IV. KONSTRUKSI MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS 4.1 Model Makroekonometrika lndonesia Berdasarkan model makroekonomi yang telah dikembangkan, maka dalam sub-bab ini akan dirumuskan model makroekonometrika lndonesia dalam konteks ekonomi terbuka. Dalam model ini dideskripsikan persamaan-persamaan perilaku dan identitas serta seluruh variabel endogen maupun eksogen, dimana secara operasional diharapkan menghasilkan tanda dan besaran nilai-nilai penduga parameter yang sesuai dengan harapan secara teoritis. Sistem persamaan yang dikembangkan adalah dinamis, dicerminkan dengan cara memasukkan lagged endogenous variables kedalam model. Untuk memudahkan analisis maka model dibagi dalam 6 blok, yaitu blok Neraca Pembayaran (BOP), Fiskal, Moneter, Keseimbangan, Perdagangan, dan Harga. Model persamaan simultan terdiri dari 141 persamaan, yang disajikan secara terperinci dibawah ini. 4.1.1 Biok Neraca Pembayaran Nilai Transaksi Modal Swasta Bersih : RSWASTA = a10 + all (IILIBOR) + a12RAFDI + al3RBOT + al4RSWASTAI + Ut (001 Nilai ~ransaksi Modal Pemerintah Bersih RPEMER = am + a2,RG + arzRGR + anRBOT + a24RNJASA + a25RPEMER1+ U2 (002) Nilai Transaksi Modal Bersih : RK RSWASTA + RPEMER = Neraca Pembayaran : RBOT + RNJASA + RK + RSEL = RBOP (004) Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) dalam persamaan (001) hingga (004) adalah all, a12, al3, a21 > 0 ; a22, an, a24 < 0 ; dan 0 < a14, a= fi I. Tanda dan besaran intersep dalam persamaan tersebut dan persamaanpersamaan berikutnya tidak dihipotesiskan. 4.1.2 Blok Fiskal Pendapatan Siap Dibelanjakan : RYD = RTGDPIN - RTAX (005) Konsumsi Rumah Tangga : RC = a 3 + a31RYD + a32RCI+ U6 (006) Penerimaan dari Pajak : RTAX = am+ ~IRGDPIN+ a21NF + a R T A X I + U7 (007) lnvestasi Swasta : RIS = a51RPMDN + aS2RGDPIN+ asl a55RISI + Us + as4WFDI+ (008) ~ e n ~ e l u a r a n ' ~ uPemerintah tin selain Bunga & Cicilan Hutang : RGC = + a61POPlN + a&GR + aeRGCl + us + amlNF + %REIN (009) Pengeluaran Pemerintah : RG = RIP + RGC (010) Penerimaan Pemerintah Dalam Negeri : RGDR = a70+ a71RTAX + a72RGDR1 + U11 (011) Penerimaan Pemerintah : RGR = RGDR + RGFR (012) Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan (005) hingga (012) adalah : a31, a41, asl, a52, a54, a61, am, a71 > 0 ; a42, a53, a=, aslt < 0 ; dan 0 < a32, a43, ass, a=, a72 < I. 4.1.3 Blok Moneter Uang Kartal di Neraca Otoritas Moneter : RCURRA = blo + bllRGDPIN + b121+ b131NF+ blqREIN + b15RCURRAl+ b16TREND+ U13 (013) Saldo Rekening Giro di Neraca Gabungan Bank Umum : RDDB = bz1RGDPIN+ brz(l-INF) + b23RDDB1+ Uiq (014) Simpanan Berjangka & Tabungan di Neraca Gabungan Bank Umum : RTSDB = bm + b3iRGDPlN + b321 + b34RTSDB1 + Uls b331NF + (015) Rekening Valuta Asing di Neraca Gabungan Bank Umum : RFEAB, = bm + b41LIBOR + b42(1 - INF) + baREIN + b44RFEAB1 + U16 (016) Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan (013) hingga (016) adalah : bill b14, b21, b31, b321b33, b41, b43 > 0 ; b121 b13r Total Money Demand : = RTMD RCURRA + RDDB + RTSDB + RFEAB + RPSDDA + RFEOAA (017) Suku Bunga Bank Pemerintah : Uang Beredar (Money Supply) : = RMS bsil + bs2RBASE + b=TREND + bs4RMS1 + (019) u 1 9 Uang Primer (Reserve Money) : = RBASE - bso+ bslRBOP + ba(1 INF) + U20 (020) Total Dana yang dapat Dipinjamkan : RTDANA = RDDB + RTSDB + RFEAB + RGAB + RBBlB (021 Pinjaman Swasta RPMDN = bo+ b71(1- INF) + hRTDANA + hRPMDNl +u 2 2 (022) Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan (017) hingga (022) adalah : ill, i12, b52, b ~b61, , ba, br72 > 0 ; b5lI b71 < 0 ; dan 0 < i13,b54, b73 < I . I 4.1.4 Blok Keseimbangan Total GDP lndonesia : RTGDPlN = RC + RIS + RIP + RGC + RBOT + RNJASA (023) Nilai Tukar Rupiah terhadap US-Dollar = REIN + CI~RBOT + cI2RSWASTA + c~~RPEMER + ci4TREND + cl5REIN1 + U24 (024) CIO lndeks Harga Konsumen lndonesia : INDEX = c2iRMS + c ~ ~ R E I+N c~~RGDPINI + c24TREND + U25 (025) ~ 2 0+ GDP lndonesia : RGDPIN = (RTGDPIN / POPIN) (026) lnflasi Nasional : INF = (INDEX - INDEX1) * 1OO/INDEXI (027) Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan , CZ, C n , (023) hingga (027) adalah : c ~c21, C24 > 0 ; ~ 1 1 ~12, , c13 < 0 ; dan 0 <Cis <I. 4.1.5 Blok Perdagangan Didalam blok perdagangan ini diperinci kegiatan impor dan ekspor. Kegiatan ekspor didisagregasi berdasarkan komoditi ekspor dan negara tujuan ekspor utama. Sedangkan kegiatan impor didisagregasi berdasarkan komoditi impor dan negara asal impor utama. Komoditi ekspor yang dipertimbangkan meliputi Karet, Kopi, Udang, Tembaga, Timah Putih, Pakaian Jadi, Tekstil, Kayu Lapis, Kayu Gergajian, Pupuk, Minyak Kelapa Sawit, Gas, dan Minyak Mentah. Komoditi lmpor yang dipertimbangkan meliputi Beras, Minyak Bumi, Pipa Baja, dan Mesin Industri. Sedangkan nilai ekspor dan impor dari komoditi diluar pembahasan dimasukkan dalam variabel tersendiri. Berikut ini digambarkan perilaku dari Volume lmpor dan Ekspor komoditi-komoditi yang bersangkutan. Dari nama variabel yang tercantum, digit pertama mencerminkan aktifitas impor (M) dan ekspor (X). Tiga digit berikutnya menggambarkan komoditi yang dibahas, sedangkan dua digit terakhir menjelaskan mengenai negara tujuan ekspor atau negara asal impor. Volume lmpor Beras dari Thailand : MBERTH = d111RPMBERTH + dl12REIN + dl13RGDPIN + dl14TREND + U28 (028) Volume lmpor Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Singapura : Volume lmpor Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Arab Saudi : Volume Impo'r Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Iran : Volume lmpor Pipa Besi dan Baja dari Jepang : Volume lmpor Pipa Besi dan Baja dari Amerika Serikat : Volume lmpor Pipa Besi dan Baja dari Perancis : Volume lmpor Mesin lndustri dari Jepang : MMESJP = d21o + d2iiRPMMESJP + dzl2REIN d2i3RGDPIN + d214MMESJPI d215RPMMESAS + d2isRPMMESJR+ U35 + + (035) Volume lmpor Mesin lndustri dari Arnerika Serikat : MMESAS = d220 + d22iRPMMESAS + dmREIN + dz23RGDPIN + d224TREND+ d225RPMMESJP + u36 (036) Volume lmpor Mesin lndustri dari Jerman : MMESJR Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan , (028) hingga (037) adalah ; dill, d112, d121, d122, di31, di32, dl411 di42, di51, d152, dm1 dm, di71, dm, d211,d212, d221, dm, dni, dz32 < 0 ; dan 0 < d124, d134, d144r dl54 dl64 dl741 d214r d234 < 1- Volume Ekspor Karet ke Amerika Serikat : XKARAS = d240 + d24iRPXKARAS + d242REIN + d243RGDPAS+ d244TREND + d245RPXKARSP + d24sRPXKARJP + U38 (038) Volume Ekspor Karet ke Singapura : XKARSP = d2so + d251RPXKARSP + d252(REIN/RESP)+ d2s3RGDPSP + d254XKARSP1 + d255RPXKARAS+ d2=RPXKARJP + U39 (039) Volume Ekspor Karet ke Jepang : XKARJP = dm + dSlRPXKARJP + dmREIN d263RGDPJP + dmRPXKARAS dzssRPXKARSP+ Urn + + (040) Volume Ekspor Kopi ke Amerika Serikat : XKOPAS = d270+ ~~~I(RPXKOPAS*EIN) + dn2RGDPAS + dm(REIN-REINI) + d274TREND + d2=RPXKOPJR + d276RPXKOPJP+ U4i (041) Volume Ekspor Kopi ke Jerman : XKOPJR = dZB0 + d281RPXKOPJR + dB2REIN+ d=RGDPJR + d284XKOPJRI + dBREJR + d2rnRPXKOPAS+ d287RPXKOPJP+ Ud2 (042) Volume Ekspor Kopi ke Jepang : XKOPJP = I dB1(RPXKOPJP*EIN) + da2(REIN/REJP) + dZ3RGDPJR + d294XKOPJ P1 + d295RPXK0PJR + d2sTREND + dB7RPXKOPAS + U43 (043) Volume Ekspor Udang ke Amerika Serikat : XUDAAS = dm + dsiRPXUDAAS + d302RE1N+ d303RGDPAS + d304XUDAAS1 d305RPXUDAHK+ d3~RPXUDAJP+ Uqq + Volume Ekspor Udang ke Hongkong : XUDAHK = d310+ d311RPXUDAHK + d312(REINIREHK)+ d313RGDPHK + d314XUDAHK1 + d3isRPXUDAAS + d316RPXUDAJP+ U45 (045) Volume Ekspor Udang ke Jepang : XUDAJP = d30 + d321(LAG(RPXUDAJP)) + d3z(REIN/REJP) + d323RGDPJP + d324XUDAJP I + d3=TREND + d32sRPXUDAAS + d3nRPXUDAHK + U46 (046) Volume Ekspor Tembaga ke Hongkong : XTEMHK = dm + d331RPXTEMHK + d=(REIN/REHK) + d333RGDPHK+ d334XTEMHK1+ d3=TREND + d3=RPXTEMKS + d337RPXTEMJP+ U47 (0.47) Volume Ekspor Tembaga ke Korea Selatan : XTEMKS = d340 + d341(LAG(RPXTEMKS))+ d342RGDPKS + d&EMKSI + U48 (048) Volume Ekspor Tembaga ke Jepang : XTEMJP = d351RPXTEMJP + d353RGDPJP + d=RPXTEMKS + U4 ds2(REIN/REJP) d3&XTEMJP1 + + (049) Volume Ekspor Timah Putih ke Singapura : Volume Ekspor Timah Putih ke Belanda : , XTIMBL = d37,RPXTIMBL + c~~~~(REIN-REINI) + d3nRGDPBL + d374XTIMBL1 + d375 TREND + d376RPXTIMSP+ Usl (051 Volume Ekspor Pakaian ke Arnerika Serikat : XPAKAS = d3el(RPXPAKAS*EIN) ddPAKAS1 + dSRPXPAKJR + U52 + d382RGDPAS + d=RPXPAKJP + (05a Volume Ekspor Pakaian ke Jepang : XPAKJP = d390 + d31 (RPXPAKJP-PXPAKJPI) + d392REIN + d3g3RGDPJP + d394XPAKJP1 + d3giRPXPAKAS + d39sRPXPAKJ R +U53 (053) Volume Ekspor Pakaian ke Jerman : XPAKJR = dm + dm1RPXPAKJR + d402(REIN/REJR) + d403RGDPJR + d d P A K J R 1 + d-RPXPAKAS + d*RPXPAKJR + Us (054) Tanda dan besaran parameter dugaan yang 'diharapkan dalam persamaan (038) hingga (054) adalah : d241, d242, d2el d244, d251, d ~ 2 d253, , d261, d262, dm, d271, d272, d2731dn4, dB1, dm, d283, d291, dm, dm, d296, dm, d302, d303, d311, d312, d313 d3211d322, d323, d 3 ~ rdrji, d332, 6333, d335, d341, d342, dml d352, d353, d361, d3e2, d3631dm, d371, d372, d373, d375, dm, d3132, dm, d39z1d393, dml, dml d403,' 0; 6245, d246, d255, d2641d2=, dm, dn6, d285, d286, d287, d29s1d297, d3051d3061 d315, d316, d326, dm1 d336, dm1 d s , d365, d376,d384, d385, d3951 d3961 d405, dm, < 0 ; dan 0 < d2541d284, dm, d304, d314, dm, d334, d343, d354, d374, d383, dml h1 < I. Volume Ekspor Tekstil ke Hongkong : XTEKHK = dslo + d411RPXTEKHK ds12(REIN/REHKj + d413RGDPHK d414XTEKHK1 + d415RPXTEKJP+Us + + , Volume Ekspor Tekstil ke Jepang : XTEKJP = d420 + d42lRPXTEK.JP + d422REIN + d4=RGDPJP + d424XTEKJPl+ d4xREJP + (055) Volume Ekspor Tekstil ke Singapura : XTEKSP = dm + delRPXTEKSP + da2REIN + d433RGDPSP + d4&TEKSP1 + daRESP + d-RPXTEKHK + dQ7RPXTEKJP +Us7 (057) Volume Ekspor Kayu Lapis ke Amerika Serikat : XKALAS = d440 + d41(RPXKALAS-PXKALASI) + da2REIN + d443RGDPAS + d444TREND+ d4d5RPXKALJP+Us (058) Volume Ekspor Kayu Lapis ke Korea Selatan : XKALKS = d450 + d451RPXKALKS + d4s2REIN + dss3RGDPKS+ d454XKALKS1+ daREKS+ d45eRPXKALAS+ dmRPXKALJP + U s (059) Volume Ekspor Kayu Lapis ke Jepang : XKALJP = + d461RPXKALJP + dmREIN d-RGDPJP + ddKALJP1 d-RPXKALAS + Use + + (060) Volume Ekspor Kayu Gergajian ke Jepang : XKAGJP = d470 + d471RPXKAGJP + d4n(REINIREJP) + d4nXKAGJPI + ~~T~RPXKAGBL + d475TREND + Us1 (061) Volume Ekspor Kayu Gergajian ke Jeman : XKAGJR = dd8iRPXKAGJR + d482REIN+d 4 d K A GJR1 + u 6 2 (062) Volume Ekspor Kayu Gergajian ke Belanda : XKAGBL , = d491(LAG(RPXKAGBL)) + dmRElN + ddKAGBL1 + dWTREND + kRPXKAGJP + d49sRPXKAGJR + U63 (063) Volume Ekspor Pupuk ke Pilipina : Volume Ekspor Pupuk ke Malaysia : XPUPMA = dSl1RPXPUPMA + dSl2REIN + dsl 3RGDPMA +ds14XPUPMAl +d515RPXPUPPI +d5fsRPXPUPCN+ U6!j (Oe5) Volume Ekspor Pupuk ke RRC : XPUPCN = d521RPXPUPCN + ~ s ~ ~ R E I N+ dSnRGDPCN + d52aPUPCNI + d525RPXPUPPI+ Uss (066) Volume Ekspor Kelapa Sawit ke Belanda : XSAWBL = d530 + d531(LAG(RPXSAWBL)) + dS32REIN+ ds33RGDPBL + d534RPXSAWIT +d53sRPXSAWJR + d&SAWBLI+ U67 (067) Volume Ekspor Kelapa Sawit ke Jerman : XSAWJR = d541(LAG(RPXSAWJR)) + d542REIN + ~ s ~ ~ R GR DPJ + dS44XSAWJR1 +ds45RPXSAWBL + d5aRPXSAWIT+ Uss (068) Volume Ekspor Kelapa Sawit ke ltalia Volume Ekspor Minyak Mentah ke Jepang : XMENJP = dS60+ dssi RPXMENJP + d=(REIN/REJP) + dwRGDPJP + dwTREND +d&MENJPI + dsssRPXMENCN+ ds7RPXMENAU+ U70 (070) Volume Ekspor Minyak Mentah ke RRC : t XMENCN = ds70 + ds7iRPXMENCN + ~s~~(REIN/RECN) + ds73RGDPCN + d57&MENCN1 + ds5RPXMENJP+ d57sRPXMENAU+ U71 (071 Volume Ekspor Minyak Mentah ke Australia : XMENAU = ds8i(RPXMENAU*EIN) + dS2RGDPAU d d M E N A U 1 + d!j&PXMENJP + U72 + (07a Volume Ekspor Gas ke Jepang : XGASJP = d5go + d591RPXGASJP + dSg2REIN + ~ ~ Q ~ R GPD P J + d594XGASJP1 + d595RPXGASKS + UT3 (073) Volume Ekspor Gas ke Korea Selatan : XGASKS = dm + dm1RPXGASKS + dW2(REIN/REJ P) + dm3RGDPKS + ddGASKS1 + dsosTREND + dsosRPXGASJP + U74 (074) Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan (055) hingga (074) adalah : I4421 d4431 4 ' 44, '451 d411 d412, d413?d421r d422, d4231 d431r d432r d433r ~ Ur d d4521d4~3,d461, dm, d463, d471, d472, d48ir d48z1 d@lI d492! d501, 0 2 , dw3, d511, d512, d5131 6521 d522r d523r d531r d532r d5331d5411'5421 5 ' 43, '551 dss2,dssI d=lr dmr d563r d564r d5719 d5721 d573r d582r ~SQI, d5921d5931 dml, dm2, 6 0 3 1 d6051 0 ; d415, d4251 d426y d4351 d436r d4451 d4551d456r d4651d4741 '4751 '4941 4 ' 95, '4961 d51sr d516, d52sr d5341 d ~ 5 d5457d541 r d555r d566r d567td575,d576rd5841d5951 d6061< 0 ; dan 0 < d414, d424, d434, d454>d464, d4731d4831d493r d514, d524r d536r d544r d554r <1 d565r d574r d5831d5941 d-r 1 1 ~SII ' Nilai Ekspor Total per Komoditi Ekspor : RVTXKAR RVTXKOP RKXUDA = (XKARJP * RPXKARSP RVXKARR = (XKOPJP * RPXKOPAS RVXKOPR = (XUDAJP * RPXUDAAS RPXKARJP + XKARSP + XKARAS * RPXKARAS) RPXKOPJP + XKOPAS + XKOPJR * RPXKOPJR) RPXUDAJP + XUDAAS + XUDAHK * RPXUDAHK) RVXUDAR RVTXTEM = (XTEMJP * RPXTEMJP + XTEMHK * RPXTEMHK + XTEMKS * RPXTEMKS) + RVTXTIM = (XTIMSP * RVTXPAK = * + RVTXTEK = RVXTEMR RVTXKAL = RVTXKAG = RVTXPUP = RVTXSAW = RVTXMEN RVTXGAS = = * RPXTIMSP + XTIMBL RPXTIMBL) + RVXTIMR (XPAKJP * RPXPAKJP + XPAKAS RPXPAKAS + XPAKJR * RPXPAKJR) RVXPAKR (XTEKJP * RPXTEKJP + XTEKSP RPXTEKSP + XTEKHK * RPXTEKHK) RVXTEKR (XKALJP * RPXKALJP + XKALAS RPXKALAS + XKALKS * RPXKALKS) RVXKALR (XKAGJP * RPXKAGJP + XKAGBL RPXKAGBL + XKAGJR * RPXKAGJR) RVXKAGR (XPUPPI * RPXPUPPI + XPUPMA RPXPUPMA + XPUPCN * RPXPUPCN) RVXPUPR (XSAWBL * RPXSAWBL + XSAWJR RPXSAWJR + XSAWIT * RPXSAWIT) RVXSAWR (XMENJP * RPXMENJP + XMENAU RPXMENAU + XMENCN RPXMENCN) RVXMENR (XGASJP RPXGASJP + XGASKS RPXGASKS) + RVXGASR * (077) (078) (079) (080) + * + * (081 (082) + * + * (083) (084) + (085) + * (086) (087) Nilai lmpor Total per Komoditi lmpor : RVTMBER = (MBERTH * RPMBERTH) + RVMBERR RVTMMIN = (MMINSP * RPMMINSP + MMINAR RPMMlNAR + MMlNlR * RPMMINIR) RVMMINR RVTMPIP = (MPIPJP * RPMPIPJP + MPIPAS RPMPIPAS + MPIPPR RPMPIPPR) RVMPIPR RVTMMES = (MMESJP * RPMMESJP + MMESAS RPMMESAS + MMESJR * RPMMESJR) RVMMESR * + * (088) (089) + * + (090) (091 Dibawah ini merupakan persamaan Nilai Eskpor dan lmpor Total Riil Barang-barang Migas & Non-Migas. Real Balance of Trade merupakan selisih nilai total ekspor dan impor riil. RNTX = R W K A R + R W K O P + (RVTXUDAIIOOO) + ( R W T E M I I 000) + RVTXTlM + (RVTXPAKII000) + (RVTXTEW1000) + (RVTXKAU1000) + RVTXKAG + RVTXPUP + RVrXSAW + RVTXMEN + RVTXGAS + RNXRI (092) RNMT = RVTMBER + RVTMMIN + RVTMPIP + RVTMMES + RNMRI (093) RBOT = RNXT - RNMT (094) 4.1.6. Blok Harga Dalam persamaan-persamaan berikut dibahas perilaku dari harga barang impor maupun ekspor ke atau dari suatu negara. Harga lmpor Riil Beras dari Thailand : RPMBERTH = e1lrTBERTH + el12RPWBER + el13REIN ell4PMBERTHI + el15RETH + Us Harga lmpor Riil Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Singapura : Harga lmpor Riil Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Arab Saudi : Harga lmpor Riil Minyak Bumi dan Hasil-hasilnya dari Iran (095) Harga lmpor Riil Pipa Besi dan Baja dari Jepang : Harga lmpor Riil Pipa Besi dan Baja dari Amerika Serikat : Harga lmpor Riil Pipa Besi dan Baja dari Perancis : Harga lmpor Riil Mesin lndustri dari Jepang : RPMMESJP = e210 + e211TMESJP + e212RPWMES + e213(REINIREJP) + e214TREND + U102 (102) Harga lmpor Riil Mesin lndustri dari Amerika Serikat : RPMMESAS emRPWMES + emREIN + ez4PMMESASI + e225TREND = e m + ezlTMESAS + + u 1 0 3 (103) Harga lmpor Riil Mesin lndustri dari Jerman : RPMMESJR = em + en1TMESJR + e232RPWMES + e233REIN + e234PMMESJR1 + e235TREND + u104 (104) Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan (095) hinggq (104) adalah : Harga Ekspor Riil Karet ke Amerika Serikat : RPXKARAS = e241TKARAS + e242RPWKAR+ e243REIN+ e244PXKARASI + Ulw (105) Harga Ekspor Riil Karet ke Singapura : RPXKARSP = ea1TKARSP + e252RPWKAR e253(REIN/RESP) + e254PXKARSPl Ulos + + (106) Harga Ekspor Riil Karet ke Jepang RPXKARJP = eSlTKARJP + e262RPWKAR+ e=REIN emPXKARJP1 + U107 + (107) Harga Ekspor Riil Kopi ke Amerika Serikat : RPXKOPAS = e270 + e271TKOPAS + e272RPWKOP + e273REIN + U108 (108) Harga Ekspor Riil Kopi ke Jerman : RPXKOPJR = e2m + e281TKOPJR + e282RPWKOP + e2&REIN/REJR) + e284PXKOPJR1+ Ulos (109) Harga Ekspor Riil Kopi ke Jepang : RPXKOPJP = e m + e291TKOPJP + e292RPWKOP + eZg3(REIN/REJP)+ eWPXKOPJPI + Ullo (110) Harga Ekspor Riil Udang ke Amerika Serikat : RPXUDAAS = e m + e301TUDAAS + em2RPWUDA + em3REIN + emPXUDAAS1 + U~II (111) Harga Ekspor Riil Udang ke Hongkong : RPXUDAHK = e31o + e3f1TUDAHK + e312RPWUDA + e313(REIN/REHK) + e314PXUDAHK1 + u 1 1 2 (112) Harga Ekspor Riil Udang ke Jepang : RPXUDAJP = e m + e321TUDAJP + e322RPWUDA + e3nREIN +e324PXUDAJPI + Ul13 (113) Harga Ekspor Riil Tembaga ke Hongkong RPXTEMHK = e m + e3311TEMHK + e332RPWEM + ewREIN + e334PXTEMHK1+ Ul14 (114) Harga Ekspor Riil Tembaga ke Korea Selatan : RPXTEMKS = e m + e3411TEMKS + w2RPWEM1 + e343(REIN/REIN-KS) + U115 (115) Harga Ekspor Riil Tembaga ke Jepang : RPXTEMJP = e350 + e3511TEMJP + e3s2RPWEM + e353(REIN/REIN-JP) + e54TREND + U116 (116) Harga Ekspor Riil Timah Putih ke Singapura : Harga Ekspor Riil Timah Putih ke Belanda : Harga Ekspor Riil Pakaian ke Amerika Serikat : RPXPAKAS = e380 + e=lTPAKAS + wRPWPAK e383REIN + wPXPAKAS1 + U1l9 + (119) Harga Ekspor Riil Pakaian ke Jepang : RPXPAKJP = -1TPAK.JP + e392RPWPAK + e3~3(REIN/REIN-JP)+ e3wTREND + U120 (120) Harga Eksppr Riil Pakaian ke Jerman : RPXPAKJR = e400 + ealTPAKJR + e402RPWPAK + eaREIN + ewPXPAKJR1 + U121 (121) Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan (105) hingga (121) adalah : Harga Ekspor Riil Tekstil ke Hongkong : RPXTEKHK = esl1TTEKHK + e412RPWTEK + e413REIN + e414PXTEKHKl+ UlZ (122) Harga Ekspor Riil Tekstil ke Jepang : RPXTEKJP = e4m + e421TTEKJP + e4=RPWTEK + e423(REINIREJP)+ e424PXTEKJP1+ Uln (123) Harga Ekspor Riil Tekstil ke Singapura : RPXTEKSP = e431TTEKSP + ee2RPWTEK + e433(REIN/REIN_SP) + e434PXTEKSP1 + u124 (124) Harga Ekspor Riil Kayu Lapis ke Amerika Serikat : RPXKALAS = e441TKALAS + e4d2RPWKAL + e443(REINREIN1) + e444PXKALASl + U125 (125) Harga Ekspor Riil Kayu Lapis ke Korea Selatan : RPXKALKS = es51TKALKS+ es52RPWKAL + eaREIN + e4s4PXKALKS1+ Ulzs (126) Harga Ekspor Riil Kayu Lapis ke Jepang : Harga Ekspor Riil Kayu Gergajian ke Jepang : RPXKAGJP = e471TKAGJP + e473(REIN-REINl) + e475TREND + Ula ~~T~RPWKAG +I e474PXKAGJP1 + (128) Harga Ekspor Riil Kayu Gergajian ke Jerman : RPXKAGJR = e41TKAGJR + e42RPWKAG + e483(REINREINI) + eaTREND + U129 (129) Harga Ekspor Riil Kayu Gergajian ke Belanda : RPXKAGBL = ea1TKAGBL + e4g2RPWKAG + edg3(REINREINI) + ess4TREND+ U13~ (130) Harga Ekspor Riil Pupuk ke Pilipina : Harga Ekspor Riil Pupuk ke Malaysia : RPXPUPMA = e5llTPUPMA + e512RPWPUP + esI3REIN (132) + u 1 3 2 Harga Ekspor Riil Pupuk ke RRC : RPXPUPCN = e521TPUPCN + e522RPWPUP+ e523REIN + u 1 3 3 ( I 33) Harga Ekspor Riil Kelapa Sawit ke Belanda : RPXSAWBL = e531TSAWBL + e532RPWSAW + e533REIN+ e534PXSAWBL1+ U134 (134) Harga Ekspor Riil Kelapa Sawit ke Jerrnan : RPXSAWJR = eslTSAWJR + eS2RPWSAW + e543(REIN/REJ R) + e544PXSAWJR1 + U135 (135) Harga Ekspor Riil Kelapa Sawit ke ltalia : RPXSAWIT = ~s~TSAWIT + es52RPWSAW + e=(REIN/RE IT) + ~ S ~ ~ P X S A W +I T U1 I36 ( I 36) Harga Ekspor Riil Minyak Mentah ke Jepang : RPXMENJP = e m + esslTMENJP emREIN + U137 +e=RPWMEN + (137) Harga Ekspor Riil Minyak Mentah ke RRC : RPXMENCN = ego + e57lTMENCN + esnRElN + UIB eg2RPWMEN + (138) Harga Ekspor Riil Minyak Mentah ke Australia : RPXMENAU = e m + esslTMENAU + eS2RPWMEN + emREIN + U139 (139) Harga Ekspor Riil Gas ke Jepang : RPXGASJP = e m + eslTGASJP + em(REIN/REJP) + U1m esszRPWGAS+ (140) Harga Ekspor Riil Gas ke Korea Selatan : RPXGASKS = e m + ealTGASKS + eso2RPWGAS+ eaREIN +eeo4PXGASKS1+ U141 (141) Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan (122) hingga (141) adalah : 107 Nara-na~Variabel MDEL HAKROElt- INDONESIA = Foreign Direct Investrent, excl: Oil Gas, Banking, Non-Bank Financial Institutions, Insurance, BASE BBIB BOP BOT C CAPITAL CWT (2112 cum DDB & Leasing, Juta US-dollar. = Uang Primer (Reserve Honey) di Neraca Otoritas Honeter, Hilyar Rp. = Utang pada BI (Borrowings fror BI), Hilyar Rp. = Balance of Papent, Juta US-dollar. = Balance of Trade, Juta US-dollar. = = = = = = = = Konsursi b a h Tangga (Priyate Consumption), Uilyar Rp. Gross Capital Ponation, Hllyar Rp. Bunga h Cicilan Hutang, Hilyar Rp. Indeks Harga Konsuraen (Consuer Price Index) suatu negara, Index Number 1990=100. Uang Kartal (Currency) di Neraca Otoritas Honeter, Hilyar Rp. Saldo ~ekeningGiro (Demand Deposits) di Neraca Gabungan Bank Umum, Hilyar Rp. GDP Deflator di suatu negara (Indeks 1990=100), character (12) ~enunjukkannegara ybs. Nilai Tukar Nominal Hata Uang suatu negara terhadap US-dollar (Jlmlah Hata Uan negara ybs/ US-dollar), Official Rate atau Harket Rate, End of Period. HA: ~alaysia, da am Ringgit/ US-Dollar. PI: Pilipina, dalaa Peso/ US-Dollar. SP: Singapura, dalam Singapore-Dollar/ US-Dollar . AU: ~ustralia, dalar Australian-Dollar/ US-Dollar BK: Hongkon~, dalam Hongkong-Dollar/ US-Dollar. IN: Indonesla, dalar Rupiah/ US-Dollar. JP: Jepang, dalan Yen/ US-Dollar. BL: Belanda, dalaa Guilder/ US-Dollar. JR: Jenan, dalam Deutsche Hark/ US-Dollar. CN: RRc, dalan Yuan/ US-Dollar. IT: Italia, dalam Lire/ US-Dollar. KS: Korea Selatan, dalan Won/ US-Dollar. Rekening Valuta k i n g (Foreign Exchange Account) di Neraca Gabungan Bank Umun, Hilyar Rp Rekening Valuta Asing & Rekening Lainnya (Foreign Exchange h Other Account) di Neraca otoritas Honeter, Hilyar Rp. Pengeluaran Peaerintah, Hilyar Rp. Rekening Pererintah (Government Account), Hilyar Rp. Penqeluaran Rutin Pemerintah selain Bunga h Clcilan Butang, Hilyar Rp. Nolalnal Gross Domestic Product per-kapita suatu negara. HA: Ualaysia, dalam Ringgit. PI: Pilipina, dalam Peso. SP: Singapura, dalar Singapore-Dollar. AU: Australia, dalam Australian-Dollar. HK: Hongkonq, dalar Hongkong-Dollar IN: Indonesla, dalam Ribuan Rupiah. JP: Jepang, d a l a ~Ribuan Yen. BL: Belanda, dalam Guilder. JR: J e w , dalam Deutscbe Hark. AS: lilerika Serikat, dalan US-Dollar CN: RRc, dalar Yuan. IT: Italia, dalar Ribuan Lire. KS: Korea Selatan, dalan Ribuan Wqn. Penerimaan Pemerintah Dalam Negerl, Hilyar Rp. Penerimaan Pemerintah Luar Negeri (Peneriraan Pembangunan), Hilyar Rp. Penerimaan Pemerintah, Hilyar Rp. Suku Bunga Deposito pada Bank Pemerintah, Rata-Rata Tertinbang, 1 per-tahun. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index) Indonesia. 4 . FEAB FEOM = G GAB GC GDPl2 = = = = = . . GDR GFR GR I INDEX = = = = = TABEL 6. hijutan = Inflasi Nasional (hum),8. = Pengeluaran Perbangunan, Hilyar Rp. = Investasi Swasta, Hilyar Rp. = Nilai Impor Komoditi [345] dari beberapa Negara Pilihan, US-dollar. = Nilai Ekspor Komoditi [345] ke beberap Negara Pilihan, US-dollar. . = Nilai Transaksi Hodal Berslh (Net Capltal Inflow), Juta US-dollar = LIBOR pada Deposit US-Dollar, Period Averages, Z per-annum (per 1-month). = Uang Beredar (Honey Supply), Hilyar Rp. = Volume Impor suatu Koroditi dari suatu negara, karakter [345] NJASA NHRl = = = NHT = NXRl = N XT = PMER PH34512 = PH34512(1)= PWN = POPIN = PSDDA = PW345 = PX31512 = PX34512(1)= RGDP12 = RPD345 RPH34512 RPW345 RPX34512 SEL SWASTA TAX TDANA TGDPIN THD TSDB = T34512 = VH345R VH34512 = VTN345 VTX345 = = = = = = = = = = = = = menunjukkan suatu komoditi, karakter [12] laenunjuk negara, satuan Kg atau Unit. HBER (Juta Kg); W I N (Juta Kg); HPIP (Juta Kg); HKEN (Unit); HHES (Juta Kg). Nilai Transaksi Jasa-Jasa Bersih Nqnaigas & Higas, Juta US-dollar. Nilai Impor Komoditi lainnya, selaln Komodltl2 yang dibahas, US-dollar. Nilai Impor Total Barang Nonnigas & Higas, CIF, Juta US-dollar. Nilai Ekspor Komoditi lainnya, selain Komoditi2 yang dibahas, US-dollar. Nilai Ekspor Total Barang Nonnigas & Higas, FOB, Juta US-dollar. Nilai Transaksi Hodal dari Pemerintab Ibersih), Juta US-dollar. Hava 1ipor Nominal Koaoditi [345] d a G negaramasal [12], US-dollar/ Kg(unit). Variabel Lag dari RPH34512. Pinjaaan Swasta, Hi+yar Rp. Populasi Penduduk dl Indonesia, Juta Orang. Saldo Giro Perusahaan & Perorangan (Private Sector Deaand Deposits) di Neraca Otoritas Honeter, Hilyar Rp. Harga Dunia Nominal Ko~oditi [345], US-dollar/Kg(unit) . Baqa Ekspor Nominal Komoditi [345] ke negara tujuan (121, Usdollar/ Kg. Varlabel Lag dari RPX34512. Real Gross Domestic Product per-kapita suatu negara, dalam Nata Uang Negara ybs, character [12] renunjukka? n ara ybs. Harga Donestik Riil Komodlt1~345], US-dollar/ kg(unit) Harga Impor Riil Komoditi [345] dari negara asal [12], US-dollar/ Kg(unit). Harga Dunia Riil Komoditi [345], US-dollar/ Kq(un1t). Harga Ekspor Riil Komoditi [345] ke negara tuluan [12], US-dollar/ Kg. Sellsib Perhitungan dalam Neraca Pembayaran, Juta US-dollar. Nilai Transaksi Hodal dari Swasta (bersib), Juta US-dollar. Peneriraan dari Perpajakan, Hilyar Rp. Total Dana yang Dapt Dipin'amkan (Loanable Funds), Hilyar Rp. Total Gross Dorestlc kodu Indonesia, Hilyar Rp. Total Honey Demand, Hilyar Rp. Simpanan Berjangka h T a b q a n (Time & Saving Deposits) di Neraca Gabungan Bank Umum, Hilyar Rp, Restriksl Nominal yang merupakan Perbedaan antara Barga Dunia Komoditi 13451 dengan Harga Ekspor/Irpor Komoditi tsb Dari Indonesia ke Negara Tujuan [12] atau Ke Indonesia dari Negara Asal [12], US-dollar. Nilai Impor Komoditi (3451 dar/ Negara lainnya, US-dollar. Nilai Impor Komoditi [345] darl negara [12], Nllai CIF, US-dollar. VHBER (Juta US$); VHHIN (Juta US$); VHPIP (Juta US$); VHKEN (Jut? US$); VHHES (Juta US$). Nilai Impor Total Kolnoditi (3451 ke Indonesia, US-dollar. Nilai Ekspor Total Komoditi [345] dari Indonesia, US-dollar. . a VX345R VX34512 134512 = Nilai Ekspor Ko~oditi[345] ke Negara lainnya, US-dollar. = Nilai Ekspor Komoditi [345] ke negara [12],Nilai FOB,US-dollar. = YD = [var][l] = [R][var] = VXKAR (Juta US$); VXKOP (Juta US$); VXUDA (Ribu US$); VXTIH (Juta US$); VXTM (Ribu US$); VXPAK (Ribu US$); VXTEK (Ribu US$); VXKAL (Ribu US$); VXKAG ( J u b US$); VXPUP (Jub US$); VXSAW (Juta US$); VXHEN (Juta US$); VXGE (Juta US$). Volume Ekspor Komoditi (3451 ke negara [12], satuan kg atau unit. XKAR (J!b Kg);XKOP Juta Kg);XUDA (Ribu Kg);XTIH (Juta Kg); XTEH (Rlbu Kg);XPAK Ribu Kg);XTEK (Ribu Kg);XKAL (Ribu Kg); XKAG (Juta Kg);XPUP (Juta Kg);XSAW (Juta Kg);XHEN (Juta Kg); XGAS (Juta Kq) Pendapatan Slap Dibelanjakan, Hilyar Rp. Secara u m u renunjukkan Variabel Lag (1 tahun) dari Nama Variabel ybs, Angka (1) menunjukkan variabel Lag. Secara u mu menunjukkan Variabel ybs, tetapi dalan Nilai Riil, Euruf ( R) uenunjukkan variabel Rill. . I Nama Negara-Negara yang dipertirbangkan : JP = Negara Jepang BL = Negara Belanda JR = Negara Jernan AS = Neqara A~erikaSerikat CN = Negara RRC IT = Negara Italia KS = Negara Korea Selatan K\ = Neqara Halaysia = Negara Pilipina PI SP = Negara Singapura bU = Negara Australia HK = Neqara Hongkonq IN = Negara Indonesia PR = Negara Perancis IR = Negara Iran AR = Negara Arab Saudi TE = Negara Thailand Jenis-Jenis Komoditi Ekspor yang dibahas : KAR = Karet KOP = Kopi UDA = Udang TEH = Tertbaga TIM = Ti~ahPutih PAK = Pakaian TEK = Tekstil KAL = Kayu Lapis KAG = Kayu Gergajian PUP = Pupuk SAW = Kelapa Sawit HEN = Hinyak Hentah GAS = Gas Jenis-Jenis Komoditi Irpor yang dibahas : BER = Beras HIN = Hinyak Buai dan Basil-hasilnya PIP = Pipa Besi h Baja MES = Hesin Industri 4.2 ldentifikasi dan Pendugaan Model Sebelum menentukan metode yang dipakai untuk menduga parameter-parameter model, maka model perlu diidentifikasi terlebih dulu. ldentifikasi dilakukan dengan menggunakan metode Order Condition sebagai syarat keharusan, dan metode Rank Condition sebagai syarat kecukupan. Berdasarkan kriteria Rank Condition, maka suatu persamaan akan teridentifikasi jika dan hanya jika dimungkinkan untuk membentuk paling sedikit satu determinan bukan no1 pada order (G - I) dari parameter struktural, pada variabel yang tidak termasuk dalam persamaan yang bersangkutan. Sementara itu berdasarkan kriteria Order Condition, agar setiap persamaan dapat dikatakan teridentifikasi, maka harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut (Koutsoyiannis, 1977) : ( K - M ) > (G - I ) dimana : K = Jumlah total variabel didalam model, baik variabel endogen maupun predetermined. M = Jumlah variabel dalam suatu persamaan (endogen dan eksogen) yang sedang diuji dan diidentifikasi. G = Jumlah persamaan atau jumlah total variabel endogen. Bila sebuah persamaan memperlihatkan kondisi (K - M ) < (G - 1 ) maka dikatakan tidak teridentifikasi (under identified). Jika menunjukkan kondisi ( K - M) = (G - 1 ), maka dikatakan teridentifikasi secara tepat (exactly identified). Sedangkan bila dipenuhi kondisi ( K - M) > (G - 1) maka disebut teridentifikasi berlebih (over identified). Diharapkan bahwa hasil identifikasi setiap persamaan struktural ada dalam kondisi exactly identified atau over identified, sehingga persamaan persamaan yang dimaksud dapat diduga parameternya. Model yang dikembangkan merupakan model persamaan simultan dinamis yang tersusun dari 141 persamaan, berarti memiliki 141 variabel endogen (G), dengan variabel predetermined sebanyak 372 variabel yang terdiri dari variabel-variabel eksogen dan lag endogenous, dengan demikian total variabel didalam model (K) adalah sebanyak 513 variabel. Melalui pengujian setiap persamaan, temyata semua persamaan struktural memenuhi kriteria indentifikasi model. Ada digunakan, beberapa alternatif metode pendugaan yang dapat dan masing-masing mempunyai kelebihan serta kekurangannya. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data sampel yang relatif kecil (n = 29) dan kemungkinan adanya respesifikasi model ketika dilakukan analisis struktural maupun analisis simulasi serta peramalan, maka dipilih metode 2 SLS (Two Stage Least Squares Method) yang reiatif kurang sensitif guna menduga parameter struktural (Sinaga, 1989). Berbagai tipe studi Monte Carlo menunjukkan bahwa dari metodemetode yang konsisten dan efisien secara asymptotis, maka metode 2 SLS adalah yang paling robust. Disamping itu metode ini diterima sebagai pendekatan persamaan tunggal yang paling penting untuk mengestimasi model yang over identified, serta menggambarkan pemakaian yang lebih umum. Sedangkan untuk melaksanakan pendugaan model digunakan software aplikasi SASIETS (StatisticalAnalysis System / Econometric Time Series) versi Windows. Data yang digunakan merupakan Data Sekunder Time Series dengan periode pengamatan tahun 1968 sld 1996. Data ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu ; 1. "International Financial Statistics Yearbook", IMF. 2. "World Tables Yearbook", IMF. 3. "Statistical Yearbook of Indonesian,BPS. 4. "lndikator Ekonomi", Buletin Statistik Bulanan, BPS. 5. "Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia", Bank Indonesia. 6. "Nota Keuangan dan RAPBNn,Departemen Keuangan. 7. "Perkembangan Penanaman Modal", BKPM. 4.3 Validasi Model Model perlu diuji apakah cukup valid bila digunakan untuk simulasi kebijakadnon-kebijakan, dan apakah cukup valid bila digunakan untuk peramalan. Proses pengujian ini merupakan tahap validasi model. Dalam rangka tujuan tersebut, maka digunakan beberapa kriteria statistik, diantaranya adalah Root-Mean-Squares Percentage Error (RMSPE) dan Theil's Inequality (U). Statistik RMSPE menggambarkan seberapa jauh nilai-nilai dugaan variabel endogen tersebut menyimpang dari nilai-nilai aktualnya, dalam ukuran persentasi relatif. Atau bisa diinterpretasikan pula sebagai pencerminan seberapa dekat nilai-nilai dugaan tersebut mengikuti pola nilai-nilai aktualnya. Rumusan RMSPE dan RMSE dapat dituliskan sebagai berikut : I T - RMSE (Root Mean Squares Error) = { --- C (Pt At)2 )0.5 T t=l 1 T - RMSPE (Root Mean Squares = 100 { C (Pt- At) 1 At)2 )0.5 Percentage Error) T t=l dimana T = Jumlah pengamatan dalam simulasi. P = Nilai dugaan model (predicted value). A = Nilai pengamatan (actual value). Sedangkan statistik U atau U-Theil (Pindyck, 1991) menggambarkan besarnya penyimpangan dari nilai-nilai dugaan tersebut (prediksi error), dimana ukuran statistik ini digunakan dalam rangka menilai kemampuan model untuk menganalisis simulasi Peramalan (ex-post). Sebenarnya UTheil ini mempunyai kelemahan, karena merupakan fungsi dari predictor itu sendiri yang merupakan salah satu unsur didalam penyebutnya, sehingga tidak dapat digunakan sebagai kriteria untuk membandingkan serta meranking model alternatif. Daiam beberapa analisis, untuk mengatasi kelemahan tersebut kerap juga digunakan modifikasi dari U-Theil yaitu U1. Nilai koefisien U berkisar antara 0 dan 1, sedangkan U1 berkisar antara 0 dan tak terbatas. Makin kecil nilai U ataupun U1, demikian pula RMSPE, menunjukkan kualitas model yang makin baik. Disamping itu unsur error juga ditentukan oleh tipe simulasi. Pada simulasi Statis, nilai aktual digunakan sebagai variabel endo lag, sedangkan pada simulasi Dinamis, variabel-variabel endo lag akan diberi nilai dari hasil solusi. Akibatnya secara umum simulasi Dinamis memberikan error lebih besar daripada simulasi Statis. Berikut ini adalah rumusan dari U dan U1. U(Theil Inequality) = t=l T UI (Modification Theil Inequality) = J T z t=l T {(pt t=? T ;r: ( A t=l - &I) - (At - 4-i)12 -w2 Sementara itu Mean Squares Error dapat didekomposisi atas 3 komponen, yaitu : 1. UM = . Biased Proportion, mengindikasi systematic error, merupakan deviasi antara rata-rata nilai prediksi dengan nilai aktual. 2. UR = Regression component, mengindikasi deviasi dari slope regresi dari nilai-nilai aktual dengan nilai-nilai prediksi. 3. UD = Residual Component, yang menangkap unsystematic e m r . Jumlah koefisien dari ketiga komponen tersebut adalah sama dengan 1. Nilai UM dan UR yang makin kecil menunjukkan bahwa model makin baik, sedangkan nilai UD yang makin besar (mendekati I) berarti model makin baik. Rumusan dari komponen-komponen ini dapat dirinci sebagai berikut : dimana : PM = Rata-rata dari nilai-nilai prediksi. AM = Rata-rata dari nilai-nilai aktual. SP = Standar deviasi dari nilai-nilai prediksi. SA = Standar deviasi dari nilai-nilai aktual. r = Koefisien korelasi antara nilai-nilai aktual dengan prediksi. T = Jumlah pengamatan. 4.4 Simulasi Model Simulasi dilakukan baik untuk kebutuhan analisis simulasi Historis (ex-post), maupun analisis simulasi Peramalan (ex-ante). Dalam analisis simulasi Historis digunakan periode waktu 1984-1996, sedangkan dalam analisis simulasi Peramalan menggunakan periode waktu 1997-2010. Untuk kepentingan analisis akan dipertimbangkan beberapa alternatif kebijakan maupun akibat pengaruh faktor eksternal. 4.4.1 Periode Simulasi Periode waktu simulasi Historis dipilih antara tahun 1984 sampai dengan 1996. Sedangkan beberapa alasan mengapa dipilihnya periode simulasi tersebut adalah kenyataan bahwa semenjak awal tahun 80-an terjadi penurunan harga minyak dunia serta menguatnya mata uang US dollar, yang mengakhiri masa oil boom sehingga perekonomian lndonesia dipaksa bertransforrnasi dari ekonomi berbasis ekspor migas ke ekspor non-migas. Pada masa itu mulai digulirkan berbagai paket kebijakan yang mendorong ekspor non-migas, dan semenjak tahun 198411985 hasilnya sudah mulai nampak dimana nilai ekspor non-migas Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1983 pertama kali diluncurkan paket deregulasi perdagangan dan investasi, menyusul pula pada tahun yang sama dikeluarkan kebijakan deregulasi di sektor moneter dan perbankan, dalam rangka mengerahkan dana masyarakat sekaligus memobilisasi dana tersebut ke sektor-sektor produktif. Kalau dicermati lebih jauh maka semenjak 1983 intensitas dari perlindungan industri mengalami penurunan yang cukup berarti, baik dilihat dari segi tingkat proteksi maupun cakupan produk yang terkena proteksi, dimana tindakan-tindakan tersebut dalam rangka meningkatkan daya saing industri Indonesia (Silalahi, 1996). Sehingga adalah tepat untuk mengambil tahun 1984 sebagai awal periode simulasi, karena data aktual sudah rnencerminkan peranan dari produkproduk non-migas secara lebih merata, disamping akan terasa lebih relevan untuk mempertimbangkan proses liberalisasi perdagangan. Sementara itu untuk analisis simulasi Peramalan, digunakan periode simulasi 1997-2010, dengan pertimbangan bahwa sampai tahun 2010 telah digenapi beberapa kesepakatan liberalisasi, yaitu kesepakatan AFTA pada 2003 dan kesepakatan APEC bagi negara maju pada 2010, sehingga sedikit banyak dapat digambarkan bagaimana kondisi tndonesia sendiri menghadapi peristiwa tersebut. Bahkan dalam KTT VI Asean tahun 1999 telah disepakati percepatan implementasi AFTA yaitu tahun 2002 untuk semua produk yang termasuk dalam inclusion list sehingga tarifnya hanya 0-5%. Dan dalam perkembangan terakhir pada KTT Informal ASEAN Ill telah disepakati pula percepatan penghapusan bea masuk seluruh produk yang diperdagangkan dikawasan ASEAN dari tahun 2015 menjadi 2010 untuk enam negara terrnasuk lndonesia . Sehingga periode menjelang tahun 2010 ini akan merupakan saat-saat yang menentukan untuk dikaji bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. Untuk dapat mencerminkan keadaan realitas sesungguhnya maka ketika dilakukan simulasi Peramalan, dilakukan terlebih dulu peramalan terhadap proteksi baik dalam bentuk tarif impor atau pajak ekspor, dengan kecenderungan menuju terhapusnya semua tarif menjelang tahun 2010. 4.4.2 Analisis Simulasi Analisis simulasi Historis dilakukan untuk mengevaluasi kinerja perekonomian Indonesia bila diterapkan kebijakan-kebijakan makroekonomi dan perdagangan dimasa lalu pada periode 1984-1996, khususnya setelah dimulainya reformasi dibidang perdagangan. Selain simulasi kebijakan juga dilakukan simulasi yang diakibatkan perubahan faktor eksternal (nonkebijakan). Hasil simulasi kebijakan atau non-kebijakan kemudian dibandingkan dengan hasil simulasi dasar, terhadap beberapa variabel perilaku untuk mengetahui deviasi yang terjadi selama periode simulasi. Dari analisis simulasi Historis ini diharapkan diperoleh inforrnasi tentang seberapa efektifnya kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan pada masa lalu, sekaligus sebagai masukan untuk perencanaan kebijakan dimasa yang akan datang. Hasil yang didapat dari analisis simulasi Historis tersebut, lebih jauh lagi akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis simulasi Peramalan pada periode 1997-2010. Peramalan ini terasa menjadi penting, mengingat bahwa perkembangan eksternal terus berlangsung dengan sangat cepat, ditandai dengan munculnya perjanjian-perjanjian multilateral khususnya dibidang perdagangan dan investasi dimana lndonesia ikut terlibat didalamnya. Bahkan kesepakatan-kesepakatan liberalisasi perdagangan merupakan ha1yang makin pasti dan serius, diantaranya telah disetujui untuk dipercepat implementasinya. Fenomena ini mau tidak mau harus diikuti dengan seksama, dan Indonesia sebagai salah satu negara yang terlibat didalamnya harus memenuhi perjanjian-perjanjian yang telah disepakati kalau tidak ingin ditekan dunia internasional. Karena begitu strategisnya dinamika yang terjadi beberapa tahun kedepan, maka perlu dilakukan analisis simulasi Peramalan guna melihat dampak dari kebijakankebijakan-kebijakan disekitar liberalisasi perdagangan terhadap kinerja perekonomian lndonesia dimasa yang akan datang. Demikian pula dalam analisis simulasi Peramalan ini, akan dilakukan simulasi terhadap beberapa alternatif kebijakan dan nonkebijakan, kemudian hasil simulasi tersebut dibandingkan dengan hasil simulasi dasar Peramalan. Simulasi dasar Peramalan dilakukan dengan menggunakan skenario kondisi setelah terjadinya krisis ekonomi Indonesia. 4.4.3. Peramalan Variabel Eksogen Sebelum melakukan analisis simulasi Perarnalan, maka terlebih dahulu dilakukan peramalan terhadap semua variabel eksogen yang berada didalam model. Untuk keperluan tersebut digunakan beberapa teknik Peramalan agar diperoleh hasil peramalan yang cukup representatif. ~ e k nk-tekni i k yang digunakan dapat berupa : (a) Stepwise Autoregressive, atau (b) Exponential Smoothing, atau (c) Autoregressive Integrated Moving Average (Arima). Pemilihan suatu teknik Peramalan untuk sebuah variabel eksogen tergantung dari hasil peramalan yang sebaiknya mengikuti trend data aktual. Seperti telah dijelaskan dalam subbab sebelumnya, simulasi dasar untuk Peramalan menggunakan skenario kondisi setelah terjadinya krisis ekonomi dan moneter. Agar mencerminkan kondisi krisis, maka dilakukan kalibrasi terhadap model, sehingga didapatkan kondisi yang mendekati fakta sesungguhnya. Kalibrasi merupakan penyesuaian dari beberapa variabel makroekonomi yaitu Foreign Direct Investment, Capital Oufflow dari pihak Swasta, dan lnvestasi Pemerintah. Diasumsikan bahwa besarnya nilai Real FDI serta lnvestasi Pernerintah Riil berangsur-angsur pulih dari no1 (1997), 10% (1998), 25% (1999), 50% (2000), 75% (2001), dan akhimya kembali normal pada tahun 2002. Sedangkan modal yang lari keluar negeri semenjak kerusuhan dan krisis yang terjadi, diharapkan sudah kembali semua pada tahun 2001, dan sudah mengikuti pola normal pada tahun 2002. Pertimbangan diadakannya penyesuaian terhadap variabelvariabel diatas adalah kenyataan bahwa nilai tukar Rupiah terhadap satu US-Dollar sepanjang tahun 1999 adalah berkisar Rp 7000,-. Sedangkan dari International Financial Statistics Yearbook diperoleh data bahwa rasio Consumer Price Index Amerika terhadap Indonesia pada kuarter IV tahun 1998 adalah (1261360) atau berkisar sepertiga saja, yang berarti bahwa nilai ,tukar Rupiah terhadap US-Dollar riil kurang lebih hanya Rp 2300. Dari hasil simulasi dasar, ternyata penyesuaian terhadap variabel- variabel diatas dianggap telah mencerminkan kondisi saat ini, khususnya dikaitkan terhadap variabel nilai tukar. 4.4.4 Skenario Simulasi Untuk mengevaluasi serta meramalkan dampak altematif kebijakan dan non-kebijakan terhadap kinerja ekonomi lndonesia dimasa lalu dan dimasa yang akan datang, maka dilakukan beberapa skenario pada simulasi Historis dan simulasi Peramalan khususnya yang berkaitan dengan fenomena liberalisasi perdagangan dan investasi. Salah satu skenario terpenting adalah pengurangan proteksi perdagangan yang mewakili kebijakan-kebijakan tarif, pajak atau subsidi. Besamya variabel proteksi didekati oleh perbedaan harga ekspor atau harga impor dengan harga dunia suatu komoditi. Memang semenjak 1983 sudah terjadi penurunan tarif guna memperbaiki kinerja perdagangan Indonesia, dan tercatat bahwa rata-rata tarif nominal dan bea masuk sudah turun dari 38% (1986) menjadi sekitar 20% pada tahun 1984 (LPEM-UI, 1998). Namun total hambatan dalam bentuk tarif rata-rata lndonesia masih cukup tinggi dibandingkan negara tetangga kita yaitu Singapura dan Malaysia (sekitar empat kali lebih besar), demikian pula dibandingkan negara-negara maju lainnya (Syafaat, 1997). Oleh karena itu dalam simulasi Historis dicoba skenario penurunan proteksi sebesar 50°h dari proteksi yang ada saat ini. Sementara itu untuk masa yang akan datang lndonesia telah terikat oleh kesepakatan-kesepakatan AFTA, APEC, dan W O . Untuk mengakomodasi kesepakatan tersebut maka proteksi yang diterapkan Indonesia diasumsikan untuk cenderung berkurang, mendekati no1 menjelang tahun 2010. Dalam analisis simulasi Peramalan dilakukan dua skenario pengurangan proteksi, yaitu : (a) skenario pengurangan tarif sesuai jadual AFTA yaitu maksimum 5% sejak 2003, dan (b) skenario penghapusan proteksi lebih awal yaitu semenjak awal periode simulasi, untuk melihat apakah eliminasi tarif secara sekaligus memberi hasil lebih baik dibandingkan secara gradual terhadap kinerja perdagangan Indonesia. Seperti sudah diketahui bahwa semenjak Pelita I, lndonesia selalu dihadapkan dengan perrnasalahan defisit neraca transaksi berjalan (kecuali tahun 1979/1980 dan 198011981). Salah satu cara untuk menutupi defisit ini adalah melalui sisi capital account yang terdiri dari tiga pos utama yaitu Foreign Direct Investment (FDI), Off Shore Loan, dan PoMolio Investment. Dari ketiganya yang paling aman dan layak adalah FDI. Semenjak Orde Baru perkembangan FDI ke lndonesia dapat dikelompokkan atas beberapa periode penting (Thee Kian Wie, 1996), yaitu : 1. Periode 1967-1974, merupakan periode yang relatif lebih liberal dibandingkan era Orde Lama. Periode ini diawali semenjak diberlakukannya Peraturan lnvestasi Asing pada 1967. 2. Periode 1975-1985, merupakan periode dengan kebijakan yang bersifat protektif sebagai respons akibat peristiwa Malari pada tahun 1974. Keadaan ini dimungkinkan karena lndonesia ketika itu sedang menikmati Oil Boom (khususnya pada 197311974 dan 197811979) sehingga bargaining power lndonesia meningkat dalam menerapkan kebijakan yang lebih protektif. 3. Periode 1986-1993, merupakan periode dimana didorong kebijakan FDI yang lebih liberal. Hal ini dipicu oleh menurunnya penerimaan dari sektor Migas karena turunnya harga Migas sejak tahun 1982, sehingga pemerintah harus mencari alternatif lain sebagai sumber pertumbuhan yaitu melalui industri non-migas. Oleh karena itu pada bulan Mei 1986 dikeluarkan paket deregulasi yang intinya untuk mendorong iklim investasi. Selain adanya Pull-Factors tersebut ternyata faktor eksternal juga mendukung mengalimya FDI ke lndonesia (Push-Factors), dimana ketika itu terjadi apresiasi mata uang seperti Yen, Won, Dollar Taiwan dan mata uang negara industri baru lainnya terhadap USDollar sehingga produk-produk mereka kehilangan keunggulan komparatif khususnya produk-produk yang labour-intensive. Kondisi ini menyebabkan negara-negara tersebut merelokasikan industri mereka ke negara lain yang memiliki upah buruh relatif murah, diantaranya Indonesia. 4. Periode 1994-1996, merupakan periode yang makin liberal semenjak diluncurkannya paket deregulasi Juni 1994. Kebijakan ini diambil untuk menghadapi kebijakan serupa yang dilakukan negara-negara kompetitor seperti China, disamping kenyataan bahwa ekspor nonmigas lndonesia yang tumbuh agak lambat. Kebijakan ini cukup berhasil dengan terjadinya lonjakan FDI semenjak 1994, didukung pula dengan peringkat lndonesia yang cukup baik sebagai negara tujuan FDI ketika itu menurut survey yang dilakukan Bank EXIM Jepang. Dalam survey tersebut (1994), lndonesia menempati peringkat 4 (peringkat 3 pada 1995) sebagai 'The Most Promising Countries for FDI', dan menempati peringkat 5 (idem pada 1995) sebagai 'The Most Promising Countries for FDI in the long term (70 years ahead)'. Berdasarkan latar belakang tersebut, semenjak 1986 rata-rata pertumbuhan pertahun FDI ke lndonesia mencapai nilai sekitar 45%. Lonjakan yang agak menyolok terjadi setelah 1994, dan diperkirakan juga akan memberikan kecenderungan yang sama bila kebijakan investasi tahun 1994 tersebut sudah diluncurkan sejak pertengahan tahun 80-an (lihat Gambar 9). Gambar 9. Data Perkembangan Real Foreign Direct Investment Dengan demikian adalah relevan bila salah satu skenario simulasi Historis adalah mengasumsikan bahwa FDI meningkat sebesar 25%. Memang terjadinya peningkatan FDI ini tidak secara langsung merupakan hasil murni kebijakan pemerintah, karena meningkatnya FDI akan juga banyak tergantung variabel-variabel eksternal lainnya, yang dapat dikelompokkan sebagai Pull-factors dan Push-factors. Oleh karena itu dapat kita anggap bahwa skenario ini merupakan simulasi non-kebijakan atau akibat perubahan faktor eksternal. Skenario ini juga dilakukan dalam analisis simulasi Peramalan dengan alasan yang sama, namun peningkatan FDI diasumsikan sebesar 15%, suatu asumsi yang agak pesimis mengingat kondisi krisis yang masih menyelimuti lndonesia walaupun sebenarnya implementasi kesepakatan liberalisasi investasi akan cenderung mendorong peningkatan FDI ke lndonesia di masa yang akan datang, dengan catatan lndonesia haws segera berbenah diri untuk meningkatkan citra yang sudah terperosok setelah krisis sosial dan politik. Faktor eksternal lainnya yang patut dicermati adalah variabel nilai tukar yang sangat mempengaruhi transaksi perdagangan. Perubahan kondisi ekonomi dan moneter negara Jepang sebagai mitra dagang utama lndonesia akan sangat strategis dampaknya bagi Indonesia. Berdasarkan pertimbangan tersebut sebagai salah satu skenario simulasi adalah terjadinya perubahan pada nilai tukar Yen terhadap US-Dollar. Berdasarkan data Historis semenjak tahun 1968 sampai 1996, tercatat bahwa nilai tukar riil YenIUSD telah menguat dari 312 menjadi 130 Yen per 1 USD, berarti menguat hampir 60%, atau semenjak 1984 telah menguat sebanyak 40% (lihat Gambar 10). Dan secara tidak langsung fenomena ini telah membantu kinerja perdagangan Indonesia. Gambar 10. Data Perkembangan Nilai Tukar Riil Yen terhadap Usdollar Dalam simulasi Historis akan dikaji bagaimana dampaknya bila penguatan Yen tidak sebesar itu, atau bagaimana bila Yen melemah 20% dari data aktual yang ada. Sedangkan untuk analisis simulasi Peramalan dicoba skenario dimana Yen menguat 10% untuk waktu-waktu yang akan datang terhadap US-Dollar, mengingat bahwa Jepang juga tidak akan membiarkan Yen nya menjadi terlalu kuat terhadap mata uang negara-negara besar lainnya. Dalam simulasi Historis juga dikaji dampak kebijakan devaluasi Rupiah terhadap kinerja ekonomi dan perdagangan Indonesia, mengingat adanya anggapan bahwa devaluasi akan meningkatkan daya saing produk ekspor sehingga akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Sebelum rentang kendali terhadap Rupiah ditiadakan kita telah mengalami empat kali devaluasi yaitu : Agustus 1971 (sekitar 10%) Nopember 1978 (sekitar 50%), Maret 1983 (sekitar 32%), dan September 1986 (sekitar 40%). Sampai diambangkan total pada tahun 1997, Rupiah belum didevaluasi lagi bahkan dari data Historis nilai tukar riil Rupiah cenderung menguat. Adanya anggapan bahwa Rupiah sudah oven/alue serta adanya kebijakan devaluasi setelah beberapa waktu sekitar 30-50%, maka berdasarkan pertimbangan itu dilakukan skenario devaluasi Rupiah terhadap US-Dollar sebesar 50% selama periode simulasi Historis. Selain itu juga dikaji bagaimana dampak kebijakan yang kontraktif terhadap kinerja perekonomian Indonesia, seperti skenario pengurangan pengeluaran pembangunan serta dana yang tersedia untuk penyaluran kredit. Seperti telah diketahui bahwa sumber pengeluaran pembangunan selain tabungan pemerintah adalah pinjaman luar negeri. Pinjaman ini bukannya menyusut malah tents bertambah sehingga membebani pemerintah, tercennin dari Debt Service Ratio (DSR) yang telah diatas 30%. Sementara itu penerimaan dalam negeri pemerintah diluar migas adalah pajak yang perkembangannya cukup menjanjikan, dirnana pada tahun 1968 penerimaan pajak riil hanya 1958 miliar dan telah rneningkat menjadi 32605 miliar Rupiah pada tahun 1996, dengan pertumbuhan ratarata mendekati 15% (lihat Gambar 11). Semenjak awal tahun 80-an pemerintah telah melakukan reformasi perpajakan secara bertahap. Sistem perpajakan diperbaharui melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pajak. Tujuannya adalah agar peranan sektor perpajakan ini dapat menggantikan peranan migas sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan, sehingga dapat memperbesar tabungan nasional sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pinjaman luar negeri. Gambar 11. Data Perkembangan Nilai Riil Penerimaan Pajak Dengan penyempurnaan sistem perpajakan yang ada, diharapkan penerimaan sektor ini dapat lebih ditingkatkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam simulasi Historis maupun Peramalan dilakukan skenario kebijakan peningkatan Pajak sebesar 20%. Disamping skenario kebijakan atau non-kebijakan yang berdiri sendiri juga dilakukan kombinasi beberapa altematif kebijakan. Dalam simulasi Historis dikombinasikan kebijakan pengurangan proteksi dan terjadinya peningkatan FDI, dengan kebijakan peningkatan perolehan Pajak. Pertimbangan kombinasi tersebut adalah untuk mengantisipasi hilangnya penerimaan pemerintah dari tariflpajak imporiekspor akibat dikuranginya proteksi, sehingga pemerintah akan mencari sumber-sumber pajak lainnya, dan diharapkan perolehan pajak tetap meningkat sebesar 20%. Kombinasi lainnya adalah pengurangan proteksi, peningkatan FDI, dan kebijakan devaluasi. Kombinasi melemahkan nilai Rupiah menurut beberapa pihak sementara ini cukup efektif menutupi lemahnya daya saing produk Indonesia dalam menghadapi era perdagangan bebas. Bahkan dengan nilai Rupiah yang sangat lemah ini merupakan kesempatan bagi lndonesia untuk balik menekan negara mitra dagang yang masih bersifat protektif. Sedangkan dalam simulasi Peramalan juga dilakukan kombinasikombinasi kebijakan, diantaranya adalah pengurangan proteksi sesuai AFTA, terjadinya peningkatan FDI, serta kebijakan untuk meningkatkan perolehan Pajak. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka skenario pada analisis simulasi Historis periode tahun 1984-1996 adalah sebagai berikut : 1. Devaluasi Nilai Tukar Rupiah terhadap US-Dollar sebesar 50%. 2. Terjadi Peningkatan Foreign Direct Investment sebesar 25%. 3. Penurunan Proteksi sebesar 50% dari yang berlaku. 4. Pengurangan lnvestasi Pemerintah sebesar 20%. 5. Pengurangan Dana Kredit sebesar 20%. 6. Terjadi Depresiasi Nilai Tukar Yen terhadap US-Dollar sebesar 20%. 7. Peningkatan Perolehan Pajak sebesar 20%. 8. Kombinasi Skenario 2, 3, dan 7. 9. Kombinasi Skenario 1, 2 dan 3. Sedangkan alternatif skenario pada analisis simulasi Peramalan periode tahun 1997-2010 adalah : 10. Penghapusan Proteksi. 11. Penurunan Proteksi sampai maksimum 5% sesuai AFTA. 12. Terjadi Peningkatan Foreign Direct lnvesment sebesar 15%. 13. Kombinasi Skenario 10 dan 12. 14. Kombinasi Skenario 11 dan 12. 15. Terjadi Apresiasi Nilai Tukar Yen terhadap US-Dollar sebesar 10%. 16. Kombinasi Skenario 14 dan Peningkatan Perolehan Pajak sebesar 20%.