BAB I PENDAHULUAN Psoriasis adalah penyakit yang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Psoriasis adalah penyakit yang secara klinis tidak mengancam jiwa dan tidak
menular tetapi timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh manapun sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.1
Di Indonesia sendiri prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3 persen
(bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia
saat ini berkisar 200 juta, berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk yang menderita
psopriasis yang hanya sebagian kecil saja sudah terdiagnosis dan tertangani secara
medis.1
Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit ini.Beberapa faktor dapat memicu timbulnya psoriasis, yaitu
stress, konsumsi alkohol, merokok, sinar matahari, adanya penyakit sistemik seperti
infeksi streptococcus dan HIV serta faktor endokrin.Pada psoriasis vulgaris terjadi
percepatan proliferasi sel-sel epidermis dibandingkan sel-sel pada kulit normal.
Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over epidermis
normalnya adalah 28-56 hari. Psoriasis juga sering dikatakan sebagai penyakit
kelainan sel imun dimana sel T menjadi aktif, bermigrasi ke dermis dan memicu
pelepasan sitokin (TNF-α, pada umumnya) menyebabkan terjadinya inflamasi dan
produksi sel kulit yang cepat.2
Lesi psoriasis vulgaris berupa plak eritematous, berbatas tegas, simetris,
kering, tebal dengan ukuran yang beragam serta dilapisi oleh skuama tebal berlapislapis dan berwarna putih seperti mika.Plak eritematous yang tebal menandakan
adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan
inflamasi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kata psoriasis berasal dari bahasa Yunani “psora” yang berarti
gatal.Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya auto imun, bersifat kronik dan
residif, ditandai dengan adanya bercak eritema berbatas tegas dengan skuama
kasar, berlapis lapis dan transparan disertai fenomen tetesan lilin, autspitz dan
kobner.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Kasus psoriasis sering dijumpai secara universal di berbagai belahan
dunia. Prevalensi kasus psoriasis pada berbagai populasi bervariasi dari 0,1%
hingga 11,8% berdasarkan laporan yang dipublikasikan. Di Amerika Serikat
prevalensinya berkisar dari 2,2% sampai 2,6% dengan hampir 150.000 kasus
baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Pada bangsa berkulit hitam misalnya di
Afrika jarang dilaporkan demikian pula bangsa Indian di Amerika. Sementara
insiden psoriasis di Asia hanya 0,4%.2
Laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama untuk
terjadinya psoriasis vulgaris. Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan awal
penyakit psoriasis puncaknya terjadi pada onset usia 22 tahun pada pria dan 16
tahun pada wanita.3
Di Indonesia sendiri prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3 persen
(bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia
saat ini berkisar 200 juta, berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk yang menderita
psopriasis yang hanya sebagian kecil saja sudah terdiagnosis dan tertangani
secara medis.1
2.3 ETIOPATOGENESIS
Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik berperan dalam
penyakit ini.Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis risiko mendapatkan
psoriasis 12%, sedangkan jika salah satu orang tuanya menderita psoriasis maka
resikonya mencapai 34-39%.1
Psoriasis juga sering dikatakan sebagai penyakit kelainan sel imun
dimana sel T menjadi aktif, bermigrasi ke dermis dan memicu pelepasan sitokin
(TNF-α, pada umumnya) menyebabkan proliferasi keratinosit, angiogenesis dan
2
terjadinya kemotaksis dari sel-sel radang dalam dermis dan epidermis.4Sel
langerhans juga berperan pada imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya
proliferasi epidermis di awali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen
maupun endogen oleh sel Langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis
(turn over time) lebih cepat, hanya 3-4 hari sedangkan pada kulit normal
lamanya 28 hari.4,5
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis, diantaranya stress psikis,
infeksi, trauma, endokrin, gangguan metabolik, obat (glukokortikoid sistemik,
lithium, obat anti malaria, interferon, dan beta adrenergik blocker), alkohol dan
merokok. Stres psikis merupakan faktor pencetus utama, dan faktor endokrin
rupanya mempengaruhi perjalanan penyakit.6
Psoriasis ditandai dengan adanya hiperproliferasi yang dipicu oleh
aktivitas sel-sel radang.Pada psoriasis terjadi peningkatan mitosis sel epidermis
sehingga terjadi hiperplasia, juga terjadi penebalan dan pelebaran kapiler
sehingga tampak lesi eritematous. Pendarahan terjadi akibat dari rupture kapiler
ketika skuama dikerok.7,8
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Lesi psoriasis vulgaris berupa plak eritematous, berbatas tegas, simetris,
kering, tebal dengan ukuran yang beragam serta dilapisi oleh skuama tebal
berlapis-lapis dan berwarna putih seperti mika.Plak eritematous yang tebal
menandakan
adanya
hiperkeratosis,
parakeratosis,
akantosis,
pelebaran
pembuluh darah dan inflamasi.
Tempat predileksi lesi psoriasis yaitu pada daerah yang cenderung
mengalami trauma yaitu scalp, perbatasan daerah scalp dengan wajah, ekstensor
lengan, kaki, lutut, siku, lumbosakral. Keluhan yang dirasakan adalah
gatalringan dan kadang rasa panas yang membuat pasien merasa tidak
nyaman.Bentuk kelainan bervariasi : lentikuler, numular atau plakat dapat
berkonfluensi.1,2,3
Lesi psoriasis memiliki empat karakteristik yaitu:
1) Bercak-bercak eritem yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Eritema
sirkumskripta dan merata, tetapi pada stadium lanjut sering eritema yang
ditengah menghilang dan hanya terdapat dipingir.
2) Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika dan transparan,
3
3) Pada kulit terdapat eritema mengkilap yang homogen dan terdapat perdarahan
kecil jika skuama dikerok (auspitz sign)
4) Ukuran lesi bervariasi-lentikuler, numuler,plakat.1,2,3
Gambar 1. Tampak plak eritematous psoriasis dengan skuama tebal berlapislapis berwarna putih seperti mika.
Kelainan kuku ditemukan pada 25-50% pasien dengan psoriasis.
Perubahan pada kuku ini 2 kali lebih sering terjadi pada usia lebih dari 40 tahun,
pada pasien dengan psoriasis sedang hingga berat atau pada pasien yang telah
menderita psoriasis lebih dari 50 tahun. Tanda yang paling umum dari psoriasis
kuku ini adalah pittingnail selain itu juga perubahan warna lokal yang spesifik
yaitu bercak berwarna kuning atau coklat disebabkan karena debris seluler di
bawah kuku. Psoriasis pada kuku mengenai matrix, lempeng kuku, dan
hyponychium.1,6
Gambar 2. Kelainan kuku pada psoriasis
Pada psoriasis terdapat fenomena yang khas yaitu :
4
a.
Fenomena tetesan lilin (kaarsvlek fenomena) dimana bila lesi yang berbentuk
skuama dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi putih yang
b.
disebabkan oleh karena perubahan indeks bias.
Auspitz sign ialah bila skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul bintikbintik pendarahan yang disebabkan papilomatosis yaitu papilla dermis yang
memanjang
c.
tetapi
bila kerokan tersebut diteruskan maka akan tampak
pendarahan yang merata.
Fenomena kobner ialah bila kulit penderita psoriasis terkena trauma misalnya
garukan maka akan muncul kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis.1,2,3
Gambar 3.Fenomena koebnerGambar 4. Fenomena Auspitz
Gambar 5. Fenomena tetesan lilin
2.5 BENTUK KLINIS1
a. Psoriasis Vulgaris
5
Psoriasis plak atau dikenal juga sebagai psoriasis vulgaris merupakan
tipe yang paling sering dijumpai, ditemukan sekitar 80-90% dari penderita
psoriasis.3Bentuk yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan
pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak. Predileksi pada
skalp, perbatasan muka, ekstensor dan lumbosakral.
b. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan kurang dari 1 cm. Timbul mendadak dan diseminata
umumnya setelah infeksi Streptococcus saluran nafas atas, influenza, morbili,
setelah infeksi bakteri atau virus.
c. Psoriasis Inversa
Nama lain dari psoriasis fleksura, predileksi pada daerah fleksor.
d. Psoriasis eksudativa
Jenis psoriasis yang jarang ditemukan. Kelainan psoriasis kering dapat
juga berupa eksudatif seperti dermatitis akut.
e. Psoriasis Seboroik
Gabungan antara psoriasis dan seboroik. Skuama kering menjadi agak
berminyak dan agak lunak. Predileksi pada daerah psoriasis yang lazim dapat
juga pada daerah seboroik.
f. Psoriasis Pustulosa
a. Psoriasis Pustulosa Palmo Plantar (Barber)
Bentuk psoriasis pustulosa lokalisata. Predileksi pada telapak tangan,
telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok pustul kecil,
steril dan dalam diatas kulit yang eritem disertai gatal
b. Psoriasis Pustulosa Generalisata Akut (Von Zumbusch)
Penyebabnya karena penghentian kortikosteroid sistemik, penggunaan
penisilin, beta laktam, hidroklorokuin, morfin, salisilat, kodein. Dapat juga
disebabkan karena hipokalsemia, sinar matahari, stress. Kelainan kulit yang
nyeri, hiperalgesia disertai demam, malaise, nausea, anoreksia.
g. Eritroderma Psoriatik
Penyebab karena pemakaian obat yang terlalu kuatatau
penyakitnya sendiri yang meluas. Lesi khas terkadang tidak tampak.
Kelainan kulit berupa eritema dan skuama tebal universal.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran laboratorium penderita psoriasis tidak menunjukkan angka
yang spesifik dan tidak ditemukan pada semua pasien psoriasis.Kelainan
6
terutama terdapat pada pasien pustular generalisata dan psoriasis eritroderma.
Asam urat serum menunjukkan peningkatan sampai 50% dan biasanya
berhubungan dengan luasnya lesi dan aktifitas penyakit serta beresiko
berkembang jadi arthritis gout.1,3,7
Stadium lesi yaitu lesi awal, lesi yang berkembang dan lesi lanjut.Pada
awalnya terjadi perubahan pada permukaan dermis saja berupa dilatasi kapiler
dan edema papilla dermis dan infiltrasi limfosit yang mengelilingi pembuluh
darah. Limfosit akan meluas sampai bagian bawah epidermis yang akhirnya
akan mengalami spongiosis. Lesi psoriasis lanjut ditandai oleh akantosis dengan
pemanjangan rete riges, hilangnya lapisan granular, parakeratosis dengan adanya
netrofil pelebaran pembuluh darah di papilla dermis, mitosis suprabasal,
penipisan suprapapillari plate dan sebukan sel radang ringan terdapat pada
dermis dan atau papilla dermis.9
Gambar 6.Gambaran histologi kulit penderita psoriasis dibandingkan
dengangambaran kulit yang normal
2.7 DIAGNOSIS BANDING
Psoriasis dapat di diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang
diantaranya ada yang juga tergolong dermatosis eritroskuamosa, yaitu :
1. Dermatosis seboroik
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang
berminyak
dan
kekuningan
dan
berlokasi
di
tempat-tempat
yang
seboroik.Psoriasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuama
yang berlapis-lapis berwarna putih seperti mika disertai tanda tetesan lilin dan
Auspitz.Tempat predileksinya juga berbeda. Dermatitis seboroik biasanya pada
alis, sudut nasolabial, telinga, daerah sternum dan fleksor.Sedangkan psoriasis
banyak terdapat pada daerah-daerah ekstensor, yaitu siku, lutut dan scalp.1,3,7
7
Gambar 7.Dermatitis Seboroik pada wajah.
Tampak makula eritema dengan dengan skuama kekuningan.
2. Pitiriasis rosea
Pitiriasis berarti skuama halus.Hal ini berbeda dengan proriasis dimana
skuamanya tebal. Tanda khas pada Pitiriasis rosea yaitu adanya lesi awal berupa
herald patch, umumnya di badan, solitar, berbentuk oval dan anular, diameternya
kira-kira 3 cm. Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi
gambaran yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya
sejajar dengan kosta, hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat
predileksi pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas.1,3,7
(8.1)
(8.2)
Gambar 9. Pitiriasis Rosea.
8.1. gambaran lesi mengikuti garis costa8.2. Herald patch
3. Liken planus
Gejala klinis sangat gatal, umumnya setelah satu atau beberapa minggu
setelah kelainan pertama timbul diikuti oleh penyebaran lesi.Tempat predileksi
yang paling sering yaitu pada pergelangan tangan bagian fleksor atau lengan
bawah.Kelainan yang khas terdiri atas papul yang poligonal, berskuama, datar
dan berkilat.Kadang-kadang ada cekungan di sentral.Garis-garis anyaman
berwarna putih. Terdapat fenomena Kobner.1,3
8
Gambar 9. Liken Planus
2.8 PENATALAKSANAAN
Psoriasis merupakan suatu penyakit dengan penatalaksanaan yang
kompleks.Meskipun penyakit ini tidak dapat disembuhkan, beberapa terapi yang
ada
saat
ini
dapat
meminimalisir
lesi-lesi
kulit
dan
gejala-gejala
lainnya.Sebagian besar penderita tidak pernah mencapai suatu keadaan remisi
yang bebas terapi. Pemilihan terapi untuk psoriasis harus diperhatikan derajat
keparahan penyakit, lokasi psoriasis, tipe psoriasis, riwayat penyakit yang
pernah diderita, gaya hidup, usia dan jenis kelamin, dan obat psoriasis yang
tersedia.10
Faktor pencetus harus tetap dihindari meskipun pasien dalam keadaan
diterapi. Strategi pengobatan psoriasis dapat dibagi menjadi tiga langkah yaitu
langkah pertama adalah terapi topikal (apabila luas permukaan yang terkena
kurang dari 20 persen), langkah kedua adalah fototerapi dan langkah ketiga
adalah obat sistemik (apabila luas lesi melebihi 20 persen luas permukaan
lesi).14,15
9
Gambar 10. Algoritma Diagnosis dan Terapi Psoriasis
1. Topikal
Terapi-terapi topikal yang digunakan untuk penatalaksanaan psoriasis
meliputi preparat ter, kortikosteroid topikal, antralin, calcipotriol, derivate
vitamin D topikal dan analog vitamin A, imunomodulator topikal (takrolimus
dan pimekrolimus), dan keratolitik (seperti asam salisilat). Terapi-terapi tersebut
merupakan pilihan untuk penderita-penderita dengan psoriasis plak yang terbatas
atau menyerang kurang dari 20% luas permukaan tubuh.Terapi topikal
10
digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan agen topikal lainnya atau
dengan fototerapi.1,9
a) Preparat ter
Preparat ter biasanya kurang efektif jika digunakan tunggal. Hasilnya akan
lebih baik jika dikombinasikan dengan terapi sinar ultraviolet. Preparat ter
berfungsi sebagai anti proliferasi dan anti inflamasi.1
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif, sehingga yang
biasa digunakan adalah yang berasal dari kayu atau batubara.Ter dari
batubara lebih efektif dari kayu, tapi kemungkinan dapat juga memberikan
iritasi yang besar. Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan
ter yang berasal dari batubara, dan untuk yang akut biasanya digunakan ter
yang berasal dari kayu.1,9
Folikulitis adalah efek samping utama dari ter batubara. Iritasi dan alergi
jarang terjadi dan meskipun ter batubara telah terbukti menjadi karsinogen
dalam percobaan hewan, karsinoma hanya diprovokasi oleh aplikasi klinis
yang jarang terjadi.9
Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5% dimulai dengan konsentrasi rendah
jika tidak ada perbaikan maka dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan
hasil pengobatan maka daya penetrasinya harus dipertinggi dengan cara
menambahkan asam salisilat 3-5%.3,7
b) Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal yang digunakan dalam bentuk cream, salep dan
lotion.Kortikosteroid kelas I digunakan maksimal selama 2 minggu.Terapi
kortikosteroid
dikenal
sebagai
anti-inflamasi,
anti-proliferatif,
dan
imunosupresif.Obat ini merupakan jenis yang paling banyak dipakai untuk
pengobatan psoriasis ringan atau terbatas. Dalam suatu penelitian terhadap
para spesialis kulit di Amerika Serikat terlihat 85% responden memilihnya
sebagai pilihan pertama. Di Indonesia, kortikosteroid topikal tersedia dalam
bentuk salep, krim, dan solusio.15,17
Pada kulit kepala, muka dan daerah lipatan digunakan krim, dan ditempat
lain digunakan salep. Pada daerah muka, lipatan, dan genitalia eksterna
dipilih potensi sedang misalnya Triamcinolon acetoninide.Jika diberikan
potensi kuat pada mata dapat memberikan efek samping diantaranya
teleangiektasis, sedangkan di lipatan berupa stria attrifikans.Pada batang
11
tubuh dan ekstremitas digunakan salep dengan potensi kuat bergantung pada
lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan maka potensinya harus
dikurangi.1,9
c) Antralin
Antralin merupakan obat lama untuk mengobati psoriasis ringan sampai
sedang. Antralin mempunyai efek anti mitotik dan menghambat beberapa
enzim yang terlibat di dalam proliferasi epidermal.7
Obat ini dikatakan efektif tetapi bersifat iritatif dan kekurangan lainnya
ialah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi 0,1 sampai 1% dengan
kontak singkat (15-30 menit) untuk mencegah iritasi. Digunakan setiap hari
mampu membersihkan lesi psoriasis.Efek samping yang dijumpai adalah
iritasi.Sediaan ini banyak diterima oleh pasien karena pemakaiannya malam
hari.Penyembuhan dalam 3 minggu. Untuk penggunaan 24 jam dapat
digunakan 0,1%, jika tidak terdapat efek samping konsentrasinya dapat
ditingkatkan, setiap3-4 hari, dan maksimum sampai 1%.Antralin digunakan
hanya pada plak yang kronik. Pengobatan psoriasis dengan antralin
memberikan efek yang maksimal ketika dikombinasikan dengan UVB.19
d) Calcipotriol
Calcipotriol merupakan sintetik dari vitamin D, preparatnya berupa salep
atau krim.Calcipotriol merupakan pilihan utama atau kedua dalam
pengobatan psoriasis.Walaupun tidak seefektif kortikosteroid superpoten,
obat ini hanya memiliki sedikit efek samping.Obat ini mampu mengobati
psoriasis ringan sampai sedang.Mekanisme kerja sediaan ini adalah antiproliferasi
keratinosit,
menghambat
proliferasi,
dan
meningkatkan
diferensiasi sel, juga menghambat produksi sitokin yang berasal dari
keratinosit maupun limfosit.Respon terapi terlihat setelah dua minggu
pengobatan, respons maksimal baru terlihat setelah 6-8 minggu.Reaksi
iritasi dapat mengawali keberhasilan terapi, tetapi ada pula yang tetap
teriritasi dalam pemakaian ulangan.Walaupun lesi dapat menghilang
sempurna, tetapi eritema dapat bertahan. Untuk meredakan proses iritasi,
calcipotriol dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid superpoten.1,9
e) Tazaroten
Tazaroten merupakan molekul retinoid asetelinik topikal, efeknya
menghambat proliferasi dan normalisasi dari differensiasi keratinosit dan
12
menghambat inflamasi.Indikasinya diberikan pada psoriasis sedang sampai
berat, dan terutama diberikan pada daerah badan. Tazaroten tersedia dalam
bentuk gel dankrim dengan konsentrasi 0,05%-0,1%. Bila dikombinasikan
dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat maka akan mempercepat
penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya adalah iritasi berupa
gatal dan rasa terbakar, dan eritema pada 30% pada kasus yang bersifat
fotosintesis. Tazaroten digunakan satu kali dalamsehari pada kulit yang
kering, dapat digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan
obat lain seperti steroid topikal pada lokasi plak psoriasis.9
f) Emolien
Terapi topikal apapun yang dipakai, penetrasi akan lebih baik dan terapi
lebih efektif, jika terlebih dahulu skuama psoriasis yang kering dikendurkan
(loosen),
dilunakkan
(soften)
dan
atau
dilepaskan,
yaitu
dengan
menggunakan moisturizer dan emolien.Efek emolien adalah melembutkan
permukaan tubuh selain lipatan, juga pada ekstremitas atas dan
bawah.Biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin, fungsinya
juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan
aktif. Emolien yang lain adalah lanolin dan minyak mineral. Jadi emolien
sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.9
2. Sistemik
a. Kortikosteroid
Sebagai pengontrol psoriasis. Digunakan dosis ekivalen prednison
30mg/hari. Setelah membaik dilakukan tappering off. Penghentian obat
mendadak dapat menimbulkan kekambuhan juga timbul psoriasis pustulosa
generalisata.
b. Metotreksat
Metotrexat adalah antagonis asam folat yang menghambat dihydrofolat
reduktase.Sintesis DNA terhambat setelah pemakaian Metoteksat akibat
penurunan tiamin dan purin.Metotreksat menekan reproduksi sel epidermal,
sebagai anti inflamasi dan immunosupresif sehingga kontraindikasi pada
pasien
dengan
infeksi
sistemik.Metotreksat
biasanya
dipakai
bila
pengobatan topikal dan fototerapi tidak berhasil.Obat ini terbukti merupakan
13
obat yang efektif dibandingkan dengan obat oral lainnya.Metotreksat
berespon baik dalam pengobatan psoriasis arthritis.Obat ini juga diberikan
dalam jangka panjang pada psoriasis berat dan efektif untuk mengontrol
psoriasis pustulosa dan psoriasis eritroderma. Metotreksat mampu menekan
proliferasi limfosit dan produksi sitokin.9
Cara pemberian mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg untuk
mengetahui apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika terjadi
efek yangtidak dikehendaki maka diberikan dosis 3 x 2,5 mg dengan
interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak
tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg – 5 mg per minggu. Cara lain
dengan diberikan i.m 7,5 mg-25 mg dosis tunggal setiap minggu.9
Toksisitas sum-sum tulang belakang merupakan efek samping yang akut,
sebaliknya hepatotoksisitas adalah efek samping jangka panjang.Dengan
demikian metotreksat tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan
hati dan alkoholisme. Sebelum memberikan metotreksat, fungsi hati, ginjal,
dan sistem hematopoetik pasien harus dalam kondisi yang baik.9
c. Levodopa
Pengobatan pada penyakit parkinson yang disertai dengan psoriasis. Dosis
2x250mg – 3x500mg. Efek samping mual, muntah, anoreksia, hipotensi dan
ganggian psikik.
d. Acitretin
Acitretin merupakan bentuk metabolit dari Etretinat. Etretinat disetujui
untuk pengobatan psoriasis tetapi karena keberadaannya dalam jaringan
tubuh persisten, memungkinkan terjadi teratogenitas tetapi acitretin
memiliki waktu paruh yang lebih cepat dibandingkan etretinat.15,17
Dosis optimal penggunaan acitretin pada orang dewasa adalah 25-50
mg/hari.Toksisitas yang dapat timbul pada penggunaan acitretin adalah
hipervitaminosis A. Efek samping yang umum adalah kulit dan membran
mukosa kering, xerofthalmia, dan kerontokan rambut.Acitretin bersifat
teratogen dan dapat menyebabkan kelainan bawaan.Efek samping sistemik
yang sering terjadi adalah kenaikan lipid serum terutama trigliserida.Efek
samping yang juga mungkin muncul adalah osteoporosis, kalsifikasi
ligamen, dan hiperostosis skeletal. Pemakaian obat dengan pemantauan
yang teliti dapat mengurangi efek samping.9
14
e. Siklosporin
Siklosporin merupakan pengobatan yang sangat efektif pada penyakit
psoriasis.Obat ini menghambat calcineurin fosfatase dan transkripsi IL-2
pada sel T, juga menghambat presentasi antigen oleh sel Langerhans dan
degranulasi sel mast yang dimana hal itu berkontribusi pada patogenesis
terjadinya psoriasis.Siklosporin dalam bentukmikroemulsi lebih baik diserap
oleh lambung daripada jenis sebelumnya. Dosis rendah 2,5 mg/kgBB/hari
dipakai sebagai terapi awal dengan dosis maksimum 4 mg/kgBB/hari.15
Hipertensi dan disfungsi ginjal adalah efek samping yang harus diperhatikan
dalam penggunaan silosporin.Efek samping ini merupakan akibat dari
berkurangnya aliran darah ke ginjal dan efek toxic pada sel-sel ginjal.
Perubahan anatomik yang dapat terjadi antara lain fibrosis intestinal, atrofi
tubular, arteriolpati. Biasa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi
siklosporin jangka panjang ( ± 1 tahun).6
Efek samping umum yang mungkin
muncul
adalah
intoleransi
gastrointestinal yang bermanifestasi diare, mual, muntah, nyeri abdominal
dan penekanan sumsum tulang.Siklosporin sangat efektif untuk segala
bentuk psoriasis tetapi dengan mempertimbangkan berbagai efek samping
dan kurangnya pengalaman, obat ini jarang dipakai oleh dermatologis.
Bersifat nerotoksik dan hepatotoksik.6
3. Fototerapi
Sinar ultravioet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan
penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika
berlebihan maka akan memperparah psoriasis. Karena itu, digunakan sinar
ultraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar
tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan
psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersamasama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara
Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus ketika psoriasis tidak berespon
terhadap terapi yang lain.6,9
15
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek
sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgBB secara oral 2 jam sebelum penyinaran
ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali
pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap
2 bulan.Efek samping overdosis dari fototerapiberupa mual, muntah, pusing
dan sakit kepala. Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamosa) yang
dianggap sebagai resiko PUVA masih kontroversial.9
Gambar 11. Terapi penyinaran ultraviolet
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi dari psoriasis antara lain :3
1. Dapat menyerang sendi menimbulkan arthritis psoriasis
2. Jika menyerang telapak kaki dan tangan serta ujung jari disebut psoriasis
pustul tipe barber. Namun jika pustul timbul pada daerah psoriasis dan juga
kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas atau rasa terbakar
disebut Zumbusch.
3. Psoriasis eritroderma jika lesi psoriasis terdapat di seluruh tubuh dengan
skuama yang halus disertai gejala konstitusi berupa malaise
2.10
PROGNOSIS
Prognosis baik jika mendapat terapi yang efektif namun angka
kekambuhan dan perbaikan spontan tidak dapat diduga sebelumnya. Jarang
dilaporkan kematian karena kasus ini, tetapi biasanya angka kesakitan pasien
akan meningkat akibat seringnya kekambuhan dari penyakit.2,3
16
17
BAB III
KESIMPULAN
Psoriasis merupakan dermatosis yang sering dijumpai, bersifat kronik
residif.Kasus psoriasis sering djumpai secara universal di berbagai belahan dunia.Di
Indonesia sendiri secara prevalensi jumlah penderita psoriasis mencapai 1-3 persen
(bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia.Sampai sekarang etiopatogenesis
psoriasis belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan ada dua komponen
patogenesis psoriasis, yaitu infiltrasi sel-sel radang di dermis dan hyperplasia epidermis.
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya stres psikis, infeksi lokal,
trauma, endokrin, gangguan metabolik, obat, alkohol, dan merokok.Lesi kulit yang
pertama kali timbul biasanya pada tempat yang mudah terkena trauma seperti pada siku,
lutut, sakrum, kepala, dan genitalia berupa makula eritematous yang berbentuk bulat,
tertutup skuama tebal.Skuama ini selalu menunjukkan gambaran menebal yang konstan
dan perlekatannya kendor. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan
Kobner (isomorfik).
Pengobatan psoriasis terbagi tiga, terdiri dari pengobatan topikal, sistemik dan
fototerapi.Prognosis psoriasis adalah baik.Meskipun tidak dapat disembuhkan, tetapi
dapat dikontrol dengan pengobatan yang rutin dan teratur.Meskipun psoriasis tidak
menyebabkan kematian, tetapi bersifat residif.Sehingga diperlukan pemberian edukasi
kepada penderita tentang bagaimana psoriasis itu dan bagaimana menghindari faktor
pencetus yang memungkinkan terjadinya psoriasis.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa .Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
ed. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta : FK-UI. 2007. Hal. 189196.
2. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In : Feedberg IM et al, Editors. Psoriasis
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 5th Edition. Volume 1. New York :
The McGraw-Hill Companies; 2008. p. 169-193.
3. Griffiths C Camp R, Barker J. Psoriasis. In: Burns T, Breathnach S, Cox N,
Editors. Rook’s Textbook Of Dermatology. 7 th Edition. Volume 1-4. USA:
Blackwell Publishing. Massachusetts; 2004. p. 20.1-60.
4. Nestle FO, Kaplan DH, Barker J. Mechanism of Disease Psoriasis. N Eng J Med.
Inggris: Massachusetts medical society. 2009; 361. 496-509.
5. Krueger JG, Bowcock A. Psoriasis Pathophysiologi : Current concept of
pathogenesis. Ann Rheum Dis 2005; 64: ii30-ii36.
6. Kerkhof P, Schalkwijk J. Psoriasis. In : Bolognia JL, Rapini RP, eds. Dermatology.
2ndEdition. Vol. 1. Phiadelphia : Mosby; 2003. p. 125-40.
7. James WD, Berger TG, Elder JT. Psoriasis. Andrew’s Desease of The skin,
Clinical Dermatology. 10 ed. New York: Sauders Elsevier; 2006. p.193-201.
8. Jariwala SP. The Role of Dendritic Cells In the Imunopathogenesis Psoriasis. Arch
Dermatol Res 2007; 229 : 359-64.
9. Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological Pharmacology. In : Hardman JG,
Limbird LE, Eds. The Pharmacological Basis of Therapeutics. 10 thEdition. New
York : The McGraw-Hill Companies. 2006. p. 1804-9.
10. Vakirlis E, Kantanis A, Ioannides D. Calcipotriol/bethamethason Dipropionate in
the Treatment of Psoriasis Vulgaris. The Clin Risk Manag 2008 ; 4: 141-148
19
Download