BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan
setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak
perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai
perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para
pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan
para pemilik juga akan meningkat. Meningkatkan laba perusahaan dan
memaksimumkan nilai perusahaan merupakan tujuan perusahaan yang saling
berkaitan untuk meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga
tujuan tersebut akan menjadi kriteria penting untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan (Ayuningtias, 2013). Karena dengan meningkatnya harga saham di
suatu perusahaan maka akan secara otomatis meningkatkan pula nilai perusahaan
tersebut. Meskipun ada tujuan lain dari perusahaan tapi yang paling penting
tujuannya adalah meningkatkan harga saham (Brigham dan Houston, 2006).
Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dan
saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing),
dan manajemen asset. Untuk meningkatkan nilai perusahaan, bisnis atau
11
perusahaan sebaliknya di organisasikan sebagai suatu perseroan terbatas (Brigham
dan Houston,2006).
Nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan
ditambah dengan nilai pasar hutang (Kusumawijaya, 2011). Pasar saham sangat
mempengaruhi nilai perusahaan, karena keputusan keuangan. Keputusan manajer
keuangan terhadap keputusan keuangan akan berdampak pada kesejahteraan
pemilik perusahaan. Struktur kepemilikan
sangat penting dalam menentukan
nilai perusahaan. Naik turunnya nilai perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh
struktur kepemilikan. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar
saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang
investasi
dapat
memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan
dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan
meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat
Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio penilaian atau
rasio pasar. Rasio penilaian atau rasio pasar, rasio untuk mengukur pengakuan
pasar terhadap kondisi keuangan yang dicapai oleh perusahaan (Wiagustini,
2010:78). Dalam menilai saham atau harga sahamnya, menurut Tandelilin
(2010:301) menyatakan bahwa terdapat dua analisis yang bisa dilakukan, yaitu
analisis yang bersifat teknikal dan analisis yang bersifat fundamental. Analisis
teknikal biasanya berupa grafik dalam melakukan penilaiannya. Penilaian dengan
menggunakan analisis teknikal, yaitu dengan cara The Down Theory, analisis ratarata bergerak, dan analisis Relative Strength. Analisis fundamental itu sendiri
adalah analisis yang menggunakan pendekatan sebagai berikut:
12
1) Pendekatan nilai sekarang
Perhitungan harga saham dengan cara mendikontokan aliran kas yang
diharapkan di masa depan dengan tingkat diskonto sesuai dengan tingkat
return yang diharapkan investor. Harga intrinsik saham ini akan sama
dengan nilai diskonto cashflow yang akan diterima investor di masa
mendatang.
2) Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Pendekatan PER akan menggambarkan perbandingan antara harga saham
terhadap earning perusahaan dalam bentuk rasio. Pendekatan ini juga
memberikan informasi seberapa besar rupiah yang harus dibayarkan
investor untuk mendapatkan setiap Rp 1 dari laba perusahaan.
3) Rasio harga per nilai buku atau Price to Book Value (PBV)
Secara teoritis, harga suatu saham harus menggambarkan buku saham itu
sendiri. Rasio harga terhadap nilai buku umumnya digunakan untuk
menilai saham dari sektor perbankan karena asset-aset bank memiliki nilai
pasar dan nilai buku yang relatif sama (Tandelilin, 2010:323). Rasio
mencerminkan kinerja perusahaan yang terlihat dari harga saham
perusahaannya. Idealnya, harga saham jika dibandingkan dengan nilai
buku akan mendekati satu. Semakin besar rasio ini, mencerminkan
semakin baik pula kinerja perusahaan.
4) Rasio harga terhadap aliran kas
Pada dasarnya pendekatan ini menghitung harga saham berdasarkan aliran
kasnya (cashflow) perusahaan bukan berdasarkan earning yang diperoleh
13
perusahaan. Secara akuntansi, data aliran kas dianggap lebih relevan dari
pada earning perusahaan.
5) Pendekatan Economic Value Added (EVA)
Ukuran keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah
perusahaan merupakan pengertian dari EVA. Semakin baik kinerja
perusahaan, maka dapat dipastikan adanya peningkatan harga saham dari
perusahaan tersebut. Jika rasio ini positif, maka akan terdapat nilai tambah
dari perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan harga saham
perusahaan begitu juga sebaliknya.
6) Price Earning Ratio (PER).
Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran paling dasar dalam
analisis saham secara fundamental. Secara mudahnya, PER adalah
perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, dimana
harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang
dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Menurut ( Brigham dan
Houston,2006: 92).
Rumus :
......................................................... (1)
PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara
harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang
saham (Brigham dan Houston, 2006: 92). Faktor- faktor yang mempengaruhi
PER yaitu: Tingkat pertumbuhan, Laba, Dividend Payout Ratio, Tingkat
keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.
14
Nilai perusahaan disini akan di hitung menggunakan PER. PER adalah
fungsi dan perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan
datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan
untuk tumhuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan
mempelajari hubungan antar saham dengan kondisi perusahaan dengan
menggunakan data keuangan perusahaan. Faktor- faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan, yaitu :
1) Keputusan Pendanaan
Keputusan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada
keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan
menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi
perusahaan guna mempelajari kebutuhan-kebutauhan investasi. Menurut
(Brigham dan Houston ,2001) dalam Wijaya dan Wibawa (2010),
menyatakan bahwa peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan
datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon
secara positif oleh pasar.
Terdapat dua pandangan mengenai keputusan pendanaan. Pandangan
pertama dikenal dengan pandangan tradisional yang menyatakan bahwa
struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan. Peningkatan pendanaan
melalui utang merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi biaya
keagenan. Hutang dapat mengendalikan manajer untuk mengurangi
tindakan perquisites dan kinerja perusahaan menjadi lebih efisien sehingga
15
penilaian investor terhadap perusahaan akan meningkat. (Arieska dan
Gunawan, 2011)
2) Kebijakan Deviden
Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
keputusan pendanaan perusahaan.
Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen yaitu
memutuskan apakah laba bersih yang diperoleh selama satu periode dibagi
semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi
(menjadi laba ditahan). Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio)
menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang
ditahan sebagai sumber pendanaan. Apabila perusahaan memutuskan
untuk membagi semua laba bersih yang diperoleh sebagai dividen, maka
berarti tidak ada laba yang ditahan dan akhirnya memperkecil sumber dana
intern yang dapat digunakan mengembangkan usaha (Brigham dan
Houston ,2001).
3) Keputusan Investasi
Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), nilai perusahaan yang
dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh
peluang - peluang investasi. Nilai perusahaan semata - mata ditentukan
16
oleh keputusan investasi (Fama1978). Myers (1977) memperkenalkan IOS
pada studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan
investasi. IOS memberikan petunjuk yang lebih luas dengan nilai
perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan
datang, sehingga prospek perusahaan dapat ditaksir dari Investment
Opportunity Set (IOS). IOS didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva
yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi di masa yang akan
datang dengan net present value positif. Pendapat ini sejalan dengan Smith
dan Watts (1992) dalam Hidayat (2010) yang menyatakan bahwa set
kesempatan investasi merupakan komponen nilai perusahaan yang
merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi di masa
yang datang.
Menurut Kallapur dan Trombley (1999) dalam Hidayat (2010) bahwa
kesempatan investasi perusahaan tidak dapat diobservasi untuk pihakpihak di luar perusahaan sehingga diperlukan suatu proksi untuk
melihatnya. Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), nilai perusahaan yang
dibentuk melalui indicator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh
peluang-peluang investasi. Nilai perusahaan semata- mata ditentukan oleh
keputusan investasi.
4) Struktur Modal
Struktur modal menurut Riyanto (2011:22) merupakan pembelanjaan
permanen yang mencerminkan pertimbangan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri. Anwar (2008:3) juga mengatakan bahwa struktur
17
modal merupakan cerminan dari perimbangan antara utang jangka panjang
dan modal sendiri. Kebutuhan akan modal sangatlah penting dalam
membangun dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan sehingga
manajer keuangan harus dengan tepat dan cermat dalam menentukan
struktur modalnya.
Hal ini dilakukan manajer dengan cara mengoptimalkan operasional di
dalam perusahaan serta mencari tambahan modal di luar secara efisien
dimana memungkinkan perusahaan dapat meminimumkan biaya modal
yang harus ditanggung perusahaan. Sasaran struktur modal (optimal
capital structure) suatu perusahaan didefinisikan sebagai struktur yang
akan memaksimalkan harga saham perusahaan tersebut (Brigham dan
Houston, 2011:155). Struktur modal yang optimal adalah struktur modal
yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian
sehingga memaksimumkan harga saham. Pentingnya struktur modal bagi
setiap perusahaan dikarenakan memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap keuangan perusahaan serta nilai perusahaan.
5) Profitabilitas
Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode
tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen
suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari
penjualan atau pendapatan investasi. Semakin tinggi nilai rasio
18
profitabilitas menunjukkan bahwa suatu perusahaan semakin efisien dalam
memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba (Kasmir, 2012:114).
6) Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk
tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian (Brigham dan
Houston, 2001:117-119). Menurut Sujoko (2007) ukuran perusahaan yang
besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga
investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat.
Pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi
dibanding pesaing utamanya. Investor akan merespon positif sehingga
nilai perusahaan akan meningkat. Ukuran Perusahaan sangat berpengaruh
terhadap nilai perusahaan di suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat
dinyatakan dengan total asset yang di miliki oleh perusahaan. Dalam
ukuran perusahaan terdapat tiga variabel yang dapat menentukan ukuran
perusahaan yaitu total asset, penjualan, dan kapitalisasi pasar.
Faktor - faktor nilai perusahaan itu sendiri didalam penelitian ini
diambil 3 variabel yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yaitu,
ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas.
2.1.2 Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah rata-rata
tahun
yang
bersangkutan
total
penjualan
bersih
untuk
sampai beberapa tahun kemudian (Brigham dan
Houston, 2001:117-119). Menurut Sujoko (2007) ukuran perusahaan yang besar
19
menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan
merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar relatif
menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing utamanya.
Investor akan merespon positif sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Ukuran
Perusahaan sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan di suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan total asset yang di miliki oleh
perusahaan. Dalam ukuran perusahaan terdapat tiga variabel yang dapat
menentukan ukuran perusahaan yaitu total asset, penjualan, dan kapitalisasi pasar.
Karena variabel itu dapat menentukan besarnya suatu perusahaan. Ukuran
perusahaan dilihat dari total assets yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat
dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Adapun ukuran perusahaan
dapat diukur dengan cara (Roumpis et al,2007):
SIZE=Ln(TotalAset).............................................................................
(2)
Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan.
Karena semakin besar ukuran atau skala perusahaan maka akan semakin mudah
pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Ukuran perusahaan dianggap mampu memengaruhi nilai
perusahaan dapat terlihat dari total aset yang dimiliki oleh satu perusahaan.
Ukuran perusahaan yang besar mencerminkan bahwa perusahaan tersebut sedang
mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang baik sehingga meningkatkan
nilai dari suatu perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat dapat ditandai
20
dengan total aktiva perusahaan yang mengalami kenaikan dan lebih besar
dibandingkan dengan jumlah hutang perusahaan.
2.1.3 Leverage
Leverage adalah gambaran dari pemakaian utang oleh suatu perusahaan
untuk membiayai operasional perusahaan. Pengelolaan leverage sangatlah penting
karena tingginya penggunaan leverage dapat meningkatkan nilai perusahaan yang
dikarenakan adanya perlindungan pajak. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya dengan modal sendiri.
Semakin tinggi nilai rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingkan
dengan hutangnya. Beberapa konsep teori struktur modal (leverage) yang
dikemukakan para ahli, antara lain pendekatan tradisional, trade off theory, dan
pecking order theory.
1) Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang
optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan. Struktur modal bisa diubah-ubah agar bisa diperoleh nilai
perusahaan yang optimal, tergantung dari seberapa besar penggunaan
hutang tersebut. Bila penggunaan hutang itu terlalu tinggi maka nilai
perusahaan akan turun karena hutang menjadi semakin tinggi, biaya modal
meningkat sehingga risiko penggunaan hutang semakin tinggi dan
membuat biaya modal saham juga meningkat.
21
2) Teori Trade-Off
Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa
menggunakan hutang sebayak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah
dengan semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi kemungkinan
(probabilitas) kebangkrutan. Sebagai contoh, semakin tinggi hutang,
semakin besar bunga yang harus dibayarkan, kemungkinan tidak
membayar bunga yang tinggi akan semakin besar. Pemberi pinjaman bisa
membangkrutkan perusahaan jika perusahaan tidak bisa membayar hutang.
Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Penelitian diluar
negeri menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 20% dari nilai
perusahaan. Biaya tersebut mencakup dua hal:
1) Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya
administrasi, biaya pengacara, biaya akuntan dan biaya lainnya yang
sejenis.
2) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi karena dalam kondisi
kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan
dengan perusahaan secara normal. Misal, supplier barangkali tidak akan
mau memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak
terbayar.
3) Pecking Order Theory
Teori trade-off mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam
kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kebangkrutan
22
dalam penentuan struktur modal. Dalam kenyataan empiris, nampaknya
jarang manajer keuangan yang berpikir demikian. Seorang akademisi,
Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur
modal perusahaan di Amerika Serikat. Pengamatannya menunjukkan
bahwa perusahaan yang mempunyai keuntungan yang tinggi ternyata
cenderung menggunakan hutang yang lebih rendah. Secara spesifik,
perusahaan mempunyai urutan preferensi dalam penggunaan dana.
Skenario urutan dalam Pecking Order Theory adalah sebagai berikut ini.
a) Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut
diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan
peruahaan.
b) Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada
perkiraan kesempatan investasi. Perusahaan berusaha menghindari
perubahan dividen yang tiba-tiba. Dengan kata lain, pembayaran
dividen diusahakan konstan atau kalau berubah terjadi secara
gradual dan tidak berubah dengan signifikan.
c) Karena kebijakan dividen yang konstan (sticky), digabung dengan
fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa
diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh
perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran
investasi pada saat-saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang
lain. Jika kas tersebut lebih besar, perusahaan akan membayar
hutang atau membeli surat berharga. Jika kas tersebut lebih kecil,
23
perusahaan akan menggunakan kas yang dipunyai atau menjual
surat berharga.
d) Jika
pendanaan
eksternal
diperlukan,
perusahaan
akan
mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dulu.
Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat
berharga campuran (hybrid) seperti obligasi konvertibel dan
kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.
Teori pecking order bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang
mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang
yang lebih kecil. Tingkat hutang yang kecil tersebut tidak dikarenakan perusahaan
mempunyai target tingkat hutang yang kecil, tetapi karena mereka tidak
membutuhkan dana eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana
internal mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi (Hanafi, 2011:313).
Rasio ini diproksi dengan Debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio
(DER) merupakan perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan
modal sendiri atau ekuitas dalam pendanaan perusahaan. Satuan pengukuran DER
adalah dalam persentase Debt to equity ratio dirumuskan sebagai berikut
(Sartono, 2009):
..................................................................
(3)
Leverage merupakan rasio yang menghitung seberapa jauh dana yang
disediakan oleh kreditur, juga sebagai rasio yang membandingkan total hutang
terhadap keseluruhan aktiva suatu perusahaan, maka apabila investor melihat
24
sebuah perusahaan dengan asset yang tinggi namun risiko leveragenya juga
tinggi, maka akan berpikir dua kali untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
2.1.4 Profitabilitas
Rasio
Profitabilitas
merupakan
rasio
untuk
menilai
kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.
Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu
perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau
pendapatan investasi. Semakin tinggi nilai rasio profitabilitas menunjukkan bahwa
suatu perusahaan semakin efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk
memperoleh laba (Kasmir, 2012:114). Beberapa jenis pengukuran rasio
profitabilitas adalah : (Wiagustini, 2010:81).
1) Profit Margin
Mengukur laba yang dicapai dibandingkan dengan penjualan. Cara
pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
..........................................
(4)
2) Return On Total Assets / Return on Investment / Earning Power
Hasil pengambalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on
Investment atau Retun on total assets merupakan rasio yang menunjukkan
25
hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan dalam
perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
....................................................................
(5)
3) Return On Equity
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas
modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal
sendiri.Untuk memperoleh rasio ROE kita membadingkan pendapatan
perusahaan setelah pajak dengan total ekuitasnya. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
.................................................................
2.2
(6)
Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap suatu hasil penelitian
yang kebenarannya harus diuji melalui penelitian secara empiris. Berdasarkan
latar belakang permasalahan di atas, hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Ukuran perusahaan diukur dengan total asset perusahaan yang diperoleh
laporan keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat oleh investor
melalui suatu undikator yang di gambarkan tingkat rasio untuk melakukan suatu
investasi atau besaran investasi. Ukuran perusahaan dianggap mampu
26
memengaruhi nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dapat terlihat dari total aset
yang dimiliki oleh satu perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar mencerminkan
bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan
yang baik sehingga meningkatkan nilai dari suatu perusahaan. Nilai perusahaan
yang meningkat dapat ditandai dengan total aktiva perusahaan yang mengalami
kenaikan dan lebih besar dibandingkan dengan jumlah hutang perusahaan.
Penelitian dari Nuraina (2012) menemukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pernyataan tersebut juga
didukung oleh beberapa peniliti seperti Maryam (2014), dan Prasetyorini (2013)
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan. Pernyataan tersebut juga didukung oleh beberapa
peniliti seperti Gill dan Obradovich (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai suatu perusahaan. Berdasarkan
kajian teoritis, kajian empiris dan dasar logika, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan
2.2.2 Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan
Leverage merupakan gambaran dari jumlah besar atau kecilnya pemakaian
utang oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk membiayai aktivitas
operasionalnya. Hal tersebut ditunjukan oleh penelitian Nurhasanah (2012).
menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang
27
di dukung oleh penelitian (Kouki dan Said, 2011). Begitu pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Cheng dan Tzeng (2011). yang menyatakan bahwa leverage
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Setiadewi (2014)
menemukan bahwa leverage mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Berdasarkan kajian teoritis, kajian empiris dan dasar logika, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H2: Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaa
2.2.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Profitabilitas merupakan rasio yang dapat mewakili kinerja keuangan
perusahaan,
dimana
meningkatnya
kinerja
keuangan
perusahaan
akan
meningkatkan return yang akan di dapatkan oleh investor.. (Sudiyatno dan
Puspitasari, 2010) menemukan bahwa kinerja perusahaan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan, hal serupa ditemukan pula oleh (Yuniasih dan
Wirakusuma ,2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Nurmayasari (2012), variabel profitabilitas
yang diukur dengan Return On Equity (ROE). Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dewi
dan Ary (2013) profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada nilai
perusahaan. Setiadewi (2014) menemukan bahwa profitabilitas mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
28
Berdasarkan kajian teoretis, kajian empiris dan dasar logika, maka
hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H3: Profitabilitas berpengaruh positif
perusahaan
29
dan signifikan terhadap nilai
Download