BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekonomi Era Baru 2.1.1 Karakteristik Konsumen Modern Perilaku konsumen telah mengalami perubahan yang cukup signifikan hingga sekarang. Hal ini adalah dampak dari globalisasi dan arus informasi yang begitu pesatnya melalui berbagai media baik audio, audio visual, maupun internet. Revolusi digital telah memberikan seperangkat kemampuan baru bagi konsumen yang tidak pernah dimiliki sebelumnya, seperti: • Peningkatan Buying Power Konsumen saat ini sangat mudah mengakses dan membandingkan harga dari kompetitor beserta atribut produk dan mereka bisa mendapatkan jawaban pada internet hanya dalam hitungan detik. Mereka tidak perlu pergi ke toko ataupun mengantri untuk mendapatkan informasi mengenai produk yang mereka butuhkan. • Jumlah ketersediaan variasi produk dan jasa yang lebih banyak Saat ini konsumen dapat membeli apa saja melalui internet, mulai dari lebih dari 3 juta jenis buku yang dijual di Amazon.com, musik dalam CD, hingga berbagai macam barang yang dijual di eBay. 6 7 • Informasi yang berlimpah tentang segala hal Saat ini berbagai jenis surat kabar dalam berbagai jenis bahasa dapat dibaca oleh semua orang dan ensiklopedia, kamus, informasi medis, dan berbagai jenis informasi lain dapat dengan mudah diakses melalui internet. • Kemudahan dalam berinteraksi dan bertransaksi bisnis Pembeli saat ini dapat melakukan pemesanan melalui rumah, kantor, atau melalui telepon genggam 24 jam dalam 7 hari dan pesanan tersebut akan diantarkan langsung ke rumah atau kantor mereka dengan cepat. • Kemampuan untuk saling banding pendapat akan produk dan jasa Saat ini konsumen dapat memasuki berbagai chat room untuk bertukar informasi dan opini satu sama lain tentang suatu produk atau jasa. 2.1.2 Karakteristik Badan Usaha Modern Karena globalisasi dan perkembangan teknologi internet maka perusahaan pada saat ini juga memiliki seperangkat kemampuan baru, seperti: • Perusahaan dapat mengoperasikan sebuah sales channel dan saluran informasi yang baru dan kuat dengan tambahan cakupan geografis yang lebih luas untuk memberikan informasi dan mempromosikan usaha dan produk mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat beberapa website yang berisikan tentang daftar jenis produk dan jasa yang diberikan, sejarah perusahaan, filosofi usaha, kesempatan kerja, dan informasi lain yang diminati oleh pengunjung website. 8 • Perusahaan dapat mengumpulkan informasi yang lebih lengkap mengenai pasar, pelanggan, prospek kedepan, dan para pesaingnya. Mereka juga dapat melakukan riset pemasaran menggunakan internet. • Perusahaan dapat memfasilitasi dan mempercepat komunikasi internal antar karyawan mereka melalui intranet. • Perusahaan dapat melakukan komunikasi dua arah dengan pelanggan dan calon pelanggan potensial dan transaksi yang lebih efisien. Internet mempermudah individu untuk mengirim e-mail kepada perusahaan dan menerima balasannya. Penggunaan extranet dengan supplier dan distributor dilakukan untuk bertukar informasi, melakukan pemesanan dan pembayaran dengan lebih efisien. • Perusahaan sekarang dapat dengan mudah mengirim iklan, kupon belanja, sampel, dan informasi kepada para pelanggan atas permintaan dan ijin pelanggan tersebut. • Dengan bantuan database, perusahaan dapat memberikan pelayanan atau produk yang lebih sesuai dengan pelanggan secara individu. Mereka sekarang berada pada posisi yang lebih baik untuk mengirimkan pesan, penawaran, dan jasa yang lebih terkesan pribadi. • Bentuk komunikasi internal dan eksternal, pelatihan, perekrutan, dan bahkan kegiatan pembelian perusahaan dapat ditingkatkan. Mereka dapat menggunakan internet untuk membandingkan harga barang yang mereka butuhkan hingga merekrut karyawan baru melalui internet. 9 • Perusahaan dapat memperbaiki kegiatan operasi dan logistiknya dengan tujuan efisiensi biaya dan meningkatkan akurasi dan kualitas pelayanannya. 2.2 Merek (brand) Keahlian yang paling utama bagi setiap pemasar adalah kemampuan mreka untuk menciptakan, memelihara, menjaga, dan meningkatkan merek dari produk atau jasa mereka. Definisi merek menurut Asosiasi Pemasar Amerika adalah sebuah nama, istilah, simbol, desain, atau kombinasi dari semua hal tadi, yang mengidentifikasikan pembuat atau penjual dari sebuah produk atau jasa dan membedakan dengan yang lainnya. (Principles of Marketing, Kotler, 2004:285). Konsumen melihat merek sebagai bagian penting dari sebuah produk dan pemberian merek memberikan nilai tambah terhadap suatu produk. Sebagai sebuah contoh sederhana, sebotol cognac dengan tulisan Remy Martin Champagne Cognac akan dinilai sebagai sebotol minuman keras dengan kualitas tinggi dan berharga mahal, tetapi bila terdapat minuman yang sama yang berada pada botol yang tidak bermerek akan dilihat sebagai minuman dengan kualitas yang lebih rendah meskipun rasanya sama persis. Ciri dari sebuah merek yang kuat adalah merek yang dapat memberikan kepada konsumen rasa senang karena telah memilih, membeli dan menggunakan merek tersebut. Ciri lain dari sebuah merek yang kuat adalah merek tersebut akan selalu berada dalam benak konsumen sehingga pada saat mereka membutuhkan sebuah produk atau jasa, yang mereka ingat adalah merek tersebut. Merek juga memberikan informasi tentang kualitas suatu produk. Seorang pembeli yang selalu 10 membeli produk dengan merek tertentu tahu bahwa mereka akan mendapatkan fitur, kegunaan, dan kualitas yang sama setiap kali mereka membelinya. Ada baiknya kita ketahui lebih jauh mengenai pentingnya merek dari sebuah produk ataupun jasa dalam pembahasan kasus O-Spot ini. Merek merupakan sebuah simbol kompleks yang dapat menyampaikan hingga enam tingkat arti, meliputi: • Atribut Sebuah merek dapat mengingatkan konsumen akan jenis atribut tertentu yang diwakili oleh merek tersebut. Contoh: Mercedes mewakili qualitas, mahal, tahan lama dan prestisius. • Manfaat Atribut dari merek harus bisa diterjemahkan menjadi manfaat baik secara fungsional maupun emosional. Contoh: atribut tahan lama dari Mercedes memiliki arti manfaat fungsional yaitu tidak perlu membeli lagi mobil baru untuk beberapa tahun kedepan, sedangkan atribut mahal dari Mercedes memiliki arti manfaat emosional yaitu dengan memiliki mobil tersebut akan membuat seseorang merasa penting dan dikagumi. • Nilai Merek juga memberikan arti tertentu tentang nilai-nilai yang dimiliki oleh sisi pemilik merek tersebut. Contoh: Mercedes adalah performa tinggi, keamanan, dan prestis. 11 • Budaya Sebuah merek bisa merepresentasikan sebuah budaya tertentu. Contoh: Mercedes merepresentasikan budaya Jerman yaitu terorganisir dengan baik, efisien, dan berkualitas tinggi. • Kepribadian Merek bisa memproyeksikan kepribadian tertentu. Contoh: Mercedes mencirikan kepribadian seorang bos yang penuh kelas. • Pemakai Merek dapat memberikan gambaran konsumen macam apa yang membeli atau menggunakan merek tersebut. Contoh: pengemudi sebuah Mercedes dapat kita bayangkan seorang eksekutif atas berusia sekitar awal lima puluhan dan bukan seorang sekertaris berusia dua puluhan. Menurut Kevin Keller yang membedakan sebuah merek dari komoditi tanpa merek tersebut adalah persepsi konsumen dan perasaan mereka terhadap atributatribut yang ada pada merek dan bagaimana performa merek tersebut. Posisi sebuah merek dalam benak konsumen perlu diketahui oleh pemilik merek tersebut dan cara untuk mengetahuinya adalah melalui sebuah riset yang baik. terdapat tiga pendekatan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan arti dari merek yang biasa dikenal hingga saat ini. Ketiga pendekatan tersebut adalah sebagai berikut: • Asosiasi kata Pendekatan ini dilakukan dengan cara menanyakan kepada orang kata apa yang diingat saat mereka mendengar nama dari merek tertentu. Contoh: bila 12 kita tanyakan mengenai Pizza Hut, mungkin kata-kata yang keluar adalah Pizza, restoran keluarga. Mungkin juga keluar kata-kata unik yang berhubungan hanya dengan Pizza Hut seperti Stuffed Crushed Pizza. • Mempersonifikasikan sebuah merek Hal ini dapat diketahui dengan memberikan pertanyaan kepada responden tentang deskripsi mereka dalam bentuk manusia atau hewan apakah sebuah merek dalam benak mereka. Contoh: Merek Cap Orang Tua membuat orang berpikir tentang seorang tua berjenggot panjang yang pandai membuat ramuan obat yang berkasiat untuk kesehatan dan terpercaya. Personifikasi sebuah merek menyampaikan sebuah gambaran yang lebih manusiawi dari sebuah merek. • Mencari inti dari merek dengan cara bertanya lebih dalam Inti dari merek berhubungan dengan kedalaman dan tujuan yang bersifat lebih abstrak yang ingin dipenuhi dengan sebuah merek. Hal ini dapat diperoleh melalui serangkaian pertanyaan yang sifatnya semakin mendalam hingga ditemukan intisari dari merek tersebut. Intisari inilah yang menjadi motivasi utama seseorang membeli atau menggunakan sebuah merek. Terdapat perbedaan kekuatan dan nilai antara merek satu dengan yang lainnya di pasar mulai dari merek yang tidak diketahui oleh kebanyakan pembeli hingga merek-merek dimana pembeli memiliki tingkat brand awareness yang cukup tinggi. Diluar dari range terdapat merek-merek dengan tingkat brand acceptability yang cukup tinggi dan ada juga yang masuk pada kelompok merek yang memiliki brand 13 preference yang tinggi. Terakhir adalah merek-merek yang termasuk dalam kelompok high degree of brand loyalty. Hanya sedikit pelanggan yang benar-benar setia pada merek tertentu dan David Aaker membedakan perilaku pelanggan terhadap merek dalam lima tingkat, dari yang terendah hingga tertinggi, yaitu: 1. Pelanggan akan berganti merek, terutama karena alasan harga. Ini adalah tingkatan terendah dimana tidak ada sama sekali kesetiaan terhadap merek. 2. Pelanggan puas sehingga tidak ada alasan untuk berganti merek. 3. Pelanggan puas dan akan menimbulkan biaya dengan mengganti merek. 4. Pelanggan menilai merek tersebut secara lebih dan melihatnya sebagai teman. 5. Pelanggan setia kepada merek. Terdapat beberapa keunggulan kompetitif yang dapat dinikmati dari sebuah merek dengan tingkat brand equity yang tinggi, yaitu: • Perusahaan pemilik merek akan memiliki pengaruh yang lebih besar dalam hal tawar menawar dengan pihak saluran distribusinya karena pelanggan mengharapkan para distributor dan pengecer tersebut menyediakan merek tersebut. • Perusahaan pemilik merek bisa membebankan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan harga para pesaingnya karena merek tersebut memiliki penilaian akan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan merek lain. • Perusahaan pemilik merek dapat dengan lebih mudah meluncurkan usaha terkait karena merek tersebut memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi. 14 • Merek tersebut memberikan semacam perlindungan terhadap kompetisi harga dari merek pesaing. 2.2.1 Kesaradan akan Merek (Brand Awareness) Membahas kasus O-Spot sebagai sebuah merek yang relatif baru dan masih berada pada tahap life cycle awal antara introduksi dan perkembangan tentu saja tidak bisa lepas dari isu bagaimana caranya menciptakan brand awareness yang tinggi pada benak target pasarnya. Maka akan dibahas sedikit mengenai definisi, cara menciptakan dan cara mengukur brand awareness agar lebih mudah untuk mengerti tingkat brand awareness masyarakat terhadap O-Spot. Brand awareness atau kesadaran akan sebuah merek mengacu pada kekuatan sebuah nama hingga tetap berada dibenak konsumen. Agar tercipta brand awareness maka sebuah merek haruslah memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan merek pesaingnya agar diingat selalu oleh konsumen. Bila sebuah perusahaan mencoba untuk menjual produknya tetapi tidak dikenal oleh konsumen maka kecil kemungkinan produk tersebut akan berhasil terjual di pasaran. Dengan membangun brand awareness yang baik maka sebuah perusahaan baik yang menjual produk maupun jasa akan berhasil dalam persaingan karena apa yang mereka jual kepada target pasarnya akan laku karena keinginan membeli dari konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat kesadarannya terhadap sebuah merek. Tingkat kesadaran konsumen terhadap merek tertentu dapat diukur berdasarkan beberapa cara yang berbeda, dimulai dari tahap pengenalan (recognition) hingga proses mengingat (recall). Para psikolog dan ahli ekonomi berpendapat bahwa 15 proses recognition dan recall bukan hanya dengan sekedar mengingat suatu merek saja karena saat ini setiap hari konsumen selalu dibombardir dengan begitu banyak iklan dan pesan pemasaran dari berbagai merek. Perusahaan harus bisa memantapkan proses recognition dan recall secara ekonomis dan mengenai sasaran. Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan upaya menjawab tantangan ini yaitu: • Pemberian sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan tingkat kepedulian yang bersifat sehat dengan menggunakan dasar penjualan lokal yang terbukti sebagai aset berharga bagi perusahaan. Pengurangan jumlah merek yang dimiliki dengan tujuan agar lebih fokus pada usaha untuk membangun sebuah merek yang lebih kuat. • Trend saat ini hingga beberapa tahun kedepan bagi perusahaan adalah beroperasi diluar media yang biasa digunakan dan lebih mengacu pada kegiatan seperti acara promosi, beasiswa, publisitas dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian. Cara-cara seperti ini akan lebih membawa hasil dalam upaya membangun brand awareness dibenak konsumen. Mulai dari tahap pengenalan hingga pengingatan sebuah merek hingga mencapai tingkat brand awareness yang diinginkan maka perlu ditempuh beberapa hal sebagai berikut: • Perlu disampaikan pesan yang mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan pesan lainnya, dan pesan tersebut memiliki keterkaitan antara merek dengan kategori produknya. 16 • Gunakanlah slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga konsumen terbantu dalam mengingat merek tersebut. • Jika produk memiliki simbol maka simbol yang digunakan sebaiknya dapat dihubungkan dengan merek itu sendiri. • Penggunaan nama merek yang sama terhadap lini produk yang lain dapat digunakan agar merek tersebut semakin banyak diingat oleh konsumen. • Level brand awareness dapat ditingkatkan dengan menggunakan bentuk isyarat yang sesuai dengan kategori produk, merek atau keduanya. • Lakukanlah repetisi sebagai upaya meningkatkan ingatan konsumen terhadap merek karena pembentukan ingatan lebih sukar dibandingkan dengan membentuk pengenalan. 2.2.2 Tingkat Kesadaran akan Merek Untuk mengetahui tingkat brand awareness konsumen terhadap suatu merek biasanya dilakukan suatu riset dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. David Aaker memiliki pendapat bahwa terdapat tiga tingkatan dari brand awareness yaitu mulai dari pengenalan terhadap merek (Brand Recognition), pengingatan kembali suatu merek (Brand Recall), hingga puncak pikiran (Top of Mind). Berikut akan dibahas secara singkat mengenai ketiga tingkat kesadaran akan merek tersebut: • Brand Recognition Pengenalan merek adalah tingkat kesadaran responden terhadap suatu merek yang diperoleh dengan diberi bantuan yaitu memberikan pertanyaan dengan 17 menyebutkan ciri-ciri dari produk tersebut. Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui jumlah responden yang perlu diingatkan mengenai keberadaan merek tersebut. • Brand Recall Pengingatan kembali merek dengan cara mengingat merek lain yang mengikuti setelah responden menyebutkan merek yang pertama kali mereka sebut. Hal ini diperoleh dengan menggunakan multi respond question yaitu responden diharapkan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan tanpa adanya bantuan. • Top of Mind Yang dimaksud dengan top of mind adalah merek yang pertama kali diingat oleh responden dan pertama kali disebut ketika mereka diberi pertanyaan mengenai suatu produk atau jasa. Top of mind menggunakan single respond question yaitu responden hanya boleh memberikan satu jawaban saja dalam menjawab pertanyaan. 2.2.3 Asosiasi Merek (Brand Association) Membahas brand association berarti mencari kesan dan gambaran yang muncul dalam benak konsumen sehubungan dengan ingatannya mengenai merek tertentu. Asosiasi tersebut mencakup beberapa hal mulai dari atribut yang melekat pada produk tersebut, selebriti yang menyandang posisi sebagai duta produk, atau simbol tertentu sebagai lambang produk. Asosiasi yang saling berhubungan satu sama lain akan menimbulkan kesan tertentu dalam pikiran konsumen yang sering disebut 18 brand image dan semakin banyak asosiasi dalam merek tersebut maka semakin kuat brand image dari mereknya. Terdapat beberapa hal yang biasanya diasosiasikan dengan sebuah merek. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut: • Atribut Produk Atribut atau karakteristik produk seperti contoh Mercedes sebelumnya. Strategi positioning yang paling sering digunakan adalah dengan mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk dengan mereknya. • Atribut tak berwujud Mengasosiasikan suatu merek dengan sesuatu yang sifatnya tak berwujud seperti kualitas, kemajuan teknologi, atau ukuran yang obyektif dari serangkaian atribut. Contohnya ada pada merek Nokia yang sering diasosiasikan dengan merek yang sangat inovatif dengan pergantian model telepon genggam yang begitu cepat. • Manfaat bagi pelanggan Terdapat dua jenis manfaat yang dirasakan oleh pelanggan yaitu manfaat rasional dan manfaat psikologis. Asosiasi merek dengan manfaat rasional berkaitan dengan atribut produk sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional berdasarkan perhitungan logis untung rugi. Asosiasi merek dengan manfaat psikologis adalah hasil dari proses pembentukan sikap berkaitan dengan perasaan yang timbul ketika membeli atau menggunakan merek tersebut. 19 • Harga relatif Pengevaluasian sebuah merek pada sebagian kelas produk biasa diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dari tingkat harganya. • Penggunaan atau aplikasi Merek juga biasa diasosiasikan dengan jenis penggunaan atau aplikasi tertentu yang sifatnya spesifik. • Pengguna atau pelanggan Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengasosiasikan sebuah merek dengan tipe pengguna tertentu atau pelanggan dari merek tersebut. • Artis atau selebriti Merek sering kali diasosiasikan dengan artis atau selebriti yang menyandang merek tersebut. Contohnya adalah mengasosiasikan Miss Universe dengan produk minuman kesehatan UC1000 dimana Miss Universe adalah simbol wanita yang memiliki kecantikan dan tubuh yang sehar sempurna. • Gaya hidup dan kepribadian Merek juga dapat diasosiasikan dengan gaya hidup dan kepribadian para pelanggan yang hampir sama antara satu dengan yang lain. • Negara atau wilayah geografis Merek juga dapat diasosiasikan dengan sebuah negara atau wilayah geografis bila negara tersebut memiliki hubungan yang erat dengan produk dan kemampuannya. Contohnya adalah Coca-Cola sebagai produk yang 20 diasosiasikan dengan Amerika Serikat atau Mercedes-Benz dengan negara Jerman. 2.3 Pemasaran Terdapat banyak sekali definisi yang ditawarkan mengenai pemasaran. Terdapat perbedaan antara definisi yang sifatnya sosial dibandingkan dengan definisi managerial dimana definisi sosial menunjukkan peranan yang dimainkan dalam lingkungan sosial. Definisi pemasaran menurut Philip Kotler (Marketing Management, 2000, hal.8) adalah sebagai berikut: ”Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely exchanging products and services of value with others.” Maksud dari definisi ini adalah pemasaran merupakan suatu proses social dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk serta jasa yang memiliki nilai dengan pihak lain. Pemasaran secara khusus juga dipandang sebagai pekerjaan mencipta, mempromosikan, dan mengantarkan barang dan jasa pada komsumen langsung maupun konsumen bisnis. Para pemasar terlibat dalam memasarkan sepuluh jenis entitas yaitu barang, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide. 21 2.3.1 Definisi Managemen Pemasaran Agar sukses dalam memasarkan sebuah produk atau jasa, sebuah perusahaan perlu mengatur secara sistematis apa saja yang harus mereka lakukan dan hal tersebut adalah managemen pemasaran. Definisi managemen pemasaran menurut Philip Kotler adalah sebagai berikut: ”Marketing management is the process of planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, cervices to create exchanges that satisfy individual and organizational goals.” Maksud definisi ini adalah managemen pemasaran merupakan serangkaian proses perencanaan dan pelaksanaan dari pemikiran, penetapan harga, promosi dan penyaluran berbagai gagasan, barang serta jasa untuk menciptakan pertukaran yang dapat memuaskan baik tujuan individu maupun organisasi. 2.3.2 Konsep Inti Pemasaran Dalam upaya memahami lebih jauh mengenai pemasaran perlu kita ketahui dan perhatikan beberapa konsep inti dari pemasaran itu sendiri. Konsep-konsep inti pemasaran menurut Kotler adalah sebagai berikut: a. Pasar Sasaran dan Segmentasi Para pemasar memulai dengan melakukan segmentasi pasar karena konsumen memiliki selera yang berbeda antar satu dengan yang lain. Mengidentifikasi segmen pasar dapat dilakukan dengan memeriksa perbedaan demografis, psikografis, dan perilaku konsumen. Setelah itu perusahaan akan memutuskan 22 segmen mana yang menyajikan peluang yang lebih besar, yaitu pasar yang kebutuhannya dapat dipenuhi oleh perusahaan secara lebih unggul. b. Pemasar dan Prospek Pemasar adalah seseorang yang mencari prospek, yaitu pihak lain yang memberikan tanggapan berupa perhatian, pembeli, pemberian suara, atau sumbangan. Jika kedua pihak saling berusaha untuk menjual sesuatu kepada yang lain maka keduanya disebut pemasar. c. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan Kebutuhan tertuju pada tuntutan dasar manusia seperti makanan, udara, air, pakaian, dan tempat berlindung agar dapat bertahan hidup. Hal lain yang juga dibutuhkan manusia adalah rekreasi, pendidikan, dan hiburan. Kebutuhan akan berubah menjadi keinginan bila diarahkan kepada sasaran spesifik yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan. Permintaan adalah keinginan akan produk atau jasa spesifik yang didukung dengan kemampuan untuk membayar atau daya beli. d. Produk dan Tawaran Produk adalah semua yang dapat ditawarkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Jenis utama tawaran dasar adalah barang, jasa, pengalaman, paristiwa, orang, tempat, properti, oganisasi, informasi, dan gagasan. e. Nilai dan Kepuasan Nilai dapat didefinisikan sebagai rasio antara apa yang didapatkan dengan apa yang diberikan oleh seseorang. Konsumen mendapatkan manfaat dan juga disaat yang bersamaan mengeluarkan biaya tertentu untuk manfaat yang 23 dinikmatinya. Manfaat yang didapatkan mencakup manfaat fungsional dan emosional sedangkan biaya yang dikeluarkan mencakup biaya moneter, biaya waktu, biaya energi, dan biaya fisik. Kepuasan adalah perasaan puas atau kecewa seseorang sebagai hasil dari pembandingan antara persepsi terhadap performa produk yang diharapkan dengan hasil nyatanya. f. Pertukaran dan Transaksi Pertukaran adalah salah satu dari keempat cara dalam upaya memperoleh produk. Empat cara yang dimaksud adalah memproduksi sendiri produk yang dibutuhkan seperti layaknya petani menanam padi untuk dikonsumsi sendiri, cara kedua adalah menggunakan kekerasandalam memperoleh produk seperti perampok toko perhiasan, ketiga adalah dengan memohon untuk mendapatkan sesuatu seperti yang dilakukan pengemis, dan yang terakhir adalah menawarkan uang, produk, atau jasa untuk mendapatkan yang ia inginkan. Pertukaran adalah upaya memperoleh produk yang diinginkan dari orang lain dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Terdapat lima kondisi yang harus dipenuhi agar terjadi pertukaran, yaitu: 1. Terdapat paling sedikit dua pihak yang saling membutuhkan. 2. Tiap pihak memilik sesuatu yang mungkin bernilai bagi pihak lain. 3. Tiap pihak mampu berkomunikasi antara satu dengan yang lain. 4. Tiap pihak bebas untuk menerima atau menolak tawaran. 5. Tiap pihak percara bahwa transaksi dengan pihak lain adalah hal yang pantas dan diinginkan. 24 Pertukaran lebih merupakan sebuah proses dari sekedar sebuah kejadian. Dua pihak terlibat dalam sebuah pertukaran bila mereka sedang melakukan negosiasi atau mencoba untuk sampai pada kondisi saling menguntungkan antar keduanya. Saat tercapai kata sepakat itulah terjadinya sebuah transaksi. Transaksi adalah pertukaran nilai antara dua pihak atau lebih. Transaksi memiliki beberapa dimensi yaitu setidaknya dua hal yang bernilai, disepakati atas beberapa kondisi, waktu kesepakatan dan tempat terjadinya kesepakatan. g. Hubungan dan Jaringan Kerja Relationship marketing memiliki sasaran untuk membangun hubungan jangka panjang yang saling memuaskan dengan pihak-pihak kunci yaitu pelanggan, pemasok, dan penyalur, dalam upaya mendapatkan dan mempertahankan preferensi jangka panjang mereka dan juga kelangsungan usaha. Pemasar mencapai hal ini dengan cara menjanjikan dan memenuhi janji untuk memberikan produk berkualitas dengan harga yang adil dari waktu ke waktu. Jaringan pemasaran terdiri dari perusahaan dan para pendukung yang memegang risiko seperti pelanggan, karyawan, pemasok, penyalur, pengecer, agen iklan dan lainnya dimana perusahaan telah menjalin hubungan usaha timbal balik yang saling menguntungkan dengan mereka. h. Saluran Pemasaran Terdapat tiga jenis saluran pemasaran yang dapat digunakan para pemasar. Saluran komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk mengantarkan dan menerima pesan-pesan dari para pembeli sasaran, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, telepon, papan iklan. Saluran distribusi adalah saluran yang 25 digunakan untuk memamerkan atau mengantarkan produk fisik atau jasa kepada pembeli atau pengguna, seperti gudang, alat transportasi, pemasok, pemborong, dan pengecer. Saluran penjualan adalah saluran yang digunakan untuk mempengaruhi transaksi dengan pembeli potensial, seperti pemasok dan pengecer, dan juga lembaga kuangan yang memfasilitasi transaksi seperti bank dam perusahaan asuransi. i. Rantai Pasokan Rantai pasokan menjelaskan satu saluran yang lebih panjang terentang dari bahan mentah ke komponen lalu ke produk akhir yang dibawa kepada pembeli akhir. j. Persaingan Persaingan mencakup semua tawaran dan barang pengganti yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang pembeli yang ditawarkan oleh baik pesaing aktual maupun pesaing potensial. Dalam persaingan terdapat empat tingkat yang dapat dibedakan berdasarkan tingkat kemampuan produk untuk menggantikan, yaitu persaingan merek dimana perusahaan melihat perusahaan lain yang menawarkan produk mirip kepada pelanggan yang sama dengan harga mirip sebagai pesaing, persaingan industri dimana perusahaan melihat semua perusahaan lain yang membuat produk yang sama sebagai pesaingnya, persaingan bentuk dimana perusahaan melihat semua perusahaan lain yang memproduksi barang yang memberikan manfaat utama yang sama sebagai pesaingnya, dan persaingan generik dimana perusahaan melihat semua 26 perusahaan lain yang bersaing untuk konsumen uang yang sama sebagai pesaingnya. k. Lingkungan Pemasaran Lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan tugas dan lingkungan luas. Lingkungan tugas meliputi para aktor langsung yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan promosi. Aktor langsung yang terlibat adalah perusahaan, pemasok, penyalur, penjual dan konsumen sasaran. Lingkungan luas terdiri dari enam komponen yaitu: lingkungandemografis, lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi, lingkungan politik-hukum, dan lingkungan sosial budaya. l. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran berupa empat kelompok luas yang sering dikenal dengan four Ps’ yang terdiri dari produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion), yang digunakan oleh perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya dalam pasar. 2.3.3 Filosofi Managemen Pemasaran Kegiatan pemasaran harus dijalankan dibawah naungan filosofi efisiensi, efektifitas dan tanggung jawab sosial pemasaran. Terdapat lima alternatif filosofi yang melandasi aktivitas pemasaran sebuah badan usaha, yaitu: • Konsep Produksi (Production Concept) Konsep produksi beranggapan bahwa konsumen akan lebih memilih produk yang secara luas tersedia dan dengan harga yang tidak mahal. Oleh karena itu 27 pihak managemen harus memusatkan perhatian dalam mencapai efisiensi produksi, biaya rendah, dan distribusi masal. • Konsep Produk (Product Concept) Konsep produk beranggapan bahwa konsumen akan lebih memilih produk yang menawarkan kualitas, performa, atau fitur inovasi yang terbaik. Oleh karena itu managemen berfokus pada pembuatan produk kualitas tinggi dan mengembangkan seiring dengan waktu. Yang harus dihindari dari konsep produk adalah terjadinya marketing myopia yaitu situasi dimana perusahaan terlalu memusatkan diri pada pengembangan produk hingga tidak menyadari lagi apa yang sebenarnya dibutuhkan pasar. • Konsep Penjualan (Selling Concept) Konsep penjualan beranggapan bahwa konsumen bila didiamkan saja biasanya tidak akan membeli produk dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu perusahaan harus melakukan usaha penjualan dan kegiatan promosi secara gencar. • Konsep Pemasaran (Marketing Concept) Konsep pemasaran memiliki anggapan bahwa kunci dalam menjacap tujuan perusahaan terletak pada keunggulan efektif perusahaan itu sendiri dibandingkan dengan para pesaingnya dalam menciptakan, menyampaikan, dan mengkomunikasikan nilai kepuasan konsumen kepada konsumennya. • Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial (Societal Marketing Concept) target 28 Konsep ini beranggapan bahwa tugas dari perusahaan adalah untuk menentukan kebutuhan, keinginan, dan minat pasar sasaran dan menyampaikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan para kompetitor dengan juga memperhatikan pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. 2.3.4 Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran adalah piranti yang sangat berguna dalam mengatur kegiatan pemasaran dewasa ini. Marketing mix merupakan bentuk seni dalam pemasaran dimana perusahaan harus bisa mengkombinasikan four Ps’ yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya seoptimal mungkin agar tercapai tujuan perusahaan. Definisi dari bauran pemasaran menuru Kotler (Marketing Management, 2000, hal.15): ”Marketing mix is the set of tools that the firm uses to pursue its marketing objectives in the target market.” Definisi ini ingin menunjukkan bahwa bauran pemasaran adalah suatu kumpulan alat pemasaran yang digunakan perusahaan agar mencapai tujuan pemasarannya. Keempat variable bauran pemasaran yang saling terkai satu dengan yang lain memiliki pengertian masing-masing, yaitu: • Produk (Product) Definisi produk menurut Perreault, Jr dan McCharty (Essentials of Marketing: A Global Managerial Approach, 2000, hal.180): ”Product means the need satisfying offering of a firm.” Arti dari definisi ini adalah produk merupakan 29 pemuas kebutuhan yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Produk juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian oleh konsumen dan produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen tersebut. Konsumen dewada ini menjadi semakin selektif dalam memilih produk. Hal ini tentu saja dikarenakan terdapat begitu banyaknya macam produk yang ada dipasaran pada saat ini. Oleh karena itu agar memenangkan persaingan, produk harus memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan produk sejenis lain. • Harga (Price) Definisi dari harga menurut Perreault, Jr dan McCharty (Essentials of Marketing: A Global Managerial Approach, 2000, hal.369) adalah: ”Price is the amount of money that is charged for something of value.” Definisi ini menunjukkan bahwa harga adalah jumlah uang yang merupakan biaya yang dikenakan untuk sesuatu yang bernilai. Harga juga merupakan salah satu elemen dari bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, dimana elemen bauran yang lainnya menghasilkan biaya. Harga adalah elemen yang sangat fleksibel karena bisa berubah dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan ketiga elemen lainnya. Arti lain dari harga adalah jumlah yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. 30 Penentuan harga adalah hal yang penting bagi sebuah produk karena harga juga merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap produk tersebut dan mempengaruhi posisinya dalam pangsa pasar produk tersebut. • Tempat (Place) Definisi dari tempat menurut Perreault, Jr dan McCharty (Essentials of Marketing: A Global Managerial Approach, 2000, hal.226): “Place is making goods and services available in the right quantities and locations, when customers want them.” Arti dari definisi ini menurut mereka, tempat adalah membuat barang dan jasa dapat dibeli atau digunakan dalam jumlah dan pada lokasi yang tepat dan pada saat konsumen menginginkannya. Oleh karena itu perusahaan akan mengusahakan agar produk selalu tersedia dan mudah diperoleh diberbagai tempat yang tersedia dalam pasar sasarannya. Mengenai penempatan produk tersebut, perusahaan biasanya melakukan kerja sama dengan para pengecer, pedagang besar, dan juga distributor. • Promosi (Promotion) Definisi dari promosi menurut Perreault, Jr dan McCharty (Essentials of Marketing: A Global Managerial Approach, 2000, hal.296): “Promotion is communicating information between seller and potential buyer or others in the channel to influences attitudes and behavior.” Menurut mereka promosi adalah cara menyampaikan informasi antara penjual dan pembeli potensial atau pihak lain yang berkepentingan. Promosi adalah kegiatan dimana 31 perusahaan mengkomunikasikan manfaat, memberikan informasi, dan membujuk konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Dalam kegiatan promosi terdapat lima alat yang dapat digunakan perusahaan yang biasa disebut sebagai bauran promosi terdiri dari periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), penjualan pribadi (personal selling), dan pemasaran langsung (direct marketing). 2.4 Jasa Menurut Fandy Tjiptono (Manajemen Jasa, 1996, hal.5) definisi jasa adalah “Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.” Menurut Christopher H. Lovelock (Service Marketing, 1991, hal.224): ”Jasa lebih merupakan tindakan daripada benda nyata. Tapi jasa, tidak berwujud dan tidak tahan lama, lebih dirasakan daripada dimiliki; pelanggan diharapkan dapat terlibat secara aktif dalam proses penciptaan, pengiriman dan pemakaian jasa tersebut.” Dari kedua definisi ini dapat disimpulkan bahwa jasa bisa berbentuk kegiatan atau tindakan pelayanan yang dilakukan baik oleh suatu pihak tertentu maupun individu untuk memuaskan keinginan pihak lain yang telah membeli jasa tersebut. Kegiatan atau tindakan pelayanan tersebut pada dasarnya tidak berwujud. Jasa juga tidak menimbulkan kepemilikan. Dalam memproduksi suatu jasa dibutuhkan partisipasi atau keterlibatan konsumen secara aktif pada umumnya baik itu partisipasi secara penuh maupun tidak. 32 2.4.1 Karakteristik Jasa Menurut Kotler (Marketing Management, 2000) terdapat empat karakteristik utama dari jasa, yaitu: • Tidak berwujud (Intangibility) Jasa tidak memiliki wujud, sehingga tidak dapat dirasakan, didengar, diraba, dicium sebelum jasa tersebut dibeli. • Tidak terpisahkan (Inseparability) Jasa dihasilkan secara khusus, dikonsumsi serta digunakan pada waktu yang bersamaan. • Bervariasi atau berubah-ubah (Variability) Penyampaian jasa tergantung pada siapa yang menyediakan jasa serta kapan dan dimana jasa tersebut dilakukan oleh karena itu sangat bervariasi antara satu dengan yang lain. • Mudah lenyap (Perishability) Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan sehingga dapat dikatakan jasa akan berlalu begitu saja apabila tidak digunakan. Jasa langsung dikonsumsi pada saat jasa tersebut dibeli. 2.4.2 Kualitas Jasa Agar lebih unggul dari para pesaing, sebuah perusahaan jasa harus memberikan kualitas yang baik dan konsisten. Kepuasan konsumen akan terpenuhi 33 bila pihak penyedia jasa dapat memenuhi atau melebihi harapan dari konsumen terhadap kualitas jasa yang diberikan. Tujuan umum dari perusahaan jasa dalam memberikan pelayanan yang berkualitas adalah: • Untuk mempertahankan pelanggan (customer maintenance) • Agar tetap mengingatkan pelanggan terhadap perusahaan (customer retention). • Untuk menarik dan mengembangkan pelanggan baru (new customer development). Guna memberikan pengertian yang lebih baik mengenai kualitas jasa, maka akan dikemukakan beberapa definisi mengenai kualitas jasa dari beberapa ahli. Menurut Fitzsimmons (Service Management for Competitive Advantage, 1994, hal.189): ”Service quality is satisfied if customer expectation of the service equals what they feel.” Menurut Goetsh dan Davis (Intoduction to Total Quality, 1997, hal.382): “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, proses, manusia dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.” Menurut Lewis dan Booms (Bateson, Managing Service Marketing, 1995, hal.570): “Service quality is a measure of how well the service level delivered matches customer expectation.” Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa merupakan tingkat kesesuaian antara harapan dan persepsi konsumen dalam menggambarkan suatu jasa pada tingkat kesesuaian yang sempurna. 34 Kualitas tidak hanya dinilai berdasarkan hasil akhir saja, tetapi juga ditentukan melalui proses penyampaian dari kualitas jasa itu sendiri. Untuk menentukan kualitas dari suatu jasa menurut Kotler ada lima dimensi pokok yang dapat digunakan yaitu: • Keterandalan (Reliability) Keterandalan adalah kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya. • Ketanggapan (Responsiveness) Ketanggapan merupakan kemampuan untuk membantu pelanggan atau konsumen serta kemampuan untuk memberikan jasa dan pelayanan secara cepat. • Kepastian atau Kepercayaan (Assurance) Kepercayaan merupakan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan rasa percaya dan rasa yakin dari konsumen. • Empati (Empathy) Empati adalah kesediaan untuk peduli dan memberi perhatian serta memahami kebutuhan konsumen. • Berwujud (Tangible) Berwujud merupakan bukti fisik atau penampilan fisik yang meliputi peralatan, personel, media komunikasi dan fasilitas fisik. 35 2.4.3 Konsep Model Kualitas Jasa Menurut Zeithalm Bergman & Klefsjo, Quality, 1994, hal.270) terdapat lima kesenjangan (Gap) dalam proses produksi jasa, yaitu: • Gap I, adalah kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi managemen. Pihak managemen tidak selalu dapat memahami dengan tepat apa yang diharapkan oleh konsumen dengan akibat mereka kurang mengetahui bagaimana suatu jasa seharusnya dirancang serta jasa seperti apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen. • Gap II, adalah kesenjangan antara persepsi managemen dengan spesifikasi kualitas dari jasa. Managemen mungkin saja memahami apa yang diinginkan oleh konsumen dengan tepat tetapi tidak menerapkan standar kualitas dan standar kerja yang spesifik. • Gap III, adalah kesenjangan antara spesidikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Para personel perusahaan mungkin saja tidak terlatih dengan baik dan tidak mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan. • Gap IV, adalah kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Harapan konsumen mungkin saja dipengaruhi oleh pernyataan yang terdapat dalam iklan yan dibuat oleh perusahaan penyedia jasa. Risiko yang dihadapi oleh penyedia jasa adalah apabila janji yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan yang didapatkan. • Gap V, adalah kesenjangan antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan ini terjadi apabila konsumen memiliki cara lain 36 dalam menilai kinerja atau prestasi perusahaan atau dapat juga terjadi kesalahan dalam penginterpretasiannya. 2.5 Perilaku Konsumen Dengan memahami pengertian tentang perilaku konsumen diharapkan bagi sebuah perusahaan dengan mereknya dapat meningkatkan program pemasaran melalui pengamatan terhadap perilaku konsumen karena dengan ini dapat dipahami faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kebutuhan dan keinginan konsumen di pasar. Menurut John C. Mowen (Consumer Behavior, 2000, hal.6), definisi perilaku konsumen adalah: ”The all studies of the buying units and the exchange process involved in acquiring, consuming and disposing of goods, services, experiences and ideas.” Menurut Leon G. Schifman dan Leslie Lazar Kanuk (Consumer Behavior, 1994, hal.7), definisi perilaku konsumen adalah: “The term consumer behavior refers to what consumers display in the searching for, purchasing, using, evaluating and disposing of products and services that they expect will satisfy their needs.” Dari beberapa definisi perilaku konsumen tadi dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi tertentu, dimana tindakan tersebut berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dari para pembeli dan tujuannya adalah agar keputusan tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa ekonomi. Inti dari perilaku konsumen adalah pemuasan kebutuhan konsumen. Dalam memuaskan kebutuhannya, konsumen akan mnunjukkan sikap atas perilaku yang 37 berbeda-beda, oleh karena itu seorang pemasar yang sukses adalah pemasar yang dapat memfokuskan perhatiannya pada kebutuhan konsumen dan mengetahui apa yang diinginkannya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembeliannya. Faktor tersebut adalah sebagai berikut: • Faktor kebudayaan, meliputi budaya, sub-budaya, dan kelas sosial dari konsumen. • Faktor sosial seperti kelompok referensi dan keluarga yang dimiliki konsumen. Peran dan status konsumen dalam masyarakat juga mempengaruhi perilaku pembeliannya. • Faktor pribadi seperti usia dan tahap dalam siklus hidup, jenis pekerjaan, keadaan ekonomi, dan gaya hidup, serta konsep diri, adalah faktor-faktor yang juga mempengaruhi perilaku konsumen. • Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, proses belajar dan kepercayaan dan sikap terhadap suatu produk atau jasa tentu saja mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. 2.6 Kepuasan Konsumen Para ahli pemasaran memiliki definisinya masing-masing berkaitan dengan kepuasan konsumen. Menurut J.M. Juran (Merancang Mutu, 1995, hal.6) kepuasan konsumen adalah ”Hasil yang dicapai pada saat keistimewaan dari suatu produk dapat melayani kebutuhan pelanggan.” menurut Dr. Teddy Pawitra (Pemasaran, 1996, hal.12) ”Kepuasan pelanggan dan ketidakpuasan pelanggan merupakan perbedaan 38 antara harapan (expectation) dan kinerja yang dirasakan (perceived performance).” Menurut John C. Mowen (Consumer Behavoir, 2000, hal.511) kepuasan konsumen merupakan segala sikap berkenaan dengan barang dan jasa setelah penerimaan pemakaian. Dari tiga difinisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterima bila membeli atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Suatu bentuk pelayanan yang sama akan menghasilkan tingkat kepuasan yang berbeda bagi pelanggan dengan harapan yang berbeda. Bagi penyedia jasa atau produk harus bisa menciptakan suatu budaya yang berorientasi kepada pelanggan dengan tujuan untuk selalu menyenangkan dan memuaskan pelanggannya. Terdapat tiga hal yang mungkin saja terjadi setelah konsumen menerima pelayanan sebuah jasa, yaitu: • Bila jasa yang diterima dirasakan melebihi harapan (over expectations), maka konsumen akan merasa puas. • Bila jasa yang diterima dirasakan memenuhi harapan (full expectations), maka konsumen akan merasa puas. • Bila jasa yang diterima dirasakan kurang dari apa yang diharapkan sebelumnya (under expectations), maka konsumen akan merasa tidak puas. Harapan dari konsumen terhadap suatu produk atau jasa selalu berubah secara dinamis dari waktu ke waktu. Oleh karena itu perusahaan harus selalu mencoba untuk 39 memperbaiki kualitas jasanya agar tetap atau bahkan lebih memuaskan konsumennya sehingga tetap setia pada perusahaan dan mereknya. 2.7 Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen Kotler berpendapat bahwa metode pengukuran kepuasan konsumen dibagi menjadi empat tahap atau bagian, meliputi: a) Complaint and Suggestion System Pada bagian ini perusahaan meminta konsumen untuk menyampaikan keluhan dan saran mereka. Cara yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai keluhan dan saran ini adalah dengan menyediakan kotak saran. b) Customer Satisfaction Survey Perusahaan mengadakan suatu survey untuk mengukur sejauh mana kepuasan konsumen terhadap produk mereka, sehingga dapat diperoleh tanggapan secara langsung dari pada pelanggannya. c) Ghost Shoping Pihak perusahaan dapat menyewa atau mengirim seseorang untuk berbelanja atau berpura-pura menjadi seorang pembeli. Metode ini dapat digunakan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan produk perusahaan itusendiri dan juga produk pesaing. d) Lost Customer Analysis Perusahaan menghubungi pelanggan yang telah berhenti membeli dan menggunakan produk atau jasa perusahaan. Informasi yang didapat sangat 40 bermanfaat bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggan. 2.8 Segmentation, Targeting, dan Positioning Mustahil bagi siapapun untuk bisa memuaskan seluruh keinginan dari konsumen secara umum karena permintaan dari pasar terlalu luas cakupannya dengan begitu banyak variasi keinginan. pihak produsen harus mengidentifikasi segmen pasar yang hendak dilayani dengan baik dan membaginya dalam beberapa kelompok yang lebih kecil yang sering disebut dengan segmentasi. Setelah itu perlu dievaluasi segmen pasar mana yang lebih menarik untuk dilayani yang sering disebut targeting. Setelah melakukan segmenting dan targeting maka dapat ditetapkan posisi produk atau merek dalam benak konsumen dibandingkan dengan para pesaingnya yaitu positioning. 2.8.1 Market Segmentation Sifat heterogen dari konsumen secara umum menyebabkan perusahaan harus melakukan pengelompokkan konsumen agar menjadi homogen. Pengklasifikasian konsumen kedalam kelompok yang memiliki kesamaan sering disebut juga segmentasi pasar. Pengelompokkan ini dapat dilakukan berdasarkan kesamaan faktor geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. 41 2.8.2 Market Targeting Tahap kedua setelah dilakukannya segmentasi pasar dan pengelompokan homogen dengan skala yang lebih kecil adalah mengevaluasi setiap kelompok pasar yang telah terbentuk dan memilih salah satu atau lebih segmen pasar yang hendak dimasuki. 2.8.3 Market Positioning Tahap terakhir dari proses STP adalah menentukan posisi produk atau merek perusahaan tersebut di pasar. Setelah melakukan pengelompokkan dan menentukan target pasar maka produsen mendapatkan pengertian yang lebih lengkap mengenai kebutuhan dan keinginan serta sikap dan perilaku konsumen. Produsen dapat mencocokkan keinginan target pasar dengan kemampuan yang dimiliki dan menetapkan posisi produknya di pasar. Terdapat lima jenis kesalahan yang biasa dilakukan dalam menentukan posisi di pasar, yaitu: • Under Positioning Hal ini terjadi bila produk atau merek tidak memiliki sesuatu yang khusus yang menyebabkan sulitnya menempatkan merek dalam benak konsumen. • Over Positioning Hal ini terjadi bila perusahaan bersikap terlalu spesifik. • Positioning yang membingungkan 42 Hal ini terjadi pada saat perusahaan mencoba untuk melakukan terlalu banyak hal sekaligus. Hasilnya adalah kontradiksi dan konflik. • Irrelevant Positioning Hal ini terjadi bila antara satu dengan yang lain tidak memiliki hubungan yang jelas. • Positioning yang meragukan Hal ini terjadi dengan membuat pernyataan yang tidak dapat dipercaya.