BAB II URAIAN TEORITIS 2. 1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Menurut Kuznets (Todaro, 2000 : 163), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri atau ekmungkinan oleh adanya kemajuan penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Adapun komponen-komponen yang terkandung dalam defenisi diatas adalah sebagai berikut : • Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economy maturity) disuatu negara bersangkutan. • Perkembangan teknologi merupakan dasar atau prakondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, tetapi tidak cukup itu saja masih dibutuhkan faktor-faktor lain. 6 • Guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung didalam teknologi, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideology. (Todaro, 2000 : 144). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Dimana pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor – faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu lairan balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat. Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya (Hera Susanti,1995, hal : 23). Istilah pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi sebenarnya mempunyai arti yang berbeda, dimana kedua-duanya menerangkan mengenai perkembangan ekonomi yang berlaku. Pertumbuhan selalu digunakan sebagai ungkapan umum yang menggambarkan tingkat perkembangan suatu negara yang diukur melalui pertumbuhan (presentase pertambahan) dari pendapatan nasional riil. Sedangkan istilah pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara – negara berkembang. 7 2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi, produk, angkatan kerja, rasio modal tenaga kerja, imbalan bagi faktor (faktor returns) dalam daerah dibatasi secara jelas. Laju pertubuhan dari daerah – daerah biasanya diukur menurut output atau tingkat pendapatan adalah sangat berbeda-beda, dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi regional adalah produk dari banyak faktor, sebagian bersifat intern dan sebagian lainnya bersifat ekstern dan sosio politik. Faktor-faktor yang berasal dari daerah itu sendiri (intern) meliputi distribusi faktor produksi, seperti tanah, tenaga kerja, modal sedangkan salah satu penentu ekstern yang paling penting adalah tingkat permintaan dari daerah-daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pola pertumbuhan ekonomi rasional tidak sama dengan apa yang lazim ditemukan pada pertumbuhan ekonomi nasioanl. Hal ini pada dasarnya disebabkan pada analisa pertumbuhan ekonomi regional lebih dipusatkan pada pengaruh perbedaan karakteristik space terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, kedua kelompok ilmu ini juga memiliki cirri-ciri yang sama, yaitu memberikan penekanan pada unsur waktu yang merupakan faktor penting dalam analisa pertumbuhan ekonomi. Pada teori pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktor yang sangat penting diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan, dan kemajuan teknologi yang bias muncul dalam berbagai bentuk. Sedangkan pada teori pertumbuhan 8 ekonomi regionalfaktor-faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi, migrasi, dan arus lalu lintas modal antar wilayah. Teori pertumbuhan ekonomi regional dapat dibagi atas empat kelompok besar, yaitu : 1. Kelompok pertama dinamakan sebagai Export Base Models yang dipelopori oleh Douglas C. North (1955) dan kemudian dikembangkan Tiebout (1956). Kelompok ini mendasarkan pandangannya dari sudut teori lokasi, yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi dan dapat digunakan sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut umumnya berbeda-beda setiap region dan hal ini bergantung pada keadaan geografis daerah setempat. Pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh tingkat permintaan ekstern daerah lain. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan ekspor akan mengakibatkan berkembangnya kegiatan – kegiatan penduduk setempat, perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan – keuntungan eksternal dan pertumbuhan suatu region strategi pembangunan harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional. 2. Kelompok kedua lebih banyak berorientasi pada kerangka pemikiran Neo Klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein (1964), yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert (1969). 9 Kelompok ini mendasarkan analisanya pada peralatan fungsi produksi. Unsurunsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal dan tenaga kerja. Adapun kekhususan teori ini adalah dibahasnya teori secara mendalam pengaruh perpindahan penduduk dan lalu lintas modal terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Suatu kesimpulan yang menarik dari model Neo Klasik adalah bahwa terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan suatu negara dengan perbedaan kemakmuran daerah pada suatu negara yang bersangkutan. Pada saat proses pembangunan baru dimulai (pada negara sedang berkembang), tingkat perbedaan kemakmuran antar wilayah cenderung menjadi tinggi, sedangkan bila proses pembangunan telah berjalan dalam waktu yang cenderung menurun. Hal ini disebabkan pada negara sedang berkembang lalu lintas keseimbangan pertumbuhan belum dapat terjadi. Masih belum lancarnya fasilitas pembangunan dan komunikasi serta kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk biasanya merupakan faktor utama yang menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal antar daerah. Sedangkan pada negara-negara yang telah maju proses penyesuaian tersebut dapat terjadi dengan lancar karena telah sempurnanya fasilitas perhubungan dan komunikasi. 3. Kelompok ketiga menggunakan jalur pemikiran Keynes dan dinamakan sebagai Cumulative Causation Models. Teori ini dipelopori oleh Myrdal (1975) dan kemudian diformulasikan oleh Kaldor. 10 Teori ini berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antar daerah tidak hanya diserahkan pada kekuatan pasar (market mechanism), tetapi perlu adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk program pembangunan wilayah terutama untuk daerah yang relatif masih terbelakang. 4. Kelompok keempat dinamakan sebagai Core Poriphery Models yang mulamula dikemukakan oleh Friedman (1966). Teori ini menekankan analisanya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota dan desa. Menurut teori ini, gerak langkah pembangunan daerah perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa sekitarnya. Sebaliknya, corak pembangunan daerah pedesaan tersebut juga ditentukan oleh arah pembangunan perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar daerah sangat ditonjolkan. 2.3 Pengertian Pendapatan Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatannya. Pendapatan dapat menunjukkan semua uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada saat kegiatan ekonomi. Dengan kata lain pendapatan harus juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi atau tempat ia bekerja. Setiap orang yang bekerja berusaha untuk memperoleh pendapatan 11 dengan jumlah yang maksimal agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Maksud utama para tenaga kerja yang bersedia melakukan pekerjaan tersebut adalah untuk mendapatkan pendapatan yang cukup baginya dan keluarganya. Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidupnya ataupun rumah tangganya, maka kehidupan yang sejahtera akan tercapai. Pada awal abad ke-20 gagasan-gagasan yang berkenaan dengan pendapatan diperkenalkan oleh Fisher dan Hicks. Fisher menegaskan bahwa pendapatan adalah serangkaian kejadian yang berkaitan dengan beberapa tahap yang berbeda yaitu : 1. Pendapatan psikis 2. Pendapatan riil 3. Pendapatan uang. Pendapatan psikis adalah barang dan jasa yang sungguh-sungguh oleh orang yang menciptakan kesenangan psikis dan kepuasan kebutuhan. Pendapatan psikis merupakan konsep psikologis yang tidak dapat diukur secara langsung namun dapat ditaksir oleh pendapatan riil. Sedangkan pendapatan riil adalah ekspansi kejadian yang menimbulkan kenikmatan psikis. Pendapatan riil diukur dengan biaya hidup. Dengan kata lain kepuasan yang diciptakan oleh kenikmatan psikis dari keuntungan yang diukur dengan pengeluaran uang yang dilakukan untuk perolehan barang dan jasa sebelum dan sesudah konsumsi. Jadi pendapatan psikis, pendapatan riil dan biaya hidup merupakan tiga tahap yang berbeda bagi pendapatan. 12 Pendapatan uang menujukan seluruh uang yang diterima dan dimaksudkan akan dipergunakan untuk konsumsi, dalam memenuhi biaya hidup. Pendapatan psikis lebih mendasar dan pendapatan uang sering disebut dengan pendapatan. 2.4 Faktor-faktor Produksi Yang dimaksud dengan produksi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan barang dan jasa. Dimana dalam produksi manusia menggunakan benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang disebut dengan faktor-faktor produksi yang ada kalanya dinyatakan dengan istilah lain, yaitu sumber daya. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan sampai sejauh mana suatu negara dapat menghasilkan barang dan jasa. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam pertanian adalah sebagai berikut : a. Tanah Di negara kita faktor produksi tanah merupakan inti yang sangat penting kedudukannya, terlihat dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah bila dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. Dr. Mubyarto memberikan pengertian tentang tanah, yaitu : Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian, yaitu temapat diamna produksi berjalan dan dimana produksi keluar. Dari pengertian diatas diperoleh kesimpulan bahwa tanah adalah faktor utama dalam pertanian. Pada umumnya tanah perlu diolah untuk meningkatkan 13 kualitasnya. Cara-cara pengolahan ini tentu saja tidak berbeda dengan cara pengolahan, pemeliharaan tanaman agar dapat memberikan hasil yang baik. Akibat dari pertumbuhan penduduk, maka luas lahan yang dapat memproduksi hasil-hasil pertanian akan berkurang. Yang mengakibatkan terjadinya The law of diminishing return yaitu hukm kenaikan hasil yang selalu berkurang, artinya dengan semakin bertambahnya faktor produksi hingga pada suatu titik tertentu meskipun terjadi kenaikan hasil namun kenaikan itu tidak proporsional dengan pertumbuhan tenaga kerja. Dengan demikian tanah merupakan faktor produksi yang sangat penting dan hanya dapat digunakan dengan bantuan tenaga kerja dan modal. Dengan kata lain, tanah memerlukan tenaga kerja dan modal sebagai pendukung produksi pertanian, pada dasarnya produksi tidak akan bertambah baik bila pengolahan lahan tidak dilaksanakan dengan baik pula. b. Modal Meskipun faktor produksi tanah memegang peranan sangat penting dalam pertanian, namun modal tidak dapat diabaikan sebagai pendukung terhadap produksi pertanian tersebut. Menurut Mubyarto, modal adalah barang atau uang yang secara bersama-sama dengan faktor produksi lainnya (tanah dan tenaga kerja) menghasilkan hasil-hasil pertanian. Meskipun modal selalu dinyatakan nilainya dalam bentuk uang namun, ada juga penciptaan modal tanpa menggunakan uang. Meskipun demikian, uang 14 masih merupakan alat tukar dan pengukur nilai dari modal tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa uang sebagai alat utama dalam penciptaan modal. Modal diciptakan petani dengan menahan diri dalam konsumsi dengan harapan pendapatannya akan lebih besar lagi dikemudian hari. Namun apabila para petani selalu mengkonsumsikan semua hasil panennya akan mengalami kemunduran, jadi dapat disimpulkan bahwasanya pengembangan pertanian akan ada bila terjadi pembentukan modal (investasi). Karena itu setiap petani yang maju akan tetap berusaha agar alat-alat produksinya (modal) semakin lama semakin baik dan semakin produktif. Mengingat negara kita yang sedang membangun, modal merupakan suatu hal yang harus sangat diperhatikan, sementara itu kita juga harus memperhatikan implikasi modal dalam kebijaksanaan pembangunan pertanian baik itu modal fisik maupun modal manusiawi. Menurut para ahli di Indonesia, produksi pertanian dapat ditingkatkan tanpa harus menambah faktor-faktor produksi yang diperlukan adalah perubahan pola penggunaan produksi pertaniannya, baik itu dalam berorganisasi maupun manajemen. Yang lazim disebut dengan perbaikan modal manusiawi (software). c. Tenaga Kerja Pada hakekatnya tenaga kerja sama pentingnya dengan dua faktor sebelumnya. Karena faktor tanah sama dengan modal saja bukan berarti telah dapat berproduksi dan dalam proses diperlukan tenaga kerja untuk menjadikan faktor-faktor tadi dapat berguna dalam proses produksi. 15 Menurut Charles P. Kindleberger tenaga kerja adalah kapasitas buruh untuk bekerja bukannya dalam arti keahlian yang produktif, melainkan reaksi sosialnya terhadap kesempatan ekonomi dan kesediaannya untuk menjalani perubahan ekonomi. Sedangkan pengertian tenaga kerja (man power) menurut Badan Pusat statistik adalah penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang dianggap dapat memproduksi barang atau jasa. Dari pengertiannya tenaga kerja adalah buruh untuk bekerja, dengan demikian jelaslah bahwa tenaga kerja di pedesaan bekerja bukan memiliki keahlian tetapi mereka bekerja benar-benar secara sosial dan bekerja dengan pendapatan yang tidak tetap. Jika diperhatikan pekerja yang ada di kota dan di desa benar-benar sangat berbeda, karena bekerja di kota pada umumnya memilki keahlian dan pengahasilan yang tetap. Perbedaan ini tentunya dikarenakan oleh cirri-ciri tenaga kerja dalam usaha tani, seperti yang dikemukakan oleh Kaslan A. Tohir berikut : 1. Keperluan tenaga kerja dalam usaha tani adalah tidak kontiniu dan merata. 2. Pemakaian tenaga kerja dalam usaha tani untuk setiap hektar lahan adalah terbatas. 3. Tenaga kerja dalam usaha tani tidak mudah distandarisir, dirasionalisir, dan dispesialisasikan. 4. Keperluan tenaga kerja dari usaha tani itu cukup beraneka ragam sifatnya dan acapkali tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Peran tenaga kerja sangat besar terhadap perkembangan perekonomian pedesaan, hal ini karena sektor pertanian yang merupakan sektor utama di pedesaan merupakan sektor yang padat karya. 16 d. Keahlian (Skill) Untuk memperoleh hasil tani yang baik, petani berusaha mempunyai keahlian dalam produksi pertaniannya. Keahlian ini yang disebut dengan skill yang merupakan syarat mutlak dari peningkatan hasil pertanian yang diinginkan, seperti apa yang diisyaratkan Soemitro Djoyohadikusumo dari pengertian pembangunan ekonomi yakni sebagai berikut : Suatu usaha untuk memperbesar pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal dan skill, dengan kata lain, pembangunan ekonomi adalah menambah peralatan modal dan skill agar satu sama lainnya menambah pendapatan yang lebih besar dan produktivitas perkapita yang lebih tinggi. Dari pengertian diatas, jelaslah bahwa skill dan modal mempunyai peranan sejalan dalam pembangunan ekonomi. Dahulu, masa pertanian dimana skill kurang mendapat perhatian atau disebut dengan petani tradisional, petani memproduksi hasil-hasil pertanian dengan tanpa mempergunakan keahlian dan pengetahuan, sehingga hasil pertanian mereka tidak berkembang dengan baik. Oleh Soemitro Djoyohadikusumo, beliau menekankan bahwa skill sangat penting dalam proses produksi, sebab di negara kita tenaga skill ini masih sangat sedikit sekali dan tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia masih di dominasi oleh tenaga kerja yang mengolah pertanian berdasarkan pengalaman turun temurun. 17 2.5 Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi 2.5.1. Kontribusi ekonomi dari Sektor Pertanian : Suatu Kerangka Analisis Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1964), pertanian di negaranegara sedang berkembang (NSB) merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut : 1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat bergantung pada produk-produk dari sektor non pertanian, bukan saja untuk kelangsunganb pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan-bahan untuk keperluan kegiatan produksi di sektor non pertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan farmasi. Kuznets menyebut ini sebagai kontribusi produk. 2. Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain di dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang konsumen. Kuznets menyebutnya kontribusi pasar. 3. Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumabngan outputnya terhadap pembentukanproduk domestik bruto (PDB) dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja tanpa bias dihindari menurun dengan pertumbuhan 18 atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber investasi di dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor-sektor non pertanian. Kuznets menyebutnya kontribusi faktor-faktor produksi. 4. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Kuznets menyebutnya sebagai kontribusi devisa. 2.5.2 Keterkaitan Ekonomi Keterkaitan produksi antara sektor pertanian dengan sektor-sektor lain dapat di analisis dengan menggunakan metodologi input-output (I-O). Keterkaitan produksi menunjukkan ketergantungan dalam proses produksi antara satu sektor dengan sektor-sektor lain. Ada dua bentuk keterkaitan produksi yakni keterkaitan produksi kedepan dan keterkaitan produksi ke belakang. Dalam bentuk-bentuk keterkaitan ekonomi, sektor pertanian mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, sebagai sumber investasi di sektor-sektor non pertanian; surplus uang (MS) disektor pertanian menjadi sumber bahan baku atau input bagi sektor-sektor lain, khususnya agroindustri dan sektor perdagangan. Ketiga, melalui pengingkatan permintaan di pasar output, sebagai sumber diversifikasi produksi di sektor-sektor ekonomi lainnya. 19 Berdasarkan uraian ini dapatlah dibayangkan apabila sektor pertanian mengalami stagnasi, kerugian yang dihadapi ekonomi domestic akan sangat besar akibat industri adan sektor-sektor lain yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pertanian juga mengalami satgnasi karena tiga fungsi dari pertanian tersebut. 2.5.3 Keterkaitan Pertanian dengan Industri Pengelola Ada beberapa alas an kenapa sektor pertanian yang kua sangat esensial dalam proses industialisasi di Negara Indonesia, yakni: 1. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin, dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar roses industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bias terus berlangsung.Ketahanan pangn juga berarti tidak ada kelaparan dan ini menjamin kestabilan sosial dan politik. 2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan pertanian yang baik membuat tingkat pendapatan riil perkapita di sektor tersebut tinggi yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang non makanan, terutama produk-produk industri. Ini merupakan keterkaitan konsumsi atau peningkatan pendapatan disektor pertanian membuat permintaan akhir terhadap output disektor industri juga meningkat. 3. Dari sisi penawaran agregat, pembangunan di pertanian merupakan salah satu sumber input bagi industri pengolahan. 20 4. Masih dari sisi penawaran agregat, pembangunan di pertanian dapat menghasilkan surplus uang (MS) disektor tersebut yang bias menjadi sumber investasi di sektor lain, terutama industri pengolahan. Ini disebut keterkaitan investasi : pertumbuhan output pertanian mengahsilkan dan bagi sektor-sektor lain. Pembahasan teori mengenai keterkaitan ekonomi antar pertanian dan industri, dan studi-studi kasus di Negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin yang membuktikan betapa pentingnya pertanian bagi pertumbuhan produksi di industri. Studi tersebut menunjukkan bahwa ternyata keterkaitan antar kedua sektor tersebut di dominasi oleh efek keterkaitan pendapatan, bukan efek keterkaitan produksi, dan sangat sedidkit bukti mengenai keterkaitan investasi. Oleh karena itu pertanian memerankan suatu peranaan penting dalam pertumbuhan output di industri. 2.5 Pertanian sebagai Sektor Pemimpin Pentingnya pertanian di dalam perekonomian nasional tidak hanya diukur dari kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDB atau pendapatan nasional, kesempatan kerja, dan sebagai salah satu sumber pendapatan devisa Negara, tetapi potensinya juga dilihat sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan output dan diversifikasi produksi di sektor-sektor ekonomi lainnya. Dalam hal ini pertanian disebut sebagai sektor ”pemimpin”. Artinya semakin besar ketergantungan daripada pertumbuhan output di sektor-sektor ekonomi lain 21 terhadap pertumbuhan output di sektor pertanian semakin besar peran pertanian sebagai sektor pemimpin. Pentingnya sektor pertanian sebagai motor penggerak pembangunan atau pertumbuhan ekonomi pertama kali di usulkan oleh Irma Adlman yang terutama lewat keterkaitan pendapatan dan konsumsi. Pandangan startegis ini didasarkan pada asumsi bahwa pasar lokal akan berkembang apabila pendapatan masyarakat setempat meningkat, dan factor erkahir ini dapat terjadi apabila ada peningkatan produktifitas di sektor pertanian Konsep dasar dari pentingnya pertanian sebagai sektor pemimpin di dalam pembangunan ekonomi nasional dapat dilihat dalam pernyataan dari Simatupang dan Syafa’at (2000) sebagai berikut : Sektor andalan perekonomian adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi. Sektor andalan merupakan tulang punggung (backbone) dan mesin penggerak perekonomian (engine of growth) sehingga dapat pula disebut sebagai sektor kunci atau sektor pemimpin (leading sektor) perekonomian nasional. Menurut mereka ada lima syarat harus dilihat sebagai criteria dalam mengevaluasi pertanian sebagai sektor kunci dalam perekonomian nasional. Kelima syarat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Strategis, dalam arti esensial dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan daripada pembunganan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi (PDB) dan kesempatan kerja, peningkatan devisa Negara, pembangunan ekonomi daerah dan sebagainya 22 2. Tangguh, yang berarti unggul dalam persaingan baik dalam negeri maupun di pasar global dan mampu menghadapi gejolak ekonomi, politik, maupun alam. Pertanian sebagai sektor anadalan harus memiliki keunggulan kompetitif, berbasis pada kemampuan sendiri (domestik) atau kemandirian dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan strategis (sosial, ekonomi, politik, alam). 3. Artikulatif, yang artinya pertanian sebagai sektor andalan harus memiliki kemampuan besar sebagai dinamisator dan fasilitator bagi pertumbuhan (output) di sektor-sektor ekonomi lainnya dalam suatu spectrum yang luas. 4. Progresif, yang berarti pertanian dapat tumbuh secara berkelanjutan tanpa menimbulkan efek-efek negatif terhadap kualitas lingkungan hidup. Hanya jika output pertanian tumbuh positif dan berkelanjutan, sektor tersebut dapat berfungsi sebagai motor pertumbuhan bagi perekonomian nasional. 5. Responsif, alam arti pertanian sebagai sektor andalan mampu memberi respons yang cepat dan besar terhdap setiap kebijaksanaan pemerintah. 2.6 Tujuan Pembangunan Pertanian Pada umumnya tujuan pembangunan pertanian yang dicapai memlalui kebijaksanaan pertanian adalah untuk tujuan kemakmuran (general welfare) seluas-luasnya yang meliputi : 1. Peningkatan produksi dan pendapatan dengan efisiensi penggunaan sumber daya. 2. Pemerataan dalam distribusi pendapatan dan kesempatan ekonomi. 23 3. Pemerataan dalam ikut serta dalam proses kemajuan ekonomi. 4. Keamanan dan stabilitas usaha ekonomi nasional. 5. Pemeliharaan system demokrasi sebagai pilihan system sosial. Dalam Pelita III telah dirumuskan tujuan yang akan dicapai dari kebijaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia, antara lain : 1. Meningkatkan produksi pangan menuju swasembada karbohidrat non terigu sekaligus meningkatkan gizi masyarakat melalui penyedian protein, lemak, vitamin dan mineral. 2. Meningkatkan tingkat hidup melalui peningkatan pendapatan mereka. 3. Memperluas lapangan kerja di sektor pertanian dalam rangka pemerataan pendapatan. 4. Meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian. 5. Meningkatkan dukungn yang kuat terhadap pembangunan industri untuk menghasilkan barang jadi maupun setengah jadi. 6. Memanfaatkan dan memlihara kelestarian sumber alam serta memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup. 7. Meningkatkan pertumbuhan pembangunan pedesaan secara terpadu dan terciptanya keserasian dalam kerangka pembangunan daerah. Kemudian disebutkan pula dalam Panca Bakti tanaman pangan bahwa tujuan pembangunan pertanian tanaman pangan adalah sebagai berikut : - Untuk menetapkan produksi tanaman pangan. - Menetapkan swasembada pangan . - Meningkatkan ekspor. 24 - Meningkatkan, menumbuhkan, dan meratakan pendapatan petani dalam pembangunan pedesaan secara terpadu. 2.7 Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian Peran pertanian sebagai tulang punggung perekonomian nasional terbukti tidal hanya pada saat normal, terlebih lagi menonjol pada periode krisis, yaitu tahun 1986-1987 pada saat harga minyak bumi turun tajam dalam waktu yang sangat pendek dan tahun 1997-1998 pada saat terjadi krisis moneter. Pada kedua periode tersebut, pertanian diharapkan berperan sebagai katup pengaman ekonomi nasional dalam bentuk penyediaan pangan dan penciptaan kesempatan kerja bagi mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Secara klasik, sektor pertanian dalam mendukung ekonomi nasional ono diharapkan berperan dalam bentuk : (a) penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk, (b) mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan bahan baku bagi industri dan ekspor, (c) meningkatkan pemerataan kesejahteraan petani melalui penyedian kesempatan kerja dan berusaha, dan (d) memberi sumbangan pada pengembangan ekonomi wilayah. Misi utama sektor pertanian seyogyanya adalah menghasilkan pangan yang cukup dan berkualitas untuk seluruh penduduk dengan harga yang wajar. Dengan tercapainya misi ini, pertanian pasti akan memberikan sumbangan yang besar pada tercapainya misi ini, pertanian pasti akan memberikan sumbangan yang pada Trilogi Pembangunan yaitu, stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan. Misi lain seperti penciptaan lapangan pekerjaan yang melebihi kemampuannya, 25 pembinaan koperasi yang sarat dengan berbagai masalah dan lain-lain, apabila juga dapat dicapai melalui proses pembangunan pertanian ini, merupakan suatu bonus dan bukan suatu kewajiban. Meskipun sektor pertanian memberikan sumbangan yang besar dalam penciptaan kesempatan kerja dan jaminan pendapatan masyarakat, namun ketidakseimbangan sistematik masih sering terjadi pada kelompok masyarakat tani yang sebagian besar berada di pedesaan. Meningkatnya kesempatan yang beragam belum dapat mengurangi wajah kesenjangan antar sektor, antar daerah, dan antar golongan masyarakat pada sektor pertanian. Implikasi dari kondisi tertinggal. Sehingga pembangunan pertanian seolah hanya menguntungkan pelaku kegiatan ekonomi pertanian yang lebih kuat. Hasil-hasil pembangunan pertanian yang lebih kuat. Hasil-hasil pembangunan pertanian tidak serta merta dapat merembes ke bawah sehingga tidak mampu mengangkat kesejahteraan petani seperti yang diharapkan. Keadaan ini digambarkan oleh angka kemiskinan di pedesaan masih besar serta nilai tukar pertanian (NTP) yang tidak seimbang dengan kegiatan ekonomi non pertanian. Meskipun perkembangan NTP telah relatif baik namun merata terjadi di seluruj wilayah penghasil pangan. Serangkaian upaya pembangunan pertanian yang diluncurkan oleh pemerintah seolah belum mampu mengangkat harga jual produk pertanian dan NTP. Bahkan cenderung di nilai merugikan petani kecil dan menguntungkan pelaku ekonomi pertanian yang mampu. Misalnya, subsidi pangan yang diberikan untuk mengimpor beras dan gandum. Subsidi ini justru membawa dampak tidak menguntungkan dalam upaya memecahkan masalah pangan, terutama beras. 26 Pembangunan pertanian salah satunya dilaksanakan dengan memantapkan swasembada pangan yang berkelanjutan, khususnya beras ternyata belum mampu dipertahankan. Disamping itu kesejahteraan petani belum mampu ditingkatkan. 27