Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap

advertisement
IV. KONSTRUKSI MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS
4.1 Model Makroekonometrika lndonesia
Berdasarkan model makroekonomi yang telah dikembangkan,
maka dalam sub-bab ini akan dirumuskan model makroekonometrika
lndonesia dalam konteks ekonomi terbuka. Dalam model ini dideskripsikan
persamaan-persamaan perilaku dan identitas serta seluruh variabel
endogen maupun eksogen, dimana secara operasional diharapkan
menghasilkan tanda dan besaran nilai-nilai penduga parameter yang sesuai
dengan harapan secara teoritis. Sistem persamaan yang dikembangkan
adalah
dinamis,
dicerminkan
dengan
cara
memasukkan lagged
endogenous variables kedalam model.
Untuk memudahkan analisis maka model dibagi dalam 6 blok,
yaitu blok Neraca Pembayaran (BOP), Fiskal, Moneter, Keseimbangan,
Perdagangan, dan Harga. Model persamaan simultan terdiri dari 141
persamaan, yang disajikan secara terperinci dibawah ini.
4.1.1 Biok Neraca Pembayaran
Nilai Transaksi Modal Swasta Bersih :
RSWASTA
=
a10 +
all (IILIBOR) + a12RAFDI +
al3RBOT +
al4RSWASTAI + Ut
(001
Nilai ~ransaksi
Modal Pemerintah Bersih
RPEMER
=
am + a2,RG + arzRGR + anRBOT +
a24RNJASA + a25RPEMER1+ U2
(002)
Nilai Transaksi Modal Bersih :
RK
RSWASTA + RPEMER
=
Neraca Pembayaran :
RBOT + RNJASA + RK + RSEL
=
RBOP
(004)
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) dalam
persamaan (001) hingga (004) adalah all, a12, al3, a21 > 0 ; a22, an, a24 <
0 ; dan 0 < a14, a=
fi
I.
Tanda dan besaran intersep dalam persamaan tersebut dan persamaanpersamaan berikutnya tidak dihipotesiskan.
4.1.2 Blok Fiskal
Pendapatan Siap Dibelanjakan :
RYD
=
RTGDPIN
-
RTAX
(005)
Konsumsi Rumah Tangga :
RC
= a 3 + a31RYD + a32RCI+ U6
(006)
Penerimaan dari Pajak :
RTAX
= am+ ~IRGDPIN+ a21NF + a R T A X I + U7
(007)
lnvestasi Swasta :
RIS
=
a51RPMDN + aS2RGDPIN+ asl
a55RISI + Us
+ as4WFDI+
(008)
~ e n ~ e l u a r a n ' ~ uPemerintah
tin
selain Bunga & Cicilan Hutang :
RGC
=
+ a61POPlN + a&GR
+ aeRGCl + us
+ amlNF + %REIN
(009)
Pengeluaran Pemerintah :
RG
= RIP + RGC
(010)
Penerimaan Pemerintah Dalam Negeri :
RGDR
=
a70+ a71RTAX + a72RGDR1 + U11
(011)
Penerimaan Pemerintah :
RGR
=
RGDR + RGFR
(012)
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan
(005) hingga (012) adalah : a31, a41, asl, a52, a54, a61, am, a71 > 0 ; a42, a53,
a=, aslt < 0 ; dan 0 < a32, a43, ass, a=, a72 < I.
4.1.3 Blok Moneter
Uang Kartal di Neraca Otoritas Moneter :
RCURRA
=
blo + bllRGDPIN + b121+ b131NF+ blqREIN +
b15RCURRAl+ b16TREND+ U13
(013)
Saldo Rekening Giro di Neraca Gabungan Bank Umum :
RDDB
=
bz1RGDPIN+ brz(l-INF) + b23RDDB1+ Uiq
(014)
Simpanan Berjangka & Tabungan di Neraca Gabungan Bank Umum :
RTSDB
=
bm + b3iRGDPlN + b321 +
b34RTSDB1 + Uls
b331NF +
(015)
Rekening Valuta Asing di Neraca Gabungan Bank Umum :
RFEAB,
=
bm + b41LIBOR + b42(1 - INF) + baREIN +
b44RFEAB1 + U16
(016)
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan
(013) hingga (016) adalah : bill b14, b21, b31, b321b33, b41, b43 > 0 ; b121 b13r
Total Money Demand :
=
RTMD
RCURRA + RDDB + RTSDB + RFEAB +
RPSDDA + RFEOAA
(017)
Suku Bunga Bank Pemerintah :
Uang Beredar (Money Supply) :
=
RMS
bsil + bs2RBASE + b=TREND + bs4RMS1 +
(019)
u
1
9
Uang Primer (Reserve Money) :
=
RBASE
-
bso+ bslRBOP + ba(1 INF) + U20
(020)
Total Dana yang dapat Dipinjamkan :
RTDANA
=
RDDB + RTSDB + RFEAB + RGAB + RBBlB
(021
Pinjaman Swasta
RPMDN
= bo+ b71(1- INF) + hRTDANA + hRPMDNl
+u
2
2
(022)
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan
(017) hingga (022) adalah : ill, i12, b52, b ~b61,
, ba, br72 > 0 ; b5lI b71 < 0 ;
dan 0 < i13,b54, b73 < I .
I
4.1.4 Blok Keseimbangan
Total GDP lndonesia :
RTGDPlN
= RC + RIS + RIP + RGC + RBOT + RNJASA
(023)
Nilai Tukar Rupiah terhadap US-Dollar
=
REIN
+ CI~RBOT + cI2RSWASTA +
c~~RPEMER
+ ci4TREND + cl5REIN1 + U24 (024)
CIO
lndeks Harga Konsumen lndonesia :
INDEX
=
c2iRMS + c ~ ~ R E I+N c~~RGDPINI
+
c24TREND + U25
(025)
~ 2 0+
GDP lndonesia :
RGDPIN
= (RTGDPIN / POPIN)
(026)
lnflasi Nasional :
INF
=
(INDEX
- INDEX1) * 1OO/INDEXI
(027)
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan
, CZ, C n ,
(023) hingga (027) adalah : c ~c21,
C24
> 0 ; ~ 1 1 ~12,
,
c13 < 0 ; dan
0 <Cis <I.
4.1.5 Blok Perdagangan
Didalam blok perdagangan ini diperinci kegiatan impor dan
ekspor. Kegiatan ekspor didisagregasi berdasarkan komoditi ekspor dan
negara tujuan ekspor utama. Sedangkan kegiatan impor didisagregasi
berdasarkan komoditi impor dan negara asal impor utama. Komoditi ekspor
yang dipertimbangkan meliputi Karet, Kopi, Udang, Tembaga, Timah Putih,
Pakaian Jadi, Tekstil, Kayu Lapis, Kayu Gergajian, Pupuk, Minyak Kelapa
Sawit, Gas, dan Minyak Mentah. Komoditi lmpor yang dipertimbangkan
meliputi Beras, Minyak Bumi, Pipa Baja, dan Mesin Industri. Sedangkan
nilai ekspor dan impor dari komoditi diluar pembahasan dimasukkan dalam
variabel tersendiri. Berikut ini digambarkan perilaku dari Volume lmpor dan
Ekspor komoditi-komoditi yang bersangkutan. Dari nama variabel yang
tercantum, digit pertama mencerminkan aktifitas impor (M) dan ekspor (X).
Tiga digit berikutnya menggambarkan komoditi yang dibahas, sedangkan
dua digit terakhir menjelaskan mengenai negara tujuan ekspor atau negara
asal impor.
Volume lmpor Beras dari Thailand :
MBERTH
=
d111RPMBERTH + dl12REIN + dl13RGDPIN +
dl14TREND + U28
(028)
Volume lmpor Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Singapura :
Volume lmpor Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Arab Saudi :
Volume Impo'r Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Iran :
Volume lmpor Pipa Besi dan Baja dari Jepang :
Volume lmpor Pipa Besi dan Baja dari Amerika Serikat :
Volume lmpor Pipa Besi dan Baja dari Perancis :
Volume lmpor Mesin lndustri dari Jepang :
MMESJP
=
d21o + d2iiRPMMESJP + dzl2REIN
d2i3RGDPIN
+
d214MMESJPI
d215RPMMESAS + d2isRPMMESJR+ U35
+
+
(035)
Volume lmpor Mesin lndustri dari Arnerika Serikat :
MMESAS
=
d220 + d22iRPMMESAS + dmREIN +
dz23RGDPIN + d224TREND+ d225RPMMESJP
+ u36
(036)
Volume lmpor Mesin lndustri dari Jerman :
MMESJR
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan
,
(028) hingga (037) adalah ;
dill, d112, d121, d122, di31, di32, dl411 di42, di51, d152, dm1 dm, di71, dm,
d211,d212, d221, dm, dni, dz32 < 0 ; dan 0 < d124, d134, d144r dl54 dl64
dl741 d214r d234 < 1-
Volume Ekspor Karet ke Amerika Serikat :
XKARAS
=
d240 + d24iRPXKARAS + d242REIN +
d243RGDPAS+ d244TREND + d245RPXKARSP
+ d24sRPXKARJP + U38
(038)
Volume Ekspor Karet ke Singapura :
XKARSP
=
d2so + d251RPXKARSP + d252(REIN/RESP)+
d2s3RGDPSP
+
d254XKARSP1
+
d255RPXKARAS+ d2=RPXKARJP + U39
(039)
Volume Ekspor Karet ke Jepang :
XKARJP
=
dm + dSlRPXKARJP + dmREIN
d263RGDPJP
+
dmRPXKARAS
dzssRPXKARSP+ Urn
+
+
(040)
Volume Ekspor Kopi ke Amerika Serikat :
XKOPAS
=
d270+ ~~~I(RPXKOPAS*EIN)
+ dn2RGDPAS
+ dm(REIN-REINI)
+ d274TREND +
d2=RPXKOPJR + d276RPXKOPJP+ U4i
(041)
Volume Ekspor Kopi ke Jerman :
XKOPJR
=
dZB0 + d281RPXKOPJR
+ dB2REIN+
d=RGDPJR + d284XKOPJRI + dBREJR +
d2rnRPXKOPAS+ d287RPXKOPJP+ Ud2
(042)
Volume Ekspor Kopi ke Jepang :
XKOPJP
=
I
dB1(RPXKOPJP*EIN) + da2(REIN/REJP) +
dZ3RGDPJR
+
d294XKOPJ P1
+
d295RPXK0PJR
+
d2sTREND
+
dB7RPXKOPAS + U43
(043)
Volume Ekspor Udang ke Amerika Serikat :
XUDAAS
=
dm
+
dsiRPXUDAAS
+
d302RE1N+
d303RGDPAS
+
d304XUDAAS1
d305RPXUDAHK+ d3~RPXUDAJP+ Uqq
+
Volume Ekspor Udang ke Hongkong :
XUDAHK
=
d310+ d311RPXUDAHK + d312(REINIREHK)+
d313RGDPHK
+
d314XUDAHK1
+
d3isRPXUDAAS + d316RPXUDAJP+ U45
(045)
Volume Ekspor Udang ke Jepang :
XUDAJP
=
d30
+
d321(LAG(RPXUDAJP))
+
d3z(REIN/REJP)
+
d323RGDPJP +
d324XUDAJP I + d3=TREND + d32sRPXUDAAS
+ d3nRPXUDAHK + U46
(046)
Volume Ekspor Tembaga ke Hongkong :
XTEMHK
=
dm + d331RPXTEMHK + d=(REIN/REHK) +
d333RGDPHK+ d334XTEMHK1+ d3=TREND +
d3=RPXTEMKS + d337RPXTEMJP+ U47
(0.47)
Volume Ekspor Tembaga ke Korea Selatan :
XTEMKS
=
d340 + d341(LAG(RPXTEMKS))+ d342RGDPKS
+ d&EMKSI
+ U48
(048)
Volume Ekspor Tembaga ke Jepang :
XTEMJP
=
d351RPXTEMJP
+
d353RGDPJP
+
d=RPXTEMKS + U4
ds2(REIN/REJP)
d3&XTEMJP1
+
+
(049)
Volume Ekspor Timah Putih ke Singapura :
Volume Ekspor Timah Putih ke Belanda :
,
XTIMBL
=
d37,RPXTIMBL
+ c~~~~(REIN-REINI)
+
d3nRGDPBL + d374XTIMBL1 + d375 TREND +
d376RPXTIMSP+ Usl
(051
Volume Ekspor Pakaian ke Arnerika Serikat :
XPAKAS
=
d3el(RPXPAKAS*EIN)
ddPAKAS1
+
dSRPXPAKJR + U52
+ d382RGDPAS +
d=RPXPAKJP
+
(05a
Volume Ekspor Pakaian ke Jepang :
XPAKJP
=
d390 + d31 (RPXPAKJP-PXPAKJPI)
+
d392REIN + d3g3RGDPJP + d394XPAKJP1 +
d3giRPXPAKAS + d39sRPXPAKJ
R +U53
(053)
Volume Ekspor Pakaian ke Jerman :
XPAKJR
=
dm + dm1RPXPAKJR + d402(REIN/REJR)
+ d403RGDPJR + d d P A K J R 1 +
d-RPXPAKAS + d*RPXPAKJR + Us
(054)
Tanda dan besaran parameter dugaan yang 'diharapkan dalam persamaan
(038) hingga (054) adalah :
d241, d242, d2el d244, d251, d ~ 2 d253,
,
d261, d262, dm, d271, d272, d2731dn4,
dB1, dm, d283, d291, dm, dm, d296, dm, d302, d303, d311, d312, d313
d3211d322, d323, d 3 ~ rdrji, d332, 6333, d335, d341, d342, dml d352, d353, d361,
d3e2, d3631dm, d371, d372, d373, d375, dm, d3132, dm, d39z1d393, dml, dml
d403,'
0;
6245, d246, d255, d2641d2=, dm, dn6, d285, d286, d287, d29s1d297, d3051d3061
d315, d316, d326, dm1 d336, dm1 d s , d365, d376,d384, d385, d3951 d3961
d405, dm, < 0 ; dan
0 < d2541d284, dm, d304, d314, dm, d334, d343, d354, d374, d383, dml h1
<
I.
Volume Ekspor Tekstil ke Hongkong :
XTEKHK
=
dslo
+ d411RPXTEKHK
ds12(REIN/REHKj + d413RGDPHK
d414XTEKHK1 + d415RPXTEKJP+Us
+
+
,
Volume Ekspor Tekstil ke Jepang :
XTEKJP
=
d420 + d42lRPXTEK.JP
+ d422REIN +
d4=RGDPJP + d424XTEKJPl+ d4xREJP +
(055)
Volume Ekspor Tekstil ke Singapura :
XTEKSP
=
dm + delRPXTEKSP
+ da2REIN +
d433RGDPSP + d4&TEKSP1 + daRESP
+ d-RPXTEKHK + dQ7RPXTEKJP +Us7
(057)
Volume Ekspor Kayu Lapis ke Amerika Serikat :
XKALAS
=
d440 + d41(RPXKALAS-PXKALASI)
+
da2REIN + d443RGDPAS + d444TREND+
d4d5RPXKALJP+Us
(058)
Volume Ekspor Kayu Lapis ke Korea Selatan :
XKALKS
=
d450 + d451RPXKALKS + d4s2REIN +
dss3RGDPKS+ d454XKALKS1+ daREKS+
d45eRPXKALAS+ dmRPXKALJP + U s
(059)
Volume Ekspor Kayu Lapis ke Jepang :
XKALJP
=
+ d461RPXKALJP + dmREIN
d-RGDPJP
+
ddKALJP1
d-RPXKALAS + Use
+
+
(060)
Volume Ekspor Kayu Gergajian ke Jepang :
XKAGJP
=
d470 + d471RPXKAGJP + d4n(REINIREJP)
+ d4nXKAGJPI + ~~T~RPXKAGBL
+
d475TREND + Us1
(061)
Volume Ekspor Kayu Gergajian ke Jeman :
XKAGJR
=
dd8iRPXKAGJR + d482REIN+d 4 d K A GJR1
+ u
6
2
(062)
Volume Ekspor Kayu Gergajian ke Belanda :
XKAGBL
,
=
d491(LAG(RPXKAGBL)) + dmRElN +
ddKAGBL1
+
dWTREND
+
kRPXKAGJP + d49sRPXKAGJR + U63
(063)
Volume Ekspor Pupuk ke Pilipina :
Volume Ekspor Pupuk ke Malaysia :
XPUPMA
=
dSl1RPXPUPMA
+
dSl2REIN
+
dsl 3RGDPMA
+ds14XPUPMAl
+d515RPXPUPPI +d5fsRPXPUPCN+ U6!j
(Oe5)
Volume Ekspor Pupuk ke RRC :
XPUPCN
=
d521RPXPUPCN
+
~ s ~ ~ R E I N+
dSnRGDPCN
+ d52aPUPCNI
+
d525RPXPUPPI+ Uss
(066)
Volume Ekspor Kelapa Sawit ke Belanda :
XSAWBL
=
d530 + d531(LAG(RPXSAWBL)) + dS32REIN+
ds33RGDPBL
+
d534RPXSAWIT
+d53sRPXSAWJR + d&SAWBLI+
U67
(067)
Volume Ekspor Kelapa Sawit ke Jerman :
XSAWJR
=
d541(LAG(RPXSAWJR)) + d542REIN +
~ s ~ ~ R GR
DPJ
+
dS44XSAWJR1
+ds45RPXSAWBL + d5aRPXSAWIT+ Uss
(068)
Volume Ekspor Kelapa Sawit ke ltalia
Volume Ekspor Minyak Mentah ke Jepang :
XMENJP
=
dS60+ dssi RPXMENJP + d=(REIN/REJP) +
dwRGDPJP + dwTREND +d&MENJPI
+ dsssRPXMENCN+ ds7RPXMENAU+ U70 (070)
Volume Ekspor Minyak Mentah ke RRC :
t
XMENCN
=
ds70 + ds7iRPXMENCN + ~s~~(REIN/RECN)
+ ds73RGDPCN
+ d57&MENCN1 +
ds5RPXMENJP+ d57sRPXMENAU+ U71
(071
Volume Ekspor Minyak Mentah ke Australia :
XMENAU
=
ds8i(RPXMENAU*EIN) + dS2RGDPAU
d d M E N A U 1 + d!j&PXMENJP + U72
+
(07a
Volume Ekspor Gas ke Jepang :
XGASJP
=
d5go + d591RPXGASJP + dSg2REIN +
~ ~ Q ~ R GPD P J +
d594XGASJP1 +
d595RPXGASKS + UT3
(073)
Volume Ekspor Gas ke Korea Selatan :
XGASKS
=
dm + dm1RPXGASKS + dW2(REIN/REJ
P) +
dm3RGDPKS
+ ddGASKS1 +
dsosTREND + dsosRPXGASJP + U74
(074)
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan
(055) hingga (074) adalah :
I4421 d4431 4
' 44, '451
d411 d412, d413?d421r d422, d4231 d431r d432r d433r ~ Ur d
d4521d4~3,d461, dm, d463, d471, d472, d48ir d48z1 d@lI d492! d501, 0 2 ,
dw3, d511, d512, d5131 6521 d522r d523r d531r d532r d5331d5411'5421 5
' 43, '551
dss2,dssI d=lr dmr d563r d564r d5719 d5721 d573r
d582r ~SQI, d5921d5931
dml, dm2, 6 0 3 1 d6051 0 ;
d415, d4251 d426y d4351 d436r d4451 d4551d456r d4651d4741 '4751 '4941 4
' 95, '4961
d51sr d516, d52sr d5341 d ~ 5 d5457d541
r
d555r
d566r d567td575,d576rd5841d5951
d6061< 0 ; dan
0 < d414, d424, d434, d454>d464, d4731d4831d493r d514, d524r d536r d544r d554r
<1
d565r d574r d5831d5941 d-r
1
1
~SII
'
Nilai Ekspor Total per Komoditi Ekspor :
RVTXKAR
RVTXKOP
RKXUDA
= (XKARJP *
RPXKARSP
RVXKARR
= (XKOPJP *
RPXKOPAS
RVXKOPR
= (XUDAJP *
RPXUDAAS
RPXKARJP +
XKARSP
+ XKARAS * RPXKARAS)
RPXKOPJP + XKOPAS
+ XKOPJR * RPXKOPJR)
RPXUDAJP
+ XUDAAS
+ XUDAHK * RPXUDAHK)
RVXUDAR
RVTXTEM
= (XTEMJP * RPXTEMJP + XTEMHK *
RPXTEMHK + XTEMKS * RPXTEMKS) +
RVTXTIM
= (XTIMSP
*
RVTXPAK
=
*
+
RVTXTEK
=
RVXTEMR
RVTXKAL
=
RVTXKAG
=
RVTXPUP
=
RVTXSAW
=
RVTXMEN
RVTXGAS
=
=
* RPXTIMSP + XTIMBL
RPXTIMBL) + RVXTIMR
(XPAKJP * RPXPAKJP + XPAKAS
RPXPAKAS + XPAKJR * RPXPAKJR)
RVXPAKR
(XTEKJP * RPXTEKJP + XTEKSP
RPXTEKSP + XTEKHK * RPXTEKHK)
RVXTEKR
(XKALJP * RPXKALJP + XKALAS
RPXKALAS + XKALKS * RPXKALKS)
RVXKALR
(XKAGJP * RPXKAGJP + XKAGBL
RPXKAGBL + XKAGJR * RPXKAGJR)
RVXKAGR
(XPUPPI * RPXPUPPI + XPUPMA
RPXPUPMA + XPUPCN * RPXPUPCN)
RVXPUPR
(XSAWBL * RPXSAWBL + XSAWJR
RPXSAWJR + XSAWIT * RPXSAWIT)
RVXSAWR
(XMENJP * RPXMENJP + XMENAU
RPXMENAU + XMENCN RPXMENCN)
RVXMENR
(XGASJP
RPXGASJP + XGASKS
RPXGASKS) + RVXGASR
*
(077)
(078)
(079)
(080)
+
*
+
*
(081
(082)
+
*
+
*
(083)
(084)
+
(085)
+
*
(086)
(087)
Nilai lmpor Total per Komoditi lmpor :
RVTMBER = (MBERTH * RPMBERTH) + RVMBERR
RVTMMIN = (MMINSP * RPMMINSP + MMINAR
RPMMlNAR + MMlNlR * RPMMINIR)
RVMMINR
RVTMPIP = (MPIPJP * RPMPIPJP + MPIPAS
RPMPIPAS + MPIPPR
RPMPIPPR)
RVMPIPR
RVTMMES = (MMESJP * RPMMESJP + MMESAS
RPMMESAS + MMESJR * RPMMESJR)
RVMMESR
*
+
*
(088)
(089)
+
*
+
(090)
(091
Dibawah ini merupakan persamaan Nilai Eskpor dan lmpor Total Riil
Barang-barang Migas & Non-Migas. Real Balance of Trade merupakan
selisih nilai total ekspor dan impor riil.
RNTX = R W K A R + R W K O P + (RVTXUDAIIOOO) +
( R W T E M I I 000) + RVTXTlM + (RVTXPAKII000)
+ (RVTXTEW1000) + (RVTXKAU1000) + RVTXKAG
+ RVTXPUP + RVrXSAW + RVTXMEN +
RVTXGAS + RNXRI
(092)
RNMT = RVTMBER + RVTMMIN + RVTMPIP + RVTMMES +
RNMRI
(093)
RBOT = RNXT - RNMT
(094)
4.1.6. Blok Harga
Dalam persamaan-persamaan berikut dibahas perilaku dari harga barang
impor maupun ekspor ke atau dari suatu negara.
Harga lmpor Riil Beras dari Thailand :
RPMBERTH
= e1lrTBERTH + el12RPWBER + el13REIN
ell4PMBERTHI + el15RETH + Us
Harga lmpor Riil Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Singapura :
Harga lmpor Riil Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Arab Saudi :
Harga lmpor Riil Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Iran
(095)
Harga lmpor Riil Pipa Besi dan Baja dari Jepang :
Harga lmpor Riil Pipa Besi dan Baja dari Amerika Serikat :
Harga lmpor Riil Pipa Besi dan Baja dari Perancis :
Harga lmpor Riil Mesin lndustri dari Jepang :
RPMMESJP
=
e210 + e211TMESJP + e212RPWMES +
e213(REINIREJP) + e214TREND + U102
(102)
Harga lmpor Riil Mesin lndustri dari Amerika Serikat :
RPMMESAS
emRPWMES +
emREIN + ez4PMMESASI + e225TREND
= e m + ezlTMESAS +
+ u
1
0
3
(103)
Harga lmpor Riil Mesin lndustri dari Jerman :
RPMMESJR
= em
+ en1TMESJR +
e232RPWMES +
e233REIN + e234PMMESJR1 + e235TREND
+ u104
(104)
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan
(095) hinggq (104) adalah :
Harga Ekspor Riil Karet ke Amerika Serikat :
RPXKARAS
=
e241TKARAS + e242RPWKAR+ e243REIN+
e244PXKARASI + Ulw
(105)
Harga Ekspor Riil Karet ke Singapura :
RPXKARSP
=
ea1TKARSP
+
e252RPWKAR
e253(REIN/RESP) + e254PXKARSPl
Ulos
+
+
(106)
Harga Ekspor Riil Karet ke Jepang
RPXKARJP
=
eSlTKARJP + e262RPWKAR+ e=REIN
emPXKARJP1 + U107
+
(107)
Harga Ekspor Riil Kopi ke Amerika Serikat :
RPXKOPAS
=
e270 + e271TKOPAS + e272RPWKOP +
e273REIN + U108
(108)
Harga Ekspor Riil Kopi ke Jerman :
RPXKOPJR
=
e2m + e281TKOPJR + e282RPWKOP +
e2&REIN/REJR) + e284PXKOPJR1+ Ulos (109)
Harga Ekspor Riil Kopi ke Jepang :
RPXKOPJP
=
e m + e291TKOPJP + e292RPWKOP +
eZg3(REIN/REJP)+ eWPXKOPJPI + Ullo (110)
Harga Ekspor Riil Udang ke Amerika Serikat :
RPXUDAAS
=
e m + e301TUDAAS + em2RPWUDA +
em3REIN + emPXUDAAS1 + U~II
(111)
Harga Ekspor Riil Udang ke Hongkong :
RPXUDAHK
=
e31o + e3f1TUDAHK + e312RPWUDA +
e313(REIN/REHK) + e314PXUDAHK1 +
u
1
1
2
(112)
Harga Ekspor Riil Udang ke Jepang :
RPXUDAJP
=
e m + e321TUDAJP + e322RPWUDA +
e3nREIN +e324PXUDAJPI + Ul13
(113)
Harga Ekspor Riil Tembaga ke Hongkong
RPXTEMHK
=
e m + e3311TEMHK + e332RPWEM +
ewREIN + e334PXTEMHK1+ Ul14
(114)
Harga Ekspor Riil Tembaga ke Korea Selatan :
RPXTEMKS
=
e m + e3411TEMKS + w2RPWEM1 +
e343(REIN/REIN-KS) + U115
(115)
Harga Ekspor Riil Tembaga ke Jepang :
RPXTEMJP
=
e350 + e3511TEMJP + e3s2RPWEM +
e353(REIN/REIN-JP) + e54TREND + U116 (116)
Harga Ekspor Riil Timah Putih ke Singapura :
Harga Ekspor Riil Timah Putih ke Belanda :
Harga Ekspor Riil Pakaian ke Amerika Serikat :
RPXPAKAS
=
e380 + e=lTPAKAS + wRPWPAK
e383REIN + wPXPAKAS1 + U1l9
+
(119)
Harga Ekspor Riil Pakaian ke Jepang :
RPXPAKJP
=
-1TPAK.JP
+
e392RPWPAK
+
e3~3(REIN/REIN-JP)+ e3wTREND + U120
(120)
Harga Eksppr Riil Pakaian ke Jerman :
RPXPAKJR
=
e400 + ealTPAKJR + e402RPWPAK +
eaREIN + ewPXPAKJR1 + U121
(121)
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan
(105) hingga (121) adalah :
Harga Ekspor Riil Tekstil ke Hongkong :
RPXTEKHK
=
esl1TTEKHK + e412RPWTEK + e413REIN +
e414PXTEKHKl+ UlZ
(122)
Harga Ekspor Riil Tekstil ke Jepang :
RPXTEKJP
=
e4m + e421TTEKJP + e4=RPWTEK +
e423(REINIREJP)+ e424PXTEKJP1+ Uln
(123)
Harga Ekspor Riil Tekstil ke Singapura :
RPXTEKSP
=
e431TTEKSP +
ee2RPWTEK
+
e433(REIN/REIN_SP) + e434PXTEKSP1 +
u124
(124)
Harga Ekspor Riil Kayu Lapis ke Amerika Serikat :
RPXKALAS
=
e441TKALAS + e4d2RPWKAL + e443(REINREIN1) + e444PXKALASl + U125
(125)
Harga Ekspor Riil Kayu Lapis ke Korea Selatan :
RPXKALKS
=
es51TKALKS+ es52RPWKAL + eaREIN +
e4s4PXKALKS1+ Ulzs
(126)
Harga Ekspor Riil Kayu Lapis ke Jepang :
Harga Ekspor Riil Kayu Gergajian ke Jepang :
RPXKAGJP
=
e471TKAGJP +
e473(REIN-REINl) +
e475TREND + Ula
~~T~RPWKAG
+I
e474PXKAGJP1 +
(128)
Harga Ekspor Riil Kayu Gergajian ke Jerman :
RPXKAGJR
=
e41TKAGJR + e42RPWKAG + e483(REINREINI) + eaTREND + U129
(129)
Harga Ekspor Riil Kayu Gergajian ke Belanda :
RPXKAGBL
=
ea1TKAGBL + e4g2RPWKAG + edg3(REINREINI) + ess4TREND+ U13~
(130)
Harga Ekspor Riil Pupuk ke Pilipina :
Harga Ekspor Riil Pupuk ke Malaysia :
RPXPUPMA
=
e5llTPUPMA +
e512RPWPUP + esI3REIN
(132)
+ u
1
3
2
Harga Ekspor Riil Pupuk ke RRC :
RPXPUPCN
=
e521TPUPCN +
e522RPWPUP+ e523REIN
+ u
1
3
3
( I 33)
Harga Ekspor Riil Kelapa Sawit ke Belanda :
RPXSAWBL
=
e531TSAWBL +
e532RPWSAW +
e533REIN+ e534PXSAWBL1+ U134
(134)
Harga Ekspor Riil Kelapa Sawit ke Jerrnan :
RPXSAWJR
=
eslTSAWJR +
eS2RPWSAW +
e543(REIN/REJ
R) + e544PXSAWJR1 + U135 (135)
Harga Ekspor Riil Kelapa Sawit ke ltalia :
RPXSAWIT
=
~s~TSAWIT +
es52RPWSAW +
e=(REIN/RE IT) + ~ S ~ ~ P X S A W
+I T
U1
I36
( I 36)
Harga Ekspor Riil Minyak Mentah ke Jepang :
RPXMENJP
=
e m + esslTMENJP
emREIN + U137
+e=RPWMEN
+
(137)
Harga Ekspor Riil Minyak Mentah ke RRC :
RPXMENCN
=
ego + e57lTMENCN +
esnRElN + UIB
eg2RPWMEN +
(138)
Harga Ekspor Riil Minyak Mentah ke Australia :
RPXMENAU
=
e m + esslTMENAU + eS2RPWMEN +
emREIN + U139
(139)
Harga Ekspor Riil Gas ke Jepang :
RPXGASJP
=
e m + eslTGASJP +
em(REIN/REJP) + U1m
esszRPWGAS+
(140)
Harga Ekspor Riil Gas ke Korea Selatan :
RPXGASKS
=
e m + ealTGASKS +
eso2RPWGAS+
eaREIN +eeo4PXGASKS1+ U141
(141)
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan
(122) hingga (141) adalah :
107
Nara-na~Variabel MDEL HAKROElt-
INDONESIA
= Foreign Direct Investrent, excl: Oil Gas, Banking, Non-Bank Financial Institutions,
Insurance,
BASE
BBIB
BOP
BOT
C
CAPITAL
CWT
(2112
cum
DDB
&
Leasing, Juta US-dollar.
= Uang Primer (Reserve Honey) di Neraca Otoritas Honeter, Hilyar Rp.
= Utang pada BI (Borrowings fror BI), Hilyar Rp.
= Balance of Papent, Juta US-dollar.
= Balance of Trade, Juta US-dollar.
=
=
=
=
=
=
=
=
Konsursi b a h Tangga (Priyate Consumption), Uilyar Rp.
Gross Capital Ponation, Hllyar Rp.
Bunga h Cicilan Hutang, Hilyar Rp.
Indeks Harga Konsuraen (Consuer Price Index) suatu negara, Index Number 1990=100.
Uang Kartal (Currency) di Neraca Otoritas Honeter, Hilyar Rp.
Saldo ~ekeningGiro (Demand Deposits) di Neraca Gabungan Bank Umum, Hilyar Rp.
GDP Deflator di suatu negara (Indeks 1990=100), character (12) ~enunjukkannegara ybs.
Nilai Tukar Nominal Hata Uang suatu negara terhadap US-dollar
(Jlmlah Hata Uan negara ybs/ US-dollar), Official Rate atau Harket Rate, End of Period.
HA: ~alaysia, da am Ringgit/ US-Dollar.
PI: Pilipina, dalaa Peso/ US-Dollar.
SP: Singapura, dalam Singapore-Dollar/ US-Dollar .
AU: ~ustralia, dalar Australian-Dollar/ US-Dollar
BK: Hongkon~, dalam Hongkong-Dollar/ US-Dollar.
IN: Indonesla, dalar Rupiah/ US-Dollar.
JP: Jepang, dalan Yen/ US-Dollar.
BL: Belanda, dalaa Guilder/ US-Dollar.
JR: Jenan, dalam Deutsche Hark/ US-Dollar.
CN: RRc, dalan Yuan/ US-Dollar.
IT: Italia, dalam Lire/ US-Dollar.
KS: Korea Selatan, dalan Won/ US-Dollar.
Rekening Valuta k i n g (Foreign Exchange Account) di Neraca Gabungan Bank Umun, Hilyar Rp
Rekening Valuta Asing & Rekening Lainnya (Foreign Exchange h Other Account)
di Neraca otoritas Honeter, Hilyar Rp.
Pengeluaran Peaerintah, Hilyar Rp.
Rekening Pererintah (Government Account), Hilyar Rp.
Penqeluaran Rutin Pemerintah selain Bunga h Clcilan Butang, Hilyar Rp.
Nolalnal Gross Domestic Product per-kapita suatu negara.
HA: Ualaysia, dalam Ringgit.
PI: Pilipina, dalam Peso.
SP: Singapura, dalar Singapore-Dollar.
AU: Australia, dalam Australian-Dollar.
HK: Hongkonq, dalar Hongkong-Dollar
IN: Indonesla, dalam Ribuan Rupiah.
JP: Jepang, d a l a ~Ribuan Yen.
BL: Belanda, dalam Guilder.
JR: J e w , dalam Deutscbe Hark.
AS: lilerika Serikat, dalan US-Dollar
CN: RRc, dalar Yuan.
IT: Italia, dalar Ribuan Lire.
KS: Korea Selatan, dalan Ribuan Wqn.
Penerimaan Pemerintah Dalam Negerl, Hilyar Rp.
Penerimaan Pemerintah Luar Negeri (Peneriraan Pembangunan), Hilyar Rp.
Penerimaan Pemerintah, Hilyar Rp.
Suku Bunga Deposito pada Bank Pemerintah, Rata-Rata Tertinbang, 1 per-tahun.
Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index) Indonesia.
4
.
FEAB
FEOM
=
G
GAB
GC
GDPl2
=
=
=
=
=
.
.
GDR
GFR
GR
I
INDEX
=
=
=
=
=
TABEL 6.
hijutan
= Inflasi Nasional (hum),8.
= Pengeluaran Perbangunan, Hilyar Rp.
= Investasi Swasta, Hilyar Rp.
= Nilai Impor Komoditi [345] dari beberapa Negara Pilihan, US-dollar.
= Nilai Ekspor Komoditi [345] ke beberap Negara Pilihan, US-dollar.
.
= Nilai Transaksi Hodal Berslh (Net Capltal Inflow), Juta US-dollar
= LIBOR pada Deposit US-Dollar, Period Averages, Z per-annum (per 1-month).
= Uang Beredar (Honey Supply), Hilyar Rp.
= Volume Impor suatu Koroditi dari suatu negara, karakter [345]
NJASA
NHRl
=
=
=
NHT
=
NXRl
=
N XT
=
PMER
PH34512 =
PH34512(1)=
PWN
=
POPIN
=
PSDDA
=
PW345
=
PX31512 =
PX34512(1)=
RGDP12 =
RPD345
RPH34512
RPW345
RPX34512
SEL
SWASTA
TAX
TDANA
TGDPIN
THD
TSDB
=
T34512
=
VH345R
VH34512
=
VTN345
VTX345
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
menunjukkan suatu komoditi, karakter [12] laenunjuk negara,
satuan Kg atau Unit.
HBER (Juta Kg); W I N (Juta Kg); HPIP (Juta Kg); HKEN (Unit);
HHES (Juta Kg).
Nilai Transaksi Jasa-Jasa Bersih Nqnaigas & Higas, Juta US-dollar.
Nilai Impor Komoditi lainnya, selaln Komodltl2 yang dibahas, US-dollar.
Nilai Impor Total Barang Nonnigas & Higas, CIF, Juta US-dollar.
Nilai Ekspor Komoditi lainnya, selain Komoditi2 yang dibahas, US-dollar.
Nilai Ekspor Total Barang Nonnigas & Higas, FOB, Juta US-dollar.
Nilai Transaksi Hodal dari Pemerintab Ibersih), Juta US-dollar.
Hava 1ipor Nominal Koaoditi [345] d a G negaramasal [12], US-dollar/ Kg(unit).
Variabel Lag dari RPH34512.
Pinjaaan Swasta, Hi+yar Rp.
Populasi Penduduk dl Indonesia, Juta Orang.
Saldo Giro Perusahaan & Perorangan (Private Sector Deaand Deposits)
di Neraca Otoritas Honeter, Hilyar Rp.
Harga Dunia Nominal Ko~oditi [345], US-dollar/Kg(unit) .
Baqa Ekspor Nominal Komoditi [345] ke negara tujuan (121, Usdollar/ Kg.
Varlabel Lag dari RPX34512.
Real Gross Domestic Product per-kapita suatu negara, dalam Nata Uang Negara ybs,
character [12] renunjukka? n ara ybs.
Harga Donestik Riil Komodlt1~345], US-dollar/ kg(unit)
Harga Impor Riil Komoditi [345] dari negara asal [12], US-dollar/ Kg(unit).
Harga Dunia Riil Komoditi [345], US-dollar/ Kq(un1t).
Harga Ekspor Riil Komoditi [345] ke negara tuluan [12], US-dollar/ Kg.
Sellsib Perhitungan dalam Neraca Pembayaran, Juta US-dollar.
Nilai Transaksi Hodal dari Swasta (bersib), Juta US-dollar.
Peneriraan dari Perpajakan, Hilyar Rp.
Total Dana yang Dapt Dipin'amkan (Loanable Funds), Hilyar Rp.
Total Gross Dorestlc kodu Indonesia, Hilyar Rp.
Total Honey Demand, Hilyar Rp.
Simpanan Berjangka h T a b q a n (Time & Saving Deposits) di Neraca Gabungan Bank Umum,
Hilyar Rp,
Restriksl Nominal yang merupakan Perbedaan antara Barga Dunia Komoditi 13451
dengan Harga Ekspor/Irpor Komoditi tsb Dari Indonesia ke Negara Tujuan [12]
atau Ke Indonesia dari Negara Asal [12], US-dollar.
Nilai Impor Komoditi (3451 dar/ Negara lainnya, US-dollar.
Nilai Impor Komoditi [345] darl negara [12], Nllai CIF, US-dollar.
VHBER (Juta US$); VHHIN (Juta US$); VHPIP (Juta US$);
VHKEN (Jut? US$); VHHES (Juta US$).
Nilai Impor Total Kolnoditi (3451 ke Indonesia, US-dollar.
Nilai Ekspor Total Komoditi [345] dari Indonesia, US-dollar.
.
a
VX345R
VX34512
134512
= Nilai Ekspor Ko~oditi[345] ke Negara lainnya, US-dollar.
= Nilai Ekspor Komoditi [345] ke negara [12],Nilai FOB,US-dollar.
=
YD
=
[var][l] =
[R][var] =
VXKAR (Juta US$); VXKOP (Juta US$); VXUDA (Ribu US$); VXTIH (Juta US$);
VXTM (Ribu US$); VXPAK (Ribu US$); VXTEK (Ribu US$); VXKAL (Ribu US$);
VXKAG ( J u b US$); VXPUP (Jub US$); VXSAW (Juta US$); VXHEN (Juta US$);
VXGE (Juta US$).
Volume Ekspor Komoditi (3451 ke negara [12], satuan kg atau unit.
XKAR (J!b Kg);XKOP Juta Kg);XUDA (Ribu Kg);XTIH (Juta Kg);
XTEH (Rlbu Kg);XPAK Ribu Kg);XTEK (Ribu Kg);XKAL (Ribu Kg);
XKAG (Juta Kg);XPUP (Juta Kg);XSAW (Juta Kg);XHEN (Juta Kg);
XGAS (Juta Kq)
Pendapatan Slap Dibelanjakan, Hilyar Rp.
Secara u
m
u renunjukkan Variabel Lag (1 tahun) dari Nama Variabel ybs,
Angka (1) menunjukkan variabel Lag.
Secara u
mu menunjukkan Variabel ybs, tetapi dalan Nilai Riil,
Euruf ( R) uenunjukkan variabel Rill.
.
I
Nama Negara-Negara yang dipertirbangkan :
JP
= Negara Jepang
BL
= Negara Belanda
JR
= Negara Jernan
AS
= Neqara A~erikaSerikat
CN
= Negara RRC
IT
= Negara Italia
KS
= Negara Korea Selatan
K\
= Neqara Halaysia
= Negara Pilipina
PI
SP
= Negara Singapura
bU
= Negara Australia
HK
= Neqara Hongkonq
IN
= Negara Indonesia
PR
= Negara Perancis
IR
= Negara Iran
AR
= Negara Arab Saudi
TE
= Negara Thailand
Jenis-Jenis Komoditi Ekspor yang dibahas :
KAR
= Karet
KOP
= Kopi
UDA
= Udang
TEH
= Tertbaga
TIM
= Ti~ahPutih
PAK
= Pakaian
TEK
= Tekstil
KAL
= Kayu Lapis
KAG
= Kayu Gergajian
PUP
= Pupuk
SAW
= Kelapa Sawit
HEN
= Hinyak Hentah
GAS
= Gas
Jenis-Jenis Komoditi Irpor yang dibahas :
BER
= Beras
HIN
= Hinyak Buai dan Basil-hasilnya
PIP
= Pipa Besi h Baja
MES
= Hesin Industri
4.2 ldentifikasi dan Pendugaan Model
Sebelum menentukan metode yang dipakai untuk menduga
parameter-parameter model, maka model perlu diidentifikasi terlebih dulu.
ldentifikasi dilakukan dengan menggunakan metode Order Condition
sebagai syarat keharusan, dan metode Rank Condition sebagai syarat
kecukupan. Berdasarkan kriteria Rank Condition, maka suatu persamaan
akan teridentifikasi jika dan hanya jika dimungkinkan untuk membentuk
paling sedikit satu determinan bukan no1 pada order (G - I)
dari parameter
struktural, pada variabel yang tidak termasuk dalam persamaan yang
bersangkutan. Sementara itu berdasarkan kriteria Order Condition, agar
setiap persamaan dapat dikatakan teridentifikasi, maka harus dipenuhi
persyaratan sebagai berikut (Koutsoyiannis, 1977) :
( K - M ) > (G
-
I )
dimana :
K
=
Jumlah total variabel didalam model, baik variabel endogen
maupun predetermined.
M
=
Jumlah variabel dalam suatu persamaan (endogen dan
eksogen) yang sedang diuji dan diidentifikasi.
G
=
Jumlah persamaan atau jumlah total variabel endogen.
Bila sebuah persamaan memperlihatkan kondisi (K - M ) < (G - 1 )
maka dikatakan tidak teridentifikasi (under identified). Jika menunjukkan
kondisi ( K
-
M) = (G
-
1 ), maka dikatakan teridentifikasi secara tepat
(exactly identified). Sedangkan bila dipenuhi kondisi ( K
-
M) > (G
-
1)
maka disebut teridentifikasi berlebih (over identified). Diharapkan bahwa
hasil identifikasi setiap persamaan struktural ada dalam kondisi exactly
identified atau over identified, sehingga persamaan persamaan yang
dimaksud dapat diduga parameternya.
Model yang dikembangkan merupakan model persamaan
simultan dinamis yang tersusun dari 141 persamaan, berarti memiliki 141
variabel endogen (G), dengan variabel predetermined sebanyak 372
variabel yang terdiri dari variabel-variabel eksogen dan lag endogenous,
dengan demikian total variabel didalam model (K) adalah sebanyak 513
variabel. Melalui pengujian setiap persamaan, temyata semua persamaan
struktural memenuhi kriteria indentifikasi model.
Ada
digunakan,
beberapa alternatif metode pendugaan yang dapat
dan
masing-masing
mempunyai
kelebihan
serta
kekurangannya. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data sampel
yang relatif kecil (n = 29) dan kemungkinan adanya respesifikasi model
ketika dilakukan analisis struktural maupun analisis simulasi serta
peramalan, maka dipilih metode 2 SLS (Two Stage Least Squares Method)
yang reiatif kurang sensitif guna menduga parameter struktural (Sinaga,
1989). Berbagai tipe studi Monte Carlo menunjukkan bahwa dari metodemetode yang konsisten dan efisien secara asymptotis, maka metode 2 SLS
adalah yang paling robust. Disamping itu metode ini diterima sebagai
pendekatan persamaan tunggal yang paling penting untuk mengestimasi
model yang over identified, serta menggambarkan pemakaian yang lebih
umum.
Sedangkan untuk melaksanakan pendugaan model digunakan
software aplikasi SASIETS (StatisticalAnalysis System / Econometric Time
Series) versi Windows. Data yang digunakan merupakan Data Sekunder
Time Series dengan periode pengamatan tahun 1968 sld 1996. Data ini
diperoleh dari berbagai sumber, yaitu ;
1.
"International Financial Statistics Yearbook", IMF.
2.
"World Tables Yearbook", IMF.
3.
"Statistical Yearbook of Indonesian,BPS.
4.
"lndikator Ekonomi", Buletin Statistik Bulanan, BPS.
5. "Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia", Bank Indonesia.
6. "Nota Keuangan dan RAPBNn,Departemen Keuangan.
7.
"Perkembangan Penanaman Modal", BKPM.
4.3 Validasi Model
Model perlu diuji apakah cukup valid bila digunakan untuk
simulasi kebijakadnon-kebijakan, dan apakah cukup valid bila digunakan
untuk peramalan. Proses pengujian ini merupakan tahap validasi model.
Dalam rangka tujuan tersebut, maka digunakan beberapa kriteria statistik,
diantaranya adalah Root-Mean-Squares Percentage Error (RMSPE) dan
Theil's Inequality (U). Statistik RMSPE menggambarkan seberapa jauh
nilai-nilai dugaan variabel endogen tersebut menyimpang dari nilai-nilai
aktualnya, dalam ukuran persentasi relatif. Atau bisa diinterpretasikan pula
sebagai pencerminan seberapa dekat nilai-nilai dugaan tersebut mengikuti
pola nilai-nilai aktualnya. Rumusan RMSPE dan RMSE dapat dituliskan
sebagai berikut :
I T
-
RMSE (Root Mean Squares Error) = { --- C (Pt At)2 )0.5
T t=l
1 T
-
RMSPE (Root Mean Squares = 100 {
C (Pt- At) 1 At)2 )0.5
Percentage Error)
T t=l
dimana
T
=
Jumlah pengamatan dalam simulasi.
P
=
Nilai dugaan model (predicted value).
A
=
Nilai pengamatan (actual value).
Sedangkan statistik U atau U-Theil (Pindyck, 1991) menggambarkan
besarnya penyimpangan dari nilai-nilai dugaan tersebut (prediksi error),
dimana ukuran statistik ini digunakan dalam rangka menilai kemampuan
model untuk menganalisis simulasi Peramalan (ex-post). Sebenarnya UTheil ini mempunyai kelemahan, karena merupakan fungsi dari predictor itu
sendiri yang merupakan salah satu unsur didalam penyebutnya, sehingga
tidak dapat digunakan sebagai kriteria untuk membandingkan serta
meranking model alternatif. Daiam beberapa analisis, untuk mengatasi
kelemahan tersebut kerap juga digunakan modifikasi dari U-Theil yaitu U1.
Nilai koefisien U berkisar antara 0 dan 1, sedangkan U1 berkisar antara 0
dan tak terbatas. Makin kecil nilai U ataupun U1, demikian pula RMSPE,
menunjukkan kualitas model yang makin baik. Disamping itu unsur error
juga ditentukan oleh tipe simulasi. Pada simulasi Statis, nilai aktual
digunakan sebagai variabel endo lag, sedangkan pada simulasi Dinamis,
variabel-variabel endo lag akan diberi nilai dari hasil solusi. Akibatnya
secara umum simulasi Dinamis memberikan error lebih besar daripada
simulasi Statis. Berikut ini adalah rumusan dari U dan U1.
U(Theil Inequality) =
t=l
T
UI (Modification
Theil Inequality)
=
J
T
z
t=l
T
{(pt
t=?
T
;r: ( A
t=l
- &I) -
(At
-
4-i)12
-w2
Sementara itu Mean Squares Error dapat didekomposisi atas 3 komponen,
yaitu :
1.
UM = .
Biased
Proportion,
mengindikasi
systematic
error,
merupakan deviasi antara rata-rata nilai prediksi dengan
nilai aktual.
2.
UR =
Regression component, mengindikasi deviasi dari slope
regresi dari nilai-nilai aktual dengan nilai-nilai prediksi.
3.
UD =
Residual Component, yang menangkap unsystematic e m r .
Jumlah koefisien dari ketiga komponen tersebut adalah sama dengan 1.
Nilai UM dan UR yang makin kecil menunjukkan bahwa model makin baik,
sedangkan nilai UD yang makin besar (mendekati I)
berarti model makin
baik. Rumusan dari komponen-komponen ini dapat dirinci sebagai berikut :
dimana :
PM =
Rata-rata dari nilai-nilai prediksi.
AM =
Rata-rata dari nilai-nilai aktual.
SP =
Standar deviasi dari nilai-nilai prediksi.
SA =
Standar deviasi dari nilai-nilai aktual.
r
=
Koefisien korelasi antara nilai-nilai aktual dengan prediksi.
T
=
Jumlah pengamatan.
4.4 Simulasi Model
Simulasi dilakukan baik untuk kebutuhan analisis simulasi Historis
(ex-post), maupun analisis simulasi Peramalan (ex-ante). Dalam analisis
simulasi Historis digunakan periode waktu 1984-1996, sedangkan dalam
analisis simulasi Peramalan menggunakan periode waktu 1997-2010. Untuk
kepentingan analisis akan dipertimbangkan beberapa alternatif kebijakan
maupun akibat pengaruh faktor eksternal.
4.4.1 Periode Simulasi
Periode waktu simulasi Historis dipilih antara tahun 1984 sampai
dengan 1996. Sedangkan beberapa alasan mengapa dipilihnya periode
simulasi tersebut adalah kenyataan bahwa semenjak awal tahun 80-an
terjadi penurunan harga minyak dunia serta menguatnya mata uang US
dollar, yang mengakhiri masa oil boom sehingga perekonomian lndonesia
dipaksa bertransforrnasi dari ekonomi berbasis ekspor migas ke ekspor
non-migas. Pada masa itu mulai digulirkan berbagai paket kebijakan yang
mendorong ekspor non-migas, dan semenjak tahun 198411985 hasilnya
sudah mulai nampak dimana nilai ekspor non-migas Indonesia cenderung
mengalami peningkatan. Pada tahun 1983 pertama kali diluncurkan paket
deregulasi perdagangan dan investasi, menyusul pula pada tahun yang
sama dikeluarkan kebijakan deregulasi di sektor moneter dan perbankan,
dalam rangka mengerahkan dana masyarakat sekaligus memobilisasi dana
tersebut ke sektor-sektor produktif. Kalau dicermati lebih jauh maka
semenjak 1983 intensitas dari perlindungan industri mengalami penurunan
yang cukup berarti, baik dilihat dari segi tingkat proteksi maupun cakupan
produk yang terkena proteksi, dimana tindakan-tindakan tersebut dalam
rangka meningkatkan daya saing industri Indonesia (Silalahi, 1996).
Sehingga adalah tepat untuk mengambil tahun 1984 sebagai awal periode
simulasi, karena data aktual sudah rnencerminkan peranan dari produkproduk non-migas secara lebih merata, disamping akan terasa lebih relevan
untuk mempertimbangkan proses liberalisasi perdagangan.
Sementara itu untuk analisis simulasi Peramalan, digunakan
periode simulasi 1997-2010, dengan pertimbangan bahwa sampai tahun
2010 telah digenapi beberapa kesepakatan liberalisasi, yaitu kesepakatan
AFTA pada 2003 dan kesepakatan APEC bagi negara maju pada 2010,
sehingga sedikit banyak dapat digambarkan bagaimana kondisi tndonesia
sendiri menghadapi peristiwa tersebut. Bahkan dalam KTT VI Asean tahun
1999 telah disepakati percepatan implementasi AFTA yaitu tahun 2002
untuk semua produk yang termasuk dalam inclusion list sehingga tarifnya
hanya 0-5%. Dan dalam
perkembangan terakhir pada KTT Informal
ASEAN Ill telah disepakati pula percepatan penghapusan bea masuk
seluruh produk yang diperdagangkan dikawasan ASEAN dari tahun 2015
menjadi 2010 untuk enam negara terrnasuk lndonesia . Sehingga periode
menjelang tahun 2010 ini akan merupakan saat-saat yang menentukan
untuk dikaji bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.
Untuk dapat mencerminkan keadaan realitas sesungguhnya maka ketika
dilakukan simulasi Peramalan, dilakukan terlebih dulu peramalan terhadap
proteksi baik dalam bentuk tarif impor atau pajak ekspor, dengan
kecenderungan menuju terhapusnya semua tarif menjelang tahun 2010.
4.4.2
Analisis Simulasi
Analisis simulasi Historis dilakukan untuk mengevaluasi kinerja
perekonomian Indonesia bila diterapkan kebijakan-kebijakan makroekonomi
dan perdagangan dimasa lalu pada periode 1984-1996, khususnya setelah
dimulainya reformasi dibidang perdagangan. Selain simulasi kebijakan juga
dilakukan simulasi yang diakibatkan perubahan faktor eksternal (nonkebijakan). Hasil simulasi kebijakan atau non-kebijakan kemudian
dibandingkan dengan hasil simulasi dasar, terhadap beberapa variabel
perilaku untuk mengetahui deviasi yang terjadi selama periode simulasi.
Dari analisis simulasi Historis ini diharapkan diperoleh inforrnasi
tentang seberapa efektifnya kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan pada
masa lalu, sekaligus sebagai masukan untuk perencanaan kebijakan
dimasa yang akan datang.
Hasil yang didapat dari analisis simulasi Historis tersebut, lebih
jauh lagi akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis simulasi
Peramalan pada periode 1997-2010. Peramalan ini terasa menjadi penting,
mengingat bahwa perkembangan eksternal terus berlangsung dengan
sangat cepat, ditandai dengan munculnya perjanjian-perjanjian multilateral
khususnya dibidang perdagangan dan investasi dimana lndonesia ikut
terlibat
didalamnya.
Bahkan
kesepakatan-kesepakatan
liberalisasi
perdagangan merupakan ha1yang makin pasti dan serius, diantaranya telah
disetujui untuk dipercepat implementasinya. Fenomena ini mau tidak mau
harus diikuti dengan seksama, dan Indonesia sebagai salah satu negara
yang terlibat didalamnya harus memenuhi perjanjian-perjanjian yang telah
disepakati kalau tidak ingin ditekan dunia internasional. Karena begitu
strategisnya dinamika yang terjadi beberapa tahun kedepan, maka perlu
dilakukan analisis simulasi Peramalan guna melihat dampak dari kebijakankebijakan-kebijakan disekitar liberalisasi perdagangan terhadap kinerja
perekonomian lndonesia dimasa yang akan datang.
Demikian pula dalam analisis simulasi Peramalan ini, akan
dilakukan simulasi terhadap beberapa alternatif kebijakan dan nonkebijakan, kemudian hasil simulasi tersebut dibandingkan dengan hasil
simulasi dasar Peramalan. Simulasi dasar Peramalan dilakukan dengan
menggunakan skenario kondisi setelah terjadinya krisis ekonomi Indonesia.
4.4.3. Peramalan Variabel Eksogen
Sebelum melakukan analisis simulasi Perarnalan, maka terlebih
dahulu dilakukan peramalan terhadap semua variabel eksogen yang berada
didalam model. Untuk keperluan tersebut digunakan beberapa teknik
Peramalan agar diperoleh hasil peramalan yang cukup representatif.
~ e k nk-tekni
i
k yang digunakan dapat berupa : (a) Stepwise Autoregressive,
atau (b) Exponential Smoothing, atau (c) Autoregressive Integrated Moving
Average (Arima). Pemilihan suatu teknik Peramalan untuk sebuah variabel
eksogen tergantung dari hasil peramalan yang sebaiknya mengikuti trend
data aktual. Seperti telah dijelaskan dalam subbab sebelumnya, simulasi
dasar untuk Peramalan menggunakan skenario kondisi setelah terjadinya
krisis ekonomi dan moneter. Agar mencerminkan kondisi krisis, maka
dilakukan kalibrasi terhadap model, sehingga didapatkan kondisi yang
mendekati fakta sesungguhnya. Kalibrasi merupakan penyesuaian dari
beberapa variabel makroekonomi yaitu Foreign Direct Investment, Capital
Oufflow dari pihak Swasta, dan lnvestasi Pemerintah. Diasumsikan bahwa
besarnya nilai Real FDI serta lnvestasi Pernerintah Riil berangsur-angsur
pulih dari no1 (1997), 10% (1998), 25% (1999), 50% (2000), 75% (2001),
dan akhimya kembali normal pada tahun 2002. Sedangkan modal yang lari
keluar negeri semenjak kerusuhan dan krisis yang terjadi, diharapkan sudah
kembali semua pada tahun 2001, dan sudah mengikuti pola normal pada
tahun 2002. Pertimbangan diadakannya penyesuaian terhadap variabelvariabel diatas adalah kenyataan bahwa nilai tukar Rupiah terhadap satu
US-Dollar sepanjang tahun 1999 adalah berkisar Rp 7000,-. Sedangkan
dari International Financial Statistics Yearbook diperoleh
data
bahwa
rasio Consumer Price Index Amerika terhadap Indonesia pada kuarter IV
tahun 1998 adalah (1261360) atau berkisar sepertiga saja, yang berarti
bahwa nilai ,tukar Rupiah terhadap US-Dollar riil kurang lebih hanya Rp
2300. Dari hasil simulasi dasar, ternyata penyesuaian terhadap variabel-
variabel diatas dianggap telah mencerminkan kondisi saat ini, khususnya
dikaitkan terhadap variabel nilai tukar.
4.4.4 Skenario Simulasi
Untuk mengevaluasi serta meramalkan dampak altematif
kebijakan dan non-kebijakan terhadap kinerja ekonomi lndonesia dimasa
lalu dan dimasa yang akan datang, maka dilakukan beberapa skenario
pada simulasi Historis dan simulasi Peramalan khususnya yang berkaitan
dengan fenomena liberalisasi perdagangan dan investasi.
Salah satu skenario terpenting adalah pengurangan proteksi
perdagangan yang mewakili kebijakan-kebijakan tarif, pajak atau subsidi.
Besamya variabel proteksi didekati oleh perbedaan harga ekspor atau
harga impor dengan harga dunia suatu komoditi. Memang semenjak 1983
sudah terjadi penurunan tarif guna memperbaiki kinerja perdagangan
Indonesia, dan tercatat bahwa rata-rata tarif nominal dan bea masuk sudah
turun dari 38% (1986) menjadi sekitar 20% pada tahun 1984 (LPEM-UI,
1998). Namun total hambatan dalam bentuk tarif rata-rata lndonesia masih
cukup tinggi dibandingkan negara tetangga kita yaitu Singapura dan
Malaysia (sekitar empat kali lebih besar), demikian pula dibandingkan
negara-negara maju lainnya (Syafaat, 1997). Oleh karena itu dalam
simulasi Historis dicoba skenario penurunan proteksi sebesar 50°h dari
proteksi yang ada saat ini. Sementara itu untuk masa yang akan datang
lndonesia telah terikat oleh kesepakatan-kesepakatan AFTA, APEC, dan
W O . Untuk mengakomodasi kesepakatan tersebut maka proteksi yang
diterapkan Indonesia diasumsikan untuk cenderung berkurang, mendekati
no1 menjelang tahun 2010. Dalam analisis simulasi Peramalan dilakukan
dua skenario pengurangan proteksi, yaitu : (a) skenario pengurangan tarif
sesuai jadual AFTA yaitu maksimum 5% sejak 2003, dan (b) skenario
penghapusan proteksi lebih awal yaitu semenjak awal periode simulasi,
untuk melihat apakah eliminasi tarif secara sekaligus memberi hasil lebih
baik dibandingkan secara gradual terhadap kinerja perdagangan Indonesia.
Seperti sudah diketahui bahwa semenjak Pelita I, lndonesia
selalu dihadapkan dengan perrnasalahan defisit neraca transaksi berjalan
(kecuali tahun 1979/1980 dan 198011981). Salah satu cara untuk menutupi
defisit ini adalah melalui sisi capital account yang terdiri dari tiga pos utama
yaitu Foreign Direct Investment (FDI), Off Shore Loan, dan PoMolio
Investment. Dari ketiganya yang paling aman dan layak adalah FDI.
Semenjak
Orde
Baru
perkembangan
FDI
ke
lndonesia
dapat
dikelompokkan atas beberapa periode penting (Thee Kian Wie, 1996), yaitu :
1.
Periode 1967-1974, merupakan periode yang relatif lebih liberal
dibandingkan era Orde Lama. Periode ini diawali semenjak
diberlakukannya Peraturan lnvestasi Asing pada 1967.
2.
Periode 1975-1985, merupakan periode dengan kebijakan yang
bersifat protektif sebagai respons akibat peristiwa Malari pada tahun
1974. Keadaan ini dimungkinkan karena lndonesia ketika itu sedang
menikmati Oil Boom (khususnya pada 197311974 dan 197811979)
sehingga bargaining power lndonesia meningkat dalam menerapkan
kebijakan yang lebih protektif.
3.
Periode 1986-1993, merupakan periode dimana didorong kebijakan
FDI yang lebih liberal. Hal ini dipicu oleh menurunnya penerimaan dari
sektor Migas karena turunnya harga Migas sejak tahun 1982, sehingga
pemerintah harus mencari alternatif lain sebagai sumber pertumbuhan
yaitu melalui industri non-migas. Oleh karena itu pada bulan Mei 1986
dikeluarkan paket deregulasi yang intinya untuk mendorong iklim
investasi. Selain adanya Pull-Factors tersebut ternyata faktor eksternal
juga mendukung mengalimya FDI ke lndonesia (Push-Factors),
dimana ketika itu terjadi apresiasi mata uang seperti Yen, Won, Dollar
Taiwan dan mata uang negara industri baru lainnya terhadap USDollar sehingga produk-produk mereka kehilangan keunggulan
komparatif khususnya produk-produk yang labour-intensive. Kondisi ini
menyebabkan negara-negara tersebut merelokasikan industri mereka
ke negara lain yang memiliki upah buruh relatif murah, diantaranya
Indonesia.
4.
Periode 1994-1996, merupakan periode yang makin liberal semenjak
diluncurkannya paket deregulasi Juni 1994. Kebijakan ini diambil untuk
menghadapi kebijakan serupa yang
dilakukan negara-negara
kompetitor seperti China, disamping kenyataan bahwa ekspor nonmigas lndonesia yang tumbuh agak lambat. Kebijakan ini cukup
berhasil dengan terjadinya lonjakan FDI semenjak 1994, didukung pula
dengan peringkat lndonesia yang cukup baik sebagai negara tujuan
FDI ketika itu menurut survey yang dilakukan Bank EXIM Jepang.
Dalam survey tersebut (1994), lndonesia menempati peringkat 4
(peringkat 3 pada 1995) sebagai 'The Most Promising Countries for
FDI', dan menempati peringkat 5 (idem pada 1995) sebagai 'The Most
Promising Countries for FDI in the long term (70 years ahead)'.
Berdasarkan latar belakang tersebut, semenjak 1986 rata-rata
pertumbuhan pertahun FDI ke lndonesia mencapai nilai sekitar 45%.
Lonjakan yang agak menyolok terjadi setelah 1994, dan diperkirakan juga
akan memberikan kecenderungan yang sama bila kebijakan investasi tahun
1994 tersebut sudah diluncurkan sejak pertengahan tahun 80-an (lihat
Gambar 9).
Gambar 9. Data Perkembangan Real Foreign Direct Investment
Dengan demikian adalah relevan bila salah satu skenario simulasi Historis
adalah mengasumsikan bahwa FDI meningkat sebesar 25%. Memang
terjadinya peningkatan FDI ini tidak secara langsung merupakan hasil
murni kebijakan pemerintah, karena meningkatnya FDI akan juga banyak
tergantung variabel-variabel eksternal lainnya, yang dapat dikelompokkan
sebagai Pull-factors dan Push-factors. Oleh karena itu dapat kita anggap
bahwa skenario ini merupakan simulasi non-kebijakan atau akibat
perubahan faktor eksternal. Skenario ini juga dilakukan dalam analisis
simulasi Peramalan dengan alasan yang sama, namun peningkatan FDI
diasumsikan sebesar 15%, suatu asumsi yang agak pesimis mengingat
kondisi krisis yang masih menyelimuti lndonesia walaupun sebenarnya
implementasi kesepakatan liberalisasi investasi akan cenderung mendorong
peningkatan FDI ke lndonesia di masa yang akan datang, dengan catatan
lndonesia haws segera berbenah diri untuk meningkatkan citra yang sudah
terperosok setelah krisis sosial dan politik.
Faktor eksternal lainnya yang patut dicermati adalah variabel nilai
tukar yang sangat mempengaruhi transaksi perdagangan. Perubahan
kondisi ekonomi dan moneter negara Jepang sebagai mitra dagang utama
lndonesia akan sangat strategis dampaknya bagi Indonesia. Berdasarkan
pertimbangan tersebut sebagai salah satu skenario simulasi adalah
terjadinya perubahan pada nilai tukar Yen terhadap US-Dollar. Berdasarkan
data Historis semenjak tahun 1968 sampai 1996, tercatat bahwa nilai tukar
riil YenIUSD telah menguat dari 312 menjadi 130 Yen per 1 USD, berarti
menguat hampir 60%, atau semenjak 1984 telah menguat sebanyak 40%
(lihat Gambar 10). Dan secara tidak langsung fenomena ini telah membantu
kinerja perdagangan Indonesia.
Gambar 10. Data Perkembangan Nilai Tukar Riil Yen terhadap Usdollar
Dalam simulasi Historis akan dikaji bagaimana dampaknya bila penguatan
Yen tidak sebesar itu, atau bagaimana bila Yen melemah 20% dari data
aktual yang ada. Sedangkan untuk analisis simulasi Peramalan dicoba
skenario dimana Yen menguat 10% untuk waktu-waktu yang akan datang
terhadap US-Dollar, mengingat bahwa Jepang juga tidak akan membiarkan
Yen nya menjadi terlalu kuat terhadap mata uang negara-negara besar
lainnya.
Dalam simulasi Historis juga dikaji dampak kebijakan devaluasi
Rupiah terhadap kinerja ekonomi dan perdagangan Indonesia, mengingat
adanya anggapan bahwa devaluasi akan meningkatkan daya saing produk
ekspor sehingga akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia.
Sebelum rentang kendali terhadap Rupiah ditiadakan kita telah mengalami
empat kali devaluasi yaitu : Agustus 1971 (sekitar 10%) Nopember 1978
(sekitar 50%), Maret 1983 (sekitar 32%), dan September 1986 (sekitar
40%). Sampai diambangkan total pada tahun 1997, Rupiah belum
didevaluasi lagi bahkan dari data Historis nilai tukar riil Rupiah cenderung
menguat. Adanya anggapan bahwa Rupiah sudah oven/alue serta adanya
kebijakan devaluasi setelah beberapa waktu sekitar 30-50%, maka
berdasarkan pertimbangan itu dilakukan skenario devaluasi Rupiah
terhadap US-Dollar sebesar 50% selama periode simulasi Historis.
Selain itu juga dikaji bagaimana dampak kebijakan yang kontraktif
terhadap kinerja perekonomian Indonesia, seperti skenario pengurangan
pengeluaran pembangunan serta dana yang tersedia untuk penyaluran
kredit. Seperti telah diketahui bahwa sumber pengeluaran pembangunan
selain tabungan pemerintah adalah pinjaman luar negeri. Pinjaman ini
bukannya menyusut malah tents bertambah sehingga membebani
pemerintah, tercennin dari Debt Service Ratio (DSR) yang telah diatas 30%.
Sementara itu penerimaan dalam negeri pemerintah diluar migas
adalah pajak yang perkembangannya cukup menjanjikan, dirnana pada
tahun 1968 penerimaan pajak riil hanya 1958 miliar dan telah rneningkat
menjadi 32605 miliar Rupiah pada tahun 1996, dengan pertumbuhan ratarata mendekati 15% (lihat Gambar 11). Semenjak awal tahun 80-an
pemerintah telah melakukan reformasi perpajakan secara bertahap. Sistem
perpajakan diperbaharui melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi
sumber-sumber pajak. Tujuannya adalah agar peranan sektor perpajakan
ini dapat menggantikan peranan migas sebagai sumber utama pembiayaan
pembangunan, sehingga dapat memperbesar tabungan nasional sekaligus
mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pinjaman luar negeri.
Gambar 11. Data Perkembangan Nilai Riil Penerimaan Pajak
Dengan penyempurnaan sistem perpajakan yang ada, diharapkan
penerimaan sektor ini dapat lebih ditingkatkan. Berdasarkan pertimbangan
tersebut maka dalam simulasi Historis maupun Peramalan dilakukan
skenario kebijakan peningkatan Pajak sebesar 20%.
Disamping skenario kebijakan atau non-kebijakan yang berdiri
sendiri juga dilakukan kombinasi beberapa altematif kebijakan. Dalam
simulasi Historis dikombinasikan kebijakan pengurangan proteksi dan
terjadinya peningkatan FDI, dengan kebijakan peningkatan perolehan
Pajak. Pertimbangan kombinasi tersebut adalah untuk mengantisipasi
hilangnya penerimaan pemerintah dari tariflpajak
imporiekspor akibat
dikuranginya proteksi, sehingga pemerintah akan mencari sumber-sumber
pajak lainnya, dan diharapkan perolehan pajak tetap meningkat sebesar
20%. Kombinasi lainnya adalah pengurangan proteksi, peningkatan FDI,
dan kebijakan devaluasi. Kombinasi melemahkan nilai Rupiah menurut
beberapa pihak sementara ini cukup efektif menutupi lemahnya daya saing
produk Indonesia dalam menghadapi era perdagangan bebas. Bahkan
dengan nilai Rupiah yang sangat lemah ini merupakan kesempatan bagi
lndonesia untuk balik menekan negara mitra dagang yang masih bersifat
protektif. Sedangkan dalam simulasi Peramalan juga dilakukan kombinasikombinasi kebijakan, diantaranya adalah pengurangan proteksi sesuai
AFTA, terjadinya peningkatan FDI, serta kebijakan untuk meningkatkan
perolehan Pajak.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka skenario
pada analisis simulasi Historis periode tahun 1984-1996 adalah sebagai
berikut :
1.
Devaluasi Nilai Tukar Rupiah terhadap US-Dollar sebesar 50%.
2.
Terjadi Peningkatan Foreign Direct Investment sebesar 25%.
3. Penurunan Proteksi sebesar 50% dari yang berlaku.
4.
Pengurangan lnvestasi Pemerintah sebesar 20%.
5. Pengurangan Dana Kredit sebesar 20%.
6. Terjadi Depresiasi Nilai Tukar Yen terhadap US-Dollar sebesar 20%.
7. Peningkatan Perolehan Pajak sebesar 20%.
8.
Kombinasi Skenario 2, 3, dan 7.
9.
Kombinasi Skenario 1, 2 dan 3.
Sedangkan alternatif skenario pada analisis simulasi Peramalan
periode tahun 1997-2010 adalah :
10. Penghapusan Proteksi.
11. Penurunan Proteksi sampai maksimum 5% sesuai AFTA.
12. Terjadi Peningkatan Foreign Direct lnvesment sebesar 15%.
13. Kombinasi Skenario 10 dan 12.
14. Kombinasi Skenario 11 dan 12.
15. Terjadi Apresiasi Nilai Tukar Yen terhadap US-Dollar sebesar 10%.
16. Kombinasi Skenario 14 dan Peningkatan Perolehan Pajak sebesar
20%.
Download