PERIODE TAHUN 2004 Buku PERLINDUNGAN SEKTOR PERTANIAN SESUAI KETENTUAN GLOBAL Penyusun Ukuran kertas Tebal Halaman Cover : Direktorat Pangan dan Pertanian‐Bappenas : 17,5 cm x 23,5 cm : 119 hal + ix hal : hard cover Indonesia telah meratifikasi berbagai perjanjian perdagangan dunia baik dalam kerangka AFTA, NAFTA, EEC/MEE, APEC dan GATT/WTO maupun perjanjian bilateral. Ketentuan yang berlaku dalam perdagangan global tersebut terkait dengan masalah‐masalah seperti akses pasar (market access), subsidi ekspor (export subsidy), bantuan domestik (domestic support) dan sanitary and phytosanitary (SPS). Ketentuan tersebut pada dasarnya merupakan upaya untuk mengurangi berbagai distorsi pasar yang bersumber dari kebijakan yang dikeluarkan baik oleh negara produsen maupun negara konsumen. Akses pasar semakin dibuka dengan cara mengganti instrumen‐instrumen yang selama ini menjadi hambatan perdagangan antar negara dengan hambatan tarif (tariffication) yang secara berangsur juga akan dikurangi. Pemberlakuan kesepakatan terutama dalam GATT/WTO mendapat tanggapan baik pesimis maupun optimis, terutama atas manfaat yang dapat diperoleh dan dampaknya bagi masyarakat Indonesia. Beberapa kajian menunjukkan manfaat positif yang akan diterima oleh Indonesia jika persetujuan GATT/WTO sudah diberlakukan, karena perjanjian tersebut memberikan peluang dengan semakin terbukanya pasar dunia. Akan tetapi kajian lain menunjukkan hasil sebaliknya, dimana secara umum negara berkembang justru akan mengalami kerugian dengan diberlakukannya pasar bebas. Hal ini juga akan dialami oleh Indonesia apabila posisi sektor pertanian relatif lemah, karena kemungkinan akan muncul dampak yang tidak diinginkan, seperti semakin meningkatnya impor komoditas pertanian yang dapat mengakibatkan semakin tingginya ketergantungan Indonesia terhadap komoditas impor, atau menurunnya tingkat pendapatan petani akibat semakin menurunnya harga komoditas pertanian yang dihasilkannya.