BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang
dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012–2014.
Populasi awal diperoleh 57 perusahaan, namun setelah diseleksi berdasarkan
kriteria yang ditetapkan maka diperoleh sample akhir sebanyak 19
perusahaan.Maka observasi yang dilakukan yaitu selama 3 tahun dikali
dengan 19 perusahaan sehingga jumlah observasi yang diperoleh sebanyak 57
observasi. Penentuan sample menggunakan metode purposive sampling
dengan kriteria yang ditentukan dalam BAB III.
B. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskriptif
suatu data. Analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum,
mean dan standar devisiasi suatu data. Diketahui jumlah sample (N) adalah 57
data perusahaan, variabel yang diteliti adalah Komisaris Independen,
Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Sales Growth, Pengungkapan
Corporate Social Responsibility dan Tax Avoidance.
Pengujian statistik deskriptif pada penelitian dapat dilihat pada tabel
4.1 memberikan deskripsi variabel-variabel secara statistik di penelitian ini.
Minimum adalah nilai terkecil suatu rangkaian pengamatan, maksimum adalah
nilai terbesar dalam suatu rangkaian pengamatan. Sedangkan mean
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
adalah nilai rata-rata pada rangkaian pengamatan atau merupakan pembagian nilai
seluruh data dengan jumlah data yang diamati. Standar deviasi merupakan akar
dari jumlah kuadrat dari nilai selisih data dengan nilai rata-rata dibagi dengan
banyaknya data. Hasil statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CETR
57
.06
.49
.2528
.05515
INDP
57
.25
.75
.3807
.08302
INST
57
32.93
98.18
76.1453
16.98618
ROA
57
.00
.77
.1484
.13940
SG
57
-.30
14.02
.9263
2.84342
CSR
57
.02
.21
.0664
.04550
Valid N (listwise)
57
Sumber : Data yang sudah diolah
Berdasarkan hasil perhitunagan pada tabel 4.1 menunjukkan statistik
deskriptif variabel yang digunakan dalam penelitian dengan jumlah data
setiap vaiabel adalah 57 sebagai berikut :
1. Tax Avoidance memiliki nilai rata-rata sebesar 0.2528 yang
menunjukan bahwa rata-rata semua perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki nilai tax avoidance sebesar 25.28%.
Nilai minimum dimiliki oleh PT. Akasha Wira International Tbk
pada tahun 2013 yang memiliki nilai Tax Avoidance sebesar 0,06.
Nilai maksimum dimiliki oleh PT. Martina Berto Tbk pada tahun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
2014 dengan nilai 0,49 yang menunjukan bahwa pembayaran
pajaknya adalah sebesar 49% dari total laba sebelum pajak. Standar
deviasi untuk variabel Tax Avoidance adalah 0,05515.
2. Komisaris Independen memiliki nilai rata-rata sebesar 0.3807.
Nilai minimum dimiliki oleh Guang Garam Tbk sebesar 0.25. NIlai
maksimum dimiliki oleh Tempo Scan Pasific Tbk sebesar 0.75.
Standar deviasi untuk variabel komisaris independen sebesar
0.08302.
3. Kepemilikan Institusional memiliki peranan penting dalam
meminimalisasi
konflik
keagenan
antara
manajer
dengan
pemegang saham. Hal ini disebabkan investor institusional
dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif
dalam pengambilan keputusan. Maka nilai minimum dari variabel
Kepemilikan Institusional adalah 0.32 dari perusahaan PT. Mayora
Indah
Tbk dari tahun 2012 sampai tahun 2014 dan nilai
maksimum dari variabel Kepemilikan Institusional adalah 0.98 dari
perusahaan Handjaya Mandala Sampoerna Tbk selama tahun 2012
sampai 2014 serta nilai rata rata sebesar 76.1453 dan nilai standar
devisiasi 16.98618.
4. Profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam suatu perusahaan
dapat diukur dengan menghubungkan antara laba yang diperoleh
dengan kekayaan atau asset yang dimiliki perusahaan dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
melihat hasil dari nilai minimum dari variabel Profitabilitas 0.00
dari perusahaan PT. Martina Berto Tbk pada tahun 2014 dan nilai
maksimum 0.77 pada perusahaan PT. Akasha Wira International
Tbk pada tahun 2012 serta nilai rata rata 0.1484 dan nilai standar
devisiasi 0.13940.
5. Sales Growth memiliki nilai rata-rata sebesar 0.9263 yang
menunjukan bahwa rata-rata semua perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki nilai sales growth sebesar 92.63%.
Perusahaan yang memiliki sales growth terkecil adalah Merk
Indonesia Tbk, yaitu sebesar - 0.30 atau sebesar - 30% pada tahun
2013. Sedangkan sales growth terbesar dimiliki oleh Kalbe Farma
Tbk sebesar 0.14 atau sebesar 14% pada tahun 2014.. dengan
standar deviasi sebesar 2.84342.
6. Corporate Social Responsibility memiliki nilai rata-rata sebesra
0.0664 dengan nilai minimum dimiliki oleh perusahaan Kedawung
Setia Industrial Tbk yaitu sebesar 0.02. Nilai maksimum dimiliki
oleh perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dengan nilai
sebesar 021. Dengan nilai standar deviasi sebesar 0.04550
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Normalitas
Dalam penelitian ini pengujian asumsi klasik yang pertama
dilakukan adalah pengujian normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk
dapat menguji apakah sebuah model regresi penelitian, baik variabel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
dependen dan variabel lainnya mempunyai distribusi data yang normal
atau tidak. Pada sebuah model regresi yang baik adalah model penelitian
yang memiliki data yang terdistribusi dengan normal atau mendekati
normal. Uji normalitas ini menggunakan analisa grafik dan dengan normal
probability plot.
Uji normalitas dapat di deteksi dengan uji kolmogorov–
Smirnov.Pengambilan keputusan untuk menentukan data terdistribusi
normal atau tidak adalah sebagai berikut :
a. Nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0.05 maka terdistribusi normal
b. Nilai Asimp. Sig (2-tailed) < 0.05 maka data tidak terdistribusi normal
Hasil uji normalitas data yang diperoleh sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Sumber : Data yang sudah diolah
Hasil uji dengan grafik histogram di atas menunjukkan pola
terdistribusi normal dimana dapat terlihat gambar grafik menunjukkan
keseimbangan penyebaran data disebelah kiri dan kanan histogram,
sehingga bagian tengah histogram berada pada keseimbangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Gambar 4.2
Grafik Normal P-P Plot
Sumber : Data yang sudah diolah
Hasil uji normalitas berdasarkan grafik di atas menunjukkan pola
distribusi normal. Dapat dilihat dari grafik titik-titik menyebar mendekati
garis diagonal. Sehingga model regresi yang digunakan dalam penelitian
ini layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil ini diperkuat dengan
malakukan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Hasil uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.2 dibawah
ini menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1.059 dan tingkat
probabilitas signifikan 0.212. Karena nilai P (Asymp. Sig) lebih besar dari
tingkat signifikan 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual pada
model regresi ini terdistribusi secara normal. Dengan kata lain model
regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.
Tabel 4.2
Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
57
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
.0000000
.04881145
Absolute
.140
Positive
.140
Negative
-.140
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.059
.212
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data yang sudah diolah
2. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Untuk
mengetahui apakah terjadi multikolonieritas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
menunjukan setiap variabel independen dijelaskan variabel independen
lainnya. Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolonieritas adalah
apabila nilai tolerance diatas 0.10 dan VIF dibawah 10.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
.303
.047
INDP
-.115
.084
INST
7.532E-005
ROA
SG
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
6.395
.000
-.173
-1.369
.177
.964
1.037
.000
.023
.168
.867
.805
1.242
-.163
.054
-.413
-3.013
.004
.818
1.222
-.002
.003
-.094
-.717
.477
.901
1.109
.204
.154
.168
1.323
.192
.950
1.053
1
CSR
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Data yang sudah diolah
Hasil uji multikolonieritas yang disajikan pada tabel 4.3 diatas
menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai toleransi diatas 0.10
dan dengan nilai VIF dibawah 10. Maka bisa disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolonieritas antar variabel dalam model regresi ini.
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.3 dibawah ini adalah grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED yang menunjukkan pola penyebaran data. Terlihat bahwa
titik-titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbuh Y. Hal ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada data yang
digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Smber : Data yang sudah diolah
4. Hasil Uji Autokorelasi
Hasil analisis Durbin-Watson (DW) dapat digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam suatu regresi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Tabel 4.4
Hasil Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
a
.466
.217
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.140
Durbin-Watson
.05115
1.316
a. Predictors: (Constant), CSR, INST, INDP, SG, ROA
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Data yang sudah diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diihat bahwa nilai DurbinWatson adalah sebesar 1.316. Nilai ini berada diantara -2 sampai 2 yang
berarti tidak terdapat autokorelasi atau bebas dari autokorelasi.
D. Hasil Uji Hipotesis
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh keampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0
< R < 1).Semakin besar koefisien determinasinya maka semakin
besar variasi variabel independennya mempengaruhi variabel
dependennya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefosien Determinasi
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.466a
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.217
.140
.05115
a. Predictors: (Constant), CSR, INST, INDP, SG, ROA
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Data yang sudah diolah
Tabel diatas memberikan nilai koefisien korelasi sebesar
0.05115. Koefisien determinasi sebesar 0.140 atau sebesar 14%
.Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh
komisaris independen, kepemilikan institusional, profitabilitas,
sales growth, dan pengungkapan CSR terhadap tax avoidance
sebesar 14%. Sedangkan sisanya 86% merupakan faktor faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2. Hasil Uji Simutan (Uji – F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua
variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh
secara simultan terhadap variabel terikat atau dependen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Tabel 4.6
Hasil Uji Simultan (Uji – F)
ANOVAa
Model
Sum of
df
Mean Square
F
Sig.
Squares
Regression
.037
5
.007
Residual
.133
51
.003
Total
.170
56
2.823
.025b
a. Dependent Variable: CETR
b. Predictors: (Constant), CSR, INST, INDP, SG, ROA
Sumber : Data yang sudah diolah
Dari pengujian regresi pada tabel 4.6 diperoleh F hitung
2.823 dengan probabilitas sebesar 0,025. Karena probabilitas lebih
kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Komisaris
Independen
(INDP),
Kepemilikan
Institusional
(INST),
Profitabiltas (ROA), Sales Growth (SG)) Pengungkapan Corporate
Social Responsibility secara bersama-sama (simultan) dapat
berpengaruh terhadap Tax Avoidance secara signifikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)
Tabel 4.7
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
.303
.047
INDP
-.115
.084
INST
7.532E-005
ROA
SG
Beta
6.395
.000
-.173
-1.369
.177
.000
.023
.168
.867
-.163
.054
-.413
-3.013
.004
-.002
.003
-.094
-.717
.477
CSR
.204
a. Dependent Variable: CETR
.154
.168
1.323
.192
Sumber : Data yang sudah diolah
Berdasarkan hasil pengujian dalam tabel diatas dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a.
Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Hasil pengujian terhadap variabel INDP memiliki nilai t sebesar 1.369 dan tingkat signifikan sebesar 0.177 yaitu lebih besar dari nilai
probabilitas 0.05 (0.177 > 0.05) sehingga pengujian hipotesis pertama
gagal menolak H0. Dapat disimpulkan bahwa INDP tidak berpengaruh
signifikan terhadap Tax Avoidance.
b.
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance
Hasil pengujian terhadap variabel INST memiliki nilai t sebesar
0.168 dan tingkat signifikan sebesar 0.867 yaitu lebih besar dari nilai
probabilitas 0.05 (0.867 > 0.05) sehingga pengujian hipotesis kedua
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
gagal menolak H0. Dapat disimpulkan bahwa INST tidak berpengaruh
signifikan terhadap Tax Avoidance.
c.
Pengaruh ROA terhadap Tax Avoidance
Hasil pengujian terhadap variabel ROA memiliki nilai t sebesar 3.013 dan tingkat signifikan sebesar 0.004 yaitu lebih kecil dari nilai
probabilitas 0.05 (0.004 > 0.05) sehingga pengujian hipotesis ketiga
berhasil menolak H0.Dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh
signifikan terhadap Tax Avoidance.
d.
Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance
Hasil pengujian terhadap variabel Sales sGrowth memiliki nilai t
sebesar - 0.717 dan tingkat signifikan sebesar 0.477 yaitu lebih besar
dari nilai probabilitas 0.05 (0.477 > 0.05) sehingga pengujian hipotesis
keempat gagal menolak H0. Dapat disimpulkan bahwa Sales Growth
tidak berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance.
e. Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Tax Avoidance
Hasil pengujian terhadap variabel Pengungkapan CSR memiliki
nilai t sebesar 1.323 dan tingakat signifikan 0.192 yaitu lebih besar
dari nilai probabilitas 0.05 (0.192 > 0.05) sehingga pengujian hipotesis
kelima gagal menolak H0. Dapat disimpulkan bahwa Pengungkapan
Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap
Tax Avoidance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil pengujian analisis linier regresi berganda dapat dilihat pada
tabel berikut ini
Tabel 4.8
Hasil Uji Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
Beta
.303
.047
INDP
-.115
.084
-.173
INST
7.532E-005
.000
.023
ROA
-.163
.054
-.413
SG
-.002
.003
-.094
CSR
.204
a. Dependent Variable: CETR
.154
.168
1
Sumber : Data yang sudah diolah
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat diperoleh persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut :
CETR = -0.115 (INDP) + 7.532E-0.005 (INST) - 0.163 (ROA) –
0.002 (SG) + 0.204 (CSR)
Dari hasil regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1. Konstanta a = sebesar 0.303 artinya jika Komisaris Independen
(X1) Kepemilikan Institusi (X2), Profitabilitas (X3), Sales
Growth (X4), Pengungkapan Corporate Social Responsibility
(X5) dianggap konstans maka nilai Tax Avoidance mengalami
kenaikan sebesar 0.303.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
a. Koefisien regresi INDP (X1) sebesar - 0.115. Hal ini
menunjukan setiap peningkatan 1 persen dari Komisaris
Independen akan menyebabkan penurunan Tax Avoidance yang
diterima sebesar nilai Koefisienya dan sebaliknya.
b. Koefisien regresi INST (X2) sebesar 7.532E-005. Hal ini
menunjukan setiap peningkatan 1 persen dari Kepemilikan
Institusionl akan menyebabkan penurunan Tax Avoidance yang
diterima sebesar nilai Koefisienya dan sebaliknya.
c. Koefisien regresi ROA (X3) sebesar - 0.163. Hal ini
menunjukan setiap peningkatan 1 persen dari ROA akan
menyebabkan
penurunan
Tax
Avoidance
sebesar
nilai
koefisiennya
d. Koefisien regresi SG (X4) sebesar - 0.002. Hal ini menunjukan
setiap peningkatan 1 persen dari Sales Growth akan
menyebabkan
penurunan
Tax
Avoidance
sebesar
nilai
koefisiennya.
e. Koefisien regresi CSR (X5) sebesar 0.204. Hal ini menunjukan
setiap peningkatan 1 persen dari Pengungkapan Corporate
Social Responsibility akan menyebabkan kenaikan Tax
Avoidance sebesar nilai koefisiennya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah
komisaris independen berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil dari
regresi menunjukkan nilai t sebesar 1.369 dan tingkat signifikan sebesar
0.177 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas sebesar 0.05 (0.177 > 0.05).
Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 ditolak. Dapat disimpulkan
bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance.
Hal ini memberikan bukti bahwa selama periode pengamatan ada
kecenderungan semakin besar rasio komisaris independen maka tidak
mempengaruhi tindakan penghindaran terhadap pajak yang terjadi di suatu
perusahaan. Nilai rata-rata proporsi komisaris independen yang dimiliki
perusahaan sampel sebesar 38,07%. Hal ini mengindikasikan perusahaan
telah mematuhi perundang-undangan Perseroan Terbatas No 40 Tahun
2007 dan peraturan BAPEPAM No.IX.1.5 tahun 2004 dan peraturan BEJ
No 1 A Tahun 2004, yang menyatakan bahwa perusahaan yang sahamnya
tercatat di BEI sekurang-kurangnya memiliki 30% Dewan Komisaris
Independen dari seluruh jajaran anggota Dewan Komisaris.
Menurut Agusti (2014) Pengaruh komisaris independen terhadap
penghindaran pajak perusahaan dapat dijelaskan semakin banyak jumlah
komisaris independen maka semakin besar pengaruhnya untuk melakukan
pengawasan kinerja manajemen. Maka tindakan atau indikasi untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
melakukan tax avoidance juga akan menurun, tetapi pengawasan internal
secara langsung cukup sulit mempengaruhi penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan, ini dikarenakan komisaris independen hanya bisa
mengawasi kinerja manajemen yang mengambil keputusan tetaplah
manajemen itu sendiri, wewenang komisaris independen tidak bisa secara
langsung
mengurangi
keinginan
manajemen
untuk
melakukan
penghindaran pajak atau tax avoidance.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Kuniarsih dan Sari (2013) yang menyatakan bahwa corporate governance
yang diproksikan dengan komposisi dewan komisaris independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitan Annisa dan
Kurniasih (2012). Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Fenny, (2014) yang menyatakan komisaris independen
berpengaruh terhadap tax avoidance.
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance
Hipotesis 2 (H2) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil dari
regresi menunjukkan memiliki nilai t sebesar 0.168 dan tingkat signifikan
sebesar 0.867 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 (0.867 > 0.05).
Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2 ditolak. Dapat disimpulkan
bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Hal ini diduga terjadi karena dengan memiliki saham perusahaan
dalam jumlah yang besar, investor institusional memiliki insentif yang
kuat dalam memastikan bahwa keputusan yang akan diambil oleh pihak
manajemen akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan mereka.
Hal ini semakin mendorong pihak manajemen untuk melakukan tindakan
tax avoidance guna mendapatkan laba yang besar.
Seharusnya hal ini dapat memaksa manajemen untuk menghindari
perilaku mementingkan diri sendiri, tapi pemilik institusional ini juga
memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen membuat
keputusan yang dapat memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
institusional, karena terkonsentrasinya struktur kepemilikan belum mampu
memberikan kontrol yang baik terhadap tindakan manajemen atas sikap
opportunitiesnya dalam melakukan manajemen laba (Isnanta, 2008 dalam
Nuralfimida, 2012).
Jasen dan Meckling (1976) dalam Nuralfimida (2012) memaparkan
bahwa hasil temuan penelitian ini menjadi tidak mendukung agency
theory, karena berdasarkan agency theory diprediksi terjadi pemisahan
dengan fungsi pengelolaan, tetapi hasil penemuan menunjukkan peranan
pendiri perusahaan sangat dominan dalam menentukan kebijakan
perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelian yang dilakukan oleh
kurniasih dan Sari (2013) serta Annisa dan Kurniasih (2012) yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance.
3. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Tax Avoidance
Hipotesis 3 (H3) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah
ROA berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil dari regresi menunjukkan
memiliki nilai t sebesar 3.013 dan tingkat signifikan sebesar 0.004 yaitu
lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 (0.004 > 0.05). Dari hasil ini
menunjukkan bahwa hipotesis 3 diterima. Dapat disimpulkan bahwa
profitabiltas berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Pengaruh ROA positif terhadap penghindaran pajak dikarenakan
perusahaan sampel mampu mengelola asetnya dengan baik sehingga
memperoleh keuntungan dari insentif pajak dan kelonggaran pajak lainnya
sehingga perusahaan tersebut terlihat melakukan penghindaran pajak.
Undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat 1b menjelaskan bahwa
penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta tetap berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tetap tidak berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dapat digunakan
sebagai pengurang laba kena pajak perusahaan.
ROA dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba berdasarkan aset yang dimiliki.Semakin besar
ROA, maka semakin besar juga laba yang diperoleh perusahaan. Adanya
teori agensi akan memacu para agent untuk meningkatkan laba
perusahaan. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka jumlah pajak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba perusahaan.
Agent dalam teori agensi akan berusaha mengelola beban pajaknya agar
tidak mengurangi kompensasi kinerja agent sebagai akibat dari
berkurangnya laba perusahaan oleh beban pajak. Oleh karena itu agent
akan memaksimalkan pengelolaan aset internal yang dimilikinya agar
mendapatkan kompensasi kinerja dari principal dan insentif yang dapat
mengurangi beban pajak (I Gede dan Sukartha, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelian yang dilakukan oleh
kurniasih dan Sari (2013) dan I Gede dan Sukartha (2014) yang
menyatakan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Namun hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Maharani dan
Suardana (2014) dan Bambang (2014) yang menyatakan profitabilitas
yang mengalami peningkatan, maka penghindaran pajak akan mengalami
penurunan. Profitabilitas adalah faktor penting untuk pengenaan pajak
penghasilan bagi perusahaan, karena profitabilitas merupakan indikator
perusahaan dalam pencapaian laba perusahaan.
4. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance
Hipotesis 4 (H4) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah
sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil dari regresi
menunjukkan memiliki nilai t sebesar 0.717 dan tingkat signifikan sebesar
0.477 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 (0.477 > 0.05). Dari
hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 4 ditolak. Dapat disimpulkan
bahwa sales growth tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya pertumbuhan
penjualan maka semakin meningkat pula PPN masukan sehingga
walaupun peningkatan penjualan mengurangi pajak penghasilan tetapi
justru akan meningkatkan PPN masukan yang juga harus dibayar oleh
perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Calvin dan Sukartha (2015) yang menyatakan bahwa sales growth tidak
berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Namun hasil ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian Budiman dan Setiyono (2012) yang
menjelaskan bahwa sales growth berpengaruh signifikan pada CETR yang
merupakan indikator dari adanya aktivitas tax avoidance
5. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Tax
Avoidance
Hipotesis 5 (H5) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah
pengungkapan corporate social responsibility (CSR) berpengaruh
terhadap tax avoidance. Hasil dari regresi menunjukkan memiliki nilai t
sebesar 1.323 dan tingakat signifikan 0.192 yaitu lebih besar dari nilai
probabilitas 0.05 (0.192 > 0.05). Dari hasil ini menunjukkan bahwa
hipotesis 5 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa pengungkapan corporate
social responsibility (CSR)
tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance.
Perusahaan dengan agresivitas pajak akan mengungkapkan CSR
yang lebih luas sehingga memiliki ETR yang lebih rendah. Hal ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
disebakan karena semakin efisien sebuah perusahaan maka perusahaan
akan membayar pajak lebih sedikit sehingga tarif pajak efektif juga lebih
kecil. (I Dewa Ayu Intan Pradnyadari, 2015).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan I
Dewa
Ayu
Intan
Pradnyadari (2015)
yang
menyatakan
bahwa
pengungkapan corporate social responsibility (CSR) tidak berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak. Namun hasil ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian
Poppy dkk (2014) yang menjelaskan bahwa
Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan
pada CETR yang merupakan indikator dari adanya aktivitas tax avoidanc
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download