- Free Documents

advertisement
Perkembangan Pemikiran Hak Asasi Manusia Karel Vasak , seorang ahli hukum dari
Perancis, membantu kita untuk
memahami dengan lebih baik perkembangan sub stansi hakhak yang terkandung dalam
konsep hak asasi manusia. Vasak menggunakan istilah generasi untuk menunjuk pada
substansi dan ruang lingkup hakhak yang diprioritaskan pada satu kurun waktu tertentu.
hukum dari Perancis itu membuat kategori generasi Perancis yang terkenal itu, yaitu
kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.
Ahli Menurut
berdasarkan slogan Revolusi
Vasak, masingmasing kata dari slogan itu, sedikit banyak mencerminkan perkembangan dari
kategorikategori atau generasigenerasi hak yang berbeda. Penggunaan istilah generasi
dalam melihat perkembangan hak asasi manusia memang bisa menyesatkan. Tetapi model
Vasak tentu saja tidak dimaksudkan sebagai representasi dari kehidupan yang riil, model ini
tak lebih dari sekedar suatu ekspresi dari suatu perkembangan yang sangat rumit. a
Generasi Pertama Hak Asasi Manusia
Karel Vasak, A Year Struggle The Sustained Efforts to Give Force of Law to the Universal
Declaration of Human Rights, Unesco Courier , November, , hlm. .
Bagaimana persisnya generasigenerasi hak
yang dimaksud oleh Vasak Di bawah ini garisgaris besarnya dielaborasi lebih lanjut.
Kebebasan atau hakhak generasi pertama sering dirujuk untuk mewakili hak hak sipil dan
politik, yakni hakhak asasi manusia yang klasik. Hakhak ini muncul dari tuntutan untuk
melepaskan diri dari kungkungan kekuasaan absolutisme negara dan kekuatankekuatan
sosial lainnya sebagaimana yang muncul dalam revolusi hak yang bergelora di Amerika
Serikat dan Perancis pada abad ke dan ke.
Karena itulah
hakhak generasi pertama itu dikatakan sebagai hakhak klasik . Hakhak tersebut pada
hakikatnya hendak melindungi kehidupan pribadi manusia atau menghormati otonomi setiap
orang atas dirinya sendiri kedaulatan individu. Termasuk dalam generasi pertama ini adalah
hak hidup, keutuhan jasmani, hak kebebasan bergerak, hak suaka dari penindasan,
perlindungan terhadap hak milik, kebebasan berpikir, beragama dan berkeyakinan,
kebebasan untuk berkumpul dan menyatakan pikiran, hak bebas dari penahanan dan
penangkapan sewenangwenang, hak bebas dari penyiksaan, hak bebas dari hukum yang
berlaku surut, dan hak mendapatkan proses peradilan yang adil. Hakhak generasi pertama
itu sering pula disebut sebagai tangan terhadap hakhak dan kebebasan individual. hakhak
negatif.
Artinya tidak terkait dengan nilainilai buruk, melainkan merujuk pada tiadanya campur
Hakhak ini menjamin suatu ruang Hakkebebasan di mana individu sendirilah yang berhak
menentukan dirinya sendiri.
hak generasi pertama ini dengan demikian menuntut ketiadaan intervensi oleh pihak pihak
luar baik negara maupun kekuatankekuatan sosial lainnya terhadap kedaulatan individu.
Dengan kata lain, pemenuhan hakhak yang dikelompokkan dalam generasi pertama ini
sangat tergantung pada absen atau minusnya tindakan negara terhadap hak hak tersebut.
Jadi negara tidak boleh berperan aktif positif terhadapnya, karena akan mengakibatkan
pelanggaran terhadap hakhak dan kebebasan tersebut. membedakannya dengan hakhak
generasi kedua, konstitusi mereka. b Generasi Kedua Hak Asasi Manusia Persamaan atau
hakhak generasi kedua hak ekonomi, sosial dan budaya.
Inilah yang
yang sebaliknya justru menuntut
peran aktif negara. Hampir semua negara telah memasukkan hakhak ini ke dalam
diwakili oleh perlindungan bagi hak
Hakhak ini muncul dari tuntutan agar negara aktif, agar
menyediakan pemenuhan terhadap kebutuhan dasar setiap orang, mulai dari makan sampai
pada kesehatan. Negara dengan demikian dituntut bertindak lebih
hakhak tersebut dapat terpenuhi atau tersedia. dirumuskan dalam bahasa yang positif
Karena itu hakhak generasi kedua ini
hak atas right to , bukan dalam bahasa adalah hak atas pekerjaan dan
negatif bebas dari freedom from . Inilah yang membedakannya dengan hakhak generasi
pertama. Termasuk dalam generasi kedua ini upah yang layak, hak atas jaminan sosial, hak
atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pangan, hak atas perumahan, hak atas
tanah, hak atas lingkungan yang sehat, dan hak atas perlindungan hasil karya ilmiah,
kesusasteraan, dan kesenian. Hakhak generasi kedua pada dasarnya adalah tuntutan akan
persamaan sosial. Hakhak ini sering pula dikatakan sebagai hakhak positif. Yang dimaksud
dengan positif di sini adalah bahwa pemenuhan hakhak tersebut sangat membutuhkan
peran aktif negara. Keterlibatan negara di sini harus menunjukkan tanda plus positif, tidak
boleh menunjukkan tanda minus negatif. Jadi untuk memenuhi hakhak yang Contohnya,
untuk dikelompokkan ke dalam generasi kedua ini, negara diwajibkan untuk menyusun dan
menjalankan programprogram bagi pemenuhan hakhak tersebut. memenuhi hak atas
pekerjaan bagi setiap orang, negara harus membuat kebijakan ekonomi yang dapat
membuka lapangan kerja. Sering pula hakhak generasi kedua ini diasosiasikan dengan
paham sosialis, atau sering pula dianggap sebagai hak derivatif yang karena itu dianggap
bukan hak yang riil.
Namun demikian, sejumlah negara
seperti Jerman dan Meksiko telah memasukkan hakhak ini dalam konstitusi mereka. c
Generasi Ketiga Hak Asasi Manusia Persaudaraan atau hakhak generasi ketiga solidaritas
atau hak bersama.
diwakili oleh tuntutan atas hak Melalui tuntutan
Hakhak ini muncul dari tuntutan gigih negaranegara
berkembang atau Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang adil.
atas hak solidaritas itu, negaranegara berkembang menginginkan terciptanya suatu tatanan
ekonomi dan hukum internasional yang kondusif bagi terjaminnya hakhak
Lihat tulisantulisan yang disunting oleh Krzysztof, Catarina Krause amp Allan Rosas eds,
Sosial Rights as Human Rights A European Challenge , Abo Academi University Institute for
Human Rights, Abo, .
Lihat kritik yang keras dari Maurice Cranston dalam bukunya,
What are Human Rights , op. cit.
Lihat pula tulisan Karel Vasak khusus tentang isu ini, For the Third Generation of Human
Rights The Rights of Solidarity , Inaugural Lecture, Tenth Study Session of the International
Institute of Human Rights, July .
berikut i hak atas pembangunan ii hak atas perdamaian iii hak atas sumber daya sendiri iv
hak atas lingkungan hidup yang baik dan v hak atas warisan sendiri. Inilah isi generasi ketiga
hak asasi manusia itu. kedua generasi hak asasi manusia terdahulu.
alam budaya
Hakhak generasi ketiga ini berkaitan dengan
sebetulnya hanya mengkonseptualisasi kembali tuntutantuntutan nilai
Di antara hakhak generasi ketiga yang sangat diperjuangkan oleh negaranegara
berkembang itu, terdapat beberapa hak yang di mata negaranegara Barat agak
kontroversial. Hakhak itu dianggap kurang pas dirumuskan sebagai hak asasi. Klaim
memuaskan Bagaimana atas hakhak tersebut sebagai hak baru dianggap sahih apabila
terjawab dengan bertanggungjawab melaksanakannya , individu , kelompok atau melahirkan
keraguan dan optimisme di kalangan para ahli ketika itu. Tetapi dari tuntutannya jelas bahwa
memang bisa disebut sebagai hak akan bukan sekedar tanggungjawab suatu negara.
negara
pertanyaanpertanyaan berikut siapa pemegang hak tersebut , individu atau negara siapa
yang mekanisme pelaksanaannya Pembahasan terhadap pertanyaan pertanyaan mendasar
ini telah dalam menyambut hakhak generasi pelaksanaan hakhak semacam itu jika
bergantung pada kerjasama internasional, dan
Contoh Perlindungan HAM dalam KUHAP.
BAB VI TERSANGKA DAN TERDAKWA Pasal Tersangka berhak segera mendapat
pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum.
Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh penuntut umum.
Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan. Pasal Untuk rnempersiapkan pembelaan a.
tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya
tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai,
b. terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya
tentang apa yang didakwakan kepadanya Pasal Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan
dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas
kepada penyidik atau hakim. Pasal Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan
pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru
bahasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal . Dalam hal tersangka atau terdakwa bisu dan
atau tuli diberlakukan ketentuan sebagainiana dimaksud dalam Pasal . Pasal Guna
kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari
seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat
pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan dalam undangundang ini. Pasal Untuk
mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal , tersangka atau terdakwa berhak
memiih sendiri penasihat hukumnya. Pasal Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka
atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman
pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam
dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri,
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk penasihat hukum bagi mereka. Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk
bertindak sebagaimana dimaksud dalam ayat , memberikan bantuannya dengan cumacuma.
Pasal Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi penasihat
hukumnya sesuai dengan ketentuan undangundang ini. Tersangka atau terdakwa yang
berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan berbicara
dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya. Pasal Tersangka atau
terdakwa yang dikenakan penahanan berhak meng hubungi dan menerima kunjungan dokter
pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan proses
perkara maupun tidak.
Pasal Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan tentang
penahanan atas dirinya oleh pejabat yang berwenang pada semua tingkat pemeriksaan
dalam proses peradilan, kepada keluarganya atau orang lain yang serumah dengan
tersangka atau terdakwa ataupun orang lain yang bantuannya dibutuhkan oleh tersangka
atau terdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya.
Pasal Tersangka atau terdakw berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak
yang mempunyai hubungn kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka atau terdakwa guna
mendapatkan jaminan bagi penangguhan penahanan ataupun untuk usaha mendapatkan
bantuan hukum. Pasal Tersangka atau terdakwa berhak secara Iangsung atau dengan
perantaraan penasihat hukumnya menghubungi dan menerima kunjungan sanak
keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya dengan perkara tersangka atau
terdakwa untuk kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan kekeluargaan. Pasal
Tersangka atau terdakwa berhak mengirim surat kepada penasihat hukumnya, dan
menerima surat dari penasihat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali yang diperlukan
olehnya, untuk keperluan itu bagi tersangka atau terdakwa disediakan alat tulis menulis.
Surat menyurat antara tersangka atau terdakwa dengan penasihat hukumnya atau sanak
keluarganya tidak diperiksa oleh penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah
tahanan negara kecuali jika terdapat cukup alasan untuk diduga bahwa surat menyurat itu
disalahgunakan. Dalam hal surat untuk tersangka atau terdakwa ditilik atau diperiksa oleh
penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara, hal itu diberitahukan
kepada tersangka atau terdakwa dan surat tersebut dikirim kembali kepada pengirimnya
setelah dibubuhi cap yang berbunyi quottelah ditilikquot. Pasal Tersangka atau terdakwa
berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniwan. Pasal Terdakwa berhak
untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum. Pasal Tersangka atau terdakwa
berhak untuk mengusahakan diri mengajukan saksi dan atau seseorang yang memiliki
keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.
Pasal Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian. Pasal Terdakwa atau
penuntut umum berhak untuk minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama
kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut
masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat.
Pasal Tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi
sebagaimana diatur dalam Pasal .
Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia Perkembangan pemikiran mengenai HAM di
Indonesia tebagi dalam dua periode yaitu periode sebelum kemerdekaan dan periode
setelah kemerdekaan sekarang. Periode sebelum kemerdekaan Pemikiran HAM pada
periode melalui organisasi pergerakan pada masa tersebut. Dalam konteks pemikiran HAM,
para pemimpin Boedi Oetomo telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan
mengeluarkan pendapat melalui petisipetisi yang ditujukan kepada pemerintah kolonial
dalam tulisan yang dimuat dalam Goeroe Desa. Selain itu, Boedi Oetomo telah pula
memperlihatkan kepeduliannya tentang konsep perwakilan rakyat. Langkah tersebut diambil
sebagai bentuk kewajiban mempertahankan negeri di bawah pemerintahan kolonial.
Selanjutnya, pemikira HAM pada Perhimpunan Indonesia banyak dipengaruhi tokoh
organisasinya seperti Moh. Hatta, Nazir, Pamontjak, Ahmad Soebardjo, A.A Maramis, dan
lainlain.
Pemikiran itu lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri the right of
selfdetermination. Selanjutnya, Sarekat Islam merupakan organisasi kaum santri yang
dimotori oleh H. Agus Salim dan Abdul Muis. Konsep HAM yang dikemukakan oleh
organisasi ini menekankan pada usahausaha untuk memperoleh penghidupan yang layak
dan bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial. Selanjutnya, Partai Komunis Indonesia
yang merupakan partai yang berlandaskan pada Marxisme. Dari segi pemikiran HAM partai
ini lebih condong pada hakhak yang bersifat sosial dan menyentuh isuisu yang berkenaan
dengan alatalat produksi. Organisasi yang juga konsen terhadap HAM ada pada Indische
Partij yang memiliki konsep pemikiran HAM paling yakni hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama. Bahkan, Douwes Dekker
menyatakan bahwa kemerdekaan itu harus direbut. Kemudian Partai Nasional Indonesia
yang dalam konteks pemikiran HAM mengedepankan hak untuk memperoleh kemerdekaan
the right of self determination. Adapun pemikiran HAM dalam organisasi Pendidikan
Nasional Indonesia yang didirikan oleh Moh. Hatta setelah Partai Nasional Indonesia
dibubarkan dan merupakan wadah perjuangan yang menerapkan taktik non kooperatif
melalui program pendidikan politik, ekonomi dan sosial. Pemikiran HAM sebelum Indonesia
merdeka juga terjadi dalam perdebatan pada sidang Badan Penyelidik Usahausaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di stau pihak
dengan Moh. Hatta dan Moh. Yamin pada pihak lin. Perdebatan HAM yang terjadi dalam
berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat,
hak berkumpul, hak mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Periode setelah
kemerdekaan sekarang
a Periode Pemikiran HAM pada awal kemerdekaan masih menekankan pada hak untuk
merdeka self detemination, hak kebebasan berserikat, melalui organisasi politik yang
didirikan serta hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. b
Periode Pada periode Indonesia melaksanakan sistem pemerintahan Demokrasi
Parlementer pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode ini mengalami pasang dan
menikmati bulan madu nya kebebasan. Indikatornya antara lain Pertama, semakin banyak
tumbuh partai politik dengan beragam idiologinya masingmasing. Kedua, kebebasan pers
sebagai salah satu pilar demokrasi betulbetul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan
umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair dan
demokratis. Keempat, parlemen atau dewan perwakilan rakyat sebagai representasi dari
kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakilwakil rakyat dengan
melakukan kontrol/pengawasan yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana
dan pemikiran tentang HAM memperoleh iklim yang kondusif, sejalan dengan tumbuhnya
sistem kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan. c Periode Pada periode ini sistem
pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin sebagai reaksi penolakan
Soekarno terhadapsistem demokrasi parlementer. Pada sistem ini kekuasaan terpusat pada
tangan presiden. Akibatnya Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran
suprastruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur politik. Dalam perspektif pemikiran
HAM, telah terjadi pengekangan hak asasi masyarakat terutama hak sipil dan hak politik.
Dengan kata lain telah terjadi restriksi atau pembatasan yang ketat oleh kekuasaan,
sehingga mengalami kemunduran set back sebagai sesuatu yang berbanding terbalik
dengan situasi pada masa Demokrasi Parlementer. d Periode Terjadi peralihan
pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, setelah sebelumnya didahului dengan adanya
pemberontakan GS/PKI pada tanggal September yang diikuti dengan situasi chaos yang
terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pergantian tampuk pimpinan nasional ini diikuti
oleh suasana pengharapan yang tinggi akan munculnya supremasi hukum dan
penghormatan terhadap HAM di Indonesia, sehingga pada masa awal periode ini diadakan
berbagai seminar tentang HAM. Dalam kenyataannya, harapan itu tidak juga terwujud,
malah pada sekitar awal tahun an sampai dengan akhir an persoalan HAM di Indonesia
mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati, tidak dilindungi bahkan tidak
ditegakkan karena pemikiran elite penguasa pada masa itu menganggap bahwa HAM
merupakan produk Barat dan bersifat individualis, serta bertentangan dengan paham
kekeluargaan yang dianut oleh bangsa Indonesia, meskipun begitu bukan berarti usaha
untuk menegakkan HAM menjadi stagnan tapi pada periode ini masyarakat yang dimotori
oleh LSM Lembaga Swadaya Masyarakat dan masyarakat akademis melakukan berbagai
upaya melalui pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran HAM
yang terjadi seperti kasus Tanjung Priok, kasus Kedung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus
di Irian Jaya, dan sebagainya. Upaya dari masyarakat tersebut mulai memperoleh hasil saat
menjelang periode an karena pemerintah telah mulai menindaklanjuti terhadap penegakan
HAM. Salah satu sikap akomodatif dari pemerintah dalam memenuhi
tuntutan penegakan HAM yakni dengan dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
KOMNAS HAM pada tanggal Juni berdasarkan KEPRES No. tahun . e Periode sekarang
Pergantian rezim pemerintahan membawa dampak yang sangat penting bagi pemajuan dan
perlindungan HAM di Indonesia. Pada periode ini dilakukan pengkajian ulang terhadap
beberapa kebijakan pemerintah orde baru yang berlawanan dengan pemajuan dan
perlindungan HAM. Demikian pula kajian terhadap instrumeninstrumen internasional HAM
ditingkatkan. Hasilnya, banyak normanorma hukum HAM internasional diadopsi dalam
peraturan perundangundangan nasional. Masa ini tampaknya menandai era diterima konsep
universalisme HAM. Strategi penegakan HAM pada periode ini melalui dua tahap Pertama,
tahap status penentuan prescriptive status dimana pemerintah telah menetapkan beberapa
ketentuan perundangundangan tentang HAM, selain itu pemerintah menerima normanorman
internasional, baik melalui ratifikasi maupun institusionalisasi normanorma HAM
internasional ke dalam sistem hukum nasional. Kedua, tahap penataan aturan secara
konsisten rule consistent behavior, tahap ini akan ditandai oleh penghormatan dan
penegakan HAM secara konsisten, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat. HAM Hak
milik bersama umat manusia yang diberikan oleh Tuhan untuk selama hidup Kuntjoro
Purbopranoto. PELANGGARAN HAM Setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum ,mengurangi , menghalangi, membatasi, dan atau mencabut
hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undangundang ini uu
no th , dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum Yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Ada dua jenis
pelanggaran HAM . Pelanggaran HAM biasa Ordenary crime /kejahatan biasa . Pelanggaran
HAM yang berat Extra Ordenary Crime /kejahatan yang luar biasa Pelanggaran HAM biasa
adalah pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan Hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin dalam UU N. Th. diluar kejahatan genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan. Pelanggaran HAM biasa berbeda dengan pelanggaran HAM yang
berat baik dalam hal pelakunya, modus operandi, tujuan dan proses
pertanggungjawabannya. Untuk wilayah yang dapat dilanggar oleh pelanggaran HAM biasa
kejahatan biasa , dalam perspektif HAM bisa menjangkau baik wilayah HAM yang Non
derogable maupun yang derogable. Pelanggaran HAM yang bersifat Non derogable adalah
hakhak yang tidak dapat ditangguhkan atau dibatasi dikurangi pemenuhannya oleh Negara,
meskipun dalam keadaan/kondisi darurat sekalipun Dalam pasal undangundang HAM
menyebutkan HAM yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun oleh siapapun adalah
a hak untuk hidup b hak untuk tidak disiksa c hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nuranid
hak beragama e hak untuk tidak diperbudakf hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan di
hadapan hokum, dan g hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang berlaku surut.
Penjelasan pasal tersebut slanjutnya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan dalam
keadaan apapun termasuk keadaan perang, sengketa bersenjata, dan atau keadaan darurat.
Sedangkan yang dimaksud siapapun adalah Negara,Pemerintah dan atau anggota
masyarakat . Contoh pelanggaran HAM yang bersifat Non Derogable Pelanggaran atas hak
hidup pasal undangundang HAM kasus pembunuhan atas Marsinah buruh,pembunhan
Syarifudin wartawan. Pelanggaran hak untuk tidak disiksa pasal ayat undangundang HAM
penyiksaan atas Yudi Astono kasus Marsinah kasus narapidana dan tahanan lainnya.
Pelanggaran atas hak kebebasan pribadi pasal undangundang HAM,pikiran pasal
undangundang HAM dan hati nurani pasal undangundang HAM pelarangan pementasan
teater Rendra,Ratna Sarumpaet dll, dan teater buruh. Pelanggaran hak beragama pasal
undangundang HAM Pelanggaran hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan
dihadapan hokum pasal undangundang HAM peristiwa pengadilan massa atas mereka yang
dituduh mencopet,mencuri. Pelanggaran HAM yang bersifat derogable hakhak yang masih
dapat dikurangi dibatasi atau ditangguhkan pemenuhannya oleh Negara dalam kondisi
tertentu. Pembatasan tersebut karena ada situasi mendesak,penangguhannya tidak boleh
didasarkan diskriminasi ras,warna kulit,jenis kelamin,bahasa,agama atau asal usul dan
pembatasan tersebut harus dilaporkan kepada PBB Dalam undangundang HAM jenis
pelanggarannya antara lain
pelanggaran atas hak untuk berkumpul, berapat dan berserikat pasal undangundang HAM
pelarangan pertemuan Paguyuban korban orde baru pelanggaran hak untuk menyampaikan
pendapat dimuka umum, hak untuk mogok pasal undangundang HAM pelanggaran hak
untuk bebas bergerak dan bertempat tinggal dalam wilayah RI pasal dan undangundang
HAM kasus cegah tangkal cekal. pelanggaran hak atas rasa aman pasal dan undangundang
HAMsweeping orang aceh di Jakarta. pelanggaran atas reproduksi perempuan pasal
undangundang HAM pelarangan atas hak cuti haid, pelecehan seksual penggeledahan
buruh perempuan pabrik. Pelanggaran atas hak anak pasal , dan undangundang HAM
perdagangan anak,pelacuran anak trafikking. Pelanggaran HAM Berat adalah pelanggaran
yang meliputi a. Kejahatan genosida b. Kejahatan terhadap kemanusiaan pasal UU No. Th
Dalam UU N Tahun tentang Pengadilan HAM yang dimakasudkan Pasal Kejahatan genosida
adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok
agama, dengan cara a. Membunuh anggota kelompok b. Mengakibatkan penderitaan fisik
atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok c. Menciptakan kondisi
kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya d. Memaksakan tindakantindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam
kelompok, atau
e. Memindahkan secara paksa anakanak dari kelompok tertentu kekelompok lain. Pasal
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa a. Pembunuhan b.
Pemusnahan c. Perbudakan d. Pengusiran atau pemindahan secara paksa e. Perampasan
kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang wenang yang
melanggar asasasas Ketentuan Pokok Hukum Internasional f. Penyiksaan g. Perkosaan,
perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau
sterilisasi secara paksa atau bentukbentuk kekerasan seksual lain yang setara h.
Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan
lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut Hukum
Internasional i. Penghilangan orang secara paksa atau j. Kejahatan apartheid. Contoh Kasus
Pelanggaran HAM Berat .Kejahatan genosida Di Indonesia contoh kasus kejahatan genosida
belum ada, karena untuk mengatakan kasus tersebut sebagai kejahatan genosida didalam
Statuta Roma pasal ditegaskan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
menghancurkan, seluruhnya atau sebagian , suatu kelompok nasional, etnis, ras dan
keagamaan, seperti misalnya
a. membunuh anggota kelompok tersebut b. menimbulkan luka atau mental yang serius
terhadap para anggota kelompok tersebut c. secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan
atas kelompok tersebut yang diperhitungkan akan menyebabkan kehancuran fisik secara
keseluruhan atau sebagian d. memaksakan tindakantindakan yang dimaksud untuk
mencegah kelahiran dalam kelompok tersebut e. memindahkan secara paksa anakanak dari
kelompok itu kepada kelompok lain. . Kejahatan terhadap kemanusiaan Dalam pasal
undangundang pengadilan HAM dikatakan bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan
sebagaimana dimaksud pasal huruf b adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematis yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa.. Baik UU No Th
maupun Statuta Roma tidak memberkan definisi mengenai arti meluas dan sistematis.Oleh
karena itu pengertian meluas atau sistematis perlu menggunakan yurisprodensi antara lain
Mahkamah Pidana Internasional AdHoc untuk bekas jajahan Yogolavia The Internasional
Criminal Tribunal For the Former Yugoslavia/ICTY dan Mahkamah Pidana Internasional
untuk Rwanda The Internasional Criminal Tribunal for Rwanda/ICTR dan doktrin
berdasarkan yuriprodensi internasional. Dalam putusan ICTR terhadap perkara AKAYESU
mengartikan meluassebagai tindakan massive berulangulang dan berskala besar yang
dilakukan secara kolektif dengan dampak serius dan diarahkan terhadap sejumlah korban
besar, sedangkan sistematisdiartikan diorganisasikan secara mendalam dan mengikuti pola
tertentu yang terus menerus berdasarkan kebijakan yang melibatkan sumberdaya public
atau privat yang substansial meskipun kebijakan tersebut bukan merupakan kebijakan
Negara secara formal, rencana tidak harus dinyatakan secara tegas atau
terangterangan. Adapun berbagai pristiwa yang dapat dicurigai sebagai kejahatan terhadap
kemanusiaan antara lain pembunuhan terhadap ratusan ribu orang yang dituduh sebagai
PKI pada tahun / pembunuhan sejumlah orang yang dituduh premanlewat penembak
misterius petrus pembunuhan Amir Biki pimpinan kelompok kasus Tanjung priok yang terjadi
dalam pristiwa Tanjung Priok pembunuhan dalam kasus TalangsariLampung pembunuhan
yang terjadi di Aceh selama DOM kasus Trisakti, Kasus Semanggi yang diganjal oleh
keputusan pansus DPR yang menyatakan bahwa tidak terjadi pelanggaran HAM yang berat
meskipun hasil penyelidikan Komnas HAM menyatakan sebaliknya terjadi pelanggaran HAM
yang berat. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa etnis madura dalam
pristiwa konflik horizontal di KalBar pengusiran penduduk asli etnis Aceh oleh milisisipil
penduduk bukan asli yang didukung oleh militer di Aceh Tengah. penyiksaan para aktivis
mahasiswa yang diculik oleh Kopasus dalam kasus penculikan aktivis penyiksaan atas
aktivis mahasiswa demokrasi dalam kasus penculikan aktivis penyiksaan atas penduduk sipil
di Aceh. perkosaan yang terjadi dalam pristiwa kasus kerusuhan Mei . penghilangan orang
secara paksa terhadap aktivis mahasiswa dan terhadap penduduk sipil di Aceh selama
konflik dll. Bahwa pelanggaran HAM yang berat merupakan suatu kejahatan Internasional
dan dikatagorikan sebagai musuh semua umat manusia hostis humanis generis, karena itu
merupakan tanggungjawab semua umat manusia obligatio erga omnes untuk
menyelesaikannya secara hokum dan menghukum pelaku secara adil. Pada awalnya doktrin
ini berlaku untuk kejahatan bajak laut dan perdagangan budakpada abad ke yang
selanjutnya berkembang mencakup kejahatan serius seperti genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan.
Belum ada definisi yang cukup memadai untuk menjelaskan perbuatan yang dapat
dikatagorikan sebagai pelanggaran HAM yang berat Gross Violation of Human Rights, hal ini
dikarenakan berbagai bentuk pelanggaran HAM yang berat tidak cukup diterangkan dalam
satu definisi hokum. Begitu juga dengan konsep pelanggaran HAM yang berat berdasarkan
UU No Th tentang Pengadilan HAM, tidak dijelaskan mengenai definisi dan unsureunsur dari
pelanggaran HAM yang berat tersebut lihat pasal dan pasal .Untuk itulah Mahkamah Agung
MA membuat tafsiran tersendiri mengenai unsureunsur adanya pelanggaran HAM yang
berat yang diterbitkan dalam bentuk buku yang berjudul pedoman unsureunsur tindak pidana
pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan pertanggungjawaban komandopada tahun ,
untuk memudahkan dalam memberikan analisa hokum untuk mencari unsureunsur adanya
pelanggaran HAM yang berat yang terjadi dalam yuridiksi Negara Republik Indonesia..
Pasal angka UU No Th tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut
Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang
berat . Pelanggaran HAM yang berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pengadilan HAM adalah
pengadilan khusus mengadili kejahatan genosida dan kejahatan kemanusia. Selain
Pengadilan HAM, dikenal pula Pengadilan HAM Ad Hoc yang eksistensinya berdasarkan
ketentuan UU No Th Pasal ayat yang berbunyi Pelanggaran hak asasi manusia yang berat
yang terjadi sebelum diundangkanya Undangundang ini, diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM ad hoc. Dari ketentuan pasal tersebut dapat diketahui bahwa
undangundang pengadilan HAM dapat diberlakukan surut retroaktif. Terhadap hal ini timbul
kotroversi, karena dalam hukum pidana asas yang dipegang teguh adalah asas legalitas
tidak ada penghukuman tanpa adanya pemidanaan terlebih dahulu selain itu juga larangan
berlaku surut terdapat dalam pasal I ayat UUD .Adapun alasan utnuk dapat digunakannya
asas retroaktif adalah bahwa asas legalitas nullum crimen sine lege mempunyai landasan
fundamental moral yaitu hendak melindungi rakyat dari kezaliman penguasa. Di Indonesia
telah begitu banyak korban kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh
kekuasaan selama puluhan tahun dan tidak ada ketentuan yang melindungi martabat
kemanusiaan rakyat , tidak ada kasus yang dibawa ke pengadilan. Dalam masyarakat
Internasional sejak tahun yang lalu terdapat peradilan Nurenberg dan Tokyo yang
menggunakan prinsip retroaktif untuk mengadili kejahatan terhadap kemanusiaan.Dalam
praktek peradilan internasional mengadili para pelaku kejahatan Internasional pelanggaran
HAM yang berat ditempuh dengan membentuk ad hoc extra judicial tribunal dan telah
menjadi kesepakatan universal bahwa sejak berakhirnya PD ke II kejahatankejahatan
terhadap kemanusiaan harus diperangi dan diadili. Pradilan ini bersifat extra legal atau extra
judicial, karena dibentuk dengan sangat terpaksa untuk mensiasati kekosongan normanorma
Internasional dan adanya pertentangan antara norma Internasional dengan norma
Nasional.Penjahat perang yang diahadapkan ke peradilan tersebut telah diadili dengan
normanorma yang dibuat untuk kepentingan pengadilan itu sendiri. Sejak itulah untuk
pertama kalinya dilakukan penyimpangan terhadap asas legalitas dengan menerapkan
prinsip retroaktif. Penyimpangan terhadap asas legalitas ini bukannya tanpa disadari oleh
para pembentuknya, tetapi adanya kesadaran bahwa pelanggaran terhadap asas legalitas
karena suatu keadaan yang tidak terelakkan ,dan adanya komitmen yang sungguh sungguh
untuk mebatasi akibatnya. Komitmen untuk membatasi dampak dari pelanggaran asas
legalitas ini memberikan sifat ad hoc bagi peradilan tersebut.Di Indonesia keberlakuan asas
retroaktif telah dikuatkan dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi MK yaitu dengan
keputusan
nomor /PUUII/ atas gugatan ABILIO SOARES dalam kasus Timur Timor yang meminta
pemberlakuan pasal UU No Th dibatalkan karena tidak sesuai dengan Konstitusi, namun
Mahkamah Konstitusi menolak gugatan tersebut dan menguatkan eksistensi Pengadilan
HAM ad hoc. Demikian pula halnya dengan ketentuan Pasal ayat nya yang menyebutkan
bahwa Pengadilan HAM ad hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat dibentuk atas usul
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia berdasarkan pristiwa tertentu dengan
keputusan Presiden , serta penjelasan pasal tersebut berbunyi Dalam hal Dewan Perwakilan
Rakyat Indonesia mengusulkan dibentuknya Pengadilan HAM Ad Hoc Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia mendasarkan pada dugaan terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia yang berat yang dibatasi pada locus dan tempus delicti tertentu yang terjadi
sebelum diundangkannya UndangUndang ini Mahkamah Konstitusi berdasarkan
Keputusannya Nomor /PUUV/ yang diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim pada
tanggal Februari Th dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk
umum pada tanggal Februari Th , Penjelasan Pasal ayat UU Pengadilan HAM sepanjang
kata dugaan bertentangan dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun dan tidak
mempunyai kekuatan hokum yang mengikat.Mahkamah Konstitusi dalam putusan a quo
berpendapat bahwa untuk menentukan perlu tidaknya pembentukan Pengadilan HAM ad
hoc atas suatu kasus tertentu menurut locus dan tempus delicti memang memerlukan
keterlibatan institusi politik yang mencerminkan representasi rakyat yaitu DPR. Akan
tetapi,DPR dalam merekomendasikan pembentukan Pengadilan HAM ad hoc harus
memperhatikan hasil penyelidikan dan penyidikan dari institusi yang berwenang untuk itu.
Oleh karena itu , DPR tidak serta merta menduga sendiri tanpa memperoleh hasil
penyelidikan dan penyidikan terlebih dahulu dari institusi yang berwenang .,dalam hal ini
Komnas HAM sebagai penyelidik dan Kejaksaan Agung sebagai Penyidik sesuai ketentuan
UU Pengadilan HAM.Harus dipahami bahwa kata dugaan dalam penjelasan Pasal ayat UU
Pengadilan HAM dapat menimbulkan ketidakpastian hokum rechtsonzekerheidsebagai
akibat dapat ditafsirkannya kata dugaanberbeda dengan mekanisme sebagaimana diuraikan
diatas. Adapun Kata ad hoc yang berasal dari bahasa latin dapat diartikan khusus
mengandung arti formed for a particular purposedibentuk untuk suatu tujuan tertentu juga
mengandung pengertian tidak permanent artinya keberadaan suatu badan atau lembaga ad
hoc akan berakhir apabila maksud pembentukan badan itu telah selesai dilaksanakan. Dari
ketentuan UU No Th Pasal angka dan Pasal ayat dapat diketahui bahwa kewenangan
Pengadilan HAM dapat diklasifikasikan dalam dua katagori,yaitu .kewenangan Pengadilan
HAM memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM berat yang terjadi setelah
disahkannya UU No Th .kewenangan Pengadilan HAM Ad Hoc memeriksa dan memutus
perkara pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum disahkannya UU No Th . Kedudukan
dan Tempat kedudukan Pengadilan HAM. Dalam pasal UU No Th dikatakan bahwa
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Peradilan
Umum, demikian juga dalam pasal ayat nya dikatakan bahwa Pengadilan HAM Ad Hoc
sebagaimana diatur dalam ayat berada dilingkungan Peradilan Umum. Dengan demikian
eksistensi Pengadilan HAM maupun Pengadilan HAM Ad Hoc bukanlah pengadilan yang
berdiri sendiri seperti yang diatur dalam pasal UU No Th tentang Kekuasaan Kehakiman
bahwa penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada dibawah nya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Mengenai tempat kedudukannya sebagaimana diatur dalam pasal Ayat Pengadilan HAM
berkedudukan di daerah kabupaten atau daerah kota yang daerah hukumnya meliputi
daerah hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Ayat Untuk daerah Khusus Ibu kota
Jakarta, Pengadilan HAM berkedudukan ditsetiap wilayah Pengadilan Negeri yang
bersangkutan. Dari ketentuan pasal tersebut diketahui bahwa Pengadilan HAM merupakan
pengadilan khusus yang berada dilingkungan Peradilan Umum yang daerah hukumnya
meliputi daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan seperti pengadilan anak dan
Prapradilan .
Kewenangan Mengadili. Dalam UU No Th ditegaskan Pasal Pengadilan HAM bertugas dan
berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat .
Dalam hal ini yang dimaksud dengan memeriksa dan memutus dalam ketentuan ini adalah
termasuk menyelesaikan perkara yang menyangkut kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi
sesuai dengan peraturan peundangundangan yang berlaku penjelasan pasal .Yang
dimaksud dengan kompensasi adalah ganti kerugian yang diberikan oleh Negara , karena
pelaku tidak mampu memberikan ganti kerugian sepenuhnya yang menjadi
tanggungjawabnya, restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan kepada korban atau
keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga, restitusi dapat berupa a. pengembalian hak milik
b. pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan atau penderitaan atau c. penggantian biaya
untuk tindakan tertentu.Sedangkan rehabilitasi adalah pemulihan pada kedudukan semula ,
misalnya kehormatan, nama baik, jabatan, atau hakhak lain. Adapun pelanggaran HAM
berat yang dimaksud adalah kejahatan genoside dan kejahatan terhadap kemanusiaan pasal
Pasal Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak
asasi manusia yang berat yang dilakukan diluar batas teritorial wilayah Negara Republik
Indonesia oleh warga Negara Indonesia. Dalam hal ini dimaksudkan untuk melindungi warga
Negara Indonesia yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang
dilakukan diluar batas teritorial, dalam arti tetap di hukum sesuai dengan undangundang
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia ini penjelasan pasal . Pasal Pengadilan HAM tidak
berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
yang dilakukan oleh seseorang yang berumur delapan belas tahun pada saat kejahatan
dilakukan. Dalam hal ini diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Negeri penjelasan pasal .
.PENYELIDIKAN. Dalam pasal angka UU No Th di tegaskan Penyelidikan adalah
serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan ada tidaknya suatu pristiwa
yang diduga merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat guna ditindaklanjuti
dengan penyidikan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang ini. Dalam
pelanggaran HAM yang berat, yang berwenang melakukan penyelidikan adalah Komisi Hak
Asasi Manusia Komnas HAM yang dibentuk berdasarkan KEPRES NO Tahun . Sebelum
berbicara mengenai peranan Komnas HAM dalam pelanggaran HAM berat, terlebih dahulu
kita melihat peranan Komnas HAM yang diatur dalam UU No Th tentang Hak Asasi Manusia
HAM, antara lain Sebagai lembaga yang bermisi mengembangkan kondisi yang kondusif
bagi pelaksanaan HAM dan bermisi meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM.
Sebagai lembaga yang merupakan bagian dari proses penyelesaian pelanggaran HAM
yang berat, yakni sebagai lembaga penyelidik proyustisia pelanggaran HAM sebagaimana
diatur dalam UU No Th . Mengenai peranan Komnas HAM sebagaimana ad dapat dilihat
dalam UU No Th dari pasal S/d pasal . Tujuan Komnas HAM pasal undangundang HAM a.
mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai denan
Pancasila , UndangUndang Dasar , dan Piagam Perserikatan BangsaBangsa , serta
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia ,dan b. meningkatkan perlindungan dan penegakan
hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuan nya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam pasal
undangundang HAM ditegaskan bahwa Untuk mencapai tujuannya, Komnas HAM
melaksanakan fungsi poengkajian, penelitian ,penyuluhan, pemantauan dan meditasi
tentang hak asasi manusia. Komnas HAM beranggotakan tokoh masyarakat yang
professional , berdedikasi dan berintegrasi tinggi , menghayati citacita negara hokum dan
negara kesejahteraan yang berintikan keadilan, menghormati hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia. Komnas HAM berkedudukan di ibukota Negara Republik
Indonesia. Perwakilan Komnas HAM dapat didirikan di daerah. Dalam pasal undangundang
HAM ditegaskan bahwa Komnas HAM mempunyai kelengkapan yang terdiri dari a. sidang
paripurna dan b.sub komisi
Komnas HAM mempunyai sebuah Sekretaris Jenderal sebagai unsur pelayanan. Dalam
pasal undangundang HAM ditegaskan bahwa Anggota Komnas HAM berjumlah tiga puluh
lima orang yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia berdasarkan
usulan Komnas HAM dan diresmikan oleh Presiden selaku Kepala Negara. Penjelasan pasal
tersebut menegaskan bahwa Yang dimaksud diresmikan oleh Presiden adalah dalam bentuk
Keputusan Presiden.dan makna presmian oleh Presiden dikaitkan dengan kemandirian
Komnas HAM. Sedangkan mengenai usulan Komnas HAM yang dimaksud,harus
menampung seluruh aspirasi dari berbagai lapisan masyarakat sesuai dengan syaratsyarat
yang ditetapkan yang jumlahnya paling banyak tujuh puluh orang.
Dalam rangka Komnas HAM mencapai tujuannya, terdapat beberapa fungsi yang sangat
urgent , diantaranya . Fungsi pemantauan Komnas HAM yang diatur dalam pasal ayat
undangundang HAM . fungsi ini dikelompokkan menjadi enam tindak a. pengamatan dan
pelaporan b. penyelidikan dan pemeriksaan pristiwa c. pemanggilan korban, saksi, pengadu,
dan pihak terkait lainnya d. peninjauan di tempat kejadian atau tempat lain e. pemeriksaan
setempat dan f. pemberian pendapat kepada ketua pengadilan. A.Pengamatan dan
Pelaporan. Dalam hal ini pengamatan pelaksanaan HAM serta pelaporan hasil pengamatan
pelaksanaan HAM kepada pihak terkait
merupakan tugas seharihari Komnas HAM. Pelaporan tersebut dilakukan secara tertulis
yang terkadang didahului dengan pelaporan secara lisan kepada pihak terkait dengan
pelaksanaan bidang HAM yang menjadi sasaran pengamatan. Mengenai pelaporan tersebut
dapat berisi permintaan penjelasan, permintaan perhatian dan atau rekomendasi tindak demi
penegakan HAM dibidang yang bersangkutan. B .Penyelidikan dan Pemeriksaan Peristiwa.
Didalam pasal ayat huruf b, secara eksplisit dikatakan penyelidikan dan
pemeriksaansebagaimana disebut dalam ketentuan ini dilakukan terhadap pristiwa yang
timbul dalam masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat
pelanggaran HAM. Sedangkan penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan penyelidikan dan pemeriksaan dalam rangka pemantauan adalah kegiatan
pencarian data, informasi, dan fakta untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran HAM.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa istilah penyelidikan dan pemeriksaan menurut
undangundang HAM tersebut adalah .Sepanjang istilah penyelidikan tidak sama dengan
istilah penyelidikan yang diatur dalam UU No Th tentang KUHAP pasal angka dan UU No Th
tentang Pengadilan HAM pasal angka jo pasal dan penjelasannya. .Penyelidikan dan
terutama pemeriksaan tersebut dilakukan tidak terhadap orang melainkan terhadap pristiwa.
.Tindak penyelidikan dan pemeriksaan itu dilakukan dalam bentuk tindak pencarian data,
informasi, dan fakta bukan pencarian orang. .Maksud pencarian data, informasi, dan fakta
tersebut adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran HAM, tidak untuk
mengindentifikasi orang yang dapat disangka melakukan pelanggaran HAM dalam hal hasil
penyelidikan dan pemeriksaan tersebut menyimpulkan terdapatnya pelanggaran HAM dalam
pristiwa yang diselidiki dan diperiksa. Dalam proses pencarian data, informasi, dan atau
fakta Komnas HAM memang harus berhubungan dengan orang hanya sebatas melakukan
pemanggilan terhadap mereka yang dapat menunjang upaya pengumpulan data, informasi
serta fakta dalam proses tersebut.
C. Pemanggilan Korban, Saksi,Pengadu, dan Pihak lain terkait. Berkenaan dengan
kewenangan melakukan pemanggilan korban, saksi, pengadu, dan pihak lain yang terkait
dalam pelaksanaan fungsi pemantauan diatur dalam pasal ayat huruf c, d,dan f
undangundang HAM. Bahwa pemanggilan tersebut dilakukan tidak untuk memeriksa pihak
yang dipanggil melainkan untuk meminta dan mendengar keterangan merekauntuk korban
dan pengadu, atau untuk meminta dan mendengar kesaksian yang bersangkutan untuk
saksi, atau untuk meminta penyerahan dokumen yang diperlukan sesuai dengan
aslinyadengan persetujuan Ketua Pengadilan. HAM Hak milik bersama umat manusia yang
diberikan oleh Tuhan untuk selama hidup Kuntjoro Purbopranoto. Pasal angka UU No Th
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Pengadilan HAM adalah
pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat . Pelanggaran HAM
yang berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa pengadilan HAM adalah pengadilan khusus mengadili
kejahatan genosida dan kejahatan kemanusia. Selain Pengadilan HAM, dikenal pula
Pengadilan HAM Ad Hoc yang eksistensinya berdasarkan ketentuan UU No Th Pasal ayat
yang berbunyi Pelanggaran hak asasi manusia yang
berat yang terjadi sebelum diundangkanya Undangundang ini, diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM ad hoc. Dari ketentuan pasal tersebut dapat diketahui bahwa
undangundang pengadilan HAM dapat diberlakukan surut retroaktif. Terhadap hal ini timbul
kotroversi, karena dalam hukum pidana asas yang dipegang teguh adalah asas legalitas
tidak ada penghukuman tanpa adanya pemidanaan terlebih dahulu selain itu juga larangan
berlaku surut terdapat dalam pasal I ayat UUD .Adapun alasan utnuk dapat digunakannya
asas retroaktif adalah bahwa asas legalitas nullum crimen sine lege mempunyai landasan
fundamental moral yaitu hendak melindungi rakyat dari kezaliman penguasa. Di Indonesia
telah begitu banyak korban kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh
kekuasaan selama puluhan tahun dan tidak ada ketentuan yang melindungi martabat
kemanusiaan rakyat , tidak ada kasus yang dibawa ke pengadilan. Dalam masyarakat
Internasional sejak tahun yang lalu terdapat peradilan Nurenberg dan Tokyo yang
menggunakan prinsip retroaktif untuk mengadili kejahatan terhadap kemanusiaan.Dalam
praktek peradilan internasional mengadili para pelaku kejahatan Internasional pelanggaran
HAM yang berat ditempuh dengan membentuk ad hoc extra judicial tribunal dan telah
menjadi kesepakatan universal bahwa sejak berakhirnya PD ke II kejahatankejahatan
terhadap kemanusiaan harus diperangi dan diadili. Pradilan ini bersifat extra legal atau extra
judicial, karena dibentuk dengan sangat terpaksa untuk mensiasati kekosongan normanorma
Internasional dan adanya pertentangan antara norma Internasional dengan norma
Nasional.Penjahat perang yang diahadapkan ke peradilan tersebut telah diadili dengan
normanorma yang dibuat untuk kepentingan pengadilan itu sendiri. Sejak itulah untuk
pertama kalinya dilakukan penyimpangan terhadap asas legalitas dengan menerapkan
prinsip retroaktif. Penyimpangan terhadap asas legalitas ini bukannya tanpa disadari oleh
para pembentuknya, tetapi adanya kesadaran bahwa pelanggaran terhadap asas legalitas
karena suatu keadaan yang tidak terelakkan ,dan adanya komitmen yang sungguh sungguh
untuk mebatasi
akibatnya. Komitmen untuk membatasi dampak dari pelanggaran asas legalitas ini
memberikan sifat ad hoc bagi peradilan tersebut.Di Indonesia keberlakuan asas retroaktif
telah dikuatkan dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi MK yaitu dengan keputusan nomor
/PUUII/ atas gugatan ABILIO SOARES dalam kasus Timur Timor yang meminta
pemberlakuan pasal UU No Th dibatalkan karena tidak sesuai dengan Konstitusi, namun
Mahkamah Konstitusi menolak gugatan tersebut dan menguatkan eksistensi Pengadilan
HAM ad hoc. Demikian pula halnya dengan ketentuan Pasal ayat nya yang menyebutkan
bahwa Pengadilan HAM ad hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat dibentuk atas usul
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia berdasarkan pristiwa tertentu dengan
keputusan Presiden , serta penjelasan pasal tersebut berbunyi Dalam hal Dewan Perwakilan
Rakyat Indonesia mengusulkan dibentuknya Pengadilan HAM Ad Hoc Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia mendasarkan pada dugaan terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia yang berat yang dibatasi pada locus dan tempus delicti tertentu yang terjadi
sebelum diundangkannya UndangUndang ini Mahkamah Konstitusi berdasarkan
Keputusannya Nomor /PUUV/ yang diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim pada
tanggal Februari Th dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk
umum pada tanggal Februari Th , Penjelasan Pasal ayat UU Pengadilan HAM sepanjang
kata dugaan bertentangan dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun dan tidak
mempunyai kekuatan hokum yang mengikat.Mahkamah Konstitusi dalam putusan a quo
berpendapat bahwa untuk menentukan perlu tidaknya pembentukan Pengadilan HAM ad
hoc atas suatu kasus tertentu menurut locus dan tempus delicti memang memerlukan
keterlibatan institusi politik yang mencerminkan representasi rakyat yaitu DPR. Akan
tetapi,DPR dalam merekomendasikan pembentukan Pengadilan HAM ad hoc harus
memperhatikan hasil penyelidikan dan penyidikan dari institusi yang berwenang untuk itu.
Oleh karena itu , DPR tidak serta merta menduga sendiri tanpa memperoleh hasil
penyelidikan dan
penyidikan terlebih dahulu dari institusi yang berwenang .,dalam hal ini Komnas HAM
sebagai penyelidik dan Kejaksaan Agung sebagai Penyidik sesuai ketentuan UU Pengadilan
HAM.Harus dipahami bahwa kata dugaan dalam penjelasan Pasal ayat UU Pengadilan HAM
dapat menimbulkan ketidakpastian hokum rechtsonzekerheidsebagai akibat dapat
ditafsirkannya kata dugaanberbeda dengan mekanisme sebagaimana diuraikan diatas.
Adapun Kata ad hoc yang berasal dari bahasa latin dapat diartikan khusus mengandung arti
formed for a particular purposedibentuk untuk suatu tujuan tertentu juga mengandung
pengertian tidak permanent artinya keberadaan suatu badan atau lembaga ad hoc akan
berakhir apabila maksud pembentukan badan itu telah selesai dilaksanakan. Dari ketentuan
UU No Th Pasal angka dan Pasal ayat dapat diketahui bahwa kewenangan Pengadilan HAM
dapat diklasifikasikan dalam dua katagori,yaitu .kewenangan Pengadilan HAM memeriksa
dan memutus perkara pelanggaran HAM berat yang terjadi setelah disahkannya UU No Th
.kewenangan Pengadilan HAM Ad Hoc memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
berat yang terjadi sebelum disahkannya UU No Th . Kedudukan dan Tempat kedudukan
Pengadilan HAM. Dalam pasal UU No Th dikatakan bahwa Pengadilan HAM merupakan
pengadilan khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum, demikian juga dalam pasal
ayat nya dikatakan bahwa Pengadilan HAM Ad Hoc sebagaimana diatur dalam ayat berada
dilingkungan Peradilan Umum. Dengan demikian eksistensi Pengadilan HAM maupun
Pengadilan HAM Ad Hoc bukanlah pengadilan yang berdiri sendiri seperti yang diatur dalam
pasal UU No Th tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa penyelenggaraan Kekuasaan
Kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawah nya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Mengenai tempat
kedudukannya sebagaimana diatur dalam pasal Ayat Pengadilan HAM berkedudukan di
daerah kabupaten atau daerah kota yang daerah hukumnya meliputi daerah hukum
Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Ayat Untuk daerah Khusus Ibu kota Jakarta,
Pengadilan HAM berkedudukan ditsetiap wilayah Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
Dari ketentuan pasal tersebut diketahui bahwa Pengadilan HAM merupakan pengadilan
khusus yang berada dilingkungan Peradilan Umum yang daerah hukumnya meliputi daerah
hukum pengadilan negeri yang bersangkutan seperti pengadilan anak dan Prapradilan .
Kewenangan Mengadili. Dalam UU No Th ditegaskan Pasal Pengadilan HAM bertugas dan
berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat .
Dalam hal ini yang dimaksud dengan memeriksa dan memutus dalam ketentuan ini adalah
termasuk menyelesaikan perkara yang menyangkut kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi
sesuai dengan peraturan peundangundangan yang berlaku penjelasan pasal .Yang
dimaksud dengan kompensasi adalah ganti kerugian yang diberikan oleh Negara , karena
pelaku tidak mampu memberikan ganti kerugian sepenuhnya yang menjadi
tanggungjawabnya, restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan kepada korban atau
keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga, restitusi dapat berupa a. pengembalian hak milik
b. pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan atau penderitaan atau c. penggantian biaya
untuk tindakan tertentu.Sedangkan rehabilitasi adalah pemulihan pada kedudukan semula ,
misalnya kehormatan, nama baik, jabatan, atau hakhak lain. Adapun pelanggaran HAM
berat yang dimaksud adalah
kejahatan genoside dan kejahatan terhadap kemanusiaan pasal Pasal Pengadilan HAM
berwenang juga memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang
berat yang dilakukan diluar batas teritorial wilayah Negara Republik Indonesia oleh warga
Negara Indonesia. Dalam hal ini dimaksudkan untuk melindungi warga Negara Indonesia
yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan diluar batas
teritorial, dalam arti tetap di hukum sesuai dengan undangundang tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia ini penjelasan pasal . Pasal Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa
dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh
seseorang yang berumur delapan belas tahun pada saat kejahatan dilakukan. Dalam hal ini
diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Negeri penjelasan pasal . .PENYELIDIKAN. Dalam
pasal angka UU No Th di tegaskan Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik
untuk mencari dan menemukan ada tidaknya suatu pristiwa yang diduga merupakan
pelanggaran hak asasi manusia yang berat guna ditindaklanjuti dengan penyidikan sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang ini. Dalam pelanggaran HAM yang
berat, yang berwenang melakukan penyelidikan adalah Komisi Hak Asasi Manusia Komnas
HAM yang dibentuk berdasarkan KEPRES NO Tahun . Sebelum berbicara mengenai
peranan Komnas HAM dalam pelanggaran HAM berat, terlebih dahulu kita melihat peranan
Komnas HAM yang diatur dalam UU No Th tentang Hak Asasi Manusia HAM, antara lain
Sebagai lembaga yang bermisi mengembangkan kondisi
yang kondusif bagi pelaksanaan HAM dan bermisi meningkatkan perlindungan dan
penegakan HAM. Sebagai lembaga yang merupakan bagian dari proses penyelesaian
pelanggaran HAM yang berat, yakni sebagai lembaga penyelidik proyustisia pelanggaran
HAM sebagaimana diatur dalam UU No Th . Mengenai peranan Komnas HAM sebagaimana
ad dapat dilihat dalam UU No Th dari pasal S/d pasal . Tujuan Komnas HAM pasal
undangundang HAM a. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai denan Pancasila , UndangUndang Dasar , dan Piagam Perserikatan
BangsaBangsa , serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia ,dan b. meningkatkan
perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia
Indonesia seutuhnya dan kemampuan nya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Dalam pasal undangundang HAM ditegaskan bahwa Untuk mencapai tujuannya, Komnas
HAM melaksanakan fungsi poengkajian, penelitian ,penyuluhan, pemantauan dan meditasi
tentang hak asasi manusia. Komnas HAM beranggotakan tokoh masyarakat yang
professional , berdedikasi dan berintegrasi tinggi , menghayati citacita negara hokum dan
negara kesejahteraan yang berintikan keadilan, menghormati hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia. Komnas HAM berkedudukan di ibukota Negara Republik
Indonesia. Perwakilan Komnas HAM dapat didirikan di daerah. Dalam pasal undangundang
HAM ditegaskan bahwa Komnas HAM mempunyai kelengkapan yang terdiri dari
a. sidang paripurna dan b.sub komisi Dalam pasal undangundang HAM ditegaskan bahwa
Anggota Komnas HAM berjumlah tiga puluh lima orang yang dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia berdasarkan usulan Komnas HAM dan diresmikan oleh Presiden
selaku Kepala Negara. Penjelasan pasal tersebut menegaskan bahwa Yang dimaksud
diresmikan oleh Presiden adalah dalam bentuk Keputusan Presiden.dan makna presmian
oleh Presiden dikaitkan dengan kemandirian Komnas HAM. Sedangkan mengenai usulan
Komnas HAM yang dimaksud,harus menampung seluruh aspirasi dari berbagai lapisan
masyarakat sesuai dengan syaratsyarat yang ditetapkan yang jumlahnya paling banyak tujuh
puluh orang.
Dalam rangka Komnas HAM mencapai tujuannya, terdapat beberapa fungsi yang sangat
urgent , diantaranya . Fungsi pemantauan Komnas HAM yang diatur dalam pasal ayat
undangundang HAM . fungsi ini dikelompokkan menjadi enam tindak g. pengamatan dan
pelaporan h. penyelidikan dan pemeriksaan pristiwa i. pemanggilan korban, saksi, pengadu,
dan pihak terkait lainnya j. peninjauan di tempat kejadian atau tempat lain k. pemeriksaan
setempat dan l. pemberian pendapat kepada ketua pengadilan. A.Pengamatan dan
Pelaporan. Dalam hal ini pengamatan pelaksanaan HAM serta pelaporan hasil pengamatan
pelaksanaan HAM kepada pihak terkait
merupakan tugas seharihari Komnas HAM. Pelaporan tersebut dilakukan secara tertulis
yang terkadang didahului dengan pelaporan secara lisan kepada pihak terkait dengan
pelaksanaan bidang HAM yang menjadi sasaran pengamatan. Mengenai pelaporan tersebut
dapat berisi permintaan penjelasan, permintaan perhatian dan atau rekomendasi tindak demi
penegakan HAM dibidang yang bersangkutan. B .Penyelidikan dan Pemeriksaan Peristiwa.
Didalam pasal ayat huruf b, secara eksplisit dikatakan penyelidikan dan
pemeriksaansebagaimana disebut dalam ketentuan ini dilakukan terhadap pristiwa yang
timbul dalam masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat
pelanggaran HAM. Sedangkan penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan penyelidikan dan pemeriksaan dalam rangka pemantauan adalah kegiatan
pencarian data, informasi, dan fakta untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran HAM.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa istilah penyelidikan dan pemeriksaan menurut
undangundang HAM tersebut adalah .Sepanjang istilah penyelidikan tidak sama dengan
istilah penyelidikan yang diatur dalam UU No Th tentang KUHAP pasal angka dan UU No Th
tentang Pengadilan HAM pasal angka jo pasal dan penjelasannya. .Penyelidikan dan
terutama pemeriksaan tersebut dilakukan tidak terhadap orang melainkan terhadap pristiwa.
.Tindak penyelidikan dan pemeriksaan itu dilakukan dalam bentuk tindak pencarian data,
informasi, dan fakta bukan pencarian orang. .Maksud pencarian data, informasi, dan fakta
tersebut adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran HAM, tidak untuk
mengindentifikasi orang yang dapat disangka melakukan pelanggaran HAM dalam hal hasil
penyelidikan dan pemeriksaan tersebut menyimpulkan terdapatnya pelanggaran HAM dalam
pristiwa yang diselidiki dan diperiksa. Dalam proses pencarian data, informasi, dan atau
fakta Komnas HAM memang harus berhubungan dengan orang hanya sebatas melakukan
pemanggilan terhadap mereka yang dapat menunjang upaya pengumpulan data, informasi
serta fakta dalam proses tersebut.
C. Pemanggilan Korban, Saksi,Pengadu, dan Pihak lain terkait. Berkenaan dengan
kewenangan melakukan pemanggilan korban, saksi, pengadu, dan pihak lain yang terkait
dalam pelaksanaan fungsi pemantauan diatur dalam pasal ayat huruf c, d,dan f
undangundang HAM. Bahwa pemanggilan tersebut dilakukan tidak untuk memeriksa pihak
yang dipanggil melainkan untuk meminta dan mendengar keterangan merekauntuk korban
dan pengadu, atau untuk meminta dan mendengar kesaksian yang bersangkutan untuk
saksi, atau untuk meminta penyerahan dokumen yang diperlukan sesuai dengan
aslinyadengan persetujuan Ketua Pengadilan. Dalam hal pemanggilan ini Komnas HAM
mempunyai kewenangan pemanggilan secara paksa subpoena pasal undangundang HAM
menetapkan bahwa apabila seseorang yang dipanggil tidak dating atau menolak memberi
keterangannya, Komnas HAM dapat meminta Ketua Pengadilan untuk pemenuhan
panggilan secara paksa sesuai dengan peraturan perundangundangan . D. Peninjauan di
Tempat Kejadian. Terhadap peninjauan ditempat kejadian apabila terdapat dugaan
pelanggaran HAM , merupakan kebutuhan bagi upaya perolehan data , informasi , dan fakta.
Hal ini menjadi kewenangan Komnas HAM yang diatur dalam pasal ayat huruf e dalam
proses pemantauan , khususnya dalam proses penyelidikan dan pemeriksaan.
E. Pemeriksaan Setempat. Untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap rumah,
perkarangan, bangunan, dan tempattempat lainnya yang diduduki atau dimiliki pihak tertentu
merupakan tindakan yang bersifat kuasiyudisial, dan kewenangan Komnas HAM dalam hal
ini memerlukan persetujuan Ketuan Pengadilan pasal ayat huruf g. F. Pemberian Pendapat
Kapada Ketua Pengadilan. Berdasarkan pasal ayat huruf h beserta penjelasannya dikatakan
Komnas HAM berwenang melakukan tindakan dalam hal a Berdasarkan persetujuan Ketua
Pengadilan b Terhadap pristiwa tertentu yang sedang dalam proses peradilan c Bilamana
dalam perkara tersebut terdapat pelanggaran HAM i Dalam masalah public antara lain
mengenai pertanahan, ketenagakerjaan, dan lingkungan hidup dan iiDalam acara
pemeriksaan oleh pengadilan dan d Hakim wajib memberitahukan pendapat Komnas HAM
tersebut kepada para pihak dalam perkara. Ketentuan dalam pasal ayat huruf h tersebut
tidak dinyatakan dalam penjelasannya, namun dapatlah diasumsikan bahwa ketentuan ini
dimaksudkan untuk memastikan berlangsungnya proses peradilan yang adil fair trial.
G.Tindak Dalam Rangka Pelaksanaan Fungsi Mediasi. Bunyi pasal ayat beserta
penjelasannya , khususnya yang berkenaan dengan hiruf b, merancukan maksud istilah
mediasi, kerancuannya dapat dilihat a Istilah mediasi disebut dua kali dalam pengertian yang
berbeda, yakni
i Yang terdapat dalam Chapeaupengantar pasal ayat , dengan melihat konteks pasalnya
dengan ayat secara keseluruhan berarti penyelesaian sengketa mengenai HAM secara
damai di luar pengadilan. ii Yang terdapat dalam huruf b ayat tersebut, yang menyebut
mediasi sebagai salah satu dari berbagai cara lain penyelesaian perkara konsultasi,
negosiasi, konsiliasi, dan penilaian ahli b Kemudian penjelasan pasal ayat huruf b yang lebih
merancukan pengertian/maksud istilah mediasi, karena mediasi yang menurut pasal ayat
huruf b disebut sebagai salah satu cara penyelesaian perkara secara damai , didefinisikan
dalam penjelasan pasal ayat huruf b sebagai penyelesaian perkara perdata diluar
pengadilan, atas dasar kesepakatan kedua pihak. Terhadap hal tersebut diatas , seharusnya
jika yang dikehendaki oleh pembentuk undangundang No Th , mediasi diartikan secara
khusus atau sempit sebagaimana dirumuskan dalam penjelasan pasal ayat huruf b, istilah
paying yang terdapat dalam pengantar ayat tersebut seharusnya bukan mediasimelainkan
penyelesian sengketa secara damai di luar pengadilan. Karena akibat dari kerancuan
tersebut, dalam praktek selama ini, tindak yang dilakukan Komnas HAM dalam rangka
pelaksanaan fungsi mediasi , lebih terpusat pada pengertian mediasi dalam arti sempit atau
khusus sebagaimana dimaksudkan penjelasan pasal ayat huruf b. Sedangkan secara
konseptual pemasukan fungsi mediasi dalam arti luas penyelesaian sengketa secara damai
diluar pengadilan diragukan ketepatannya sebagai salah satu fungsi Komnas HAM , yaitu
sarana pencapaian tujuan Komnas HAM pengemangan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan HAM serta peningkatan perlindungan dan penegakan HAM. Kerancuan
konseptual juga tercermin dalam pasal yang menetapkan sebagai berikut a Penyelesaian
menurutpasal ayat huruf a perdamaian
kedua pihak dan b konsultasi,negosiasi,mediasi, konsultasi dan penilaian ahli dilakukan oleh
anggota Komnas HAM yang ditunjuk sebagai mediator. Ketentuan tersebut merancukan
pengertian perdamaian kedua pihak karena konsultasi,negosiasi ,mediasi dan penilaian ahli
tidak sama format,proses dan implikasinya. Kerancuan juga terdapat pada pasal ayat yang
menetapakan bahwa penyelesaian menurut pasal ayat huruf a dan b, harus dituangkan
dalam bentuk kesepakatan secara tertulis dan ditandatangani oleh para pihak dan
dikukuhkan oleh mediator. Selain itu juga ketentuan pasal ayat yang menyatakan bahwa
kesepakatan tertulis tersebut merupakan keputusan mediasi yang mengikat secara hokum
dan berlaku sebagai alat bukti yang sah.
Peranan Komnas HAM Berdasarkan UU No Th . Dalam rangka upaya penegakan hukum
pelanggaran HAM yang berat, Komnas HAM menerima mandate untuk melakukan tugas dan
wewenang tertentu yakni penyelidikan proyustisia berdasarkan UU No Th tentang
Pengadilan HAM . Istilah penyelidikan proyustisia didalam undangundang tersebut telah
didefinisikan secara jelas serta tujuannya yang meliputi a. Penyelidikan termaksud adalah
serangkaian tindakan penyelidik untuk i mencari dan menemukan ada atau tidaknya suatu
peristiwa yang diduga merupakan pelangaran HAM yang berat pasal angka ii penyelidikan
demikian dimaksudkan untuk ditindaklanjuti dengan penyelidikan dalam hasil penyelidikan
tersebut menyimpulkan terdapat pelanggaran HAM yang berat dalam peristiwa yang
diselidiki iii hasil peyelidikan dapat disampaikan kepada penyidik apabila Komnas HAM
berpendapat terdapat bahwa terdapat bukti
permulaan yang cukup telah terjadi peristiwa pelanggaran HAM yang berat pasal ayat iv
bahwa pelaksanaan penyelidikan dalam pasal dimaksudkan sebagai rangkaian tindakan
Komnas HAM dalam lingkup proyustisia penjelasan pasal b. Dalam melakukan penyelidikan
proyustisia tersebut Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri dari Komnas
HAM dan unsure masyarakat pasal ayat dan c. Untuk melakukan penyelidikan proyustisia
tersebut Komnas HAM sebagai penyelidik diberi kewenangan penyelidikan dan
pemeriksaan, penerimaan laporan dan pengaduan, pemanggilan pihak pengadu, korban,
pihak yang diadukan, dan saksi untuk diminta dan didengar keterangan atau kesksiannya,
peninjauan dan pengumpulan keterangan ditempat kejadian, pemanggilan pihak terkait
untuk memberikan keterangan tertulis atau menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai
dengan aslinya, dan , atas perintah penyidik melakukan pemeriksaan surat, penggeledahan
dan penyitaan, pemeriksaan setempat, dan mendatangkan ahli pasal ayat .
Konsep hak asasi manusia ini, menurut Ari Wibowo memiliki dua dimensi dimensi ganda,
yaitu Dimensi universalitas, yakni substansi hakhak asasi manusia itu pada hakekatnya
bersifat umum dan tidak terikat oleh waktu dan tempat. Hak asasi manusia akan selalu
dibutuhkan oleh siapa saja dan dalam aspek kebudayaan dimana pun itu berada, entah itu
dalam kebudayaan barat maupun timur. Dimensi hak asasi manusia seperti ini pada
hakekatnya akan selalu dibutuhkan
dan menjadi sarana bagi individu untuk mengekspresikan secara bebas dalam ikatan
kehidupan kemasyarakatan. Dengan kata lain hak asasi itu ada karena yang memiliki
hakhak itu adalah manusia sebagai manusia. Dimensi kontekstualitas, yakni menyangkut
penerapan hak asasi manusia bila ditinjau dari tempat berlakunya hakhak asasi manusia
tersebut. Maksudnya adalah ideide hak asasi manusia dapat diterapkan secara efektif,
sepanjang tempat ideide hak asasi manusia itu memberikan suasana kondusif untuk itu.
Dengan kata lain ideide hak asasi manusia akan dapat dipergunakan secara efektif dan
menjadi landasan etik dalam pergaulan manusia, jikalau struktur kehidupan masyarakat
entah itu di barat ataupun di timur sudah tidak memberikan tempat bagi terjaminnya hak
individu yang ada di dalamnya. Dua dimensi inilah yang memberikan pengaruh terhadap
pelaksanaan ideide hak asasi manusia di dalam komunitas kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara. Oleh sebab itu dengan adanya dua dimensi ini, maka perdebatan mengenai
pelaksanaan ideide hak asasi manusia yang diletakkan dalam konteks budaya, suku, ras
maupun agama sudah tidak mempunyai tempat lagi atau tidak relevan dengan wacana
publik masyarakat modern.
Download