intiland yakni PT Intiwhiz International. Intiwhiz akan merealisasikan sekitar 10 unit Whiz Hotel di beberapa kota seperti Yogyakarta, Semarang, Balikpapan, Jakarta, Bali, Surabaya, dan Malang. Presiden Direktur dan CEO Intiwhiz International Moedjianto Soesilo Tjahjono menerangkan 10 unit hotel tersebut merupakan bagian dari pengembangan 60 unit hotel bintang dua dalam 5 tahun ke depan. Untuk satu unit hotel, jelasnya, dibutuhkan investasi sekitar Rp50 miliar dengan lahan ideal seluas 1.200–2.000 m2. Dengan demikian, total lahan yang dibutuhkan untuk 60 unit jaringan hotel baru mencapai sekitar 72.000–120.000 m2. “Untuk 10 hotel pertama, nilai investasi diperkirakan sekitar Rp500 miliar, sedangkan total investasi untuk membangun 60 unit hotel di seluruh Indonesia mencapai hingga Rp3 triliun,” katanya di Yogyakarta akhir pekan lalu, seusai melakukan Soft Opening Whiz Hotel pertama. Sebelumnya, ujar Moedjianto, Intiland sudah masuk ke jaringan bisnis perhotelan. Beberapa hotel yang sempat dikembangkan adalah Grand Bromo dan Grand Terawas di Jawa Timur, tetapi tidak fokus, sehingga hasilnya tidak optimal. “Bisnis perhotelan membutuhkan keseriusan. Karena itu, pada 2008, kami melakukan riset selama 2 tahun dan terbukti bisnis perhotelan masih sangat prospektif seiring dengan perbaikan ekonomi masyarakat,” katanya. Direktur Eksekutif Intiwhiz Ndang Mulyadi menambahkan jaringan bisnis perhotelan bintang dua yang dikerjakan Intiland akan membidik segmen para business traveler, yakni mereka yang memanfaatkan hotel sebagai tempat singgah sekitar 8 jam. “Namun, fasilitas yang kami sediakan setara dengan hotel bintang tiga, di antaranya Internet murah dan meeting room,” katanya. Percepat proyek Selain cabang pertama di Yogyakarta, lanjut Moedjianto, Intiwhiz pada tahun ini akan mempercepat pembangunan jaringan Whiz Hotel di Semarang sekitar dua unit, Jakarta (tiga unit) yakni di Jl. Hayam Wuruk, Menteng, dan Blok M. Di Bali, Whiz akan dibangun dua unit yakni di Kuta dan Legian, sedangkan satu unit di Surabaya berada di Jl. Mayjen Sungkono. Di Balikpapan Whiz akan dibangun satu unit dengan lahan seluas 1.200 m2, satu unit di Malang, Jatim, dengan lahan 1.200 m2. “Semua proyek ditargetkan selesai pada 2011 sehingga kami bisa memiliki jaringan Whiz sekitar 10–12 unit. Untuk beberapa proyek lain di Medan, Palembang, Palangkaraya, Bandar Lampung, Padang, Pontianak, Palembang, hingga Manado, masih dalam proses di antaranya negosiasi lahan,” katanya. KEPASTIAN HUKUM: Beberapa pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Medan, Sumut, kemarin. Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) meminta pemerintah memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan jasa konstruksi. BISNIS/ANDI RAMBE Walet Propertindo garap hunian di Pekalongan OLEH IRSAD SATI Bisnis Indonesia JAKARTA: PT Walet Propertindo Lestari melebarkan sayap bisnisnya dengan menggarap proyek perumahan Grand Comal Residence seluas 13 hektare di Pekalongan dengan investasi sekitar Rp300 miliar. Harjanto Prawiro, Presdir PT Walet Propertindo Lestari, pengusaha yang sebelumnya sukses di bisnis budi daya sarang walet, mengatakan pihaknya masuk ke proyek properti karena besarnya peluang untuk mengembangkan bisnis di bidang perumahan. “Proyek kami di Pekalongan ini untuk membidik pasar di area Pekalongan, Pemalang, Kajen, Kab. Batang. Ini perumahan dengan segmen harga Rp150 juta hingga Rp500 juta [per unit],” katanya dalam siaran persnya kemarin. Dia menambahkan peletakan batu pertama proyek properti perdananya itu sudah dimulai, kemarin dengan target bisa berkem- bang menjadi lini bisnis andalan pada masa mendatang, sehingga berlanjut dengan proyek yang lain. Pembangunan Grand Comal Residence dibagi dalam dua tahap dengan tahap pertama akan dikembangkan 6,5 hektare untuk pembangunan sebanyak 354 unit rumah dan tahap dua seluas 6,5 ha lagi. Menurut Harjanto, proyek itu dibangun persisnya di dekat pasar Comal yang berada di antara Pekalongan dan Pemalang. “Wilayah Karesidenan Pekalongan yang terdiri Pekalongan, Pemalang, Kajen, Kabupaten Batang merupakan daerah yang cukup memiliki prospek untuk proyek perumahan. Kami membidik segmen pasar kelas menengah ke atasnya saja.” Sasaran pasarnya adalah para pedagang, pengusaha konveksi, batik, jins, penggilingan padi, pengusaha tebu, beras, para karyawan swasta, dan pegawai pemerintah serta para pebisnis di kawasan tersebut. Dia optimistis proyek perumahannya itu bisa berkembang karena di Karesidenan Pekalongan belum ada perumahan sekelas estat seperti Grand Comal Residence. Harjanto Prawiro sendiri merupakan seorang pengusaha Walet sukses yang sudah berpengalaman lebih dari 25 tahun di bisnis dan budi daya walet di Indonesia serta berpengalaman membangun rumah walet yang sudah mencapai puluhan ribu meter persegi.