BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar gula darah melebihi normal) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin yang tidak adekuat, atau keduanya (American Diabetic Association [ADA], 2014). DM yang dikenal dengan penyakit gula di Indonesia ini ternyata menduduki urutan keempat jumlah penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Insidensi di dunia akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2025 dari jumlah 150 juta orang pada tahun 2012 (WHO, 2015). World Health Organisation (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Kasim, dkk., 2013) dan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, DI Yogyakarta menjadi peringkat pertama diagnosis tertinggi DM di Indonesia (KEMENKES RI, 2013). Sebuah survei nasional pada tahun 2007 menyatakan bahwa ada sekitar 70% kasus DM yang tidak terdiagnosa (Soewandono, dkk., 2013) dan kini DM masih menjadi penyakit yang menyebabkan kematian dini (Beigi, 2012). Tingginya insidensi DM tidak lepas dari masih tingginya pula faktor risiko DM di Indonesia. Adapun faktor-faktor risiko DM yaitu virus, riwayat keluarga terkena DM, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik, pertambahan usia, tekanan darah tinggi (hipertensi), etnik, obesitas, kerusakan 1 2 toleransi glukosa atau impaired glucose tolerance (IGT), riwayat diabetes gestasional, dan buruknya nutrisi selama kehamilan (International Diabetes Federation [IDF], 2014). Obesitas dan riwayat keluarga diabetes adalah faktor risiko yang diukur dan diketahui dengan mudah. Akan tetapi, dari keseluruhan faktor risiko DM tersebut, ternyata akan meningkatkan risiko absolut menjadi DM sebesar 2-10 kali lipat (Setiawan, 2011). Adanya peningkatan insidensi risiko DM menjadi DM, menandakan masih kurangnya pencegahan dini (National Institute for Health and Care Excellence [NICE], 2011). Pencegahan DM dapat dilakukan dengan promosi kesehatan tentang pengubahan gaya hidup (NICE, 2011). Pencegahan DM sangat penting untuk mengurangi insidensi DM bahkan komplikasinya. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengendalikan 4 pilar pengelolaan DM yaitu edukasi, pengaturan makan, olahraga, dan kepatuhan pengobatan (Perkeni, 2006; Putri, 2013). Dari keempat pilar tersebut, edukasi memegang peranan utama yang akan menjadi dasar membangun pengetahuan (Aljoudi & Taha, 2009). Edukasi difokuskan pada pentingnya pengubahan gaya hidup seperti pengurangan berat badan, diet, dan aktivitas fisik (Sussman dkk., 2015). Optimalnya pencegahan DM dapat terpenuhi jika faktor risikonya diidentifikasi lebih awal (Aljoudi & Taha, 2009). Pencegahan DM melalui edukasi akan membentuk pemahaman, meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap seseorang dalam mengelola risiko diabetesnya, serta mencegah meningkatnya insidensi DM. Peningkatan pengetahuan dan sikap membuat pencegahan diabetes jauh lebih efektif dan efisien dalam 3 menghindari risiko terkena DM (Juwitaningtyas, 2014) dan komplikasinya [gagal jantung, gagal ginjal, kebutaan, amputasi, bahkan kematian] (Putro & Suprihatin, 2012). Di Indonesia, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan DM masih sangat minim. Bahkan belum ada data menyeluruh yang mengungkapkan baiknya tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia tentang DM dan pencegahannya (Soewandono, dkk., 2013). Adanya perbedaan tingkat pendidikan, usia, sosial & ekonomi, serta etnik & budaya adalah faktor-faktor yang sering menjadi penghambat efektifnya pemberian pengetahuan dan pengubahan perilaku (Ontario Ministry of Health and Long Term Care, 2012). Sebuah penelitian menyatakan bahwa setengah dari 288 responden penelitian tidak benar menyebutkan faktor risiko atau langkah-langkah pencegahan DM (Aljoudi & Taha, 2009). Padahal mengidentifikasi risiko DM sejak awal, sangat penting dalam mencegah DM. Pemberian pendidikan kesehatan, mampu meningkatan pengetahuan penderita diabetes melitus (Juwitaningtyas, 2014). Selain itu, pendidikan kesehatan juga akan mempengaruhi peningkatan sikap penderita diebetes melitus (Juwitaningtyas, 2014). Adanya pengetahuan dan sikap yang baik tentunya akan mendukung praktik dan pencegahan DM lebih baik (Juwitaningtyas, 2014). Melihat kondisi kurangnya sikap dan pengetahuan DM di Indonesia, maka perbaikan dalam sistem kesehatan, pendidikan kesehatan, dan pelatihan pasien diabetes sangat diperlukan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap penderita DM (Juwitaningtyas, 2014). Sebagai contohnya, perlunya 4 pemilihan strategi edukasi DM yang tepat, salah satunya dengan pemberian promosi kesehatan. Promosi kesehatan sangat penting sebagai sebuah langkah awal pencegahan sehingga meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (National Institute for Health and Care Excellence [NICE], 2011). Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran (DEPKES RI, 2006). Masyarakat diharapkan mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya (WHO, 2015). Tindakan-tindakan promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku. Aljoudi & Taha (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sebelum memberikan promosi kesehatan, pemberi promosi kesehatan harus memahami kebutuhan yang diperlukan masyarakat karena terkait dengan keputusan mereka dalam mengadopsi pembelajaran yang disampaikan. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah media pembelajaran. Penggunaan media yang tepat akan sangat mendukung tercapainya sebuah proses pembelajaran yang baik. Penggunaan media yang menarik dan mudah dipahami akan menstimulus pemahaman yang optimal (Norman, 2012). Media visual pendidikan kesehatan seperti leaflet, lembar balik, poster, dan lainnya, kini banyak dimanfaatkan untuk promosi kesehatan bagi penderita DM (Phitri & Widiyaningsih, 2013). Akan tetapi, perpaduan penggunaan media audio dan visual (audio visual) ternyata memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan media cetak tersebut (Norman, 2012). Pada pasien DM, edukasi melalui media audio visual ternyata mempengaruhi pengetahuan dan kepatuhan (Tjahyono, 5 2013), menurunkan tingkat kecemasan (Indey, 2012), serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang DM yaitu melalui sebuah kuis berbasis komputer yang informatif dan interaktif (Srinivas, dkk., 2011). Oleh karena itu, media audio visual dapat menjadi rekomendasi bagi petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan sehingga pengetahuan dan pasien diabetes akan meningkat (Dari dkk, 2014). Wahyu Aditya sebagai Pakar Animasi Indonesia melalui Sanofi Group Indonesia yang bekerjasama dengan Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Promkes Kemenkes) RI dalam rangka lomba pembuatan video animasi mencegah diabetes, menyatakan bahwa melalui media audio visual seperti video animasi, maka akan memberikan tampilan audio visual yang lebih menarik, konteks pesannya juga lebih mudah dimengerti dan menjangkau semua usia, dapat diakses dengan mudah misalnya saja melalui media sosial sehingga menjadi lebih efektif untuk mengedukasi masyarakat (Andriyas, 2015). Akan tetapi di Indonesia, media audio visual terutama video belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada website kemenkes RI ataupun di media sosial lainnya, belum ditemukan guideline video edukasi yang dapat dijadikan sumber edukasi pencegahan diabetes. Pedukuhan Kasihan adalah pedukuhan yang terletak di wilayah Kelurahan Tamantirto Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul DIY. Berdasarkan studi pendahuluan di Kantor Lurah Tamantirto, jumlah penduduk Pedukuhan Kasihan adalah 3203 jiwa. Pedukuhan Kasihan adalah salah satu wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab Puskesmas Kasihan I. Puskesmas 6 Kasihan I adalah puskesmas yang terletak di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, DIY. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Kasihan I, angka diabetes tertinggi terdapat di Pedukuhan Kasihan Bantul yaitu 82 orang. Penderita DM di pedukuhan kasihan ini dari waktu ke waktu semakin meningkat. Pada tahun 2012 jumlah penderita yaitu 29 orang, tahun 2013 berjumah 34 orang, dan tahun 2014 berjumlah 82 orang. Sedangkan berdasarkan screening pada kelompok berisiko DM dengan kunjungan rumah (obesitas dan riwayat keluarga DM) di Pedukuhan Kasihan, terdapat 31 orang yang berisiko DM. Berdasarkan penuturan beberapa warga Pedukuhan Kasihan, promosi kesehatan tentang pencegahan DM belum optimal diberikan oleh pelayanan kesehatan setempat. Promosi kesehatan belum diterapkan penggunaan metode audio visual berupa edukasi pencegahan diabetes dengan tambahan diskusi. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas, pemilihan media audio visual akan memungkinkan optimalnya capaian edukasi pendidikan kesehatan yang baik sehingga akan meningkatan pengetahuan dan sikap warga (Chen & Lin, 2010). Maka dari itu, perlu diketahui pengaruh pemberian program promosi kesehatan pencegahan diabetes pada warga sehat tanpa DM dan risikonya melalui media audio visual untuk meningkatkan pengetahuan dan sikapnya. 7 B. Rumusan Masalah Adakah pengaruh pemberian program promosi kesehatan pencegahan diabetes melalui media audio visual terhadap peningkatan tingkat pengetahuan dan sikap pada warga Pedukuhan Kasihan Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pemberian program promosi kesehatan pencegahan diabetes melalui media audio visual terhadap peningkatan tingkat pengetahuan dan sikap pada warga Pedukuhan Kasihan Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui data demografi warga sehat tanpa DM dan risikonya di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I. b. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi pada masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen. c. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi antara kelompok kontrol dan eksperimen. D. Manfaat 1. Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pengembangan ilmu keperawatan terkait dengan penggunaan metode dan media yang tepat agar pesan pendidikan kesehatan yang disampaikan dapat dimengerti oleh 8 warga Pedukuhan Kasihan Bantul. Selain itu perawat dapat menentukan strategi penggunaan metode dan media yang tepat sesuai dengan tingkat pengetahuan dan/atau sikap kesehatannya. 2. Warga Pedukuhan Kasihan Bantul Media pembelajaran dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi warga Pedukuhan Kasihan Bantul dalam mencari pengetahuan tentang DM dan meningkatkan sikap pencegahan DM. 3. Puskesmas Kasihan I Media pembelajaran dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai media dalam pemberian penyuluhan kesehatan. Puskesmas Kasihan I diharapkan agar menyelenggarakan penyuluhan kesehatan yang lebih sering dan dapat berkoordinasi dengan dinas kesehatan kepada warga agar tercipta pemahaman dan sikap tentang pencegahan penyakit DM. 4. Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini bisa dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya tentang pengaruh program promosi kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap warga Pedukuhan Kasihan Bantul terhadap pencegahan DM. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Dari dkk (2014) yaitu “pengaruh pendidikan kesehatan senam kaki melalui media audio visual terhadap pengetahuan pelaksanaan senam kaki pada pasien DM tipe 2", bertujuan untuk menentukan pengaruh pendidikan kesehatan tentang senam kaki dengan menggunakan media 9 audio visual untuk meningkatkan pengetahuan senam kaki pada pasien DM tipe 2. Hasil penelitian ini menyatakan adanya peningkatan yang signifikan terhadap pengetahuan pelaksanaan senam kaki pada responden dengan DM tipe 2 pada kelompok eksperimen. Persamaan penelitian ini adalah tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan penggunaan media audio visual sebagai media edukasi, variabel dependen yaitu tingkat pengetahuan, desain penelitian yaitu kuasi eksperimen, dan teknik pengambilan sampel penelitian ini yaitu dengan purposive sampling. Perbedaan penelitian ini antara lain responden dalam penelitian ini yaitu pasien DM tipe 2 sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan yaitu pada kelompok sehat tanpa DM dan risikonya. 2. Penelitian Srinivas dkk (2011) yaitu “Diabetes melitus: preliminary health-promotion activity based on service-learning principles at a South African national science festival”, bertujuan untuk menyelidiki efek dari promosi kesehatan layanan-pembelajaran berbasis elektif dalam mempengaruhi pengetahuan diabetes melitus (DM) dan cara-cara untuk mencegahnya. Hasil penelitian ini yaitu terdapat peningkatan yang signifikan dalam keseluruhan skor pengetahuan setelah diberikan intervensi edukasi. Perbedaan gender yang signifikan antara kedua kelompok pra dan post intervensi menunjukkan bahwa perempuan mendapatkan skor yang lebih baik. 10 Persamaan penelitian ini yaitu penggunaan media audio visual dan instrument penelitian pra dan post intervensi, variabel dependen yaitu tingkat pengetahuan, serta desain penelitian kuasi eksperimen. Perbedaan penelitian ini yaitu responden penelitian ini adalah siswa SMA dan metode edukasi yaitu kuis berbasis komputer, poster informasi, selebaran model interaktif dan informatif yang dibawa pulang. Sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan, responden adalah kelompok sehat tanpa DM dan risikonya. 3. Penelitian Tjahyono (2013) yaitu “pengaruh edukasi melalui media visual buku ilustrasi terhadap pengetahuan dan kepatuhan pasien DM tipe 2”, bertujuan untuk mengetahui efektivitas media visual berupa buku ilustrasi sebagai alat bantu edukasi, dilakukan penelitian mengenai pengaruh edukasi dengan media ini terhadap pengetahuan dan kepatuhan pasien diabetes tipe 2. Hasil penelitian ini yaitu adanya peningkatan signifikan mengenai tingkat pengetahuan dan kepatuhan pada kelompok uji dibandingkan kelompok kontrol. Hasil analisis secara statistik juga menunjukkan bahwa edukasi melalui media visual berupa buku ilustrasi mempengaruhi pengetahuan dan kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2. Persamaan penelitian ini adalah variabel dependen yaitu tingkat pengetahuan dan teknik pengambilan sampel penelitian ini yaitu dengan purposive sampling. Perbedaan dalam penelitian ini adalah desain penelitian yaitu randomized controlled trial (RCT), media yang digunakan yaitu hanya visual saja sedangkan pada peneliti yang akan dilaksanakan 11 menggunakan media audio visual. Selain itu, responden pada penelitian ini merupakan penderita DM, sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan yaitu kelompok sehat tanpa DM dan risikonya. 4. Penelitian Sovia dkk (2011) yaitu “kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah berdasarkan karakteristik dan perilaku perawatan kesehatan keluarga”, bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. Hasil penelitian menunjukkan upaya meningkatkan perilaku perawatan kesehatan keluarga akan lebih efektif perlu jika disusun oleh tim kesehatan di pelayanan kesehatan primer melalui program promosi kesehatan seperti pendidikan kesehatan, pembentukan kelompok pendukung, pemberdayaan masyarakat, kemitraan, dan intervensi keperawatan (penyusunan menu makanan sehat, aktivitas fisik, dan perawatan kaki). Perbedaan penelitian ini adalah desain penelitian yang digunakan adalah subjek penelitiannya yaitu kelompok berisiko DM sedangkan pada penelitian peneliti yaitu kelompok sehat tanpa DM dan risikonya, jenis penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional dan teknik cluster sampling sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan desain kuasi eksperimen dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. 5. Penelitian Geiss dkk (2010) yaitu “diabetes risk reduction behaviors among U.S. adults with prediabetes”, bertujuan untuk mempelajari 12 perubahan gaya hidup yang konsisten dengan mengurangi risiko diabetes dan faktor yang terkait dengan gaya hidup yang mereka adopsi yaitu di antara orang dewasa dengan pradiabetes. Hasil penelitian menunjukkan upaya untuk meningkatkan kesadaran pradiabetes, meningkatkan promosi perilaku sehat, dan meningkatkan ketersediaan program gaya hidup berbasis bukti, diperlukan untuk memperlambat pertumbuhan kasus baru diabetes. Perbedaan penelitian ini adalah subjek penelitiannya yaitu kelompok berisiko DM sedangkan pada penelitian peneliti yaitu kelompok sehat tanpa DM dan risikonya, jenis penelitian deskriptif dengan teknik random sampling sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan penelitian jenis kuasi eksperimen dengan teknik purposive sampling.