Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Analisis terhadap putusan pengadilan tinggi tata usaha negara tentang perburuhan di sektor industri Imam Soebechi Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=111382&lokasi=lokal -----------------------------------------------------------------------------------------Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah ragam tuntutan perkara normatif yang diajukan penggugat dalam sengketa Tata Usaha Negara tentang perburuhan di sektor industri, pihak-pihak mana sajakah yang bersengketa dan perubahan status para pihak sebagai penggugat dan tergugat dalam sengketa tersebut, kejelasan obyek sengketa dan pertimbangan atas tuntutan yang diajukan dalam eksepsi dan dalam pokok perkara, keberatan-keberatan apakah yang diajukan oleh para pihak dalam permohonan banding ke Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) dan dasar pertimbangan atas putusan dikabulkan, ditolak dan tidak dapat diterima gugatan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Penelitian ini menggunakan jenis bahan hukum primer, sekunder dan tarsier dan penelitian ini merupakan hukum normatif, sehingga data utama yang dipergunakan adalah data sekunder. Untuk melengkapi data sekunder, juga dipergunakan data primer. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku usaha dalam proses produksi barang dan atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan Pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Hubungan Industrial mempunyai peran yang sangat penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, untuk itu perlu diupayakan hubungan industrial yang harmonis, karena hubungan industrial yang harmonis merupakan kunci strategis untuk ketenangan pekerjalburuh dan terwujudnya perkembangan perusahaan. Pada dasarnya, pekerja/buruh dan pengusaha sama-sama rnenginginkan terciptanya hubungan kerja yang harmonis. agar kepentingan masing-rnasing pihak dapat terwujud. Pckerja/burulh menginginkan peningkatan kesejahteraan. sementara pengusaha rnenginginkan profit dan terkendali kelangsungan usahanya. Namun di lapangan, tidak jarang masing-masing pihak bersikukuh mengutamakan dan mempertahankan kepentingannya masing-masing. Jika tidak tercapai titik temu, akan mengakibatkan gejolak perselisihan yang berakhir dengan mogok kerja ataupun PHK. Hubungan Industrial dalam pelaksanaannya memerlukan sarana, antara lain Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SPISB), Organisasi Pengusaha (OP), Lembaga Kerjasama (IRKS) Bipartit dan Tripartit, Peraturan Perusahaan (PP), Pcrjanjian Kerja Bersama (PKB) dan Pengaturan Perundang-undangan serta Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Lembaga Peradilan Perselisihan Hubungan Industrial, adalah lembaga P4D dan P4P yang pembentukannya masing-masing berdasarkan Pasal 5 dan Pasal 12 UU No. 22 Tabun 1957. Lembaga tersebut, merupakan lembaga tripartit, dari unsur pemerintah, pengusaha dan pekerja. V Sejak diberlakukan UU No. 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang No.9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, apabila pars pihak tidak puas dengan putusan P4P, dapat mengajukan gugatan ke PT.TUN, dengan alasan NP telah mengeluarkan putusan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan azas-azas umum pemerintahan yang baik, karena itu putusan P4P dianggap tidak sah. Sedangkan hasil dari keputusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dapat berupa : mengabulkan, menolak atau tidak dapat diterima gugatan dari Penggugat. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan : 1) Pelaku perundingan antara Serikat Pekerja dan Pengusalia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957, harus disikapi lebih arif oleh pars pengurus Serikat Pekerja dan Pengusaha sehingga aspirasi/tuntutan para pekerja/buruh dapat semaksimal mungkin dirumuskan dengan baik ; 2) Pegawai perantara yang ditunjuk untuk berperan membantu dalam perundingan Tripartit harus bersikap pro aktif dan bekerja maksimal, sehingga penyelesaian perkaranya tidak berlarut-larut ; 3) Apabila perselisihan perburuhan harus diserahkan lewat lembaga Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) dan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D), maka semua pihak yang terlibat harus memahami proses beracara di kedua tingkat "quasi peradilan" tersebut ; 4) Pemahaman terhadap permasalahan perburuhan harus terus ditingkatkan bagi warga Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, sehingga setiap putusan yang diambil sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku dengan memenuhi rasa keadilan para pihak yang berperkara.