8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Komunikasi Komunikasi atau communication (dalam bahasa Inggris) berasal dari kata Latin yakni dari kata communis yang artinya sama yang dimaksudkan adalah sama makna. Komunikasi merupakan pelengkap bagi kebutuhan tiap individu, dimana memiliki peranan yang penting dalam memahami dan melanjutkan sebuah hubungan. Menurut Sir Geral Barry komunikasi adalah berunding. Bahwa dengan komunikasi orang memperoleh pengetahuan, informasi, dan pengalaman. Karena itu saling mengerti percakapan, keyakinan, kepercayaan, dan control sangat diperlukan. Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak dapat memahaminya.3 Menurut Jalaluddin, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan.4 Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif, yaitu: 1. Menciptakan suasana yang menguntungkan. 2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti. 3 A.W Widjaja. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Bina Aksara, 2000,15 4 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, 13 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan. 4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya. 5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak komunikan. Lima hukum komunikasi yang efektif menurut Aribowo Prijosaksono dan Ping Hartono5 dirangkum dalam satu kata “REACH” yang mencerminkan esensi dari komunikasi berarti meraih atau merengkuh, antara lain: 1. Respect Rasa hormat dan saling menghargai (respect) merupakan hukum pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Kita harus ingat bahwa manusia selalu ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, kita bisa melakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim. 5 Aribowo Prijosaksono dan Ping Hartono. 2002. Make Yourself A Leader. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 2. Empathy Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasarat utama dalam memiliki sifat empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk menyampaikan pesan (message). Cara dan sikap empati juga akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerima pesan yang kita sampaikan. Dalam komunikasi untuk membangun kerjasama tim, rasa empati sangat memegang peranan. Dengan empati kita bisa memahami perilaku anggota tim kita, seperti kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan kesenangan mereka. Rasa empati akan menimbulkan respek. Rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Dalam membangun komunikasi dengan empati, kita harus mempunyai kemampuan untuk mendengar dan siap menerima masukan apa pun dengan sikap positif. Banyak di antara kita yang tidak mau mendengarkan saran, apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 3. Audible Pesan yang kita sampaikan harus audible, artinya pesan dapat diterima dan dimengerti oleh penerima pesan dengan baik. Untuk itu, pesan bisa disampaikan melalui berbagai media, seperti alat bantu audio visual. Dari sisi media untuk penyampaian pesan, penggunaan teknologi bisa membantu melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang kita sampaikan sehingga pesan bisa diterima oleh jauh lebih banyak orang. Sebagai contoh dengan menggunakan media internet, kita bisa berkomunikasi dengan mudah dan murah kepada banyak orang. 4. Clarity Hukum keempat dalam membangun komunikasi yang efektif adalah pesan yang kita sampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berlainan. Pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap transparan sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan atau anggota tim kita. Keterbukaan akan mencegah timbulnya sikap saling curiga yang akan menurunkan semangat dan antusisme tim kita. 5. Humble Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 yaitu respect. Untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap rendah hati adalah sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong, tidak memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar. 2.2 Komunikasi Organisasi 2.2.1 Definisi Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi menurut Goldhaber dalam Muhammad didefinisikan sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.6 Menurut Pace dan Faules, komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.7 Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasiaan yang terjadi atau bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi 6 Muhammad, op.cit., 67 7 R Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi: Strategi Meingkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 makna atas apa yang sedang terjadi. Dan lebih jelasnya komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah suatu organisasi.8 Komunikasi organisasi merupakan satu kumpulan atau sistem individual yang melalui satu hierakhi jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan.9 Menurut Mulyana, komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal. Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk gosip.10 2.2.2 Fungsi Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi memiliki beberapa fungsi, di antaranya: 1. Fungsi informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi (information-processing system). Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. 8 Ibid, 31-33 S Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 1994, 132 10 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 75 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 2. Fungsi regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orangorang yang berada di tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja, berarti bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. 3. Fungsi persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. 4. Fungsi integratif Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan yang lebih baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam sebuah organisasi tersebut (newsletter, bulletin) dan laporan kemajuan organisasi; juga saluran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga atau pun kegiatan darmawisata.11 2.2.3 Pola Komunikasi Organisasi Semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Terdapat dua macam jaringan komunikasi organisasi12, yaitu : 1. Jaringan Komunikasi Formal Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai macam posisi atau kedudukan yang masing-masing sesuai batas dan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari para manajer kepada karyawannya, pola transformasinya dapat berbentuk downward communication, upward communication, horizontal communication dan diagonal communication. Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari atasan ke bawahan, di mana umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi. ada lima tujuan pokok yaitu : 11 12 Sendjaja, op.cit., 136 Muhammad, op.cit., 102 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 a. Memberi pengarahan atau instruksi kerja b. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan c. Memberi informasi tentang prosedur dan praktik organisasional d. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan e. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai. Salah satu kelemahan jaringan komunikasi ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan informasi atau sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan. Untuk komunikasi dari bawah ke atas menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat mebantu pencapaian tujuan organisasi. Sementara untuk mencapai keberhasilan komunikasi ke atas ini, para manajer harus memiliki rasa percaya kepada para bawahannya. Untuk komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi. Adapun tujuan jaringan komunikasi ini adalah untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberi informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Kebanyakan manajer suka melakukan tukar menukar informasi dengan paratemanya yang berbeda departemen terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam organisasi perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 2. Jaringan Komunikasi Informal Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi baik secara jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/ jabatan dapat berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis komunikasi ini karena sifatnya yang umum, informasi yang diperoleh seringkali kurang akurat dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena biasanya lebih bersifat pribadi atau bahkan sekadar desas-desus. Di dalam jaringan komunikasi informal ini, tentunya ada berbagai macam informasi yang mengalir. Namun ada dua tipe informasi yang paling utama atau paling sering menjadi pembicaraan utama dalam komunikasi informal dalam suatu organisasi, yakni: gosip dan rumor. Pola jaringan komunikasi informal sangat penting bagi organisasi namun bila proses pelaksanaannya tidak efektif bisa memberikan kerugian seperti dari sisi individual sering membuat frustasi atau menjengkelkan pihak tertentu khususnya tentang keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan keputusan. Dimana banyak jalur yang harus dimasuki atau dilewati sebelum langsung ke pengambilan keputusan. Dari sisi perusahaan kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi dapat mengambarkan suatu kemungkinan munculnya kesalahpahaman. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 2.3 Komunikasi Internal Komunikasi internal menurut Lawrence D. Brennan adalah “Interchange of ideas among the administrators and its particular structure (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which gets work done (operation and management).” (Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).13 Effendy juga mengungkapkan bahwa komunikasi internal meliputi beberapa cara yang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Komunikasi persona (Personal Communication) Komunikasi persona adalah komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan dua cara: a. Komunikasi Tatap Muka (Face To Face Communication) Komunikasi persona tatap muka terjadi secara dialogis sambil saling menatap sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact). b. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication) Komunikasi persona bermedia ialah komunikasi dengan menggunakan alat, umpamanya telepon atau memorandum. Karena melalui alat, maka antara kedua orang tersebut tidak terdapat kontak pribadi. 13 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 122 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 2. Komunikasi Kelompok (Group Communication) Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Kelompok dapat berbentuk kecil atau juga besar, tetapi berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa jumlah orang yang termasuk kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak. Komunikasi kelompok tersebut ditentukan berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Komunikasi kelompok dibedakan menjadi dua, di antaranya: a. Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication) Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang terjadi antara seorang manajer atau administrator dengan sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal. b. Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication) Kelompok besar ialah kelompok komunikasi yang karena jumlahnya banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.14 Menurut Ruslan tujuan komunikasi internal dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut: 1. Sebagai sarana komunikasi internal secara timbal balik yang dipergunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. 14 Ibid, 125-127 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2. Untuk menghilangkan kesalahpahaman atau hambatan komunikasi antara manajemen perusahaan dengan karyawan. 3. Sebagai sarana atau alat komunikasi dalam upaya menjelaskan tentang kebijaksanaan, peraturan dan pekerjaan dalam sebuah organisasi atau perusahaan. 4. Sebagai media komunikasi internal bagi pihak karyawan untuk menyampaikan keinginan-keinginan atau sumbang saran dan informasi serta laporan kepada pihak manajemen perusahaan (pimpinan).15 2.3.1 Media Komunikasi Internal Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.16 Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra manusia, seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca indera selanjutnya diproses dalam plikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Media komunikasi internal menurut Suranto17 ialah semua sarana penyampaian dan penerimaan informasi di kalangan publik internal perusahaan, dan biasanya bersifat non komersial. Baik penerima maupun pengirim informasi 15 Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: Konsepsi & Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, 258-259 16 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, 123 17 Suranto. Komunikasi Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana, 2005, 124 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 ialah orang dalam atau publik internal, terdiri atas pimpinan, anggota, pegawai, maupun unit-unit kerja di dalam perusahaan tersebut. Menurut Jefkins, wahana komunikasi internal memiliki berbagai bentuk, di antaranya: 1. Jurnal Internal (house journals), 2. Video, 3. Slide, 4. Kaset-kaset rekaman audio, 5. Kursus-kursus pendidikan tambahan, 6. Ucapan-ucapan lisan, 7. Seminar dan konferensi, dan 8. Eksibisi khusus.18 Menurut Dominick, media komunikasi internal adalah sarana penyampaian informasi di antara publik internal yang bersifat non-komersial. Baik penerima ataupun pengirim informasi adalah orang dari publik internal. Media yang digunakan secara internal adalah: a) Telephone, digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan secara langsung melalui suara antara komunikan dan komunikator serta hasil yang disampaikan dapat dirasakan secara langsung. b) Surat, merupakan media komunikasi internal dalam bentuk tertulis yang dilakukan oleh sender untuk memberikan informasi kepada receiver. Akan 18 Jefkins, op.cit., 127 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 tetapi, respon yang didapati tidak secara langsung membutuhkan waktu serta biaya. c) Papan Pengumuman, penyampaian informasi secara internal melalui papan pengumuman hanya untuk memberikan sebuah informasi dari receiver kepada publik internal. d) House journal (Majalah Bulanan), sebagai media cetak dan tertulis. Penyampaian informasi tidak dilakukan secara langsung. Akan tetapi, seorang reporter atau pencari berita membutuhkan waktu untuk mencari sebuah informasi yang benar dan akurat,serta dapat dipercaya. e) Printed material (Media Komunikasi dan Publikasi berupa Bahan Cetakan), sebagai media komunikasi yang dicetak seperti pamflet dan brosur hanya memberikan informasi kepada publik.19 2.4 Public Relations 2.4.1 Definisi Public Relations Jefkins mendefinisikan PR menurut (British) Institute of Public Relations (IPR), “PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”.20 19 Joseph R. Dominick. The dynamics Of Mass Communication:Media In The Digital Age (Tenth edition). New York: McGraw-Hill Company, 2008 20 Jefkins, op.cit., 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Lain lagi menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom, “Public Relations (PR) adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut”. 21 Rex F. Harlow menyebutkan PR lebih luas lagi yaitu: “Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling pengertian, penerimaan, dan kerja sama antara organisasi dan masyarakat yang melibatkan dalam manajemen problem atau masalah, membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi dan merespon pendapat umum, mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk membantu antisipasi kecenderungan, dan menggunakan riset serta komunikasi yang masuk akal dan etis sebagai sarana utamanya”.22 Soemirat dan Ardianto juga menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya PR menggunakan komunikasi untuk memberitahu, mempengaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku publik sasarannya. Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan PR pada intinya adalah good image (citra baik), goodwill (itikad 21 Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom. Effective Public Relations Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009, 6 22 Firsan Nova. Crisis Public Relations. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, 44 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 baik), mutual understanding (saling pengertian), mutual confidence (saling mempercayai), mutual appreciation (saling menghargai) dan toleransi.23 Ruslan melengkapi pengertian atau pemahaman tentang apa dan bagaimana public relations menjadi: “Public Relations (PR) merupakan suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik yang dapat memperdalam kepercayaan publik secara lebih baik atau pemberdayaan lebih tinggi terhadap suatu lembaga atau organisasi. PR adalah suatu proses yang berkesinambungan dari usaha manajemen untuk memperoleh good will dan pengertian dari pelanggan, konsumen, publik pada umumnya, termasuk para staf pegawainya. Ke dalam, mengadakan perbaikan dan pembenahan melalui corporate culture building (membangun budaya perusahaan), membentuk disiplin, memotivasi, meningkatkan pelayanan, dan produktivitas kerja yang diharapkan terciptanya sense of belonging terhadap perusahaannya. Sedangkan keluar, berupaya menciptakan kepercayaan dan citra perusahaan (corporate image) yang sekaligus memayungi serta mempertahankan citra produknya (product and brand image).”24 2.4.2 Fungsi dan Peran Public Relations Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya, “Hubungan Masyarakat Suatu Komunikologis”, konsep fungsi public relations officer ketika menjalankan tugas dan operasionalnya, baik sebagai komunikator dan mediator, maupun organisator, ialah sebagai berikut: 23 Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 14 24 Rosady Ruslan. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, 8 - 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 a. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya b. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan d. Membentuk corporate image, artinya peranan public relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.25 Fungsi utama PR menurut Nova ialah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antarlembaga (organisasi) dengan publiknya, baik internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan organisasi.26 Selain itu, Cutlip, Center dan Broom mendeskripsikan sebagian besar praktik PR dalam empat peran utama, yaitu: 1. Expert Prescriber atau pakar/ahli. Biasanya orang lain akan menganggap expert prescriber sebagai otoritas dalam persoalan PR dan solusinya. Manajemen puncak menyerahkan PR di tangan para ahli dan manajemen biasanya mengambil peran pasif. Praktisi pakar bertugas mendefinisikan masalah, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas implementasinya. 2. Fasilitator Pemecah Masalah. 25 Ruslan, op.cit., 9-10 26 Nova, op.cit., 46 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Praktisi pemecah masalah membantu manajer lain dan organisasi untuk mengaplikasikan PR dalam proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan problem organisasional lainnya. Manajer lini memainkan peran penting dalam menganalisis situasi masalah, karena mereka adalah pihak yang paling tau dan paling dekat dengan kebijakan, produk, prosedur, dan tindakan organisasi. Praktisi pemecah masalah dan manajer lini berkolaborasi dalam proses perencanaan strategis PR untuk mencapai tujuan program. Fasilitator pemecah masalah dimasukkan ke dalam tim manajemen karena mempunyai keahlian dan keterampilan dalam membantu manajer lain untuk menghindari masalah atau memecahkan masalah. 3. Teknisi Komunikasi. Teknisi komunikasi merupakan praktisi dengan keahlian menulis dan mengedit newsletter karyawan, menulis news release dan feature, mengembangkan isi web, dan menangani kontak media. Praktisi yang melakukan peran ini biasanya tidak hadir saat manajemen mendefinisikan problem dan memilih solusi. Mereka baru bergabung untuk melakukan komunikasi dan mengimplementasikan program serta diberi tugas untuk menjelaskan kepada karyawan dan pers. 4. Fasilitator Komunikasi. Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi yang bertindak sebagai interpreter dan mediator antara organisasi dengan publiknya. Fasilitator http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 komunikasi menjaga komunikasi dua arah dan memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh manajemen maupun pubik untuk membuat keputusan demi kepentingan bersama. Praktisi yang berperan sebagai fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik.27 2.4.3 Khalayak Public Relations Menurut Jefkins “Khalayak (public) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal”. Kegiatan-kegiatan PR khusus diarahkan kepada khalayak terbatas atau pihak-pihak tertentu yang berbeda-beda, dan masing-masing dengan cara yang berlainan pula. Jefkins mengidentifikasi adanya sepuluh khalayak utama yang paling sering menjadi subjek khalayak dari berbagai macam organisasi secara umum, yaitu: masyarakat luas, calon pegawai atau anggota, para pegawai atau anggota, pemasok jasa dan berbagai macam barang, para investor, distributor, konsumen atau pemakai produk organisasi, para pemimpin pendapat umum, serikat-serikat pekerja dan media massa.28 Sedangkan Nova mengklasifikasikan publik (khalayak) ke dalam beberapa kategori berikut: 1. Internal dan eksternal 27 Cutlip, Center dan Broom, op.cit., 46-48 28 Jefkins, op.cit., 80 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Publik internal adalah mereka yang berada di dalam organisasi, yaitu karyawan, manajer, supervisor, serikat pekerja, dan dewan direksi. Publik eksternal adalah mereka yang secara tidak langsung berhubungan dengan perusahaan, yaitu media, pemerintah pusat dan daerah, konsumen, masyarakat sekitar dan pemasok. 2. Primer, sekunder, dan marginal Publik primer adalah mereka yang memiliki potensi paling strategis, baik untuk mendukung dan menghalangi kesuksesan sebuah organisasi. Keberadaan publik sekunder cukup berpengaruh, walaupun tidak signifikan terhadap perusahaan. Publik marginal sama sekali tidak berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan. Contoh: Ketika seorang kriminal terlibat kasus hukum dan diajukan ke pengadilan, maka publik primernya adalah jaksa, hakim, saksi, dan pengacara. Publik sekundernya adalah keluarga korban dan mereka yang hadir di persidangan, sedangkan publik marginalnya adalah masyarakat luas. 3. Tradisional dan masa depan Karyawan dan konsumen adalah publik tradisional, sedangkan pelajar dan masyarakat yag belum mengonsumsi produk perusahaan merupakan calon konsumen potensial atau publik masa depan (future public). Tidak satu pun perusahaan dapat menghalangi setiap perubahan yang terjadi pada publik. 4. Proponents, opponents, dan uncommitted Sebuah organisasi harus berhadapan dengan publik, baik publik yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 mendukung (proponents) maupun yang menentang (opponents). Bagi mereka yang mendukung perlu dijaga dengan komunikasi yang dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap organisasi. Dalam politik, publik yang netral (uncommitted) sangat berbahaya. Dalam banyak kasus, pemilu dimenangkan karena perubahan suara mereka yang netral.29 2.4.4 Aktivitas Kerja Public Relations Ruslan mendefinisikan dan menjelaskan aktivitas PR sebagai berikut: “Aktivitas public relations sehari-hari adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two ways communication) antara perusahaan atau suatu lembaga dengan pihak publik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi barang atau pelayanan jasa, dan sebagainya demi kemajuan perusahaan atau citra positif bagi lembaga yang bersangkutan. Jadi kegiatan public relations tersebut sangat erat hubungannya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari masyarakat.30 Aktivitas PR pasti tidak terlepas oleh program-program yang membutuhkan perencanaan. Frank Jefkins memberikan empat alasan diperlukan perencanaan program public relations, yaitu: a) Menetapkan target PR yang nantinya menjadi tolok ukur hasil b) Memperhitungkan jumlah jam kerja dan biaya yang diperlukan c) Menyusun skala prioritas 29 Nova, op.cit., 12-14 30 Ruslan, op.cit., 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 d) Menentukan kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan sesuai dengan persiapan Model perencanaan PR ada enam langkah, di antaranya: 1. Pengenalan situasi, dilakukan dengan observasi mengumpulkan informasi, mengetahui posisi citra organisasi/perusahaan dengan pengumpulan pendapat atau studi sikap untuk memberikan gambaran umum, serta audit komunikasi mengenai situasi-situasi internal maupun eksternal yang dihadapi organisasi. 2. Penetapan tujuan perlu dibuat karena ruang lingkup tujuan PR sendiri sedemikian luas. Keterbatasan sumber daya menjadikan PR harus menentukan skala prioritas dengan mengadakan riset dan diskusi internal akan kebutuhan-kebutuhan yang paling mendasar. 3. Definisi khalayak. Khalayak organisasi perlu dikenali dan dibatasi karena tidak mungkin menjangkau semua orang. Khalayak potensial dijadikan sebagai sasaran utama. Beberapa khalayak masih bisa dijangkau sekaligus melalui media tertentu seperti surat kabar dan televisi. 4. Pemilihan media dan teknik-teknik PR. Salah satu contoh media ialah para jurnalis dan teknik yang digunakan dengan penyelenggaraan resepsi atau pertemuan pers. Media bagi kegiatan PR antara lain, pers, televisi, video, radio, pameran, sponsored books (penerbitan buku khusus), direct mail, pesan lisan (spoken word), sponsorship, house journals, corporate identity. 5. Perencanaan anggaran. PR merupakan kegiatan yang padat karya, sehingga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 pos pengeluaran tidak sedikit. Namun penggunaan media seperti video secara bertahap selama beberapa tahun dapat dialihkan ke anggaran pemeliharaan dan perawatan. 6. Pengukuran hasil. Teknik-teknik penelitian yang digunakan untuk mengenali situasi juga dimanfaatkan guna mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai dari kegiatan PR yang dilaksanakan.31 Public Relations Society of America (PRSA) sebuah organisasi Public Relations di Amerika merumuskan beberapa aktivitas Public Realtions, yaitu: 1. Community Relations Hubungan publik yang memfokuskan diri pada komunitas yang berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan. 2. Counseling Para profesional Public Relations hendaklah secara rutin memberikan masukan/ pertimbangan kepada pihak manajemen sebelum mereka mengambil keputusan, membuat kebijakan, membangun relasi atau melakukan komunikasi dengan berbagai macam publik. 3. Employee/ Member Relations Sebagai bagian inti dari jalannya perusahaan, tugas Public Relations untuk menciptakan hubungan yang baik, tidak hanya kepada para pekerja melainkan juga kepada keluarga pekerja. Dengan demikian akan terbentuk motivasi yang baik dan moral yang tinggi dari para pekerja sehingga loyal kepada perusahaan. 31 Jefkins, op.cit., 56-57 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 4. Issues Management Manajemen isu melibatkan publik dalam jumlah besar demi terciptanya image produk maupun citra dari perusahaan. Aktivitas Public Relations untuk mengembangkan manajemen isu ini sebagai bagian dari kekuatan perusahaan. 5. Media Relations Perkembangan teknologi dan pengaruhnya terhadap bentuk-bentuk media massa memberikan pengaruh yang berarti bagi perusahaan. Liputan yang baik di media akan memberikan pencitraan yang baik pula bagi perusahaan, meningkatkan kepercayaan pelanggan, dalam memakai produk perusahaan dan akhirnya menumbuhkan minat pemodal unuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan. Aktivitas Public Relations inilah yang menjalin relasi dengan media dan mendapatkan kepercayaan dari liputan media. 6. Special Events and Public Participant Aktivitas langsung yang melibatkan publik dan dilakukan oleh Public Relations untuk menjalin interaksi antara organisasi/ perusahaan dengan publik. 7. Marketing Communication. Kombinasi dari Aktivitas menjual produk, servis, maupun ide. Iklan-iklan yang dilakukan melalui berbagai media memberikan efek yang menguntungkan pada aktfitas Public Relations. Bentuk kemasan produk yang unik dan bagaimana memajang produk di pasar merupakan terpaan dari pembentukan image dari perusahaan yang membedakan dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 perusahaan lainnya. 8. Development/ Fundraising. Semua organisasi baik yang profit maupun non-profitdapat bertahan karena ada kontribusi dari berbagai pihak dalam bentuk waktu maupun uang. Peran Public Relations yang menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan organisasi tersebut kepada pihak-pihak yang memiliki peluang dan atau kemampuan memberikan kontribusi. 9. Public Affairs. Interaksi Public Relations yang melibatkan para official dan pemimpin dari berbagai bentuk organisasi atau para pemegang kekuasaan. Relasi dengan komunitas maupun pemerintahan merupakan fokus dari Aktivitas Public Relations. 10. Government Affairs. Inilah tipe Aktivitas Public Relations yang memfokuskan diri menjalin hubungan dengan pihak pemerintahan. Karena sebagai perusahaan publik, tidak bisa dilepaskan hubungannya dengan pemerintahan. 11. Financial Relations. Investor merupakan salah satu bagian terpenting dari sumber pendanaan perusahaan. Peran Public Relations adalah membangun jembatan komunikasi antara investor, pemilik perusahaan, para pemegang saham, komunitas finansial seperti bank, dan publik. 12. Industri Relations Perusahaan tidak hanya menjalin relasi yang terbatas pada konsumen / http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 pelanggan semata, melainkan juga harus menciptakan relasi yang baik dengan perusahaan lain yang secara langsung berkaitan dengan bisnis perusahaan seperti para suppliers, distributor, agen bahkan relasi terhadap perusahaan kompetitor. 13. Minority relations / Multicultural Affairs. Aktivitas Public Relations yang memfokuskan diri pada terbentuknya relasi pada kelompok minoritas yang secara langsung maupun tidak, akan memberikan dampak publisitas perusahaan.32 32 Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah. Public Relations 2.0 – Taktik dan Praktik Public Relations di Era Cyber. Depok: Gramata Publishing, 2011,126 http://digilib.mercubuana.ac.id/