BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012–2014. Populasi awal diperoleh 57 perusahaan, namun setelah diseleksi berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka diperoleh sample akhir sebanyak 19 perusahaan.Maka observasi yang dilakukan yaitu selama 3 tahun dikali dengan 19 perusahaan sehingga jumlah observasi yang diperoleh sebanyak 57 observasi. Penentuan sample menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yang ditentukan dalam BAB III. B. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskriptif suatu data. Analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean dan standar devisiasi suatu data. Diketahui jumlah sample (N) adalah 57 data perusahaan, variabel yang diteliti adalah Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Sales Growth, Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Tax Avoidance. Pengujian statistik deskriptif pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 memberikan deskripsi variabel-variabel secara statistik di penelitian ini. Minimum adalah nilai terkecil suatu rangkaian pengamatan, maksimum adalah nilai terbesar dalam suatu rangkaian pengamatan. Sedangkan mean 42 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 adalah nilai rata-rata pada rangkaian pengamatan atau merupakan pembagian nilai seluruh data dengan jumlah data yang diamati. Standar deviasi merupakan akar dari jumlah kuadrat dari nilai selisih data dengan nilai rata-rata dibagi dengan banyaknya data. Hasil statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CETR 57 .06 .49 .2528 .05515 INDP 57 .25 .75 .3807 .08302 INST 57 32.93 98.18 76.1453 16.98618 ROA 57 .00 .77 .1484 .13940 SG 57 -.30 14.02 .9263 2.84342 CSR 57 .02 .21 .0664 .04550 Valid N (listwise) 57 Sumber : Data yang sudah diolah Berdasarkan hasil perhitunagan pada tabel 4.1 menunjukkan statistik deskriptif variabel yang digunakan dalam penelitian dengan jumlah data setiap vaiabel adalah 57 sebagai berikut : 1. Tax Avoidance memiliki nilai rata-rata sebesar 0.2528 yang menunjukan bahwa rata-rata semua perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tax avoidance sebesar 25.28%. Nilai minimum dimiliki oleh PT. Akasha Wira International Tbk pada tahun 2013 yang memiliki nilai Tax Avoidance sebesar 0,06. Nilai maksimum dimiliki oleh PT. Martina Berto Tbk pada tahun http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 2014 dengan nilai 0,49 yang menunjukan bahwa pembayaran pajaknya adalah sebesar 49% dari total laba sebelum pajak. Standar deviasi untuk variabel Tax Avoidance adalah 0,05515. 2. Komisaris Independen memiliki nilai rata-rata sebesar 0.3807. Nilai minimum dimiliki oleh Guang Garam Tbk sebesar 0.25. NIlai maksimum dimiliki oleh Tempo Scan Pasific Tbk sebesar 0.75. Standar deviasi untuk variabel komisaris independen sebesar 0.08302. 3. Kepemilikan Institusional memiliki peranan penting dalam meminimalisasi konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Hal ini disebabkan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam pengambilan keputusan. Maka nilai minimum dari variabel Kepemilikan Institusional adalah 0.32 dari perusahaan PT. Mayora Indah Tbk dari tahun 2012 sampai tahun 2014 dan nilai maksimum dari variabel Kepemilikan Institusional adalah 0.98 dari perusahaan Handjaya Mandala Sampoerna Tbk selama tahun 2012 sampai 2014 serta nilai rata rata sebesar 76.1453 dan nilai standar devisiasi 16.98618. 4. Profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara laba yang diperoleh dengan kekayaan atau asset yang dimiliki perusahaan dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 melihat hasil dari nilai minimum dari variabel Profitabilitas 0.00 dari perusahaan PT. Martina Berto Tbk pada tahun 2014 dan nilai maksimum 0.77 pada perusahaan PT. Akasha Wira International Tbk pada tahun 2012 serta nilai rata rata 0.1484 dan nilai standar devisiasi 0.13940. 5. Sales Growth memiliki nilai rata-rata sebesar 0.9263 yang menunjukan bahwa rata-rata semua perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai sales growth sebesar 92.63%. Perusahaan yang memiliki sales growth terkecil adalah Merk Indonesia Tbk, yaitu sebesar - 0.30 atau sebesar - 30% pada tahun 2013. Sedangkan sales growth terbesar dimiliki oleh Kalbe Farma Tbk sebesar 0.14 atau sebesar 14% pada tahun 2014.. dengan standar deviasi sebesar 2.84342. 6. Corporate Social Responsibility memiliki nilai rata-rata sebesra 0.0664 dengan nilai minimum dimiliki oleh perusahaan Kedawung Setia Industrial Tbk yaitu sebesar 0.02. Nilai maksimum dimiliki oleh perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dengan nilai sebesar 021. Dengan nilai standar deviasi sebesar 0.04550 C. Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas Dalam penelitian ini pengujian asumsi klasik yang pertama dilakukan adalah pengujian normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk dapat menguji apakah sebuah model regresi penelitian, baik variabel http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 dependen dan variabel lainnya mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Pada sebuah model regresi yang baik adalah model penelitian yang memiliki data yang terdistribusi dengan normal atau mendekati normal. Uji normalitas ini menggunakan analisa grafik dan dengan normal probability plot. Uji normalitas dapat di deteksi dengan uji kolmogorov– Smirnov.Pengambilan keputusan untuk menentukan data terdistribusi normal atau tidak adalah sebagai berikut : a. Nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0.05 maka terdistribusi normal b. Nilai Asimp. Sig (2-tailed) < 0.05 maka data tidak terdistribusi normal Hasil uji normalitas data yang diperoleh sebagai berikut : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 Gambar 4.1 Grafik Histogram Sumber : Data yang sudah diolah Hasil uji dengan grafik histogram di atas menunjukkan pola terdistribusi normal dimana dapat terlihat gambar grafik menunjukkan keseimbangan penyebaran data disebelah kiri dan kanan histogram, sehingga bagian tengah histogram berada pada keseimbangan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot Sumber : Data yang sudah diolah Hasil uji normalitas berdasarkan grafik di atas menunjukkan pola distribusi normal. Dapat dilihat dari grafik titik-titik menyebar mendekati garis diagonal. Sehingga model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil ini diperkuat dengan malakukan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 Hasil uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.2 dibawah ini menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1.059 dan tingkat probabilitas signifikan 0.212. Karena nilai P (Asymp. Sig) lebih besar dari tingkat signifikan 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual pada model regresi ini terdistribusi secara normal. Dengan kata lain model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas. Tabel 4.2 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 57 Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation .0000000 .04881145 Absolute .140 Positive .140 Negative -.140 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 1.059 .212 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data yang sudah diolah 2. Hasil Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 menunjukan setiap variabel independen dijelaskan variabel independen lainnya. Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolonieritas adalah apabila nilai tolerance diatas 0.10 dan VIF dibawah 10. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B (Constant) Std. Error .303 .047 INDP -.115 .084 INST 7.532E-005 ROA SG t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF 6.395 .000 -.173 -1.369 .177 .964 1.037 .000 .023 .168 .867 .805 1.242 -.163 .054 -.413 -3.013 .004 .818 1.222 -.002 .003 -.094 -.717 .477 .901 1.109 .204 .154 .168 1.323 .192 .950 1.053 1 CSR a. Dependent Variable: CETR Sumber : Data yang sudah diolah Hasil uji multikolonieritas yang disajikan pada tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai toleransi diatas 0.10 dan dengan nilai VIF dibawah 10. Maka bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel dalam model regresi ini. 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Gambar 4.3 dibawah ini adalah grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED yang menunjukkan pola penyebaran data. Terlihat bahwa titik-titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbuh Y. Hal ini http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada data yang digunakan dalam penelitian ini. Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Smber : Data yang sudah diolah 4. Hasil Uji Autokorelasi Hasil analisis Durbin-Watson (DW) dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam suatu regresi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin Watson Model Summaryb Model 1 R R Square a .466 .217 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .140 Durbin-Watson .05115 1.316 a. Predictors: (Constant), CSR, INST, INDP, SG, ROA b. Dependent Variable: CETR Sumber : Data yang sudah diolah Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diihat bahwa nilai DurbinWatson adalah sebesar 1.316. Nilai ini berada diantara -2 sampai 2 yang berarti tidak terdapat autokorelasi atau bebas dari autokorelasi. D. Hasil Uji Hipotesis 1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh keampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0 < R < 1).Semakin besar koefisien determinasinya maka semakin besar variasi variabel independennya mempengaruhi variabel dependennya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 Tabel 4.5 Hasil Uji Koefosien Determinasi Model Summaryb Model 1 R R Square .466a Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .217 .140 .05115 a. Predictors: (Constant), CSR, INST, INDP, SG, ROA b. Dependent Variable: CETR Sumber : Data yang sudah diolah Tabel diatas memberikan nilai koefisien korelasi sebesar 0.05115. Koefisien determinasi sebesar 0.140 atau sebesar 14% .Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh komisaris independen, kepemilikan institusional, profitabilitas, sales growth, dan pengungkapan CSR terhadap tax avoidance sebesar 14%. Sedangkan sisanya 86% merupakan faktor faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 2. Hasil Uji Simutan (Uji – F) Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat atau dependen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 Tabel 4.6 Hasil Uji Simultan (Uji – F) ANOVAa Model Sum of df Mean Square F Sig. Squares Regression .037 5 .007 Residual .133 51 .003 Total .170 56 2.823 .025b a. Dependent Variable: CETR b. Predictors: (Constant), CSR, INST, INDP, SG, ROA Sumber : Data yang sudah diolah Dari pengujian regresi pada tabel 4.6 diperoleh F hitung 2.823 dengan probabilitas sebesar 0,025. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Komisaris Independen (INDP), Kepemilikan Institusional (INST), Profitabiltas (ROA), Sales Growth (SG)) Pengungkapan Corporate Social Responsibility secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap Tax Avoidance secara signifikan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 55 3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T) Tabel 4.7 Hasil Uji T Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Coefficients B (Constant) Std. Error .303 .047 INDP -.115 .084 INST 7.532E-005 ROA SG Beta 6.395 .000 -.173 -1.369 .177 .000 .023 .168 .867 -.163 .054 -.413 -3.013 .004 -.002 .003 -.094 -.717 .477 CSR .204 a. Dependent Variable: CETR .154 .168 1.323 .192 Sumber : Data yang sudah diolah Berdasarkan hasil pengujian dalam tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance Hasil pengujian terhadap variabel INDP memiliki nilai t sebesar 1.369 dan tingkat signifikan sebesar 0.177 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 (0.177 > 0.05) sehingga pengujian hipotesis pertama gagal menolak H0. Dapat disimpulkan bahwa INDP tidak berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance. b. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance Hasil pengujian terhadap variabel INST memiliki nilai t sebesar 0.168 dan tingkat signifikan sebesar 0.867 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 (0.867 > 0.05) sehingga pengujian hipotesis kedua http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 gagal menolak H0. Dapat disimpulkan bahwa INST tidak berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance. c. Pengaruh ROA terhadap Tax Avoidance Hasil pengujian terhadap variabel ROA memiliki nilai t sebesar 3.013 dan tingkat signifikan sebesar 0.004 yaitu lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 (0.004 > 0.05) sehingga pengujian hipotesis ketiga berhasil menolak H0.Dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance. d. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance Hasil pengujian terhadap variabel Sales sGrowth memiliki nilai t sebesar - 0.717 dan tingkat signifikan sebesar 0.477 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 (0.477 > 0.05) sehingga pengujian hipotesis keempat gagal menolak H0. Dapat disimpulkan bahwa Sales Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance. e. Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Tax Avoidance Hasil pengujian terhadap variabel Pengungkapan CSR memiliki nilai t sebesar 1.323 dan tingakat signifikan 0.192 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 (0.192 > 0.05) sehingga pengujian hipotesis kelima gagal menolak H0. Dapat disimpulkan bahwa Pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 57 4. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil pengujian analisis linier regresi berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.8 Hasil Uji Analisis Regresi Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B (Constant) Std. Error Beta .303 .047 INDP -.115 .084 -.173 INST 7.532E-005 .000 .023 ROA -.163 .054 -.413 SG -.002 .003 -.094 CSR .204 a. Dependent Variable: CETR .154 .168 1 Sumber : Data yang sudah diolah Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : CETR = -0.115 (INDP) + 7.532E-0.005 (INST) - 0.163 (ROA) – 0.002 (SG) + 0.204 (CSR) Dari hasil regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Konstanta a = sebesar 0.303 artinya jika Komisaris Independen (X1) Kepemilikan Institusi (X2), Profitabilitas (X3), Sales Growth (X4), Pengungkapan Corporate Social Responsibility (X5) dianggap konstans maka nilai Tax Avoidance mengalami kenaikan sebesar 0.303. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 58 a. Koefisien regresi INDP (X1) sebesar - 0.115. Hal ini menunjukan setiap peningkatan 1 persen dari Komisaris Independen akan menyebabkan penurunan Tax Avoidance yang diterima sebesar nilai Koefisienya dan sebaliknya. b. Koefisien regresi INST (X2) sebesar 7.532E-005. Hal ini menunjukan setiap peningkatan 1 persen dari Kepemilikan Institusionl akan menyebabkan penurunan Tax Avoidance yang diterima sebesar nilai Koefisienya dan sebaliknya. c. Koefisien regresi ROA (X3) sebesar - 0.163. Hal ini menunjukan setiap peningkatan 1 persen dari ROA akan menyebabkan penurunan Tax Avoidance sebesar nilai koefisiennya d. Koefisien regresi SG (X4) sebesar - 0.002. Hal ini menunjukan setiap peningkatan 1 persen dari Sales Growth akan menyebabkan penurunan Tax Avoidance sebesar nilai koefisiennya. e. Koefisien regresi CSR (X5) sebesar 0.204. Hal ini menunjukan setiap peningkatan 1 persen dari Pengungkapan Corporate Social Responsibility akan menyebabkan kenaikan Tax Avoidance sebesar nilai koefisiennya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 59 E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance Hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah komisaris independen berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil dari regresi menunjukkan nilai t sebesar 1.369 dan tingkat signifikan sebesar 0.177 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas sebesar 0.05 (0.177 > 0.05). Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini memberikan bukti bahwa selama periode pengamatan ada kecenderungan semakin besar rasio komisaris independen maka tidak mempengaruhi tindakan penghindaran terhadap pajak yang terjadi di suatu perusahaan. Nilai rata-rata proporsi komisaris independen yang dimiliki perusahaan sampel sebesar 38,07%. Hal ini mengindikasikan perusahaan telah mematuhi perundang-undangan Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 dan peraturan BAPEPAM No.IX.1.5 tahun 2004 dan peraturan BEJ No 1 A Tahun 2004, yang menyatakan bahwa perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI sekurang-kurangnya memiliki 30% Dewan Komisaris Independen dari seluruh jajaran anggota Dewan Komisaris. Menurut Agusti (2014) Pengaruh komisaris independen terhadap penghindaran pajak perusahaan dapat dijelaskan semakin banyak jumlah komisaris independen maka semakin besar pengaruhnya untuk melakukan pengawasan kinerja manajemen. Maka tindakan atau indikasi untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 60 melakukan tax avoidance juga akan menurun, tetapi pengawasan internal secara langsung cukup sulit mempengaruhi penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan, ini dikarenakan komisaris independen hanya bisa mengawasi kinerja manajemen yang mengambil keputusan tetaplah manajemen itu sendiri, wewenang komisaris independen tidak bisa secara langsung mengurangi keinginan manajemen untuk melakukan penghindaran pajak atau tax avoidance. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Kuniarsih dan Sari (2013) yang menyatakan bahwa corporate governance yang diproksikan dengan komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitan Annisa dan Kurniasih (2012). Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fenny, (2014) yang menyatakan komisaris independen berpengaruh terhadap tax avoidance. 2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance Hipotesis 2 (H2) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil dari regresi menunjukkan memiliki nilai t sebesar 0.168 dan tingkat signifikan sebesar 0.867 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 (0.867 > 0.05). Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 61 Hal ini diduga terjadi karena dengan memiliki saham perusahaan dalam jumlah yang besar, investor institusional memiliki insentif yang kuat dalam memastikan bahwa keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan mereka. Hal ini semakin mendorong pihak manajemen untuk melakukan tindakan tax avoidance guna mendapatkan laba yang besar. Seharusnya hal ini dapat memaksa manajemen untuk menghindari perilaku mementingkan diri sendiri, tapi pemilik institusional ini juga memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen membuat keputusan yang dapat memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham institusional, karena terkonsentrasinya struktur kepemilikan belum mampu memberikan kontrol yang baik terhadap tindakan manajemen atas sikap opportunitiesnya dalam melakukan manajemen laba (Isnanta, 2008 dalam Nuralfimida, 2012). Jasen dan Meckling (1976) dalam Nuralfimida (2012) memaparkan bahwa hasil temuan penelitian ini menjadi tidak mendukung agency theory, karena berdasarkan agency theory diprediksi terjadi pemisahan dengan fungsi pengelolaan, tetapi hasil penemuan menunjukkan peranan pendiri perusahaan sangat dominan dalam menentukan kebijakan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelian yang dilakukan oleh kurniasih dan Sari (2013) serta Annisa dan Kurniasih (2012) yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 62 menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. 3. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Tax Avoidance Hipotesis 3 (H3) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah ROA berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil dari regresi menunjukkan memiliki nilai t sebesar 3.013 dan tingkat signifikan sebesar 0.004 yaitu lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 (0.004 > 0.05). Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 3 diterima. Dapat disimpulkan bahwa profitabiltas berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Pengaruh ROA positif terhadap penghindaran pajak dikarenakan perusahaan sampel mampu mengelola asetnya dengan baik sehingga memperoleh keuntungan dari insentif pajak dan kelonggaran pajak lainnya sehingga perusahaan tersebut terlihat melakukan penghindaran pajak. Undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat 1b menjelaskan bahwa penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta tetap berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tetap tidak berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dapat digunakan sebagai pengurang laba kena pajak perusahaan. ROA dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan aset yang dimiliki.Semakin besar ROA, maka semakin besar juga laba yang diperoleh perusahaan. Adanya teori agensi akan memacu para agent untuk meningkatkan laba perusahaan. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka jumlah pajak http://digilib.mercubuana.ac.id/ 63 penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba perusahaan. Agent dalam teori agensi akan berusaha mengelola beban pajaknya agar tidak mengurangi kompensasi kinerja agent sebagai akibat dari berkurangnya laba perusahaan oleh beban pajak. Oleh karena itu agent akan memaksimalkan pengelolaan aset internal yang dimilikinya agar mendapatkan kompensasi kinerja dari principal dan insentif yang dapat mengurangi beban pajak (I Gede dan Sukartha, 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelian yang dilakukan oleh kurniasih dan Sari (2013) dan I Gede dan Sukartha (2014) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Namun hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Maharani dan Suardana (2014) dan Bambang (2014) yang menyatakan profitabilitas yang mengalami peningkatan, maka penghindaran pajak akan mengalami penurunan. Profitabilitas adalah faktor penting untuk pengenaan pajak penghasilan bagi perusahaan, karena profitabilitas merupakan indikator perusahaan dalam pencapaian laba perusahaan. 4. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance Hipotesis 4 (H4) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil dari regresi menunjukkan memiliki nilai t sebesar 0.717 dan tingkat signifikan sebesar 0.477 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 (0.477 > 0.05). Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 4 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa sales growth tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 64 Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya pertumbuhan penjualan maka semakin meningkat pula PPN masukan sehingga walaupun peningkatan penjualan mengurangi pajak penghasilan tetapi justru akan meningkatkan PPN masukan yang juga harus dibayar oleh perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Calvin dan Sukartha (2015) yang menyatakan bahwa sales growth tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Namun hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Budiman dan Setiyono (2012) yang menjelaskan bahwa sales growth berpengaruh signifikan pada CETR yang merupakan indikator dari adanya aktivitas tax avoidance 5. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Tax Avoidance Hipotesis 5 (H5) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah pengungkapan corporate social responsibility (CSR) berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil dari regresi menunjukkan memiliki nilai t sebesar 1.323 dan tingakat signifikan 0.192 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 (0.192 > 0.05). Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 5 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa pengungkapan corporate social responsibility (CSR) tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Perusahaan dengan agresivitas pajak akan mengungkapkan CSR yang lebih luas sehingga memiliki ETR yang lebih rendah. Hal ini http://digilib.mercubuana.ac.id/ 65 disebakan karena semakin efisien sebuah perusahaan maka perusahaan akan membayar pajak lebih sedikit sehingga tarif pajak efektif juga lebih kecil. (I Dewa Ayu Intan Pradnyadari, 2015). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan I Dewa Ayu Intan Pradnyadari (2015) yang menyatakan bahwa pengungkapan corporate social responsibility (CSR) tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Namun hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Poppy dkk (2014) yang menjelaskan bahwa Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan pada CETR yang merupakan indikator dari adanya aktivitas tax avoidanc http://digilib.mercubuana.ac.id/