BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laju perkembangan teknologi informasi berjalan cepat seiring
berkembangnya penggunaan internet. Dampak dari perkembangan
teknologi dapat dirasakan hampir di berbagai aktivitas kehidupan, termasuk
salah satunya sistem pembayaran. Internet telah mendorong perkembangan
sistem pembayaran yang sebelumnya hanya dikenal dengan sistem
pembayaran fisik kini meluas dengan adanya sistem pembayaran elektronik.
Menurut Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia, sistem pembayaran adalah suatu sistem yang
mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan
untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban
yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.
Media yang dapat digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana
sangat beragam, mulai dari cara tradisional sampai dengan menggunakan
sistem berbasis teknologi mutakhir.
Pada dasarnya, sistem pembayaran merupakan cara yang disepakati
dalam memindahkan value diantara pembeli dan penjual pada sebuah
transaksi. Sistem pembayaran yang efisien sangat penting untuk menjamin
kelancaran operasi pasar (Humphrey, 1995).
Pembeli
Payor
Perpindahan barang dan jasa
Arus barang
Arus nilai
Perpindahan nilai melalui sistem
pembayaran
Penjual
Payee
Gambar 1.1. Alur pembayaran. Sumber: Humphrey (1995)
1
Sistem pembayaran elektronik juga melibatkan pihak pembeli dan
penjual, atau disebut juga payer dan payee yang akan menukarkan sejumlah
uang menjadi barang atau jasa, serta melibatkan lembaga keuangan yang
yang banyak terjadi, peran ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu issuer yang
digunakan oleh pembeli (payer) dan acquirer yang digunakan oleh penjual
(payee). Pembayaran elektronik oleh pembeli ke penjual diimplementasikan
sebagai aliran dana dari pembeli melalui issuer menuju penjual melalui
acquirer (Janson & Waidner, 1996).
Sistem pembayaran elektronik merupakan salah satu metode
pembayaran mutakhir yang menawarkan beragam kemudahan dalam
bertransaksi, dengan menggunakan transaksi non tunai, pengguna tidak
perlu membawa uang tunai dalam jumlah banyak ketika ingin berbelanja.
Pengaplikasian sistem pembayaran elektronik baik melalui ATM
maupun internet banking menjadi bahasan yang menarik seiring dengan
perkembangan peradaban manusia dan gencarnya ambisi bank untuk
merubah pola pembayaran konvensional menjadi digital (less cash society).
Dengan semakin majunya teknologi dan adanya kebutuhan akan alat
pembayaran yang praktis dan murah, di beberapa negara telah mulai
dikembangkan produk pembayaran elektronis yang dikenal sebagai
Electronic Money (e-money). Karakteristik e-money berbeda dengan
pembayaran elektronis yang telah disebutkan sebelumnya, karena setiap
pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan e-money tidak selalu
memerlukan proses otorisasi dan on-line secara langsung dengan rekening
nasabah di bank (pada saat melakukan pembayaran tidak dibebankan ke
rekening nasabah di bank). E-money merupakan produk stored value
dimana sejumlah nilai (monetary value) telah terekam dalam alat
pembayaran yang digunakan (prepaid) (Pramono et al., 2006).
2
Selain memberikan kemudahan proses dalam transaksi, sistem
pembayaran elektronik juga dapat mengurangi biaya moneter pencetakan
dan peredaran uang kertas sekaligus meminimalisir beredarnya uang palsu.
Perputaran uang yang terjadi di masyarakat juga lebih mudah untuk dilacak
karena semua data tersimpan dalam server yang terkomputerisasi secara on-
line. Jika penggunaan sistem pembayaran elektronik diaplikasikan secara
luas, maka akan tercipta less cash society atau masyarakat yang sedikit
menggunakan uang tunai.
Sebagai bentuk keseriusan Bank Indonesia dalam menyambut less
cash society (LCS), Bank Indonesia membuat program khusus yang
dinamakan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada bulan Agustus
2014. GNNT ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk
suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non
tunai (Less Cash Society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas
kegiatan ekonominya (Bank Indonesia, 2014).
Sistem pembayaran elektronik di Indonesia dapat digunakan melalui
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik yang
akhir-akhir ini marak digencarkan oleh lembaga keuangan Bank dan
lembaga selain Bank.
Menurut Pasal 1 ayat 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor:
14/2/PBI/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran
Dengan Menggunakan Kartu, Alat Pembayaran dengan Menggunakan
Kartu (APMK) adalah alat pembayaran yang berupa kartu kredit, kartu
Automated Teller Machine (ATM) dan/atau kartu debet.
3
Transaksi Kartu ATM/Debet
Periode
Volume
Tunai
Nominal
(jutaan rupiah)
Volume
Belanja
Nominal
(jutaan rupiah)
Transfer
Intrabank
Volume
Nominal
(jutaan rupiah)
Transfer
Antarbank
Volume
Nominal
(jutaan rupiah)
Volume
Total
Nominal
(jutaan rupiah)
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
1.616.632.435 1.954.555.337
2.301.502.837 2.644.726.305
1.157.684.283 1.422.385.342
1.674.210.377 1.920.780.690
138.330.821
184.880.398
242.845.289
292.054.983
84.571.382
110.703.020
147.112.907
180.640.902
416.347.618
536.886.936
653.930.855
800.440.985
1.072.512.227 1.270.110.689
1.507.368.122 1.705.169.655
90.988.559
147.785.639
262.870.884
340.473.891
162.273.558
261.880.991
468.679.033
638.482.190
2.262.299.433 2.824.108.310
3.461.149.865 4.077.696.164
2.477.041.450 3.065.080.042
3.797.370.438 4.445.073.437
Tabel 1.1. Transaksi kartu ATM/debet. Sumber: Bank Indonesia (bi.go.id)
Sebagai teknologi yang sudah lebih awal dikenal, perkembangan
APMK selama empat tahun terakhir mengalami perkembangan yang
meningkat dengan total nilai volume transaksi tahun 2011 sebesar
2.262.299.433 menjadi 4.077.696.164 pada tahun 2014.
4
Sementara pada uang elektronik, secara umum terdapat dua jenis
uang elektronik, yaitu dengan menggunakan kartu yang tertanam chip
didalamnya, atau disebut juga card based. Selain itu, terdapat sistem
pembayaran yang tidak menggunakan kartu dalam pengoperasiannya, yaitu
dengan langsung menghubungkan data ke server yang juga disebut software
based.
Gambar 1.2. Daftar uang elektronik. Sumber: Bank Indonesia (bi.go.id)
Uang elektronik dalam bentuk card-based product sering juga
disebut sebagai electronic purse. Card-based product pada prinsipnya
dimaksudkan untuk pembayaran yang bersifat langsung (face to face),
namun demikian saat ini beberapa card-based product juga dapat digunakan
untuk pembayaran via internet dengan menambahkan alat tertentu pada
komputer pengguna. Sedangkan uang elektronik dengan software-based
product sering disebut juga digital cash. Produk uang elektronik yang
masuk dalam kelompok ini pada prinsipnya merupakan suatu aplikasi
(software) yang kemudian di-install ke dalam suatu Personal Computer
(PC) yang dijalankan dengan operating system yang standard. Produk ini
dikembangkan untuk melakukan transaksi melalui suatu jaringan komputer
(internet) (Hidayati et al., 2006).
5
Transaksi Uang Elektronik
Periode
Volume
Nominal
(jutaan rupiah)
Tahun 2011
41.060.149
981.297
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
100.623.916 137.900.779 203.369.990
1.971.550
2.907.432
3.319.556
Tabel 1.2. Transaksi uang elektronik. Sumber: Bank Indonesia (bi.go.id)
Secara agregat, terjadi peningkatan volume dan nominal transaksi
menggunakan kartu debet yang merupakan salah satu jenis APMK dan juga
transaksi menggunakan uang elektronik. Terjadi pertumbuhan yang sangat
pesat pada penggunaan uang elektronik dari 41.060.149 volume transaksi
pada tahun 2011 menjadi 203.369.990 pada tahun 2014.
Berbeda dengan sistem pembayaran elektronik melalui APMK,
pengembangan awal uang elektronik umumnya ditujukan untuk segmen
pembayaran yang memiliki transaksi bernilai kecil (micro payment s/d retail
payment), frekuensi penggunaannya relatif sering, bersifat massal. Contoh
transaksi yang memenuhi kriteria tersebut antara lain, pembayaran tol, tiket
bus/kereta, parkir dan lain-lain (Hidayati et al., 2006).
Di beberapa kota besar seperti Jabodetabek, penggunaan sistem
pembayaran elektronik sudah mulai marak digunakan karena terintegrasi
dengan pembayaran transportasi umum. Dua moda transpotasi umum
populer yaitu CommuterLine dan TransJakarta telah mewaijbkan
penumpang menggunakan sistem pembayaran elektronik berupa uang
elektronik, sehingga penumpang yang ingin menggunakan fasilitas tersebut
harus menyiapkan sebuah kartu sebagai metode pembayaran tiket
CommuterLine dan TransJakarta.
6
Di Yogyakarta, sistem pembayaran elektronik masih belum lazim
digunakan. Kurang bergairahnya sektor transportasi umum di Yogyakarta
menjadikan alasan penggunaan uang elektronik berkurang. Selain karena
minimnya dorongan dari transportasi umum, dukungan infrastruktur
pendukung juga masih rendah. Masih banyak merchant yang yang belum
menyediakan sistem pembayaran elektronik. Selain itu, kondisi masyarakat
Jogja yang sudah terbiasa dengan transaksi menggunakan uang tunai
menjadikan sistem pembayaran elektronik belum dipandang sebagai sebuah
kebutuhan (antaranews, 2015).
Terbatasnya aksesibilitas terhadap ketersediaan sistem pembayaran
elektronik masih menjadikan masyarakat di Yogyakarta lebih menyukai
untuk melakukan pembayaran dengan metode konvensional, atau
pembayaran langsung dengan uang tunai. Pengaruh aksesibilitas juga
merupakan aspek yang ingin diuji oleh peneliti sebagai pemoderasi bagi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pembayaran elektronik.
intensitas
penggunaan
sistem
Variabel moderasi mempunyai peran penting dalam memperkuat
pemahaman tentang relevansi hubungan dari variabel independen dan
variabel dependen (Walsh et al, 2008). Variabel moderasi dideskripsikan
sebagai faktor yang mempengaruhi arah dan/atau kekuatan hubungan antara
eksogen (independen) dan endogen (dependen) (Baron & Kenny, dikutip
dalam Helm & Mark, 2012).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sohail (2003), aksesibilitas
mempunyai efek yang signifikan terhadap penggunaan layanan perbankan.
Layanan pembayaran elektronik dapat digunakan untuk banyak hal,
termasuk pembayaran parkir. Dalam berita yang dikutip dari koransindo.com tahun 2015, PT Mata Biru sebagai salah satu operator tempat
parkir elektronik (TPE) menyatakan, dengan pembayaran parkir
menggunakan e-money di tiga titik wilayah di Jakarta, yakni di Kelapa
Gading, Sabang, dan Falatehan berimplikasi pada peningkatan pendapatan
yang cukup signifikan.
7
Sistem pembayaran elektronik juga selaras dengan konsep smart city
atau kota cerdas yang saat ini sedang banyak digadangkan oleh pemerintah
daerah, termasuk Yogyakarta sebagai tahap penerapan e-government. Kota
cerdas merupakan produk dari kota digital yang dikombinasikan dengan
penerapan internet dalam segala aspek (Su, Li, & Fu, 2011).
Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 15 Tahun 2015 tentang E-
Government menjelaskan konsep kota cerdas mencakup kota digital dan
kota wireless, yang menggambarkan suatu manajemen terpadu atas
informasi yang dapat menciptakan nilai tambah dengan menerapkan
teknologi maju untuk mencari, mengakses, mentransfer, dan mengolah
informasi. Istilah cerdas di sini lebih mengacu pada kualitas infrastruktur.
Dukungan aksesibilitas terhadap penggunaan sistem pembayaran
elektronik dianggap oleh peneliti sebagai faktor yang menentukan dalam
proses terjadinya transaksi elektronik. Hal ini yang ingin dibuktikan oleh
peneliti untuk mencari tahu pengaruh penggunaan sistem pembayaran
elektronik di Yogyakarta.
Duwi
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh
-
Faktor yang Mempengaruhi Intensi Penggunaan Electronic Money .
Penelitian tersebut fokus pada penggunaan e-money, sedangkan dalam
penelitian ini juga akan diteliti sistem pembayaran elektronik lain yaitu
internet banking dan kartu debet/kredit. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Sanofata terdapat 208 responden baik yang sudah maupun belum
pernah menggunakan e-money serta tidak ada informasi mengenai domisili
responden karena penyebaran kuesioner hanya dilakukan secara online dan
tidak ada pertanyaan khusus mengenai domisili responden.
Hasil penelitian Sanofata pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
perceived ease of use, perceived usefulness, information on e-money,
security and privacy dan accesibility berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap intensitas penggunaan uang elektronik.
8
Sebagai dasar penelitian, peneliti menggunakan Technology
Acceptance Model yang diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1989 dan
dikembangkan oleh Pikkarainen, Pikkarainen, Karjaluoto dan Pahnila pada
tahun 2004. TAM menjadi model yang banyak digunakan dalam berbagai
penelitian untuk memprediksi tingkat penerimaan dan perilaku pengguna
atas suatu teknologi informasi (Venkatesh & Davis, 2000). Variabel yang
diasumsikan mempengaruhi keberterimaan sistem informasi pada individu
adalah
persepsi
kegunaan
(perceived
usefulness)
kemudahgunaan (perceived ease of use) (Davis, 1989).
dan
persepsi
Faktor lain yang juga dijadikan bahan penelitian adalah awareness
of information dan security and privacy yang juga diuji oleh Pikkarainen,
Pikkarainen, Karjaluoto dan Pahnila pada tahun 2004 dalam jurnal
Consumer Acceptance of Online Banking: An Extension of The Technology
Acceptance Model. Faktor ini digunakan untuk memperkuat argumen
penelitian yang akan menguji intensitas penggunaan sistem pembayaran
elektronik di Yogyakarta.
Penggunaan accesibility sebagai variabel moderasi juga dilakukan
untuk menguji seberapa besar pengaruh accesibility terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi intensitas penggunaan sistem pembayaran elektronik
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampai saat ini, penelitian dengan
menggunakan variabel accesibility sebagai pemoderasi terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi sistem pembayaran elektronik belum ditemukan
oleh peneliti.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
intensitas dalam penggunaan sistem pembayaran elektronik, baik melalui
APMK maupun uang elektronik. Faktor-faktor yang dianalisis adalah
Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness), Persepsi Kemudahgunaan
(Perceived Ease of Use), Kesadaran atas Informasi (Awareness of
Information), Keamanan dan Privasi (Security and Privacy) dengan
Aksesibilitas (Accessibility) sebagai pemoderasi.
9
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka penelitian
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Apakah Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, Awareness of
Information, Security and Privacy memiliki pengaruh positif
terhadap intensitas penggunaan sistem pembayaran elektronik
(Intention to Use Electronic Payment System)?
b. Apakah Accessibility memoderasi secara positif hubungan antara
Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, Awareness of
Information, Security and Privacy terhadap intensitas penggunaan
sistem pembayaran elektronik (Intention to Use Electronic Payment
System)?
1.3. Tujuan Penelitian
Seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya
kebutuhan manusia untuk melakukan digitalisasi, salah satunya dengan less
cash society, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
intensitas
penggunaan
sistem
pembayaran elektronik sebagai metode pembayaran di daerah Yogyakarta.
10
1.4. Kontribusi Penelitian
Sistem pembayaran elektronik memberikan kemudahan dalam
transaksi ekonomi sehingga penerapan sistem pembayaran elektronik
memiliki banyak manfaat bagi stakeholder terkait. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kontribusi sebagai berikut :
1. Pemerintah
Memberikan informasi dan gambaran penggunaan sistem pembayaran
elektronik di daerah Yogyakarta.
2. Penerbit sistem pembayaran elektronik
Sebagai pihak yang menerbitkan sistem pembayaran elektronik, baik
dari lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non-bank,
diharapkan dapat memberikan informasi terhadap pola konsumen dalam
melakukan transaksi elektronik sehingga penelitian ini berguna bagi
pengembagan sistem pembayaran elektronik.
3. Masyarakat
Masyarakat
yang
membaca
penelitian
ini
dapat
mengetahui
perkembangan yang terjadi dalam sistem pembayaran di Indonesia,
terutama informasi mengenai sistem pembayaran elektronik sehingga
masyarakat dapat mengambil sikap lebih lanjut mengenai penerapan
sistem pembayaran elektronik.
11
1.5. Sistematika Penulisan
Bagian utama skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu pendahuluan,
landasan teori dan formulasi hipotesis, metode penelitian, hasil penelitian
dan pembahasan dan penutup.
Bab I : Pendahuluan
Pada bagian ini diuraikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori Dan Formulasi Hipotesis
Pada bagian ini dibahas landasan teori mengenai sistem pembayaran
elektronik dan apa saja yang terkait dengan sistem pembayaran elektronik
serta teori dan data yang mendukung untuk digunakan dalam penelitian ini.
Bab III : Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang identifikasi objek penelitian, penetapan
populasi dan sampel, metode pengumpulan data, teknik analisis data dan
metode pengujian data yang digunakan.
Bab IV : Analisis Dan Pembahasan Hasil Penelitian
Bagian ini membahas hasil penelitian dari data-data yang telah diperoleh
dalam penelitian dengan menggunakan sampel dan alat yang digunakan
dalam penelitian ini.
Bab V : Penutup
Bagian ini merupakan penutup dan berisikan kesimpulan dari penelitian
yang telah dijalankan beserta keterbatasan penelitian dan saran untuk
pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
12
Download