Manajemen USD Adakan Seminar Citra Destinasi Wisata Yogyakarta USD | 09 October 2014 | 18:32 WIB Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma (USD) pada hari Rabu, 8 Oktober 2014, mengadakan Seminar Kepariwisataan yang berjudul “ Citra Destinasi Wisata Yogyakarta” di Ruang Koendjono, Kampus 2 USD Mrican. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama antara Pusat Pengembangan dan Pelatihan Kepariwisataan Program Studi Manajemen USD dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen USD. Peserta yang menghadiri seminar ini tidak hanya dari Program Studi Manajemen saja tetapi juga dihadiri oleh beberapa mahasiswa dari program studi lain di USD dan beberapa mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata (StiPram) Yogyakarta, UGM, dan UNY. Sebagai tamu undangan, seminar ini juga dihadiri oleh Dinas Pariwisata Propinsi DIY, Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo. Sebagai nara sumber dari penelitian yang diseminarkan, hadir pula Bapak Irsyam Sigit Wibowo dari BP2KY dan Bapak Andi M dari Himpunan Pramuwisata Indonesia. Tujuan dari adanya seminar ini adalah mendiseminasi penelitian mahasiswa Prodi Manajemen tentang citra destinasi wisata di Yogyakarta dan memberikan wacana kepariwisataan atau perkembangan wisata yang ada di DIY. Seminar yang dimulai pukul 10.00 – 12.30 WIB ini, berbentuk forum diskusi yang dibuka dengan penyampaian materi oleh tiga pembicara dari lulusan mahasiswa program studi Manajemen Josua Irwan Sudarsono, YB. Gusti Adi Purbawisesa, dan Firdhaus Satria Simatupang. Lucia Kurniawati, S.Pd., M.S.M. selaku moderator seminar tersebut, mengungkapkan bahwa USD memang tidak memiliki program studi kepariwisataan, tetapi USD memilih untuk ikut berperan serta dalam usaha pengembangan kepariwisataan lewat peningkatan kesadaran masyarakat baik dalam bentuk kajian dan kegiatan pengabdian masyarakat. Seminar ini menjadi langkah kecil untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. “Pariwisata seyogyanya menjadi concern kita bersama. Indonesia secara khusus Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi wisata alam, baik gunung dan laut. Meski begitu, kebanyakan baru berupa potensi belum menjadi produk wisata yang bersifat marketable. Tugas kita adalah menjadikan potensi wisata itu menjadi produk yang bisa dijual.”, demikian tandasnya. Maka semangat dari forum ini adalah men-sharingkan pengalaman penelitian pusat studi akan kepariwisataan serta menumbuhkan kesadaran bahwa tourism is everybody’s business. Terlebih lagi, kehadiran teman-teman muda ini, semoga menumbuh kembangkan ide-ide kreatif dengan spirit kewirausahaan terutama di bidang pariwisata. Di dalam seminar tersebut, Josua Irwan Sudarsono sebagai pembicara pertama, menyampaikan materi dari tugas akhirnya bahwa pertumbuhan dan perkembangan kepariwisataan DIY tidak lepas dihubungkan dengan analisis variabel yang berpengaruh terhadap pembentukan citra daerah tujuan DIY. Yang dimaksud dengan variabel yang berpengaruh adalah hal-hal apa saja yang memicu atau berpengaruh di dalam pertumbuhan kepariwisataan dari bentuk alam yang alam atau akibat kejadian alam seperti laut, gunung atau candi dan buatan manusia seperti monument atau museum. Paparan ini diakhiri dengan temuan variable-variabel yang mempengaruhi kunjungan pada beberapa daya tarik wisata di lima kabupaten/kota di wilayah DIY. Selanjutnya YB. Gusti Adi Purbawisesa sebagai pembicara kedua memberikan gambaran citra destinasi DIY dalam persepsi wisatawan nusantara dan penduduk lokal, dan mengkaji peringkat dari citra-citra tersebut. 1/2 Pada akhirnya identifikasi citra destinasi ini akan bermanfaat bagi penetuan strategi pemasaran untuk destinasi wisata tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa Yogyakarta sebagai kota budaya merupakan citra yang paling kuat. Sedangkan untuk pengembangan selanjutnya, Yogyakarta perlu meningkatkan aksesibilitas, wisata malam hari dan kebersihan. Firdhaus Satria Simatupang sebagai pembicara ketiga, mengkaji pengaruh persepsi anak muda pada minat mengunjungi destinasi wisata Kotagede, Yogyakarta. Terdapat 24 atribut atau brand image Kotagede yang berhasil diidentifikasi. Brand image ini berpengaruh terhadap brand attitude atau sikap seseorang. Namun brand attitude tidak berpengaruh pada minat untuk mengunjungi Kotagede. Implikasi manajerial dari penelitian adalah Kotagede harus memperkuat brand image, memperhatikan segmen pasar, melakukan promosi terkhusus dalam hal sejarah. "Kiranya terhadap kebudayaan dan kepariwisataan yang kita miliki (secara khusus Yogyakarta), kita semakin mencintai apa yang kita miliki. Jangan sampai apa yang kita miliki itu diklaim oleh orang lain", demikian tandasnya. (FXAP) 2/2